pedoman teknis bau baseline bidang berbasis energi

Upload: susiani-susanti

Post on 10-Jan-2016

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pedoman untuk menyusun BaU baseline sektor energi untuk perhitungan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK)

TRANSCRIPT

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    1/60

    Republik Indonesia

    Republik Indonesia

    2014

    PEDOMAN TEKNISPERHITUNGAN BASELINE

    EMISI GAS RUMAH KACASEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    2/60

    Tim Penulis

    Penasehat:

    Endah Murningtyas, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan

    Lingkungan Hidup, Bappenas

    Koordinator:

    Wahyuningsih Darajati, Direktur Lingkungan Hidup, Bappenas

    Tim Penulis:

    Achmad Zacky, Agus Supriyadi, Akhmad R, Aries Kusumawanto,

    Ario Wicaksono, Devin Maeztri, Ery Wijaya, Gitafajar Saptyani,

    Karlo Manik, Lisa Ambarsari, M. Suhud, Rizka Tri W, Shinta D.

    Sirait, Syamsidar Thamrin, Widya Adi Nugroho.

    Tim Pendukung Teknis:

    Dini Artiani, Harliana, Lestira Watimmena, Tanti Hariyanti

    Republik Indonesia

    Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

    Jl. Taman Suropati 2

    Jakarta 10310

    Telp. (021) 31936207

    Website: www.bappenas.go.id

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    3/60

    PEDOMAN TEKNISPERHITUNGAN BASELINE

    EMISI GAS RUMAH KACASEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    4/60

    iiPEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh staf diKedeputian Bidang Sumber Daya Alam dan LingkunganHidup, Kementerian PPN/Bappenas atas bantuanfasilitasi teknis dalam penyusunan dokumen ini.

    Penyusunan Pedoman Teknis Perhitungan Baseline Emisigas Rumah Kaca Sektor Berbasis Energi ini didukungoleh Deutsche Gesellschaft fuer InternationaleZusammenarbaeit (GIZ) melalui Policy Advice forEnvironment and Climate Change(PAKLIM). Dukungantersebut sangat dihargai.

    Proses penyusunan dokumen ini tidak terlepas daridukungan kemitraan dan dedikasi berbagai institusiberikut:

    1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral2. Kementerian Perhubungan3. Kementerian Perindustrian4. USAID-ICED5. GIZ SUTIP

    6. GIZ TRANSfer

    Terima kasih yang setinggi-tingginya juga disampaikankepada para pihak yang telah banyak memberikanmasukan dalam penyempurnaan pedoman ini.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    5/60

    iii

    DAFTAR ISI

    Ucapan Terima Kasih iiDaftar Singkatan vii

    Bab 1. Pendahuluan 1

    Bab 2. Metodologi Dalam Pembuatan Baseline untuk Sektor Energi 5

    2.1 Sistem Energi 5

    2.2 Model Energi 6

    2.3 Asumsi-asumsi dasar dalam Pemodelan Energi 8

    2.4 Metodologi Analisa Permintaan Energi 8

    2.5 Metodologi Analisa Penyediaan Energi 14

    2.6 Metodologi Perhitungan Emisi atas Model Energi 15

    Bab 3. Berbagai Model/Software Perencanaan Energi untuk PembuatanBaseline Sektor Energi

    17

    3.1 Kajian Berbagai Model Perencanaan Energi 17

    3.2 Pemodelan dalam Pembuatan Baseline untuk Sektor Energi 20

    3.3 Pengenalan Singkat tentang LEAP 22

    Bab 4. Baseline untuk Sektor Energi dengan Menggunakan LEAP 27

    4.1. Metodologi Penyusunan Baseline 27

    4.2. Metode Perhitungan Konsumsi Energi Pada LEAP 29

    4.3 Metode Perhitungan Produksi Energi Pada LEAP 33

    4.4 Metode Perhitungan Emisi dari Produksi dan Konsumsi Energi 33

    Bab 5. Emisi Baseline untuk Sektor Berbasisi Energi dengan Menggunakan

    LEAP

    37

    5.1 Hasil Perhitungan Emisi Baseline Sektor Energi 38

    5.2 Hasil Perhitungan Emisi Baseline Sektor Transportasi 43

    5.3 Keterbatasan dan tindak lanjut 47

    Daftar Pustaka 49

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    6/60

    ivPEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Daftar Gambar

    Gambar 1: Emisi CO2sektor energi (juta ton) 2

    Gambar 2: Sistem Energi Komplek 6Gambar 3: Alur dalam Pemodelan Energi 7

    Gambar 4: Tampilan antarmuka LEAP 22

    Gambar 5: Proses pengumpulan data untuk pembuatan Baseline 27

    Gambar 6: Penggolongan data di tiap sektor yang diperlukan dalam pembuatan

    Baseline

    28

    Gambar 7: Prosedur dalam pembuatan Baseline dengan menggunakan LEAP 29

    Gambar 8: Kompilasi Baseline Nasional Tiap Propinsi di Indonesia

    (Sekretariat RAN-GRK, 2014)

    37

    Gambar 9: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Pulau Sumatra 38

    Gambar 10: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Pulau Jawa dan Bali 39

    Gambar 11: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Pulau Kalimantan 40

    Gambar 12: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Pulau Sulawesi dan

    Papua

    41

    Gambar 13: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Kepulauan 43

    Daftar Tabel

    Tabel 1: Contoh Sistem Energi Sederhana 5

    Tabel 2: Karakteristik Beberapa Software Perencanaan Energi 20

    Tabel 3: Faktor emisi bahan bakar rumah tangga 34

    Tabel 4: Faktor emisi bahan bakar transportasi 34

    Tabel 5: Faktor emisi jaringan ketenagalistrikan 34

    Tabel 6: Faktor emisi untuk sektor Industri 35

    Tabel 7: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Sumatera (ton setara CO2) 44

    Tabel 8: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Jawa dan Bali (ton setara CO2) 44

    Tabel 9: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Kalimantan (ton setara CO2) 45

    Tabel 10: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Sulawesi dan Papua (tonsetara CO

    2)

    46

    Tabel 11: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Kepulauan (ton setara CO2) 46

    Tabel 12: Tingkatan level database yang diperlukan dalam pemodelan energi 48

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    7/60

    v

    DAFTAR SINGKATAN

    AIM : Asia-Pasific Integrated Model

    BAU : Business as Usual

    BBM : Bahan Bakar Minyak

    ETSAP : Energy Technology Systems Analysis Programme

    GRK : Gas Rumah Kaca

    IAEA : International Atomic Energy Agency

    IEA : International Energy Agency

    KESDM : Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral

    LEAP : Long-range Energy Alternatives Planning System

    MAED : Model for Analysis of Energy Demand

    MARKAL : MARket Allocation

    MESSAGE : Model for Energy Supply Strategy Alternatives and their GeneralEnvironmental Impacts

    NAMAs : Nationally Appropriate Mitigation Actions

    NIES : National Institute for Environmental Studies

    PDB : Produksi Domestik Bruto

    RAN-GRK : Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

    RAD-GRK : Rencana Aksi Daerah Pengurangan Gas Rumah Kaca

    RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    SEI : Stockholm Environment Institute

    TIMES : The Integrated MARKAL-EFOM SystemUNFCCC : United Nations Framework Convention on Climate Change

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    8/60

    viPEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    9/60

    1

    BAB 1PENDAHULUAN

    Pemerintah Indonesia menyadari bahwa penanganan perubahaniklim merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tantanganpembangunan dan oleh sebab itu, pemerintah Indonesia berperanaktif dalam berbagai kerjasama internasional yang terkait. PresidenSusilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada pertemuan G-20di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009 menyatakanbahwa Indonesia secara sukarela berkomitmen untuk menurunkanemisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26 persen pada tahun 2020 dari

    tingkat Business as Usual(BAU) dengan usaha sendiri dan mencapai41 persen apabila mendapat dukungan internasional. Komitmenini disampaikan terutama karena Indonesia telah bertekad untukmenerapkan pembangunan berkelanjutan sebagaimana tertuang didalam rencana pembangunan nasional.Menindaklanjuti komitmen tersebut, Presiden Republik Indonesiatelah menerbitkan Peraturan Presiden No. 61 tahun 2011 tentangRencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)yang merupakan dokumen kerja yang berisi upaya-upaya untukmenurunkan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Peraturan Presidenini telah diikuti dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 71 tahun2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK)Nasional. RAN-GRK yang mengusulkan aksi mitigasi di lima bidangprioritas (Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut, Energi danTransportasi, Industri, Pengelolaan Limbah) serta kegiatan pendukunglainnya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaanpembangunan nasional yang mendukung prinsip pertumbuhanekonomi, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan berkelanjutan.

    Seiring dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,3% selama

    satu dekade terakhir, pertumbuhan kebutuhan energi nasional jugameningkat pesat. Berdasarkan data dari Pusdatin ESDM (2011), totalkonsumsi energi nasional pada tahun 2000 sebesar 468 juta Setara BarelMinyak (SBM), naik secara tajam menjadi 793 juta SBM pada tahun2010. Kenaikan konsumsi energi ini mengakibatkan peningkatan emisigas rumah kaca yang terlihat jelas pada Gambar 1, dimana emisi CO

    2

    pada tahun 2000 yang mencapai 244,31 juta ton meningkat menjadi379,47 juta ton pada tahun 2010. Peningkatan emisi ini terjadi bukanhanya dari sektor pembangkit listrik, melainkan juga dari sektor industridan transportasi.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    10/60

    2PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Pembangkit Listrik/Power PlantIndustri/IndustryKomersial & Rumah tangga/Commercial & Household

    Transportasi/Transportation

    Sektor Lainnya/Other Sector

    2000 2001 2002 2004 2005 2006 2007 2008 20092003 2010

    400

    300

    20

    10

    0

    Sumber: Pusdatin ESDM, 2011

    Gambar 1: Emisi CO2sektor energi (juta ton).

    Untuk memenuhi penurunan emisi sebesar 26% dari tingkatBAU, berdasarkan dokumen RAN-GRK disebutkan bahwaPemerintah Indonesia menargetkan untuk menurunkanemisi gas rumah kaca sebesar 36 juta ton setara CO

    2 dari

    sektor energi dan transportasi dan 1 juta ton setara CO2dari

    sektor industri. Sedangkan untuk memenuhi penurunanemisi sebesar 41% dari tingkat BAU, penurunan emisi gasrumah kaca sebesar 56 juta ton setara CO

    2 dari sektor

    energi dan transportasi dan 5 juta ton setara CO2dari sektor

    industri harus dapat dipenuhi. RAN-GRK telah mendatasekitar 50 aksi mitigasi di lima sektor dan menunjukkanjenis sumber daya apa saja yang akan dibutuhkan dalamproses implementasi, kebijakan baru yang perlu dirumuskan

    serta pengaturan kelembagaan yang diperlukan untukkeberhasilan pelaksanaan.

    Pada tahun 2012, seluruh Pemerintah Provinsi di Indonesiamenyusun dokumen Rencana Aksi Daerah PenurunanEmisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK), termasuk menghitungemisi baseline dan skenario mitigasi yang sesuai di masing-masing provinsi. Untuk memperoleh jumlah penguranganemisi GRK yang kredibel, diperlukan sebuah perhitungandasar atas jumlah emisi GRK yang dihasilkan oleh Indonesia.

    Istilah BAU baseline yang selanjutnya disebut baselinemengacu pada situasi tanpa kebijakan/program tertentu dan

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    11/60

    3BAB 1

    PENDAHULUAN

    digunakan sebagai referensi untuk mengukur kinerja. Olehkarena itu, dibutuhkan pembuatan baseline yang handal dandapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan agar kinerjapengurangan emisi GRK dapat terukur.

    Dalam proses penulisan RAD-GRK pada tahun 2012,penghitungan baseline pada 33 provinsi telah dilakukanmelalui beberapa tahapan. Tahap pertama dimulai dariPelatihan Perhitungan BAU Baseline untuk Sektor Energioleh Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM)bekerjasama dengan Kementrian Dalam Negeri pada bulanJuni 2012 di Yogyakarta, dan bulan Juli 2012 di Surabaya.Dalam pelatihan tersebut, digunakan software Long rangeEnergy Alternatives Planning System (LEAP) sebagai tooluntuk menghitung BAU Baseline dari sektor energi di masing-masing provinsi dengan proyeksi waktu dari 2010 hingga2020. Tahap berikutnya adalah pendampingan kepada setiapdaerah dalam menyelesaikan perhitungan BAU Baseline.

    Terkait dengan rencana kaji ulang RAN dan RAD-GRK, bukuPedoman Teknis ini disiapkan untuk membuat standarisasimetode perhitungan baseline emisi dari sektor energi danmembimbing para pihak untuk membangun baselineyang disempurnakan. Metode perhitungan ini harusmemenuhi kaidah ilmiah dan dipergunakan secara luas di

    dunia internasional. Lebih jauh, buku Pedoman Teknis inidiharapkan dapat dipergunakan di Indonesia sebagai bagiandari capacity building untuk melakukan perhitungan atasemisi yang diproduksi dari sektor berbasis energi.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    12/60

    4PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    13/60

    5

    BAB 2METODOLOGI DALAM PEMBUATANBASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    2.1 Sistem Energi

    Sebelum beranjak membahas tentang pemodelan energi, ada baiknya kitamemahami sistem energi. Sebuah sistem energi yang sederhana dapatdiklasifikasikan ke dalam tiga level, yakni: 1) produksi dan konversi energidari sebuah sumber energi (primary energy) menjadi bentuk energi yang bisa

    dipakai (secondary energy), 2) distribusi dan penyimpanan energi, dan 3)pengkonsumsian energi.

    Tabel 1: Contoh Sistem Energi Sederhana

    Sumber Minyak Batubara Gas AlamSinar

    MatahariBiomasa

    PerlakuanEkstraksi

    Sumurminyak

    Tambangbatubara

    Pembersihangas

    -Pertanian/Perkebunan

    TeknologiKonversi

    Kilangminyak

    Pembangkitlistrik

    - Sel surya -

    Bentuk

    EnergiLayak Pakai

    Bensin,

    solar, avtur,dll.

    Listrik Metana Listrik

    Ethanol,

    Methanol,arang

    DistribusiSistemdistribusiminyak

    Jaringanlistrik

    Jaringanpipa/distribusi gas

    Jaringanlistrik

    Truk/truktanki/

    jaringan pipa

    TeknologiAkhirPenggunaan

    Kendaraanbermotor

    Lampu Kompor gas Lampu

    Kendaraanbermotor,kompormasak

    BentukLayanandari Energi

    Transportasi Penerangan Memasak PeneranganTransportasi,danmemasak

    Dalam sistem energi yang komplek, proses produksi/konversi hingga menjadibentuk energi jadi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor teknologi saja. Akantetapi terdapat faktor-faktor penunjang lain seperti faktor biaya, regulasi,infrastruktur dan emisi lingkungan, seperti terlihat dalam Gambar 2. Faktor-faktor tersebut sangatlah penting untuk turut dipertimbangkan dalammelakukan pemodelan energi, karena dinamika yang terjadi di dalamnya akanmempengaruhi model yang akan kita hasilkan.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    14/60

    6PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Teknologi

    Sumber Energi

    Infrastruktur

    Emisi Lingkungan

    Biaya

    SosialBentuk

    Final EnergiSistem Energi

    Regulasi

    Gambar 2: Sistem Energi Komplek

    2.2 Model Energi

    Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yangmenjelaskan suatu objek, sistem dalam dunia nyata, ataukonsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atauidealisasi. Sedangkan model energi dapat dijelaskan sebagai

    sebuah deskripsi atau rencana yang menjelaskan sistemproduksi, distribusi dan konsumsi energi yang komplek kedalam sebuah rumusan matematika untuk menampilkanreferensi gambaran sistem energi di masa mendatang.Tujuan melakukan pemodelan energi adalah:

    1) Untuk memahami keadaan sistem energi (suplai,distribusi dan konsumsi) di masa mendatang,sehingga dapat diperoleh ide-ide kebijakan energiyang diperlukan dalam mengantisipasi kondisi sistem

    energi yang dibutuhkan di masa mendatang.

    2) Untuk menguji atau mengevaluasi pengaruh ide-idekebijakan energi terhadap sistem energi dalam jangkawaktu tertentu.

    Gambar 3 memperlihatkan alur atau proses dalam pemodelanenergi. Langkah awal dimulai dengan memetakan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan energi sepertidemografi (misal: jumlah penduduk, jumlah rumah tangga,usia penduduk, dll.) dan ekonomi makro-mikro (Produksi

    Domestik Bruto (PDB), inflasi, pendapatan, pengeluaran,

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    15/60

    7BAB 2

    METODOLOGI DALAM PEMBUATAN BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    dll.), lalu dilanjutkan analisa terhadap kebutuhan energi yangdipengaruhi oleh variabel-variabel di atas seperti kepemilikanterhadap peralatan listrik atau teknologi yang membutuhkanenergi seperti boiler, pompa dan sebagainya. Hasil dari

    analisa kebutuhan energi digunakan untuk menganalisaproses distribusi energi dan analisa suplai energi (diperolehbaik melalui sumber daya domestik maupun melalui impordari negara lain). Seluruh proses penyediaan energi, distribusimaupun konsumsi energi menghasilkan produk sampingberupa emisi yang dapat dihitung jumlahnya.

    E

    misiGasRumahKaca

    Sumber Daya Energi

    Penyediaan Energi

    Impor Energi

    Distribusi Energi

    Permintaan Energi

    Ekonomi makro-mikroDemografi

    Gambar 3: Alur dalam Pemodelan Energi

    Seorang pemodel memiliki imajinasi tersendiri tentang bentukmasa depan yang akan dia modelkan. Begitu juga seorangpemodel energi, sebelum melakukan pemodelan, perlu

    melakukan penggambaran keadaan di masa mendatangberdasarkan kajian-kajian ilmiah, baik itu berupa gambaranmasa depan tentang masyarakat, lingkungan, teknologi,perekonomian dan juga kebijakan publik atau situasi politik.Situasi masa depan yang telah dikaji secara ilmiah itulahyang kemudian bisa menjadi dasar asumsi untuk pembuatansebuah model. Kemudian, pemodel bisa menentukan targetdari sistem energi yang akan dibangun di masa depantersebut.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    16/60

    8PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    2.3 Asumsi-asumsi dasar dalamPemodelan Energi

    Dalam pemodelan energi, seorang pemodel harusmenentukan terlebih dahulu asumsi-asumsi dasar yangdipergunakan dalam keseluruhan model. Asumsi dasar ituadalah untuk menampung parameter-parameter umumyang disederhanakan dari hal-hal komplek seperti; lajupertumbuhan penduduk, laju pertumbuhan ekonomi makrodan sebagainya, yang kemudian dianggap sebagai bilanganyang dipakai secara konsisten di seluruh perhitungan dalammodel

    2.4 Metodologi Analisa PermintaanEnergi

    Permintaan energi untuk setiap kegiatan adalah produk daridua faktor; tingkat aktivitas (layanan energi) dan intensitasenergi (penggunaan energi per unit layanan energi). Selainitu, total kebutuhan energi nasional atau sektoral dipengaruhioleh rincian kegiatan yang berbeda yang membentukkomposisi, atau struktur permintaan energi. Kebanyakananalisis energibottom-upmemegang campuran jasa energi

    dan kegiatan (dan pada akhirnya di struktur permintaanenergi) yang konstan di seluruh skenario yang berbeda,tetapi tidak konstan dari waktu ke waktu.

    Mengingat keadaan struktur yang konstan, tingkat aktivitastergantung pada faktor-faktor seperti jumlah penduduk,pendapatan dan pertumbuhan ekonomi. Tingkat intensitasenergi tergantung pada efisiensi energi, termasuk aspekteknologi dan operasional. Sebuah penjumlahan produkdari dua faktor ini atas semua kegiatan memberikan total

    permintaan energi.

    di mana:Q

    i= kuantitas penggunaan energi

    Ii

    = intensitas konsumsi energi atas penggunaan

    peralatan/teknologi

    Intensitas I dapat dikurangi dengan mengubah teknologiuntuk meningkatkan efisiensi, tanpa mempengaruhi

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    17/60

    9BAB 2

    METODOLOGI DALAM PEMBUATAN BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    tingkat pelayanan energi. Penggunaan energi juga dapatdikurangi dengan mengurangi penggunaan (jam/tahun) dariyang diberikan pengguna akhir perangkat (kW), sehinggamengurangi penggunaan energi tahunan (MWh). Jika

    pengurangan ini dicapai dengan mengurangi limbah ataupenggunaan yang diperlukan, misalnya melalui peningkatanteknologi kontrol, dapat dianggap sebagai peningkatanefisiensi (mengurangi I). Namun, jika pengurangan berasaldari konsumen hanya mengambil keuntungan sedikit daripengguna akhir, misalnya dengan mengurangi tingkatpencahayaan atau menaikkan suhu AC, maka penghematanyang dihasilkan harus benar-benar dianggap sebagaipengurangan tingkat pelayanan energi (pengurangan Q).Umumnya, analisis bottom-up mengasumsikan bahwapengurangan tersebut dalam jasa energi tidak dibuat, ataumereka akan dibuat dalam semua skenario dan dengandemikian tidak diperlakukan sebagai penghematan energibersih.

    Jumlah penggunaan energi Q tergantung pada beberapafaktor, termasuk populasi, share penggunaan peralatan/teknologi tertentu, dan sejauh mana penggunaan setiapperalatan.

    Qi= Ni. Pi. Midi mana:Q

    i = kuantitas penggunaan energi

    Ni = jumlah populasi pengguna atas peralatan/ teknologi

    Pi = penetrasi (total unit/total populasi pengguna) atas

    peralatan/teknologi (dapat lebih dari >100%

    Mi = frekuensi penggunaan peralatan/teknologi

    (jumlah jam/lama penggunaan)

    Parameter populasi Ndapat menjadi jumlah rumah tangga,bangunan komersial, pelanggan industri, atau jumlah sarana

    transportasi. Berbagai definisi dapat digunakan: misalnya,daripada mendefinisikan ukuran sektor komersial dalam haljumlah tempat komersial, orang bisa menggunakan jumlahtotal luas lantai komersial untuk menentukan sektor ini.Persyaratan utama adalah bahwa definisi N harus konsistendengan unit dalam penyebut dari variabel penetrasiP.

    NilaiPhanyalah bagian dari pelanggan yang menggunakanlayanan listrik (peralatan yang mengkonsumsi gas dan bahanbakar lainnya harus dihitung secara terpisah). Untuk peralatan

    pendinginan ruangan, dan peralatan pengkonsumsi energilistrik lainnya pada bangunan komersial, parameter penetrasi

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    18/60

    10PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    biasanya didefinisikan sebagai per meter persegi bangunan.Untuk membuat analisa proyeksi permintaan energi, seorangpemodel energi memerlukan informasi rinci tentang trenkonsumsi listrik atau konsumsi energi lainnya yang terbagi

    dalam level atau sektoral masing-masing konsumen, jenisperalatan yang digunakan, dan teknologi atas peralatantersebut. Satu set informasi yang baik juga berisi data tentangefisiensi peralatan yang saat ini digunakan. Pertumbuhanpemakaian energi kemudian diproyeksikan ke masa depansebagai bagian dari skenario baseline.

    2.4.1 Sektor Rumah Tangga

    Jumlah penggunaan energi sektor rumah tangga adalah

    jumlah energi yang diperlukan oleh layanan perumahanseperti lampu, pendingin udara, pendinginan, penggunaantelevisi, pemanas air, dll.

    Setiap pengguna akhir di sektor rumah tangga dapat memilikiekspresi spesifik mengikuti format umum:

    . ( )

    Konsumsi energi di setiap pengguna akhir dapat dihitungdengan menggunakan persamaan proyeksi berikut:

    ERi= N

    i. P

    i. M

    i. I

    idi mana:

    ERi

    = konsumsi energi akhir sektor rumah tangga ataspenggunaan peralatan/teknologi

    Ni = total jumlah rumah tangga yang menggunaan peralatan/

    teknologi

    Pi = tingkat penetrasi atas peralatan/teknologiM

    i= frekuensi penggunaan atas peralatan/teknologi

    (jumlah jam/lama penggunaan)

    Ii = intensitas konsumsi energi atas penggunaan peralatan/

    teknologi

    Kebutuhan permintaan energi dari sektor rumah tanggadapat berbeda-beda bergantung pada tingkat pendapatan.Oleh karena itu, total kebutuhan energi perumahan dapatdihitung sebagai berikut:

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    19/60

    11BAB 2

    METODOLOGI DALAM PEMBUATAN BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    di mana:i = peralatan/teknologi

    j = tingkat pendapatan

    Perhitungan proyeksi permintaan energi di sektor rumahtangga dapat dikategorikan oleh peralatan/teknologi akhir,atau oleh kombinasi peralatan/teknologi akhir dan tingkatpendapatan, atau oleh kombinasi peralatan/teknologi akhir,tingkat pendapatan, dan jenis konstruksi rumah (misal:Rumah single Vs Apartemen), dll.

    2.4.2 Sektor Industri

    Menurut IPCC (2006), perhitungan konsumsi energi disektor industri dihitung dari seluruh energi yang dibutuhkanuntuk memproduksi 1 unit produk. Termasuk di dalamnyaadalah konsumsi energi oleh transportasi barang/bahanbaku yang digunakan secara internal di area produksi untukmenghasilkan produk. Unit energi yang digunakan dapatdisesuaikan dengan standar yang biasa dipakai dalamindustri tersebut, misal: kWh/Ton baja (industri besi/baja),

    kCal/kg clinker semen (industri semen), dan GJ/ton kaintekstil (industri tekstil).

    Dalam beberapa kasus di industri proses, bahan bakar(BBM, gas dan batubara) tidak hanya untuk menghasilkanenergi yang digunakan dalam proses produksi, namunjuga digunakan sebagai bahan baku produksi (feedstock)atau dalam istilah IPCC disebut sebagai non-energy use offuels.Oleh karena itu, bahan bakar yang digunakan sebagaifeedstock tidak dihitung sebagai bagian dari konsumsi

    energi di industri. Untuk perhitungan emisi CO2 dari non-energy use of fuels, silahkan lihat rujukan lebih lanjut di IPCC(2006) Volume 3,Industrial Processes and Product Use.

    Kebutuhan energi di sektor industri dapat di hitung denganpersamaan:

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    20/60

    12PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    di mana:

    EI = konsumsi energi sektor industrii = peralatan/teknologi

    j = ketegori dalam sektor industri (misal; industri baja,industri makanan, industri kertas, dll)

    Setiap pengguna akhir dapat memiliki ekspresi spesifikmengikuti format umum:

    Kuantitas penggunaan energi Q dapat diidentifikasi sebagaiberikut:

    di manaN = jumlah fasilitas dalam industri ketegorijP = tingkat penetrasi atas peralatan/teknologi dalam industri

    kategorij

    M = jumlah produk j yang dihasilkan

    2.4.3. Sektor Transportasi

    Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbangterbesar dalam proporsi konsumsi energi di Indonesia.Dalam pembuatan emisi baseline ini, perhitungan konsumsienergi dari sektor transportasi hanya dilakukan pada sistemtransportasi darat non-kereta api, sedangkan perhitunganemisi baseline untuk transportasi laut dan udara akan

    dihitung langsung oleh Kementrian Perhubungan denganmetodologi tersendiri. Perhitungan total energi yangdikonsumsi oleh sektor transportasi darat non kereta-apidibedakan berdasarkan jenis teknologi dan golongan darimoda transportasi tersebut, dinyatakan dalam formulasebagai berikut:

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    21/60

    13BAB 2

    METODOLOGI DALAM PEMBUATAN BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    di mana:

    ET = konsumsi energi sektor transportasii = peralatan/teknologi kendaraan (misal: hybrid, listrik,

    konvensional)j = golongan dari moda transportasi (misal: sedan, SUV, bus,

    mini bus, truck, dll.)

    Setiap pengguna akhir dapat memiliki ekspresi spesifikmengikuti format umum:

    Kuantitas penggunaan energi Q pada golongan modatransportasi tertentu dapat diidentifikasi sebagai berikut:

    di mana:N = jumlah populasi pengguna atas peralatan/teknologijP = tingkat penetrasi kepemilikan atas peralatan/teknologi

    kategorijM = frekuensi penggunaan atas moda transportasi tersebut

    (jarak pemakaian)

    Ii

    = intensitas konsumsi energi atas moda transportasi tersebut(liter/km)

    2.4.4 Sektor Komersial

    Sektor komersial pada dasarnya adalah sektor bangunan,sehingga akan sangat berguna untuk memisahkan permintaanenergi sektor komersial berdasarkan jenis kegiatan ekonomidan jenis bangunannya. Biasanya, konsumsi energi di sektorkomersial didefinisikan berdasarkan tiap luasan lantai yangdinyatakan dalam dalam kWh/m2.

    di mana:E

    c= penggunaan energi di sektor komersial

    i = peralatan/teknologi

    j = ketegori dalam sektor komersial (tipe bangunan;perkantoran, perhotelan, rumah sakit, dll)

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    22/60

    14PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Setiap pengguna akhir dapat memiliki ekspresi spesifikmengikuti format umum:

    I sekarang didefinisikan dalam rata-rata daya terpasangper meter persegi luas lantai atas penggunaan peralatan/teknologi tertentu. Perlu diketahui bahwa berbagai jenisbangunan atau area fungsional dalam bangunan bisamemiliki tingkat penggunaan energi yang berbeda, sehinggamemiliki intensitas yang berbeda pula.

    Kuantitas penggunaan energi Q dapat diidentifikasi sebagaiberikut:

    di mana:A = total luas lantai dari bangunan tipe tertentuP = persentase total luas lantai dari bangunan atas penggunaan

    peralatan/teknologi tertentuM = frekuensi penggunaan atas peralatan/teknologi (jumlah jam/lama penggunaan)

    Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi lajupertumbuhan daerah komersial seperti bertambahnya luaslantai bangunan, penetrasi AC/sistem pendingin ruangan,bertambahnya durasi penggunaan peralatan, dll Dalampersamaan ini perbaikan teknis yang diwakili oleh wattberkurang per meter persegi.

    2.5 Metodologi Analisa Penyediaan

    EnergiPenyediaan energi dihitung dari total energi yang dibutuhkandari seluruh sektor (rumah tangga, industri, transportasi, dankomersial) dan dengan memperhatikan energi yang hilang(losses) selama proses transmisi dan distribusi energi tersebutke konsumen tiap sektor.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    23/60

    15BAB 2

    METODOLOGI DALAM PEMBUATAN BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    C = (ER+ E

    T+ E

    1+ E

    C) + E

    L

    di mana:C = kapasitas suplai energi yang tersediaE

    R= total energi yang dikonsumsi oleh sektor rumah tangga

    ET = total energi yang dikonsumsi oleh sektor transportasiE1

    = total energi yang dikonsumsi oleh sektor industriE

    C= total energi yang dikonsumsi oleh sektor komersial

    EL

    = total energi hilang (losses) selama proses transmisi dan distribusi

    Dalam sebuah sistem pembangkitan listrik, biasanya terdapatkelebihan kapasitas terpasang dan daya yang dibangkitkandibanding dengan jumlah pasokan yang dibutuhkan, atausering kali disebut sebagai reserve margin. Hal ini dilakukanuntuk mengantisipasi lonjakan atas permintaan energi dalam

    jangka pendek. Reserve margindapat diperkirakan denganperhitungan sebagai berikut:

    RM = 100 (C-PL) / PLdi mana:RM = reserve margin (kapasitas cadangan)C = kapasitas pembangkit listrik yang tersedia (dalam MW)PL = beban puncak (dalam MW)

    Sehingga, kapasitas total pembangkit listrik atau energi (CT

    dalam MW) dapat dihitung dengan menggunakan formulaberikut:

    CT= C+ RM

    2.6 Metodologi Perhitungan Emisiatas Model Energi

    Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change),

    Gas Rumah Kaca terdiri dari karbon dioksida, metan, dan gassektor non-energi yang paling umum (SF6, CFC, HCFC danHFC). Emisi dari sistem energi dapat dihitung sebagai:

    Emisi= EC . EF

    di mana:EC = kapasitas daya pembangkit listrik atau kapasitas daya

    pembangkitan energiEF = faktor emisi atas tipe teknologi tertentu (bahan bakar

    yang digunakan) untuk polutan jenis tertentu

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    24/60

    16PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    25/60

    17

    BAB 3BERBAGAI MODEL/SOFTWARE

    PERENCANAAN ENERGI UNTUKPEMBUATAN BASELINE SEKTOR ENERGI

    3.1 Kajian Berbagai ModelPerencanaan Energi

    Model perencanaan energi adalah berupa software yang digunakanuntuk menghitung keseimbangan antara penyediaan energi dengan

    permintaan penggunaan energi dalam jangka waktu tertentu. Model iniberguna untuk menganalisa kebutuhan kebijakan energi, pembangunaninfrastruktur energi, dan juga kebutuhan akan investasi. Tidak hanyaitu, model ini berguna untuk membantu menghitung emisi GRK yangdihasilkan dari aktivitas terkait penggunaan energi.

    Saat ini terdapat banyak sekali software perencanaan energi baik yangberlisensi berbayar maupun yang berlisensi gratis yang dikembangkanoleh berbagai institusi energi internasional terkemuka di dunia sepertiInternational Energy Agency (IEA), International Atomic Energy Agency(IAEA), Stockholm Environment Institute (SEI), dan National Institute forEnvironmental Studies (NIES). Masing-masing institusi mengembangkansoftware perencanaan energi dengan konsep pemodelan yang berbeda-beda. Setiap software memiliki keunggulan dan kelemahan untukdigunakan dalam penghitungan Baseline. Penjelasan singkat tentangsoftware-software perencanaan energi akan dijelaskan lebih lanjut dibawah ini, sedangkan fitur-fitur keunggulan dan kelemahan setiapsoftware ditunjukkan dalam Tabel 2.

    3.1.1 TIMES/MARKAL

    MARKAL (MARket Allocation) adalah sebuah model optimasi terintegrasienergy-lingkungan-ekonomi yang diperkaya dengan berbagai pilihanteknologi. Model ini dirancang oleh International Energy Agency (IEA)Energy Technology Systems Analysis Programme (ETSAP). MARKAL adalahmodel yang disesuaikan dengan input data yang merepresentasikanproyeksi suatu energi-lingkungan jangka panjang (20-50 tahun) yangspesifik dalam sebuah sistem nasional, regional, propinsi maupundalam level komunitas. Sistem pada MARKAL direpresentasikan sebagaisebuah jaringan sistem energi yang mengalir dari ekstraksi sumberenergi, pengkonversian energi, pendistribusian energi ke konsumen dan

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    26/60

    18PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    penggunaan energi di tingkat konsumen. Masing-masingjaringan dalam MARKAL terdiri dari tiga pilar utama yaknikoefisien teknis (contoh: kapasitas, teknologi pembangkit,dan effisiensi), koefisian emisi lingkungan (contoh: CO2,

    SOx, dan NOx), dan koefisien ekonomi (contoh: biaya capitaldan waktu pengkomersialan energi). TIMES (The IntegratedMARKAL-EFOM System) membangun sebuah fitur antaraMARKAL dan EFOM (Energy Flow Optimization Model).Kemudian untuk menjalankan MARKAL diperlukan beberapaelemen software pendamping seperti user-interface (ANSWERdan VEDA), GAMS (sebuah modeling sistem level tinggi)dan software optimasi seperti MINOS, CPLEX or OSL. Infoselengkapnya bisa dilihat di www.etsap.org.

    3.1.2 Model for Energy Supply StrategyAlternatives and their GeneralEnvironmental Impacts (MESSAGE) Model for Analysis of Energy Demand(MAED)

    MESSAGE dikembangkan oleh International AtomicEnergy Agency (IAEA) dan digunakan untuk memformulasidan mengevaluasi strategi alternative pengembanganenergi suplai. MESSAGE sangat fleksibel untuk digunakanmenganalisa pasar energi/listrik dan isu perubahan iklim,seperti: keterbatasan investasi baru, penetrasi pasar terhadapteknologi baru, kesediaan bahan bakar dan perdagangannya,dan emisi yang dikeluarkan akibat proses penyediaan energiterhadap lingkungan. MESSAGE memiliki karakteristik yangsama dengan keluarga MARKAL dan hanya dapat di jalankandi Windows.

    Seperti MESSAGE, MAED juga dikembangkan olehInternational Atomic Energy Agency (IAEA) dan digunakan

    untuk mengevaluasi kebutuhan energi di masa mendatang,dengan jangkauan waktu menengah hingga jangkapanjang. MAED menggunakan scenario yang berdasarkansosioekonomi, teknologi dan pembangunan demografi.Tidak seperti MESSAGE, MAED dapat digunakan di platformWindows maupun LINUX. Kedua software ini disediakangratis untuk umum, organisasi non-profit dan organisasipenelitian berdasarkan permohonan kepada IAEA. Untuklebih lengkapnya bisa dilihat di www.iaea.org.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    27/60

    19BAB 3

    BERBAGAI MODEL/SOFTWARE PERENCANAAN ENERGI UNTUKPEMBUATAN BASELINE SEKTOR ENERGI

    3.1.3 Asia-Pasific Integrated Model (AIM)

    AIM terdiri dari tiga model utama: 1) model emisi gasrumah kaca (AIM/Emission), 2) model perubahan iklim

    global (AIM/Climate), dan 3) model dampak perubahaniklim (AIM/Impact). Model AIM/Emission digunakan untukmemperkirakan emisi gas rumah kaca dan menilai pilihankebijakan untuk mengurangi mereka. Model AIM/Climatedigunakan untuk menghitung konsentrasi gas rumah kacadi atmosfer dan memperkirakan kenaikan suhu rata-rataglobal. Model AIM/Impact digunakan untuk memperkirakandampak perubahan iklim terhadap lingkungan alam dansosial-ekonomi dari kawasan Asia-Pasifik. Meskipun modelini dikembangkan untuk membantu menanggapi masalah

    perubahan iklim, namun juga seringkali digunakan untukmenganalisa kebijakan pengelolaan energi, pertaniandan masalah pengelolaan sumber daya air. Model inidikembangkan oleh National Institute for EnvironmentalStudies dan Kyoto University Jepang. Untuk lebih lengkapnyabisa dilihat di http://www-iam.nies.go.jp/

    3.1.4 Long-range Energy Alternatives PlanningSystem (LEAP)

    LEAP adalah sebuah modeling tool yang komprehensifdan merupakan integrasi scenario yang didasarkan padaenergi dan lingkungan. LEAP dibangun oleh StockholmEnvironment Institute (SEI). Skenario yang dijalankan diLEAP menghitung energi konsumsi, pengkonversiannya danjuga energi yang diproduksi dalam sebuah energi systemberdasarkan beberapa asumsi, diantaranya adalah populasi,pembangunan ekonomi, teknologi dan harga. LEAPterkenal karena penggunaannya yang mudah (user friendly).Tidak seperti MARKAL yang bekerja dengan metodologi

    optimasi, LEAP bekerja berdasarkan metodologi accountingdan sekaligus dapat menggunakan metodologi optimasisederhana. Software ini hanya bekerja pada platformWindows dan dirancang untuk bisa terintegrasi denganMicrosoft Office sehingga memudahkan hasil simulasi dariLEAP untuk diexport ke Microsoft Office maupun sebaliknya.Software ini menyediakan free-licensebagi pengguna yangberada di negara berkembang. Info selengkapnya bisa dilihatdi www.energycommunity.org.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    28/60

    20PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Tabel 2: Karakteristik Beberapa Software Perencanaan Energi

    Karakteristik MARKAL AIM MESSAGE LEAP

    Menyediakandatabase terintegrasi

    Tidak Tidak Tidak Databaseteknologi,

    biaya, danfaktor emisidari IPCC

    Interval waktu dalamproyeksi

    Diatur olehpemodel,biasanyadigunakaninterval setiapperiode 5 atau10 tahun.

    Diatur olehpemodel,biasanyadigunakaninterval setiapperiode 5 atau10 tahun.

    Diatur olehpemodel,biasanyadigunakaninterval setiapperiode 5 atau10 tahun.

    Diatur olehpemodel,biasanyamenggunakaninterval periodeper-tahun

    Keahlian yangdibutuhkan dalam

    penggunaan

    Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Menengah

    Tingkat usaha yangdibutuhkan dalampenggunaan

    Sulit Sulit Sulit Sederhana

    Kemampuan dalammembuat laporan

    Sederhana Sederhana Sederhana Lanjut

    Kemampuanpengaturan data

    Sederhana Sederhana Sederhana Komplek

    Software basic yangdibutuhkan untukmenjalankan model

    Windows,GAMS, solver& interface

    Windows,GAMS, solver& interface

    Windows,GAMS, solver &interface

    Windows

    Pemecahan masalah/Troubleshooting

    Sulit Sangat sulit Sangat sulit Mudah

    Tingkat kesulitanuntuk mempelajaripenggunaan

    Menengah Tinggi Tinggi Menengah

    3.2. Pemodelan dalam Pembuatan

    Baseline untuk Sektor EnergiLEAP telah diadopsi dan digunakan oleh ribuan organisasi dilebih dari 190 negara di seluruh dunia oleh instansi pemerintah,akademisi, lembaga swadaya masyarakat, perusahaankonsultan, dan perusahaan energi. Telah digunakan diberbagai skala yang berbeda mulai dari aplikasi nasional,regional dan global. Penggunaan LEAP telah menjadi standarbagi negara-negara yang melakukan perencanaan sumberdaya energi yang terpadu, penilaian mitigasi gas rumah kaca(GRK), dan strategi pembangunan rendah emisi terutama

    di negara berkembang. Banyak negara juga telah memilih

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    29/60

    21BAB 3

    BERBAGAI MODEL/SOFTWARE PERENCANAAN ENERGI UNTUKPEMBUATAN BASELINE SEKTOR ENERGI

    untuk menggunakan LEAP sebagai bagian dari komitmenmereka untuk melaporkan kepada UNFCCC.

    Dengan menggunakan LEAP, pengguna dapat melakukan

    analisa secara cepat dari sebuah ide kebijakan energike sebuah analisa hasil dari kebijakan tersebut, hal inidikarenakan LEAP mampu berfungsi sebagidatabase, sebagaisebuah alat peramal (forecasting tool) dan sebagai alat analisaterhadap kebijakan energi. Berfungsi sebuahdatabase, LEAPmenyediakan informasi energi yang lengkap. Sebagai sebuahalat peramal, LEAP mampu membuat proyeksi permintaandan penyediaan energi dalam jangka waktu tertentu sesuaidengan keinginan pengguna. Sebagai alat analisa terhadapkebijakan energi, LEAP memberikan pandangan hasil atasefek dari ide kebijakan energi yang akan diterapkan darisudut pandang penyediaan dan permintaan energi, ekonomi,dan lingkungan.

    Keunggulan LEAP dibanding perangkat lunak perencanaan/pemodelan energi-lingkungan yang lain adalah tersedianyasistem antarmuka (interface) yang menarik dan memberikankemudahan dalam penggunaan sehingga cocok untukdigunakan oleh para pemula, tersedia secara cuma-cuma(freeware) bagi masyarakat negara berkembang, adanyadukungan yang kuat dari komunitas pengguna LEAP di

    seluruh dunia maupun dari SEI selaku pengembang model,dan metodologi pemodelan yang transparan dan telah diakuisecara luas di dunia internasional.

    Berdasarkan beberapa pertimbangan atas keunggulan dankelemahan berbagai software perencanaan energi yang ada,maka disepakati bahwa LEAP adalah software perencanaanenergi yang paling sesuai untuk pembuatan Baseline untukmenghitung emisi GRK dari sektor energi di Indonesia.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    30/60

    22PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    3.3 Pengenalan Singkat tentang LEAP

    Data yang terorganisasi

    dalam diagram pohon

    Tempat

    memasukan dataMenu Utama

    Tombol cepat untukmengganti area tampilan

    Data yang dapat ditampilkan dalambentuk grafik maupun tabel

    Gambar 4: Tampilan antarmuka LEAP

    Tampilan antarmuka LEAP sebagai mana ditunjukkandalam Gambar 4 sangat sederhana sehingga mudahdipahami dan digunakan. Area tampilan utama yangdigunakan untuk memasukkan data pada LEAP disebutAnalisis. Pada area Analisis, terdapat empat bagianutama, yakni:

    1. Diagram Pohon: Diagram pohon merupakan tempat

    di mana pengguna dapat mengorganisasi data, baikuntuk melakukan analisa di sisi permintaan energi(demand) maupun di sisi penyediaan energi (supply).Pengguna dapat memodifikasi diagram tersebut,baik merubah nama cabang pada diagram (branch)dengan cara mengeklik cabang yang akan dirubahkemudian mengetik nama yang baru, selain itupengguna juga dapat membuka maupun menutupisi dari cabang yang diinginkan dengan mengekliksimbol +/-. Untuk mengedit diagram pohon, klikkanan pada cabang dan gunakan Tambah ( ),Hapus ( ) dan Properti ( ).

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    31/60

    23BAB 3

    BERBAGAI MODEL/SOFTWARE PERENCANAAN ENERGI UNTUKPEMBUATAN BASELINE SEKTOR ENERGI

    Diagram pohon terdiri dari berbagai macam cabang. Setiaptipe cabang bergantung pada modul masing-masing. Didalam LEAP, terdapat lima modul, yaitu: Asumsi kunci(key asumptions), Permintaan (demand), Transformasi

    (transformation), Sumberdaya (resources) dan DampakSektor Non-Energi (non energy sector effects).

    Asumsi kunci (key asumptions)

    Untuk menampung parameter-parameter umum yangdapat digunakan pada modul permintaan maupunmodul transformasi. Parameter umum ini misalnyaadalah jumlah penduduk, PDB (produk domestikbruto), dan sebagainya. Modul asumsi kunci inisifatnya komplemen terhadap modul lainnya. Pada

    model yang sederhana, dapat saja modul ini tidakdifungsikan.

    Permintaan (demand)

    Untuk menghitung permintaan energi. Pembagiansektor pemakai energi sepenuhnya dapat dilakukansesuai kebutuhan pengguna. Permintaan energididefinisikan sebagai perkalian antara aktifitaspemakaian energi (misalnya jumlah penduduk, jumlahkendaraan, volume nilai tambah, dsb.) dan intensitas

    pemakaian energi kegiatan yang bersangkutan. Transformasi (transformation)

    Untuk menghitung pasokan energi, dapat dihitungatas produksi energi primer (gas bumi, minyak bumi,batubara, dsb.) dan energi sekunder (listrik, bahanbakar minyak, LPG, briket batubara, arang, dsb.).Susunan cabang dalam modul transformasi sudahditentukan strukturnya, yang masing-masing kegiatantransformasi energi terdiri atas proses dan hasil(output).

    Sumberdaya (resources)

    Terdiri atas primer dan sekunder. Kedua cabang inisudah didesain secara default. Cabang-cabang dalammodul sumberdaya akan muncul dengan sendirinyasesuai dengan jenis-jenis energi yang dimodelkandalam modul transformasi. Beberapa parameter perludiisikan, seperti jumlah cadangan (minyak bumi, gasbumi, batubara, dsb.) dan potensi energi (tenaga air,biomasa, dsb.).

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    32/60

    24PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Dampak Sektor Non-Energi (non energy sectoreffects)

    Untuk menempatkan variabel-variabel dampak negatifkegiatan sektor energi, seperti tingkat kecelakaan,penurunan kesehatan, terganggunya ekosistem, dsb.

    Setiap tipe cabang yang berbeda akan dibedakan denganikon yang berbeda pula. Ikon-ikon tersebut dapat dijelaskansebagai berikut:

    Cabang Kategori, digunakan untuk mengorganisasi

    data yang berada pada diagram pohon. Pada analisapermintaan energi, cabang ini hanya memuat datalevel aktifitas pemakaian energi dan biaya. Padaanalisa penyediaan energi, cabang ini digunakan untukmengindikasikan jenis energi yang dikonversi, sepertipembangkitan listrik, penyulingan minyak (oil refining) danpengekstraksian sumberdaya energi.

    Cabang Teknologi, memuat data tentang teknologi yangmengkonsumsi, memproduksi dan mengkonversi energi.Pada analisa penyediaan energi, cabang teknologi ditandaidengan ikon . Pada analisa permintaan energi, cabangteknologi mengindikasikan bahan bakar yang digunakan

    dan juga intensitas energinya. Cabang teknologi padasisi permintaan dapat dibedakan ke dalam tiga macambentuk, tergantung pada tipe analisa metodologi yangdipilih, yakni: Analisa aktivitas ( ), Analisa ketersediaan/

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    33/60

    25BAB 3

    BERBAGAI MODEL/SOFTWARE PERENCANAAN ENERGI UNTUKPEMBUATAN BASELINE SEKTOR ENERGI

    stock( ), dan Analisa pengangkutan ( ). K Cabang Asumsi Kunci, memuat variable/parameter

    independen seperti jumlah penduduk dan PDB (produkdomestik bruto).

    Cabang Bahan Bakar, terletak dibawah modul

    sumberdaya, dan juga terletak dibawah modul transformasi.Digunakan untuk merepresentasikan bahan bakar yangdiproduksi oleh modul.

    Cabang Emisi Lingkungan, merepresentasikan berbagaimacam polutan yang dihasilkan oleh permintaan energidan teknologi transformasi.

    2. Tabel Data: Area Analisis mempunyai dua panel yangberada di sebelah kanan diagram pohon. Pada panel yangbagian atas berupa tabel sebagai tempat masukan data(input).

    3. Grafik/Tabel: Panel bagian bawah berupa grafik yangmerupakan representasi dari data yang penggunamasukkan. Grafik tersebut dapat ditampilkan dalamberbagai bentuk, seperti bar, pie, maupun garis. Grafikini dapat diekspor ke dalam bentuk Microsoft Excel atau

    Power Point.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    34/60

    26PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    35/60

    27

    BAB 4BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI

    DENGAN MENGGUNAKAN LEAP

    4.1. Metodologi Penyusunan Baseline

    Penyusunan Baseline ini meliputi 33 propinsi di Indonesia. Prosespengerjaan di tingkat propinsi dimulai dari pengumpulan data baik datayang berfungsi sebagai asumsi dasar (seperti demografi dan kondisiekonomi) maupun data kebutuhan energi di tiap sektor (sektor industri,

    rumah tangga, komersial, dan transportasi). Proses pengumpulandata ini juga untuk memetakan potensi dan ketersediaan infrastrukturpenyediaan energi yang ada di tiap propinsi. Proses pengumpulan datadan penggolongan jenis data yang diperlukan, ditunjukkan dalam Gambar5 dan 6.

    Demografi

    Transportasi

    Komersial

    Industri

    Rumah Tangga

    Analisa Statistik

    Pengumpulan Data

    Ekonomi

    Gambar 5: Proses pengumpulan data untuk pembuatan Baseline

    Setelah proses pengumpulan data terselesaikan, proses selanjutnya dalampenyusunan Baseline dimulai dari penentuan kerangka dari pemodelansistem energi. Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GasRumah Kaca (RAN-GRK), maka proyeksi perhitungan emisi adalah mulaidari tahun 2010 sebagai tahun dasar hingga tahun 2020 sebagai tahunakhir. Data-data asumsi dasar berupa kondisi dan tren pertumbuhanekonomi dan demografi menjadi input pada tahun dasar. dan tahun-tahun perhitungan selanjutnya.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    36/60

    28PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Data-data penggunaan akhir berbagai peralatanpengkonsumsi energi dari berbagai sektor seperti industri,rumah tangga, transportasi dan komersial, digunakan sebagaibahan untuk perhitungan konsumsi energi pada setiap

    propinsi. Hasil dari perhitungan konsumsi energi dibutuhkanuntuk mendapatkan hasil perhitungan proyeksi pemenuhansuplai energi. Total emisi dari sektor energi diperoleh darihasil perhitungan suplai energi yang dibutuhkan danemisi faktor yang sesuai dengan bahan bakar dan teknolgiyang digunakan dalam sistem energi tersebut. Gambar 7memperlihatkan langkah-langkah penyusunan Baselinedengan menggunakan LEAP.

    Family Car

    KomersialSemen

    Makanan

    Pupuk

    Petrokimia

    Baja

    Tekstil

    Transportasi

    Minibus

    Taxi

    Bus

    Rail

    Truck

    Trailer

    City Car/Motor

    Mall

    Hotel

    Perkantoran

    Keramik

    R1-450 VA

    R1-900 VA

    R1-1300 VA

    R1-2200 VA

    R2-4400 VA

    Pulpl & Kertas

    Rumah Sakit

    Pribadi

    Umum

    Bisnis

    PENGUMPULANDATA

    Industri

    Rumah

    Gambar 6: Penggolongan data di tiap sektor yang diperlukan dalampembuatan Baseline

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    37/60

    29BAB 4

    BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN LEAP

    Tahun dasar 2010

    Tahun akhir 2020

    Demografi

    Ekonomi

    Rumah tangga

    Komersial

    Industri

    Transportasi

    (1)

    Menentukan

    Framework

    (2)

    Input tahun dasar

    information

    (3)

    Perkiraan tren kondisi social

    ekonomi

    (4)

    Perhitungan proyeksikonsumsi energi

    (5)

    Perhitungan proyeksi

    suplai energi

    (6)

    Perhitungan proyeksi

    emisi

    Pertumbuhan

    populasi

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Gambar 7: Prosedur dalam pembuatan Baseline dengan menggunakanLEAP

    4.2. Metode Perhitungan KonsumsiEnergi Pada LEAP

    Secara default, konsumsi energi dihitung sebagai produk darisuatu tingkat aktivitas atau frekuensi dan intensitas energi

    tahunan (penggunaan energi per unit aktivitas). Keseluruhankegiatan didefinisikan sebagai produk dari kegiatan individual.Biasanya, kegiatan yang ditentukan sebagai nilai absoluttunggal (misalnya jumlah rumah tangga) dikalikan denganserangkaian persentase atau tingkat penetrasi (misalnyapangsa persentase rumah tangga perkotaan dan pedesaan,penetrasi dari pengguna peralatan seperti AC dan kulkas).

    Total konsumsi energi dengan demikian dihitung denganpersamaan:

    Konsumsi energi = tingkat aktivitas atau frekuensi xintensitas energi

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    38/60

    30PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Dalam analisis permintaan energi final, permintaan energidihitung sebagai produk dari total tingkat aktivitas danintensitas energi pada setiap teknologi tertentu. Permintaanenergi dihitung untuk tahun dasar proyeksi dan untuk setiap

    tahun selama periode proyeksi. Dengan kata lain:

    Dt= TA

    t. EI

    t

    Dimana D adalah permintaan energi,TAadalah aktivitas total,EIadalah intensitas energi, dan tadalah tahun proyeksi (mulaidari tahun dasar hingga tahun akhir tahun). Permintaanenergi dihitung untuk setiap cabang teknologi diidentifikasiatas dasar bahan bakar tertentu yang digunakan. Dengandemikian, dalam menghitung semua cabang teknologi, LEAP

    menghitung total kebutuhan energi final dari masing-masingbahan bakar.

    4.2.1 Metode Perhitungan Sektor Industri padaLEAP

    Metode perhitungan konsumsi energi di sektor industri padadasarnya mengikuti metode umum perhitungan konsumsienergi pada LEAP. Akan tetapi pada sektor industri, aktivitastotal dihitung berdasarkan hasil produksi yang dihasilkan

    oleh industri tersebut. Sehingga persamaan perhitungankonsumsi energi sebagai berikut:

    Konsumsi energi = Total produksi (ton) x Energi yangdikonsumsi pada setiap aktivitas produksi (Joule/ton)

    Secara detail, konsumsi energi disektor industri dalam LEAPdapat dihitung berdasarkan jenis peralatan yang digunakandalam proses produksinya, yakni dengan menggunakanpersamaan sebagai berikut:

    Di mana:E

    iadalah konsumsi energi di industri

    Ni,j

    adalah jumlah total peralatan idalam sub-sektorjP

    i,jadalah tingkat penetrasi dari peralatan idalam sub-sektorj

    Mi,j

    adalah produks yang dihasilkan oleh peralatanidalam sub-sektorjyang mengkonsumsi energi (Ton)Ii,j

    adalah intensitas energi dari peralatan idalam sub-sektorj(Joule/peralatan)

    i adalah peralatan dalam industri, i= 1,2,3,....,n

    j adalah sub-sektor dalam industri, j = 1,2,3.....,m

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    39/60

    31BAB 4

    BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN LEAP

    4.2.2 Metode Perhitungan Sektor Transportasipada LEAP

    Dalam LEAP, konsumsi energi dihitung sebagai produk darijumlah kendaraan, jarak tempuh rata-rata tahunan (jarakbepergian) dan konsumsi bahan bakar (liter per km). Stokkendaraan pada tahun dasar dapat dihitung dari datahistoris penjualan kendaraan dan lama usia kendaraandapat digunakan. Dalam pembuatan Baseline, proyeksipenjualan kendaraan masa depan, jarak tempuh rata-ratapara pengemudi dan konsumsi bahan bakar kendaraan dimasa depan, dan tingkat emisi kendaraan di masa depanharus diperhitungkan. Informasi lama usia kendaraandapat digunakan dapat digunakan untuk menggambarkan

    bagaimana jarak tempuh, konsumsi bahan bakar dan emisikendaraan berhubungan linear dengan usia kendaraan.Konsumsi energi dari sektor transportasi dalam LEAP dihitungsebagai berikut:

    Konsumsi energi = stok atau jumlah kendaraan x jaraktempuh rata-rata x tingkat konsumsi bahan bakar

    LEAP akan menghitung tingkat konsumsi, jarak tempuh danemisi dari keseluruhan kendaraan berdasarkan stok atau

    jumlah kendaraan lama maupun baru yang sudah dimilikioleh masyarakat. Hasil perhitungan ini pada akhirnya dapatmenghasilkan jumlah emisi dan konsumsi energi dari sektortransportasi.

    Berbeda dengan dua metode analisis konsumsi energi disektor lainnya, yang hanya memungkinkan faktor emisiditentukan per unit energi yang dikonsumsi (misalnya kg/TJ), metode analisa konsumsi energi di sektor transportasimenggunakan faktor emisi per unit jarak yang ditempuh olehkendaraan (misalnya gram/km).

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    40/60

    32PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Box 1. Perhitungan Tingkat Lanjut untuk Sektor Transportasi.

    Data stok atau jumlah kendaraan dapat dalam setiap tahun proyeksi

    dapat dihitung dengan cara manual melalui metode statistik yang

    dikembangkan oleh Pongthanaisawan (2010) sebagai berikut;

    ( )

    Di mana:V

    stock,i,j(t)adalah the total stok of kendaraan tipe i, dengan bahan

    bakarj, pada tahun tV

    sale,i(v) adalah jumlah kendaraan baru tipe iyang terjual pada tahun

    v

    ( )adalah rate kendaraan tipe i yang masih beroperasi denganumur k (%)

    vadalah tahun lampau dari kendaraan, dimana v < tv adalah tahun stok paling lama dari kendaraan.kadalah usia dari kendaraan, di mana k = t v.

    ( ) ( ) ( )]

    Di mana:

    Vremain,i

    (t,v) adalah jumlah kendaraan tipe i yang telah terjual padatahun v, yang masih digunakan pada tahun tV

    sale,i(v) adalah jumlah kendaraan baru tipe iyang terjual pada tahun

    v

    ( )adalah rate kendaraan tipe i yang masih beroperasi denganumur k (%)vadalah tahun lampau dari kendaraan, dimana v < tv adalah tahun stok paling lama dari kendaraan.kadalah usia dari kendaraan, di mana k = t v.Jumlah kendaraan baru yang terjual setiap tahun dapat dihitungdengan menggunakansimple logistic model:

    Di mana:

    Vsale,i

    (t) adalah jumlah kendaraan terjual tipe i pada tahun tG

    cap(t) adalah PDB per kapita pada tahun t

    Decon(t) adalah data dummy atas kondisi krisis ekonomi pada tahun ta, b,and c adalah koefisienSurvival rate pada kendaraan adalah probabilitas kendaraan tersebutmasih dapat dipakai seiring dengan bertambahnya usia kendaraan.

    ( ) (0)

    Di mana:

    ( )is the survival rate kendaraan tipe idengan usia kkadalah usia kendaraanb

    iadalah tingkat kematian kendaraan tipe I (kendaraan akan mati

    dengan bertambahnya usia)Tiadalah karakteristik usia hidup kendaraan tipe i.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    41/60

    33BAB 4

    BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN LEAP

    4.3 Metode Perhitungan ProduksiEnergi Pada LEAP

    Dalam analisis sistem energi, pemodel energi mensimulasikankonversi dan transmisi suatu bentuk energi mulai dariekstraksi sumber daya primer menjadi bahan bakar hinggasampai ke konsumsi final bahan bakar tersebut Produksilistrik adalah tranformasi atau konversi energi yang pentingdalam sebuah sistem energi. LEAP dapat menghitung prosesproduksi listrik berdasarkan faktor beban (load factor) padatahun dasar yang didefinisikan sebagai berikut:

    Reserve margin digunakan oleh LEAP untuk memutuskankapan untuk secara otomatis menambah kapasitas listriktambahan yang dibutuhkan, dengan demikian kebutuhantotal pembangkit listrik yang diperlukan di masa mendatangdapat diketahui.

    Reserve Margin (%) = 100 * (Kapasitas Pembangkit BebanPuncak) / Beban Puncak

    Puncak beban (peak load) dihitung berdasarkan kebutuhanlistrik dan faktor beban. Total kebutuhan listrik dihitungberdasarkan analisis kebutuhan energi dan kerugian listrikakibat proses dalam transmisi dan distribusi listrik.

    4.4 Metode Perhitungan Emisi dariProduksi dan Konsumsi Energi

    LEAP menggunakan perhitungan emisi sesuai denganstandar IPCC yang telah di jelaskan di sub-bab 3.6, yakni:

    Emisi= EC.EF

    di mana:EC = konsumsi energiEF = faktor emisi atas tipe teknologi tertentu (bahan bakaryang

    digunakan) untuk polutan jenis tertentu.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    42/60

    34PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Emisi faktor yang digunakan dalam hal ini disesuaikandengan emisi faktor lokal Indonesia yang dijelaskan padaTabel 3, 4, 5, dan 6 berurut-turut adalah faktor emisi untukbahan bakar rumah tangga, transportasi, faktor emisi untuk

    sistem jaringan kelistrikan di seluruh Indonesia, dan faktoremisi untuk sektor industri.

    Tabel 3: Faktor emisi bahan bakar rumah tangga

    Jenis BBM Faktor Emisi

    Kayu bakar 1,75 kg CO2/kg kayu bakar

    Liquefied Petroleum Gas(LPG) 2,98 kg CO2/kg LPG

    Minyak Tanah 2,58 kg CO2/liter minyak tanah

    Sumber: Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP)Pelaksanaan RAD-GRK

    Tabel 4: Faktor emisi bahan bakar transportasi

    Jenis BBM Faktor Emisi (kg CO2/liter BBM)

    Solar (diesel oil) 2,2

    Premium (fuel oil) 2,6Sumber: Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP)Pelaksanaan RAD-GRK

    Tabel 5: Faktor emisi jaringan ketenagalistrikan

    Sistem Ketenagalistrikan Baseline Faktor Emisi(kgCO

    2/kWh)

    Jawa-Madura-Bali 0,725Sumatera 0.743

    Kaltim 0,742

    Kalbar 0,775

    Kateng dan Kalsel 1,273

    Sulut, Sulteng, Gorontalo 0,161

    Sulsel, Sulbar, Sultra 0,269

    Sumber: Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP)Pelaksanaan RAD-GRK

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    43/60

    35BAB 4

    BASELINE UNTUK SEKTOR ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN LEAP

    Tabel 6: Faktor emisi untuk sektor Industri

    Bahan Bakar

    Faktor Emisi (tonCO

    2/TJ)

    NCV (TJ/Gg)

    %C

    CO2

    CH4

    N2O

    Gas alam 56,10 1 0,1 48 73,4%LPG 63,10 1 0,1 47,3 81,4%

    Biodiesel 70,80 3 0,6 27 52,1%

    Jet Kerosene 71,50 3 0,6 44,1 86,0%

    Kerosen lainnya 71,90 3 0,6 43,8 85,9%

    Minyak diesel 74,10 3 0,6 43 86,9%

    Minyak residu 77,40 3 0,6 40,4 85,3%

    Batubara antrasit 98,30 10 1,5 26,7 71,6%

    Batubara bituminous 94,60 10 1,5 25,8 66,6%

    Batubara sub-bituminous 96,10 10 1,5 18,9 49,5%

    Lignit 101 10 1,5 11,9 32,8%Kayu/limbah kayu 112 30 4 15,6 47,7%

    Biomassa padat lainnya 100 30 4 11,6 31,6%

    Black liquor 95,30 3 2 11,8 30,7%

    Coke 107 10 1,5 28,2 82,3%Sumber: Modul Pelatihan Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca dan PenghitunganBaseline Bidang Energi, Transportasi, dan Industri

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    44/60

    36PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    45/60

    37

    BAB 5EMISI BASELINE UNTUK SEKTORBERBASISI ENERGI DENGAN

    MENGGUNAKAN LEAPHingga bulan Desember 2012, 33 propinsi telah menyelesaikan perhitungan Baselineyang dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah Pengurangan Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). Hasil pemodelan yang dilakukan di setiap propinsi kemudian dilakukankompilasi baik dari sektor energi maupun sektor transportasi secara nasional Gambar8 menunjukkan total kompilasi Baseline di seluruh propinsi di Indonesia. Terlihatbahwa mayoritas emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh propinsi-propinsi di pulauJawa, yakni Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta.

    Kompilasi BaU Baseline Kelompok Bidang Energi

    0

    100,000,000

    200,000,000

    300,000,000

    00,000,000

    00,000,000

    600,000,000

    700,000,000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

    NAD Sumut Sumbar Kepri Riau Jambi Sumsel

    Babel Bengkulu Lampung Banten Jabar Jatim Jateng

    DIY DKI Jakarta Bali NTB NTT Kalbar Kaltim

    Kalteng Sulut Kalsel Sulteng Sultra Sulsel Sulbar

    Gorontalo Maluku alut Papua Papua Barat

    Gambar 8: Kompilasi Baseline Nasional tiap propinsi di Indonesia(Sekretariat RAN-GRK, 2014)

    Total emisi gas rumah kaca sektor berbasis energi pada tahun dasar proyeksi 334 jutaton CO

    2e. Sedangkan total emisi gas rumah kaca di tahun proyeksi 2020, naik secara

    signifikan dua kali lipat menjadi sebanyak 633 juta ton setara CO2.

    Sebagaimana disebutkan sebelumnya, perhitungan baseline sektor berbasis energi

    untuk RAD-GRK dibagi menjadi dua sektor utama, yaitu sektor energi dan sektortransportasi. Ulasan mengenai masing-masing sektor akan dibahas sebagaimanaberikut ini.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    46/60

    38PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    5.1 Hasil Perhitungan Emisi BaselineSektor Energi

    Emisi Baseline sektor energi yang telah dihitung dari keseluruhpropinsi di Indonesia yang dikategorikan dalam setiap pulauakan dibahas di bawah ini:

    5.1.1 Pulau Sumatra

    Dari hasil perhitungan emisi BAU Baseline dengan LEAPdari sektor energi untuk wilayah Sumatra pada tahun 2010menunjukkan bahwa propinsi Sumatera Utara menghasilkanemisi gas rumah kaca terbanyak di antara seluruh propinsi di

    Sumatra, yaitu sebesar 13,6 juta ton setara CO2(Gambar 9). Halini menunjukkan bahwa propinsi Sumatera Utara, khususnyakota Medan saat ini menjadi pusat aktivitas ekonomi dansekaligus menjadi daerah dengan pembangunan terpesat dikawasan Sumatra.

    0

    5,000,000

    10,000,000

    15,000,000

    20,000,000

    25,000,000

    30,000,000

    35,000,000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

    ceh North Sumatera West Sumatera Riau

    Jambi South Sumatera Bengkulu Lampung

    TonCO

    2-equivalent

    Gambar 9: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Pulau Sumatra

    Di akhir tahun proyeksi, 2020, propinsi Sumatra Utara masihmenghasilkan emisi terbesar di Sumatra Utara sebesar 40juta ton setara CO

    2.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    47/60

    39BAB 5

    EMISI BASELINE UNTUK SEKTOR BERBASISI ENERGI DENGANMENGGUNAKAN LEAP

    5.1.2 Pulau Jawa dan Bali

    Sebagai daerah terdepan dalam pembangunan ekonomidan infrastruktur, pulau Jawa dan Bali merupakan tulang

    punggung kegiatan ekonomi dan sekaligus pusat permintaanenergi di Indonesia. Oleh karena itu, di tahun 2010, propinsiBanten dan Jawa Barat memproduksi gas rumah kaca sebesar74,3 dan 70 juta ton setara CO

    2 (Gambar 10). Nilai emisi

    yang dihasilkan di dua propinsi tersebut melampaui produksitotal emisi di pulau Sumatra. Sebagaimana diketahui, wilayahBanten dan Jawa Barat memiliki jumlah industri terbanyakdi Indonesia, hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebutmerupakan daerah penyokong kebutuhan dan aktivitasekonomi di Jakarta.

    Di tahun 2020, diperkirakan jumlah emisi di propinsi JawaBarat akan naik secara drastis lebih dari dua kali lipat hinggamencapai 129 juta ton setara CO

    2. Hal ini dikarenakan

    pertumbuhan sektor industri di Jawa Barat tumbuh sangatpesat yang mengakibatkan konsumsi energi yang terus naik.Wilayah lain di pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah,DI Yogyakarta, dan Bali juga mengalami kenaikan produksiemisi gas rumah kaca, namun tidak setinggi Jawa Barat.

    0

    20,000,000

    40,000,000

    60,000,000

    80,000,000

    100,000,000

    120,000,000

    140,000,000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

    Banten est Java East Java Central Java

    DI Yogyakarta KI Jakarta Bali

    TonCO

    2-equivalent

    Gambar 10: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di pulau Jawa

    dan Bali

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    48/60

    40PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Emisi gas rumah kaca di pulau Jawa dan Bali dihitung daritahun dasar 2010 hingga tahun akhir proyeksi 2020. Padatahun 2010, total emisi dari seluruh aktivitas energi di pulauJawa dan Bali tercatat sebesar 270,4 juta ton setara CO

    2. Pada

    akhir proyeksi perhitungan emisi gas rumah kaca, diperolehbahwa total emisi di pulau Jawa dan Bali sebesar 418,5 jutaton setara CO2.

    5.1.3 Pulau Kalimantan

    Pada tahun 2010, propinsi Kalimantan Timur merupakanprodusen emisi gas rumah kaca terbesar di pulau Kalimantan,tercatat sebanyak 5,6 juta ton setara CO

    2dihasilkan (Gambar

    11). Kemudian setelah propinsi Kalimantan Timur adalahpropinsi Kalimantan Barat sebagai penghasil emisi gas rumahkaca terbesar kedua di pulau Kalimantan, yakni sebanyak 3,5juta ton setara CO

    2.

    0

    2,000,000

    4,000,000

    6,000,000

    8,000,00010,000,000

    12,000,000

    14,000,000

    16,000,000

    18,000,000

    20,000,000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

    est Kalimantan East Kalimantan Central Kalimantan South Kalimantan

    TonCO

    2-equivalent

    Gambar 11: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di PulauKalimantan

    Emisi gas rumah kaca di propinsi Kalimantan Timur meningkattiga kali lipat pada tahun 2020 seiring dengan pertumbuhanekonomi di wilayah tersebut, yakni sebanyak 18,4 juta tonsetara CO2. Sedangkan di wilayah Kalimantan Barat produksigas rumah kaca meningkat sebanyak dua kali lipat darijumlah emisi pada tahun 2010. Total emisi yang diproduksioleh pulau Kalimantan sebanyak 33,7 juta ton setara CO2

    atau meningkat hampir tiga kali lipat dari emisi pada tahun2010.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    49/60

    41BAB 5

    EMISI BASELINE UNTUK SEKTOR BERBASISI ENERGI DENGANMENGGUNAKAN LEAP

    5.1.4 Pulau Sulawesi dan Papua

    Wilayah di pulau Sulawesi yang menghasilkan emisi gasrumah kaca terbesar adalah propinsi Sulawesi Selatan dimana kota Makasar berada. Makasar adalah salah satu kota

    terbesar dengan pembangunan ekonomi dan infrastrukturterbaik di Indonesia. Pada tahun 2010, propinsi SulawesiSelatan menghasilkan emisi sebesar 3,5 juta ton setaraCO

    2(Gambar 12). Emisi yang dihasilkan propinsi-propinsi

    lain di pulau Sulawesi seperti Sulawesi Barat, Sulawesi,Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontaloterpaut sangat jauh dibandingkan dengan emisi gas rumahkaca yang dihasilkan oleh propinsi Sulawesi Selatan. Halini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yangsiginifikan dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunaninfrastruktur antar wilayah di Sulawesi. Sedangkan di pulauPapua, hanya propinsi Papua yang melakukan pembuatanproyeksi BAU Baseline, sehingga perhitungan emisi gasrumah kaca yang dihasilkan tidak meliputi propinsi PapuaBarat.

    0

    2,000,000

    4,000,000

    6,000,000

    8,000,000

    10,000,000

    12,000,000

    14,000,000

    16,000,000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

    North Sulawesi Central Sulawesi Southeast Sulawesi South Sulawesi

    West Sulawesi Gorontalo Papua

    TonCO

    2-equivalent

    Gambar 12: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di PulauSulawesi dan Papua

    Berdasarkan hasil pemodelan dengan menggunakan LEAP,terlihat bahwa pada tahun 2020, produksi emisi gas rumahkaca di propinsi Sulawesi Selatan naik lebih dari empat kalilipat menjadi sebanyak 15 juta ton setara CO

    2. Kenaikan

    produksi emisi gas rumah kaca yang signifikan juga diikutioleh propinsi Sulawesi Tenggara di tahun 2020 menjadi

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    50/60

    42PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    sebanyak 4,9 juta ton setara CO2. Keadaan di Pulau Papua

    juga hampir sama, pertumbuhan ekonomi dan pembangunaninfrastruktur di tahun 2020 diproyeksikan akan membuatproduksi emisi gas rumah kaca di propinsi Papua naik drastis

    hampir 8 kali lipat menjadi sebanyak 6 juta ton setara CO2.Secara total proyeksi terhadap produksi emisi gas rumahkaca meningkat sebesar 4 kali lipat dari tahun dasar 2010dengan kontributor terbanyak berasal dari emisi gas rumahkaca yang dihasilkan oleh propinsi Sulawesi Selatan, SulawesiTenggara dan Papua.

    5.1.5 Kepulauan

    Wilayah kepulauan di Indonesia terdiri dari beberapapropinsi, yakni Kepulauan Riau, Bangka Belitung, NTB, NTT,Maluku dan Maluku Utara. Diantara 6 propinsi tersebut, NTTadalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di tahun2010 sebanyak 8,3 juta ton setara CO

    2(Gambar 13). Lalu

    diikuti oleh propinsi Bangka Belitung sebanyak 3,5 juta tonsetara CO

    2. Di akhir tahun proyeksi, 2020, produksi emisi

    gas rumah kaca di propinsi NTT naik hampir dua kali lipatmenjadi sebanyak 15,6 juta ton setara CO

    2. Sedangkan di

    propinsi Bangka Belitung kenaikan produksi emisi gas rumahkaca sangat signifikan menjadi lebih dari tiga kali lipat dariproduksi di tahun 2010, yakni sebanyak 11,8 juta ton setaraCO

    2. Propinsi lain seperti Kepulauan Riau, NTB, Maluku

    dan Maluku Utara kenaikan produksi gas rumah kaca naiksebesar dua kali lipat di tahun 2020. Secara keseluruhan,proyeksi jumlah total emisi gas rumah kaca yang dihasilkanoleh seluruh propinsi di Kepulauan naik sebesar dua kalilipat, dengan kontribusi terbesar adalah dari propinsi BangkaBelitung dan NTT.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    51/60

    43BAB 5

    EMISI BASELINE UNTUK SEKTOR BERBASISI ENERGI DENGANMENGGUNAKAN LEAP

    0

    2,000,000

    4,000,000

    6,000,000

    8,000,000

    10,000,000

    12,000,000

    14,000,000

    16,000,000

    18,000,000

    2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

    Riau Islands Bangka Belitung NTB TT aluku Maluku Utara

    TonCO

    2-equivalent

    Gambar 13: Proyeksi emisi gas rumah kaca di tiap propinsi di Kepulauan

    5.2 Hasil Perhitungan Emisi BaselineSektor Transportasi

    Emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi di Indonesiamenjadi kontributor kedua setelah dari sektor energinon-transportasi. Hal ini terlihat dari Tabel 7 hingga 12.Sebagaimana sektor energi, ulasan emisi baseline sektortransportasi juga dilakukan untuk setiap pulau.

    5.2.1 Pulau Sumatra

    Pada tahun dasar 2010, di Pulau Sumatra, propinsi Sumatra

    Utara masih menjadi penghasil emisi gas rumah kacatertinggi dengan kontribusi sebanyak 8,4 juta ton setaraCO

    2. Sementara itu, propinsi Bengkulu menjadi kontributor

    emisi gas rumah kaca terbesar kedua dari transportasi setelahpropinsi Sumatra Utara, yakni sebesar 3 juta ton setara CO

    2.

    Pada akhir tahun proyeksi 2020, propinsi Sumatra Utaramasih mendominasi produksi emisi gas rumah kaca sebanyak22 juta juta ton setara CO

    2. Kemudian diikuti oleh propinsi

    Lampung sebanyak 12,9 juta ton setara CO2

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    52/60

    44PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Tabel 7: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Sumatera (ton setara CO2)

    Propinsi 2010 2012 2014 2016 2018 2020

    Aceh 2,375,100 4,204,600 4,948,900 5,627,200 7,899,400 9,775,000

    Sumatera

    Utara8,383,000 8,693,000 9,776,000 13,816,000 15,856,000 22,098,000

    SumateraBarat

    347,000 526,000 2,422,900 3,080,200 4,738,400 6,322,200

    Riau 0 340,105 680,210 1,020,315 1,360,420 1,700,525

    SumateraSelatan

    155,415 169,800 185,612 202,919 221,866 242,662

    Bengkulu 3,043,522 3,383,192 3,957,728 4,941,948 6,643,079 9,601,498

    Lampung 597,798 2,115,166 4,492,872 7,315,472 9,519,932 12,946,776

    Jambi - - - - - -

    TotalPropinsi

    14,901,835 19,431,863 26,464,222 36,004,054 46,239,097 62,686,661

    5.2.2 Pulau Jawa dan Bali

    Di Pulau Jawa dan Bali, proyeksi emisi gas rumah kaca darisektor transportasi tidak tersedia secara lengkap untukpropinsi DKI Jakarta dan Bali. Pada tahun dasar, propinsiJawa Barat dan Jawa Timur merupakan kontributor emisigas rumah kaca terbesar dengan 10,6 juta dan 11,9 jutaton setara CO

    2 (Tabel 8). Namun, potensi produsen emisi

    gas rumah kaca terbanyak berdasarkan hasil proyeksi dariLEAP pada tahun 2020 adalah propinsi Jawa Tengah, yaknisebesar 30,4 juta ton setara CO

    2. Hal ini dimungkinkan

    karena propinsi Jawa Tengah menjadi titik hubung antaraDKI Jakarta dan Surabaya, dua kota terdepan dalam aktivitasperekonomian di Indonesia.

    Tabel 8: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Jawa dan Bali (ton setara CO

    2)

    2010 2012 2014 2016 2018 2020

    Banten 3,876,200 4,292,200 4,698,200 5,113,800 5,550,200 6,002,500Jawa Barat 11,887,442 13,559,985 15,232,528 17,243,097 19,591,692 21,940,286

    Jawa Timur 10,627,383 11,546,809 12,428,283 13,426,207 14,379,066 15,341,371

    JawaTengah

    9,910,000 12,380,000 15,490,000 19,390,000 24,270,000 30,400,000

    Yogyakarta 231,860 270,960 317,220 371,380 434,780 509,010

    Bali 2,193,512 2,467,050 2,796,660 3,171,175 3,596,808 4,080,643

    DKI Jakarta - - - - - -

    TotalPropinsi

    38,726,397 44,517,004 50,962,891 58,715,659 67,822,546 78,273,810

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    53/60

    45BAB 5

    EMISI BASELINE UNTUK SEKTOR BERBASISI ENERGI DENGANMENGGUNAKAN LEAP

    5.2.3 Pulau Kalimantan

    Emisi gas rumah kaca di Pulau Kalimantan tetap di dominasioleh propinsi Kalimantan Timur. Di tahun 2010, propinsi

    Kalimantan Timur menghasilkan sekitar 5 juta ton setaraCO

    2 dan meningkat menjadi 17,6 juta ton setara CO

    2 di

    tahun 2020 dari sektor transportasi (lihat Tabel 9). Kemudiandiposisi kedua adalah propinsi Kalimantan Barat pada tahun2010 menghasilkan 2,2 juta ton setara CO

    2, di akhir tahun

    proyeksi menghasilkan 3,8 juta ton setara CO2. Perhitungan

    proyeksi emisi gas rumah kaca di pulau Kalimantan tidaktermasuk propinsi Kalimantan Selatan.

    Tabel 9: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Kalimantan (ton setara

    CO2)2010 2012 2014 2016 2018 2020

    KalimantanBarat

    2,150,000 2,450,000 2,750,000 3,050,000 3,450,000 3,800,000

    KalimantanTimur

    5,040,000 6,410,000 8,200,000 10,540,000 13,600,000 17,610,000

    KalimantanTengah

    871,380 1,001,670 1,175,690 1,413,190 1,745,460 2,223,600

    KalimantanSelatan

    - - - - - -

    Total

    Propinsi 8,061,380 9,861,670 12,125,690 15,003,190 18,795,460 23,633,600

    5.2.4 Pulau Sulawesi dan Papua

    Di Pulau Sulawesi, propinsi Sulawesi Selatan masih menjadidaerah yang memberikan kontribusi terbesar dalam emisigas rumah kaca di tahun 2010 sebanyak 2,9 juta ton setaraCO

    2, kemudian diikuti oleh propinsi Sulawesi Tenggara (Tabel

    10). Sedangkan propinsi lain seperti Sulawesi Utara, SulawesiBarat dan Gorontalo memberikan kontribusi yang kurang

    signifikan dalam emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi.Pada akhir tahun proyeksi 2020, propinsi Sulawesi Selatanmemberikan kontribusi terbesar sebanyak 5,9 juta ton setaraCO

    2. Sedangkan propinsi Sulawesi Tenggara menghasilkan

    emisi gas rumah kaca sebanyak 3,2 juta ton setara CO2.

    Di wilayah Pulau Papua, proyeksi emisi gas rumah kaca disektor transportasi hanya dilakukan di propinsi Papua Barat.Pada tahun dasar, propinsi Papua terhitung sebanyak 419ribu ton setara CO

    2. Di akhir tahun proyeksi 2020, emisi

    yang dihasilkan naik secara signifikan sebanyak 7 kali, yaknisebesar 3 juta ton setara CO

    2. Pertumbuhan emisi gas rumah

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    54/60

    46PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    kaca di sektor transportasi diperkirakan akibat pembangunansarana infrastruktur jalan raya dan pertumbuhan ekonomi dipropinsi Papua.

    Tabel 10: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Pulau Sulawesi dan Papua (ton setara CO2)

    2010 2012 2014 2016 2018 2020

    Sulawesi Utara 500,800 557,100 624,200 704,200 800,000 915,000

    SulawesiTengah

    131,220 162,000 200,000 270,000 395,000 595,000

    SulawesiTenggara

    854,000 1,048,100 1,384,000 1,833,500 2,436,500 3,247,700

    SulawesiSelatan

    2,925,000 3,650,000 4,200,000 4,800,000 5,350,000 5,912,000

    Sulawsi Barat 223,300 261,300 305,700 357,700 418,500 489,600

    Gorontalo 85,000 105,000 150,000 205,000 285,000 370,000

    Papua 419,000 610,800 898,700 1,333,800 1,995,100 3,005,200

    Total Propinsi 5,138,320 6,394,300 7.762,600 9,504,200 11,680,100 14,534,500

    5.2.5 Kepulauan

    Di daerah kepulauan, pada tahun dasar 2010, propinsiMaluku merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesarsebanyak 825 ribu ton setara CO

    2. Sedangkan propinsi NTT,

    produksi gas rumah kaca dari sektor transportasi sangat kecildibandingkan dengan propinsi lainnya, sebesar 5 ribu tonsetara CO

    2(lihat Tabel 11). Pada akhir tahun proyeksi 2020,

    propinsi Bangka Belitung menjadi penghasil emisi gas rumahkaca terbesar, sebanyak 2,5 juta ton setara CO

    2. Sedangkan

    propinsi NTT meski emisi gas rumah kaca tersebut tumbuhdua kali lipat, sebanyak 11 ribu ton setara CO

    2, namun

    nilai tersebut masih terbilang kecil dibandingkan emisi daripropinsi lainnya.

    Tabel 11: Proyeksi emisi gas rumah kaca di Kepulauan (ton setara CO2)

    2010 2012 2014 2016 2018 2020

    Riau Islands 359,000 444,000 551,000 686,000 852,000 1,063,000

    Bangka Belitung 798,798 995,070 1,244,144 1,560,253 1,961,526 2,471,065

    NTB 775,000 862,000 958,000 1,064,000 1,183,000 1,314,000

    NTT 5,299 6,081 6,998 8,077 9,352 10,861

    Maluku 825,573 940,786 1,072,079 1,221,694 1,392,189 1,586,478

    Maluku Utara 744,900 891,900 1,070,200 1,286,500 1,549,500 1,869,300

    Total Propinsi 3,508,570 4,139,837 4,902,421 5,826,525 6,947,567 8,314,704

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    55/60

    47BAB 5

    EMISI BASELINE UNTUK SEKTOR BERBASISI ENERGI DENGANMENGGUNAKAN LEAP

    5.3 Keterbatasan dan tindak lanjut

    Dalam penyusunan BAU Baseline sektor energi, terdapatbeberapa batasan yang telah diidentifikasi di Potret RencanaAksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (Potret RAD-GRK, 2014), di antaranya adalah:

    1. Beberapa propinsi belum memliki data jumlahkeluarga miskin, menengah, dan kaya, sehingga datayang dimasukkan masih berupa perkiraan proporsikeluarga miskin, menengah dan kaya di propinsimasing-masing.

    2. Data aktivitas dan intensitas energi keluarga miskin,menengah dan kaya umumnya masih menggunakandata dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)karena tidak tersedianya data tersebut di tingkatpropinsi (Survey Sosial Ekonomi Daerah).

    3. Data rata-rata jarak tempuh perjalanan untuk sektortransportasi masih menggunakan data panjangperjalanan nasional karena data panjang perjalanandaerah belum banyak tersedia.

    4. Perhitungan BAU Baseline sektor industri (prosesindustri) dalam RAD-GRK belum banyak dihitung oleh

    propinsi dikarenakan belum tersedianya petunjukteknis baku perhitungan emisi industri dalam RAD-GRK oleh pokja sektor industri.

    Untuk meningkatkan kualitas model energi dalam perhitunganBaseline skenario diperlukan pembuatan database konsumsidan suplai energi yang terus menerus diperbarui. Databaseyang tertata dengan baik akan memudahkan pemodel dalammembuat model energi dan sekaligus meningkatkan kualitasmodel yang dihasilkan. Tingkatan atau level database yang

    diperlukan dapat dilihat di Tabel 12.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    56/60

    48PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

    Tabel 12: Tingkatan level database yang diperlukan dalam pemodelan energi

    Sektor Rendah Menengah Tinggi

    Rumah Tangga Jumlah konsumsienergi (listrik,

    minyak tanah, LPG,dan kayu bakar/arang) di sektorrumah tangga diseluruh daerahberdasarkan datatotal penjualanenergi.

    1. Jumlah konsumenrumah tangga

    diketahui.2. Konsumsi energi

    rata-rata di setiaprumah tanggaberdasarkan levelpendatan/golonganpelanggan listrik.

    1. Jumlah konsumenpengguna energi

    diketahui.2. Struktur level ekonomi

    pengguna energi danjumlahnya diketahui

    3. Jenis peralatan rumahtangga dan konsumsienergi di tiap peralatanrumah tangga diketahui.

    Industri Jumlah konsumsienergi (Bahan BakarMinyak (BBM),batubara, gas dan

    listrik) di sektorindustri di seluruhdaerah berdasarkandata total penjualanenergi.

    1. Jumlah konsumenindustri penggunaenergi diketahui

    2. Konsumsi energi

    rata-rata di setiapjenis industridiketahui.

    1. Jumlah konsumenpengguna energi di setiap

    jenis industri diketahui.2. Konsumsi energi di tiap

    peralatan industri yangmengkonsumsi energidiketahui.

    Transportasi Jumlah konsumsienergi (BBM dangas) di sektortransportasi diseluruh daerahberdasarkan datatotal penjualanenergi.

    1. Jumlah setiapjenis kendaraandiketahui.

    2. Konsumsi energirata-rata di setiap

    jenis kendaraandiketahui.

    1. Jumlah setiap jeniskendaraan diketahui.

    2. Konsumsi energi rata-ratadi setiap jenis kendaraandiketahui.

    3. Jarak tempuh perjalananrata-rata berdasarkankebiasaan mengemudiorang Indonesia diketahui.

    4. Umur siklus penggunaankendaraan bermotordiketahui.

    Komersial Jumlah konsumsienergi (BBM, gasdan listrik) di sektorkomersial di seluruhdaerah berdasarkandata total penjualanenergi.

    1. Jumlah setiapjenis bangunankomersial diketahui

    2. Konsumsi energirata-rata di setiap

    jenis bangunankomersial diketahui

    1. Jumlah setiap jenisbangunan komersialdiketahui beserta luasbangunannya.

    2. Jenis peralatan dalambangunan dan konsumsienergi di tiap peralatan

    diketahui.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    57/60

    49BAB 5

    EMISI BASELINE UNTUK SEKTOR BERBASISI ENERGI DENGANMENGGUNAKAN LEAP

    DAFTAR PUSTAKA

    1. BAPPENAS, 2013, Kerangka Kerja Indonesia untukNationally Appropriate Mitigation Actions (NAMAs),Jakarta, Indonesia.

    2. Battacharyya, S.C., 2011, Energy Economics: Concepts,Issues, Markets and Governance, Springer, London, UK.

    3. Heaps, C.G., 2011, Long-range Energy AlternativesPlanning (LEAP) system: User Guide, StockholmEnvironment Institute. Somerville, MA, USA

    4. IPCC, 2006, Guidelines for National Greenhouse Gas

    Inventories, Cambridge University Press, Cambridge,United Kingdom and New York, NY, USA

    5. Pongthanaisawan, J., 2010, Relationship between levelof economic development and motorcycle and carownerships and their impacts on fuel consumption andgreenhouse gas emission in Thailand, Renewable andSustainable Energy Reviews, Vol. 14 (9), pp. 2966-2975.

    6. Pusdatin ESDM, 2011, Indikator Energi dan Sumber DayaMineral Indonesia, Jakarta, Indonesia.

    7. Sekretariat RAN-GRK, 2014, Potret Rencana Aksi DaerahPenurunan Gas Rumah Kaca, Jakarta, Indonesia.

    8. Sekretariat RAN-GRK, 2013, Satu Tahun Tentang RencanaAksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca, Jakarta,Indonesia

    9. Swisher, J.N., Jannuzzi, G.M., Redlinger, R.Y., 1997, Toolsand Methods for Integrated Resource Planning, UnitedNations Environment Programme (UNEP), Denmark.

    10. Wijaya, M.E., Ridwan, M.K., 2009, LEAP Perencanaan

    Energi; Modul Pelatihan, Departemen Teknik FisikaUniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia.

    11. Bappenas, KESDM, Kementerian Perhubungan,Kementerian Perindustrian, 2012, Modul PelatihanInventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca dan PenghitunganBAU Baseline Bidang Energi, Transportasi dan Industri,Jakarta, Indonesia.

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    58/60

    50PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINEEMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR BERBASIS ENERGI

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    59/60

    Didukung oleh

  • 7/18/2019 Pedoman Teknis BAU Baseline Bidang Berbasis Energi

    60/60