keterangan sampul depan - coremap.or.idcoremap.or.id/downloads/baseline_rajaampat_2007.pdfkegiatan...

68

Upload: buitruc

Post on 26-Apr-2019

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Keterangan sampul depan Sumber Foto : Agus Budiyanto

Desain Cover : Sit i Balkis

STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN RAJAAMPAT

TAHUN 2007

Disusun oleh :

TIM CRITC COREMAP II - LIPI

TIM STUDI BASELINE EKOLOGI KABUPATEN RAJAAMPAT

KOORDINATOR TIM PENELITIAN :

ANNA MANUPUTTY

PELAKSANA PENELITIAN

FREDDY LEATEMIA

TEGUH PERISTIWADI

JIMMY SOUHOKA

YANCE HEHUWAT

ROBERT ALIK

DOMINGGUS TONAYA

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

KATA PENGANTAR ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i i

RINGKASAN EKSEKUTIF . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1

BAB I . PENDAHULUAN .. . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

BAB I I . METODE PENELITIAN ... . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .8

BAB II I . HASIL DAN PEMBAHASAN .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .14

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .42

DAFTAR PUSTAKA .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .44

LAMPIRAN .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .45

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk objek penelitian ilmiah.

Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini terdapat penambahan beberapa lokasi baru yang pendanaannya dibiayai oleh World Bank. Adapun lokasi-lokasi tersebut adalah : Pangkep, Buton, Wakatobi, Selayar, Sikka, Biak dan Rajaampat.

Kegiatan studi baseline ekologi (ecological baseline study) sangat diperlukan untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut, termasuk kondisi ekosistem terumbu karang, mangrove dan juga kondisi lingkungannya. Data yang diperoleh diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi para ”stakeholder” dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari. Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa mendatang merupakan pembanding yang dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.

Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa data, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Desember 2007

Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI

Prof.Dr.Ir.Kurnaen Sumadiharga, M.Sc.

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

A. PENDAHULUAN Kabupaten Rajaampat yang merupakan kabupaten baru hasil

pemekaran dari Kabupaten Sorong, resmi menjadi daerah otonom pada 12 April 2003. Ibukotanya berada di kota Waisai, yang terletak di P. Waigeo. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 46.296 km2 dan pada tahun 2000 penduduknya sebanyak 27.071 jiwa Sekitar 85 persen dari luas wilayahnya merupakan lautan. Sisanya, sekitar 6.000 kilometer persegi, merupakan daratan. Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, yang merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau, hanya 35 pulau yang berpenghuni.

Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antar pulau dan penunjang kegiatan masyarakat Rajaampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau Waisai, terlebih dahulu harus menuju kota Sorong dengan menggunakan pesawat udara. Dengan kapal motor, jarak Waisai – Sorong dapat ditempuh antara 2-3 jam.

Kabupaten Rajaampat yang secara administratif masuk ke dalam Provinsi Papua Barat, merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah kerja COREMAP.

Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut, terutama kondisi ekosistem terumbu karang. Studi baseline ekologi telah dilakukan pada tahun 2006, dan hasil pengamatan telah dilaporkan dalam laporan Baseline Ekologi Kabupaten Rajaampat tahun 2006. Data yang diperoleh kemudian dievaluasi oleh pihak penyandang dana Bank Dunia (World Bank), yang kemudian menyarankan untuk menambah lokasi pengamatan di kabupaten ini, seiring dengan penambahan desa wilayah kerja kegiatan sosial-ekonomi. Dengan demikian harus ada data tambahan tentang terumbu karang di sekitar desa yang baru. Pada tahun 2007 sudah dilakukan studi baseline untuk mendapatkan data dasar di lokasi

2

tambahan ini. Metode yang digunakan ialah metode RRI dan LIT untuk sampling karang, metode ”Reef Check” untuk sampling biota megabentos, dan metode RRI dan ”UVC” untuk sampling ikan karang. Adanya data dasar dan kemudian dilakukan pengumpulan data pemantauan pada masa mendatang sebagai data pembanding, dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.

B. HASIL Dari hasil pengamatan karang, megabentos dan ikan karang dengan metode masing-masing, diperoleh hasil sebagai berikut :

• Dari hasil pengamatan dicatat karang batu 10 suku dengan 46 jenis.

• Pertumbuhan karang didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan “sub-massive” dari jenis Porites cylindrica dan Porites nigrescens.

• Dari hasil pengamatan dengan metode LIT, dapat dilihat bahwa pertumbuhan karang di lokasi transek hanya terbatas dari kategori ”jelek” sampai kategori ”sedang”. Di semua lokasi ditemukan kondisi karang yang hancur akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak (bom).

• Untuk kategori abiotik, nilai paling tinggi ditunjukkan oleh ”rubble” (8,70 – 69,87 %).

• Kategori DCA menunjukkan nilai tertinggi berikutnya, berkisar antara 8,83 – 40, 23 %.

• Dari hasil pengamatan, belum nampak pertumbuhan baru dari anakan karang terutama di lokasi-lokasi yang rusak.

• Dari hasil transek, dicatat bahwa biota karang jamur Fungia spp. (CMR) memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan biota lainnya. Jumlah tertinggi dicatat di stasiun RJAL 53 (Tanjung Nbngkes) sejumlah 12.000 individu/ha.

• Kelimpahan bulu babi dicatat di stasiun RJAL 53 sejumlah 500 individu/ha dan di stasiun RJAL 48, 143 individu/ha.

3

• Biota kima dengan ukuran besar maupun kecil juga ditemukan di lokasi transek. Untuk yang berukuran kecil (small giant clam) ditemukan di empat stasiun pengamatan yaitu RJAL 48 (214 individu/ha), RJAL 53 (71 individu/ha), RJAL 61 (71 individu/ha) dan di stasiun RJAL 72 (143 individu/ha. Untuk kima yang berukuran besar (large giant clam) ditemukan di dua stasiun pengamatan yaitu stasiun RJAL 53 (357 individu/ha), RJAL 61 (71 individu/ha).

• Untuk teripang ditemukan hanya yang berukuran besar (large holothurian) di tiga lokasi transek yaitu di stasiun RJAL 53 (71 individu/ha), RJAL 61 ( 143 individu/ha) dan di stasiun RJAL 72 (500 individu/ha).

• Biota lain yaitu Acanthaster planci juga ditemukan di dua lokasi transek yaitu RJAL 48 dan RJAL 73 dan masing-masing jumlahnya 71 individu/ha.

• Untuk biota Drupella sp., lobster, Trochus niloticus dan ”pencil sea urchin”, sama sekali tidak ditemukan di lokasi transek.

• Dari hasil pengamatan dicatat ikan karang 29 suku dengan 147 jenis.

• Dari hasil pengamatan dengan metode RRI, dicatat bahwa kelompok ikan major memiliki frekuensi relatif kehadiran tertinggi di lokasi pengamatan.

• Dari 11 jenis ikan karang yang memiliki kehadiran relatif di atas 30 %, dicatat kelompok ikan major ada 10 jenis, dan sisanya 1 jenis, dari kelompok ikan target.

• Dari hasil RRI, dicatat jenis ikan major yang memiliki kehadiran tertinggi ialah dari jenis Pomacentrus moluccensis (45 %) kemudian diikuti oleh jenis Thalassoma lunaris (42,5%), Amblyglyphidodon curacao dan Pomacentrus amboinensis (40 %). Sedangkan jenis dari kelompok ikan target yaitu Lutjanus decussatus dengan kehadiran relatif 35%.

• Stasiun RJAL72 memiliki nilai indeks keragaman dan nilai indeks kemerataan yang terendah dibandingkan dengan stasiun-stasiun lainnya.

4

• Jumlah dan perbandingan antara ikan major : ikan target : ikan indikator = 29 : 7 : 1

C. SARAN Dari hasil pengamatan dan melihat kenyataan di lapangan, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

• Mengingat kondisi karang hanya bervariasi dari kategori ”jelek” sampai ke ”sedang” saja, maka perlu dicari penyebab kerusakan yang terjadi.

• Pengunaan bahan peledak untuk menangkap ikan harus ditertibkan sehingga tidak memperparah lingkungan terumbu karang.

• Mengingat dasar perairan yang hancur dan lebih didominasi oleh patahan karang mati (rubble), dimana kondisi ini menyulitkan untuk anakan karang melekat dan tumbuh, perlu dicari jalan keluar seperti propagasi (transplantasi) karang di lokasi-lokasi yang hancur.

• Kesinambungan data terumbu karang sangat membantu sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi keberhasilan program COREMAP, sehingga partisipasi staf lokal harus lebih ditingkatkan dalam kegiatan monitoring terumbu karang yang dilakukan sendiri, dengan supervisi dari tenaga dari pusat.

5

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG Kabupaten Rajaampat yang merupakan kabupaten baru hasil

pemekaran dari Kabupaten Sorong, resmi menjadi daerah otonom pada 12 April 2003. Ibukotanya berada di kota Waisai, yang terletak di P. Waigeo. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 46.296 km2 dan pada tahun 2000 penduduknya sebanyak 27.071 jiwa Sekitar 85 persen dari luas wilayahnya merupakan lautan. Sisanya, sekitar 6.000 kilometer persegi, merupakan daratan. Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta, dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau, hanya 35 pulau yang berpenghuni.

Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antar pulau dan penunjang kegiatan masyarakat Rajaampat adalah angkutan laut. Untuk menjangkau Waisai, terlebih dahulu harus menuju kota Sorong dengan menggunakan pesawat udara. Dengan kapal motor, jarak Waisai – Sorong dapat ditempuh antara 2-3 jam.

Program COREMAP telah memasuki Fase II, dari tiga Fase yang direncanakan akan berlangsung selama 15 tahun yaitu Fase I (Inisiasi), Fase II (Akselerasi) dan Fase III (Penguatan Kelembagaan). Pada Fase II ini terdapat penambahan lokasi untuk wilayah yang sumber pendanaannya dari WB (World Bank). Kabupaten Rajaampat yang secara administratif masuk ke dalam Provinsi Papua Barat, merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah kerja COREMAP.

Sebagai lokasi baru COREMAP, studi baseline ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan untuk mendapatkan data dasar ekologi di lokasi tersebut, terutama kondisi ekosistem terumbu karangnya. Studi baseline ekologi telah dilakukan pada tahun 2006, dan hasil pengamatan telah dilaporkan dalam laporan Baseline Ekologi Kabupaten Rajaampat tahun 2006. Kegiatan monitoring kesehatan terumbu karang di lokasi baseline juga sudah dilakukan pada tahun 2007 dan hasil pengamataan disusun dalam Laporan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang tahun 2007.

6

Data yang diperoleh, kemudian dievaluasi dan dari pihak penyandang dana Bank Dunia (World Bank) menyarankan untuk menambah lokasi pengamatan baru di kabupaten ini, seiring dengan penambahan desa wilayah kerja kegiatan sosial-ekonomi. Dengan demikian harus ada data terumbu karang di sekitar desa tambahan. Diharapkan data tersebut dapat dipakai sebagai tambahan bahan pertimbangan bagi para ”stakeholder” dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari. Selain itu, dalam studi ini juga dibuat beberapa transek permanen di masing-masing lokasi baru tersebut sehingga bisa dipantau di masa mendatang. Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa mendatang sebagai data pembanding, dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP.

B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari studi baseline ekologi ini adalah sebagai berikut:

• Mendapatkan data dasar ekologi terutama kondisi ekosistem terumbu karang, ikan karang dan beberapa megabentos di Kabupaten Rajaampat, khususnya di P. Waigeo bagian selatan.

• Membuat transek permanen di beberapa tempat di Kabupaten Rajaampat, khususnya di P. Waigeo bagian selatan, agar dapat dipantau kondisinya di masa mendatang.

C. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup studi baseline ekologi ini meliputi empat tahapan yaitu:

• Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survei di lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan.

• Tahap pengumpulan data, yang dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang terumbu karang, ikan

7

karang dan beberapa mega bentos yang memiliki nilai ekonomis penting dan bisa dijadikan indikator kesehatan terumbu karang.

• Tahap analisa data, yang meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data sehingga data lapangan bisa disajikan dengan lebih informatif.

• Tahap pelaporan, yang meliputi pembuatan laporan semen-tara dan laporan akhir.

8

BAB II. METODE PENELITIAN.

II.1. LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di beberapa lokasi yang telah terpilih untuk kegiatan COREMAP Fase II yang berada dalam wilayah Kabupaten Rajaampat, tepatnya di psisir selatan Pulau Waigeo (Gambar 1).

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Rajaampat.

II.2. WAKTU PENELITIAN Kegiatan penelitian lapangan berlangsung pada bulan Juli 2007.

9

II.3. PELAKSANA PENELITIAN Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf CRITC (Coral Reef Information and Training Centre) Jakarta dibantu oleh para peneliti dan teknisi dari LIPI Ambon, Bitung, staf CRITC Kabupaten Rajaampat dan Akademi Perikanan Sorong.

II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA Studi baseline ekologi ini melibatkan beberapa kelompok penelitian dan dibantu oleh personil untuk dokumentasi. Metode penarikan sampel dan analisa data yang digunakan oleh masing-masing kelompok penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

II.4.1. Sistem Informasi Geografis Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan penarikan

sampel, pertama-tama ditentukan terlebih dahulu peta sebaran terumbu karang di perairan tersebut berdasarkan peta sementara (tentative). Untuk keperluan pembuatan peta dasar sebaran ekosistem perairan dangkal, data citra penginderaan jauh (indraja) digunakan sebagai data dasar. Data citra indraja yang dipakai dalam studi ini adalah citra digital Landsat 7 ”Enhanced Thematic Mapper Plus” (selanjutnya disebut Landsat ETM+) pada kanal sinar tampak dan kanal infra-merah dekat (band 1, 2, 3, 4 dan 5). Saluran ETM+ 7 tidak digunakan dalam studi ini karena studinya lebih ke mintakat perairan bukan mintakat daratan. Sedangkan saluran infra-merah dekat ETM+ 4 dan 5 tetap dipakai karena band 4 masih berguna untuk perairan dangkal dan band 5 berguna untuk pembedaan mintakat mangrove.

Citra yang digunakan adalah citra dengan cakupan penuh (full scene) yaitu 185 km x 185 km persegi. Ukuran piksel, besarnya unit areal di permukaan bumi yang diwakili oleh satu nilai digital citra, pada saluran ”multi-spectral” (band 1, 2, 3, 4, 5, dan 7) adalah 30 m x 30 m persegi. Adapun citra Landsat 7 yang digunakan dalam studi ini adalah citra pada path-row 108-61 yang direkam pada tahun 2005.

Sebelum proses klasifikasi, batas-batas pulau, hutan mangrove dan juga batas terumbu baik ”fringing reef”

10

maupun ”patch reef” didigitasi (on the screen digitizing). Agar diperoleh hasil digitasi dengan ketelitian memadai, digitasi dilakukan pada skala tampilan citra 1:25.000. Digitasi batas pulau ini dilakukan pada citra komposit warna semu kombinasi band 4, 2, 1. Kombinasi ini dipilih karena dapat memberikan kontras wilayah darat dan laut yang paling baik. Langkah awal adalah mendigitasi batas pulau. Setelah batas pulau diselesaikan, dengan cara yang sama pada mintakat laut didigitasi batas terluar dari mintakat terumbu. Komposit citra yang digunakan adalah kombinasi band 3,2,1 dengan model perentangan kontras yang sama. Sedangkan untuk digitasi batas sebaran mangrove, digunakan kombinasi citra lain yaitu kombinasi band 5,4,3. Dengan kombinasi ini disertai teknik perentangan kontras model ”gamma”, mintakat pesisir yang ditumbuhi mangrove akan sangat mudah dibedakan dengan mintakat yang bervegetasi lain. Hasil interpretasi berupa peta sebaran mangrove dan terumbu karang yang bersifat tentatif. Pada prakteknya pendigitasian ini menemui kendala ketika harus mendigit daerah yang tertutup awan. Terlebih lagi area studi kali ini merupakan daerah transisi atau persambungan antara citra. Suatu hal yang sulit ketika citra yang ada disatukan dulu (masking) baru didigitasi. Satu-satunya jalan adalah dengan mendigit secara terpisah dan hasil digitnya disatukan setelah file tersimpan dalam format vektor (shp).

Keterbatasan lain dengan klasifikasi citra ini adalah keterbatasan kemampuan energi elektromagnetik dalam hal penetrasinya pada perairan. Oleh karena itu untuk keperluan interpretasi obyek bawah air seperti kali ini hanya menggunakan band 1, 2, 3, dan 4 sebagai masukan dalam proses penyusunan komposit citra. Ini didasari beberapa referensi yang mengatakan bahwa band-band itulah yang mampu menembus kedalam air. Pada perairan agak jernih sampai jernih (seperti di daerah studi) band 4 dapat menembus sampai kedalaman 0,5 meter. Band 3 dapat menembus sampai kedalaman sekitar 5 meter. Band 2 lebih dalam lagi yaitu mencapai 15 meter, dan band 1 dapat mencapai 25 meter bahkan bisa diatas 30 meteran. Ini berarti bahwa obyek, apapun itu, yang berada di kedalaman lebih dari 25 meter, sangat sulit diidentifikasi.

11

II.4.2. Karang Untuk mengetahui secara umum kondisi terumbu karang

seperti persentase tutupan biota dan substrat di terumbu karang pada setiap stasiun penelitian digunakan metode ”Rapid Reef Resources Inventory” (RRI) (Long et al., 2004). Dengan metode ini, di setiap titik pengamatan yang telah ditentukan sebelumnya, seorang pengamat berenang selama sekitar 5 menit dan mengamati biota dan substrat yang ada di sekitarnya. Kemudian pengamat memperkirakan persentase tutupan dari masing-masing biota dan substrat yang dilihatnya selama kurun waktu tersebut dan mencatatnya ke kertas tahan air.

Pada beberapa stasiun penelitian dipasang transek permanen di kedalaman antara 3-5 m yang diharapkan bisa dipantau di masa mendatang. Pada lokasi transek permanen, data diambil dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti English et al., (1997), dengan beberapa modifikasi. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kali. Teknis pelaksanaan di lapangannya yaitu seorang penyelam meletakkan pita berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai dimana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian LIT ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga centimeter.

Dari data hasil LIT tersebut bisa dihitung nilai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain itu dapat dihitung nilai indeks keanekaragaman Shannon dan indeks kemerataan Pielou untuk jenis karang (Zar, 1996). Analisis pengelompokan untuk tutupan karang dilakukan berdasarkan Clarke & Warwick (2001) dengan menggunakan program PRIMER v5.

II.4.3. Megabentos Untuk mengetahui kelimpahan beberapa mega bentos

terutama yang memiliki nilai ekonomis penting dan bisa dijadikan indikator dari kesehatan terumbu karang, dilakukan pengamatan kelimpahan megabenthos dengan metode ”Reef

12

Check Benthos” (RCB) pada setiap stasiun transek permanen dimana posisi stasiunnya sama dengan stasiun untuk terumbu karang dengan metode LIT. Dengan dilakukannya pengamatan mega bentos ini pada setiap stasiun transek permanen, diharapkan di waktu-waktu mendatang bisa dilakukan pemantauan kembali pada posisi stasiun yang sama sehingga bisa dibandingkan kondisinya.

Teknis di lapangan, pada stasiun transek permanen yang telah ditentukan, tersebut diletakkan pita berukuran (roll meter) sepanjang 70 m sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3-5 m. Semua megabentos yang berada 1 m sebelah kiri dan kanan pita berukuran sepanjang 70 m tadi dicatat jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati untuk setiap stasiunnya seluas (2m x 70m) = 140 m2.

II.4.4. Ikan Karang Untuk mengetahui gambaran umum tentang jenis-jenis

ikan karang, metode RRI juga diterapkan pada penelitian ini, dimana titik-titik stasiunnya sama dengan titik-titik stasiun RRI untuk terumbu karang. Seorang pengamat yang melakukan pengamatan dengan berenang selama sekitar 5 menit mencatat semua jenis ikan yang berhasil dijumpainya dalam kurun waktu tersebut.

Sedangkan pada setiap titik transek permanen, metode yang digunakan yaitu metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC), dimana ikan-ikan yang dijumpai pada jarak 2,5 m di sebelah kiri dan sebelah kanan garis transek sepanjang 70 m dicatat jenis dan jumlahnya. Sehingga luas bidang yang teramati per transeknya yaitu (5 x 70 ) = 350 m2.

Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992) dan Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall and Heemstra (1991) dan Heemstra dan Randall (1993). Sama halny dengan karang, pada ikan juga dihitung nilai indeks keanekaragaman jenis berdasarkan Zar (1996).

Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu :

13

a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakak tua) dan Acanthuridae (ikan pakol);

b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);

c. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).

Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan penarikan sampel, pertama-tama ditentukan terlebih dahulu peta sebaran terumbu karang di perairan tersebut berdasarkan peta sementara (tentative) yang diperoleh dari hasil interpretasi data citra digital Landsat 7 ”Enhanced Thematic Mapper Plus” (Landsat ETM+). Kemudian dipilih secara acak titik-titik penelitian (stasiun) sebagai sampel. Sampel yang terambil diharapkan cukup mewakili untuk menggambarkan tentang kondisi perairan di lokasi tersebut.

Posisi masing-masing stasiun, baik stasiun RRI maupun stasiun transek permanen bisa dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

14

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan akan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi penelitian, juga disajikan dalam bentuk tabel maupun gambar. III.1. Hasil Pengamatan Sistem Informasi Geografis

Interpretasi citra berdasarkan hasil yang diperoleh setelah pengecekan di lapangan dengan mengerjakan 32 stasiun RRI dan 5 stasiun transek permanen maka diperoleh hasil seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan hasil interpretasi citra baik manual maupun digital, diperoleh hasil seperti dideskripsikan di bawah ini.

III.1.1. Kondisi geografis wilayah studi Secara visual dari citra satelit terlihat bahwa daerah studi

yang meliputi pesisir selatan P. Waigeo bagian barat, P. Gam dan beberapa pulau kecil di Kepulauan Batangpele secara umum merupakan hasil perkembangan karst dan hasil perkembangan pertumbuhan terumbu karang. Pulau Waigeo diperkirakan terbentuk pada jaman tersier sebagai hasil pengangkatan dasar laut oleh karena aktivitas tektonik. Oleh karenanya pulau ini dicirikan dengan adanya perbukitan kapur yang bertopografi terjal dan curam. Pada beberapa tempat akan dijumpai adanya danau-danau karst. Sedangkan pulau-pulau Batangpele, sebagian besar pulaunya, diperkirakan terbentuk karena adanya perkembangan terumbu karang pada jaman resen walaupun sebagian kecil diantaranya juiga terbentuk pada jaman tersier. Dengan demikian secara umum pulau-pulau di Kep. Batangpele diperkirakan lebih muda dan mempunyai topografi relatif datar jika dibanding P. Waigeo.

Perbedaan bentuk topografi dasar antara P. Waigeo dan Kep. Batangpele menghasilkan bentuk perkembangan rataan terumbu yang relatif berbeda pada keduanya. Rataan terumbu di P. Waigeo relatif sempit jika dibandingkan dengan rataan terumbu yang berkembang di Kep. Batangpele. Namun

15

demikian jenis tanah yang berkembang pada kedua mintakat tersebut sama karena kesamaan litologi dasar antar keduanya. Secara umum tanah yang berkembang adalah tanah jenis regosol dimana bentuk batua dasarnya masih dapat dikenali dengan jelas. Tanah yang ada juga belum mempunyai solum tanah yang tebal. Seperti umumnya wilayah yang berkembang pada batuan karst, air tanah relatif sulit ditemukan. Untuk keperluan air bersih penduduk setempat umumnya diambil dari mata air yang ada, dan jika diambil dari air tanah / sumur umumnya agak payau.

Hasil interpretasi citra

Berdasarkan hasil analisis citra, obyek yang dapat dipetakan adalah mangrove, rataan terumbu karang baik terumbu tepi (fringing reef) maupun terumbun gosong (patch reef). Ketiga klas obyek tersebut kemudian dihitung luasnya berdasarkan peta hasil interpretasi. Untuk kali ini, penghitungan luas ketiga klas obyek itu hanya dilakukan pada wilayah yang tergambar dalam peta saja (bukan merupakan luas untuk satu kabupaten). Luas masing-masing kelas obyek (dalam hektar) disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Luas mangrove dan terumbu karang di wilayah studi.

Pada peta hasil interpretasi, mangrove digambarkan dengan warna hijau, sedangkan terumbu tepi dan terumbu gosong dengan warna biru keabuan dan biru cerah. Dari peta terlihat bahwa mangrove tersebar merata pada tepian pantai P. Gam dan P. Waigeo bagian barat. Sebaran mangrove di P.

No. Kelas Obyek Luas

(hektar) 1 Mangrove 2.685

2 Terumbu tepi (fringing reef) 2.936

3 Terumbu gosong (patch reef) 956

16

Gam secara umum relatif lebih tebal dibanding di pesisir P. Waigeo bagian barat. Khusus untuk P. Waigeo sendiri, di pesisir yang menghadap barat pertumbuhan mangrove lebih tebal dibanding dengan di pesisir yang menghadap ke selatan. Di pesisir yang menghadap ke selatan mangrove relatif lebih tipis dan pada beberapa pantai tidak ditemukan adanya mangrove. Sebaran mangrove juga ditemukan di pulau-pulau di Kep. Batangpele. Mangrove juga dijumpai di pulau-pulau seperti P. Matagul, P. Bintang, P. Minyaifun, P. Gof Besar dan Kecil, P. Yefnawan, P. Peniki dan beberapa pulau kecil lainnya. Mangrove di pulau-pulau tersebut tumbuh realtif lebat dan tebal. Ketebalan mangrove di pulau-pulau kecil ini berkisar antara 50 – 400-an meter, sedangkan di P. Gam dan P. Waigeo, di beberapa tempat ketebalan mangrove berkisar antara 50 m sampai lebih dari 1 km pada beberapa lokasi.

Sebaran terumbu karang yang cukup lebar dijumpai di pulau-pulau kecil di Kep. Batangpele. Selain itu, tentu saja terumbu yang cukup lebar dijumpai pada terumbu-terumbu gosong. Terumbu tepi di pulau-pulau kecil ini mempunyai lebar rataan yang umumnya lebih lebar dari 200 meter. Sedangkan lebar rataan terumbu gosong yang ada umumnya dalam ukuran kilometer.

Berbeda dengan rataan terumbu di Kep. Batangpele, terumbu tepi yang menyebar di sepanjang pesisir pantai P. Gam dan P. Waigeo bagian barat ditemukan sangat tipis. Bahkan, lebih banyak pesisir pantai di kedua pulau besar itu yang digambarkan dalam peta tidak mempunyai terumbu. Hal ini tidaklah demikian kenyataannya di lapangan. Di lapangan terumbu tepi yang ada cukup tipis sehingga tidak dapat tergambar dalam peta karena citra yang tersedia resolusinya tidak cukup (memadahi) untuk menggambarkannya. Ketebalan terumbu tepi di P. Gam dan P. Waigeo umumnya kurang dari 50 meter sehingga walaupun itu lebih besar dari ukuran piksel citra (30 m) tetapi tidak akan nampak pada citra. Hal ini disebabkan rona terumbu yang relatif agak gelap (obyek bawah air) sehingga tidak kontras dengan rona obyek di sekelilingnya. Kondisi lebar rataan terumbu yang sempit dan tipis di wilayah studi merupakan cirikhas rataan terumbu di sana. Terumbu tepi yang ada umumnya mempunyai rataan yang tipis dan langsung ”drop off” sehingga relatif sulit

17

tergambar dengan baik pada citra satelit Landsat. Untuk dapat memetakannya, diperlukan citra satelit dengan resolusi yang lebih baik seperti ”Ikonos” ataupun ”QuickBird”.

III.2. Hasil pengamatan karang dengan metode RRI (Rapid Reef Resource Inventory)

Pengamatan kondisi karang, biota bentik lainya dan kondisi substrat untuk memperoleh data dasar di perairan Waigeo Selatan, dilakukan di 32 titik stasiun. Lokasi titik stasiun dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi studi baseline ekologi terumbu karang di perairan Rajaampat dengan metode RRI.

18

Lokasi pengamatan sebagian besar terletak di sepanjang pesisir selatan ke arah barat Pulau Waigeo (13 stasiun) dan pesisir P. Gam (10 stasiun), dan beberapa titik stasiun lainnya (9 stasiun) letaknya tersebar di pulau-pulau kecil di selatan P. Waigeo.

Umumnya di stasiun-stasiun yang terletak di pesisir P. Waigeo, pantainya ditumbuhi vegetasi mangrove terutama di sisi timur yaitu di pesisir Desa Mutus dan Kabui, dan ada beberapa stasiun yang pantainya terdiri dari tebing-tebing batuan cadas. Vegetasi mangrove juga ditemukan di dua stasiun di P. Gam yaitu di utara dan selatan Desa Kapisawar.

Dari hasil pngamatan dengan metode RRI dicatat persentase tutupan karang hidup bervariasi dari kondisi (kategori) jelek sampai kategori baik. Kategori “baik” (50 – 74,9 %) dicatat di 4 titik stasiun yaitu di RAJR 46 (selatan Desa Kapisawar) di P. Gam, RAJR 47 (selatan Desa Arborek) di P. Gam, RAJR 66 yaitu di pulau kecil di selatan P. Gag dan RAJR 70, yaitu di pulau kecil sebelah barat P. Kodor. Untuk kategori “sedang” (25 – 49,9 %) dicatat di 8 stasiun pengamatan yaitu di sttasiun RAJR 46A di selatan Desa Kapisawar, P. Gam, RAJR 55 di P. Gemien, RAJR 52, RAJR 58, RAJR 60, RAJR 61, RAJR 63 di pesisir selatan P. Waigeo, dan di stasiun RAJR 70 di utara P. Kodor. Di lokasi lainya kondisi karang masuk dalam kategori jelek (< 25 %). Untuk jelasnya, hasil pengamatan kondisi karang dengan metode RRI di perairan pesisir selatan P. Waigeo disajikan dalam Gambar 3. Untuk memudahkan penyajian, hasil rerata persentase tutupan karang, biota bentik lainnya serta kategori substrat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu diperairan pesisir P. Gam, di pesisir selatan P.Waigeo dan di pesisir pulau-pulau kecil di selatan P. Waigeo. Hasilnya disajikan dalam Gambar 4a, 4b dan 4c.

19

Gambar 3. Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan

kondisi substrat hasil studi baseline dengan metode RRI di perairan Kabupaten Rajaampat.

Pertumbuhan karang, baik di pesisir pulau yang besar maupun di pulau-pulau kecil didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan “massive” dari marga Porites, Diploastrea dan Goniopora dan bentuk “sub-massive” dari marga Porites dan Acropora palifera. Ke arah lebih dalam didominasi oleh bentuk pertumbuhan seperti meja dari marga Acropora.

Beberapa catatan penting yang diperoleh dari hasil pengamatan kondisi terumbu karang dengan metode RRI, ialah hampir di semua lokasi ditemukan pecahan karang mati akibat penggunaan bahan peledak (bom) untuk mencari ikan. Kondisi seperti ini ditemukan di 15 stasiun dari 32 total stasiun pengamatan. Di lokasi yang karangnya hancur akibat bom, dasar perairannya berbentuk kolam dengan hamparan patahan karang yang sudah hancur dan sangat jelas perbedaannya dengan dasar perairan yang tidak kena bom.

20

Gambar 4a. Rerata persentase tutupan karang, biota bentik lainnya

dan kondisi substrat hasil studi baseline dengan metode RRI di perairan P. Gam, Kabupaten Rajaampat.

Gambar 4b. Rerata persentase tutupan karang, biota bentik lainnya

dan kondisi substrat hasil studi baseline dengan metode RRI di perairan pesisir selatan P. Waigeo, Kabupaten Rajaampat.

Pulau Gam (N =10)

Acropora

Non Acropora

DC

DCA

Soft coral

Sponge

Fleshy seaw eed

OT

Rubble

Sand

Silt

Rock

Pesisir Selatan P. Waigeo (N = 13)Acropora

Non Acropora

DC

DCA

Soft coral

Sponge

Fleshy seaw eed

OT

Rubble

Sand

Silt

Rock

21

Gambar 4c. Rerata persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan kondisi substrat hasil studi baseline dengan metode RRI di perairan pulau-pulau di selatan P. Waigeo, Kabupaten Rajaampat.

III.3. Hasil pengamatan karang dengan metode LIT (Line Intercept

Transect) Pengamatan karang dilakukan dengan metode LIT (Line

Intercept Transect). Dari hasil pengamatan dicatat karang batu 10 suku dengan 46 jenis. Dari 32 titik stasiun pengamatan kondisi terumbu karang dengan metode RRI, kemudian dipilih beberapa titik yang dianggap mewakili keseluruhan perairan bagian selatan P.Waigeo. Transek dilakukan di 5 titik stasiun yaitu di P. Yangelo, di bagian baratdaya P. Gam (RJAL 48), di Tanjung Nbngkes di pesisir tenggara P. Waigeo (RJAL 53), di pulau kecil di sebelah barat Tanjung Waisai, pesisir selatan P. Waigeo (RJAL 61), di bagian utara P. Minyaifun (RJAL 73) dan di bagian barat laut P. Biansi (RJAL 72). Lokasi pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil pengamatan berupa persentase tutupan karang, biota

Pulau-pulau di selatan Waigeo (N =9)Acropora

Non Acropora

DC

DCA

Soft coral

Sponge

Fleshy seaw eed

OT

Rubble

Sand

Silt

Rock

22

bentik lainnya dan kategori substrat hasil studi baseline dengan metode LIT di perairan Kabupaten Rajaampat dapat dilihat pada Gambar 6a dan 6b.

Gambar 5. Peta lokasi studi baseline ekologi terumbu karang di perairan Rajaampat, dengan metode LIT.

23

Gambar 6a. Histogram, menunjukkan persentase tutupan karang, biota

bentik lainnya dan kategori substrat hasil studi baseline dengan metode LIT di perairan Kabupaten Rajaampat.

Gambar 6b. Persentase tutupan karang, biota bentik lainnya dan

kategori substrat hasil studi baseline dengan metode LIT di perairan Kabupaten Rajaampat.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

RJAL 48 RJAL 53 RJAL 61 RJAL 72 RJAL 73

L o k a s i

%

T u

t u

p a

n

Sand

Rubble

Other Biota

FleshySeaw eedSponge

Soft Coral

DC

DCA

Non - Acropora

Acropora

24

Hasil transek di masing-masing stasiun pengamatan diuraikan sebagai berikut :

1. Stasiun RJAL 48 (Baratdaya Desa Arborek, P. Gam) Lokasi terletak di sebelah selatan, tepatnya di Pulau

Yangelo, berseberangan dengan Tanjung Ngan (Desa Arborek), Pulau Gam. Pantai terdiri dari batuan cadas berupa tebing-tebing. Di rataan terumbu pertumbuhan karang didominasi oleh bentuk pertumbuhan ”sub-massive” dari jenis Porites cylindrica dan Porites nigrescens. Persentase tutupan karang hidup dicatat 22,53 %, terdiri dari karang Acropora 10,23 % dan Non-Acropora 12,30 %. Dasar perairan di lokasi transek didominasi oleh patahan karang mati (rubble) senilai 59,07 %, nampak dasar perairan seperti bekas dibom. Biota karang lunak dicatat 7,13 % yang didominasi oleh kelompok gorgonia dari jenis Isis hippuris. Kategori lain, dicatat karang mati yang ditumbuhi alga (DCA) 8,83 %. Dari hasil transek, dicatat bahwa kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori “jelek”.

2. Stasiun RJAL 53 (Tanjung Nbngkes, Desa Kabui, Waigeo Selatan)

Lokasi ini terletak di semenanjung yang berbatasan dengan P. Gam, tepatnya di Tanjung Nbngkes, di selatan P. Waigeo. Pesisir pantai terdiri dari vegetasi mangrove. Di rataan terumbu pertumbuhan karang didominasi oleh bentuk pertumbuhan ”sub-massive” dari jenis Porites cylindrica dan Porites nigrescens. Persentase tutupan karang hidup dicatat 30,47 %, terdiri dari karang Acropora 2,13 % dan Non-Acropora 28,33 %. Persentase tutupan DCA dicatat cukup tinggi (40,23 %) dan merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan yang dicatat di 4 lokasi lainnya. Kategori abiotik terdiri dari patahan karang mati (rubble) dicatat 8,70 % dan pasir 14,40 %. Di lokasi ini juga ditemukan bekas bom. Dilihat dari persentase tutupan karang hidup (30,47%), maka kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori “sedang”.

25

3. Stasiun RJAL 61, Depan Desa Manyaifuin, Waigeo Selatan Lokasi pengamatan terletak di pulau kecil yang berhada-

pan dengan Desa Manyaifun, Waigeo Selatan. Pulau tersusun dari batuan cadas, rataan terumbu didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan “sub-massive” dari jenis Porites cylindrica dan Porites nigrescens. Persentase tutupan karang hidup dicatat 35,17 %, terdiri dari karang Acropora 8,50 % dan Non-Acropora 26,67 %. Persentase tutupan DCA dicatat 23,73 %. Kategori abiotik yang cukup tinggi di lokasi ini, dicatat 31,60 % yaitu patahan karang mati (rubble). Di lokasi ini juga ditemukan bekas bom. Dilihat dari persentase tutupan karang hidup (35,17%), maka kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori “sedang”. Dari lima lokasi pengamatan persentase tutupan di lokasi ini yang tertinggi, walaupun masuk dalam kategori “sedang”.

4. Stasiun RJAL 72, Pulau Biansi

Lokasi pengamatan terletak di sebelah barat laut Pulau Biansi, salah satu pulau kecil yang terpisah jauh dari daratan utama di selatan P. Waigeo. Pantai terdiri dari pasir dan ba-tuan cadas. Rataan terumbu sampai ke lereng terumbu dido-minasi oleh karang jenis Acropora palifera. Karang ini tidak dijumpai di dalam garis transek. Persentase tutupan karang hidup dicatat sangat rendah, dan terendah dari lokasi-lokasi lainnya yaitu 7,87 %, dan hanya terdiri dari karang Non-Acropora. Persentase tutupan DCA dicatat 20,10 %. Kategori abiotik yang cukup tinggi di lokasi ini, dan paling tinggi nilainya dari lokasi lainnya yaitu “rubble”, dicatat 69,87 %. Kondisi ka-rang di lokasi ini “hancur” dan belum nampak adanya pertum-buhan anakan karang. Di lokasi ini juga ditemukan bekas bom. Dari hasil transek, dicatat kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori ’jelek” atau ”rusak”.

5. Stasiun RJAL 73, Pulau Minyaifuin Lokasi transek di utara P. Minyaifun, pulau yang terletak

ke arah barat, jauh dari daratan, tepatnya di sebelah barat daya P. Waigeo. Posisi pulau ini ke arah barat berbatasan

26

dengan laut terbuka. Pantai terdiri dari batu cadas yang tersusun membentuk tebing. Rataan terumbu didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan ”massive” dari marga Porites, Diploastrea, Favia dan Platygyra. Diketahui karang dengan bentuk pertumbuhan seperti ini tahan terhadap gempuran ombak. Sama halnya dengan di lokasi sebelumnnya (RAJL 72) persentase tutupan karang hidup dicatat sangat rendah, yaitu 8,57 %, dan hanya terdiri dari karang Non-Acropora. Persentase tutupan DCA dicatat 22,97 %. Kategori abiotik yang cukup tinggi di lokasi ini, dan paling tinggi nilainya dari lokasi lainnya yaitu “rubble”, dicatat 62,50 %. Kondisi karang di lokasi ini “hancur” dan belum nampak adanya pertumbuhan anakan karang. Di lokasi ini juga ditemukan bekas bom. Dari hasil transek, dicatat kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori ’jelek” atau ”rusak”.

Dari hasil pengamatan dengan metode LIT, dapat dilihat bahwa pertumbuhan karang di lokasi transek hanya terbatas dari kategori ”sedang” sampai ”jelek”. Di semua lokasi ditemukan kondisi karang yang hancur akibat penangkapan ikan dengan bahan peledak (bom).

Hasil Analisis Karang

Dari hasil LIT yang dilakukan di 5 stasiun transek permanen, data yang dianalisis hanya dari 4 stasiun yaitu stasiun-stasiun RJAL 48, RJAL 53, RJAL 61 dad RJAL 72, sedangkan stasiun RJAL 73 tidak masuk dalam analisis karena disesuaikan dengan data dari ikan karang. Dari hasil analisis diperoleh nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon dan nilai indeks kemerataan Pielou dan disajikan dalam Tabel 2.

27

Tabel 2. Nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk karang batu di masing-masing stasiun studi baseline dengan metode LIT.

Dari Tabel 2 tersebut terlihat bahwa pada stasiun RJAL72 memiliki keragaman jenis karang yang lebih sedikit dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya, walaupun penyebaran jenisnya relatif masih lebih merata dibandingkan dengan di stasiun RJAL61. Porites nigrescens merupakan jenis karang yang paling dominan di staiun RJAL61.

Berdasarkan nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis Similar-ity) yang dihitung dari jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu [yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk log(y+1)] di setiap stasiun transek permanen, dilakukan analisa pengelompokan (cluster analysis) dengan menggunakan metode rerata kelompok (group average) sehingga dihasilkan dendro-gram seperti pada Gambar 7, Selain itu juga dilakukan analisis multivariat non-metric multidimensional scaling (MDS) dimana hasilnya disajikan pada Gambar8. Analisa multivariat tersebut dilakukan dengan menggunakan program PRIMER v5.

Dari Gambar 7 dan Gambar 8 tersebut terlihat bahwa den-gann nilai kemiripan 50%, hanya stasiun RJAL48 dan RJAL72 saja yang mengelompok dalam satu kelompok.

Stasiun H’ J’

RJAL48 2,144 0,894

RJAL53 2,342 0,810

RJAL61 2,128 0,710

RJAL72 1,658 0,797

28

Jumlah kehadiran Porites lutea dan Porites nigrescens mem-berikan kontribusi terbesar dalam pengelompokan kedua stasiun tersebut dalam satu kelompok,

Gambar 7. Dendrogram analisis pengelompokan stasiun studi baseline

di perairan Rajaampat berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu (yang telah ditranformasikan ke dalam bentuk log(y+1)).

RJA

L53

RJA

L61

RJA

L48

RJA

L72100

80

60

40

20

Sim

ilarit

y

29

Gambar 8. MDS untuk stasiun studi baseline di Rajaampat ber-

dasarkan berdasarkan jumlah kehadiran masing-masing jenis karang batu (yang telah ditranformasikan ke dalam bentuk log (y+1)).

III.4. Hasil Pengamatan Megabentos dengan Metode “Reef Check”

Pengamatan biota megabentos dilakukan bersamaan dengan pengamatan karang di lima stasiun yang sama dengan stasiun pengamatan karang. Hasil pengamatan biota megabentos dapat dilihat dalam Gambar 9 dan Tabel 3. Dari hasil transek, dicatat bahwa biota karang jamur Fungia spp. (CMR) memiliki kelimpahan tertinggi dibandingkan dengan biota lainnya. Jumlah tertinggi dicatat di stasiun RJAL 53 (Tanjung Nbngkes) sejumlah 12.000 individu/ha, kemudian di stasiun RJAL 61 (Desa Manyaifun) sejumlah 8.000 individu/ha. Di stasiun RJAL 48 dicatat 2.143 individu/ha dan di stasiun RJAL 73 143 individu/ha. Di stasiun RJAL 72 tidak ditemukan biota ini. Biota bulu babi hanya ditemukan di dua lokasi yaitu stasiun RJAL 48 dan RJAL

RJAL48

RJAL53

RJAL61

RJAL72

Stress: 0

30

53. Kelimpahan bulu babi dicatat di stasiun RJAL 53 sejumlah 500 individu/ha dan di stasiun RJAL 48, 143 individu/ha. Biota kima dengan ukuran besar maupun kecil juga ditemukan di lokasi transek. Untuk yang berukuran kecil (small giant clam) ditemukan di empat stasiun pengamatan yaitu RJAL 48 (214 individu/ha), RJAL 53 (71 individu/ha), RJAL 61 (71 individu/ha) dan di stasiun RJAL 72 (143 individu/ha). Untuk kima yang berukuran besar (large giant clam) ditemukan di dua stasiun pengamatan yaitu stasiun RJAL 53 (357 individu/ha), RJAL 61 (71 individu/ha). Untuk teripang ditemukan hanya yang berukuran besar (Large Holothurian) ditemukan di tiga lokasi transek yaitu di stasiun RJAL 53 (71 individu/ha), RJAL 61 (143 individu/ha) dan di stasiun RJAL 72 (500 individu/ha). Biota lain yaitu Acanthaster planci juga ditemukan di dua lokasi transek yaitu RJAL 48 dan RJAL 73 dan masing-masing jumlahnya 71 individu/ha. Untuk biota Drupella sp., Lobster, Trochus niloticus dan ”Pencil sea urchin”, sama sekali tidak ditemukan di lokasi transek.

31

Gambar 9. Kelimpahan biota megabentos (individu/ha) hasil studi baseline dengan metode “reef check” di perairan Kabupaten Rajaampat.

32

Tabel 3. Kelimpahan biota megabentos (individu/ha) hasil studi baseline dengan metode ”Reef Check” di perairan Kabupten Rajaampat.

III.5. Hasil Pengamatan Ikan Karang dengan Metode RRI (Rapid Reef Resource Inventory)

Hasil pengamatan ikan karang dengan metode RRI dapat dilihat dalam Gambar 10. Dari hasil pengamatan, dicatat bahwa kelompok ikan major memiliki frekuensi relatif kehadiran tertinggi di lokasi pengamatan. Dari 11 jenis ikan karang yang memiliki kehadiran relatif di atas 25 %, dicatat kelompok ikan major ada 10 jenis, dan sisanya 1 jenis dari kelompok ikan target. Jenis ikan major yang memiliki kehadiran tertinggi ialah Pomacentrus moluccensis (45%) kemudian diikuti oleh jenis Thalassoma lunaris (42,5 %), Amblyglyphidodon curacao dan Pomacentrus amboinensis (40 %). Sedangkan jenis dari kelompok ikan target yaitu Lutjanus decussatus dengan kehadiran relatif 35 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.

STASIUN

RJAL 48

RJAL 53

RJAL 61

RJAL 72

RJAL 73

Acanthaster planci 71 0 0 0 71

CMR 2143 12000 8000 0 143

Diadema setosum 143 500 0 0 0

Drupella sp. 0 0 0 0 0

Large giant clam 0 357 71 0 0

Small giant clam 214 71 71 143 0

Large holoturian 0 71 143 500 0

Small holoturian 0 0 0 0 0

Lobster 0 0 0 0 0

Pencil sea urchin 0 0 0 0 0

MEGABENTOS

33

Gambar 10. Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil studi baseline dengan metode RRI di perairan Kabupaten Rajaampat.

34

Tabel 4. Sebelas jenis ikan karang yang mempunyai frekuensi relatif kehadiran tertinggi, hasil studi baseline dengan metode RRI di Kabupaten Rajaampat (n=33).

III.6. Hasil Pengamatan Ikan Karang dengan Metode

”UVC” (Underwater Visual Census)

Pengamatan ikan karang dengan metode ”UVC” dilakukan bersamaan dengan pengamatan karang dan megabentos. Dari hasil pengamatan dicatat ikan karang 29 suku dengan 147 jenis. Hasil pengamatan ikan karang dengan komposisi dibagi dalam ikan major, ikan target dan ikan indikator, dapat dilihat dalam Gambar 11. Jumlah dan perbandingan antara ikan major : ikan target : ikan indikator dapat dilihat dalam Tabel 5.

No. J e n i s Frekuensi Relatif Kategori kehadiran (%)

1 Pomacentrus moluccensis 45 Major

2 Thalassoma lunaris 42,5 Major

3 Amblyglyphidodon curacao 40 Major

4 Pomacentrus amboinensis 40 Major

5 Lutjanus decussatus 35 Target

6 Labroides dimidiatus 35 Major

7 Scarus ghobban 35 Major

8 Chromis ternatensis 32,5 Major

9 Scarus dimidiatus 30 Major

10 Thalassoma hardwicke 27,5 Major

11 Halichoeres chloropterus 25 Major

35

Tabel 5. Jumlah dan perbandingan antara ikan Major, ikan Target, dan ikan Indikator hasil studi baseline dengan metode UVC di perairan Kabupaten Rajaampat.

Gambar 11. Perbandingan antara ikan major, ikan target dan ikan

indikator hasil studi baseline dengan metode “UVC” di perairan Kabupaten Rajaampat.

Untuk kelimpahan jenis, ikan major masih menduduki tempat teratas. Dari 12 jenis ikan di lokasi pengamatan, dicatat jenis Cirrhilabrus cyanopleura (suku Labridae) dari kelompok ikan

Lokasi

Kelimpahan (Jumlah individu/ha)

Ikan Major Ikan Target Ikan Indikator

Rajaampat 8.400 2.131 291 29 : 7 : 1

Perbandingan

36

major memiliki kelimpahan jenis 1.377 individu/ha. Kemudian diikuti oleh jenis Caesio teres dari kelompok ikan target dengan kelimpahan 686 individu/ha. Selanjutnya diikuti oleh jenis Apogon compressus dari kelompok ikan major dengan kelimpahan 657 individu/ha. Nilai selanjutnya dari 9 jenis yang sisa, 8 jenis diantaranya dari kelompok ikan major dan hanya 1 jenis dari kelompok ikan target yaitu jenis Caesio cuning dengan kelimpahan 400 individu/ha. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 6.

Tabel 6. Dua belas jenis ikan karang yang memliki kelimpahan tertinggi hasil studi baseline dengan metode ”UVC” di perairan Kabupaten Rajaampat.

No.

Jenis

Kelimpahan (Jmlh.indv./ha)

1 Cirrhilabrus cyanopleura 1377 Major

2 Caesio teres 686 Target

3 Apogon compressus 657 Major

4 Chromis amboinensis 531 Major

5 Pomacentrus nigromanus 457 Major

6 Caesio cuning 400 Target

7 Pomacentrus amboinensis 383 Major

8 Pomacentrus moluccensis 269 Major

9 Pseudanthias hutchtii 257 Major

10 Amblyglyphidodon curacao 240 Major

11 Halichoeres melanurus 223 Major

12 Chromis ternatensis 189 Major

Kategori

37

Untuk kelimpahan suku, dicatat suku Pomacentridae memiliki jumlah individu terbanyak yaitu 4.640 individu/ha, diikuti oleh suku Labridae (2.097 individu/ha) dan suku Caesionidae (1.086 individu/ha). Dari 29 suku yang dicatat dari hasil pengamatan, 6 suku diantaranya memiliki kelimpahan individu terendah (masing-masing 6 individu/ha) yaitu suku Aulostomidae, Carcharhinidae, Cirrithidae, lethrinidae, Muraenidae dan Tetraodontidae. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 7.

38

Tabel 7. Kelimpahan ikan karang untuk masing-masing suku hasil studi baseline dengan metode UVC di perairan Kabupaten Rajaampat.

No. S u k u Kelimpahan

(Jumlah individu/ha)

1 POMACENTRIDAE 4640 2 LABRIDAE 2097 3 CAESIONIDAE 1086 4 APOGONIDAE 857 5 SERRANIDAE 446 6 CHAETODONTIDAE 291 7 SCOLOPSIDAE 246 8 SCARIDAE 223 9 CARANGIDAE 177 10 ACANTHURIDAE 126 11 EPHIPPIDAE 114 12 LUTJANIDAE 74 13 MULLIDAE 74 14 BLENIIDAE 57 15 SIGANIDAE 51 16 ZANCLIDAE 51 17 POMACANTHIDAE 46 18 BALISTIDAE 40 19 PSEUDOCHROMIDAE 34 20 HOLOCENTRIDAE 17 21 PINGUIPEDIDAE 17 22 FISTULARIIDAE 11 23 OSTRACIIDAE 11 24 AULOSTOMIDAE 6 25 CARCHARHINIDAE 6 26 CIRRHITIDAE 6 27 LETHRINIDAE 6 28 MURAENIDAE 6 29 TETRAODONTIDAE 6

39

Hasil Analisis Ikan Karang Dari hasil LIT yang dilakukan di 4 stasiun transek permanen

(1 stasiun tidak dianalisis), nilai indeks keanekaragaman jenis Shannon dan nilai indeks kemerataan Pielou disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’) yang dihitung menggunakan ln (=log e) dan Indeks kemerataan Pielou (J’) untuk ikan karang di masing-masing stasiun transek permanen dengan metode LIT.

Dari Tabel 8 tersebut terlihat bahwa stasiun RJAL72 memiliki nilai indeks keragaman dan nilai indeks kemerataan yang teren-dah dibandingkan dengan stasiun-stasiun lainnya. Ikan karang jenis Cirrhilabrus cyanopleura, Chromis sp. dan Halichoeres melanurus dibandingkan dengan jenis-jenis lainnya terlihat lebih dominan di stasiun ini.

Berdasarkan nilai kemiripan Bray-Curtis (Bray-Curtis Similar-ity) yang dihitung dari data jumlah individu ikan karang [yang te-lah ditransformasikan ke dalam bentuk log(y+1)] yang di ditemu-kan di masing-masing stasiun transek permanen dilakukan analisa pengelompokan (cluster analysis) dengan menggunakan metode rerata kelompok (group average) sehingga dihasilkan dendrogram seperti pada Gambar 12. Selain itu juga dilakukan

Stasiun H’ J’

RJAL48 3,606 0,835

RJAL53 3,350 0,880

RJAL61 2,931 0,757

RJAL72 2,826 0,751

40

analisis multivariat non-metric multidimensional scaling (MDS) dimana hasilnya disajikan pada Gambar 13. Analisa multivariate ini dilakukan dengan menggunakan program PRIMER v5.

Dari Gambar 12 dan Gambar 13 tersebut terlihat bahwa den-gan nilai kemiripan 50%, tak ada satu pun stasiun yang mengelompok.

Gambar 12. Dendrogram analisis pengelompokan stasiun ransek permanen di Rajaampat berdasarkan jum-lah individu ikan karang yang telah ditransformasi-kan ke bentuk log (y+1).

RJA

L53

RJA

L61

RJA

L48

RJA

L72100

80

60

40

20

Sim

ilarit

y

41

Gambar 13. Hasil MDS untuk stasiun transek permanen di

Rajaampat berdasarkan jumlah individu ikan karang yang telah ditransformasikan ke bentuk log (y+1).

RJAL48RJAL53

RJAL61

RJAL72Stress: 0

42

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. KESIMPULAN Dari hasil studi baseline karang, biota megabentos dan ikan karang di perairan Kabupaten Rajaampat, dapat ditarik kesimpu-lan sebagai berikut :

• Pertumbuhan karang didominasi oleh karang dengan bentuk pertumbuhan “sub-massive” dari jenis Porites cylindrica dan Porites nigrescens.

• Kondisi karang di perairan Rajaampat masuk dalam kategori jelek sampai sedang. Tidak ditemukan kondisi karang yang masuk dalam kategori baik maupun ekselen.

• Di stasiun RJAL72, dicatat bahwa keragaman jenis karang lebih sedikit dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya.

• Hampir di semua lokasi ditemukan bekas-bekas pengeboman karang.

• Kelompok ikan major memiliki frekuensi relatif kehadiran tertinggi di lokasi pengamatan.

• Suku Pomacentridae memiliki jumlah individu terbanyak yaitu 4640 individu/ha.

• Dari 29 suku ikan karang, 6 suku diantaranya memiliki kelimpahan individu terendah (masing-masing 6 individu/ha) yaitu suku Aulostomidae, Carcharhinidae, Cirrithidae, lethrinidae, Muraenidae dan Tetraodontidae.

IV.2. SARAN Dari hasil pengamatan dan melihat kenyataan di lapangan, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

43

• Mengingat kondisi karang hanya bervariasi dari kategori ”jelek” sampai ke ”sedang” saja, maka perlu dicari penyebab kerusakan yang terjadi.

• Pengunaan bahan peledak untuk menangkap ikan harus ditertibkan sehingga tidak memperparah lingkungan terumbu karang.

• Mengingat dasar perairan yang hancur dan lebih didominasi oleh patahan karang mati (rubble), dimana kondisi ini menyulitkan untuk anakan karang melekat dan tumbuh, perlu dicari jalan keluar seperti propagasi (transplantasi) karang di lokasi yang hancur.

• Kesinambungan data terumbu karang sangat membantu sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi keberhasilan program COREMAP, sehingga partisipasi staf lokal harus lebih ditingkatkan dalam kegiatan monitoring terumbu karang yang dilakukan sendiri, dengan supervisi tenaga dari pusat.

44

DAFTAR PUSTAKA

Clarke K.R. and R.M. Warwick, 2001. Change in Marine communities : an approach to statistical analysis and interpretation,2nd edition PRIMER-E: Plymouth.166 p.

English, S.; C. Wilkinson and V. Baker, 1997. Survey Manual for Tropi-cal Marine Resources. Second edition. Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 p.

Heemstra, P.C. and Randall, J.E. 1993. FAO Species Catalogue. Vol. 16 Grouper of the World (Family Serranidae: Sub Family Epinephelidae).

Kuiter, R. H., 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indo-nesia and Adjacent Waters. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.

Lieske E. & R. Myers, 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edition, Singapore. 400p.

Matsuda, A.K.; Amoka, C.; Uyeno, T. and Yoshiro, T., 1984. The Fishes of the Japanese Archipelago. Tokai University Press.

Randall, J.E. and Heemstra, P.C. 1991. Indo-Pacific Fishes. Revision of Indo-Pacific Grouper (Perciformes: Serranidae: Epinepheliae), With Description of Five New Species.

Zar, J. H., 1996. Biostatistical Analysis. Second edition. Prentice-Hall Int. Inc. New Jersey: 662 p.

45

LAMPIRAN Lampiran 1. Posisi stasiun RRI di lokasi transek Kabupaten Rajaampat.

NO. STASIUN LONG. LAT. LOKASI 1 RJAR 43 130.6460 -0.41027 Yenbeser 2 RJAR 44 130.6898 -0.43640 Yenbeser 3 RJAR 45 130.5936 -0.51145 Sawonggrai 4 RJAR 46A 130.5395 -0.50747 Kapisawar 5 RJAR 46 130.5686 -0.48232 Kapisawar 6 RJAR47 130.50638 -0.51221 7 RJAR48 130.45485 -0.50713 8 RJAR49 130.46942 -0.48490 9 RJAR50 130.44281 -0.43510

10 RJAR 51 130.4994 -0.43466 Kabui 11 RJAR52 130.5502 -0.41511 Kabui 12 RJAR 53 130.5474 -0.37401 Kabui 13 RJAR 54 130.5474 -0.33383 Mutus 14 RJAR 55 130.4945 -0.33102 P. Gemien 15 RJAR 56 130.5143 -0.30474 Mutus 16 RJAR 57 130.5229 -0.27152 Mutus 17 RJAR 58 130.4874 -0.25941 Mutus 18 RJAR 59 130.4387 -0.29126 Mutus 19 RJAR 60 130.4071 -0.26901 Manyaifun 20 RJAR 61 130.3684 -0.26812 Manyaifun 21 RJAR 62 130.3185 -0.27383 Manyaifun 22 RJAR 63 130.2937 -0.23447 Manyaifun 23 RJAR 64 130.2202 -0.21161 Manyaifun 24 RJAR 66 130.2493 -0.39012 P. Yefkabu 25 RJAR 67 130.2790 -0.39123 P. Yefkabu 26 RJAR 68 130.3078 -0.37113 P. Yefkabu 27 RJAR 69 130.2430 -0.30269 P. Bintang 28 RJAR 70 130.2166 -0.27970 P. Bintang 29 RJAR 70A 130.1841 -0.28317 P. Bintang 30 RJAR 71 130.2751 -0.30137 P. Bintang 31 RJAR 72 130.3504 -0.31138 P. Bintang 32 RJAR 73 130.2256 -0.32694 P. Matagui 33 RJAR84 130.3347 -0.34407

46

Lampiran 2. Posisi stasiun LIT di lokasi transek Kabupaten Rajaampat.

Lampiran 3. Jenis-jenis karang batu yang ditemukan di lokasi transek Kabupaten Rajaampat.

NO. STASIUN LONG. LAT. LOKASI 1 RJAL 48 130,4549 -0,50713 P. Yangel 2 RJAL 53 130,5474 -0,37401 Tg. Nbagkes 3 RJAL 61 130,3684 -0,26812 Tg. Waisai 4 RJAL 72 130,3504 -0,31138 Noname 5 RJAL 73 130,2256 -0,32694 P. Matagui 6 RJAL 84 130,3347 -0,34407

NO. SUKU STASIUN

JENIS RJAL 48 RJAL 53 RJAL 61 RJAL 72 RJAL 73

I ACROPORIDAE

1 Acropora acuminata - - + - -

2 Acropora brueggemanni - + - - -

3 Acropora cerealis - - + - -

4 Acropora florida - - + - -

5 Acropora formosa - - + - -

6 Acropora humilis - - + - -

7 Acropora hyacinctus - - + - -

8 Acropora palifera + - - - -

9 Acropora sp. + - + - -

10 Acropora subglabra + - + - -

11 Acropora valida - - + - -

12 Acropora yongei - - + - -

13 Montipora hoffmeisteri + - - - -

14 Montipora sp. - + - - - 15 Montipora venosa - + + - -

47

Lampiran 3. (lanjutan)

II AGARICIIDAE

16 Gardineroseris sp. - - + - -

17 Pachyseris rugosa - + - - -

III FAVIIDAE

18 Favites sp. + + - - +

19 Goniastrea pectinata - + - - -

20 Goniastrea sp. - + - - +

IV FUNGIIDAE

21 Fungia danai - - - + -

22 Fungia fungites - - + - -

23 Fungia horrida - - + - -

24 Fungia paumotensis - - + - -

V MERULINIDAE

25 Hydnophora pilosa - - - - -

26 Hydnophora sp. + - - + -

27 Merulina sp. - + - - -

VI MILLEPORIDAE

28 Millepora platyphylla - - + - -

29 Millepora sp. - - - + -

VII MUSSIDAE

30 Lobophyllia corymbosa - + - - -

31 Symphyllia radians - + - - -

VIII OCULINIDAE

32 Galaxea astreata - - - + - 33 Galaxea sp. - + - - -

48

Lampiran 3. (lanjutan)

IX POCILLOPORIDAE 34 Pocillopora verrucosa + - - + -

35 Seriatopora hystrix - - + - -

36 Stylophora pistillata + - - - -

X PORITIDAE

37 Goniopora australiensis - + - - -

38 Goniopora columna - + - - -

39 Goniopora flexuosa - + - - -

40 Goniopora lobata - + + - -

41 Goniopora sp. - - - - +

42 Porites cylindrica - + - - -

43 Porites lichen - - - - +

44 Porites lutea + + + + +

45 Porites nigrescens + + + + +

46 Porites sp. + - - + -

Keterangan :

+ = ditemukan - = tidak ditemukan

49

Lam

pira

n 4.

Jen

is-je

nis

ikan

kar

ang

yang

dite

muk

an d

i sta

siun

tran

sek

Kabu

pate

n R

ajaa

mpa

t. N

o. SU

KU

S

T A

S I U

N

(RJA

)

JEN

IS

43 4

4 45

46

46A

47

48 4

9 50

51

52 5

3 54

55

56 5

7 58

59

60 6

1 62

63

64 6

6 67

68

69 7

0 70

A 7

1 72

73

84

I A

CA

NTH

UR

IDA

E

1 C

teno

chae

tus

bino

tatu

s +

+ -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- +

+ -

- +

T

2 C

teno

chae

tus

stria

tus

+ +

- -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

+ -

+ -

- +

- -

- +

+ +

+ T

3 N

aso

brev

irost

ris

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ T

4 N

aso

hexa

cant

hus

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

5 N

aso

litur

atus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

T

6 N

aso

thyn

noid

es

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- T

7 N

aso

vlam

ingi

i -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

8 Ze

bras

oma

scop

as

+ +

- -

+ +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

+ +

- +

+ M

II A

POG

ON

IDA

E

9 A

pogo

n co

mpr

essu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

10

Apo

gon

cyan

osom

a -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

11

Apo

gon

exos

tigm

a -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

12

Che

ilodi

pter

us

quin

quel

inea

tus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

13

Sph

aera

mia

ne

mat

opte

rus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

14

Sph

aera

mia

orb

icul

aris

-

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

III

AU

LOST

OM

IDAE

15

Aul

osto

mus

chi

nens

is

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ M

50

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

IV

BA

LIST

IDA

E

16

Bal

ista

pus

undu

latu

s -

+ -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

+ +

- -

- -

+ -

- -

+ -

M

17

Bal

isto

ides

viri

desc

ens

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

18

Mel

icht

hys

nige

r -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

19

Odo

nus

nige

r -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

20

Rhi

neca

nthu

s ac

ulea

tus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

21

Rhi

neca

nthu

s ve

rruc

osus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

22

Suf

flam

en b

ursa

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

23

Suf

flam

en c

hrys

opte

rus

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

V B

LEN

IIDA

E

24

Istib

lenn

ius

sp.

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

25

Mei

acan

thus

gra

mm

iste

s -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

26

Pla

giot

rem

us s

p.

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

27

Sal

aria

s fa

scia

tus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

28

Val

enci

enne

a sp

. -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

29

Val

enci

enne

a st

rigat

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

VI

CA

ESIO

NID

AE

30

Cae

sio

caer

ulau

reus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

T

31

Cae

sio

cuni

ng

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

32

Cae

sio

tere

s -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

+ -

- -

- -

T

33

Cae

sio

trilin

eata

-

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

T

34

Pte

roca

esio

dig

ram

ma

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

51

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

35

Pte

roca

esio

luna

ris

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- T

36

Pte

roca

esio

sp.

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

37

Pte

roca

esio

tess

ella

ta

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

38

Pte

roca

esio

tile

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

VII

CA

RA

NG

IDA

E

39

Car

ango

ides

baj

ad

+ -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

40

Car

anx

mel

ampy

gus

+ -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ T

41

Car

anx

sexf

asci

atus

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

42

Car

anx

sp.

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- T

43

Ela

gatis

bip

innu

lata

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

T

VIII

CA

RC

HA

RIN

IDA

E

44

Cha

rcha

rinus

sp.

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

IX

CH

AET

OD

ON

TID

AE

45

Cha

etod

on a

urig

a -

- -

- -

+ +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

46

Cha

etod

on b

aron

esa

- -

- -

- +

+ -

- -

- +

- -

- -

+ -

- +

+ +

- +

- -

- -

+ -

+ -

+ I

47

Cha

etod

on b

enne

tti

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- I

48

chae

todo

n ep

hipi

um

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ I

49

Cha

etod

on k

llein

ii -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- +

+ +

- -

I

50

Cha

etod

on lu

nula

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

51

Cha

etod

on m

elan

notu

s -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- +

+ -

- -

+ +

- -

+ -

I

52

Cha

etod

on m

eyer

i -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- +

- -

I

53

Cha

etod

on o

ctof

asci

atus

+

- +

+ -

+ +

- -

- +

+ +

- +

- +

- -

+ +

+ -

- -

- -

- -

- -

- +

I

52

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

54

Cha

etod

on o

rnat

issi

mus

-

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

55

Cha

etod

on p

unct

atof

asci

atus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

56

Cha

etod

on ra

ffles

i +

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

57

Cha

etod

on s

p.

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- I

58

Cha

etod

on s

pecu

lum

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

59

Cha

etod

on tr

ifasc

ialis

-

- -

- +

+ +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ +

- -

- -

I

60

Cha

etod

on tr

ifasc

iatu

s +

- -

+ -

+ -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

+ -

- +

+ -

- -

+ -

- +

+ +

I

61

Cha

etod

on u

nim

acul

atus

+

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

I

62

Cha

etod

on v

agab

undu

s -

- +

- +

+ +

- -

- -

- -

+ -

- +

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

I

63

Che

lmon

rost

ratu

s +

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

64

Cor

adio

n al

tivel

is

- -

+ -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ I

65

Cor

adio

n ch

ryso

zonu

s -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

66

Hen

ioch

us c

hrys

osto

mus

-

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

I

67

Hen

ioch

us v

ariu

s -

- -

- +

- +

- -

- +

+ -

- -

- -

+ -

- -

- +

- -

- -

+ -

- +

+ -

I

X C

IRR

HIT

IDA

E

68

Par

acirr

hite

s fo

rste

ri -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

M

XI

EPH

IPPI

DA

E

69

Pla

tax

orbi

cula

ris

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

+ +

- T

70

Pla

tax

sp.

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

71

Pla

tax

teira

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

T

XII

FIST

ULA

RIID

AE

72

Fist

ular

ia p

etim

ba

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ M

53

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

XIII

GO

BIID

AE

73

Istig

obiu

s or

natu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

74

Istig

obiu

s sp

. -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

XIV

HA

EMU

LID

AE

75

Ple

ctor

hinc

hus

diag

ram

ma

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

76

Ple

ctor

hinc

hus

less

oni

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

- T

77

Ple

ctor

hinc

hus

linea

tus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

- T

XV

HO

LOC

ENTR

IDA

E

78

Myr

ipris

tis h

exag

onus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

79

Myr

ipris

tis m

urdj

an

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

80

Myr

ipris

tis v

iola

ceus

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

XVI

LAB

RID

AE

81

Ana

mps

es m

elea

gris

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

82

Bod

ianu

s m

esot

hora

x -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

+ -

M

83

Che

ilinu

s ch

loru

rus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ T

84

Che

ilinu

s fa

scia

tus

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

+ -

- -

+ +

- +

- -

- +

- +

+ +

- +

- -

+ T

85

Che

ilinu

s sp

. -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

T

86

Che

ilinu

s tri

loba

tus

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

87

Cho

erod

on a

ncho

rago

+

- -

- +

- +

+ -

- -

+ -

- -

- -

- -

+ -

+ -

+ -

- -

- -

- -

- -

M

88

Cirr

hila

brus

cya

nopl

eura

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

M

89

Cor

is g

aim

ard

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

90

Cor

is v

arie

gata

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

54

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

91

Dip

roct

acan

thus

xan

thur

us

+ -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- +

- -

- +

- -

+ -

- -

- +

- M

92

Epi

bulu

s in

sidi

ator

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

93

Gom

phos

us v

ariu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

M

94

Hal

icho

eres

chl

orop

teru

s -

- +

+ -

- +

+ -

- +

+ -

- +

+ +

- -

+ -

- -

+ -

- -

- -

+ +

- +

M

95

Hal

icho

eres

hor

tula

nus

- -

- -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

+ M

96

Hal

icho

eres

mel

anur

us

- -

- -

- +

+ +

+ -

- +

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

+ M

97

Hal

icho

eres

pro

sope

ion

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

98

Hal

icho

eres

sca

pula

ris

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

99

Hal

icho

eres

sp.

-

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

M

100

Hem

igym

nus

fasc

iatu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

+ -

- +

- -

+ -

- -

- -

T

101

Hem

igym

nus

mel

apte

rus

- -

- -

+ -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- +

+ T

102

Labr

icht

hys

unilin

eatu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

103

Labr

oide

s bi

colo

r -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

M

104

Labr

oide

s di

mid

iatu

s -

- -

+ -

+ +

+ -

+ -

+ -

+ -

+ +

- -

+ -

+ +

- -

- +

- -

- +

- +

M

105

Mac

roph

aryn

godo

n or

natu

s -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

106

Oxy

chei

linus

cel

ebic

us

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

107

Ste

thoj

ulis

ban

dane

nsis

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

M

108

Ste

thoj

ulis

stri

give

nter

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

109

Thal

asso

ma

hard

wic

ke

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- +

- -

- +

+ +

- -

+ +

+ -

- -

- +

+ -

+ M

110

Thal

asso

ma

jans

enii

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ M

111

Thal

asso

ma

luna

ris

- -

- -

+ -

+ -

- -

+ +

- +

- -

- +

+ +

+ +

+ +

+ +

- -

- +

+ -

+ M

XVII

LETH

RIN

IDA

E

112

Mon

otax

is g

rand

ocul

is

- -

+ -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- T

55

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

XVIII

LU

TJA

NID

AE

113

Lutja

nus

bigu

ttatu

s -

- -

+ +

+ -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

- -

- -

- -

T

114

Lutja

nus

bout

ton

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

115

Lutja

nus

carp

onot

atus

-

- -

- -

- +

- -

- +

+ +

- -

- -

- -

- +

- +

- -

- +

- -

- -

- +

T

116

Lutja

nus

decu

ssat

us

- +

- -

+ +

+ +

- -

+ +

+ -

- +

+ +

+ -

- -

- -

- -

- +

+ +

- -

+ T

117

Lutja

nus

ehre

nber

gi

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

118

Lutja

nus

fulv

iflam

ma

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

- +

- +

- -

- T

119

Lutja

nus

fulv

us

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

120

Lutja

nus

sem

icin

tus

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

- +

- -

- -

- +

- -

- -

+ -

- -

- T

121

Mac

olor

mac

ular

is

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

XIX

MU

LLID

AE

122

Mul

loid

icht

hys

vani

cole

nsis

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

T

123

Par

upen

eus

barb

erin

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- T

124

Par

upen

eus

bifa

scia

tus

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

+ -

- +

- -

+ +

- -

+ T

125

Par

upen

eus

cycl

osto

mus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

+ -

- -

T

126

Par

upen

eus

indi

cus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ T

127

Par

upen

eus

mul

tifas

ciat

us

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ +

- -

+ -

+ -

+ T

XX

MU

RA

ENID

AE

128

Gym

noth

orax

rich

ards

oni

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

XXI

NEM

IPTE

RID

AE

129

Pen

tapo

dus

sp.

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

130

Pen

tapo

dus

trivi

ttatu

s -

- +

- -

- -

- +

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

56

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

XXII

OST

RA

CIID

AE

131

Ost

raci

on m

elea

gris

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

132

Ost

raci

on c

ubic

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

XXIII

PE

MPE

RID

AE

133

Pem

pher

is o

uale

nsis

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

XXIV

PIN

GU

IPED

IDAE

134

Par

aper

cis

clat

hrat

a -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

135

Par

aper

cis

cylin

dric

a -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

XXV

POM

ACA

NTH

IDA

E

136

Cen

tropy

ge b

icol

or

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

137

Cen

tropy

ge b

ispi

nosu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

138

Cen

tropy

ge n

ox

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

139

Cen

tropy

ge ti

bice

n -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

M

140

Cen

tropy

ge v

rolik

i -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

+ -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

M

141

Pom

acan

thus

nav

arch

us

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

142

Pom

acan

thus

tibi

cen

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

143

Pyg

oplit

es d

iaca

nthu

s -

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- +

- -

- -

M

XXVI

PO

MAC

ENTR

IDA

E

144

Abu

defd

uf s

exfa

scia

tus

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- M

145

Abu

defd

uf v

aigi

ensi

s -

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

+ -

- +

M

146

Aca

nthu

rus

aura

ntic

avus

+

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

57

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

147

Aca

nthu

rus

leuc

oste

rnon

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

148

Aca

nthu

rus

linea

tus

- -

- -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

+ M

149

Aca

nthu

rus

nigr

ican

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

150

acan

thur

us n

igric

auda

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

+ -

- +

- -

- -

M

151

Aca

nthu

rus

pyro

feru

s -

+ -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

M

152

Aca

nthu

rus

sp.

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

153

Aca

nthu

rus

thom

pson

i -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

154

Aca

nthu

rus

xant

hopt

erus

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

M

155

Am

blyg

lyph

idod

on a

ureu

s -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

156

Am

blyg

lyph

idod

on c

urac

ao

- -

- +

- -

+ -

- -

+ +

+ +

- +

- -

- -

- +

- -

- +

+ -

- -

+ -

+ M

157

Am

blyg

lyph

idod

on

leuc

ogas

ter

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

+ M

158

Am

phip

rion

akin

dyno

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

159

Am

phip

rion

clar

kii

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

160

Am

phip

rion

mel

anop

us

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

161

Am

phip

rion

ocel

laris

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

162

Cha

etod

onto

plus

mes

oleu

cus

- +

- +

+ -

+ -

- +

- +

+ -

- -

+ +

- +

- -

+ -

- -

- -

- -

+ +

+ M

163

Chr

omis

am

boin

ensi

s +

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

164

Chr

omis

mar

garit

ifer

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

165

Chr

omis

sp.

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

166

Chr

omis

tern

aten

sis

- -

- -

- +

+ -

- +

- -

- +

- -

- -

- -

- +

- +

- -

- +

+ -

- +

- M

167

Chr

omis

viri

dis

- -

- +

- -

+ -

- -

- -

- +

+ -

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

168

Chr

omis

xan

thur

a -

- -

- -

- -

+ -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

169

Chr

ysip

tera

hem

icya

neus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- +

M

170

Chr

ysip

tera

leuc

opom

us

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

171

Chr

ysip

tera

par

asem

a -

- -

- -

- -

- -

+ +

+ -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

M

58

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

172

Chr

ysip

tera

rolla

ndi

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

173

Chr

ysip

tera

sp.

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

174

Chr

ysip

tera

talb

oti

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

175

Chr

ysip

tera

tric

inct

us

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

176

Das

cyllu

s ar

uanu

s -

- -

- -

- +

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

177

Das

cyllu

s m

elan

urus

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

178

Das

cyllu

s re

ticul

atus

-

- -

- -

- +

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

179

Das

cyllu

s tri

mac

ulat

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

180

Dis

chis

todu

s fa

scia

tus

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

181

Dis

chis

todu

s m

elan

otus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

182

Dis

chis

todu

s pe

rspi

cilla

tus

+ -

+ -

- +

+ -

+ -

- +

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

+ -

+ M

183

Dis

chis

todu

s pr

osop

otae

nia

+ -

+ -

- +

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

184

Dis

chis

todu

s sp

. -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

185

Neo

glyp

hido

don

nigr

oris

-

- -

- -

- +

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

+ +

+ +

- -

+ +

+ -

- +

- +

M

186

Neo

pom

acen

trus

azys

ron

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

187

Par

agly

phid

odon

mel

as

+ -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

+ -

+ -

+ M

188

Ple

ctro

glyp

hido

don

dick

ii -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

189

Ple

ctro

glyp

hido

don

lacr

ymat

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

+ +

- +

- -

- -

- -

- -

- -

+ M

190

Ple

ctro

glyp

hido

don

sp.

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

191

Pom

acan

thus

xan

thom

etop

on

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

192

Pom

acen

trus

ambo

inen

sis

+ -

- ++

-

- -

- +

+ +

- +

- -

+ +

- +

+ -

- +

- -

- -

- -

- +

- +

M

193

Pom

acen

trus

bank

anen

sis

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

194

Pom

acen

trus

brac

hial

is

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

- M

195

Pom

acen

trus

chry

suru

s -

- -

- -

+ +

+ -

+ -

+ -

- -

- -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

196

Pom

acen

trus

coel

estis

-

- -

+ -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- +

- -

M

59

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

197

Pom

acen

trus

lepi

doge

nys

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- M

198

Pom

acen

trus

mol

ucce

nsis

-

+ -

- -

+ +

- -

- -

+ -

- -

+ +

+ -

+ -

- +

- +

- -

- -

+ +

+ +

M

199

Pom

acen

trus

nigr

oman

us

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

200

Pom

acen

trus

pavo

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

201

Pom

acen

trus

phili

ppin

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

202

Pom

acen

trus

rex

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

+ M

203

Pom

acen

trus

sp.

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

204

Pre

mna

s bi

acul

eatu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

XXVI

I PS

EUD

OC

HR

OM

IDA

E

205

Labr

acin

us m

elan

otae

nia

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ M

206

Labr

acin

us s

p.

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

207

Pse

udoc

hrom

is s

p.

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

+ M

XXVI

II SC

AR

IDA

E

208

Cal

otom

us s

pini

dens

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

209

Cet

osca

rus

bico

lor

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

+ -

+ M

210

Chl

orur

us b

leek

eri

- +

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

+ +

- +

+ +

- -

- +

- -

- -

+ -

- T

211

Hip

posc

arus

long

icep

s -

- -

- -

+ -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- +

T

212

Sca

rus

bico

lor

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

213

Sca

rus

dim

idia

tus

- +

- -

+ -

- -

- -

- +

- +

- +

- +

+ +

+ -

- -

+ -

+ +

- -

+ +

- M

214

Sca

rus

fors

teri

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ M

215

Sca

rus

ghob

ban

- +

- -

+ -

+ +

- +

+ +

- -

- -

+ +

+ +

+ -

- -

- +

- -

- +

+ -

- M

216

Sca

rus

nige

r -

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

M

217

Sca

rus

pras

iogn

athu

s -

- +

- -

- -

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

60

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

218

Sca

rus

rivul

atus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

219

Sca

rus

schl

egel

i -

- -

- -

- +

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

220

Sca

rus

sord

idus

-

- +

- -

+ +

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

+ -

- -

- +

+ -

- -

- +

- +

M

221

Sca

rus

sp.

- -

- -

- -

- -

- +

- +

- -

- +

- +

- -

+ -

- +

+ -

- +

- -

+ -

- M

222

Sca

rus

spin

us

- -

- -

- +

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

+ M

XXIX

SC

OLO

PSID

AE

223

Sco

lops

is b

ilinea

tus

+ -

- -

- -

+ -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

+ -

- -

+ T

224

Sco

lops

is c

iliat

us

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

225

Sco

lops

is li

neat

us

- -

+ -

- -

- +

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- T

226

Sco

lops

is m

arga

ritife

r +

- -

- +

- +

- -

+ -

+ +

+ +

+ -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

+ +

- +

T

227

Sco

lops

is m

onog

ram

ma

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ T

XXX

SCO

MB

RID

AE

228

Ras

trellig

er k

anag

urta

-

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

XXXI

SER

RA

NID

AE

229

Cep

halo

phol

is a

rgus

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

230

Cep

halo

phol

is b

oena

ck

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

231

Dip

lopr

ion

bifa

scia

tum

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

M

232

Epi

neph

elus

cya

nost

igm

a -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

T

233

Epi

neph

elus

fasc

iatu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

T

234

Epi

neph

elus

mer

ra

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

235

Epi

neph

elus

ong

us

- -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ T

236

Pse

udan

thia

s hu

tcht

ii -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

61

Lam

pira

n 4.

(lan

juta

n)

237

Pse

udan

thia

s sp

. -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

238

Pse

udan

thia

s sq

uam

ipin

nis

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- M

23

9 P

seud

anth

ias

tuka

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

240

Var

iola

lout

i -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

T

XX

XII

SIG

ANID

AE

241

Sig

anus

arg

ente

us

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

242

Sig

anus

cor

alin

us

- -

- -

+ -

+ -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- T

243

Sig

anus

dol

iatu

s +

- -

+ -

- -

- -

+ -

+ -

- -

- -

- -

+ -

- +

+ +

- -

- -

- -

- -

T 24

4 S

igan

us p

uellu

s -

- -

- -

+ +

- -

- -

- -

- -

- +

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

+ -

T 24

5 S

igan

us s

pinu

s -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T 24

6 S

igan

us v

ulpi

nus

- -

- -

- -

- -

- +

- +

- +

- -

+ +

- +

- -

- -

+ -

- -

- +

- -

- T

XXXI

II SP

HYR

AEN

IDA

E

247

Sph

yrae

na fo

rste

ri -

- -

+ -

- -

- -

+ -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

T

XXXI

V SY

NO

DO

NTI

DA

E

248

Syn

odus

sp.

-

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

M

XXXV

TE

TRA

OD

ON

TID

AE

249

Can

thig

aste

r sol

andr

i -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- -

- +

- -

M

XXXV

I ZA

NC

LID

AE

250

Zanc

lus

corn

utus

-

- -

- -

+ +

- -

+ -

+ +

+ -

- -

- +

+ +

+ -

+ -

+ -

- +

- -

- +

M

K

eter

anga

n :

+

= d

item

ukan

M

= M

ajor

T

= Ta

rget

I = In

dica

tor

- = ti

dak

dite

muk

an

62