pedoman praktis · web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah...

31
PEDOMAN PRAKTIS PENGAMATAN TANAH DI LAPANGAN (Disusun untuk keperluan interen praktikum mata kuliah Ilmu Tanah) (Edisi Revisi I) Disusun oleh: Dede Rohmat Nanin Trianawati Sugito 1

Upload: dangdat

Post on 13-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

PEDOMAN PRAKTISPENGAMATAN TANAH DI LAPANGAN

(Disusun untuk keperluan interen praktikum mata kuliah Ilmu Tanah)

(Edisi Revisi I)

Disusun oleh:

Dede RohmatNanin Trianawati Sugito

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFIPRODI SURVEY PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIALUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Bandung, April 20161

Page 2: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

FORMAT PENGAMATAN/ IDENTIFIKASI TANAHDI LAPANGAN

FORMAT UNTUK PENGAMATAN PROFIL FORMAT UNTUK PENGAMATAN BORING KETERANGAN SIMBOL- SIMBOL PADA FORMAT PENGAMATAN

2

Page 3: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

3

Page 4: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

B. PORMAT PENGAMATAN UNTUK BORING

KLASIFIKASI: DRAINASE A.T : LOKASI : RENTIS :

NO :

REFERENSI : TANGGAL

KEDALAMAN (cm )

WARNA DASAR

KARATAN TEKSTUR KONSISTENSI KONKRESI PH CIRI- CIRI KHUSUS

LERENG: SIFAT PERMUKAAN, SERASAH, BERBATU,DLL:

LEGENDA IFU : SKET : CONTOH:

MICRORELIEF:: KEDALAMAN NOMOR

VEGETASI : Catatan:

Nama: Tanda tangan:

C. KETERANGAN SIMBOL-SIMBOL PADA FORMAT PENGAMATAN

Deskripsi Profil Atau Boring

Horizon boundary : batas horizon

a = abruft = nyata w = wavy = bergelombangc = clear = jelas i = irregular = tidak beraturang = gradual = berangsur b = broken = lipatand = diffuse = baurs = smooth = datar

4

Page 5: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Matrix color : intensitas warna tanah, dilihat dari buku petunjuk Munsell Soil Color Chart.

Contoh : 2,5 YR

Mottles : karatan, ada yang berasal dari Fe dan Mn.Missal : Fe Fe

Reduksi Merah Kelabu Kuning

f = few = sedikit ; f = faint = baurm = medium = sedang ; d = distinct = jelas bandingannyaa = abundent = banyak ; p = prominent = nyata

1 = kecil 2 = sedang ukurannya3 = besar

Contoh: f (l) d, berarti: karatan sedikit, ukuran kecil dengan perbandingan yang jelas.

Concretion: merupakan lanjutan dari proses Mottles hanya sifatnya keras (akumulasi bahan-bahan dalam tanah yang bersifat keras secara kimiawi). Dan ini tidak dapat dipecah lagi, sehingga menghambat pertanian.Concretion yang disebabkan oleh :

Fe berwarna merahMn berwarna hitamCa berwarna putih

f = few = sedikit ; w = wake = lemah, mudah pecah m = medium = sedang ; m = moderat = sedang kekuatannya a = abundent = banyak ; h = hard = kuat, keras

ukurannya

Tekstur : s = sand = pasir

ls = loamy sand = pasir berlempung sl = sandy loam = lempung berpasir l = loam = lempung si = silty = debu cl = clay loam = lempung berliat scl = sandy clay loam = lempung liat berpasirsiicl = silty clay loam = lempung liat berdebu

sc = sandy clay = liat berpasirsic = salty clay = liat berdebusil = silty loam = lempung berdebuc = clay = liat

Consistency : sifat daya tahan tanah terhadap gaya- gaya luar

w = wet = basah

m = moist = lembab

5

Page 6: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

f = few = sedikit = < 10 %m = medium = sedang = 10 % - 30 % a = abundant = banyak = >30 %

lgt = laterite grit = diameter 2 mm – 3 mmlg = laterite gravel = butiran merah bata, diameter 3 mm – 10 mmlb = laterite bourdery = besar-besar, diameter >200 mmst = stones = batu-batu, diameter 10 mm – 100 mmg = gravel = kerikilco = cobles = batu kerikil

Keterangan lain:

Observation Nr missal, A 001 Date : tanggal, bulan, dan tahun Location : petak atau kebun ke berapa Rentis : jalur nomor berapa Tentative soil class : klasifikasi tanah sementara

d = dry = kering

Structure :

perkembangannya

kekerasa

nnya/ukurannya

bentuknya

Organik matter : bahan organik, dilihat tingkat pelapukannya. Di lapangan ditentukan oleh H dan O .h = high = tinggim = medium = sedangfc = fibric = bahan organik melapuk <33 %hc = humic = bahan organik melapuk 33 % - 66 %sc = sopric = bahan organik yang melapuk >66 %

Fauna activity : dengan melihat lubang-lubang cacing atau bekas serangga

Z = sedikit = 1 – 2

Z = sedang = 1 – 14

Z = banyak = >14

6

Page 7: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Clay skin : lapisan liat (sedikit mengkilat), terjadi karena adanya migrasi liat yang sangat halus menempel pada agregat “ped particle” dan jika telah mengering terlihat mengkilat.

C = sedikit, tipis pada bidang ped dan poriC = sedang, pada bidang ped dan poriC = banyak, tebal pada bidang ped dan pori

Cracks : retakan/celahf = few = sedikit = <2 %m = medium = sedang = 2 % - 20 %a = abundent = banyak = >20 %1 = kecil = <0.5 cm (fine)2 = sedang = 0.5 cm – 2 cm (medium)3 = besar = >2 cm (large)

Pores : pori-pori tanah, dikaitkan dengan aktifitas mikroba.

f = few = sedikit ; 1 = kecil m = medium = sedang ; 2 = sedang a = abundent = banyak ; 3 = besar

Rootes : perakaran

f = few = sedikit ; 1 = kecil = <2 mmm = medium = sedang ; 2 = sedang = 2 mm – 5 mma = abundent = banyak ; 3 = besar = >5 mm

Stones/Lateritos : kandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit seperti genting, berarti tanah kurang produktif secara fisik.

Surface feature : bentuk wilayah secara umum Flooding : kebanjiran Parent material : bahan induk, misalnya tuf vulkanik Sketch of land form : gambaran tanah tempat pemboran/profil Perkolasi : tingkat perembesan, ada cepat atau lambat Permeabilitas rate : tingkat permeabilitas, cepat atau lambat Depth of sand : kedalaman

KOMPLEMEN DISKRIPSI PROFIL DAN BORING TANAHI. FISIOGRAFI DAN RELIEF

a. Fisiografib. Relief

II. PROFIL TANAH DAN HORIZON TANAHIII. PENENTUAN WARNA TANAH DI LAPANGANIV. PENENTUAN KELAS TEKSTUR DI LAPANGAN V. PENENTUAN TIPE DAN KELS STURKTUR TANAH VI. SISTEM KLASIFIKASI TANAH

a. Sistem Klasifikasi FAO/UNESCOb. Sistem Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogar

I. FISIOGRAFI DAN RELIEFa. Fisiografi

Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan daerah dipandang dari faktor dan proses pembentukan. Proses pembentukan dipandang sebagai penciri suatu satuan fisiografi. Mengingat pengaruhnya terhadap

7

Page 8: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

perkembangan tanah, satuan fisiografi digunakan dalam menyusun satuan peta tanah Eksplorasi (1:1.000.000), Tinjau (1:250.000) dan Tinjau Mendalam (1:50.000).

Peta Tanah Eksplorasi menggunakan satuan fisiografi tingkat tinggi (jenis), Peta Tanah Tinjau menggunakan satuan fisiografi tingkat tengah (Macam) dan Peta Tanah Tinjau Mendalam menggunakan satuan fisiografi tingkat rendah (Rupa). Pembagian berikut dimaksudkan untuk memnerikan garis besar satuan-satuan fisiografi yang dipandang berhubungan erat dengan perkembangan tanah.

b. Relief1. Relief makro (bentuk wilayah)

Relief makro menunjukan bentuk permukaan daerah dipandang dari lereng dan perbedaan tinggi. Lereng dinyatakan dalam % (persen) atau 0 (derajat), perbedaan tinggi (diukur dari puncak sampai dasar lereng yang bersangkutan) dinyatakan dalam m (meter). Lereng dan perbedaan tinggi menentukan satuan bentuk wilayah, yang digunakan dalam menyusun satuan peta pada peta tanah Tinjau mendalam.

2. Relief mikroBentukan-bentukan tertentu dalam satuan wilayah seperti: bukit rayap, galangan-galangan akibat

erosi, gilgai, mouns dan sebagainya yang berpengaruh terhadapmorfologi dan penggunaan tanah.3. Lereng

Lereng ialah sudut yang dibentuk oleh permukaan daerah dengan bidang horizontal, diukur dengan “Abney Level” dinyatakan dalam % (persen). Ditentukan besarnya lereng tunggal dan berganda (kompleks).

Tabel 1 Pembagian Satuan FisipografiTingkat Nama Simbol

Tinggi (Jenis) Dataran (Plain)Volkan (Volcano)Lipatan(Folded mountain)Blok (Block mountain)Intrusi (Intrusion)

PVFBI

Tengah (macam) Dataran (Coastal & alluvial plain)Daerah aliran (Stream belt)Volkan (Volcano)Lipatan (Folded mountain)Patahan (Fault & Block tain)Angkatan (Uplift mountain)Intrusi (Intrusion)

CSVFBUI

Rendah (Rupa) Dataran pantai (coastal plain)Dataran pasang surut (tidal plain)Beting pantai (beach ridge)Bukit pasir pantai (sand dunes)Dataran alluvial (alluvial plain)Dataran pelembahan (basin)Fan alluvial (alluvial fan)Jaluran aliran (river valley)Tanggul alam (natural lavee)Teras sungai (river terrace)Daerah meander (meander belt)Daerah banjir (flooded plain)Fan volkan (volcanic fan)Lungur volkan (volcanic ridge)Aliran lava (lava flow)Kerucut volkan (volcanic cone)Lembah kaldera (caldera)Leher volkan (volcanic neck)

PcPtPrPdPaPbPfSvSlSt

SmSfVfVrVpVcVkVn

8

Page 9: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Lembah lipatan (fold valley)Punggung lipatan (fold ridge)Horst (horst)Graben (slenk, graben)Gigir patahan (wall)Pantai karang (coral reef)Bukit karang (coral hill)Bukit karst (Karst)Doma (doma)Sil/Dyke (sill/dykes)Batolit (batolite)Tiang intrusi (columnar intrusion)

FvFrBhBgBwUrUhUkIdIsIbIc

Catatan: Wilayah kompleks memerlukan penggabungan beberapa satuan fisiografi,misalnya: kompleks lipatan dan intrusi (F/I).

Tabel 2 Pembagian Satuan Bentuk Wilayah(Gambar 9.10; Bagan 1)

Bentuk wilayahBatasan

SimbolLr ptDatar agak berombakBerombak agak datarAgak melandai (sloping)Berombak (undulating)Berombak agak bergelombang Bergelombang agak berombak

3 %0-3 %0-3 %3-8 % 8 %3-8 %

< 5 m < 15 m

15-50 m5-15 m5-15 m

15-50 m

L/UU/LSIU

U/RR/U

Bergelombang (rolling)Bergelombang agak berbukitAgak berbukitBerbukit agak bergelombangBerbukit (hilly)Berbukit agak bergunungBergunung agak bergelombangBergunung agak berbukitBergunung (mountainous)

8-15 % 15 %3-8 %

8-15 %15-30 % > 30 %8-15 %

15-30 % > 30 %

15-50 m15-50 m

50-120 m50-200 m50-200 m50-200 m > 200 m > 200 m > 200 m

RR/HGHH/R

HH/MM/RM/H

MKeterangan : lr = lereng

Pt = perbedaan tinggi

II. PROFIL TANAH DAN HORIZON TANAH

Batas-batas HorizonPenyifatan batas-batas horizon meliputi dua hal yaitu :1. Ketajaman perubahan ke horizon lain

Nyata : tebal peralihan kurang dari 2,5 cmJelas : tebal peralihan 2,5-6,5 cmBerangsur : tebal peralihan 6,5-12,5 cmBaur : tebal peralihan lebih dari 12,5 cm.

2. Bentuk topografi dari peralihan horizonRata : batas horizon datarBergelombang : batas horizon bergelombangTidak teratur : batas tidak teratur naik turunTerputus : batas horizon tidak menyambung

Penamaan (symbol) Horizon

9

Page 10: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Horizon tanah adalah lapisan didalam tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk sebagai hasil proses pembentukan tanah. Susunan horizon tanah yang memiliki horizon yang lengkap adalah seperti pada gambar berikut. Perubahan penamaan pada horizon telah dikemukakan oleh Soil Survey Staff (1982).Selain simbol-simbol horizon seperti tersebut dalam gambar 1, terkadang digunakan simbol-simbol horizon peralihan khusus misalnya :(AB = ---) : Horizon peralihan dari A ke B dimana bagian atasnya banyak menyerupai A dab bagian bawahnya banyak menyerupai B, tetapi sulit dipisahkan menjadi horizon A 3 dan B1 (horizon AB untuk horizon yang tipis).

10

Page 11: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

11

Page 12: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Horizon O1 ( = Oi , Oa )

Organik ( O )O2 ( = Oa , Oe )

A1 ( = A )

Horizon A2 ( = E )

Eluviasi ( A )A3 ( = AB , EB )

B1 ( = BA , BE )

Horizon B2 ( = B , BW )

Iluviasi ( B )B3 ( = BC , CB )

C ( = C )

R ( = R )

Gambar 1 Susunan Horizon Suatu Tanah

12

Page 13: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

O1 - Horizon organik dimana bentuk-bentuk asli dari sisa-sisa tanaman masih jelas.O2 - Horizon organik dimana bentuk-bentuk asli dari sisa-sisa tanaman sudah tidak nampak. A1 - Campuran bahan organik dan bahan mineral.A2 - Horizon eluviasi maksimum, telah kehilangan liat, besi, aluminium, bahan organik.A3 - Horizon peralihan ke B, lebih menyerupai A.B1 - Horizon peralihan ke A, lebih menyerupai B.B2 - Horizon iluviasi maksimum terjadi penimbunan liat, besi / aluminium, bahan organic.B3 - Horizon peralihan ke CC - Bahan induk (regolit)R - Batuan induk

A & B - Horizon yang dapat digolongkan sebagai horizon A2, tetapi (= E/B) ditemukan bagian hirizon B yang jumlahnya kurang dari 50%.

AC - Horizon peralihan antara A dan C, mempunyai sifat-sifat horizon A (= AC) dan horizon C, tetapi baik A dan C tidak dominan.

B & A - Horizon yang mempunyai sifat-sifat horizon B lebih dari 50% (= B/E) volume, dan sifat horizon A.

Selain simbol untuk horizon-horizon utama tersebut, kadang-kadang ditambahkan pula simbol-simbol tambahan seperti B2Ca, B3Ca, dan sebagainya. Simbol-simbol tambahan tersebut menunjukkan sifat-sifat khusus dari horizon bersangkutan. Simbol-simbol tambahan tersebut adalah :

- (= a) - Bahan organik dengan pelapukan lanjut (saprist)b (= b) - Horizon tertimbunca (= k) - Horizon dengan akumulasi CaCO3

cs(= y) - Horizon dengan akumulasi CaSO4 (Gypsum)cn (= c) - Horizon banyak mengandung konkresi / nodulg (= g) - Gleisasi kuath (= h) - Horizon iluviasi humusir (= s) - Horizon dengan iluviasi besi (seskuioksida)m(= m) - Horizon dengan pemadasanp (= p) - Horizon pengolahan (pembajakan) (untuk horizon A)sa(= z) - Horizon dengan akumulasi garam yang mudah larur dari CaSO4 si (= q) - Horizon pemadasan dengan Si sebagai pengikat (larut dalam Alkali) t (= t) - Horizon dengan penjakunan liatx (= x) - Horizon dengan fragipan (horizon A2, B atau C)- (= e) - Lapisan bahan organik dengan tingkat dekomposisi sedang (hemik) - (= i) - Lapisan bahan organik dengan tingkat dekomposisi kasar (fibrist)- (= o) - Akumulasi residual dari seskuioksida r (= r) - Batuan yang telah melapuk atau lunak- (= v) - Plinthite- (= w) - B warna atau B strukturf (= f) - Tanah selalu bekuna(= n) - Akumulasi Na

13

Page 14: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

III. PENENTUAN WARNA TANAH DI LAPANGANWarna tanah merupakan kesan pertama dalam hal menilai keadaan tanah pada umumnya.

Warna adalah sifat fisik tanah yang paling mudah ditentukan di lapangan. Kadang-kadang warna tanah dijadikan petunjuk mengenai sifat-sifat khususnya dari tanah yang kita teliti, misalnya :

- Warna gelap menentukan kandungan bahan organik tanah cukup tinggi sampai sngat tinggi, yang berarti juga tingkat kesuburan lebih baik.

- Warna merah menunjukan bahwa tanah tersebut sudah menunjukan pelapukan yang lebih lanjut, dsb.Warna tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada “Munsell Soil Colour Chart”Warna dinyatakan dalam tiga satuan / kriteria, yaitu : kilap (hue), nilai (value) dan kroma

(chroma), menurut nama yang tercantum dalam lajur buku tersebut. Kilap berhubungan erat dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan erat dengan kebersihan dari pada suatu warna dan kroma yang kadang-kadang disebut dengan kejernihan yaitu kemurnian relatif dari spektrum warna.

ALAT-ALAT:1. Buku Munsell Soil Colour Chart2. Pisau3. Cangkul / Sekop4. Botol semprot berisi air, dll

PROSEDUR / CARA KERJA:1. Dari segumpal tanah yang asli, maka diambil agregat tanah yang mewakili (dengan pisau) kira-

kira sebesar 2-3 cm diameter.2. Kemudian warna tanah tersebut dibandingkan dengan warna-warna yang terdapat dalam

lembaran buku Munsell Soil Colour Chart tadi.3. Catat satuan / kode yang terdapat dalam lembaran buku ini, yaitu kilapan (hue) contoh 5 YR,

nilai (value) contoh 5/ dan kroma (chroma) contoh /6.4. Sebagai contoh kode warna yang lengkap pada no.3 di atas adalah 5 YR 5/6 yang berarti

yellowish red (merah kekuning-kuningan).5. Biasanya warna ini dicatat pada dua keadaan yaitu pada keadaan lembab (wet) dan kering (dry),

oleh sebab itu tanah yang kering ditentukan juga warna lembabnya dengan dibasahi sedikit.Catatan :1. Pengamatan warna harus dilakukan di lapangan terbuka jangan langsung di bawah terik Matahari

ataupun sangat teduh.2. Umumnya pengamatan warna ini dilakukan setelah jam 09.00 sampai sebelum jam 16.00.3. Para peneliti seharusnya tidak buta warna.

IV. PENETUAN KELAS TEKSTUR DI LAPANGANTekstur tanah secara langsung dapat diduga di lapangan. Walaupun cara ini tidak seteliti seperti

analisa di labolatorium, akan tetapi cukup dapat membantu untuk mengetahui kelas tekstur tanah paling tidak dapat mendekati yang sebenarnya. Apalagi bila dilakukan oleh yang tidak berpengalaman dalam survei tanah, biasanya dapat menentukan dengan tepat dan dapat memberikan hasil analisa di labolatorium.

Dalam hal ini selain berpengalaman sangat diperlukan juga perasaan yang sangat tajam.

14

Page 15: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

ALAT-ALAT:1. Bor tanah (apabila dilakukan pengujian tanah lebih dalam dari 20 cm)2. Botol semprot plastik berisi air.3. Serbet / lap tangan.

PROSEDUR / CARA KERJA:1. Letakan sedikit tanah di atas tangan atau diantara jari-jari tangan, basahi sedikit demi sedikit sampai

dicapai keadaan plastik maksimum. Keadaan ini akan menunjukkan saat yang tepat dalam pendugaan tekstur tanah.

2. Rasakan adanya kekasaran, kelicinan, kelengketan dan kekenyalan serta derajat kemengkilatan tanah dengan ibu jari dan telunjuk.

Perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Kekasaran

Kekasaran dapat menunjukkan tingkat untuk menentukan jumlah pasir yang terdapat dalam tanah.

KelicinanKelicinan dapat menunjukkan keadaan tingkat dalam penentuan jumlah-jumlah debu, kadang-kadang karena partikel debu yang banyak dan bergesekan maka akan terasa seperti sabun.

KelengketanKelengketan dan plastisitas adalah penduga kandungan liat dalam tanah. Bila tanah lebih kenyal maka akan lebih mudah tanah tersebut dibentuk bola permukaan tanah yang mengandung liat akan tanah mengkilat.

Pengamatan-pengamatanSetelah mersakan kekasaran, kelicinan, kelengketan dan kemengkilatan serta perlakuan-perlakuan terhadap tanah maka dibandingkan hasil perasaan tadi dengan tabel pengamatan tekstur tanah di bawah ini kemudian tentukan teksturnya.

Tabel 3 Pengamatan Tekstur Tanah

Kekasaran Kelicinan Kelengketan & plastisistas

Pembentukan bola & benang tanah Kelas tekstur

Tidak kasar atau agak kasar Tidak licin Sangat lengket dan

plastis

Bola sangat kohesip, benag tanah mudah

dibentuk cincin, sangat mengkilat

Liat

Cukup licin & seperti sutera /

halus

Sangat lengket & plastis

Bola sangat kohesip, benag tanah dapat

dibentuk cincin, sangat mengkilat

Liat berdebu

Cukup lengket & plastis

Bola sangat kohesip, benag tanah tidak dapat dibentuk cincin, cukup

mengkilat

Lempung liat berdebu

Sangat licin & seperti sutera

Sedikit sekali lengket & plastis

Bola cukup kohesip sukar dibentuk benang tanah, agak mengkilat

Debu

Sangat licin & seperti sutera

Hampir tidak lengket & plastis

Bola cukup kohesip, benang tanah sangat

Lempung berdebu

15

Page 16: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

sukar dibentuk, tidak mengkilat

Agak kasar sampai cukup

kasarSedikit licin Cukup lengket &

plastis

Bola cukup kohesip, benang tanah dapat

dibentuk cincin, tidak mengkilat

Lempung berliat

Cukup kasar Tidak licin Sangat lengket & plastis

Bola sangat kohesip, benang tanah sukar

dibentuk cincin, sangat mengkilap

Liat berpasir

Cukup kasar Tidak licin Cukup lengket & plastis

Bola cukup kohesip, benang panjang, tanah sukar dibentuk cincin,

cukup mengkilap

Lempung liat berpasir

Cukup kasar Agak licin Agak lengket & plastis

Bola cukup kohesip, sukar dibentuk benang

Lempung

Sangat kasar Tidak licin Tidak lengket & plastis

Bola agak kohesip, tidak dapat dibentuk benang

Lempung berpasir

Sangat kasar sekali

Tidak licin Tidak lengket & plastis

Bola agak kohesip, tidak dapat dibentuk benang

Pasir berlempung

Bola mudah pecah tidak kohesip

Pasir

16

Page 17: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

17

Page 18: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

18

Page 19: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

VI. SISTEM KLASIFIKASI TANAHSistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia skala 1 : 5.000.000

oleh FAO / UNESCO. Untuk ini telah dikembangkan suatu sistem klasifikasi dengan dua kategori. Katergori yang pertama kurang lebih setara dengan kategori Great Group, sedangkan kategori kedua mirip dengan Sub Group dalam sistem Taksonomi Tanah USDA. Kategori yang lebih tinggi dan lebih rendah dari kedua kategori tersebut tidak dikembangkan.

Untuk pengklasifikasian, digunakan horizon-horizon penciri sebagian diambil dari kriteria-kriteria horizon penciri pada Taksonomi Tanah USDA dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama klasik terutama nama-nama tanah Rusia yang sudah terkenal, serta nama-nama tanah yang digunakan di Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat, dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini ( misalnya Luvisol dan Acrisol ).

Dari uraian di atas tampak bahwa sistem ini merupakan kompromi dari berbagai sistem. Tujuannya jelas agar dapat diterima oleh semua pihak.

Walaupun demikian sistem ini lebih dapat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada suatu sistem klasifikasi tanah karena tidak disertai dengan pembagian kategori yang lebih terperinci.

Tabel 4 menunjukkan istilah-istilah untuk horizon penciri berikut padanannya dengan taksonomi tanah.

a. Sifat-sifat tanah dalam tingkat Great Group menurut FAO / UNESCO.Beberapa sifat tanah dalam tingkat “Great- Group” menurut sistem FAO /

UNESCO adalah sebagi berikut :

Fluvisol : tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horizon ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun dengan tidak teratur, berlapis-lapis.

Tabel 4 Horizon-horizon Penciri untuk Unit Tanah FAO / UNESCO dan PadananMenurut Taksonomi Tanah USDA

FAO / UNESCO Taksonomi TanahHorizon A Melanik Epipedon MollikHorizon A Nyata ( Sombrik ) Epipedon UmbrikHorizon A Lemah ( Pallid ) Epipedon OchrikHorizon A Bergambut ( Peaty ) Epipedon Hiatik Horizon B Natrik Horizon NatrikHorizon B Agrilluvik Horizon ArgillikHorizon B Planik Perubahan Tekstur tiba-tiba ( Nyata )Horizon B Glossik Batas horizon bentuk lidah ( Tongued )Horizon Plintik PlintitHorizon B kambik ( tidak termasuk clay )

Horizon Kambik

Horizon Gleyik Horizon yang banyak dipengaruhi airHorizon B Spodik Horizon SpodikHorizon B Oksik Horizon OksikHorizon Kalsik Horizon KalsikHorizon Gipsik Horizom Gipsik

19

Page 20: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Horizon Salik Horizon SalikHorizon Gibsitik Horizon yang mengandung gibsit 30 % atu

lebih

Gleysol : Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga berwarna kelabu, gley dan lain-lain ), hanya mempunyai epipedon ochrik, histik, horizon kambik, kalsik atau gipsik.

Regosol : Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut ( sifat vertik ), tidak didominasi bahan amorf ( sifat andik ). Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk Arenosol.

Catatan : Menurut definisi ini Regosol tidak harus bertekstur pasir.

Lithosol : Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan batuan yang padu.

Arenosol : Tanah dengan tekstur kasar ( pasir ), terdiri dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horizon argillik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horizon penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.

Rendzina : Tanah dengan tekstur epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan kapur.

Ranker : Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak ada horizon penciri lain.

Andosol : Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horizon kambik, serta mempunyai bulk density ( kerapatan lindak ) kurang dari 0,85 gr / cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder atau pyrokklasik vitrik yang lain.

Vertisol : Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.

Solonetz : Tanah dengan horizon natrik. Tidak mempunyai horizon albik dengan sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba-tiba.

Yermosol : Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid ( sangat kering ), mempunyai epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horizon kambik, argillik, kalsik atau gipsik.

Xerolsol : Seperti yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang.

Kastanozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat ( kroma > 2 ), tebal 15

20

Page 21: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

cm atau lebih, horizon kalsik atau gipsik atau horizon yang banyak mengandung bahan kapur halus.

Chernozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam ( kroma < 2 ) yang tebalnya 15 cm atau lebih, sifat-sifat lain seperti Kastanozem.

Phaeozem : Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horizon kalsik, gipsik, tidak mempunyai horizon yang banyak mengandung kapur halus.

Greyzem : Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam ( kroma < 2 ), tebal 15 cm atau lebih, terdapat selaput ( Bleached Coating ) pada permukaan srtuktur tanah.

Cambisol : Tanah dengan horizon kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horizon kalsik atau gipsik. Horizon kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon umbrik yang kehalusannya lebih dari 25 cm.

Luvisol : Tanah dengan horizon argillik dan mempunyai kejenuhan basa 50 % atau lebih. Tidak mempunyai epipedon mollik.

Podzoluvisol : Tanah dengan horizon argillik, dan batas horizon eluviasi dengan horizon di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horizon eluviasi = tonguing).

Podzol : Tanah dengan horizon spodik. Biasanya dengan horizon albik.

Planosol : Tanah dengan horizon albik di atas horizon yang mempunyai permeabilitas lambat misalnya horizon argillik atau natrik dengan perubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat atau fragipan. Menunjukkan sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horizon albik.

Acrisol : Tanah dengan horizon argillik dan mempunyai kejenuhan basa kurang dari 50 % , tidak terdapat epipedon mollik.

Nitosol : Tanah dengan horizon argillik dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20 % pada horizon-horizon di bawah horizon penimbunan liat maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.

Ferralsol : Tanah dengan horizon oksik, kapasitas tukar kation ( NH4Cl ) lebih dari 1,5 me/100 gr liat, tidak terdapat epipedon umbrik.

Histosol : Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.

Dalam tingkat subgroup nama tanah terdiri dari dua patah kata seperti halnya sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedang kata pertama menunjukkan sifat utama dari subgroup tersebut. Di bawah ini adalah beberapa contoh :Great Group : FluvisolSubgroup : Clacerio Fluvisol

Fluvisol yang berkapur ( Calceric )Great Group : GleysolSubgroup : Mollic Gleysol

21

Page 22: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Gleysol yang mempunyai epipedon mollikGreat Group : CambisolSubgroup : Humic Cambisol

Cambisol yang banyak mengandung humus

Kumpulan : Horizon ABCJenis Tanah : LatosolMacam Tanah : Latosol HumikRupa : Latosol Humik, tekstur halus, drainase baikSeri : Bogor (Latosol Humik, tekstur liat, drainase baik)

b. Sistem Klsifikasi Pusat Penelitian Tanah BogorSistem klsifiksi tanah yang berasal dari pust penelitian tanah bogor dan telah

banyak di kenal di Indonesia adalah sisitem Dudal-oepraptohardjo (1957). Sisitem ini mirif dengan sisitem Amerika Serikat terdahulu ( Baldwin, Kellong, dan Thorp, 1938; Thorp dan Smit, 1949) dengan beberapa modifikasi dan tambahan , dengan dikenalnya sisitem Fao/UNESCO (1974, dan sisitem Amerika Serikat yang baru ( Soil Texonamy ; USDa, 1975 ) sisite tersebut telah pila mengalami penyempurnaan yang masih terus di lakukan hingga sekarang. Perbuatan tersebut terutama menyangkut definisi jenis- jeis tanah ( great group) dan macam tanah (subgroup). Dengan perbuatan – perbuatan definisi tersebut maka di samping nama- nama tanah lama yang teatp di pertahankan di kemukakanlah nama- nama baru yang kebanyakan mirip dengan nam- nam tanah fdari FAO / UNESCO, sedang sifat- sifat pembedanya di gunakan horizon- horizon penciri seperti yang di kemukakakn oleh USDA dalam solil Taxonomy (1975) ataupun oleh FAO/ UNESCO dalam solil map of the world (1974).

Tabel 5 menunjukkan padanan nama-nama tanah menurut Dudal Soepraptohardjo (1957) dengan sisitem- system pusat penelitian tanah (1982) ataupun oleh FAO/ UNESCO (1974) dan USDA Soli TaxonomY (1957).

Sisitem pusat penalitian tanah menggunakan enam katgori yaitu Golongan (order), Kumpulan (suborder), Jenis (gret group), Macam (subgroup), Rupa (Family), dan Seri. Pada kata gori golongan dan kumpulan, tanah di bedakan berdasarkan atas tingkat perkembangan dan susunan horizon tanah. Tanagh- tanh di beri nama baru mulai dari katagori jenis tanah( great group), sehingga nama- nama tanah dalam tinngkat golongan (orde) dan kumpulan (suborder) tidak di kenal. Pada kategori rendah ( rupa dan seri penciri utamannya adalah tekstur dan drainase tanah. Di bawah ini adalah sebuah contoh:

Tabel 5 Padanan Nama Tanah Menurut Berbagai Sistem Klasifikasi(Disederhanakan)

No. SistemDudal- Soepraptohardo

(1957, 1961)

Modifikasi1978/ 1982

(PPT)

FAO/ UNESCO

1974

USDA SoilTaxonomy

1975

1 Tanah aluvialTanah aluvial Fluvial

Entisol Inceptisol

2 Browen Podsolik Andosol Andosol Andosol Inceptisol3 Browen Fores Soli Kambisol Cambisol Inceptisol

22

Page 23: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

4 Grumusol Grumusol Vertisol Vertisol5 Latosol Kambisol Cambisol Inceptisol

Latosol Nitosol UltisolLateritik Farralsol Oxisol

6 Litosol Litosol Litosol Entisol( Lithic

Subgroup)

7 Mediteran Mediteran LiuvisolAlfisol/

Inceptisol8 Organosol Organosol Histosol Histosol

Podsol Podsol Spodosol9 Podsol Podsol Podsol Spodosol

10 Podosolik Merah Kuning Podosolik Acrisol Ultisol11 Podosolik Coklat Kambisol Cambisol Inceptisol12 Podosolik Coklat Podosolik Acrisolik Ultisol

Kekelabuan13 Regosol Regosol Regosol Entisol14 Renzina Renzina Renzina Rendoll15 Ranker Ranker16 Tanah- tanh berglei Gleisol Gleysol Aquic sub order

Glei HumusGleisol Humik

Glei Humus Rendah GleisolHidromorf Kelabu Podsolik Acrisol

Gleik GleyicAluvial Hidromorf Gleisol

Hidrik17 Planosol Planosol Planosol Aqualf

* Pusat Penelitian Tanah BogorGolongan : Dengan perkembangan profilKumpulan : Horizon ABCJenis Tanah : LatosolMacam Tanh : Latosol HumicRupa : Latosol Mumik, tekstur halus, drainase baikSeri : Bogor ( Latosol Humik, tekstur Liat, drainase baik).

Pada mulanya dalam kategori macam, ,tanah dibedakan berdasarkan atas warna tanah seperti Latosol Merah, Latosol Coklat, dan sebagainya, tetapi cara ini kemudian diperbaiki karena ternyata warna tanah tidak selalu menunjukan perbedaan sifat-sifat tanah yang nyata.

Nama-nama tanah dalam kategori seri diberi nama menurut tempat, di mana seri tanah tersebut pertama kali diketemukan. Walaupun demikian penggunaan nama seri seperti tersebut, masih belum banyak dilaksanakan di Indonesia.

Jenis-jenis Tanah (Great Group) Menurut Sistem Pusat Penenlitian TanahNama-nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat

Penelitian Tanah yang disempurnakan sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO.

23

Page 24: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

Walaupun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru.

Organosol : Tanah organik (gambut) yang tebalnya lebih dari 50 cm

Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu.

Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih 50%), di bawahnya terdiri dari batuan kapur.

Grumusol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).

Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukan sifat-sifat hidromorfik lain.

Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60%.

Regosol : Tanah bertekstur kasar dedngan kadar pasir lebih dari 60%; hanya mempunyaii horizon penciri ochrik, histik atau sulfurik.

Arenosol : Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yanng terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horizon argillik, kambik atau oksik, tetpi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horizon penciri kecuali epipedon ochrik.

Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horizon kambik; bulk density (kerapatan lindak) kurang dari 0,85 gr/cm3 ; banyak mengandung bahan amor atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders, atau bahan pyroklastik lain.

Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon.

Brunizem : Seperrti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50%.

Kambisol : Tanah dengan horizon kambik, atau epipedon umbrik atau mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).

Nitosol : Tanah dengan penimbunan liat (horizon argillik). Dari horizon penimbunan liat maksimum ke horizon-horizon di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20%. Mempunayi sifat ortoksik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 me/100 gr liat).

Podsolik : Tanah dengan horizon penimbunan liat (horizon argillik), dan kejenuhan

24

Page 25: PEDOMAN PRAKTIS · Web viewkandungan batu-batuan, dan laterit yang merupakan bahan induk pada tanah Ultisol/Plinthudult. Pada permukaan tanah sering terdapat pecahan-pecahan laterit

basa kurang dari 50%. Tidak mempunyai horizon albik.

Mediteran : Seperti tanah Podsolik (mempunyai horizon Agillik), tetapi kejenuhan basa kurang dari 50%.

Planosol : Tanah dedngan horizon albik yang terletak di atas horizon dengan permeabilitas lambat misalnya horizon argillik atau natrik yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagian dari horizon albik.

Podsol : Tanah dengan horizon penimbun besi, Al oksida dan bahan organik (= horizon spodik). Mempunyai horizon albik.

Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjuut dan mempunyai horizon oksok, yaitu horizon dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, frasi liat dengan aktifitas rendah, kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 me/100 gr liar). Tanah ini juga mempunyai bats-batas horizon yang tidak jelas.

25