pedoman - gurindo.id filepedoman pelaksanaan simposium guru pendidikan menengah dan pendidikan...

32
PEDOMAN PELAKSANAAN SIMPOSIUM GURU PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS TAHUN 2018 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2018

Upload: voquynh

Post on 06-Aug-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEDOMAN

PELAKSANAAN SIMPOSIUM

GURU PENDIDIKAN MENENGAH DAN

PENDIDIKAN KHUSUS TAHUN 2018

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2018

i

KATA PENGANTAR

Sebagai implementasi wujud kepedulian Pemerintah agar guru selalu berusaha

mengembangkan diri dan termotivasi untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Guru

Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus akan menyelenggarakan Simposium Guru

Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus dalam rangka Hari Guru Nasional Tahun

2018. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen, Bab I

Pasal 1, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah yang memegang peran utama dalam rangka implementasi fungsi dan upaya

mencapai tujuan nasional tersebut. Untuk menjalankan tugas utama guru harus memiliki

kompetensi: pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Simposium Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Tingkat Nasional Tahun

2018 merupakan wahana yang berguna untuk menuangkan ide, gagasan, best practice,

hasil penelitian, dan mencari pemecahan masalah strategis tentang pendidikan dengan

melibatkan unsur pakar perguruan tinggi, praktisi pendidikan, pemerhati pendidikan,

LSM pendidikan, guru tingkat nasional. Simposium ini juga mempresentasikan karya

ilmiah guru dalam bentuk presentasi, forum ilmiah, dan pameran hasil karya ilmiah guru

pendidikan menengah dan pendidikan khusus. Berdasarkan amanat undang-undang

tersebut di atas, maka dalam rangka memperingati hari guru nasional tahun 2018

diselenggarakan kegiatan Simposium Tingkat Nasional.

Untuk merealisasikan hal tersebut, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah

dan Pendidikan Khusus menyusun pedoman pelaksanaan kegiatan simposium, untuk

menjadi acuan pelaksanaan kegiatan. Kami mengharapkan kerja sama dari semua pihak

agar kegiatan simposium ini dapat terlaksana dengan baik dan lebih berkualitas.

Jakarta, September 2018

Direktur Pembinaan Guru

Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus,

Ir. Sri Renani Pantjastuti, MPA

NIP. 196007091985032001

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Dasar Hukum ................................................................................................. 2

C. Tujuan ............................................................................................................ 3

D. Manfaat .......................................................................................................... 3

E. Dampak ........................................................................................................... 3

BAB II PENGERTIAN, PERSYARATAN, SASARAN, DAN SIFAT

PENYELENGGARAAN

A. Pengertian ...................................................................................................... 3

B. Persyaratan Peserta ........................................................................................ 3

C. Topik Simposium ........................................................................................... 6

D. Deskripsi Masing-Masing Sub Tema ............................................................. 7

E. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 19

BAB III KEPANITIAAN, PENJURIAN, DAN MEKANISME

PENYELENGGARAAN

A. Kepanitiaan ................................................................................................... 22

B. Penilaian dan Penjurian ................................................................................. 23

C. Jadwal Penyelenggaraan ................................................................................ 23

D. Penghargaan .................................................................................................. 23

E.Pembiayaan .................................................................................................... 24

F.Mekanisme Penyelenggaraan ......................................................................... 24

BAB IV PENUTUP.............................................................................................. 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal

1, menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang memegang peran

utama dalam rangka implementasi fungsi dan upaya mencapai tujuan nasional.

Untuk menjalankan tugas utama guru harus memiliki kompetensi: pedagogik,

kepribadian, profesional, dan sosial.

Untuk membangun dunia pendidikan yang berkualitas, perlu dibagun

sinergisitas antara elemen-elemen pemangku kepentingan (stakeholder) antara

lain masyarakat umum, pemerhati dan praktisi pendidikan, Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) pendidikan dan para pemangku kebijakan. Perubahan dan

kecenderungan pembelajaran masa depan telah mengubah pendekatan

pembelajaran tradisional ke arah pembelajaran masa depan yang disebut

sebagai pembelajaran era revolusi Industri 4.0, bahwa orang dapat belajar di

mana saja, kapan saja, dan dengan bermacam media pembelajaran.

Satu dari berbagai permasalahan bidang pendidikan yang dihadapi Indonesia

terkait dengan peningkatan mutu pendidikan adalah kemampuan guru dalam

mendisain dan mengimplementasikan pembelajaran yang variatif sesuai

kebutuhan dan perkembangan zaman. Peningkatan mutu pendidikan dimulai

dari peningkatan profesionalisme guru yang dapat berdampak pada peningkatan

mutu pembelajaran dan kualitas hasil belajar siswa.

Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan melalui peningkatan

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

2

Berdasarkan amanat undang-undang tersebut di atas, maka pada tahun 2018

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus

akan menyelenggarakan kegiatan Simposium Guru Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus. Simposium ini merupakan wahana yang berguna untuk

menuangkan ide, gagasan dan mencari pemecahan isu atau permasalahan

strategis tentang pendidikan dengan melibatkan unsur guru, pemangku

kebijakan, dan partisipasi masyarakat.

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor

13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

5. Peraturan Presiden RI Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan

Karakter;

6. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru;

7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Apatur Negera dan Reformasi Birokrasi

Nomor 16 tahun 2007 tentang Jabatan Fungsional Guru Angka Kredit guru;

8. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan;

9. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;

10. Permendikbud Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kemendikbud.

3

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong peningkatan kreativitas Guru

Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus dalam menghasilkan karya

tulis ilmiah yang strategis untuk memecahkan permasalahan terkini di

bidang pendidikan.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan tugas dan profesinya;

b. Menambah wawasan, pemahaman, pengalaman guru dalam

melaksanakan tugas profesi dan pengembangan dirinya;

c. Mencari, menggali dan menemukan karya terbaik guru;

d. Memberikan penghargaan atas karya terbaik guru.

D. Manfaat

Meningkatnya kompetensi guru dalam pelaksanaan tugas dan profesinya;

1. Memperkaya wawasan, pemahaman, pengalaman melaksanakan tugas

profesi dan pengembangan diri guru;

2. Lahir dan terhimpunnya karya-karya terbaik guru;

3. Terlaksananya pemberian penghargaan atas karya terbaik guru;

4. Adanya masukan bagi pemangku kebijakan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan.

E. Dampak

Tumbuhnya budaya menulis bagi guru;

1. Meningkatnya minat dan motivasi guru dalam menulis Karya Ilmiah;

2. Bertambahnya jumlah Karya Ilmiah guru yang berkualitas;

3. Bertambahnya temuan dan solusi permasalahan terkait dengan guru;

4. Meningkatnya mutu pendidikan nasional.

4

BAB II

PENGERTIAN, PERSYARATAN, SASARAN, DAN SIFAT

PENYELENGGARAAN

A. Pengertian

1. Simposium adalah pertemuan antara pembicara, peserta, dan penyanggah

dari kalangan guru pendidikan menengah dan pendidikan khusus, untuk

mengemukakan dan menampilkan karya tulis berupa ide, gagasan, dan solusi

yang paling efektif tentang isu-isu strategis sesuai dengan tema yang telah

ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus.

2. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi proses

pembelajaran pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

3. Pembicara adalah guru SMA, SMK, atau SMALB/SLB yang terpilih tingkat

nasional.

4. Peserta adalah guru yang diundang khusus untuk hadir sebagai audien.

5. Moderator adalah panitia yang bertugas untuk mengatur dan mengawasi

jalannya diskusi dalam forum yang menjadi tanggung jawabnya dengan

tujuan agar forum dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan

topiknya serta berlangsung secara kondusif.

6. Penyanggah adalah guru atau pihak lain yang ditunjuk panitia untuk

memberikan sanggahan dalam bentuk kritikan, komentar, pendapat, dan

saran terhadap presentasi pembicara.

B. Persyaratan Peserta

1. Pemilihan Tingkat Provinsi

a. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi mengusulkan 1 (satu) guru untuk

kelompok guru SMA, 1 (satu) guru untuk kelompok guru SMK dan 1

(satu) guru untuk kelompok guru SDLB/SMPLB/SMALB/SLB sebagai

calon peserta simposium tingkat nasional

b. Usulan paling lambat pada tanggal 20 September 2018 pukul 24.00 WIB.

5

2. Seleksi di Tingkat Nasional

a. Berdasarkan kelengkapan persyaratan, presentasi dan hasil penilaian

karya tulis, Ditjen GTK akan menetapkan 3 (tiga) pemenang 1, 2, dan 3

untuk masing-masing kategori.

b. Pelaksanaan Simposium tanggal 1 s.d. 5 Oktober 2018 di Jakarta

3. Persyaratan Peserta

a. Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat

(D-IV)

b. Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Guru Tetap

Yayasan (GTY) serta tidak sedang mendapat tugas tambahan sebagai

Kepala Sekolah atau sedang dalam proses pengangkatan sebagai Kepala

Sekolah atau sedang dalam transisi alih tugas ke unit kerja lainnya.

c. Memiliki NUPTK atau yang sedang proses NUPTK dibuktikan dengan

nomor registrasi proses.

d. Aktif melaksanakan proses pembelajaran/bimbingan dan konseling.

e. Mempunyai masa kerja sebagai guru secara terus-menerus sampai saat

diajukan sebagai calon peserta, sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun

dibuktikan dangan SK CPNS atau SK Pengangkatan dari yayasan bagi

GTY.

f. Belum pernah dikenai hukuman disiplin atau tidak dalam proses

pemeriksaan pelanggaran disiplin (surat keterangan dari Kepala

Sekolah).

g. Belum pernah menjadi pemenang I, II, dan III simposium tingkat

Nasional tahun 2016 dan 2017.

h. Melampirkan karya tulis ilmiah sesuai dengan tema yang dipilih.

(ketentuan penulisan terlampir)

2. Persyaratan Khusus

a. Membuat dan mengirimkan karya tulis ilmiah sesuai dengan topik yang

telah ditetapkan;

b. Satu orang calon peserta hanya mengirimkan satu artikel;

c. karya tulis ilmiah harus asli terhindar dari plagiarisme, merupakan hasil

karya sendiri dan belum pernah dilombakan atau dipublikasikan.

6

d. karya tulis ilmiah tidak mengandung unsur yang menimbulkan konflik

SARA;

e. karya tulis ilmiah dikirim melalui laman http://kesharlindungdikmen.id

dalam format pdf (bukan format JPG);

f. Karya tulis yang dikirim menjadi hak milik panitia.

C. Topik Simposium

Tema Simposium “Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Pendidikan Menengah

dan Pendidikan Khusus di Era Revolusi Industri 4.0”

Adapun sub tema dari masing-masing kelompok satuan pendidikan adalah

sebagai berikut :

1. SMA

a. Membangun Budaya Literasi di SMA

b. Penguatan Pendidikan Karakter di SMA

c. Penguatan Kompetensi dan daya saing siswa menjelang Era Revolusi

Industri

d. Optimalisasi Pendidikan Inklusif di SMA

e. Menumbuhkan budaya kewirausahaan bagi siswa

2. SMK

a. Membangun Budaya Literasi di SMK

b. Penguatan Pendidikan Karakter di SMK

c. Model pembelajaran dengan pabrik pembelajaran (teaching factory)

d. Optimalisasi Pendidikan Inklusif di SMK

e. Menyiapkan kemandirian dan kewirausahaan bagi siswa SMK

3. Pendidikan Khusus

a. Membangun Budaya Literasi di Sekolah Pendidikan Khusus

b. Penguatan mutu pendidikan penyandang disabilitas untuk memasuki

perguruan tinggi

c. Menyiapkan kemandirian dan kewirausahaan penyandang disabilitas

d. Meningkatkan mutu pendidikan di Daerah 3T

e. Pengembangan pendidikan layanan khusus

7

D. Deskripi masing-masing sub tema

1. SMA

a. Sub Tema : Mengembangkan Budaya Literasi di SMA

Dalam konteks kekinian, literasi atau literer memiliki definisi dan makna

yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran

kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar. Maka secara sederhana,

budaya literasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan menulis dan

membaca masyarakat dalam suatu Negara.

Membaca dan menulis belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita.

Masyarakat lebih sering menonton atau mendengar dibandingkan

membaca apalagi menulis. Kondisi di atas tidak hanya pada kalangan

awam (masyarakat umum), lingkungan terpelajar atau dunia pendidikan

pun masih jauh dari apa yang disebut budaya literasi. Peserta didik belum

tertanam kecintaan membaca. Bahkan tak sedikit dari para guru yang juga

sama keadaanya. Itu bisa dibuktikan dengan minimnya jumlah buku yang

dimiliki mereka. Perpustakaan sekolah yang tak terawat dapat menjadi

saksi bisu betapa civitas akademika itu jauh dari budaya literasi. Sebab itu,

di awal tahun pelajaran 2015-2016 yang lalu, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan melalui Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti, salah satu poinnya mewajibkan para siswa

untuk membaca buku 10 – 15 menit sebelum jam belajar dimulai.

Anda dapat menulis karya ilmiah untuk diajukan dalam symposium

nasional dalam lingkup seperti berikut :

a) Membumikan budaya literasi yang fungsional untuk memenuhi

kebutuhan siswa

b) Pengalaman best practices dalam mengimplementasikan budaya

literasi di satuan pendidikan

c) Mengembangkan perpustakaan sekolah berbasis budaya literasi

d) Topik lain yang relevan

8

b. Sub tema : Penguatan Pendidikan Karakter di SMA

Penguatan Pendidikan karakter di SMA menjadi sangat penting dan

diharapkan dapat menjadi solusi dalam perbaikan kualitas sumber daya

manusia/siswa sehingga melahirkan generasi yang berkarakter dan

menghormati nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Anda dapat mengangkat permasalahan-permasalahan di lapangan terkait

karakter, misalnya: “Mewujudkan Sekolah yang Aman dan Nyaman Bagi

Peserta Didik”, mengingat masih maraknya kekerasan dalam pendidikan,

baik yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa, oleh siswa terhadap guru,

oleh guru terhadap siswa, dan oleh orangtua terhadap guru, berikan solusi

mengatasinya. Dalam UU Perlindungan Anak, kekerasan dalam bentuk

dan tujuan apapun tidak lagi diperkenankan dalam pendidikan,

“Menguatkan nilai-nilai Kebangsaan dan penghargaan atas kebhinekaan di

Sekolah”, mengingat mulai tumbuhnya sikap-sikap anti keragaman di

kalangan siswa yang dapat mengancam persatuan, kesatuan dan

kebhinekaan di Indonesia, “Mewujudkan tata kelola Sekolah yang Baik,

Transparan dan Akuntabel”, megingat masih maraknya pungli dan praktek

korupsi di berbagai sekolah terkait pengelolaan keuangan yang berasal

dari APBN dan APBD, sehingga jika tidak diatasi hal ini akan

mengakibatkan pelayanan siswa terganggu dan kualitas pendidikan

menurun.

Anda dapat menulis karya ilmiah dalam ruang lingkup topik-topik berikut

ini:

(1). Pengalaman mengembangkan pendidikan karakter di SMA

(2). Best pactice dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di

SMA.

(3). Hasil Penelitian dalam implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

di SMA.

(4). Gagasan model penilaian hasil implementasi penguatan SMA

(5). Topik lain yang relevan

9

c. Sub tema : Penguatan kompetensi dan daya saing siswa menjelang

Era Revolusi Industri

Era Revolusi membutuhkan kompetensi dalam cara berpikir, cara bekerja,

penguasaan alat untuk bekerja dan keterampilan hidup. Kompetensi dalam

cara berpikir mencakup berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreatif dan

inovatif, komunikatif, dan kolaboratif.

Kompetensi cara bekerja kemampuan siswa bagaimana siswa bekerja

dengan dunia global dan digital. Siswa harus mampu berkomunikasi

dengan baik dan bekerja sama dengan orang yang memiliki kemampuan

yang berbeda-beda.

Kompetensi penguasaaan alat untuk bekerja seseorang harus memiliki dan

menguasai alat bekerja, penguasaan ICT dan informasi literasi merupakan

suatu keharusan. Kompetensi keterampilan hidup bagaimana peserta didik

hidup sebagai warganegara, kehidupan, dan karir, serta bertanggungjawab

pribadi dan sosial.

Kompetensi ini dapat menumbuhkan daya saing siswa dan sangat

dibutuhkan dalam memasuki Era Revolusi Industri.

Anda dapat menulis karya tulis ilmiah mengacu pada salah satu topik

berikut:

(1). Pengalaman mengembangkan penguatan kompetensi dan daya saing

siswa menjelang Era Revolusi Industri di SMA

(2). Best practice dalam menerapkan penguatan kompetensi dan daya

saing siswa menjelang Era Revolusi Industri di SMA.

(3). Hasil Penelitian dalam implementasi penguatan kompetensi dan daya

saing siswa menjelang Era Revolusi Industri di SMA.

(4). Gagasan model penilaian hasil implementasi penguatan kompetensi

dan daya saing siswa menjelang Era Revolusi Industri.

(5). Topik lain yang relevan.

d. Sub tema : Optimalisasi Pendidikan Inklusif di SMA

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN menjamin bahwa setiap peserta

didik berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu di sekolah segregatif

10

(satuan pendidikan khusus) maupun sekolah inklusif (satuan pendidikan

umum, kejuruan dan keagamaan).

Implementasi pendidikan segregatif bagi anak berkebutuhan khusus,

dengan segala keberhasilan dan kekurangannya, telah berjalan lama di

Indonesia. Implementasi pendidikan inklusif di Indonesia relative masih

baru, dan karenanya masih banyak menghadapi kendala, baik dari segi

manajemen, pembelajaran, ketersediaan daya dukung sarpras, guru

maupun sistem penilaian. Beberapa sekolah masih mengeluhkan

kesulitannya dalam melayani pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam

setting kelas iklusif. Di pihak lain ada banyak bukti sekolah yang berhasil

menyelenggarakan pendidikan inklusif sehingga siswa berkebutuhan

khusus merasa nyaman belajar dan berhasil menyelesaikan belajarnya di

sekolah regular tempat ia belajar.

Saudara dapat menulis karya ilmiah atas dasar hasil riset, pengamatan,

pengalaman, dan/atau pengembangan gagasan yang sifatnya solutif untuk

mengatasi tantangan, hambatan, dan kendala dalam pendidikan inklusif di

sekolah menengah untuk diajukan dalam forum symposium nasional guru

tahun 2018.

Saudara dapat menuliskan di seputar topik-topik berikut ini :

(1) Tantangan dan harapan dalam Penerapan Pendidikan Inklusi di

Sekolah Menengah.

(2) Kendala penyelenggara Pendidikan Inklusi di Sekolah Umum dan

Solusi yang dapat ditawarkan.

(3) Praktek Terbaik Pelayanan Pendidikan Inklusi di Sekolah Menengah.

(4) Topik lain yang relevan.

e. Sub tema : Menumbuhkan budaya kewirausahaan bagi siswa SMA

Kemandirian dan budaya kewirausahaan sangat penting ditanamkan di

sekolah. Menghadapi tantangan dunia kerja yang terus berubah, lulusan

sekolah menengah perlu dibekali program kemandirian dan budaya

kewirauahaan. Pemerintah membutuhkan lulusan yang siap memasuki

dunia kerja sesuai dengan tuntutan global.

Untuk kemajuan ekonomi, pemerintah juga sangat membutuhkan pelaku-

pelaku usaha baru yang memiliki jiwa kewirausahaan. Untuk menyiapkan

11

calon tenaga kerja terampil dan juga calon wirausaha baru dari kalangan

pemuda, perlu dipersiapan sejak awal melalui program kemandirian dan

kewirausahaan di sekolah.

Mungkin Anda memiliki pengalaman, ide dan gagasan, serta hasil kajian

melalui penelitian tentang bagaimana menumbuhkan kemandirian dan

budaya kewirausahaan di sekolah menengah atas.

Anda dapat menulis karya tulis ilmiah dari salah satu topik berikut :

(1) Pengalaman dalam mengembangkan program kewirausahaan di

sekolah

(2) Menggagas model pendidikan keterampilan untuk kemandirian kerja

bagi lulusan sekolah menengah atas

(3) Kesiapan lulusan sekolah menengah dalam memasuki dunia kerja abad

21

(4) Penelitian lapangan tentang implementasi budaya kewirausahaan di

sekolah menengah atas

(5) Topik lain yang relevan

2. SMK

a. Sub Tema : Membangun Budaya Literasi di SMK

Dalam konteks kekinian, literasi atau literer memiliki definisi dan makna

yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran

kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar. Maka secara sederhana,

budaya literasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan menulis dan

membaca masyarakat dalam suatu Negara.

Membaca dan menulis belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita.

Masyarakat lebih sering menonton atau mendengar dibandingkan

membaca apalagi menulis. Kondisi di atas tidak hanya pada kalangan

awam (masyarakat umum), lingkungan terpelajar atau dunia pendidikan

pun masih jauh dari apa yang disebut budaya literasi. Peserta didik belum

tertanam kecintaan membaca. Bahkan tak sedikit dari para guru yang juga

sama keadaanya. Itu bisa dibuktikan dengan minimnya jumlah buku yang

dimiliki mereka. Perpustakaan sekolah yang tak terawat dapat menjadi

saksi bisu betapa civitas akademika itu jauh dari budaya literasi. Sebab itu,

di awal tahun pelajaran 2015-2016 yang lalu, Menteri Pendidikan dan

12

Kebudayaan melalui Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang

Penumbuhan Budi Pekerti, salah satu poinnya mewajibkan para siswa

untuk membaca buku 10 – 15 menit sebelum jam belajar dimulai.

Anda dapat menulis karya ilmiah untuk diajukan dalam simposium

nasional dalam lingkup seperti berikut :

e) Membumikan budaya literasi yang fungsional untuk memenuhi

kebutuhan siswa

f) Pengalaman best practices dalam mengimplementasikan budaya

literasi di satuan pendidikan

g) Mengembangkan perpustakaan sekolah berbasis budaya literasi

h) Topik lain yang relevan

b. Sub tema : Penguatan Pendidikan Karakterdi SMK

Penguatan Pendidikan karakter di SMK menjadi sangat penting dan

diharapkan dapat menjadi solusi dalam perbaikan kualitas sumber daya

manusia/siswa sehingga melahirkan generasi yang berkarakter dan

menghormati nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Anda dapat mengangkat permasalahan-permasalahan di lapangan terkait

karakter, misalnya: “Mewujudkan Sekolah yang Aman dan Nyaman Bagi

Peserta Didik”, mengingat masih maraknya kekerasan dalam pendidikan,

baik yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa, oleh siswa terhadap guru,

oleh guru terhadap siswa, dan oleh orangtua terhadap guru, berikan solusi

mengatasinya. Dalam UU Perlindungan Anak, kekerasan dalam bentuk

dan tujuan apapun tidak lagi diperkenankan dalam pendidikan,

“Menguatkan nilai-nilai Kebangsaan dan penghargaan atas kebhinekaan di

Sekolah”, mengingat mulai tumbuhnya sikap-sikap anti keragaman di

kalangan siswa yang dapat mengancam persatuan, kesatuan dan

kebhinekaan di Indonesia, “Mewujudkan tata kelola Sekolah yang Baik,

Transparan dan Akuntabel”, megingat masih maraknya pungli dan praktek

korupsi di berbagai sekolah terkait pengelolaan keuangan yang berasal

dari APBN dan APBD, sehingga jika tidak diatasi hal ini akan

mengakibatkan pelayanan siswa terganggu dan kualitas pendidikan

menurun.

13

Anda dapat menulis karya ilmiah dalam ruang lingkup topik-topik berikut

ini:

(1). Pengalaman mengembangkan pendidikan karakter di SMK

(2). Best pactice dalam menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter di

SMK

(3). Hasil Penelitian dalam implementasi nilai-nilai pendidikan karakter

di SMK

(4). Gagasan model penilaian hasil implementasi penguatan SMK

(5). Topik lain yang relevan

c. Model pembelajaran dengan pabrik pembelajaran (teaching factory)

Pembelajaran teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran di SMK

berbasis produksi/jasa yang mengacu kepada standar dan prosedur yang

berlaku di industri, dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di

industri. Teaching factory mengintegrasikan proses pembelajaran untuk

menghasilkan produk maupun jasa yang layak jual untuk menghasilkan

nilai tambah untuk sekolah (Direktorat Pembinaan SMK, 2008).

Kondisi ideal implementasi teaching factory di SMK, meliputi aspek-

aspek sebagai berikut:

1) Pemasaran

Produk dan jasa yang akan diproduksi oleh Tefa harus ditentukan

berdasarkan permintaan pasar. Pemasaran bisa dilakukan secara

domestik dan internasional. Promosi dilakukan untuk menawarkan

produk dan jasa agar konsumen mau membeli.

2) Aspek Pembelajaran

Bahan ajar mempunyai tujuan untuk mencapai kompetensi tertentu dan

merupakan sesuatu yang multiguna (marketable), khusus untuk

program kompetensi yang tidak menghasilkan produk/jasa dapat

diarahkan pada simulasi dari situasi kerja riil di lapangan, sistem

penilaian yang digunakan sudah berbasis teaching factory dan sistem

pembelajaran menggunakan jadwal blok dan kontinyu.

14

3) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia mempunyai kemampuan design engineering dan

dapat menerapkan sense of quality, sense of efficiency dan sense of

innovation. Untuk proses kegiatan belajar harus memperhatikan rasio

jumlah guru dan jumlah peserta didik. Kualifikasi SDM harus

kompeten, berinovasi, memiliki motivasi, mampu bekerja sama dan

jumlahnya cukup

4) Fasilitas

Fasilitas yang dimiliki sekolah harus memenuhi rasio 1 : 1 antara

peserta didik dan alat, penanganan perawatan sudah menerapkan MRC

(Maintanance Repair and Calibration), untuk alat bantu proses sudah

sesuai dan lengkap, seluruh peralatan di kembangkan terus menerus

(penambahan dan penggantian alat).

5) Kegiatan Praktik

Menerapkan budaya industri dengan adanya standar kualitas (quality

control), target waktu, efisiensi proses produksi, rotasi kerja (shift),

produk kerja yang jelas, hasil praktik dapat menjadi sumber pendapatan

(generating income), fungsi dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap

penanggung jawab, lingkungan kerja dibuat dan dijaga sehingga jadi

aman dan nyaman, kegiatan pembelajaran teratur dan lancar, kontrol

dan pemantauan dilakukan secara terus menerus.

14

6) Jaringan Kerjasama (Network)

Sekolah mempunyai network dengan industri, baik untuk transfer

teknologi maupun membangun budaya industri di sekolah. Network bisa

dilaksanakan sendiri oleh sekolah atau bekerjasama dengan dunia

industri.

7) Produk dan Jasa

Produk dan jasa yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar industri

dan kualitasnya bisa diterima pasar. Manajemen produk dan jasa harus

dikelola secara efektif dan efisien sehingga harganya kompetitif.

Pengembangan produk dan jasa selalu mengikuti permintaan pasar.

15

8) Transparansi

Pencatatan transaksi keuangan produk dan jasa sudah sesuai dengan

standar prosedur akuntansi (tata kelola keuangan).

d. Optimalisasi Pendidikan Inklusif di SMK

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SPN menjamin bahwa setiap peserta

didik berhak mendapatkan pendidikan yang bermutu di sekolah segregatif

(satuan pendidikan khusus) maupun sekolah inklusif (satuan pendidikan

umum, kejuruan dan keagamaan).

Implementasi pendidikan segregatif bagi anak berkebutuhan khusus,

dengan segala keberhasilan dan kekurangannya, telah berjalan lama di

Indonesia. Implementasi pendidikan inklusif di Indonesia relative masih

baru, dan karenanya masih banyak menghadapi kendala, baik dari segi

manajemen, pembelajaran, ketersediaan daya dukung sarpras, guru

maupun sistem penilaian. Beberapa sekolah masih mengeluhkan

kesulitannya dalam melayani pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam

setting kelas iklusif. Di pihak lain ada banyak bukti sekolah yang berhasil

menyelenggarakan pendidikan inklusif sehingga siswa berkebutuhan

khusus merasa nyaman belajar dan berhasil menyelesaikan belajarnya di

sekolah regular tempat ia belajar.

Saudara dapat menulis karya ilmiah atas dasar hasil riset, pengamatan,

pengalaman, dan/atau pengembangan gagasan yang sifatnya solutif untuk

mengatasi tantangan, hambatan, dan kendala dalam pendidikan inklusif di

sekolah menengah untuk diajukan dalam forum symposium nasional guru

tahun 2018.

Saudara dapat menuliskan di seputar topik-topik berikut ini :

(1) Tantangan dan harapan dalam Penerapan Pendidikan Inklusi di

Sekolah Menengah.

(2) Kendala penyelenggara Pendidikan Inklusi di Sekolah Umum dan

Solusi yang dapat ditawarkan.

(3) Praktek Terbaik Pelayanan Pendidikan Inklusi di Sekolah Menengah.

(4) Topik lain yang relevan.

16

e. Sub tema : Menyiapkan kemandirian dan kewirausahaan bagi siswa

SMA

Kemandirian dan budaya kewirausahaan sangat penting ditanamkan di

sekolah. Menghadapi tantangan dunia kerja yang terus berubah, lulusan

sekolah menengah perlu dibekali program kemandirian dan budaya

kewirauahaan. Pemerintah membutuhkan lulusan yang siap memasuki

dunia kerja sesuai dengan tuntutan global.

Untuk kemajuan ekonomi, pemerintah juga sangat membutuhkan pelaku-

pelaku usaha baru yang memiliki jiwa kewirausahaan. Untuk menyiapkan

calon tenaga kerja terampil dan juga calon wirausaha baru dari kalangan

pemuda, perlu dipersiapan sejak awal melalui program kemandirian dan

kewirausahaan di sekolah.

Mungkin Anda memiliki pengalaman, ide dan gagasan, serta hasil kajian

melalui penelitian tentang bagaimana menumbuhkan kemandirian dan

budaya kewirausahaan di sekolah menengah atas.

Anda dapat menulis karya tulis ilmiah dari salah satu topik berikut :

(1) Pengalaman dalam mengembangkan program kewirausahaan di

sekolah

(2) Menggagas model pendidikan keterampilan untuk kemandirian kerja

bagi lulusan sekolah menengah kejuruan

(3) Kesiapan lulusan sekolah menengah dalam memasuki dunia kerja

abad 21

(4) Penelitian lapangan tentang implementasi budaya kewirausahaan di

sekolah menengah kejuruan

(5) Topik lain yang relevan

3. Pendidikan Khusus

a. Sub Tema : Mengembangkan Budaya Literasi di Sekolah

Pendidikan Khusus

Dalam konteks kekinian, literasi atau literer memiliki definisi dan makna

yang sangat luas. Literasi bisa berarti melek teknologi, politik, berpikiran

kritis dan peka terhadap lingkungan sekitar. Maka secara sederhana,

17

budaya literasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan menulis dan

membaca masyarakat dalam suatu Negara.

Membaca dan menulis belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita.

Masyarakat lebih sering menonton atau mendengar dibandingkan

membaca apalagi menulis. Kondisi di atas tidak hanya pada kalangan

awam (masyarakat umum), lingkungan terpelajar atau dunia pendidikan

pun masih jauh dari apa yang disebut budaya literasi. Peserta didik belum

tertanam kecintaan membaca. Bahkan tak sedikit dari para guru yang

juga sama keadaanya. Itu bisa dibuktikan dengan minimnya jumlah buku

yang dimiliki mereka. Perpustakaan sekolah yang tak terawat dapat

menjadi saksi bisu betapa civitas akademika itu jauh dari budaya literasi.

Sebab itu, di awal tahun pelajaran 2015-2016 yang lalu, Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan melalui Permendikbud nomor 23 tahun

2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, salah satu poinnya mewajibkan

para siswa untuk membaca buku 10 – 15 menit sebelum jam belajar

dimulai.

Budaya literasi bagi siswa berkebutuhan khusus tentu jauh lebih sulit

dibandingkan dengan siswa pada umumnya karena berbagai keterbatasan

yang dialami siswa ABK. Pengalaman seperti apa, ide gagasan seperti

apa, dan cara atau strategi seperti apa agar budaya literasi lebih

fungsional bagi kehidupan peserta didik berkebutuhan khusus.

Anda dapat menulis karya ilmiah untuk diajukan dalam symposium

nasional dalam lingkup seperti berikut :

(1) Membumikan budaya literasi yang fungsional untuk

memenuhi kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

(2) Pengalaman best practices dalam mengimplementasikan

budaya literasi di satuan pendidikan khusus.

(3) Mengembangkan perpustakaan sekolah berbasis budaya

literasi.

(4) Topik lain yang relevan.

18

b. Sub Tema : Penguatan mutu pendidikan penyandang disabiltas

untuk memasuki perguruan tinggi

UU Nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas memberikan

ruang yang sangat luas bagi siswa disabilitas untuk dapat melanjutkan ke

jenjang perguruan tinggi. Persoalannya adalah system dukungan dalam

pendidikan menengah dan pendidikan khusus terhadap peserta didik

berkebutuhan khusus dalam rangka kelanjutan studi ke perguruan tinggi,

dirasa belum cukup kuat. Daya saing siswa disabilitas lulusan dari

pendidikan menengah inklusif dan pendidikan khusus rlatif rendah, dan

tidak cukup siap memasuki jenjang ke PT. Perlu dicari model-model

penguatan pendidikan menengah dan pendidikan khusus dalam rangka

perluasan akses pendidikan tinggi bagi disabilitas.

Anda dapat menulis tentang :

(1) Mengatasi kendala dan hambatan siswa berkebutuhan khusus dalam

melanjutkan studi ke PT

(2) Strategi perluasan akses PT bagi siswa SMALB/SLB

(3) Menggagas model penguatan pendidikan inklusif di sekolah

menengah untuk menyiapkan siswa berkebutuhan khusus

melanjutkan studi ke PT.

(4) Mengagas model penguatan pendidikan khusus (SMALB/SLB)

untuk menyiapkan siswa berkebutuhan khusus melanjutkan studi ke

PT

(5) Topik lain yang relevan

c. Sub Tema : Menyiapkan kemandirian dan kewirasusahaan

penyandang disabilitas

Kemandirian dan budaya kewirausahaan sangat penting ditanamkan di

sekolah. Menghadapi tantangan dunia kerja yang terus berubah, lulusan

sekolah menengah perlu dibekali program kemandirian dan budaya

kewirauahaan. Pemerintah membutuhkan lulusan yang siap memasuki

dunia kerja sesuai dengan tuntutan global.

Untuk kemajuan ekonomi, pemerintah juga sangat membutuhkan pelaku-

pelaku usaha baru yang memiliki jiwa kewirausahaan. Untuk

menyiapkan calon tenaga kerja terampil dan juga calon wirausaha baru

19

dari kalangan pemuda, perlu dipersiapan sejak awal melalui program

kemandirian dan kewirausahaan di sekolah.

Mungkin Anda memiliki pengalaman, ide dan gagasan, serta hasil kajian

melalui penelitian tentang bagaimana menumbuhkan kemandirian dan

budaya kewirausahaan di sekolah menengah dan pendidikan khusus.

Permasalahan lebih rumit pada peserta didik berkebutuhan khusus.

Karena keterbatasan mereka, daya saing lulusan SMALB/SLB dalam

memasuki dunia kerja akan banyak menghadapi kendala. Karena itu

perlu dicari alternative pendidikan kemandirian dan budaya

kewirausahaan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan

khusus.

Anda dapat menulis karya tulis ilmiah dari salah satu topik berikut :

1) Pengalaman dalam mengembangkan program kewirausahaan di

sekolah

2) Menggagas model pendidikan keterampilan untuk kemandirian kerja

bagi lulusan sekolah menengah

3) Kesiapan lulusan sekolah menengah dalam memasuki dunia kerja

abad 21

4) Penelitian lapangan tentang implementasi budaya kewirausahaan di

sekolah menengah

5) Topik lain yang relevan

d. Sub Tema : Peningkatan mutu pendidikan di Daerah 3T

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menegaskan bahwa warga negara yang berada di daerah

terpencil, masyarakat adat terpencil, bencana alam, bencana social, dan

mengalami keterbatasan secara ekonomi, termasuk yang berada di daerah

3T berhak mendapatkan pendidikan layanan khusus.

Bentuk-bentuk implementasi pendidikan layanan khusus antara lain

diselenggarakan melalui model pendidikan jarak jauh, sekolah kecil,

kelompok-kelompok belajar, sekolah terbuka, sekolah satu atap, sekolah

keliling, sekolah tenda, sekolah darurat, dan bentuk-bentuk pendidikan

alternative lainnya. Efektivitas pengelolaan pendidikan layanan khusus

masih perlu terus menerus dievaluasi dan ditingkatkan.

20

Anda mungkin punya pengalaman, punya ide gagasan, punya hasil riset

yang terkait dengan pengelolaan pendidikan layanan khusus (PLK).

Melalui karya Anda siapa tahu dapat menginspirasi dalam peningkatan

mutu dan perluasan akses pendidikan bagi anak-anak di daerah khusus

dan/atau di daerah 3T.

Anda dapat mengajukan karya ilmiah dalam bidang-bidang yang sesuai

dengan topik-topik di bawah ini :

(1) Evaluasi kebijakan dalam implementasi pendidikan layanan khusus

di daerah Tiga-T

(2) Pengalaman best practice mengelola pendidikan layanan khusus di

daerah Tiga-T dan rekomendasi kebijakan yang ditawarkan

(3) Menggagas peningkatan mutu dan perluasan akses pendidikan bagi

anak-anak di daerah Tiga-T melalui pendidikan layanan khusus

(4) Topik lain yang relevan

e. Sub Tema : Pengembangan Pendidikan layanan khusus

UU Nomor 20 Tahun 2003 antara lain menegaskan bahwa Pendidikan

layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah

terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau

mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi

ekonomi Pasal 32 (2).

Salah satu kebijakan Pemerintah sebagai implementasi dari amanat

undang-undang tersebut adalah dikeluarkannya Permendikbud Nomor 72

Tahun 2013 tentang Pendidikan Layanan Khusus (PLK). Dalam

Permendikbud tersebut ditegaskan bahwa setidaknya ada beberapa model

PLK yang dikembangkan di Indonesia, yaitu :

(1) Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya

terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai

sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media

lain.

(2) Sekolah kecil adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

yang menyelenggarakan pendidikan berdiri sendiri untuk memenuhi

21

kebutuhan pendidikan suatu kelompok masyarakat dengan jumlah

peserta didik minimal 3 (tiga) orang.

(3) Sekolah terbuka adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal

yang berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari sekolah induk yang

penyelenggaraan pendidikannya menggunakan metode belajar

mandiri.

(4) Sekolah darurat adalah bentuk satuan pendidikan formal yang

didirikan pada saat situasi bencana alam dan/atau bencana sosial yang

bersifat sementara.

(5) Sekolah terintegrasi adalah salah satu bentuk satuan pendidikan yang

dilaksanakan antar jenjang pendidikan dalam satu lokasi dan

memiliki satu organisasi serta satu manajemen.

(6) Sekolah induk adalah sekolah yang memenuhi syarat untuk menjadi

pembina dari satu atau lebih bentuk layanan PLK.

Anda yang tertarik untuk menulis sub tema tentang pendidikan layanan

khusus dapat menawarkan gagasan kritis dan inovatif bagaimana

mengimplementasikan model-model PLK tersebut agar pendidikan layanan

khusus berjalan secara efektif efisien dan fungsional bagi masyarakat serta

mampu menjangkau yang tidak tejangkau.

E. Sistematika Penulisan

Karya Ilmiah disusun sesui sistematika dibawah ini

1. Penulisan Karya Tulis Ilmiah (15 - 20 halaman), dengan sistimatika

sebagai berikut:

HALAMAN JUDUL

(Berisi Tentang Judul dan Nama Penulis, Lembaga Asal, catatan judul yang

baik tidak lebih dari 15 kata)

PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIASI

(Surat pernyataan tentang keaslian tulisan dan bebas plagiasi yang harus

ditulis dan ditanda tangani di atas meterai Rp. 6000)

HALAMAN PENGESAHAN

22

(lembar pengesahan ditanda tangani oleh yang bersangkutan dan diketahui

kepala sekolah dengan dibubuhi tandatangan dan cap sekolah)

PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

(Berisi latar belakang, identifikasi masalah/rumusan masalah, tujuan dan

manfaat)

BAB II LANDASAN TEORI/TINJAUAN PUSTAKA

(Berisi landasan teori-teori dan penelitian yang mendukung karya tulis

ilmiah)

BAB III METODE PENELITIAN/ PENULISAN

(Berisi pendekatan, desain, setting, populasi/sampel (unit analisis), validitas

dan reliabilitas (Keabsahan data), teknik pengumpulan data, analisis data)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(Berisi penyajian data, temuan, pembahasan)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(Berisi pembuktian dari hipotesis (jawaban pertanyaan penelitian) dan

berdasarkan kesimpulan dirumuskan saran-saran)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN (Instrumen, data pendukung: photo kegiatan, dan dokumen yang

terkait dengan karya ilmiah)

BIODATA

23

2. Penulisan berupa gagasan (15 - 20 halaman), dengan sistimatika sebagai

berikut:

HALAMAN JUDUL

(Berisi Tentang Judul Dan Nama Penulis, Lembaga Asal, catatan judul yang

baik tidak lebih dari 15 kata)

PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIASI

(Surat pernyataan tentang keaslian tulisan dan bebas plagiasi yang harus

ditulis dan ditanda tangani di atas meterai 6000)

HALAMAN PENGESAHAN

(lembar pengesahan ditanda tangani oleh yang bersangkutan dan diketahui

kepala sekolah dengan dibubuhi tandatangan dan cap sekolah)

PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

( Berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat)

BAB II LANDASAN TEORI, TEMUAN DAN PEMBAHASAN

(Berisi teori-teori dan penelitian yang mendukung gagasan)

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

(Berisi pembuktian dari hipotesis (jawaban pertanyaan penelitian) dan

berdasarkan kesimpulan dirumuskan saran-saran)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA

24

F. Teknik Penulisan Naskah

1. Ditulis dengan huruf Times New Roman ukuran huruf (font) 12pt pada

kertas HVS ukuran A4, diketik 1,5 spasi dengan batas tepi/margin kiri 4 cm,

kanan 3 cm, atas 4 cm, dan bawah 3 cm. Khusus untuk ukuran huruf tabel

dan gambar disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Jumlah halaman isi antara 15 – 20 halaman, tidak termasuk daftar pustaka

dan lampiran.

3. Dilampiri surat “Pernyataan Keaslian” yang ditandatangani oleh yang

bersangkutan dan diketahui oleh kepala sekolah serta dibubuhi materai 6000.

25

BAB III

KEPANITIAAN, TIM PENILAI, MEKANISME

PENYELENGGARAAN

A. Kepanitiaan

1. Kepanitiaan terdiri dari unsur :

a. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidikan;

b. Perguruan Tinggi, Asosiasi Profesi, dan PPPPTK, LPPPTK.

2. Tugas Panitia

a. Menyiapkan Pedoman Penyelenggaraan Simposium

b. Menyiapkan perangkat penilaian Karya Simposium.

c. Mempublikasikan dan mensosialisasikan Kegiatan Simposium

d. Menerima pendaftaran calon peserta Simposium

e. Menyeleksi karya peserta Simposium

f. Menetapkan 10 karya terbaik dari setiap SMA, SMK, dan Pendidikan

Khusus sebagai finalis Simposium Tingkat Nasional

g. Memfasilitasi pelaksanaan Simposium

h. Mengumumkan Pemenang Simposium, Juara 1, 2 dan 3 setiap SMA,

SMK, dan Pendidikan Khusus.

i. Menyusun berita acara serah terima hasil Simposium

j. Melaporkan hasil Simposium kepada Direktur Jenderal GTK untuk

diterbitkan Surat Keputusan Menteri tentang pemenang Simposium.

k. Melaporkan seluruh kegiatan dari persiapan, pelaksanaan, evaluasi

kepada Menteri

3. Sekretariat Kepanitiaan

PANITIA SIMPOSIUM GTK TINGKAT NASIONAL TAHUN 2018

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga

Kependidikan , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

u.p. Kepala Subdit Kesharlindung, Gedung D Lt. 12

Kompleks Kemendikbud

Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta 10270

Telepon (021) 57974106

26

B. Penilaian dan Penjurian

1. Unsur Juri

a. Pejabat Kemdikbud;

b. Dosen LPTK;

c. Widyaiswara PPPPTK , LP2KS dan LPMP;

d. Praktisi Pendidikan.

2. Kriteria Juri

a. Berkepribadian dan santun;

b. Memiliki kualifikasi akademik minimal strata dua (S-2);

c. Berpengalaman menjadi juri pada kegiatan yang relevan;

d. Masa kerja minimal 5 (lima) tahun pada profesinya.

C. Jadwal Penyelenggaraan (disesuaikan dengan situasi dan kondisi)

No Kegiatan Waktu

1. Publikasi ke Dinas Provinsi 6 September 2018

2. Usulan Peserta dari Provinsi 1 – 20 September 2018

3. Pelaksanaan Simposium Nasional 1 - 5 Oktober 2018

4. Pengumuman pemenang 1, 2 dan 3 per

kategori

5 Oktober 2018

D. Penghargaan

1. Peringkat 1, 2, dan 3 menerima hadiah uang pembinaan, dan piagam

penghargaan yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan;

2. Peringkat 1 akan diberikan 1 (satu) buah Laptop;

3. Finalis menerima hadiah uang pembinaan dan piagam penghargaan yang

ditandatangani oleh Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus.

27

E. Pembiayaan

Seluruh biaya penyelenggaraan Simposium GTK Tahun 2018 dibebankan

kepada anggaran Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus Ditjen GTK tahun 2018.

F. Mekanisme Penyelenggaraan Simposium

1. Mekanisme Kegiatan Simposium

a. Publikasi Informasi terkait dengan pelaksanaan simposium ke Dinas

Pendidikan Provinsi.

b. Seleksi di Provinsi oleh Dinas Pendidikan Provinsi

c. Seleksi Administrasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

d. Seleksi akademik dilakukan sesuai dengan kaidah akademik termasuk di

dalamnya Similarity Test dan sitasi. Peserta yang berhak untuk ikut pada

tahap berikutnya adalah yang memiliki similarity dan sitasi dibawah 40%.

e. Pemenang simposium 1, 2 dan 3 (perkategori)

f. Laporan hasil Simposium kepada Ditjen GTK untuk diusulkan penerbitan

Surat Keputusan pemenang.

2. Pelaksanaan Simposium

Pelaksanaan Simposium dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

Publikasi

Informasi ke Dinas

Provinsi

Seleksi

di Provinsi

Seleksi

Tingkat Nasional

Seleksi

persyaratan, presentasi dan

hasil penilaian karya tulis

Penetapan

Pemenang 1,2,3

perkategori

Penerbitan SK

Pemenang 1,2, 3

perkategori

28

BAB IV

PENUTUP

Simposium ini merupakan wadah yang disediakan oleh Pemerintah melalui Ditjen

GTK untuk menemukan karya terbaik dari Guru Pendidikan Menengah dan

Pendidikan Khusus dari para peserta sebagai solusi terhadap permasalahan-

permasalahan strategis yang tertuang dalam sepuluh topik yang telah ditentukan

dalam pedoman. Alternatif solusi tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai

salah satu bahan penyusunan kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Ditjen GTK merencanakan akan

melaksanakan simposium secara kontinyu (setiap tahun). Oleh sebab itu, untuk

mengoptimalkan kegiatan simposium berikutnya, pedoman ini menjadi dokumen

yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan sejenis di masa

yang akan datang. Komitmen yang kuat dari semua pihak yang terkait akan

mendukung keberhasilan pelaksanaan simposium ini. Pedoman ini dapat

disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang dihadapi demi tercapainya tujuan

Simposium Guru.