pdk fix

25
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip- prinsip, norma yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian. [Type text] Page 1

Upload: teguh-karisma-anugeraha

Post on 24-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: pdk fix

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai

bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam

penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma

yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan

motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang

pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan

ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan

tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua

kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai

sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang

dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi

rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan

bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada

kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum

seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.

2. Rumusan masalah

1. Pengertian bahan ajar ?

2. Peran dosen sebagai fasilitator ?

3. Prinsip penyusunan bahan ajar ?

4. Proses penyusunan bahan ajar ?

5. Cara penyusunan bahan ajar ?

6. Isi atau bagian – bagian dari bahan ajar ?

7. Contoh daftar isi modul ?

8. Perbedaan bahan ajar dengan buku ?

Page 1

Page 2: pdk fix

3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian bahan ajar

2. Mengetahui peran dosen sebagai bahan ajar

3. Mengetahui prinsip penyusunan bahan ajar

4. Mengetahui proses penyusunan bahan ajar

5. Mengetahui cara penyusunan bahan ajar

6. Mengetahui isi atau bagian bagian bahan ajar

7. Mengetahui contoh daftar isi modul

8. Mengetahui perbedaan bahan ajar dengan buku

Page 2

Page 3: pdk fix

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Bahan Ajar

Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan

untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa

deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan

aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian,

bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan

keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses

yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar

yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung,

bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam

pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama

lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya

yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan

indikator pencapaian.

Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran

merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan,

majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada

umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat

dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.

Page 3

Page 4: pdk fix

1.2 Peran dosen sebagai fasilitator

a. Pengertian PBL

PBL (Problem based learning) adalah salah satu metode pembelajaran SCL yang

menggunakan masalah sebagai pemicu pembelajaran. Masalah yang diberikan bisa berupa

masalah di klinik khususnya masalah-maslah yang sering terjadi maupun masalah dilapangan

yang terkait dengan pokok bahasan yang akan didiskusikan oleh mahasiswa.

PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang

esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.

Landasan teori PBL adalah kolaborativisme, suatu perspektif yang berpendapat bahwa mahasiswa akan

menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya

dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga

menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator-mahasiswa ke proses

konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut pahamkonstruktivisme, manusia hanya

dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri. .PBL memiliki gagasan bahwa

pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang

otentik,relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar mahasiswa memiliki

pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat

penting sebagaimana dinyatakan dalam model pembelajaran Kolb (1976) yang menekankan bahwa

pembelajaran akan efektif bila dimulai dengan pengalaman yang kongkret. Pertanyaan, pengalaman, formulasi,

sertapenyusunan konsep tentang permasalahan yang mereka ciptakan sendir imerupakan dasar untuk

pembelajaran. Oleh karena itu metode pembelajaran ini disebut juga sebagai metode pembelajaran orang

dewasa. Aspek penting dalam PBL adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan dan

permasalahan tersebut akan menetukan arah pembelajaran dalam kelompok. Dengan membuat permasalahan

sebagai tumpuan pembelajaran, para mahasiswa didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk

menyelesaikan permasalahan. Salah satu keuntungan PBL adalah para mahasiswa didorong untuk

mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimilikinya kemudian mengembangkan keterampillan pembelajaran

yang independen untuk mengisi kekososongan yang ada. Hal tersebut merupakan pembelajaran seumur hidup

karena keterampilan tersebut dapat ditransfer ke sejumlah topik pembelajaran yang lain, baik didalam maupun di

Page 4

Page 5: pdk fix

luar universitas. Dengan PBL yang memfokuskan pada permasalahan yang mampu membangkitkan

pengalaman pembelajaran maka mahasiswa akan mendapat otonomi yang lebih luas dalam pembelajaran. Oleh

karena itu perancangan permasalahan perlu dilakukandengan sangat hati hati untuk meyakinkan bahwa sebagian

besar tujuan perkuliahan dapat tercapai.

Implementasi PBL biasanya mahasiswa dibuat dalam kelompok kecil yg terdiri dari 5-12

orang ??? kemudian pembelajaran dimulai dengan suatu masalah sebagai pemicu. Bila

pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah dan masalah tersebut bersifat kontekstual,

maka dapat terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri mahasiswa. Keadaan ini dapat

mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar

masalah seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “mengapa bisa terjadi…”, “bagaimana

mengetahuinya…” dan seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri

mahasiswa maka motivasi intrinsik mahasiswa untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut

diperlukan peran dosen sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa tentang “konsep apa yang

diperlukan untuk memecahkan masalah”, “apa yang harus dilakukan” atau “bagaimana

melakukannya” dan seterusnya. Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PBL

dalam pembelajaran dapat mendorong mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara

mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya

pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya.

b.      Pengertian pasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang melakukan fasilitasi, yakni membantu mengelola suatu

proses pertukaran informasi dalam suatu kelompok. Kalau peranan seorang ahli (expert) adalah

menawarkan saran, khususnya tentang isi/materi suatu diskusi, maka peranan fasilitator adalah

untuk membantu ”bagaimana diskusi berlangsung”. Secara singkat, tanggung jawab fasilitator

adalah untuk lebih mengarahkan perhatian pada kelangsungan ”perjalanan” daripada terhadap

”tempat tujuan” (Bacal, 2007).

Fasilitator tidak mendefinisikan isi (misalnya menetapkan tujuan, menganalisis topik

tertentu, membuat rencana, atau melaksanakan), hanya mengatur proses  (Dhamotharan, 2004).

Fasilitator hanyalah pemimpin proses saja, mereka tidak memiliki kewenangan untuk membuat

keputusan, atau memberikan kontribusi terhadap substansi diskusi. Tugas fasilitator adalah

memandu proses dalam kelompok, membantu anggota kelompok memperbaiki cara mereka

Page 5

Page 6: pdk fix

berkomunikasi, menyelidiki dan memecahkan masalah dan membuat keputusan (Schwartz, 1994

dalam Spangler, 2003).

c. Perbedaan dosen dan fasilitator

Seiring dengan perubahan metode pembelajaran dari teacing ke learning, maka hal itupun

akan berpengaruh terhadap peran dosen menjadi pasilitator. Peran fasilitator dalam suatu

pembelajaran adalah memandu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan

bukan memberikan informasi tentang isi atau materi pembelajaran. Agar aktivitas

”perjalanan” kelompok peserta untuk mencapai tujuan pembelajaran berlangsung dengan baik

maka lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial haruslah menyenangkan.

Dalam mengatur lingkungan fisik ruang belajar fasilitator dapat meminta bantuan dan

berkerjasama dengan penyelenggara pelatihan, namun lingkungan sosial sangat ditentukan

oleh kemampuan individu fasilitator.

Suasana dalam ruang belajar menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi emosi. Sebagai

contoh, apabila makan di restoran favorit, Anda barangkali tidak hanya menikmati kelezatan

makanannya, tetapi juga suasananya yang tenang atau menggairahkan, hangat, dingin,

tradisional atau kontemporer. Suasana menjadikan acara makan sebagai suatu pengalaman,

tidak hanya sekedar makan. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana

dalam ruang belajar adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis

(DePorter et al, 2000).

Berikut ini adalah perbedaan yang mendasar antara dosen dengan pasilitator yang dapat

dilihat dari peran dan fungsinya yaitu :

a.    Dosen sebagai pengajar, pasilitator sebagai coaching

b.   Dosen cenderung otoriter, sedangkan pasilitator bersahabat

c.    Dosen bekerja sebagai individu, fasilitator bekerja sebagai tim

d.   Dosen cakap dalam subjek area, pasilitator cakap dalam mempasilitasi kelompok

Perbedaan mendasar lain dapat juga dilihat dari implementasi metode pembelajaran. Dulu

dengan metode konvensional dosen biasanya memberikan materi kuliah di kelas dengan jumlah

mahasiswa yang banyak, sekarang dengan metode PBL mahasiswa biasanya dibagi dalam

kelompok-kelompok kecil dengan suasana dan pengaturan ruangan yang lebih interaktif. Begitu

juga ketika melakukan pratikum, alat –alat laboratorium seperti mikroskop sudah tersedia dalam

jumlah yang cukup, sehingga semua mahasiswa akan mendapat kesempatan yang sama tanpa

Page 6

Page 7: pdk fix

harus menunggu lama atau bahkan saling berebutan untuk melakukan pratikum dibawah

bimbingan seorang tutor. Demikian juga ketika mahasiswa tersebut akan melakukan praktek lab

yang terkait dengan keterampilan khusus seperti pemeriksaan fisik, kalau dulu dengan metode

konvensional mahasiswa biasanya langsung mempraktekkan keterampilan tersebut dengan teman

sesama mahasiswa, hal ini memang memberikan keuntungan karena bisa mempraktekkan

langsung dengan aslinya, tapi kekurangannya adalah untuk eksplorasi lebih dalam tentang suatu

pengetahuan tidak bisa dilakukan karena terkait dengan pelanggaran kode etik. Hal ini sangat

berbeda ketika praktek tersebut dilakukan dengan metode Pembelajaran moderen. Ketika praktek

itu dilakukan pada alat praga seperti boneka, eksplorasi terhadap keterampilan yang harus

diketahui tentunya lebih tinggi.

Hal lain yang membedakan antara metode konvensional dengan metode PBL adalah

kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar mandiri. Dengan metode PBL kesempatan untuk

belajar mandiri lebih tinggi karena ditunjang oleh pasilitas yang telah disediakan seperti

perpustakaan yang lengkap, laboratorium computer dan pasilitas internet yang bisa diakses

dimana dan kapan saja oleh mahasiswa.

d. Peran pasilitator dalam PBL

1. Diagnotician: mediagnose kemampuan mahasiswa

Pada fase ini seorang tutor harus mampu mengidentifikasi atau mengkaji kemampuan

mahasiswa.

Pada setiap fase analisa: tutor harus mampu mengidentifikasi:

Pengetahuan dasar yg dimiliki mahasiswa

Kekurangan yang ada

Miskonsepsi yg didapat dari pengetahuan terdahulu

Manusia pada saat mengerjakan sesuatu, baik berpikir maupun bekerja secara fisik, selalu

menggunakan berbagai macam daya ingat yang tersimpan di dalam otaknya (residuals) dalam

bentuk pengetahuan (knowledge), keahlian (expertise), dan pengalaman (experience). Elemen-

elemen tadi sangat berpengaruh terhadap jenis interaksi yang berlangsung secara alamaiah.

Sementara itu, saling tukar gagasan, fakta dan perasaan merupakan inti aktivitas kesadaran kita.

Hilangnya kemampuan untuk mengingat dan/atau memahami sesuatu yang berkaitan dengan

komunikasi antarpersonal akan mengganggu proses belajar. Banyak jenis komunikasi yang

melibatkan riwayat/cerita, percakapan maupun perbincangan/diskusi terjadi di masa lampau.

Page 7

Page 8: pdk fix

Pengetahuan yang telah dimiliki seseorang (prior knowledge atau PK) dan cara “memanggil

kembali” PK tadi sangat berperan dalam konteks komunikasi dan belajar. PK yang dimiliki

mahasiswa (peserta didik) banyak yang bersifat fragmentaris dan lokal, dan sering berisi tentang

miskonsepsi yang dapat mengganggu kecermatan belajar.

2.  Challenger: membuat tantangan

Mahasiswa tidak selalu mampu mendorong dirinya untuk belajar dan berfikir aktif. Tutor

harus mampu membuat tantangan agar mahasiswanya mau mencoba strategi berfikir yg baru.

Di dalam problem-based learning (PBL) para peserta didik mencari dan menggali

pengetahuan baru melalui diskusi kelompok kecil di bawah bimbingan tutor/fasilitator (tutorial).

Tutorial merupakan jantung PBL; apabila jantung ini berhenti berdenyut (tutorial terhenti atau

macet) maka PBL tidak akan mencapai tujuannya. Kunci utama tutorial adalah Prior Knowledge

(PK) yang dimiliki oleh para peserta didik. Dan PK ini akan keluar dari simpanan para peserta

didik apabila ada trigger atau pemicu. Oleh karena itu Pemicu sebaiknya jangan terlalu gampang

atau terbuka. Buatlah pemicu yang senantiasa menantang peserta didik untuk dapat

mengeksplorasi kemampuanya.

3.  Model: contoh buat mahasiswa

Peran tutor yang juga sangat penting yang perlu diperhatikan oleh seorang tutor adalah

harus mampu menjadi contoh atau role model bagi mahasiswa misalnya dalam Bertanya atau

menjawab pertanyaan, Strategi-strategi pembelajaran dan pemi-kiran, Coaching pada alih

keterampilan pada skill lab, Cara berpakaian, bertingkah laku, disiplin, dan etika profesi.

4. Activator: mengaktifkan mahasiswa

Terkadadang mahasiswa sdh memiliki pengetahuan, strategi pembelajaran dan cara alur

pikir, tapi tidak mampu menggunakannya secara optimal. Misalnya penjelasan yang

disampaikan oleh mahasiswa tidak jelas atau dangkal, maka tugas seorang tutor adalah

mengaktifkan mahasiswa untuk menggunakan hal-hal tersebut secara efektif dengan

menggunakan metode seperti brain-storming atau curah pendapat.

5. Monitoring: memonitor perkembangan mahasiswa

Setiap mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerimah dan

mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu seorang tutor harus bisa melihat progres dari

tutorial secara keseluruhan, dan individu-individu mahasiswa untuk dapat menentukan tindakan.

Page 8

Page 9: pdk fix

6. Evaluator: mengevaluasi hasil pembelajaran

Tutor harus bisa melakukan penilaian setiap saat, menggunakan check-list penilaian

dengan baik, obyektif & adil dalam menilai.

Evaluasi terhadap proses meliputi Assessment of Student Participation in PBL by

Facilitator, Self Assessment dan Peer Assessment. Assessment of Student Participation in PBL by

Facilitator akan menjadi dasar pemberian nilai untuk komponen proses, sedangkan evaluasi

yang lain (Self Assessment dan Peer Assessment) akan menjadi bahan evaluasi perkembangan

mahasiswa yang dilaporkan kepada Pembimbing Akademik masing-masing

Berikut ini adalah salah satu metode evaluasi berdasarkan strategi pembelajaran dan

kompetensi yang ingin dicapai

1. Strategi pembelajan kuliah dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah keilmuan, maka

metode evaluasinya adalah MCQ

2. Strategi pembelajan tutorial dan role play dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah

keilmuan, keterampilan, komunikasi dan attitude, maka metode evaluasinya adalah MCQ

(untuk keilmuan) daftar tilik pada setiap tahap.

3. Strategi pembelajan alih keterampilan (CSL) dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah

keilmuan, keterampilan klinik dan attitude, maka metode evaluasi yang dipakai adalah kuis,

MCQ dan daftar tilik.

4.  Strategi pembelajan praktikum dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah keilmuan, dan

attitude maka metode evaluasinya adalah kuis, MCQ, tiap hari (untuk penilaian attitude)

1.3 Prinsip Penyusunan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi

pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,

konsistensi, dan kecukupan.

Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada

kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka

materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau ghbahan hafalan.

Page 9

Page 10: pdk fix

Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa

empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa  adalah pengoperasian bilangan yang

meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga

harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam

membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,

dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu

dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

1.4 Proses Penyusunan Bahan Ajar

1. ANALISIS

Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan

karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang

ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai mata

tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta.

Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka inplikasi terhadap rancangan bahan

ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang baik

terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan

kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.

2. PERANCANGAN

Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:

1. Perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis,

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang

kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi

khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan

Page 10

Page 11: pdk fix

kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan

pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi

komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree

2. Pemilihan topik mata tataran

Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta

sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta melalui

proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran

dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga

peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan? Apa saja teori,

prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan ajar?

Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional

yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku dan

sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang

mata tataran termasuk encyclopedia atau majalah yang ada di perpustakaan atau buku.

3. Pemilihan media dan sumber

Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis

instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih

media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar

diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang

sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media

yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalah proses belajar. Jadi pilihlah media

yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan peserta

belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat

membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih

4. Pemilihan strategi pembelajaran

Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas

belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan

tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan dalam topik mata

tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin

Page 11

Page 12: pdk fix

dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu disajikan, secara

umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.

Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis,

berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.

3. PENGEMBANGAN

Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan

ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengenbangan bahan

ajar:

1. Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau

panduan praktik

2. Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan

3. Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal

4. Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar

kepada peserta

5. Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting

dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta

6. Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan

dalam membuat bahan ajar

7. Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan

perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.

4. EVALUASI DAN REVISI

Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak

terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan

untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat

diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang

dikembangkan memang dapat digunakan untuk belajar-dimengerti, dapat dibaca dengan baik dan

dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar

sehingga nmenjadi bahan ajar yang baik.

Page 12

Page 13: pdk fix

Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu

1. Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan

cakupan)

2. Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk

memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat

kesukaran)

3. Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta

untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan

tingkat kesukaran)

4. Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai

tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka perbaikan bahan ajar yang mungkin dilakukan

antara lain:

1. menghilangkan bagian-bagian yang dianggap tidak perlu

2. Memperluas penkelasan dan uraian atas suatu konsep atau topik yang dianggap masih

kurang

3. Menambah latihan dan contoh-contoh yang dianggap perlu

4. Memilah bahan ajar menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dicerna peserta

5. Memeperbaiki kalimat, istilah, serta bahasa yang digunakan untuk meningkatkan

keterbacaan

6. Menambah analogi, ilustrasi dan contoh kasus yang dianggap lebih efektif

7. Menambah penggunaan media lain yang dianggap dapat memperjelas dan membantu

peserta belajar

Page 13

Page 14: pdk fix

1.5. Cara – cara Penyusunan Bahan Ajar

Bahan ajar disusun berdasarkan tujuan atau sasaran instruksional yang hendak dicapai

sesuai Rencana Pembelajaran dan Program Pembelajaran. Proses menyusun bahan ajar, meliputi

langkah-langkah sbb:

1)      Perumusan tujuan instruksional atau standar kompetensi

2)      Melakukan analisis instruksional/kurikulum

3)      Menentukan perilaku awal siswa atau indikator kompetensi

4)      Merumuskan kompetensi dasar

5)      Menyusun rencana kegiatan

6)      Menyusun silabus

7)      Menulis/ menyusun bahan ajar

8)      Evaluasi bahan ajar dan perbaikan

1.6 Isi atau Bagian – bagian Bahan Ajar

Halaman Sampul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Senarai Kata Penting (Glosarium)

BAB 1 Pendahuluan

Berisi  gambaran profil lulusan Program Studi; kompetensi lulusan, analisis kebutuhan

pembelajaran; dan GBRP.

BAB  2  Bahan Pembelajaran 1 ,

Pendahuluan : Berisi sasaran pembelajaran dan hal-hal penting dalam proses

pembelajaran pada pencapaian sasaran.

Uraian bahan pembelajaran: berisi definisi, penjelasan, teori, contoh soal/kasus dll. Yang

relevan dnegan sasaran pembelajaran

Penutup: berisi penugasan, soal perlatihan, dll sebagai bahan evaluasi; dan daftar bacaan.

BAB  3  Bahan Pembelajaran 2,

Pendahuluan : Berisi sasaran pembelajaran dan hal-hal penting dalam proses

pembelajaran pada pencapaian sasaran.

Page 14

Page 15: pdk fix

Uraian bahan pembelajaran: berisi definisi, penjelasan, teori, contoh soal/kasus dll. Yang

relevan dnegan sasaran pembelajaran.

Penutup: berisi penugasan, soal perlatihan, dll sebagai bahan evaluasi dan daftar bacaan.

BAB 4 Bahan Pembelajaran 4

Evaluasi

Penutup

Daftar Pustaka

1.7 Contoh Daftar Isi Modul:

1. Bagian sampul: Judul, Modul ke ...., Penulis, dan nama sekolah

2. Kata Pengantar

3. Daftar Isi

4. Tinjauan Mata Pelajaran:

a. Deskripsi Mata pelajaran

b. Manfaat Mata Pelajaran

c. Tujuan/Standar Kompetensi

d. Susunan Bahan Ajar: berisi bab atau sub bab yang akan dipelajari

5. Petunjuk Belajar: berisi cara mempelajari bahan ajar

6. Bab (Modul) I, Bab II, Bab III, dan seterusnya. Setiap Sub Bab (Kegiatan) diakhiri

dengan Latihan dan Rangkuman. Setiap Bab (Modul) diakhiri dengan Penutup, berisi:

Tes Formatif, Umpan Balik, Tindak Lanjut, Kunci Jawaban, Daftar Pustaka, dan Senarai

(istilah atau kata-kata sukar)

7. Daftar Pustaka/Rujukan: berisi buku atau sumber rujukan

8. Senarai: berisi penjelasan istilah atau kata-kata, sukar kalau ada

1.8 .Perbedaan Bahan Ajar dan Buku

BahanAjar

1. Berusaha menimbulkan minat baca

2. Dirancang & ditulis untuk mahasiswa

3. Menjelaskan tujuan instruksional

Page 15

Page 16: pdk fix

4. Dipergunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan.

5. Disusun berdasar pola belajar yg fleksibel, sistematis dan terstruktur berdasarkan

kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang ingin dicapai

6. Fokus pada pemberian kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih

7. Memberi ran

8. Gaya penulisan komunikatif

9. Ada umpan balik

10. Mengakomodasi kesulitan belajar mahasiswa

11. Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar

Buku

1. Buku teks mengasumsikan minat dari pembaca

2. Untuk pembaca (guru, dosen, mahasiswa, peneliti, umum)

3. Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional

4. Dirancang untuk dipasarkan secara luas

5. Disusun secara linear dan strukturnya berdasar logika bidang ilmu

6. Belum tentu memberikan latihan

7. Belum tentu memberi rangkuman

8. Gaya penulisan naratif, tidak komunikatif dan padat

9. Tidak ada mekanisme mengumpulkan umpan balik

10. Tidak mengakomodasi kesulitan belajar

11. Tidak menjelaskan ccara mempelajari buku teks

Jadi perbedaan dari bahan ajar dengan buku adalah buku merupakan sumber dari bahan

ajar, dan bahan ajar merupakan bagian dari buku. Bahan ajar adalah materi yang akan

dipresentasikan oleh dosen, dan merupakan bagian dari buku.

Page 16

Page 17: pdk fix

BAB III

PENUTUP

1 kesimpulan

bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap,

tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta,

konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 17