pengaruh implementasi “the seven habits...

145
PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos) Oleh : M. Zaki Mubarok NIM. 104053002021 PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)

Upload: leanh

Post on 07-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM

UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)

Oleh : M. Zaki Mubarok

NIM. 104053002021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H/2008 M

PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN

ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA)

Page 2: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

100

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos)

Oleh M. Zaki Mubarok

NIM: 104053002021

Pembimbing,

Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP: 150293230

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1429 H/2008 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS STEPHEN R COVEY” (TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG EFEKTIF) DALAM UPAYA

Page 3: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

101

MENGEMBANGKAN ORGANISASI PADA REMAJA ISLAM MASJID AGUNG SUNDA KELAPA (RISKA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 4 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial (S.Sos) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 25 Juni 2008

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal LK, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP:150262876 NIP: 150287029

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA Drs Sugiharto, MA NIP: 150270815 NIP: 150277690

Pembimbing,

Noor Bekti Negoro, SE. STP. M,Si. NIP:150293230

Page 4: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

102

ABSTRAK

M. Zaki Mubarok Pengaruh Implementasi “The Seven Habits Stephen R Covey” (Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Efektif) dalam Upaya Mengembangkan Organisasi pada Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (Riska)

The seven habits Stephen R Covey (tujuh kebiasaan manusia yang efektif) adalah buku yang membahas mengenai motivasi untuk dapat hidup lebih baik melalui tujuh kebiasaan yang sering kali kita lakukan yaitu proaktif, merujuk pada tujuan akhir, dahulukan yang utama, berpikir menang/menang, berusaha mengerti baru dimengerti, wujudkan sinergi, asahlah gergaji. Dalam hal ini RISKA berusaha untuk mengimplementasikan ketujuh kebiasaan tersebut dalam mengembangkan organisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh implementasi the seven habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara ketika nilai realita semakin mendekati nilai ideal, maka organisasi tersebut telah menerapkan tujuh kebiasaan yang di utarakan oleh Stephen R. Covey. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 responden yang dilakukan terhadap remaja masjid RISKA dengan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan yang bervariasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa organisasi RISKA belum sepenuhnya mengimplementasiakan tujuh kebiasaan yang tercantum dalam buku tersebut, walaupun ada variabel yang sudah diterapkan. Terutama untuk variabel Pro aktif yang memilki nilai terbesar karena menurut hasil penelitian variabel tersebut memiliki nilai realita yang hampir mendekati nilai ideal. Sedangkan variabel merujuk pada tujuan akhir memiliki nilai terendah, karena nilai realita mempunyai selisih nilai yang cukup jauh dengan nilai ideal.

Page 5: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

103

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji hanya bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, Rabb yang maha pengasih

dan penyayang, sehingga atas karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan baik.

Sholawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada khoirul basyar, sang pemimpin

umat dari dunia sampai ahkirat panutan umat dari hidup sampai akhir hayat, dialah Nabi besar

Muhammad SAW.

Subhanallah wal hamdulillah…Hanya karena bimbinganNya lah penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini, walaupun sangat disadari banyak terdapat kekurangan dan sangat

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga banyak manfaat yang terdapat pada

skripsi ini bagi orang lain khususnya bagi penulis. Karena itu kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak sangat diharapkan agar dapat tercapainya penysunan skripsi yang lebih

bermanfaat.

Tak lupa pula, penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak yang

telah mendukung terselesaikannya penyusunan skripsi ini, diantaranya kepada :

1. Ibunda Hj. Sumiati dan Ayahanda H. Chaerudin yang telah mencurahkan semua perhatian

dan cinta kasihnya selama ini, masukan dan arahannya sungguh bijak sehingga mereka

dapat menjadi inspirator utama dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban MA, sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

sekaligus sebagai bapak yang sangat arif ketika berkonsultasi, terima kasih juga atas

Page 6: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

104

masukan dan idenya ketika penulis menjadi pengurus BEM. Dan juga Drs Cecep

Sastawijaya MA, selaku sekretaris jurusan Manajemen Dakwah (MD).

4. Noor Bekti Negoro M,Si., orang yang paling dekat dengan penulis karena sebagai dosen

pembimbing, beliau sudah sangat bijaksana dalam memberikan bimbingan, teima kasih

banyak atas semua arahan dan masukannya, semoga amal baik bapak senantiasa mendapat

pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

5. Tak lupa ucapan terima kasih dihaturkan kepada seluruh Staf Perpustakaan, baik

Perpustakaan Utama maupun Perpustakaan Fakultas.

6. Andhika, selaku ketua Remaja Islam Masjid Sunda Kelapa (RISKA), dan teman-teman

yang ada di RISKA terima kasih telah memberikan kesempatan pada penulis untuk

melakukan penelitian dan juga atas kesediaannya untuk diwawancarai oleh penulis ditengah

kesibukannya.

7. Teman-temanku dirumah yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini,

Abdul Gonjet, kang ucup, mas Aman dll, terima kasih atas semuanya.

8. Teman-teman MD A dan B angakatan 2004, Ojek, Jayus, Dini imut, Icha, dkk yang

laiannya, special untuk “Tonx-tonx Group” (Fatur, Ajie, Ayi) mohon maaf lahir batin kalau

selama kita bersahabat banyak khilaf dan dosa yang telah dilakukan, semoga kelak kita

akan menjadi orang yang lebih baik lagi.

9. Teman-temen MD A&B angkatan dari angkatan 2005-2007, Rian, Thamren, Adhe, Evi,

Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

berorganisasi selama ini.

10. Teman-teman seperjuangan di BEM J dan BEM F, Tyas, santi, kiki, deby dkk.

Page 7: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

105

11. Sa’idatul Awaliyah , tempat penulis bersandar ketika suka maupun duka, terima kasih atas

perhatian dan motivasinya selama ini.

12. Yang paling ku nanti, ucapan terima kasih dan mohon maaf lahir bathin buat teman-teman

Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA) ESQ 165, Firna, Githa, Isty, Ilung,

Wawan,Fadhel, Rosy, Ficky dan teman-teman yang lain kalian adalah sahabat tanpa celah

yang aku pernah miliki.

Semoga segala usaha, bantuan, pengorbanan, doa dan harapan kita semua, senatiasa

mendapatkan pahala setimpal dari Allah SWT, dan semua angan dan cita-cita dapat tercapai

sempurna. Amin.

Jakarta, Juni 2008

Penulis

Page 8: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

106

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i DAFTAR ISI ..............................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................... 6 D. Metodologi Penelitian ............................................................ 7 E. Subyek dan Obyek Penelitian................................................. 8 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 9 G. Variabel Penelitian ................................................................. 10 H. Definisi Perasional Variabel................................................... 10 I Teknik Analisa Data ............................................................... 18 J. Tinjauan Pustaka .................................................................... 19 K Sistematika Penulisan............................................................. 20

BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori The Seven Habits .......................................................... 22

1. Pro Aktif ........................................................................... 25 2. Merujuk Pada Tujuan Akhir ............................................. 31 3. Dahulukan yang Utama .................................................... 33 4. Berpikir Menang............................................................... 36 5. Berusaha Mengerti Baru Dimengerti................................ 38 6. Wujudkan Sinergi ............................................................. 41 7. Asahlah Gergaji ................................................................ 44

B. Organisasi dan Pengembangannya ......................................... 47 C. Strategi Kemengangan Organisasi ......................................... 51 D. Pengertian Remaja Masjid...................................................... 52

1. Pengertian Remaja............................................................ 52 2. Pengertian Masjid............................................................. 56 3. Pengertian Remaja Masjid................................................ 56

BAB III Gambaran Umum Obyek Penelitian A. Sejarah Berdirinya .................................................................. 59 B. Tujuan Didirikannya............................................................... 61 C. Visi dan Misi .......................................................................... 62 D. Program Kegiatan Reguler ..................................................... 62 E. Program Kegiatan Tidak Tetap .............................................. 65

BAB IV PENGARUH IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS DALAM UPAYA

MENGEMBANGKAN ORGANISASI RISKA....................... 66 A. Deskripsi karakteristik Responden ......................................... 66 B. Deskripsi kuesioner ................................................................ 67 C. Pengaruh Implementasi The Seven Habits pada RISKA ....... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................... 88

Page 9: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

107

B. Saran-saran............................................................................88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Page 10: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

108

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Profil Responden Pandangan tentang buku The Seven Habits Lampiran 2-8 Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Hal ideal yang harus dilaksanakan) Lampiran 9-15 Perhitungan Respon RISKA terhadap implementasi The Seven Habits (Realita yang terjadi di organisasi) Lampiran 16 Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Hal ideal yang harus dilaksanakan) Lampiran 17 Rekapitulasi skor rata-rata variabel respon RISKA terhadap pengimplementasian The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi (Realita yang terjadi)

Page 11: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

109

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara..................................................................................... Struktur Organisasi .................................................................................. Brosur ...................................................................................................... Lampiran 2 Daftar Kuesioner ..................................................................................... Data Mentah Jawaban Responden Uji Instrumen ................................... Output SPSS 13.0 Uji Instrumen............................................................. Data Sampel Responden Penelitian......................................................... Data Mentah Jawaban Responden Penelitian.......................................... Data Responden Penelitian...................................................................... Output SPSS 13.0 Regression ................................................................. Olah Data Uji Elastisitas ......................................................................... Lampiran 3 Surat Penelitian........................................................................................ Surat Bimbingan...................................................................................... Surat Keterangan .....................................................................................

Page 12: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

110

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Masjid adalah lembaga pembinaan masyarakat Islam yang didirikan di atas dasar

takwa dan berfungsi mensucikan masyarakat Islam yang dibina di dalamnya. Sedemikian

pentingnya lembaga masjid, sehingga Nabi Muhammad SAW menjadikan program pertama

yang beliau kerjakan takkala beliau mampir di desa Quba, dalam hijrahnya dari Mekkah ke

Madinah, adalah mendirikan Masjid Quba. Setibanya di Madinah beliau bukan membangun

rumah untuk diri dan keluarganya, juga bukan sarana untuk kaum muhajirin, melainkan

membangun masjid, yaitu Masjid Nabawi. Penomorsatuan mendirikan masjid itu tak lain

karena sebagaimana belakangan terbukti lembaga masjid menjadi pusat pemerintahan

Islam. Semua masalah, dari ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hingga persolaan

kemiliteran, dipecahkan di dalam lembaga masjid1

Masjid terambil dari bahasa Arab Sajada yang berarti tempat sujud atau tempat

menyembah Allah SWT, secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan Islam.

Dari tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi,

material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik

mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung disebabkan tempat jasmani,

ruhani dan intelektual di pusat peradaban, yaitu Masjid.

Sayangnya, banyak masjid yang masih memfungsikan masjid sebagai ritual ansich.

Tidak menjadikan masjid sebagaimana mestinya berdasarkan kilasan sejarah tersebut.

Untuk itu, para pengelola masjid hendaknya berfikir dan menginventarisasikan bagaimana

bisa mencari solusi gejolak terpaan problematika jama’ah masjid. Tentu, hal ini akan

1 Moh E Ayub, Manajemen Masjid, (Jakarta : Gema Insani Pres, 1996) Cet 1, hal 141

Page 13: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

111

menjadi mimpi belaka saat mengelola masjid tanpa diiringi dengan manajemen yang

professional. Masjid tidak hanya dipandang sebagai suatu bangunan yang megah semata,

namun perlu untuk dimakmurkan oleh seluruh komponen pengelola, dan jama’ah agar

terlaksana Izzul Islam Walmuslimin

Mayoritas penduduk di Indonesia adalah umat Islam, apabila jumlah masjid yang ada

di Indonesia benar-benar difungsikan sebagai ta’mir dengan baik maka dalam waktu yang

tidak lama salah satunya yaitu akan mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan akibat krisis

multidimensional yang sudah diderita beberapa tahun belakangan ini. Kerena fungsi masjid

salah satunya adalah memberikan pembinaan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk

soal ekonomi. Mengingat fungsi masjid yang sebenarnya adalah dapat terciptanya kesatuan

umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, kecerdasan umat

dan tercapainya masyarakat adil makmur yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Untuk mencapai

tujuan itu diperlukan usaha pengembangan pola idarah (manajemen), imarah (pengelolaan)

dan ri’ayah (pengelolaan fisik)

Secara keseluruhan sampai saat ini diperkirakan telah terbangun tidak kurang dari

500.000 masjid di seluruh tanah air dengan berbagai bentuk gaya dan arsitektur dan ukuran

yang sangat beragam. Hal ini mengindikasikan semangat membangun masjid di tanah air

cukup tinggi. Hampir diseluruh lingkungan perumahan tidak terkecuali lingkungan

perumahan sederhana tidak ada yang tidak tersentuh oleh pembangunan masjid.

Tetapi ternyata semangat membangun masjid tidak diiringi dengan semangat

memakmurkannya. Hal ini terlihat tidak sedikit masjid yang sunyi dari kegiatan; Masjid

dilingkungan kantor misalnya hanya berfungsi seminngu sekali untuk shalat Jum’at atau

hanya untuk shalat Zuhur dan Ashar berjama’ah. Ataupun banyak masjid yang ramai hanya

pada pelaksanaan shalat Maghrib atau Isya saja, bahkan tidak sedikit kita temukan banyak

Page 14: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

112

masjid yang ditinggalkan jamaahnya karena kotor, tempat wudhu dan WC-nya tidak

terpelihara. 2

Keberadaan remaja masjid sudah sepatutnya mendapat perhatian pengurus masjid,

karena itu dewasa ini banyak sekali remaja yang membentuk organisasi yang

mengatasnamakan diri mereka sebagai remaja masjid, sebagai bentuk perhatian mereka

terhadap perkembangan dan kemakmuran masjid, baik dilihat dari fisik masjid maupun dari

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus masjid. Remaja masjid merupakan

calon dan kader pemimpin atau ahli waris kepemimpinan masjid. Mereka juga pendamping

aktif pengurus masjid dalam melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatannya.

Remaja masjid, sebagai bagian dari remaja pada umumnya, dewasa ini berhadapan

dengan berbagai problem remaja yang muncul di dalam masyarakat. Ada kenakalan remaja,

perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang, pergaulan bebas, dan

sebagainya. Keadaan ini membuat resah dan gelisah para orang tua dan masyarakat. Jika

keadaan ini berlarut, akan timbul kerusakan dalam masyarakat. Masa depan para remaja itu

sendiri rusak, juga masa depan bangsa, negara dan agama.

Organisasi remaja masjid banyak digemari para remaja atau pemuda yang jiwa dan

hatinya gandrung meningkatkan aktivitas agamanya lewat masjid. Generasi muda Islam,

baik remaja putra maupun putri, belakangan ini berbondong-bondong memasuki organisasi.

Di dalam wadah itu mereka mendapatkan sejumlah manfaat: bertambahnya wawasan

keagamaan, wawasan ilmu keislaman, memperbanyak kawan seiman dan seperjuangan,

mempererat rasa ukhwah islamiyah yang tidak akan mereka dapatkan dari organisasi lain

Salah satu organisasi remaja masjid yang berada dilingkungan Jakarta adalah Remaja

Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Organisasi ini bertujuan untuk membina

kehidupan beragama di kalangan remaja, kehidupan yang jauh dari glamour kehidupan

pemuda pada zaman sekarang yang lebih cenderung terhadap hal-hal yang bersifat Fun atau

2 Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, (Jakarta :Al-Mawardi Prima 1996 ) cet 1, hal 2

Page 15: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

113

hiburan semata, organisasi ini mengenalkan kita untuk lebih mendalami ajaran-ajaran

agama, disana juga terdapat program studi Islam untuk berbagai golongan, mulai dari SMP,

SMU, Universitas sampai professional muda dan karyawan. Program organisasi ini adalah

program kegiatan regular yang diadakan oleh beberapa divisi yang ada pada organisasi

tersebut.3

Terkait dengan hal di atas, penulis pernah membaca sebuah buku yang sangat bagus

mengenai tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif guna mencapai suatu kesuksesan

bagi diri pribadi maupun organisasi. Buku tersebut berjudul The Seven Habits of Highly

Efevtive People ( tujuh kebiasaan manusia yang sangat efektif ), karangan Stephen R.

Covey. Kemudian penulis mencoba untuk menkorelasikan antara tujuh kebiasaan tersebut

dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi Remaja Islam Masjid Agung

Sunda Kelapa (RISKA)

The Seven Habits mengajarkan organisasi pemuda masjid untuk menemukan

panggilan jiwa dan hidup penuh dengan kebanggaan maupun gairah yang luar biasa sebagai

pengelola organisi remaja masjid, tidak sebaliknya merasa malu dan close minded. Sebagai

pengurus sebuah organisasi, hendaknya setiap pengurus organisasi masjid senantiasa

memperbaiki kinerja, sebab kesuksesan seseorang atau lembaga apapun termasuk masjid

yaitu menjaga trust (kepercayaan).

The Seven Habits juga mampu memberikan inspirasi setiap pengurus organisasi

menggapai kepuasan untuk bekerja, membangkitkan entrepreneurship anggota organisasi

agar ekonomi umat kian membaik.4 Eksistensi entrepreneurship sangat diperlukan setidak-

tidaknya untuk meminimalisasikan tingkat kriminalitas di lingkungan organisasi

Tujuh kebiasaan yang dimaksud diatas adalah Proaktif (be proaktif), Merujuk pada

tujuan akhir (begin with the end in mind), Dahulukan yang utama (Put first things first),

3 Brosur pendaftaran anggota RISKA tahun 2008

4 Muhammad Zein, Jurnal Manajemen Kemasjidan (Jakarta, Dewan Masjid Indonesia Provinsi DKI Jakarta) Hal 26

Page 16: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

114

Berfikir menang (think win-win), berusaha mengerti terlebih dahulu baru minta difahami

(seek first to understand than to be understood), Wujudkan Sinergi (synergize), dan

Mengasah gergaji (Sharpen the saw).5

Sehubungan dengan itu, penulis mempunyai keinginan untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh implementasi The Seven Habits yang telah diterapkan oleh remaja RISKA dalam

upaya mengembangkan organisasi yang akan dituangkan dalam bentuk karya ilmiah

(skripsi).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah, maka penulis membatasi masalah yang

akan dibahas hanya tentang Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA.

2. Perumusan Masalah

Dan berdasarkan pembatasan masalah diatas maka masalah pokok yang akan

diangkat dalam skripsi ini adalah mengenai:

a. Kebiasaan apa saja dari The Seven Habits yang dapat diiplimentasikan oleh

RISKA dalam upaya mengembangkan organisasi.

b. Apakah implementasi The Seven Habits dapat berpengaruh dalam upaya

mengembangkan organisasi RISKA ?

A. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits pada organisasi

RISKA.

b. Untuk mengetahui pengaruh implementasi The Seven Habits dalam upaya

mengembangkan organisasi RISKA. .

5 Stephen R Covey, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) Hal xv

Page 17: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

115

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah:

A. Manfaat Akademis.

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar dalam upaya

pengembangan organisasi RISKA dengan mengimplementasikan The Seven

Habits

2. Untuk dapat menembah khazanah keilmuan organisasi Remeja Islam yang

sudah ada

3. Dapat merubah keadaan menjadi lebih baik bagi objek yang bersangkutan dan

juga bagi penulis.

B. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan masukan (input) bagi pihak RISKA dalam rangka

mengembangkan organisasi.

2. Memberikan sebuah kontribusi dibidang motivasi melalui penerapan The Seven

Habits dalam mengembangkan organisasi.

3. Dapat dijadikan acuan dalam agar para pengurus dapat lebih kreatif dan inovatif

dalam membangkitkan semangat berorganisasi.

D. Metodologi penelitian

1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,

pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan, meramalkan dan atau mengontrol

fenomena sosial melalui pengukuran objektif dan analisis numerik atau analisis terhadap

variasi angka-angka.6

6 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet ke-23, h. 31.

Page 18: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

116

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

survei, yaitu penulisan yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.7

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis

yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa

yang sebenarnya mengenai objek penelitian.8

2. Waktu dan tempat penelitian.

1. Waktu penelitian.

Waktu penelitian skripsi ini akan dilaksanakan Mei 2008 sampai Juni 2008

2. Tempat penelitian

Tempat penalitian skrisi ini akan dilaksanakan di kantor RISKA yang

beramat di JL. Taman Sunda Kelapa NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021)

31905839.

3. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Dalam penulisan skrisi ini penulis menggunakan Teknik pemeriksaan keabsahan

data dengan menggunakan ketekunan/keajegan pengamatan, yaitu mencari secara

konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang

konstan atau tentative9 tehadap Organisassi RISKA dalam menguraikan secara rinci

tentang Implementasi The Seven Habits dalam berorganisasi.

4. Metode Pengumpulan Data

A. Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah meliputi :

1. Implementasi The Seven Habits pada organisasi RISKA.

2. Motivasi untuk mengembangkan organisasi.

B. Variabel Penelitian

7 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet ke-2, h. 3. 8 J. Vrendenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h.34. 9 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif h. 329.

Page 19: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

117

Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini maka penelitian tentang

hubungan antara implementasi The Seven Habits dengan motivasi pengembangan

organisasi, maka peneliti menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh

dalam penelitian adalah motivasi pengembangan organisasi, dan variabel

pengaruh dalam penelitian adalah implementasi The Seven Habits dalam

organisasi RISKA.

C. Definisi Operasional Varibel (merujuk pada buku The Seven Habits of Highly Effective

People karangan Stephen R Covey)10

1. Proaktif

kata ini lebih dari pada hanya sekedar mengambil inisiatif. Kata ini berarti

bahwa sebagai manusia kita bertanggung jawab atas hidup kita sendiri.

Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi kita. Kita dapat

menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan

tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi.

Indikator :

a. Mengambil inisiatif.

Sifat dasar kita adalah bertindak dan bukan menjadi sasaran

tindakan. Menuntut seseorang untuk bertangung jawab tidaklah

merendahkan dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian

dari sifat manusia, dan walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun

otot-otot ini ada.

b. Bertindak atau menjadi sasaran tindakan.

Perbedaan antara orang yang memilki inisiatif dan yang tidak sama

seperti antara perbedaan siang dan malam. Dibutuhkan inisiatif untuk

10 Stephen R Covey, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi) Hal 55

Page 20: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

118

mengembangkan teori The Seven Habits ini. Sewaktu anda mempelajari

keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa masing-masing

tergantung pada perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masing-masing

menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak.

c. Mendengarkan Bahasa Kita.

Karena sikap dan perilaku kita mengalir dari paradigma kita, jika kita

menggunakan kesadaran diri kita untuk memeriksa sikap dan perilaku

tersebut, kita sering dapat melihat sifat dari peta yang mendasari kita.

Sebagai contoh bahasa kita adalah indikator yang sangat riil mengenai

tingkatan kita memandang diri kita sebagai orang yang proaktif.

Bahasa orang yang reaktif melepaskan mereka dari tanggung jawab

“Itulah saya. Memang begitulah saya.” Saya sudah ditakdirkan begitu.

Tidak ada yang saya lakukan dengannya.

2. Merujuk Pada Tujuan Akhir

Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas

tentang tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi

sehingga anda mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda

tahu bahwa langkah-langkah yang anda ambil selalu berada pada arah yang

benar.

Indikator :

a. Pernyataan isi pribadi

Cara paling efektif untuk mulai merujuk tujuan akhir adalah

dengan mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau

syahadat. Pernyataan ini berfokus pada ingin menjadi apakah anda

(karakter) dan apakah yang anda ingin lakukan (kontribusi dan

Page 21: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

119

pencapaian) serta pada nilai atau prinsip yang menjadi dasar untuk

menjadi dan melakukan sesuatu.

b. Berpusat pada Kerja

Orang yang berpusat pada kerja mungkin menjadi “pecandu kerja”

mendorong diri mereka untuk berproduksi dengan mengorbankan

kesehatan, hubungan, dan bidang-bidang penting lain dari kehidupan

mereka.

c. Berpusat pada Prinsip

Dengan memusatkan kehidupan kita pada prinsip yang benar, kita

menciptakan pondasi yang kokoh untuk pengembangan keempat faktor

penunjang kehidupan.

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran

klasik, denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang

ditenun rapat dengan ketepatan, konsistensi, keindahan, dan kekuatan

melalui struktur kehidupan.

3. Dahulukan Yang Utama

Kebiasaan ketiga adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah

pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebiasaan 1 dan 2. Ia

merupakan latihan kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan

pelaksanaan hari demi hari, saat demi saat.

Kebiasaan 1 dan 2 penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3.

Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa terlebih dahulu sadar dan

mengembangkan sikap proaktif anda.

Indikator :

a. Fleksibilitas

Page 22: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

120

Alat perencanaan anda harus menjadi pelayan anda, tidak pernah

menjadi majikan anda. Karena harus bekerja untuk anda, alat itu harus

disesuaikan dengan gaya anda, kebutuhan anda, cara-cara khusus anda.

b. Melakukan Hal-hal sepele

Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting.

Ketidak sopanan kecil, kekerasan kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil

menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang

kecil adalah hal yang besar.

c. Memenuhi komitmen

Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar, melanggar

janji adalah penarikan yang besar. Sebenarnya barangkali tidak ada

penarikan yang lebih besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi

seseorang dan kemudian tidak memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji

dibuat, orang tidak akan percaya. Orang cenderung membangun harapan

mereka disekitar janji, khususnya janji tentang mata pencarian mereka.

d. Menjelaskan Harapan

Bayangkan kesulitan yang mungkin anda temui jika anda dan bos

anda mempunyai asumsi yang berbeda sehubungan dengan peran siapakah

yang menyusun uraian pekerjaan anda.

4. Berfikir Menang / Menang

Menang/menang bukanlah Teknik melainkan filosofi total interaksi

manusia. Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi.

Paradigma alternatifnya adalah menang/kalah, kalah/menang, kalah/kalah,

menang, dan menang/menang atau tidak sama sekali.

Satu alternatif lain yang lazim adalah berfikir menang. Orang dengan

mentalitas menang tisdak harus menginginkan orang lain kalah. Hal itu tidak

Page 23: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

121

relevan. Yang penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Jika tidak ada pengertian kontes atau kompetisi, menang mungkin merupakan

pendekatan paling lazim dalam negosiasi sehari-hari. Orang dengan mentalitas

menang berfikir dalam pengertian mengamankan tujuannya sendiri dan

menyrahkan kepada orang lain untuk mengamankan tujuan mereka.

Indikator :

a. Mendahulukan Sistem

Menang/menang hanya dapat bertahan didalam organisasi jika

system organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicara

menang/menang tapi memberi ganjaran untuk menang/kalah maka yang

ada ditangan anda adalah program yang gagal.

b. Proses

Tidak ada cara untuk mencapai tujuan menang/menang dengan

sarana menang/kalah atau kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan,

“anda akan berfikir menang/menang entah anda ssuka atau tidak.” Maka,

pertanyaannya menjadi bagaimana tiba pada solusi menang/menang.

5. Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu Baru Dimengerti

Dalam hal ini, ,kita diharapkan untuk dapat memahami kondisi seseoarang

terlebih dahulu, jangan terlalu cepat dalam mengambil sebuah pemahaman,

atau jangan terlalu cepat mendiagnosa sesuatu sebelum kita memeriksanya

terlebih dahulu, setelah pemeriksaan selesasi barulah kita dapat menyimpulkan

sesuatunya.

Indikator :

a. Mendengarkan empatik.

Page 24: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

122

Terkadanag kita dipenuhi dengan kebenaran kita sendiri, autobiografi

kita sendiri, kita ingin dimengerti. Percakaoan kita menjadi monolog

kolektif, dan kita tidak pernah benar-benar mengerti apa yang sedang

berlangsung dalam diri orang lain. Hal ini adalah suatu kesalahan besar,

karena belum tentu perkataan kita lebih baik dari perkataan orang lain,

karena itu kita harus mendengarkan perkataan orang lain dengan empatik.

b. Buatlah Diagnosis sebelum membuat resep.

Walaupun mengandung resiko dan sulit, berusaha untuk mengerti,

atau mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar

yang dimanifestasikan di banyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari

semua professional sejati. Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga

penting sekali bagi dokter. Anda tidak akan percaya sedikit pun kepada

resep dokter jika anda tidak percaya akan diagnosanya.

6. Wujudkan Sinergi

Sinergi berarti hubungan antar bagian dimana nagian-bagian itu

merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi berfungsi

katalisator, menyatukan, dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri

manusia.

Indikator :

a. Komunikasi Sinergistik

Ketika anda benar-benar berkomunikasi secara sinergistik, anda

benar-benar membuka pikiran, hati dan ekspresi anda kepada

kemungkinan baru, alternative baru, pilihan baru. Anda memulai

keyajkinan bahwa pihak-pihak yang terlibat akan memperoleh lebih

Page 25: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

123

banyak wawasan, dikarenakan adanya sinergi antar masing-masing

individu.

b. Menghargai Perbedaan

Menghargai perbedaan adalah intisari dari sinergi- perbedaan

mental, emosional, psikologis antar orang. Dan kunci menghargai

perbedaan itu adalah dengan menyadari bahwa semua oreang melihat

dunia, tidak sebagaiman adanya, tetapi sebagaimana mereka

c. Memancing untuk mendapatkan alternatif ketiga.

Budhisme menyebut hal inio sebagai “jalan tengah.” Tengah

dalam artian ketika dalam situasi yang sulit untuk mencari jalan keluar

suatu masalah, kita dapat mencari alternatif ketiga dikarenakan adanya

sinergi yang kita timbulkan antar individu.

7. Asahlah Gergaji

Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda

miliki, yaitu diri anda. Kebiasaan ini adalah pusat sumber dari semua

kebiasaan, karena ini adalah mengenai diri kita sendiri untuk dapat

mneningkatkan kemampuan, baik dengan diri sendiri ataupun dengan orang

lain.

Inilah satu investasi penting yang dapat kita buat dalam hidup-investasi

bagi diri kita sendiri, bagi satu-satunya instrumen yang kita milki yang

dengannya kita menghadapi hidup dan memberikan kontribusi.

Indikator :

a. Dimensi Fisik

Page 26: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

124

Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif,

memakan jenis makanan yang tepat, mendapatkan istirahat dan relaksasi

yang memadai, dan berolahraga secara teratur.

Program Olahraga yang baik adalah program yang dapat anda

kerjakan di rumah annda sendiri dan program yang akan membangun

tubuh anda pada tiga bidang: daya tahan tubuh, kelenturan, dan kekuatan..

b. Dimensi Spiritual

Dimensi Spiritual adalah inti anda, pusat anda, komitmen anda pada

sisitem nilai anda. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat

penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan

mengangkat semangat anda dan mengikat anda pada kebenaran tanpa batas

waktu mengenai semua humanitas. Dan orang melakukannya dengan cara

yang sangat berbeda.

c. Dimensi Mental

Sebagian besar dari perkembangan mental dan disiplin studi kita

berasal dari pendidikan formal. Tapi segera sesudah kita meninggalkan

disiplin eksternal sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti

pertumbuhannya. Kita tidak lagi membaca serius dan menulis dengan

kritis akan tetapi waktu kita lebih dihabiskan dengan hal-hal yang tidak

bermanfaat.

Metode pengumpulan data juga dapat meliputi :

a. Dokumentasi adalah data-data yang mengenai hal-hal atau fariabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah dan

Page 27: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

125

sebagainya,11 pada subyek penelitian yaitu Organisasi Remaja Islam

Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA).

b. Wawancara, yakni penulis memperoleh keterangan dengan Tanya

jawab sambil bertatap muka antara sipenenya dan penjawab, atau

responden yang menggunakan alat yang dinamakan interview Guide

(panduan wawancara). Dalam penelitian ini, penulis melakukan

wawancara dengan pengurus Remaja Islam Masjid Agung Sunda

Kelapa (RISKA)

c. Observasi yaitu pengamatan langsung, yakni pengumpulan data

dimana penyelidik mengadakan pengamatan langsung terhadap

gejala dan objek yang diteliti12. Dalam penelitian ini, penulis

melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian yaitu

Remaja Islam Masid Agung Sunda Kelapa (RISKA)

8. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi

tentang data-data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini subjek penelitian

adalah para pengurus dan pengelola Organisasi Remaja Islam Masjid

Agung Sunda Kelapa (RISKA)

b. Objek Penelitian

11 . Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II, Hal 202.

12 . Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah, ( Bandung: Tarsito, 1980). Hal 102

Page 28: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

126

Adapun objek peneliian yaitu Organisasi Remaja Islam Masjid

Agung Sunda Kelapa (RISKA) yang terletak di jalan Taman Sunda Kelapa

NO 16 Menteng Jakarta Pusat, Telepon (021) 31905839.

c. Teknik Analisa Data

Teknik penulisan skripsi ini adalah dengan metode kuantitatif.

Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah data

untuk kemudian dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan

penelitian, setelah itu disajikan dalam laporan ilmiah.13

Metode analisa dalam penelitian ini deskriptif, terhadap data berupa

informasi, uraian dalam bentuk bahasa, kemuadian dikaitkan dengan data

sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran

yang sudah ada dan sebaiknya bila dibandingkan dengan teori yang ada.

Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Keterangan:

X = Rata-Rata Variabel X

fiX∑ = Jumlah Hasil Data Responden Variabel X

f∑ i = Jumlah Responden

Adapun pedaoman yang disajikan sandaran penulis dalam penulisan

skripsi ini adalah buku pedoman penulisan skripsi, Tesis, dan disetasi UIN

13 Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kuantitatif h. 330

fifiXX

∑∑

=

Page 29: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

127

Syarif Hidatullah Jakarta, terbitan UIN Jakarta Press,2002. dan buku

pegangan Metodologi penelitian kuantitatif yang ditulis oleh Prof. Dr.

Lexy J Moelang, MA.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak mengambil referensi dari skripsi-skripsi

terdahulu, karena sepengatahuan penulis khususnya yang menulis tentang The Seven Habits

itu belum ada, tetapi ada beberapa Skripsi terdahulu yang membahas mengenai proses

pengembangan organisasi yang ada di Masjid, diantaranya mengenai manajemen organisasi

Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA). Kemudian penulis ingin mengetahui

sejauh mana pengaruh implementasi The Seven Habits pada RISKA, penulis sangat tertarik

dalam membaca buku tersebut karena mencakup hal-hal yang bersifat kebiasaan kita dalam

sehari-hari, Covey menyajikan hidangan tujuh porsi tentang bagaimana mengendalikan

kehidupan seseorang dan menjadi orang yang lengkap dan puas seperti yang diimpikannya,

Buku ini adalah buku yang menerapkan langkah demi langkah yang memuaskan dan

eneergetic dan dapat diterapkan untuk perkembangan pribadi dan organisasi.

Selain dari buku tersebut penulis juga mengambil referensi dari buku-buku mengenai

perkembangan remaja, kemudian dikaitkan dengan manajemen organisasi terutama

mengenai manajemen masjid.

F. Sistimatika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini, penulis berusaha ,membuat

sistimatika dangan jalan membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan dan hubungan

masalah yang ada.

Skripsi ini terdiri dari lima bab:

Page 30: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

128

Bab I : Merupakan bab pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan masalah

tehnik penulisan yang berisikan pemilihan latar belakang masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan

Bab II : Tinjauan teoritis The Seven Habits Stephen R Covey

dalam implementasinya dalam mengembangkan sebuah organisasai,

konsep pengembangan organisasi meliputi, pengertian organisasi, fungsi

organisasi, teori-teori mengenai organisasi dan juga Teori mengenai The

Seven Habits Stephen R Covey dalam implementasinya pada Organisasi

Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) , mulai Dari hal yang

pertama yaitu Proaktif, Merujuk pada Tujuan Akhir, Dahulukan yang

Utama, Berfikir Menang, Berusaha Mengerti Baru Dimengerti, Wujudkan

Sinergi dan Asahlah Gergaji.

Bab III : Membahas tentang gambaran Organisasi Remaja Islam Masjid Agung

Sunda Kelapa (RISKA) , sejarah berdiri dan perkembangannya, visi dan

misi, stuktur organisasi dan program kerja organisasi tersebut.

Bab IV : Membahas tentang implementasi The Seven Habits pada organisasi

Organisasi Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa (RISKA) ,

Bab V :Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 31: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

129

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Teori The Seven Habits

1. Tujuh Kebiasaan Sebuah Tinjauan Umum

Karakter kita pada dasarnya adalah gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. “Taburlah

gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan,

tuailah karakter; taburlah karakter, tuailah nasib,” begitu bunyi pepatah.

Kebiasaan adalah faktor yang kuat dalam hidup kita, karena konsisten, dan sering

merupakan pola yang tak disadari, maka kebiasaan secara terus menerus, setiap hari,

mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan efektivitas kita…atau ketidakefektivan

kita.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Horace Mann, seorang pendidik besar, “

Kebiasaan itu seperti kabel. Kita menenun seuntai demi seuntai setiap hari dan segera

kebiasaan itu tidak dapat diputuskan.” Secara pribadi saya tidak setuju dengan bagian

terakhir dari pernyataan beliau. Saya tahu kebiasaan dapat diputuskan. Kebiasaan dapat

dipelajari dan dilepaskan. Akan tetapi saya juga tahu hal ini bukanlah suatu perbaikan

segera. Diperlukan suatu proses dan komitmen yang luar biasa untuk itu.

Kebiasaan juga memiliki tarikan gravitasi yang besar sekali lebih besar dari pada

yang dapat disadari atau mau diakui. Untuk memaksakan kebiasaan yang sudah tertanam

dalam seperti menunda-nunda, tidak sabar, mencela atau egois yang melanggar efektivitas

manusia diperlukan perlu dari kemampuan yang kecil dan beberapa perubahan kecil dalam

Page 32: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

130

hidup kita. “peluncuran” membutuhkan tenaga yang besar sekali, tetapi segera kita

memutus tarikan gravitasi, kebebasan kita menghadiahkan dimensi yang sepenuhnya baru.

Seperti kekuatan alam lain, tarikan gravitasi dapat bekerja bersama atau melawan

kita, tarikan gravitasi dari sebagian kebiasaan kita mungkin sekarang sedang menahan kita

pergi ke tempat yang kita tuju. Akan tetapi tarikan gravitasi jugalah yang membuat dunia

kita tetap berada pada orbit mereka dan alam semesta tetap berjalan baik. Gravitasi

merupakan kekuatan yang besar, dan bila kita menggunakannya secara efektif, kita dapat

memanfaatkan tarikan gravitasi dari kebiasaan untuk menciptakan keserasian dan

keteraturan yang diperlukan untuk menegakkan efektivitas hidup kita.

Hukum alam kengatakan “ kebiasaan” membentuk sikap seseorng ‘ Habits become

attitutude.’’’ Sikap adalah kesimpulan dari mata rantai kebiasaan dan pengalamannya,

dimasa lalu. Itulah sebabnya seseoramh yang ingin mengembangkan potensi

kepemimpinannya akan selalu memepuk berbagai kebiasaan yang positif untuk membangan

tanggung jawab, ketabahan, kesabaran, serta cara memandang orang lain dengan cinta.14

Tujuh kebiasaan bukanlah seperangkat formula pemberi semangat yamg terpisah

atau sepotong-sepotong. Selaras dengan hukum alam pertumbuhan, ketujuh kebiasaan

tersebut memberikan pendekatan yang meningkat, berurutan dan sangat terpadu bagi

perkembangan efektivitas pribadi dan antar pribadi. Kebiasaan-kebiasaan ini meningkatkan

kita secara progresif pada Kontinum Kematangan dari ketergantungan (Dependence)

menuju kemandirian (Independence) hingga Kesalingtergantungan (Interdependence).

Tujuh kebiasaan adalah kebiasaan efektivitas. Karena didasarkan atas prinsip,

ketujuh kebiasaan ini memberi hasil jangka panjang yang menguntungkan secara

maksimum. Ketujuh kebiasaan itu menjadi dasar dari karakter seseorang, menciptakan

14 K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 3

Page 33: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

131

pusat dari peta yang benar yang memberi kekuatan dari mana seorang individu dapat

memecahkan masalah, memaksimumkan peluang, terus menerus belajar dan memadukan

prinsip-prinsip lain dalam spiral pertumbuhan meningkat secara efektif. Ketujuh kebiasaan

itu akan diuraikan berikut ini:

a) Jadilah Pro Aktif

Kemampuan anda untuk mengerjakan apa yang baru saja anda lakukan

mnerupakan hal yang khas manusiawi. Binatang tidak mempunyai kemampuan ini. Kita

menyebutnya “kesadaran diri”. Atau kemampuan untuk berfikir tentang proses berfikir

anda sendiri. Ini yang menjadi alasan kenapa manusia memiliki kekuasaan atas semua

benda di dunia ini dan mengapa manusia dapat membuat kemajuan penting dari

generasi kegenerasi.

Inilah sebabnya kita dapat mengevaluasi dan belajar dari pengalaman orang lain

dan juga dari pengalaman kita sendiri. Inilah sebabnya kita dapat membentuk dan

memutus kebiasaan kita.

Kita bukanlah parasaan kita, kita bukanlah suasana hati kita, kita bukanlah

fikiran kita. Kenyataan bahwa kita dapat berfikir tentang hal-hal ini memisahkan kita

dari ketiga hal tersebut dan dari dunia binatang. Kesadaran diri memungkinkan kita

memisahkan diri dan memeriksa cara kita “melihat” diri sendiri-paradigma diri kita

sendiri, paradigma paling mendasar dari efektivitas. Hal ini mempengaruhi bukan hanya

sikap dan prilaku kita, tapi juga bagaimana kita melihat orang lain. Ini menjadi peta kita

untuk sifat dasar manusia.

Bahkan, sebelum kita bisa melihat diri kita sendiri (dan bagaiman kita melihat

oreang lain), kita tidak akan bisa mengerti bagaiman orang lain melihat dan merasa

Page 34: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

132

tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka. Tanpa sadar kita akan memproyeksikan

maksud kita pada perilaku mereka dan menyebut diri kita obyektif.

Hal ini akan sangat membatasi potensi dan kemampuan pribadi kita untuk

berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi karena kemampuan manusia yuang unik

dalam hal kesadaran diri, kita dapat memeriksa paradigma kita untuk memnentukan

apakah paradigma tersebut didasari realitas atau prinsip ataukah hanya merupakan

fungsi dari kondisi dan pengkondisian.

Walaupun kata proaktivitas sekarang sudah lumayan lazim pada literature

manajemen, ia tidak akan anda temukan di dalam kamus. Kata ini lebih dari sekedar

mengambil inisiatif. Kata ini berarti bahwa sebagai manusia, kita bertanggung jawab

atas hidup kita sendiri. Perilaku kita adalah fungsi dari keputusan kita, bukan kondisi

kita. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai. Kita mempunyai inisiatif dan

tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi.

Goleman merangkum ciri-ciri orang-orang yang kreatif atau disebutnya sebagai

star performer memiliki cirri penting antara lain,

a. Kuatnya motivasi untuk berprestasi, sangat bergairah untuk meningkatkan dan

memenuhi standar keunggulan.

b. Komitmen, setia kepada visi dan sasaran perusahan atau kelompok.

c. Inisiatif dan optimisme, kedua kecakapan inilah yang menggerakkan orang untuk

menagkap peluang dan membuat mereka menerima kegagalan dan rintangan

sebagai awal keberhasilan.

Lihatlah kata responsibility (tanggung jawab)_ “response-ability”_ kemampuan

untuk memilih respon anda. Orang yang sangat proaktif mengenali tanggung jawab itu.

Page 35: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

133

Mereka tidak menyalahkan keadaan, kondisi atau pengkondisian untuk perilaku mereka.

Perilaku mereka adalah produk dari pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan

produk dari kondisi mereka, berdasarkan perasaan.

Orang yang proaktif tetap dipengaruhi stimulus luar, entah fisik, sosial atau

psikologis. Namun respon mereka terhadap stimulus tersebut, sadar atau tidak sadar,

didasarkan pada pilihan atau respons yang berdasarkan nilai tertentu.

1. Mengambil Inisiatif

Sifat dasar kita adalah bertindak, dan bukan menjadi sasaran tindakan.

Selain memungkinkan kita memilih jawaban terhadap keadaan tertentu, sifat ini

memberi kita kekuatan untuk menciptakan keadaan tertentu.

Mengambil inisiatif bukan berarti mendesak, menjengkelkan atau agresif.

Hal ini tidak mengakui tanggung jawab kita untuk menciptakan segalanya terjadi.

Banyak orang menunggu sesuatu terjadi atau seseorang untuk mengurus

mereka. Akan tetapi orang yang akhirnya mempunyai pekerjaan yang baik

ternyata adalah orang proaktif yang merupakan solusi bagi masalah, bukan

masalah itu sendiri, dan yang mempunyai inisiatif untuk mengerjakan apa saja

yang diperlukan, konsisten dengan prinsip-prinsip yang benar, untuk

menyelesaikan pekerjaan mereka.

Kewaspadaan serta bertindak pro aktif menanggapi keadaan adalah ciri

orang yang berinisiatif, tentu saja di dalam tindakan inisiatif itu ada terkait dengan

intuisi, sebuah perasaan halus yang memberikan ilham pada seseorang. Intuisi

merupakan hasil perjalanan batin dari pengalaman-pengalamannya masa lalu.

Page 36: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

134

Mereka bekerja dengan penuh imajinasi, integritas, dan merasa bangga karena

telah diberi amanah, karena telah diberi pekerjaan sebagai amanah bahkan

anugrah. Dimaksudkan anugrah karena tidak semua orang mempunyai

kesempatan yang sama sebagaimana yang dimilikinya. Karenanya, dia akan

menunjukan tanda syukurnya dengan memnunjukan tanggung jawab yang besar

dengan melaksanakan amanah pekerjaannya penuh gairah dan inisiatif.

Mereka senantiasa bertindak proaktif untuk memberikan pengaruh manfaat

yang meradiasi pada orang-orang sekitarnya 15

Menurut seseorang untuk bertanggung jawab tidaklah merendahkan

dirinya; malah menguatkannya. Proaktivitas adalah bagian dari sifat manusia, dan

walaupun otot-otot proaktif mungkin tidur, namun otot-oto ini ada. Dengan

menghargai sifat proaktif orang lain, kita memberi mereka setidaknya satu

pantulan yang jelas dan tidak menyimpang dari cermin sosial.16

2. Bertindak Atau Menjadi Sasaran Tindakan

Perbedaan orang yang memiliki inisiatif dan tidak sama seperti perbedaan

antara siang dan malam. Kita tidak berbicara tentang perbedaan 25 hingga 50

persen efektivitas; saya bicara tentang perbedaan 5000-plus persen, khususnya

jika mereka cerdas, sadar dan peka terhadap orang lain.

Dibutuhkan inisiatif untuk mengembangkan tujuh kebiasaan tersebut.

Sewaktu anda mempelajari keenam kebiasaan lain, anda akan melihat bahwa

masing-masing tergantung perkembangan otot-otot proaktivitas anda. Masing-

masing menuntut tanggung jawab anda untuk bertindak. Jika anda menunggu

15 K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 148 16

Page 37: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

135

untuk menjadi sasaran tindakan, anda pun akan memjadi sasaran tindakan. Dan

peluang pertumbuhan serta konsekuensi ada pada kedua jalan tersebut.

Bisnis, kelompok masyarakat, segala bentuk organisasi_termasuk

keluarga_dapat menjadi proaktif. Mereka dapat menggabungkan kreatifitas dan

sumber daya dari individu-individu yang proaktif untuk menciptakan budaya yang

proaktif dalam organisasi. Organisasi tidak perlu berada di bawah kekuasaan

lingkungan; organisasi dapat mengambil inisiatif untuk mencapai nilai-nilai dan

tujuan-tujuan bersama dari individu-individu yang terlibat.

Orang yang proaktif membuat cinta sebagai kata kerja. Cinta adalah

sesuatu yang anda lakukan: pengorbanan yang anda buat, pemberian diri anda,

seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya ke dunia. Jika anda ingin

mempelajari cinta, pelajarilah mereka yang mengorbankan diri untuk orang lain,

bahkan untuk orang yang memusuhinya atau tidak membalas cintanya. Jika anda

orang tua, lihatlah cinta yang anda punyai untuk anak-anak kepada siapa anda

mengorbankan diri.

Orang proaktif memfokuskan upaya mereka di dalam lingkaran

pengaruhnya. Mereka mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat

berbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif, memperluas dan

memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka meningkat.

3. Membuat Dan Memenuhi Komitmen

Bagian paling inti dari lingkaran pengaruh kita adalah kemampuan kita

untuk membuat dan memenuhi komitmen dan janji. Komitmen yang kita buat

Page 38: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

136

pada diri sendiri danb orang lain, dan integritas kita pada komitmen itu, adalah

intin dan manifestasi paling jelas dari proaktivitas kita. Dengan membuat dan

memenuhi janji pada diri sendiri dan orang lain, sedikit demi sedikit kehormatan

kita menjadi lebih besar dibandingkan suasana hati kita.

Kekuatan untuk membuat dan memenuhi komitmen pada diri sendiri

adalah inti dari pengembangan kebiasaan dasar yang efektif. Pengetahuan,

keterampilan, dan keinginan semuanya ada dalam kendali kita

b) Merujuk Pada Tujuan Akhir

Walaupun kebiasaan 2 berlaku pada banyak keadaan dan tingkat kehidupan

yang berbeda, sebagian besar aplikasi dasar dari “merujuk pada tujuan akhir” adalah

untuk memulai hari ini dengan bayangan, gambaran atau paradigma akhir kehidupan

anda sebagai kerangka acuan atau criteria yang menjadi dasar untuk menguji segala

sesuatu. Tiap bagian dari kehidupan anda-perilaku hari ini, perilaku esok, perilaku

minggu depan-dapat diuji dalam konteks seluruhan, dari apa yang benar-benar paling

penting bagi anda. Dengan mengusahakan titik akhir tersebut tetap jelas dalam fikiran,

anda dapat memastikan bahwa apapun yang anda kerjakan pada hari tertentu tidak

melanggar criteria yang sudah anda definisikan sebagai yang paling penting, dan bahwa

setiap hari dari kehidupan anda menunjang visi yang anda miliki tentang seluruh hidup

anda dengan cara yang berarti.

Merujuk pada tujuan akhir berarti memulai dengan pengertian yang jelas tentang

tujuan anda. Hal ini berarti mengetahui kemana anda akan pergi sehingga anda

sebaiknya mengerti dimana anda berada sekarang dan dengan begitu anda tahu bahwa

langkah-langkah yang anda ambil selalu barada pada arah yang benar.

Page 39: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

137

1. Segala Diciptakan Dua Kali

“Merujuk pada tujuan akhir” didasarkan pada prinsip bahwa segalanya

diciptakan dua kali. Ada ciptaan mental atau pertama, dan ada ciptaan fisik atau

kedua.

Sebagai contoh, lihatlah pembangunan sebuah rumah. Anda

menciptakannya secara rinci sebelum anda menanam pasak pertama ditempatnya.

Anda mencoba mendapatkan pengertian yang jelas tentang rumah macam apa

yang anda kehendaki. Jika anda menginginkan sebuah rumah yang berpusat pada

keluarga, maka anda akan merancang untuk menempatkan ruang keluarga sebgai

tempat berkumpul. Anda merancang pintu sorong dan pekarangan dibelakang

rumah tempat anak-anak bermain. Anda bekerja dengan gagasan. Anda bekerja

dengan fikiran anda sehingga anda mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa

yang anda ingin bangun

Pada tingkatan yang bervariasi, orang menggunakan prinsip ini dalam

banyak bidang kehidupan. Sebelum anda pergi melalukan suatu perjalanan, anda

menentukan tempat tujuan dan merencanakan rute terbaik. Sebelum anda

berkebun, anda merencanakannya terlebih dahulu dalam benak anda, mungkin di

atas kertas. Anda menyusun pidato di atas kertas sebelum anda

menyampaikannya, anda menggambarkan dalam fikiran susunan tanaman di

taman anda sebelum anda menata taman anda, anda merancang pakaian yangb

anda buat sebelum anda memasang benang pada jarum.

2. Pernyataan Misi Pribadi .

Page 40: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

138

Cara paling efektif untuk mulai merujuk pada tujuan akhir adalah dengan

mengembangkan pernyataan misi pribadi atau filosofi atau syahadat. Pernyataan ini

berfokus pada ingin menjadi apakah anda (karakter) dan apakah yang anda ingin

lakuakan (kontribusi dan pencapaian) serta pada nialai atau prinsip yang menjadi

dasar untuk menjadi dan melakuakn sesuatu

Sebuah misi pribadi yang didasari prinsip-prinsip yang benar menjadi sejenis

standar yang sama bagi individu. Pernyataan misi ini menjadi konstitusi pribadi,

dasar kuntuk mengambil keputusan utama yang mengatuir kehidupan, dasar untuk

mengambil keputusan sehari-hari di tengan kondisi dan emosi yang mempengaruhi

hidup kita. Pernyataan ini memberdaya individu dengan kekuatan yang sama di

tengah perubahan yang terjadi.

Dengan pernyataan misi, kita dapat mengalir bersama perubahan. Kita tidak

perlu berprasangka dan membuat keputusan terlalu cepat. Kita tidak perlu

memikirkan hal-hal lain dalam hidup, untuk memberi stereotip dan menggolongkan

segala sesuatu dan semua orang agar sesuai dengan realitas.

Segera sesudah anda merasa memiliki misi ini, anda memilki sari dari

produktivitas anda. Anda mempunyai visi dan nilai yang mengarahkan hidup anda.

Anda memiliki arah dasar yang anda gunakan untuk menetapkan tujuan jangka

panjang dan jangka pendek anda. Anda mempunyai kekuatan konstitusi tertulis

yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang benar, dan darinya semua keputusan

sehubungan dengan pemakaian waktu, bakat dan energi anda yang paling efektif

dapat diukur secara efektif pula.

3. Berpusat Pada Prinsip

Page 41: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

139

Prinsip adalah pusat dari integritas dan standar moral yang tidak dapat

ditawar atau dikorbankan. Prinsip adalah cara berfikir yang bersifat final dan yang

menjadi kerangka acuan dalam mengambil keputusan. Prinsip adalah ikatan yang

sangat kuat. Begitu kuatnya sehingga membelenggu dirinya untuk tidak keluar dari

ikatan tersebut. Prinsip merupakan wajah kepribadian seseorang yang paling

dalamdan jati diri yang bersifat manusiawi. Prinsip bersifat universal karena

berkaitan dengan harga dir, kebanggaan dan kebermaknaan. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa prinsip adalah ketaatan seseorang pada hati nuraninya sendiri.

Sebuah perjuangan untuk tetap menapaki jalan lurus. Setiap penyimpangan dari

jalan ini merupakan pengkhianatan terhadap prinsip dan keyakinannya.

Prinsip tidak bereaksi terhadap apa pun. Prinsip tidak menjadi marah dan

memperlakukan kita secara berbeda. Prinsip tidak akan menceraikan kita atau

melarikan diri bersama sahabat terbaik kita. Prinsip tidak bermaksud menguasai

kita. Prinsip tidak dapat melicinkan jalan dengan jalan pintas dan perbaikan kita.

Prinsip tidak bergantung pada prilaku orang lain, lingkungan, atau mode mutakhir

untuk keabsahannya. Prinsip tidak mati. Prinsip tidak barada disini hari ini dan pergi

pada hari berikutnya. Prinsip tidak dapat dihancurkan oleh api, gempa bumi atau

pencuri

Prinsip adalah kebenaran yang dalam dan mendasar, kebenaran klasik,

denominator yang generik. Prinsip adalah benang-benang yang ditenun rapat dengan

ketepatan, konsistensi, keindahan dan kekuatan melalui struktur kehidupan.

Bahkan di tengah orang banyak atau keadaan yang tampaknya mengabaikan

prinsip tersebut, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa prinsip adalah

sesuatu yang lebih besar dari pada orang atau keadaan, dan bahwa sejarah ribuan

Page 42: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

140

tahun telah menyaksikan kemenangan prinsip, berulang kali. Bahkan lebih penting

lagi, kita dapat merasa aman karena mengetahui bahwa kita dapat mengabsahkan

prinsip dalam kehidupan kita sendiri, melalui pengalaman kita sendiri

Prinsip selalu memilki konsekuensi wajar yang melekat padanya. Ada

konsekuensi positif ketika kita hidup selaras dengan prinsip tersebut. Ada

konsekuensi negative jika kita mengabaikannya. Akan tetapi karena prinsip ini

berlaku pada semua orang, entah disadari atau tidak, keterbatasan ini bersifat

universal. Dan semakin banyak kita tahu tentang prinsip yang benar, semakin besar

kebebasan pribadi kita untuk bertindak dengan bijaksana.

c) Dahulukan Yang Utama

Kebiasaan 3 adalah ciptaan kedua, ciptaan fisik. Kebiasaan ini adalah

pemenuhan, aktualisasi, kemunculan wajar dari kebisaan 1 dan 2. Ia merupakan latihan

dari kehendak bebas yang berpusat pada prinsip. Ia merupakan pelaksanaan hari demi

hari, saat demi saat.

Kebiasaan 1 dan 2 mutlak penting dan merupakan prasyarat untuk kebiasaan 3.

anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar dan mengembangkan sifat

proaktif anda. Anda tidak dapat berpusat pada prinsip tanpa lebih dahulu sadar tentang

paradigma anda dan mengerti bagaimana mengubah paradigma tersebut dan

menyelaraskannya dengan prinsip. Anda tidak dapat menjadi berpusat pada prinsip tanpa

visi dan focus pada kontribusi unik yang bisa anda lakukan.

Namun dengan kondisi itu, anda dapat berpusat pada prinsip, hari demi hari, saat

demi saat, dengan menjalani kebiasaan 3 –dengan mempraktekan manajemen diri yang

efektif.

Page 43: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

141

Manajemen yang efektif mendahulukan yang utama. Sementara kepemimpinan

memutuskan apa saja “hal-hal yang utama” itu,manajemen lah yang mendahulukan hal-

hal tersebut, hari demi hari, saat demi saat. Manajemen adalah disiplin dalam

melaksanakannya.

1. Empat Generasi Manajemen Waktu

Gelombang atau generasi pertama dapat dicirikan dengan catatan dan daftar

pustaka, sebuah upaya untuk dapat memberi semacam pengenalan dan keterlibatan

pada banyak tuntutan yang diajukan pada waktu dan energi kita.

Generasi kedua dapat dicirikan dengan kalender dan buku janji. Gelombang

ini mencerminkan suatu usaha untuk memandang ke depan, untuk menjadwalkan

peristiwa dan aktivitas di masa datang.

Genarasi ketiga mencerminkan bidang manajemen waktu masa kini.

Generasi ini menambahkan pada generasi-generasi sebelumnya gagasan penting

penetapan prioritas, penjelasan nilai, dan pembandingan nilai relatif aktivitas-

aktivitas yang didsarkan pada hubungan mereka dengan nilai-nilai itu

Walaupun generasi ketiga telah memberikan kontribusi yang berarti, orang

mulai sadar bahwa penjadwalan yang “efisien” dan kendali terhadap waktu justru

sering kontraproduktif. Fokus pada efesiensi menciptakan harapan-harapan yang

sering kali berbenturan dengan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang

kaya, untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan untuk menikmati saat-saat spontan

sesehari.

Akibatnya, banyak orang yang kehilangan minat akan program planners

manajemen waktu membuat mereka merasa terlalu terjadwal, terlalu terkekang, dan

Page 44: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

142

mereka membuang cara itu, kembali keteknik generasi pertama atau kedua agar

dapat memelihara hubungan, spontanitas dan kualitas hidup.

Namun mulai muncul generasi keempat yang berbeda jenisnya. Generasi ini

mengakuai bahwa “manajemen waktu” sesungguhnya merupakan istilah yang tidak

cocok_tantangannya bukanlah untuk mengatur waktu, melainkan diri sendiri.

Kepuasan merupakan fungsi dari harapan sekaligus realisasi.

2. Rekening Bank Emosi

Kita semua tahu apa itu rekening Bank uang. Kita mendeposito uang ke

bank dan menambah cadangan yang darinya kita dapat menarik uang kita jika kita

memerlukannya. Rekening Bank Emosi adalah kiasan yag menggambarkan jumlah

kepercayaan yang sudah kita tambahkan ke dalam suatu hubungan. Hal inilah

perasaan aman yang anda miliki dengan orang lain.

Rekening bank emosi berarti menggambarkan besarnya kepercayaan yang

diberikan orang lain kepada kita dikarenakan pada awalnya hubungan kita yang

memberikan pesan baik kepada orang lain sehingga tertanam dalam diri seseorang

bahwasanya kita memilki karakter yang memang layak dijadikan sebagai catatn

kebaikan dalam kehidupan kita.

Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji

adalah penarikan yang besar. Sebenarnya, barangkali tidak ada penarikan yang lebih

besar dibandingkan membuat janji yang penting bagi seseorang dan kemudian tidak

memenuhinya. Kali berikutnya suatu janji dibuat, orang tidak akan percaya. Orang

cenderung membangun harapan mereka disekitar janji khususnya janji tentang mata

pencarian mereka.

Page 45: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

143

3. Mengerti si Individu

Benar-benar mengerti orang lain mungkin merupakan salah satu deposito

paling penting yang anda dapat buat, dan ini adalah kunci untuk semua deposito

lain. Anda sungguh tidak tahu apa yang merupakan deposito bagi orang lain

sebelum anda mengerti individu itu.

Ilmu perilaku telah banyak mengembangkan cara-cara untuk memahami

sifat-sifat manusia. Konsep tentang manusia itu sendiri telah banyak pula

dikembangkan oleh para peneliti perilaku organisasi. Dan walaupun konsep-konsep

tersebut terdapat perbedaan satu sama lain, namun usaha pengembangan

pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya telah banyak dilakukan. Salah

satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini ialah dengan menganalisa kembali

prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah satu bagian dari padanya.17

4. Melakukan Hal-hal Sepele

Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecilan begitu penting.

Ketidaksopanan kecil, kekasaran kecil, bentuk ketiadaan respek yang kecil

menyebabkan penarikan besar-besaran. Dalam suatu hubungan, hal yang kecil

adalah hal yang besar.

Terkadang hal-hal yang sepele sebenarnya adalah hal yang sangat penting

yang terkadang itu mempengaruhi hasil dari seluruh efektifitas kerja kita.

d) Berfikir Menang/Menang

17 Miftah Toha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 36

Page 46: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

144

Menang/menang bukanlah teknik, melainkan filosofi total interaksi manusia.

Sebenarnya, ini merupakan salah satu dari enam paradigma interaksi. Paradigma

alternatifnya adalah :

1. Menang/Menang

2. Menang/Kalah

3. Kalah/Menang

4. Kalah/Kalah

5. Menang

6. Menang/Menang Atau Tidak Sama Sekali

Menang/menang adalah kerangka fikiran dan hati yang terus menerus mencari

keuntungan bersama dalam semua interaksi manusia. Menang-menang berarti bahwa

kesepakatan atau solusi memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Dengan

solusi menang/menang, semua pihak merasa senang dengan keputusannya dan merasa

senang dengan keputusannya dan merasa terikat dengan rencana tindakannya.

Menang/menang melihat kehidupan sebagai arena yang koperatif, bukan kompetitif.

Kebanyakan orang berfikir secara dikotomi: kuat atau lemah, keras atau lunak, menang

atau kalah. Akan tetapi cara berfikir seperti ini sebenarnya cacat. Cara berfikir seperti ini

didasarkan pada kekuasaan dan posisi dan bukan pada prinsip. Menang/menang

didasarkan pada paradigma bahwa ada banyak untuk setiap orang, bahwa keberhasilan

satu orang tidak dicapai dengan mengorbankan atau menyingkirkan keberhasialn orang

lain.

Page 47: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

145

Menang/menang adalah kepercayaan akan alternative ketiga. Kita bukan jalan

anda atau jalan saya; ia adalah jalan yang lebih baik, jalan yang lebih tinggi.

1. Lima Dimensi Dari Menang/Menang

Berfikir menang/menang adalah kebiasaan kepemimpinan antar pribadi. Ia

memerlukan latihan pada masing-masing anugrah manusia yang unik_kesadaran

diri, imajinasi, suara hati dan kehendak bebas_dalam hubungan kita dengan orang

lain. Ia melibatkan usaha belajar bersama, pengaruh timbal balik dan keuntungan

bersama.

Prinsip menang/menang adalah dasar untuk keberhasilan pada semua

interaksi kita, dan ini meliputi lima dimensi kehidupan yang saling tergantung.

Prinsip ini dimulai dengan karakter dan bergerak ke arah hubungan, dan darinya

mengalir kesepakatan. Kesepakatan ini dipelihara dalam lingkungan dimana stuktur

dan system didasarkan pada Menang/menang. Dan ini memerlukan proses; kita

tidak dapat mencapai tujuan menang/menang dengan sarana Menang/Kalah atau

kalah/menang.

1) Karakter

Karakter adalah dasar dari menang/menang, dan semua yang lain

dibangun di atas dasar itu. Ada tiga ciri karakter yang esensial untuk paradigma

menang/menang.

a. Integritas

Kita sudah mendefinisikan integritas sebagai nilai yang kita

tempatkan pada diri kita sendiri. Kebiasaan 1, 2, dan 3 membantu kita

mengembangkan dan memelihara integritas. Ketika kita dengan jelas

Page 48: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

146

mengidentifikasi nilai-nilai kita dan secara proaktif mengorganisasi dan

melaksanakan diri di sekitar nilai-nilai itu setiap hari, kita mengembangkan

kesadaran diri dan kehendak bebas dengan membuat dan memenuhi janji

serta komitmen yang bermakna.

b. Kematangan

Kematangan adalah keseimbangan antara keberanian dan tenggang

rasa. Jika seseorang dapat mengekspresikan perasaan dan keyakinannya

dengan keberanian yang diimbangi dengan pertimbangan akan perasaan dan

keyakian orang lain, maka ia sudah matang, khususnya jika persoalannya

sangat penting bagi kedua belah pihak.

c. Mentalitas kelimpahan

Ciri karakter ketiga bagi Menang/menang adalah mentalitas

kelimpahan (abundance Mentality), paradigma bahwa ada banyak di luar

sana untuk semua orang. Mentalitas kelimpahan mengalir dari nilai diri dan

rasa aman pribadi yang mendalam. Ia adalah paradigma bahwa ada banyak

di luar sana dan cukup dibagi untuk semua orang. Paradigma ini

menghasilkan pembagian prestise, pengakuan laba, pengambilan keputusan.

Paradigma ini membuka kemungkinan, pilihan, alternatif, dan kreativitas.

2) Hubungan

Dari dasar karakter, kita membangun dan memelihara hubungan

Menang/menang. Kepercayaan, rekening Bank Emosi, adalah intisari

menang/menang. Tanpa kepercayaan, yang terbaik yang dapat kita lakuakn

Cuma berkompromi; tanpa kepercayaan, kita tidak mempunyai kredibilitas

Page 49: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

147

untuk belajar dan komunikasi yang terbuka dan timbal balik serta kreativitas

yang rill.

3) Kesepakatan

Dari hubungan mengalir kesepakatan yang memberi definisi dan arah

bagi Menang/menang. Ia kadang disebut kesepakatan kinerja (performancep

agreement) atau kesepakatan kemitraan (partnership agreement), perubahan

paradigma interaksi produktif dari vertikal menjadi horizontal, dari penyeliaan

yang mengintai menjadi penyeliaan sendiri, dari pengaturan posisi menjadi mitra

dalam keberhasilan.

a. Sistem

Menang/menang hanya dapat bertahan di dalam organisasi jika system

organisasi tersebut mendukungnya. Jika anda berbicaraa menang/menang,

tetapi memberi ganjaran untuk menang/kalah, maka yang ada di tangan anda

adalah program yang gagal

b. Proses

Tidak ada cara untuk mencapai tujuan Menang/menang dengan saran

menang/kalah atau Kalah/menang. Anda tidak dapat mengatakan, “Anda

akan berfikir menang/menang, entah anda suka atau tidak.” Maka,

pertanyaannya mennjadi bagaimana tiba pada solusi Menang/menang.

Page 50: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

148

e) Berusaha Mengerti Terlebih Dahulu, Baru Dimengerti

Dalam hal ini, berkomunikasi dengan baik juga sangat dibutuhkan dalam usaha

mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti. Komunikasi adalah keterampilan paling

penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk

berkomunikasi. Tetapi pikirkan ini: Anda sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun

belajar bagaimana membaca dan menulis, bertahun-tahun belajar bagaimana membaca

dan menulis, bertahun-tuhun belajar bagaimana berbicara. Tetapi bagaiman dengan

mendengarkan? Pelatihan atau pendidikan apa yang sudah anda dapatkan yang

memungkinkan anda mendengarkan sehingga anda benar-benar mengerti orang lain

secara mendalam dari kerangka acuan individu itu sendiri?

Hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian

besar, pelatihan meraka adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar

karakter dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pengertian otentik atas orang lain.

1. Mendengarkan Dengan Empatik

“ Berusaha mengerti terlebih dahulu” memerlukan peubahan paradigma

yang sangat mendalam. Kita biasanya berusaha telebih dahulu untuk dimengerti.

Kebanyakan orang tidak mendengar dengan maksud untuk mengerti; mereka

mendengar dengan maksud untuk menjawab. Mereka entah berbicara atau bersiap

untuk berbicara. Mereka menyaring segalanya melalui paradigma mereka sendiri,

membacakan autobiografi mereka ke dalam kehidupan orang lain.

Kamus Webster mendefinisikan empati sebagai tindakan untuk memahami,

menyadari, dan sensitive pada apa yang dialami orang lain (the action of

Page 51: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

149

understanding, being aware of and being sensitive to) atau dapat kita artikan

sebagai kemampuan seseorang yang secara aktif dan penuh perhatian mampu

memahami dan merasakan suasana hati orang lain. Dia mampu beradaptasi,

merasakan rintihan, kegetiran, dan bahkan mampu mendengarkan debaran jantung

atau gelora jiwa para pengikutnya.18

Ketika orang lain berbicara, kita biasanaya “mendengarkan” dalam salah

satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu, tidak benar-benar

mendengarkannya. Kita mungkin berpura-pura. ”Ya. Hmm. Benar.” Kita mungkin

mendengar secara selektif. Mendengar hanya bagian-bagian tertentu dari

percakapan. Kita sering melakukan ini sewaktu mendengar celotehan terus-menerus

dari anak prasekolah. Atau mungkin kita mendengar secara atentif, menaruh

perhatian dan memfokuskan energi pada kata-kata yang diucapkan. Tetapi sedikit

sekali dari kita pernah mempraktekan tingkat kelima, bentuk tertinggi dan

mendengarkan, yaitu mendengar dengan empatik.

Ketika kita mengatakan mendengar secara empatik, yang dimaksud adalah

mendengar dengan maksud untuk mengerti. Maksudnya adalah berusaha terlebih

dahulu untuk mengerti, untuk benar-benar mengerti. Ini adalah paradigma yang

sepenuhnya berbeda.

Mendengar secara empatik (dari empati) masuk dalam kerangka acuan orang

lain. Anda memandang keluar melewati kerangka acuan itu, anda melihat dunia

dengan cara mereka melihat dunia, anda mengerti paradigma mereka, anda mengerti

bagaimana perasaan mereka.

18 K.H Toto Asmara, Spritual Centered Leadership, (Jakarta:Gema Insani2006)Cet1, hal 88

Page 52: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

150

Empati bukanlah simpatik. Simpati merupakan semacam kesepakatan,

semacam penilaian. Dan ini kadang merupakan emosi dan respon yang lebih cocok.

Tetapi orang sering hidup dari simpati. Hal ini membuat mereka tergantung. Intisari

dari mendengarkan empatik bukanlah bahwa anda setuju dengan seseorang, tetapi

bahwa anda sepenuhnya, secara mendalam, mengerti orang itu, secara emosional

sekaligus intelektual.

2. Buatlah Diagnosis Sebelum Membuat Resep

Walaupun mengandung resiko sulit, berusaha untuk mengerti, atau

mendiagnosa sebelum anda membuat resep, adalah prinsip yang benar yang

dimanifestasikan dibanyak bidang kehidupan. Ini adalah ciri dari profesional sejati.

Ia penting sekali bagi ahli kacamata, juga penting sekali bagi dokter. Anda tidak

akan percaya sedikit pun kepada resep dokter jika anda tidak percaya akan

diagnosanya.

Prinsip ini juga berlaku untuk penjualan. Penjual yang efektif berusaha

terlebih dahulu untuk mengerti kebutuhan, kekhawatiuran, situasi pelangan. Penjual

amatir menjual produk; penjual profesioanal menjual solusi untuk kebutuhan dan

masalah. Pendekatan yang sepenuhnya berbeda. Penjual professional belajar

bagaimana, bagaimana mengerti. Ia juga belajar bagaimana menghubungkan

kebutuhan orang dengan produk dan jasanya. Dan ia harus mempunyai integriras

untuk mengatakan, “Produk atau jasa saya tidak akan memenuhi kebutuhan itu” jika

memang tidak dapat.

Mendiagnosa sebelum anda membuat resep juga merupakan hal mendasar

bagi hukum. Pengacara profesional lebih dahulu mengumpulkan fakta-fakta untuk

mengerti situasinya, untuk mengerti hukum dan presedennya, sebelum menyiapkan

Page 53: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

151

kasus. Pengacara yang baik hampir selalu menulis kasus pengacara lawan sebelum

menulis kasusnya sendiri.

3. Pengertian Dan Persepsi

Sementara anda belajar mendengarkan orang lain secara mendalam, anda

akan menemukan perbedaan besar dalam persepsi. Anda juga akan mulai menyadari

dampak yang dapat ditimbulkan oleh perbedaan ini ketika orang berusaha bekerja

sama pada situasi salingrtergantungan.

Persepsi kita bisa menjadi sangat berbeda. Namun kita sama-sama telah

hidup dengan paradigma kita selama bertahun-tahun, berfikir bahwa paradigma tadi

adalah “fakta,” dan mempertanyakan kecakapan karakter atau mental dari siapa saja

yang tidak dapat “ melihat fakta-fakta tersebut.”

Sekarang, dengan semua perbedaan kita, kita berusaha bekerja sama _dalam

perkawinan, pekerjaan, proyek pelayanan masyarakat_ untuk mengelola sumber

daya dan mencapai hasil. Lalu, bagaimana kita mengerjakannya? Bagaimana kita

mengatasi keterbatasan persepsi individual kita supaya kita dapat berkomunikasi

secara mendalam, suipaya kita dapat berurusan secara koperatif terhadap isu tertentu

dan muncul dengan solusi menang/menang?

Jawabannya adalah kebiasaan 5. Ia merupakan langkah pertama dalam

proses menang/menang. Walaupun (dan khusunya ketika) orang lain tidak berasal

dari paradigma itu, berusahalah mengerti terlebih dahulu.

4. Baru Berusaha Untuk Dimengerti

Page 54: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

152

Berusah terlebih dahulu untuk mengerti…baru dimengerti. Mengetahui

bagaimana untuk dimengerti adalah separuh lagi dari kebiasaan 5, dan sama

pentingnya dalam mencapai Menang/menang.

Sebelumnya kita mendefinisikan kematangan sebagai keseimbangan antara

keberanian dan tenggang rasa. Berusaha untuk mengerti memerlukan tenggang rasa;

berusah untuk dimengerti membutukan keberanian. Menag/menang memerlukan

kadar yang tinggi dari keduanya. Jadi, didalam situasi salingtergantungan penting

sekali bagi kita untuk dimengerti.

Anda tidak terbungkus di dalam “urusan sendiri,” menyampaikan pidato

muluk dari atas peti sabun. Anda benar-benar mengerti. Apa yang anda sajikan

mungkin bahkan berbeda dengan apa yang semula anda pikirkan karena dalam

usaha anda untuk mengerti, anda belajar.

Kebiasaan 5 mengangkat anda ke akurasi yang lebih besar, integritas yang

lebih besar, dalam presentasi anda. Dan orang-orang tahu itu. Mereka tahu anda

menyajikan gagasan yang benar-benar anda yakini, dengan memperhitungkan

semua fakta dan persepsi yang diketahui, yang akan menguntungkan setiap orang.

f) Wujudkan Sinergi

Jika dimengerti dengan benar, sinergi adalah efektivitas tertinggi dalam semua

kehidupan_ujian dan manifestasi sebenarnya dari semua kebiasaan lain digabungkan

menjadi satu.

Sinergi adalah intisari dari kepemimpinan yang berpusat pada prinsip. Sinergi

adalah intisari dari keorangtuaan yang berpusat pada prinsip. Sinergi berfungsi sebagai

Page 55: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

153

katalisator, menyatukan dan melepaskan kekuatan terbesar dalam diri manusia. Semua

kebiasan yang sudah kita bahas menyiapkan kita untuk menciptakan mukjizat sinergi.

Apakah sinergi? Didefinisikan secara sederhana, sinergi berarti keseluruhannya

lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Ia berarti hubungan antar bagian dimana

bagian-bagian itu merupakan bagian di dalam dan dari hubungan itu sendiri. Sinergi

bukan merupakn suatu bagian belaka, melainkan bagian yang paling bersifat katalisator,

paling memberdaya, paling menyatukan danb paling menyenangkan.

Sinergi ada dimana-mana di alam raya ini, jika anda menanam dua batang

tanaman berdekatan satu sama lain, akar kedua tanaman tadi akan berbaur menjadi satu

dan meningkatkan mutu tanah sehingga kedua tanaman akan tumbuh lebih baik daripada

jika keduanya dipisahkan. Jika anda menyatukan dua batang kayu, kedua batang kayu itu

akan menahan bobob jauh lebih besar dibandingkan jumlah keseluruhan beban yang

ditanggung oleh masing-masing secara sendiri-sendiri. Keseluruhannya lebih besar

daripada jumlah bagin-bagiannya. Satu ditambah satu sama dengan tiga atau lebih.

Tantangannya adalah menerapkan prinsip kerja sama kreatif, yang kita pelajari

dari alam, dalam interaksi sosial kita. Kehidupan keluarga memberi banyak peluang untuk

mengamati sinergi dan mempraktekannya

1. Komunikasi Sinergistik

Ketika anda berkomunikasi secara sinergistik, anda benar-benar membuka

fikiran, hati, dan ekspresi anda kepada kemungkinan baru, alternatif baru, pilihan

baru. Mungkin tampak seolah anda menyingkirkan kebiasaan 2 (merujuk pada

tujuan akhir); tetapi sebenarnya anda melakukan hal yang sebaliknya_anda

memenuhinya. Anda tidak tahu pasti ketika anda terlibat dalam komuniukasi

Page 56: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

154

sinergistik bagaiman segala sesuatunya akan terjadi atau bagaiman akhirnya akan

terlihat, tetapi anda mempunyai perasaan bersemangat, rasa aman dan petualanagn,

percaya bahwa ini pasti akan lebih baik secara signifikan dibandingkan sebelumnya.

Dan itu adalah tujuan akhir yang ada dlam fikiran anda.

Anda mulai dengan keyakinan bahwa pihak-pihak yang telibat akan

memperoleh lebih banyak wawasan, dan bahwa kesenangan dari belajar dan

peningkatan wawasan bersama itu akan menciptakan momentum ke arah wawasan,

proses belajar, dan pertumbuhan yang jauh lebih besar lagi.

Banyak orang tidak benar-benar mengalami sinergi bahkan dalam kadar

yang sedang-sedang saja pada kehidupan keluarga mereka atau ineteraksi lain.

Mereka sudah dilatih dan naskah hidup mereka ditulis dalam komunikasi yang

defensive dan protektif atau dalam kepercayaan bahwa kehidupan atau orang lain

tidaklah dipercaya. Akibatnya, mereka tidak pernah benar-benar terbuka pada

kebiasaan 6 dan kepada prinsip-prinsipnya.

Hal ini menggambarkan salah satu dari tragedi besar dan pemborosan dalam

hidup karena begitu banyak potensi yang tidak tersadap_sepenuhnya tidak

berkembang dan tidak digunakan. Orang-orang yang tidak efektif hidup hari demi

hari dengan potensi yang tidak digunakan. Mereka mengalami sinergi hanya dengan

cara yang kecil, bukan yang pokok dalam hidup mereka.

2. Sinergi Dan Komunikasi

Sinergi memang menggairahkan. Kreativitas memang menggairahkan.

Memang luar biasa apa yang dapat dihasilkan olek keterbukaan dan komunikasi.

Page 57: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

155

Kemungkinan keuntungan yang sungguh berarti, perbaikan yang begitu nyata

sehingga sepadan dengan resiko yang diminta oleh keterbukaan seperti ini.

Komiunikasi yang penuh respek memang baik dalam situasi yang bebas atau

mandiri,tetapi kemungkinan kreatifnya belum terbuka. Dalam situasi yang saling

tergantung, kompromi adalah posisi yang biasa diambil. Kompromi berarti bahwa

1+1=1 ½. Keduanya sama-sama memberi dan menerima. Komunikasi tidak

defensive atau protektif atau marah atau manipulatif; komunikasi jujur atau tulus

dan penuh respek. Namun hal ini belum kreatif atau sinergistik. Komunikasi ini

menghasilkan bentuk yang rendah dari Menang/menang.

Sinergi berarti 1+1 dapat sama dengan 8.16, atau bahkan 1600. posisi

sinergistik dari kepercayaan yang tinggi menghasilkan solusi lebih baik

dibandingkan dengan usulan semula, dan semua pihak mengetahuinya. Lebih jauh,

mereka secara tulus menikmati usaha yang kretif.

3. Sinergi Negatif

Berapa banyak energi negatif yang biasanaya dikeluarkan ketika orang

berusaha memecahkan masalah atau mengambil keputusan dalam realitaas

kesalingtergantungan? Berapa banyak waktu dihabiskan dalam membeberkan dosa

orang lain, berpolitik, persaingan, konflik antarpribadi, melindungi diri dari

belakang, penguasaan pikiran, dan dugaan-dugaan buruk?

Masalahnya adalah bahwa ada orang yang sangat tergantung yang berusaha

untuk sukses di dalam realitas kesalingtergantungan. Mereka bergantung dengan

meminjam kekuatan dari kekuasan posisi dan menggunakan menang/kalah, atau

mereka bergantung untuk menjadi popular dengan orang lain dan menggunakan

Page 58: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

156

Kalah/Menang, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh dalam mendengarkan, mereka

memanipulasi. Dan sinergi tidak dapat tumbuh subur dalam lingkungan ini.

Orang-orang yang merasa tidak aman berpikir bahwa senua realitas harus

sesuai dengan paradigma mereka. Mereka memiliki kebutuhan yang tinggi untuk

membuat duplikat orang lain, untuk mencetak orang lain ke dalam cara berpikir

mereka. Mereka tidak sadar bahwa kekuatan hubungan itu sendiri adalah dengan

memliki juga sudut pandang orang lain. Kesamaan bukanlah kesatuan; keseragaman

bukanlah ketunggalan. Kesatuan, atau persatuan, adalah saling melengkapi, bukan

kesamaan. Kesamaan tidak kreatif…dan membosankan. Intisari sinergi adalah

menghargai perbedaan.

4. Menghargai Perbedaan

Menghargai perbedaan adalah intisari dari sineregi_perbedaan mental,

emosional, psikologis antar orang. Dan kunci untuk menghargai perbedaan-

perbedaan in adalah menyadari bahwa semua orang melihat dunia, tidak

sebagaimana adanya, tapi sebagaimana mereka.

Orang yang benar-benar kreatif mempunyai kerendahan hati dan rasa hormat

untuk mengakui keterbatasan persepsinya sendiri dan menghargai sumber daya yang

kaya yang tersedia melalui interaksi dengan hati dan pikiran manusia lain.

Menghargai perbedaan karena ia justru menambah pengetahuannya, pengertiannya

tentang realitas. Ketika kita dibiarkan sendirian dengan pengalaman kita saja, kita

terus menerus menderita kekurangan data.

g) Asahlah Gergaji

Page 59: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

157

Kebiasaan 7 adalah meluangkan waktu untuk mengasah gergaji. Kebiasaan ini

melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma Tujuh Kebiasaan karena ia adalah

kebiasan yang menjadikan semua kebiasaan lain mungkin.

1. Empat Dimensi Pembaruan

Kebiasaan ini memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang anda miliki,

yaitu diri anda. Kebiasaan ini memperbarui keempat dimensi alamiah anda_fisik,

spiritual, mental dan sosial/emosional.

“Asahlah Gergaji” pada dasarnya mengekspresikan keempat motivasi. Hal

ini berarti menjalankan keempat dimensi sifat anda, secara teratur dan konsisten

dengan cara-cara yang bijaksana dan seimbang.

1. Dimensi Fisik

Dimensi fisik meliputi pemeliharaan fisik kita secara efektif_memakan

jenis makan yang tepat, mendapatkan istirah dan relaksasi yang memadai, dan

berolahraga secara teratur.

Kebanyakan dari kita berfikir kita tidak mempunyai cukup watu untuk

berolahraga. Paradigma yang sangat keliru! Kita sebenarnya tidak mempunyai

waktu untuk tidak berolahraga. Kita berbicara tentang tiga atau enam jam

seminggu_atau minimum tiga puluh menit sehari, setiap dua hari sekali. Hal itu

kelihatannya bukan jumlah waktu yang banyak mengingat manfaatnya yang

besar sesuai dengan dampaknya pada 162-165 jam lainnya dalam seminggu.

Dan kita perlu bijaksana dalam mengembangkan program olahraga. Ada

kecendrungan, khususnya jika anda belum pernah berolahraga sama sekali,

untuk berlatih secara berlebihan. Dan itu dapat menimbulkan rasa nyeri yang

Page 60: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

158

tidak perlu, cedera, dan bahkan kerusakan permanent. Paling baik adalah

memulai perlahan-lahan. Program latihan apa pun harus selaras dengan temuan

penelitian mutakhir, dengan rekomondasi dokter dan dengan kesadaran anda.

2. Dimensi Spiritual

Pembaruan dimensi spiritual memberikan kepemimpinan pada

kehidupan anda. Ia sangat berhubungan dengan kebiasaan 2.

Dimensi spiritual adalah inti anda,pusat anda, komitmen anda

pada system nilai anda. Daerah yang amat pribadi dari kehidupan dan sangat

penting. Dimensi ini memanfaatkan sumber yang mengilhami dan mengangkat

semangat anda dan mengikat anda pada kebenaran tanpa batas waktu mengenai

semua humanitas. Dan orang melakukannya dengan cara yang sangat berbeda.

Tokoh pembaruan besar Martin Luther mengatakan, “ Ada begitu

banyak kerjaan yang saya harus kerjakan hari ini sehingga saya perlu

menyisihkan waktu satu jam untuk berdoa.” Baginya, doa bukanlah tugas

mekanis, melainkan lebih merupakan sumber kekuatan dalam melepaskan dan

melipatgandakan energinya.

Gagasannya adalah jika meluangkan waktu untuk memanfaatkan

pusat kepemimpinan dari kehidupan kita, yang merupakan hal tertinggi dalam

hidup, maka pusat itu menaungi seperti payung di atas segalanya yang lain. Ia

memperbarui kita, menyegarkan kita, khususnya jika kita memiliki komitmen

ulang padanya.

3. Dimensi Mental

Page 61: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

159

Sebagain besar dari perkembangan mental dan disiplin studi kita bersal

dari pendidiakn formal. Tapi segera sesudah kita meninggalkan disiplin

eksternal sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti

pertumbuhannya, kita tidak lagi membaca secara seriuskita tidak berfikir lagi

secara analistis, kita tidak menulis_sedikitnya tidak kritis atau tidak dengan cara

tertentu menguji kemampuan kita mengekspresikan diri dalam bahasa yang baik,

jelas dan ringkas. Sebaliknya, kita malah menghabiskan waktu kita di depan TV

Pendidikan_pendidiakn yang berkesinambungan, pengasahan dan

perluasan pikiran yang terus menerus_adalah pembaruan mental yang vital.

Kadang ia melibatkan disiplin eksternal di luar kelas atau progam studi

sistematis; lebih sering tidak. Orang-orang proaktif dapat memikirkan bannyak

sekali cara untuk mendidik diri mereka sendiri.

Menulis adalah satu caraa lain yang ampuh untuk mengasah gergaji

mental. Membuat jurnal dari gagasan, pengalaman, wawasan, dan pelajaran kita

akan menyokong kejelasan mental, keterpatan dan konteks. Menulis surat yang

baik_berkomunikasi pada tingkat berpikir, perasaan dan gagasan yang lebih

dalam ketimbang pada tingkat peristiwa yang lebih dangkal_juga mempengaruhi

kita untuk berpikir jernih, untuk bernalar secara akurat, dan untuk dimengerti

secara efektif.

4. Dimensi Sosial/Emosional

Dimensi sosisal dan emosional kehidupan kita terikat bersama karena

kehidupan emosional kita terutama, hubungan kita dengan orang lain.

Page 62: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

160

Pembaruan dimensi sosisal / emosioanal kita tidak membutuhkan waktu

dalam pengertian yang sama dengan yang dibutuhkan untuk pembaruan

dimensi-dimensi lain. Kita dapat melakukannya dalam interaksi kita yang

normal sehari-hari degan orang lain. Tetapi ini tentu saja memerlukan latihan.

Kita nungkin harus memaksakan diri karena banyak dari kita belum mencapai

tingkat Kemenangan Pribadi dan keterampilan Kemenangan Publik yang

diperlukan untuk kebiasaan 4,5, dan 6 yang datang dengan sendirinya kepada

kita pada semua interaksi kita.

2. ORGANISASI DAN PENGEMBANGANNYA

a) Pertumbuhan Organisasi

Greiner berpendapat bahwa organisasi yang sedang tumbuh bergerak melalui

lima periode evolusi yang relative tenang. Dan setiap periode diakhiri dengan periode

krisis evolusi. Menurut greiner,” setiap periode evolusi bercirikan gaya manajemen

dominan yang diterapkan untuk mencapai pertumbuhan, sedangkan masing-masing

periode revolusi bercirikan masalah manajemen yang dominan yang dipecahkan

sebelum pertumbuhan dapat berlanjut.

Tahap pertama disebut Kreatifitas, tahap ini biasanya didominasi oleh pendiri

organisasi, mereka menekankan pada upaya menciptakan produk dan pasar, tetapi pada

saat organisasi tumbuh, mulai timbul masalah-masalah yang tidak dapat ditanggulangi

melalui komunikasi dan dedikasi informal, sehingga terjadilah krisis kepemimpinan

yang membutuhkan seorang pemimpin yang kuat, yang diterima pendiri organisasi dan

yang dapat menggerakan oraganisasi bersama-sama dan dapat memberikan arahan

Page 63: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

161

Selanjutnya, pertumbuhan melalui arahan. Dalam tahap ini manajer dan staf

intinya mengemban hampir semua tanggung jawab untuk melembagakan arahan, ntapi

akan mengalami krisis otonomi, karena menajer tingkat bawah akan menuntut otonomi

yang juga besar dan ini dapat diselesaikan dengan jalan pendelegasian lebih besar.

Apabila organisasi dapat memasuki tahap delegasi, organisasi biasanya mulai

mengembangkan struktur yang didesentralisasi, yang mempertinggi motivasi pada level

bawah. Namun, akhirnya, krisi selanjutnya mulai muncul pada saaat para manajer teras

“merasa bahwa mereka kehilangan kontrol atas bidang operasi yang sangat

terspesialisasi…kebebasan melahirkan sikap picik.”,

Sehingga akan timbul krisis kontrol yang mengakibatkan kembalinya

organisasi ke sentralisasi, yang sekarang tidak lagi sesuai dan menimbulkan

kekecewaan dan permusuhan dikalangan mereka yang telah memperoleh kebebasan.

Jalan keluar lebih baik adalah dengan tahap selanjutnya yaitu tahap koordinasi. Tahap

ini dicirikan olen penerapan system formal untuk mencapai koordinasi lebih besar bagi

pimpinan teras sebagai “pengaman”. Namun, pada akhirnya system koordinasi akhirnya

tidak efektif dan melahirkan periode revolusi selanjutnya yaitu _krisis birokrasi

umumnya karena memeliki program-program formal dan sistem yang kaku.

Tahap berikutnya adalah tahap kolaborasi, tahap ini menekankan spontanitas

tindakan manajemen yang lebih besar melalui tim dan penyelesaian perebedaan-

perbedaan antarpribadi secara tepat.

b) Pengembangan organisasi

Salah satu upaya yang dilakukan dalam menjawab tantangan bagaimana agar

organisasi dapat berkembang, bagaiman kita dapat memobilisasi sumber daya manusia

Page 64: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

162

dan energi secara optimal untuk mencapai misi organisasi dan pada saat yang sama,

mempertahankan pertumbuhan organisasi dan orang-orang yang kebutuhan pribadi

mereka akan keberhargaan diri, pertumbuhan, dan kepuasan dapat dipenuhi secara

signifikan ditempat kerja?

Salah satu solusinya adalah dengan cara pengembangan organisasi (PO) sebagai

bidang kajian yang makin tumbuh dan berkembang.

1. Evektivitas organisasi dan PO

Efektivitas suatu organisasi tergantung pada tujuan dan sasarannya. Dengan

demikian, kita tidak dapat menerima seperangkat tujuan normatif yang sesuai bagi

semua organisasi sebagaiman yang dianut oleh kebanyakan teoritisi PO dan para

praktisi PO menyediakan “ pedoman dan arahan untuk hal-hal yang perlu dilakukan

dalam pengembangan suatu organisasi dan bagaimana cara mengadakan dan

mendukung program tersebut. Dengan nilai-nilai humanistik yang diajukan oleh

para praktisi dan teoritisi PO, tidak sukar memahami mengapa tujuan organisasi

pada umumnya dikemukakan sebagai diarahkan pada terbentuknya suatu organisasi

yang terbuka dan menimbulkan kepercayaan, dan karenanya intervensi PO

cenderung menerapkan penerapan strategi kolaboratif atau antar pribadi dalam

perbuatan.

2. pelajaran loop-ganda

kesanggupan mempelajari sesuatu, dan bersamaan dengan itu memperbaiki

kesanggupan untuk belajar. Ini berarti menunjukan apa yang telah terjadi untuk

menentukan apa yang telah berjalan dengan baik dan perlu di teruskan, disamping

apa yang mungkin diperbaiki. Misalnya ayat ke 9 dari peraturan National League

Page 65: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

163

Umpires (Wasit Liga Nasional) mengenai tingkah laku, berbunyi, “ tinjaulah

kembali pekerjaan anda sesudah setiap pertandingan. Hanya dengan memeriksa diri

sendiri anda akan bertambah baik”. Memikirkan prestasi masa lampau merupakan

salah satu cara belajar dari pengalaman; penggunaan putar ulang video merupakan

penghalusan proses belajar. Pengalaman ini menujukan bahwa “ sukses itu sering

kali lahir dari kegagalan dan bahwa untuk belajar dari kegagalan kita, kita harus

mengasuh dan menunjang pemeriksaan mereka”. Dengan berbuat demikian,

organisasi membuat beberapa perusahaan dalam metodenya dan mengembangkan

proses perbaikan untuk membuat perubahan-perubahan yang relevan.19

3. Keseimbangan dinamis

Banyak perhatian ditujukan pada kebutuhan organisasi untuk menyesuaikan

diri dengan perubahan keadaan. Adalah popular menekankan pentingnya perubahan

tanpa mengetahui kebutuhan akan pemeliharaan dan stabilitas system. Setiap

organisasi harus dapat mempertahankan cukup stabilitas untuk dapat berfungsi

dengan memuaskan, tetapi tidak membiarkan dirinya menjadi statis, sangat kolot ,

atau melalaikan kebutuhan akan menyesuaikan dengan perubahan keadaan,

pandangan yang relistis mengenai perubahan organisasi mengakui bahwa stabilitas

dan penyesuaian diri (adaptation) itu esensil untuk kelangsungan hidup (survival)

dan pertumbuhan.

Sedangkan dalam buku Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan dalam

mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan agar pelaksanaannya efektif

dalam mendukung tercapainya tujuan organisasai perusahaan adalah menerapkan

metode yang sesuai dan efektif dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Pemeliharaan

19 Fremont E. Kast, Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), hal. 890

Page 66: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

164

keamanan, kesehatan, dan sikap loyal karyawan hendaknya dengan metode yang

efektif dan efisien supaya tercapai manfaat yang optimal.

Komunikasi yang optimal harus digunakan dalam setiap penyampaian

informasi dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi berfungsi untuk

instructive, informative, influencing, dan evaluative.20

3. STRATEGI KEMENANGAN ORGANISASI DENGAN MENINGKATKAN BAKAT

Tak peduli apakah sedang memimpin atau ketinggalan, dalam perlombaan jarak

jauh, organisasi tercepatlah yang menang. Seperti dikatakan dengan banyak cara yang

berbeda oleh mantan direktur General Electric, jack Welch, hanya keunggulan yang

berkelanjutanlah yang dapat menimbulkan inovasi dan perubahan yang lebih cepat dari

pesaing terkuat. Dia juga menekankan bahwa bila lingkungan eksternal lebih cepat berubah

dari pada anda, maka organisasi akan berakhir. Dalam bisnis, sama seperti perlombaan,

siapa yang paling cepat bergerak memiliki kombinasi dari kendaraan tercepat dan

pengemudi paling berbakat. Dan kendaraan yang tercepat adalah hasil ciptaan kelompok

desainer, teknisi dan produsen paling berbakat. Sebuah campuran kemenangan dari

pemimpin berbaklat dan karyawan yang berbakat adalah manajer-pemimpin, yaitu orang

yang mempertahankan kombinasi kemenangan antara perkembangan yang berkelanjutan

dan keusangan yang tepat waktu.

Dalam konteks bisnis, bakat dapat di didefinisikan sebagai “kapabilitas yang dipakai

untuk menciptakan nilai yang dihargai dan diakui oleh pemilik kepentingan (stakeholder)

utama – pemilik, manajer, dan pelanggan.” Orang berebakat harus mengetahui cara agar

pekerjaan mereka sesuai dengan rantai nilai yang ada dan tidak hanya melakukan pekerjaan 20 Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), hal.181

Page 67: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

165

rutin dengan baik namun juga hebat dalam melakukan pekerjaan mereka, khususnya untuk

komponen yang sangat penting.

Komponen yang sangat penting biasanya memerlukan sejumlah sikap pro aktif,

kreatif, inisiatif, dan kreatifitas. Bila orang-orang yang berbakat tidak bekerja secara

maksimal dan dikendalikan secara cerdik oleh manajemen, maka sebagian besar

kemampuan mereka sia-sia saja. Sesungguhnya, bakat akan uterbuang percuma apabila

tidak diakui, tidak dikembangkan, tidak diekspresikan, tidak disempurnakan, dan tidak

ditiingkatkan.21

a) Pengertian Remaja

Remaja menurut Zakiah Drajat adalah masa peralihan yang ditempuh oleh

seseorang dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Secara fisik telah terbentuk dan

organ-organnya telah dapat menjalankan fungsinya, segi emosi dan sosial belum

matang dan memerlukan waktu dan proses untuk berkembang menjadi dewasa.22

Sedangkan menurut pendapat Drs. Sudarsono, SH masa remaja adalah masa

transisi, masa yang berbahaya bagi dirinya, sebab ia mengalami hidup diluar alam,

yakni antara alam khayalan dan alam kenyataan dimana banyak ditemukan gejolak jiwa

dan fisik, gejolak emosional yang tidak terkendali.23

Masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa kanak-kanakkepada masa

dewasa. Ini berarti anak-anak masa kini harus meninggalkan sesuatu yang

bersifatkekank-kanakan, dan juga harus mempelajari sikap dan pola perilaku yang baru

pengganti perilaku dan sikap yang ditinggalkan. Akibat sikap peralihan ini remaja

bersifat ambivalensi: disatu pihak ingin diperlakukan sebagai orang dewasa, jangan 21 Subir Chowdhury, Organisasi Abad 21, (Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia, 2005), hal. 2 22 Zakiah Drajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan BIntang, 1993), hlm. 70. 23 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Bina Aksara), Cat. Ke-1. hlm. 14.

Page 68: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

166

selalu diperintah seperti anak kecil, tetapi dilain pihak ssegala kebutuhannya masih

minta dipenuhi seperti halnya pada anak-anak.24

Masa remaja terjadi berbagai perubahan fisik, kejiwaan dan social yang menurut

penyesuaian diri dari individu yang bersangkutan. Adapun perubahan-perubahan yang

dialami remaja tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Sarlito Wirawan Sarwono

adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik

Terjadi perkembangan yang hebat akibat kematangan biologis:

d. pertumbuhan berat badan dan tinggi yang cepat.

e. Pertumbuhan tanda-tanda seksual primer (kelenjar-kelenjar dan alat-alat

kelamin) maupun tanda-tanda seksual sekunder (tumbuh payudara, haid, kumis,

mimpi basah dan sebagainya).

2. Perkembangan Sosial

a. Jangkauan pergaulan social bertambah luas.

b. Wawasan sosialnya bertambah luas.

c. Hubungan dengan teman sebaya lebih diutamakan.

d. Lebih mengikuti norma teman atau kelompok daripada orang tua.

e. Peranan sosialnya yang sesuai dengan jenis kelaminnya makin jelas.

3. Perkembangan Emosi

24 Sarlito Wirawan Sarwono, Mengenal dan Memahami Masalah Remaja, Seks dan Disiplin, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), hlm. 102.

Page 69: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

167

Perubahan fisik dan social yang cepat menuntut kemampuan penyesuaian diri

yang sebaik-baiknya. Hal ini memyebabkan remaja mengalami beban mental yang

pada gilirannya menyebabkan emosi remaja mudah bergejolak. Ditinjau dari

emosinya, masa remaja disebut masa topan dan badai (sturm and drang) cirri emosi

yang mudah bergerak adalah kadar emosi yang sangat tinggi dan sekaligus cepat

berganti.

4. Perkembangan Intelektual

a. Mulai mampu berfikir abstrak normal

b. Kritis

c. Ingin tahu

d. Cenderung menentang pendapat orang lain

Dari beberpa perbedaan definisi di atas, penulis mencoba untuk

menyimpulkan dengan ringkas dari definisi remaja tersebut, adalah :

1. Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju dewasa. Dan pada masa ini remaja berada pada posisi

kejiwaannya belum stabil.

2. masa remaja adalah sebagai masa mencari identitas, kalau masa-masa

sebelumnya penyesuaian diri dengan standar kelompok. Sekarang dimasa

remaja yang terpenting adalah mencari dan menemukan identitas dirinya sendiri.

2) Remaja dan Perkembangannya

a. Pengertian Remaja

Page 70: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

168

Ada banyak definisi yang dapat diambil untuk memperoleh pengertian tentang

remaja, diantaranya:

1) Save M. Dagun, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap pertumbuhan anak

menuju dewasa, yang terjadi mulai saat puber sampai usia 17-18 tahun.25

2) WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito Wirawan

Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa di mana:

2) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual

sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya.

3) Individu mengalami perkembangan psikologis dan identifikasi dari kanak-kanak

menjadi dewasa.

4) Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan

yang relative lebih mandiri.26

3) Sarlito Wirawan Sarwono, menerangkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari

anak-anak menjadi dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.

Bahkan perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer sebagai

akibat dari perubahan-perubahan fisik itu.27

a. Sopyan S. Willis, mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa transisi

dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan pada masa remaja ini terdapat

guncangan pada individu remaja itu terutama dalam melepaskan nilai-nilai lama

dan memperoleh nilai-nilai yang baru untuk mencapai kedewasaan.28

25 Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN, 1997), hlm. 956. 26 Sarlito Wirawan Sarsono, Psikologis Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), hlm. 6. 27 Ibid. hlm. 51. 28 Sopyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Aksara, 1981), Cet. Ke-3, hlm. 19.

Page 71: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

169

b. M. Alisuf Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang

penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenel sebagai suatu periode

peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat dimana individu mencari

identitas usia yang menakutkan, masa tidak realistis dan masa amabang

dewasa.29

Dari beberapa definisi di atas, dapat di garis besarkan bahwa remaja adalah suatu

masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa dewasa yang di dalamnya

mengalami semua perkembangan vsebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja

adalah masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut

segi pertumbuhan dan kejiwaan maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya

perubahan-perubahan itu yang menyebabkan gejolak-gejolak kejiwaan yang

terefleksikan dalam perilaku sehari-hari yang kadang terlihat normal dan kadang

bernilai menyimpang.

b. Batas Usia Remaja dan Ciri-cirinya

1) Batas usia remaja

Sehubungan dengan adanya pembagian tahap-tahap kehidupan kedalam masa

kanak-kanak remaja dan dewasa, maka otomatis secara langsung pasti ada

pembagian batas usia untuk seseorang dapat memasuki criteria tahap-tahapan masa

kehidupan tersebut. Kapan seseorang diokatakan memasuki masa remaja?

29 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan anak dan Remaja, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), cet. Ke-2, hlm. 160.

Page 72: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

170

Zakiah Drajat berpendapat bahwa:

“Pada umumnya permulaan masa remaja itu dapat diketahui dengan mudah dan

hampir sama pada setiap anak, yaitu kira-kira pada usia 13 tahun (misalnya mimpi

pada anak lakij-laki dan haid bagi anak perempuan) akan tetapi kapan berakhirnya

masa remaja itu agak sukar menentukannya, kaerena berbagai factor ikut

mempengaruhi, namun pada umumnya para ahli jiwa cenderung untuk mengatakan

bahwa pada masyarakat maju, berakhirnya masa remaja adalah pada usia 251 tahun,

dimana segala macam pertumbuhan atau perubahan cepat dapat dikatakan

berakhir”.30

Sedangkan menurut Aris Toteles sebagaimana yang ditulis dalam buku Sarlito

Wirawan Sarwono, yang membagi jiwa manusia dikaitkan dengan tahap

perekembangan jiwa terbagi menjadi :

1. Usia 0-7 tahun adalah masa kanak-kanak (infancy).

2. Usia 7-14 tahun adalah masa kanak-kanak (Boy hood).

3. Usia 14-21 tahun adalah masa dewasa muda (Young Man Hood).31

Pandangan Aries Toteles ini sampai sekarang masih berpengaruh pada dunia

modern kita, antara lain dengan tetap dipakainya batas usia 21 tahun dalam kitab-

kitab hokum diberbagai Negara sebagai batas akhir usia remaja.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa

peralihan dari masa kanak-kanak sampai sebelum menginjak dewasa atau ketika

aseseorang berumur antara 13-21 tahun.

30 Zakiah Drajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hlm. 122. 31 Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit. hlm. 6.

Page 73: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

171

b. Ciri-ciri Remaja

Setiap tahap atau masa pertumbuhan dalam kehidupan manusia masing-

masing mempunyai keadaan psikologis tersendiri. Masa remaja dengan batasan usia

seperti yang disebutkan di atas, juga mempunyai keadaan fisik tersendiri.

Ciri-ciri fisik remaja secara umum adalah, tubuh bertambah kekar, kumis dan

jenggot mulai tumbuh (bagi Pria) dan pada remaja wanita mempunyai ciri-ciri,

payudara mulai tumbuh, tambah ramping dan pinggul mulai padat dengan jaringan

lemak.32

Ciri-ciri fisik ini sama halnya dengan cirri-ciri yang digambarkan oleh Fuad

Kauma dalam bukunya yang berjudul Sensasi Remaja Dimasa Puber, yaitu :

a. pertumbuhan badan yang sangat pesat.

b. kelenjar kelamin berfungsi dan matang.

c. Pada laki-laki suaranya membesar dan tumbuh bulu pada bagian tertentu

(kelamin) pada tubuhnya.

d. Pada anak wanita, pinggulnya nampak membesar serta buah dadanya

mengembang dan tumbuh bulu pada kelaminnya.

Drs. H. Salimun A. Nasir membagi cirri-ciri remaja menjadi dua, yaitu :

a. Remaja awal, dengan cirri-ciri :

1. Kemampuan perasaan dan emosi tidak stabil.

32 A.W. Widjaya Kusuma, Masalah Kenakalan Remaja dan Penyalahgunaan Narkoba, (Bandung: Armico, 1985), hlm. 2.

Page 74: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

172

2. Mental dan daya pikir mulai agak sempurna.

3. Hal sikap dan moral, menonjol pada menjelang akhir masa remaja awal.

4. Remaja awala adalah masa kritis.

5. Banyak masalah yang dihadapinya.

6. Timbul dorongan-dorongan seks.

b. Remaja akhir dengan ciri-ciri :

a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat.

b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realistis.

c. Perasaan lebih tenang.

d. Matang dalam menghadapi masalah.33

Sebenarnya, masalah-masalah wajar yang dihadapi remaja akhir relative

sama dengan masalah yang dihadapi remaja awal, perbedaannya hanya terletak

pada cara menghadapi dan memecahkan masalah tersebut saja.

Jika dalam masa remaja awal umumnya masalah tersebut dihadapi dengan

sikap bingung, maka pada masa remaja akhir, mereka menghadapi masalah

tersebut secara lewbih tenang dan matang.

Adapun mengenai cirri-ciri psikis yang terdapat dari remaja adalah adanya

beberapa kecenderungan-kecenderungan untuk meniru, kecenderungan tertarik

33 Salihun A. Nasi, Peran Pendidikan Agama Terhadap Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), hlm. 14.

Page 75: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

173

pada lawan jenis, kecenderungan mencari idola, kecenderungan mencoba pada

hal-hal baru dan emosinya mulai mudah meletup.

c. Perkembangan Keberagaman Remaja

Quraish Shihab mendefinisikan keberagaman yakni :

“Tidak hanya berorientasi pada bentuk-bentuk peribadatan yang bersifat

superficial atau menekankan aspek-aspek “Luaran” semata, melainkan lebih pada

terjadinya keseimbangan antara aspek-aspek “luaran” dengan sikap bathin atau

aspek “dalam” .34

Kata keberagaman berasal dari kata agama, yang mendapat awalan ke- dan

akhiran –an. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia agama berasal dari bahasa

Sanksekerta yang artinya tidak kacau, diambil dari dua kata, a berarti tidak dan

gama berarti kacau.35

Secara lengkapnya agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak

kacau. Menurut maknanya, kata agama dapat disamakan dengan kata Religion

(Inggris), Religie (Belanda) atau berasal dari bahasa latin Religio, yaitu dari akar

kata Religare yang berarti mengikat.36

Agama dalam bahasa arab dikenal dengan kata “ad-dien”, yang mengandung

berbagai arti, yaitu al-ihsan (kebajikan), al-ibadat (pengabdian), ah-tha’at (taat),

dan Ial-islam at-tauhid (penyerahan dan pengesaan tuhan).37

34 Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), cet. Ke-1, hlm.210. 35 H. Dadang Kahmad, Metodologi Penelitian Agama: Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), cet. ke-1, hlm.47. 36 Ibid., hlm. 22. 37 Ibid., hlm. 47.

Page 76: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

174

Remaja dan pemuda merupakan kelompok usia yang sangat potensial. Itu

sebabnya generasi muda seringkali disebut sebagai generasi harapan; harapan

dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan Negara. Dalam konteks

kemasjidan generasi muda juga menjadi tulang punggung dan harapan besar bagi

pemakmuran masjid pada masa kini dan masa mendatang.

Karena itu, islam juga memandang generasi muda sebagai harapan. Ini

nampak pada perhatian Allah SWT dan Rasul-Nya yang begitu besar terhadap

generasi muda. Bahkan Allah dan Rasul-Nya mengisaratkan bahwa, meskipun

seseorang berada dalam usia yang muda, dia bias hidup dengan baik sebagaimana

ketentuan ajaran Islam, tidak sebagaimana pandangan sebagian masyarakat kita

yang menganggap usia mukda adalah usia untuk santai, hura-hura dan bebas

melakukan maksiat sehingga bila generasi muda melakukan hal-hal yang tidak

benar, maka hal itu sering kali mudah dimaklumi, “yah namanya juga anak muda”,

begitu kata mereka.

Diantara isyarat Allah akan pentingnya generasi muda adalah diceritakan-Nya

kisah sekelompok pemuda yang istiqomah dalam mempertahankan akidah Islamiah

meskipun harus berhadapan dengan pengusa yang dzalim dan akhirnya mereka

bersembunyi didalam goa. Kisah ini diabadikan Allah didalam surat Al-Kahfi.

Sementara, Rasulallah SAW disamping banyak sekali sahabatnya yang lebih muda

bahkan jauh lebih muda dari beliau, menyebutkan dalam satu hadits yang artinya :

“Ada tujuh golongan orang yang akan dinaungi Allah pada hari yang tidak

ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu… pemuda yang perkembangan

hidupnya senantiasa ibadah (taat) pada Allah dan seseorang yang hatinya selalu

Page 77: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

175

tertpaut pada masjid, sejak ia keluar sampai nantinya ia kembali…(HR. Syaikhani,

Ahmad dan Nasa’i)”

Agar pemuda betul-betul dapat menjadi harapan keluarga, agama, bangsa dan

negara maka mereka harus mendapatkan bimbingan dan arahan yang sebaik-

baiknya. Dalam kaitan masjid, perlu dibentuk, dibina, dan dikembangkan apa yang

disebut dengan remaja masjid.

4. Pengertian Remaja Masjid

Remaja dan pemuda merupakan kelompok usia yang sangat potensial. Itu

sebabnya generasi muda seringkali disebut sebagai generasi harapan; harapan

dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan Negara. Dalam konteks

kemasjidan, generasi muda juga menjadi tulang punggung dan harapan besar bagi

pemakmuran masjid pada masa kini dan masa mendatang.

a. Pengurusan

Remaja masjid merupakan wadah utama dalam pengkaderan bidang

kemasjidan terhadap generasi muda. Oleh karena itu, kepengurusan remaja

masjid harus terwujud dan harus berjalan dengan baik dan solid. Untuk itu,

pengurusan remaja masjid dapat disusun sesuai dengan tingakat kebutuhannya,

diuraikan tugas dan tanggung jawabnya dan ditempatkan sumber daya

manusianya yang cocok. Sekurang-kurangnya struktur yang dibutuhkannya

adalah ketua, wakil ketua, sekertaris, wakil sekertaris, bendahara, wakil

bendahara, dan seksi-seksi yang terdiri dari seksi pendidikan, da’wah, humas,

olah raga, dan seni, social dan keputrian.

b. Program Kegiatan

Page 78: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

176

Ada banyak program yang bias dicanangkan oleh pengurus remaja masjid

dalam mengemangkan aktivitas yang menarik dan bermanfaat bagi remaja

dilingkungan masjid.

1. Penerimaan Anggota

Penerimaan anggota baru merupakan salah satu program penting bagi

remaja masjid agar jelas siapa yang menjadi anggotanya untuk selanjutnya

dibina dengan sebaik-baikknya.

2. Majilis Ta’lim

Memahami ajaran Islam secara syamil atau menyeluruh dan kamil atau

sempurna serta memiliki kepribadian yang islami merupakan suatu

keharusan bagi setiap muslim, apalagi bagi remaja masjid yang merupakanm

generasi harapan. Karena itu program amjlis ta’lim bagi remaja masjid harus

dilaksanakan.

3. Bimbingan Belajar

Mempersiapkan dan menghasilkan remaja masjid yang berprestasi

dalam studi di sekolah merupakan salah satu beban yang harus dipikul

remaja masjid. Karena itu perlu diprogram bimbingan belajar bagi remaja

masjid, baik untuk remaja masjid yang masih duduk di SLTP maupun di

SLTA. Bahkan sangat memungkinkan bagi adik-adik yang masih duduk di

SD.

4. Latihan Kepemimpinan

Page 79: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

177

Memiliki kader-kader pemimpin untuk masa mendatang merupakan

kebutuhan yang mutlak, minimal untuk skala masjid dan kepengurusan

masjid itu sendiri. Oleh karena itu perlu diselenggarakan program latihan

kepemimpinan bagi remaja masjid agar dengan demikian tumbuh jiwa

kepemimpinan dan membekali remaja untuk menjadi pemimpin yang baik.

Ini merupakan salah satu proses kaderisasi dikalangan remaja masjid hingga

kaderisasi tidak hanya berlangsung secara ilmiah tapi juga memang betul-

betul dipersiapkan dengan proses pendidikan.

5. Pesantren kilat

Kegiatan ini sudah menjamur sejak era 1980-an dan menjadi program

nasional setelah diselenggarakan pesantren kilat nasional. Namun, masih

banyak yang harus dibenahi dan disempurnakan dari penyelenggaraan

pesantren kilat ini. Bagi remaja masjid, pesantren kilat merupakan kegiatan

yang dimaksudkan untuk menumbuhkan dan memantapkan jiwa keislaman

melalui pembekalan ilmu tentang islam dengan metode ceramah, Tanya

jawab, study kasus, diskusi, simulasi dan sebagainya. Diselenggarakan pada

saat liburan semester atau libur ramadhan.

6. Pelatihan Jurnalistik

Melahirkan kader-kader penulis muslim yang handal merupakan suatu

kebutuhan bagi umat islam. Hal ini karena, da’wah juga harus dilaksanakan

dan dikembangkan melalui media massa, khususnya media cetak. Salah satu

upaya yang praktis umtuk melahirkan kader-kader penulis adalah melalui

pelatihan jurnalistik. Karenanya remaja masjid melaksanakan program ini.

Page 80: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

178

Kegiatan ini bias dilaksanakan satu hari sebagai tahap awal dan sekitar satu

pecan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.

7. Diskusi dan Seminar

Menumbuhkan semangat dan kemampuan mengkaji berbagai

persoalan keislaman, atau masalah actual yang ditinjau dari sudut ajaran

Islam merupakan sesuatu yang penting bagi remaja masjid. Untuk itu,

diskusi dan seminar, baik berkala maupun incidental merupakan program

yang perlu dilaksanakan. Program ini bias dilaksanakan secara bersama-

sama dalam arti internal remaja masjid atau mendatangkan pakar dalam

masalah yang didiskusikan.

8. Pengajian Anak-anak

Anak-anak yang berada dilingkungan masjid merupakan kader utama

di masa mendatang. Karena itu, mereka harus disiapkan sejak dini. Salah

satunya adalah melalui pngajian anak-anak agar tumbuh jiwa keislamannya

dan memahami ajaran Isalam dengan baik. Nama programnya bias TPA

(Taman Pendidikan Al-qur’an) atau Madrasah Diniah.

9. Kepanitiaan

Kegiatan ini biasanya dimaksudkan untuk membantu pengurus masjid

dalam suatu aktifitas atau kegiatan remaja masjid itu sendiri dalam

melaksanakan programnya. Kepanitian yang biasa dilaksanakan di masjid

antara lain : panitia kegiatan Ramadhan, Zakat, Qurban, Maulid, Isra Mi’raj,

Tahun Baru Islam, Santunan Anak Yatim, dan sebagainya. Kegiatan ini

tentu saja tidak mesti hanya berbentuk tabligh akbar atau ceramah umum,

Page 81: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

179

tapi bias juga dikembangkan kegiatan-kegiatan lainnya yang lebih terasa

manfaatnya seperti santunan sosial, khitanan masal, musabaqoh hafalan

Qur’an dan sebaginya.

10. Olah Raga dan Seni

Kegiatan olah raga biasanya dilaksanakan di masjid manakala

fasilitasnya memadai. Olah raga bela diri misalnya bias dilaksanakan di

halaman, bahkan kalau tidak mengganggu kegiatan ibadah, kegiatan ini bias

juga dilaksanakan didalam masjid, seni untuk ibadah kepada Allah SWT,

bahkan seni yang bebas nilainya.

11. Perpustakaan Masjid

Semangat membaca dikalangan jamaah masjid amat perlu untuk

ditumbuhkan dan dimantapkan. Salah satu caranya adalah dengan

menyediakan sarana membaca, yakni perpustakaan masjid. Remaja masjid

dapat memprogram dan menglola per[ustakaan masjid mulai dari meminta

kepada pengurus masjid akan mengadakan ruangan khusus perpustakaan,

menyediakan lemari, buku, dan meja baca, pengadaan buku hingga

pelayanan dan pemulangan buku.

12. Bakti Sosial

Dalam rangka menumbuhkan dan memantapkan jiwa sosial remaja

amat penting bagi remaja masjid untuk mencanangkan program bakti sosial,

baik terhadap masyarakat dilingkungan masjidtersebut maupun pada

masyarakat jamaah masjid lain yang sangat memerlukan bantuan. Namun

Page 82: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

180

kegiatan bakti sosial itu tidak hanya bias kita lakukan dalam bentuk

memberikan santunan kepada masyarakat, ada bentuk-bentuk lain yang bias

dilakukan, misalnya membersihkan masjid dan mushola, membersihkan

lingkungan pemukiman/kampung, gerakan penghijauan, dan sebagainya.

13. Forum Komunikasi

Menggalang persatuan dan kesatuan diklangan remaja masjid

merupakan salah satu keharusan. Diantara cara-cara yang bias dilakukan

adalah dengan membentuk forum komunikasi remaja masjid, paling tidak

pada wilayah-wilayah tertentu. Misalnya forum komunikasi remaja masjid

Pasar Mingu, forum kerjasama remaja masjid Pulo Gadung, forum

koordinasi remaja masjid Ciputat dan sebagainya.

Page 83: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

181

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Berdirinya

RISKA, Remaja Islam Sunda Kelapa, sebagai bagian dari Masjid Agung Sunda

Kelapa, merupakan wadah kepemudaan yang bertujuan untuk membina kehidupan

beragama dikalangan remaja guna menunjang serta mendukung minat dan bakat

anggotanya untuk mencapai cita-cita ke arah perbaikan dalam bidang pendidikan dan minat

bakat.

Page 84: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

182

Diawali pada tahun 1968 dengan kegiatan Pengajian Muda-Mudi Jalan Subang

(PMMJS – dari rumah ke rumah), hingga akhirnya pada tahun 1971 berdiri Masjid Agung

Sunda Kelapa yang mewadahi kegiatan tersebut hingga saat ini. Lalu pada tahun 1974

lahirlah Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA), yang mempunyai manajemen yang diatur

dalam Peraturan Dasar / Peraturan Rumah Tangga (PD / PRT). Sistem keanggotaan RISKA

yang mencakup segala kalangan membuat RISKA berkembang pesat dan diterima

masyarakat. Berdasarkan hasil statistik keanggotaan terlihat bahwa 72,3% anggota RISKA

berasal dari kalangan Perguruan Tinggi, dengan total seluruh anggota RISKA mencapai

kisaran 15.000 orang.

Terlebih pada saat perayaan momen besar Islam, RISKA selalu mengadakan

kegiatan dengan skala yang cukup besar dengan melibatkan massa yang tidak sedikit. Gema

Muharram RISKA merupakan salah satu kegiatan besar RISKA, dengan peserta yang

banyak dan juga jalinan kerjasama dengan banyak institusi.

Hubungan RISKA dengan remaja masjid lainnya di Indonesia juga cukup baik, terlebih

RISKA merupakan salah satu barometer remaja masjid di Indonesia. Ini terbukti dari

banyaknya remaja masjid dari berbagai propinsi di Indonesia yang melakukan studi

banding. Termasuk sebagai bahan Tugas Akhir beberapa Mahasiswa dari berbagai

Perguruan Tinggi di Jabotabek khususnya. RISKA juga mempunyai jalinan kerjasama yang

baik dengan banyak institusi bisnis, di mana tawaran kerjasama dengan RISKA selalu

mendapatkan respon yang positif.

RISKA sebagai suatu komunitas Remaja Islam yang berkualitas dan gaul dengan berlokasi

dibilangan Menteng, Jakarta Pusat—mencoba sedikit berbuat dalam peran Dakwah

dikalangan Remaja di Indonesia, Jakarta khususnya.

Organisasi Remaja Islam Sunda Kelapa (RISKA) telah mengadakan bermacam

ivent mulai dari yang berskala kecil hingga yang besar seperti Obor Persahabatan Dunia

bersama MENPORA, Program Ciliwung Bersih bersama Mentri Kehutanan dan

Page 85: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

183

Lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim, Gong Jakarta, Maharama ’91, ASEAN Youth

Moslem International Meeting 1995 (AYMIM) serta kegiatan lainnya dengan jumlah massa

yang tidak sedikit. Lokasi pelaksanaan pun beragam, dari ruang ibadah Masjid Agung

Sunda Kelapa sampai Taman Ria Senayan, mulai tempat Perkemahan sampai Ballroom

hotel berbintang, ataupun ruang siaran stasiun radio dan chatting disebuah internet Service

Provider.

Terlebih saat moment hari besar islam, Organisasi Remaja Islam Sunda Kelapa

(RISKA) selalu mengadakan kegiatan dengan skala yang cukup besar denganmelibatkan

massa yang tidak sedikit. Gema Muharram RISKA dan ramadhan bersama RISKA

merupakan dua kegiatan besar RISKA dengan jumlah peserta yang banyak, dan juga jalinan

kerjasama dengan banyak institusi bisnis.

Dengan pengalaman dibidang event organizing selama bertahun-tahun khususnya

untuk target remaja, serta nama besar yang disandang RISKA selaku Trand Setter remaja

Masjid Indonesia secara umum, tak pelak lagi bahwa RISKA merupakan sebuah nama yang

layak untuk dipertimbangkan sebagai mitra kerja untuk institusi komersil atau nonkomersil

di Indonesia.

B. Tujuan Didirikannya

Tujuan didirikannya Organisasi Islam Sunda KElapa (RISKA) adalah:

1. terbinanya kehidupan yang Islami dikalangan remaja/pemuda

2. tercapainya cita-cita remaja/pemuda kearah pembentukan, pembinaan, dan pendidikan

yang akan menghasilkan intelektual muslim yang berahlakul karimah dan turut

berpartisipasi dalam menciptakan kesosialan masyarakat.

C. Visi dan Misi

1. Visi

Page 86: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

184

“Terbaik dan terdepan dalam pembinaan akhlak, penyaluran daya inovasi dan

kreatifitas serta peningkatan intelektual generasi muda Islam untuk menyongsong

kebangkitan Islam.”

2. Misi

b. Meningkatkan ketaqwaan dan akhlak islami dengan mempersiapkan generasi muda

didalam mengemban amanat khilafah di Dunia.

c. Meningkatkan daya kreatifitas dan inovasi serta intelektual generasi muda dalam

upaya menghadapi persaingan Global.

d. Partisipasi proaktif dalam menghadapi situasi dan kondisi lingkungan sosial dan

kemasyarakatan.

D. Program Kegiatan Reguler

1. SDIS

Lengkapnya Studi Dasar Islam Siswa. Sebagai bagian dari RISKA, Departemen

yang bergerak dibidang Pendidikan ini hadir guna memenuhi kebutuhan atas nilai-nilai

religi remaja seusia SMP-SMU. Disamping itu, SDIS berusaha menumbuhkan sikap

yang tidak jauh dari kaidah Islam dalam masa pertumbuhan mereka dalam suasana yang

sesuai dengan dunia mereka tentunya.

Setelah selesai SDIS, siswa/peserta dapat melanjutkan Program yang ditawarkan

berikutnya guna lebih mendalami Nilai-nilai Islam atau lainnya yang berhubungan

dengan Minat dan Bakat masing-masing.

SDIS diselenggarakan pada setiap Ahad, pukul 10.00 s.d 12.00 WIB dengan 2

(dua) kali penerimaan anggota baru dalam setahun dan terbuka untuk umum

2. SDTNI

SDTNI lebih dikenal dengan Studi Dasar Terpadu Nilai Islam yang merupakan

salah satu Departemen RISKA yang berpotensi dalam menunjang SDM RISKA karena

Page 87: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

185

disinilah Dasar pembentukan karakter baik dari segi aqidah (pemahaman akan ke-Esa-

an Sang Pencipta) dan akhlaq (jiwa moralitas).

Program Perkuliahan Reguler yang diselenggarakan oleh SDTNI terbuka untuk

umum (lulusan SLTA/Sederajat, usia s.d. 27 tahun) setiap hari Sabtu pukul 16.00 s.d

Maghrib selama kurang lebih 5 bulan. Sedangkan pendaftaran dibuka 2 kali setahun

3. SLTNI

Studi Lanjutan Terpadu Nilai Islam. Studi ini merupakan fase berikutnya

setelah Anda menyelesaikan Program Studi sebelumnya, SDTNI. Pada dasarnya Anda

bisa langsung mengikuti Program Lanjutan ini selama Anda memenuhi kriteria yang

ditentukan seperti dapat membaca Quran dengan cukup lancar atau sekurang-

kurangnya telah memiliki Dasar Islam.

Di SLTNI ini, studinya lebih intensif dalam menggali wawasan dan pandangan

Islam mengenai kompleksitas hidup dan kehidupan remaja khususnya dan masyarakat

umumnya. Setelah selesai mengikuti Program ini, peserta diharapkan untuk berperan

dalam mentoring baik internal RISKA maupun ekstenal

Program ini juga berlangung selama setahun dengan 2(dua) kali perekrutan.

Adapun perkuliahan reguler dilaksanakan setiap Ahad dari pukul 10.00-12.00 dengan

target lulusan SLTA/sederajat dengan rentang usia s.d. 27 tahun.

4. BMAQ

Disini Anda dapat mengikuti program yang kami tawarkan, salah satunya yaitu

Bimbingan Membaca Al Quran (BMAQ) dengan mengasah kemampuan membaca

Quran Anda baik itu tajwid maupun makna yang terkandung melalui perkuliahan yang

diselenggarakan setiap hari Ahad setiap pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB ini selama kurang

lebih 5 (lima) bulan. Dan Anda pun dapat melanjutkan ketahap berikutnya tentunya.

Adapun tingkatan perkuliahan di Bimbingan Membaca Al Quran ini terdiri atas

tingkat dasar, menengah dan lanjutan. Hal ini tergantung dari tingkat kemampuan

Page 88: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

186

masing-masing berdasarkan konsultasi dengan Tutor Anda. Disamping itu, kami juga

menerima privat disesuaikan dengan waktu yang Anda miliki

5. Keputrian

Dengan ciri dan karakter khusus, Departemen Keputrian hadir untuk mencoba

memberikan warna dalam khazanah pendidikan dunia Islam khususnya wanita

ditambah dengan bekal yang tentunya berkaitan dengan wanita baik itu dalam karir,

pendidikan dan pra rumah tangga.

Program reguler ini diselenggarakan selama kurang lebih 5 bulan dengan dua

kali dalam setahun setiap hari Ahad pukul 13.00 s.d. 15.00 (Ashar). Tentunya terbuka

untuk umum (lulusan SLTA/Sederajat, usia s.d. 27 tahun)

6. Fotografi

Disinilah tempat yang tepat dan dapat diperhitungkan sebagai alternatif dalam

penyaluran hobi dan bakat Anda dalam dunia Fotografi seperti Dasar Fotografi, Foto

Jurnalistik, Foto Petualangan maupun Panggung. Termasuk bagaimana teknik memoto

dan mengolah gambar.

Dengan dibimbing Fotografer profesional berpengalaman dan ternama

dibidangnya, kami juga bekerjasama dengan Institusi yang berkompeten. Disamping

itu, kami menyelenggarakan Workshop Fotografi. Anda juga akan merasakan serunya

Hunting Foto.

Perkuliahan yang terbuka untuk umum ini diselenggarakan setiap hari Ahad

sejak pukul 09.00 – 15.00 WIB dengan syarat usia maksimal 27 tahun dan belum

menikah dengan dua kali setahun penerimaan anggota baru.

7. Jurnalistik

Siapa pun yang berminat atau ingin mengembangkan bakatnya dalam Jurnalistik

dapat memilih program yang kami tawarkan disini. Adapun perkuliahan

diselenggarakan setiap hari Ahad pukul 10.00 s.d. 12.00 WIB.

Page 89: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

187

Sedangkan penerimaan Anggota baru sebanyak 2 (dua) kali setahun dengan

rentang usia dari 17 tahun (lulus SLTA) s.d 27 tahun. Setelah selesai dari perkuliahan,

Anda dapat magang atau berkarya di Media RISKA sebagai wadah penyaluran ide dan

bekal dari perkuliahan sebelumnya.

8. Kesenian

Menyelenggarakan kegiatan pendidikan keterampilan dalam bidang kesenian.

Program yang dibuka antara lain: gitar, keyboard, vokal, teater, dan puisi. Pendidikan

awal selama 5 (lima) bulan . aktivitas setiap hari Sabtu pukul 15.00 WIB sampai dengan

Magrib dan hari Ahad pukul 13.00 WIB samapi dengan Ashar. Ekstrakurikulernya

antara lain : Tafakur Alam, Silaturahim, Perlombaan, dan lain-lain.

9. Forum Kajian

Kajian-kajian yang diadakan meliputi berbagai topik, seperti isu-isu di dunia

remaja, situasi politik, dan lainnya. Juga mengadakan kegiatan kajian pengembangan

diri seperti kemampuan berkomunikasi, serta pelatihan bahasa arab. Selain itu juga ada

kajian lepas kerja yang diperuntukan bagi yang pulang selepas kerja (Eksekutif Muda)

yang biasanya rutin pada hari rabu sore, saat ini pindah pada hari selasa sore mulai

Magrib sampai pukul 20.00 WIB.

E. Program Kegiatan Tidak Tetap (Insidentil)

1. Kegiatan perayaan hari besar Islam

Seperti Gebyar Muharram dan Ramadhan bersama RISKA (diadakan satu bulan

selama Ramadhan dengan beragam kegiatan seperti pesantren kilat, talk show, bazaar

du’afa, anjangsana social, on air di radio, program social, dan lain-lain).

2. Kegiatan Talk Show, Bedah Buku, dan Seminar.

Diadakan secara kasuistik bila ada topic yang ingin diangkat.

3. Kegiatan Training dan Work Shop

Page 90: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

188

Program peningkatan SDM RISKA, meliputi Latihan Dasar Kepemimpinan

(LDK), Manajemen (Pemasaran, SDM, Konflik), pelatihan kepanitiaan, dan lain-lain.

4. Kegiatan Tafakur Alam

Diadakan sebagai pelengkap dari kegiatan depaertemen.

5. Kegiatan Sosial

Diadakan bila ada kasus-kasus yang perlu dibanntu (contoh terakhir adalah

bantuan untuk korban banjir yang melanda Jakarta dan bencana Tsunami di Aceh).

F. Adik Asuh RISKA (AAR)

Departemen Adik Asuh RISKA adalah salah satu departemen Remaja Islam Sunda

Kelapa yang bergerak di Bidang Sosial Kemasyarakatan dan bertujuan untuk memberikan

bantuan demi kelangsungan pendidikan kepada anak-anak kaum dhuafa.

Saat ini Departemen AAR telah memiliki sekitar 30 anak yang terdiri dari tingkat

pendidikan SD sampai SMU/SMK yang diambil dari 5 wilayah Jakarta.

Bantuan yang diberikan kepada mereka adalah bantuan dana sekolah, buku

pelajaran serta kegiatan belajar materi pelajaran sekolah dan materi rohani Islam yang

diadakan setiap 2 pekan sekali. Selain itu studi wisata, ekskul komputer dan kesenian juga

meruakan kegiatan tambahan untuk melengkapi keterampilan mereka.

1. Paket Bantuan

Demi kelangsungan pendidikan mereka, kami mengajak Saudara untuk

berpartisipasi dengan menawarkan paket bantuan dana yang terdiri dari :

a. Paket Bebas

Bantuan dana bulanan yang esarnya tidak ditentukan

b. Paket Kakak Asuh

Paket A (SD) : Rp 15.000/bulan

Page 91: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

189

Paket B (SMP) : Rp 30.000/bulan

Paket C (SLTA) : Rp 40.000/bulan

Komitmen selama 6 bulan dan dapat diperpanjang

c. Paket Orang Tua Asuh

Paket A : Rp 250.000/smt (6 bulan)

Paket B : Rp 360.000/smt (6 bulan)

Paket C : Rp 450.000/smt (6 bulan)

Keterangan :

a. Paket ini meliputi biaya SPP, Transpor, Uang buku dan Biaya

ketrampilan

b. Orang Tua Asuhdapat memilih adik asuh yang ingin dibiayai dan berhak

mendapatkan report prestasi adik asuh

c. Bantuan dana dapat diangsur setiap bulan

d. Komitmen selama setahun dan dapat diperpanjang

Sumbangan dana dapat disalurkan melalui :

Bank Muamalat Indonesia (BMI) Pusat

No Rek : 3010036100 a.n Baitul Maal RISKA

BMT Masjid Agung Sunda Kelapa

No Rek : 01.0000.8343 a.n Departemen Adik Asuh RISKA

BCA Cab Kemang

No rek : 286 1154710 a.n Siti Zahrah Nurjanah

Informasi selengkapnya hubungi :

Pengurus Departemen Adik Asuh RISKA

Jl Taman Sunda Kelapa No 16 Menteng, Jakarta Pusat 10310

Telp : 310580, 31905839

Fax : 3154179

Page 92: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

190

Contact Person :

Lely 0812 8372230

Yunis 0812 1011137

Daru 0812 8791372

SUSUNAN KEPENGURUSAN

REMAJA ISLAM SUNDA KELAPA ( R I S K A )

PERIODE 2007 – 2008

Ketua Umum : Fidiarta Andika

Ketua Harian : Ardiansyah

Sekretaris Jenderal : Muhammad Firmansyah

Kesekretariatan : Mardyah

Pusat Data RISKA : Kiki Zakiyah

Bendahara Umum : Hainah Sakinah

Wakil Bendahara Umum : Lizty Agisnia

Biro Dana Usaha : Nia Farhana

Ketua Divisi Sumber Daya Manusia : Fajar Budiman

Biro Rekruitmen : Sandra Olivia

Biro Kaderisasi : Lis Kurniah

Biro Koordinasi Mentor : Fahrurozi

Lina Herlina

Ketua Divisi Humas dan Marketing : Fernando Sitorus

Biro Sistem Informasi : Noval Ponconoto

Biro Hubungan Organisasi Komersil : Ira Isprafika Purnamasari

Biro Hubungan Org. Non Komersil : Hafsah Syarifah Arifianti

Page 93: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

191

Ketua Bidang Pendidikan Islam : Itta Erlina

Ketua Departemen SDIS : Gugus Aryo S

Ketua Departemen SDTNI : Desmi Hendri

Ketua Departemen SLTNI : Jhanan Abdullah

Ketua Departemen BMAQ : Widiyanto

Ketua Departemen Keputrian : Ade Farida

Ketua Bidang Aktulisasi, Minat & Bakat : Eko Yuniarto

Ketua Departemen Fotografi : Nurrochman

Ketua Departemen Kajian RISKA : Eko Cahyadi

Ketua Departemen Jurnalistik : Anugerah Nurannisa

Ketua Departemen Kesenian : Ilham Manurung

Ketua Departemen OPA L : Harri Septriadi

Ketua Bidang Sosial Kemasyarakatan : Margowidilaksono

Ketua Departemen Adik Asuh RISKA : Haris Al-Qodri Maarif

Ketua Departemen RIScue : Muhammad Ali

Page 94: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

192

BAB IV

IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS PADA ORGANISASI REMAJA MASJID

(RISKA) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI

A. Implementasi The Seven Habits Pada Organisasi Remaja Masjid

Dalam bab ini penerapan the seven habits secara umum pada dasarnya sudah

diterapkan dalam upaya mengembangkan organisasi walaupun masih terdapat berbagai macam

kekurangan yang terdapat dalam penerapan the seven habits tersebut. Hal ini terlihat dari hasil

survey yang penulis lakukan terhadap organisasi RISKA beberapa waktu lalu.

Bentuk penerapan The Seven Habits tersebut dilakukan dalam menjalankan roda

organisasi, mulai dari kegiatan harian maupun dalam melaksanakan progam-program yang

mereka telah rencankan dalam rapat kerja (Raker). Seperti penerapan sikap-sikap yang

tercantum dalam buku The Seven Habits

Pertama, Pro aktif , hal ini diterpkan oleh pengurus RISKA dalam menjalankan

organisasi, mereka dituntut untuk dapat menjadi orang yang akif ketika berorganisasi, dapat

membuat inovasi-inovasi yang signifikan sehingga dapat mengembangkan organisasi, selain itu

mereka juga harus dapat berfikir kreatif dalam melaksanakan setiap program kerja agar

program tersebut tidak berjalan secara monoton akan tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi yang ada. Bertindak pro aktif berarti selalu dapat mencari hal-hal yang

belum pernah terfikir oleh organisasi yang lain, yang dapat membedakan mereka dari yang

lainnya, terutama mengenai program kerja yang mereka telah rencanakan.

Kedua, Merujuk pada tujuan akhir, semua pengurus RISKA harus dapat

mengembalikan seluruh kegiatan yang mereka lakuakan kepada visi dan misi organisasi,

terlebih lagi harus diniatkan apa yang dilakukan hanya untuk Allah semata. Hal ini begitu

penting mengingat dalam organisasi ini tidak berorietasi pada profit oriented, sehingga harus

timbul kesadaran sendiri dalam upaya mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan misi

yang telah dicanagkan oleh para pengurus RISKA.

Orang-orang yang sukses adalah mereka yang menetapkan tujuan yang akan diraihnya.

Bagi mereka hidup adalah pilihan untuk menentukan arah kiblat yang benar yang memberikan

Page 95: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

193

arah ke mana dia harus bergerak. Tujuannya adalah untuk membentuk sikap dan prilaku

seseorang. Mengetahui arah kiblat, menyebabkan seluruh umat islam menjadi tertib dalam

urusan shalatnya. Begitu juga menetapkan tujuan, akan menumbuhkan disiplin dan gairah

kehidupan karena tindakan dan perbuatan kita dikerahkan menuju arah tersebut. Sikap dan

prilaku seseorang ditentukan oleh tujuannya.

Ketiga, Dahulukan yang utama, dalam hal ini seluruh pengurus harus dapat

memprioritaskan hal-hal yang paling penting yang dapat mengembangkan organisasi,

kepentingan pribadi tidak boleh didahulukan, mengingat RISKA adalah organisisi, walau

bagaimanapun juga kepentingan oganisasi adalah diatas segalanya. Ketika membuat sebuah

program harus dikaji terlebih dahulu mana yang menjadi hal-hal prioritas yang harus

didahulukan, kalau perlu kita membuat analisis SWOT (Streenght, weakness, opportunity,

treatment) atau kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu program.

Keempat, Berpikir menang/menang, keoptimisan dalam menjalankan organisasi sangat

dibutuhkan, selalu berfikir menang dengan cara yang baik dan bijaksana, ketika menjalankan

suatu program haruslah yakin bahwasannya program tersebut akan berjalan lancar sesuai yang

telah direncanakan. Akan tetapi selain dengan keyakinan, haruslah diimplementasikan dengan

perbuatan, bukan hanya keyakinan dan niat semata.

Napoleon Hill berpendapat bahwa yang disebut berpikir menang atau berpikir positif

adalah dengan sikap mental positif yang mencakup segala hal yang plus yang dinyatakan lewat

kata-kata, seperti keyakinan, integritas, harapan, optiomisme, keberanian, inisiatif,

kedermawanan, toleransi, kebaikan dan berpikir sehat.

Kelima, Berusah mengerti baru dimengerti, ketika melihat suatu permasalahan dalam

organisasi, sebelumnya kita harus mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang terjadi,

mempelajari kronologi awal mulanya terjadinya masalah, sehingga tidak langsung

menyimpulkan pada suatu masalah tertentu. Memahami suatu masalah terlebih dahulu adalah

suatu kewajiban yang harus dilaksanaklan oleh semua pengurus, agar tidak terjadi

kesalahpahaman, hal ini sangat dibutuhkan mengingat dalam berorganisasi banyak sekali

masalah yang dihadapi.

Dalam memahami sesuatu kita harus dapat menjadi pendengar yang baik, mendengar

dengan penuh empati yaitu mendengar untuk memahami apa yang disampaikan orang lain,

Page 96: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

194

mendenger dengan memasuki kerangka acuan orang lain (frame of references), mengerti dan

memahami perasaan orang lain, serta melihat dunia pengalaman orang lain (field experience),

Keenam, wujudkan sinergi, bersinergi dengan orang lain adalah salah satu kunci sukses

dalam suatu organisasi, hal ini sangat penting karena organisasi adalah kumpulan orang yang

mempunyai tujuan yang sama yang diatur dalam undang-undang organisasi, sehingga sangat

diwajarkan ketika dalam berorganisasi terjadi kesalahpahaman mengingat ini adalah kumpulan

orang banyak yang mempunyai karakter berbeda-beda. Inilah pentingnya sinergi dengan orang

lain, dimana perasaan ego kita kita harus dikesampingkan terlebih dahulu guna mencapai

tujuan organisasi, karena kita tidak dapat bekerja sendiri tanpa bersinergi dengan yang lain.

Para pelaku organisasi harus memilki lebih dari sekedar kemampuan teknis, akan tetapi

lebih dari itu, mereka harus dapat berinteraksi dengan orang-orang yang juga bekerja di

organisasi itu. Terutama bagi pemimpin organisasi harus lebih dapat bersinergi dengan

bawahannya dan juga harus lebuh bijak dalam memberikan keputusan agar dapat diterima oleh

semua pihak.

Ketujuh, Asahlah gergaji, inilah hal terpenting yang harus dimilki oleh setiap pengurus

dalam organisasi, ini bermakna , kita harus tetap menjaga nilai-nilai spiritual, emosional dan

intelektual yang telah diberikan Allah kepada kita. Sesungguhnya Allah telah memberikan kita

berbagai macam kelebihan yang harus kita syukuri, salah satunya adalah dengan cara mengasah

terus segala kemampuan yang kita miliki, baik dengan cara selalu mendekatkan diri dengan

Allah agar spiritual kita tetap tertanam, dengan menjaga perasaan kita untuk terus berfikir

positif agar emosional kita tetap terjaga, ataupun dengan memperbanyak membaca buku-buku

ilmiah guna menigkatkan nilai-nilai intelektual yang kita miliki.

Untuk lebih jelas memahami implementasi The Seven Habits dalam organisasi

RISKA, beberapa waktu lalu penulis membuat quesioner yang kemudian disebarkan kepada

pengurus RISKA untuk diisi sesuai dengan kondisi yang ada.

Adapun quesioner ini berjumlah 30 yang akan diberikan kepada 30 responden dengan

kriteria 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, usia mereka sebagian besar berkisar antara

20-30 tahun dan latar belakang pendidikan mereka sebagian besar SI walaupun ada beberapa

orang yang S2.

Page 97: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

195

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan quesioner ini, penulis menulisnya di lampiran

skripsi ini, sedangkan dalam bab ini penulis mencantumkan perbandingan respon RISKA

antara ideal dan realita yang terjadi di lapangan dalam mengimplementasikan The Seven

Habits dalam upaya mengembangkan organisasi, kemudian penulis akan mengambil poin yang

terbesar dan yang terkecil kemudian menjelaskannya. Selain itu penulis juga akan

mencantumkan mengenai rekapitulasi skor rata-rata variable respon riska terhadap

implementasi The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi dan juga akan mengambil

poin terbesar dan terkecil yang kemudian menjelaskannya.

B. Karakteristik responden terhadap pengimplementasian The seven Habits dalam

organisasi RISKA

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Jenis Kelamin Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Laki-Laki 18 60%

Perempuan 12 40%

Total 30 100%

Mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12 orang atau 40% dan sisanya

responden laki-laki sebanyak 18 orang atau 60%

Usia Frequency Frekuensi Relatif (%) <17 3 10% >17 17 56.7% >25 10 33.3% >30 0 0% Total 30 100%

Usia responden <17 tahun sebesar 10%, usia >17 tahun sebesar 56.7%, usia >25 sebesar 33.3%,

dan usia di >30tahun sebesar 0%

TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Pro aktif dalam

mengembangkan organisasi.

PRO AKTIF

No Pertanyaan Ideal (Skor) Realita (Skor) Deviasi Rangking

Page 98: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

196

1. Mempuyai inisiatif 150 137 13 IV

2. Cepat mengambil tindakan 147 139 8 II

3. Membuat komitmen 149 134 15 V

4. Memenuhi komitmen 149 140 9 III

5. Cepat tanggap 148 142 6 I

Rata-rata Skor 148,6 138,4

Dalam variabel pro aktif ini kita dapat melihat bahwasannya indikator

terbesar yang telah diterapkan oleh RISKA adalah cepat tanggap, sedangkan

indicator yang terkecil adalah membuat komitmen, sehingga indicator cepat

tanggap adalah sikiap yang selalu diterapkan dalam kepegurusan RISKA dalam

menjalankan organisasi, karena lebih mendekati dari nilai ideal. Begitu juga

sebaliknya, sikap membuat komitmen kurang diterapkan dalalm kepengurusan

RISKA karena jauh dari niali ideal, untuk lebih jelasnya terurai di bawah ini.

Penjelasan :

A. Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi. (rangking tertinggi)

Cepat tanggap dalam melihat berbagai masalah yang terdapat dalam

organisasi adalah suatu kelayakan yang harus dimiliki oleh RISKA, hal ini

terbukti dengan terbentuknya divisi-divisi baru yang berorientasi pada

kebutuhan anggota dan juga ketika melihat kondisi masyarakat yang

membutuhkan mereka sering kali langsung terjun ke lapangan.

Dalam berbagai persoalan RISKA sering sekali cepat dalam mengambil

keputusan, akan tetapi tidak sembarang dalam mengambil keputusan, mereka

juga melakukan banyak pertimbangan dan penuh dengan kehati-hatian dalam

Page 99: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

197

mengambil suatu keputusan. Kebijakan organisasi selalu dikeluarkan secara

musyawarah, tidak mengambil otoritas penuh seorang pemimpin, sehingga

keputusan tersebut dapat diterima semua pihak.

B. Membuat komitmen dalam usaha mengembangkan organisasi. (rangking

terendah)

Hal yang tidak kalah penting dalam suatu organiosasi adalah membuat

komitmen dalam berorganisasi, akan tetapi dalam remaja RISKA membuat

komitmen tidak terlalu terlihat dalam berorganisasi, walaupun pada dasarnya

mereka sudah membuat komitman awal mengenai kesiapan mereka dalam

berorganisasi. Ketidaksiapan mereka dalam membuat komitmen kalau boleh penulis

menyimpulkan lebih didsarkan atas kewaspadaan mereka ketika mereka tidak dapat

menjalankan komitmen tersebut, mereka lebih nyaman ketika harus berjalan dengan

kesadaran dari setiap individu dalam mengembangkan organisasi. Dalam hal ini

motivasi dalam berorganisasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kesadaran

seseorang sehingga akan timbul suatu vitalitas, seperti yang tercantum dalam buku

Spiritual Centered Leadership yang dikarang oleh K.H Toto Tasmara, yaitu inner

power yang mampu mengeluarkan energi luar biasa di luar dugaan dirinya sendiri

dan bahkan orang lain.

TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Merujuk pada tujuan

akhir dalam mengembangkan organisasi.

MERUJUK PADA TUJUAN AKHIR

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Selalu merujuk pada tujuan akhir 146 94 52 IV

Page 100: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

198

2. Memiliki visi dan misi 144 138 6 I

3. berpusat pada pekerjaan 148 134 12 II

4. Selalu mengembalikan pada prinsip 148 134 14 III

Rata-rata Skor 146,5 125

Dalam variabel merujuk pada tujuan akhir, kita dapat lihat bahwasannya

sikap memilki visi dan misi adalah indicator yang memiliki rangking yang paling

tinggi, sedangkan indicator selalu merujuk pada tujuan akhir menempati urutan paling

rendah dalam hal rangking, sehingga merujuk pada tujuan akhir benar-benar belum

sepenuhnya diterapkan oleh pengurus RISKA, untuk dapat lebih jelasnya dapat

melihat penjelasan dibawah ini.

PENJELASAN

A. Memiliki Visi dan Misi pribadi maupun organisasi dalam menjalankan organisasi.

(rangking tertinggi)

RISKA adalah organisasi remaja masjid yang sudah cukup lama aktif di kawasan

Jakarta, sehingga mereka sudah memilki visi dan misi yang jelas sejak didirikannya organisasi

ini. Visi dan misi adalah hal terpokok yang paling terpenting bagi semua organisasi, tidak

hanya RISKA. Tanpa visi dan misi organisasi akan tidak mempunyai arah dalam menjalankan

roda organisasi, ia adalah tujuan akhir dalam setiap organisasi, sebelum tujuan akhir yang

sesungguhnya yaitu mendapatkan Ridho dari Allah SWT.

Visi dan Misi yang dimiliki oleh RISKA sangatlah jelas, mereka ingin menjadi anak

mua yang tidak hanyan cerdas dalam intelektual akan tetapi juga cerdas dalam hal emosional

dan spiritual, dalam misi mereka terdapat poin yang berkaitan dengan kepedulian mereka

terhadap masyarakat, kemudian mereka juga ingin menjadi jiwa-jiwa muda yang kreatif yang

sesuai dengan nilai-nilai yang islami. Kemudian dalam visi mereka selalu mengedepankan

Page 101: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

199

akhlak yang baik sebagai semua landasan program agar dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Sehingga apapun yang mereka kerjakan selalu berorietasi pada nilai-nilai yang islami.

B. Selalu Merujuk Pada Tujuan Akhir dalam setiap menghadapi masalah dalam

organisasi. (rangking terendah)

Merujuk pada tujuan akhir sangat diperlukan juga dalam suatu organisasi, kirta harus

melihat tujuan akhir kita dalam berorganisasi, yaitu berkiblat pada visi dan misi suatu

organisasi, akan tetapi dalam penerapannya, RISKA terkadang tidak dapat merujuk pada tujuan

akhir organisasi, karena harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Akan tetapi

meskipun tidak merujuk pada tujuan akhir RISKA selalu berpedoman pada kemashlahatan

orang banyak terutama anggota organisasi tersebut.

Sesuai dengan apa yang dilakuakan penulis melalui penyebaran angket questioner,

penulis memahami bahwasannya para pengurus RISKA menganggap bahwasannya merujuk

pada tujuan akhir adalah harus sesuai dengan visi dan misi yang mereka buat pada awal

pembentukan organisasi, sedangkan kebutuhan yang harus dilakukan oleh organisasi haruslan

relevan dengan kondisi yang ada sekitar, sehingga mererka memahami merujuk pada tujuan

akhir harus disesuaikan dengan kondisi yang ada.

TABEL 3. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Dahulukan yang

utama dalam mengembangkan organisasi.

DAHULUKAN YANG UTAMA

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Selalu memproritaskan hal penting 146 138 8 I

2. Selalu berusaha memproritaskan

aktivitas 145 135

10 II

Page 102: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

200

3. Selalu memenuhi komitmen dan janji 149 135 14 III

Rata-rata Skor 146,67 136

Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya selalu memprioritaskan hal yang

paling penting merupakan sikap yang paling sering diterapkan oleh RISKA dan memiliki

rangking tertinggi dalam upaya mengembangkan organisasi, sedangkan indicator selalu

memenuhi komitmen dan janji merupakan hal yang jarang terjadi di RISKA,dan memiliki

rangking yang terendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey bahwasannya hasil realita

berjarak jauh dengan nilai ideal yang seharusnya diterpakan oleh RISKA. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini.

PENJELASAN

A. Selalu memprioritaskan hal yang penting pada hal-hal yang terpenting ketika terjadi

masalah dalam organisasi. (rangking terringgi)

Dalam implementasinya, para pengurus RISKA selalu berusaha untuk mendahulukan

hal-hal yang terpenting terlebih dahulu, baik dalam melaksanakan program organisasi maupun

dalam kehidupan mereka sehari-hari, ketika suatu program sudah matang direncanakan, maka

apapun halangannya, ketika itu tidak bertentangan dengan AD ART dalam organisasi maka

mereka harus tetap melaksanakn program tersebut. Contoh kecil ketika ada program kegiatan

Hari Besar Islam (HBI) yang sudah direncanakan pada awal tahun, maka ketika ada kegiatan

yang belum direncanakan sebelumnya dan waktunya berbenturan, maka yang harus

diprioritaskan adalan program yang sudah direncanakan sebelumnya.

Memprioritaskan hal yang penting lebih dari pada mendahulukan kepentingan pribadi,

berhubung kita bernaung dalam satu organiasasi yang memiliki tujuan yang sama, maka kita

harus mendahulukan kepentingan organisasi ketimbang kepentingan pribadi kita.

Page 103: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

201

B. Selalu memenuhi komitmen dan janji yang telah direncanakan (rangking terendah)

Ketika suatu komitmen telah dibuat, maka hal selanjutnya yang harus diperhatikan

adalah memenuhi komitmen tersebut, hal inilah yang menjadi kekurangan bagi organisasi

RISKA, mereka kerap kali tidak komitmen dengan janji yang mereka telah buat, hal terkecil

adalah ketika membuat kesepakatan untuk rapat, komitman awal adalah setiap orang harus

dating on time akan tetapi dalam kenyataannya, istilah rubber time atau jam karet masih sangat

kental dalam organisasi tersebut, ini disebabkan karena banyak dari mereka yang masih saling

mengandalkan satu sama lain dalam menjalankan suatu program organisasi. Akibatnya, banyak

sekali program-progam yang belum berjalan sempurna karena komitmen mereka yang belum

dijalankan.

Memenuhi komitmen adalah suatu keharusan bagi setiap orang, bukan hanya orang

yang aktif diorganisasi, karena itu kita harus menghargai atas senua komtmen yang sudah kita

buat, seperti yang dikutip oleh Daniel Goleman, “ orang berkomitmen adalah para warga

perusahaan teladan. Mereka bersedia menempuh perjalanan lebih panjang. Dan seperti kerikil

yang dilontarkan ke tengan kolam, karyawan yang berkomtimen tersebut menyebarkan riak-

riak perasaan kebahagiaannya ke seluruh lingkungan perusahaan. Komimen yang sangat tinggi

memungkinkan dirinya berjuang keras menghadapi tantangan dan tantangan dan tekanan yang

bagi orang yang tidak mempunyai komitman dirasakannya sebagai beban berat dan

menimbulakan stress.

TABEL 4. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berpikir

menang/menang dalam mengembangkan organisasi.

BERFIKIR MENANG/MENANG

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

Page 104: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

202

1. Selalu berfikir optimis 149 128 21 III

2. Selalu memilih yang terbaik 150 135 15 I

3. Membuat kesepakatan 148 127 21 III

4. mengedepankan system 149 131 18 II

Rata-rata Skor 149 130,25

Pada table ini, kita dapat melihat bahwasannya dalam variabel Berpikir

menang/menang terdapat indicator selalu memilih yang terbaik merupakan rangking tertinggi

dalam implementasinya pada remeja RISKA, sedangkan yang uniknya adalah ketika kita

melihat rangking terendah terdapat dua indicator yang memiliki rangking yang sama, yaitu

indicator selalu berpikir optimis dan membuat kesepakatan dalam berorganisasi, hak ini .lebih

disebabkan karena kedua indicator tersebut memang belum sepenuhnya diterapkan dalam

remaja RISKA. Untuk lebih jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini.

PENJELASAN

A. Memilih yang terbaik diantara pilihan baik (rangking tertinggi)

Memilih yang terbaik dalam setiap kegiatan yang dilakuakn RISKA adalah suatu

keharusan yang harus dilakuakn oleh setiap pengurus, dalam hal berpikir menang, memilih

yang terbaik adalah salah satu cara agar keyakinan kita untuk meraih kemenangan semakin

mudah, keyakinan saja tidaklah cukup untuk meraih suatu kemenangan, disitu perlu strategi

khusus bagaimana caranya kita dapat meraih kemenangan tersebut.

Semua program kerja yang dilaksanakan RISKA adalah program kerja yang baik, dan

kinerja mereka pun dapat dikatakan baik merkipun masih ada kekurangan di berbagai hal,

sekarang yang selalu dikedepankan oleh pengurus adalah bagaimana caranya agar dapat

Page 105: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

203

memilih program yang paling baik yang dapat memberikan pengaruh besar dalam

perkembangan organisasi.

B. Selalu berfikir optimis dalam menghadapi semua masalah (rangking terendah)

Befikir optimis adalah hal yang paling mendasar ketika kita ingin menjalankan suatu

program yang akan kita laksanakan, Helen Keller pernah berkata “ Optimism is the faith that

leads to achievements. Nothing can be done without hope and confidence (optimis adalah

sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang bias diperbuat

tanpa harapan dan percata diri).’’

Meskipun hal ini sangat urgent bagi suatu organisasi, tetapi terkadang pada RISKA

sikap ini tidak terlihat, para penguruis terkesan berjalan apa adanya, tanpa adanaya percaya diri

yang lebih, keoptimisan mereka terkadang sedikit menurun ketika mereka melihat p[engurus

yang lain terkadang mereka tidak komitmen dengan janji yang mereka sudah lakuakn.

Meskipun begitu, ketika semua pihak mendukung untuk pengembangan organisasi ini, rasa

optimis mereka selalu memuncak sampai akhirnya mereka mencapai kemajuan dalam

berorganisasi.

C. Membuat kesepakatan kerja untuk dapat menang (rangkingi terendah)

Seperti dibahas sebelumnya, membuat komitmen dalam berorganisasi di RISKA

memang sedikit tidak diutamakan, dikarenakan mereka takut tidak dapat menjalankan

komitman tersebut, akan tetapi mereka akan lebih comfort untuk dapat bekerja langsung tidak

hanya NATO alias No action talk only, begitu juga membuat kesepakatan dalam bekerja

mereka, mereka terkadang lebih tertarik untuk dapat langsung action ke lapangan, sehingga

dapat langsung terjun untuk bekerja tanpa banyak teori yang kurang berarti terlebih dahulu.

Page 106: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

204

TABEL 5. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berusaha mengerti

baru dimengerti dalam mengembangkan organisasi.

BERUSAHA MENGERTI BARU DI MENGERTI

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Selalu mengadakan komunikasi 150 138 12 I

2. Mendengarkan dengan empati 148 130 18 II

3. Melakukan penelitian 147 135 12 I

4. selalu memahami persepsi 148 126 22 III

Rata-rata Skor 148,25 132,25

Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya terdapat dua indicator yang

memiliki rangking tertinggi yang sama, yaitu indicator selalu mengadakan komunikasi dan

melakukan penilitian masalah sebelum menyimpulkan masalah tersebut, kedua skor dari

indicator tersebut memiliki niali yang sama-sama tinggi karena memilki selisih yang lebih

sedikit untuk mencapai niali ideal. Sedangkan rangking terendah dalam variabel ini adalah

selalu memahami persepsi dengan bijak, penjelasan lebih lanjut tertulis di bawah ini.

PENJELASAN

A. Selalu mengadakan komunikasi yang empati dengan yang lain (rangking tertinggi)

Stephen R Covey mengatakan Komunikasi adalah keterampilan paling penting dalam

hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk berkomunikasi, sehingga

Page 107: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

205

tidadk mengherankan pula kalau maju tidaknya suatu organisasi sangat tergantung pada

tingtkat komunikasi yang efektif antara pengurus satu dengan yang lainnya.

Dalam organisasi RISKA organisasi memang menjadi senjata utama dalam

mengembangkan organisasi, meskipun sabagian besar pengurus sibuk dengan kuliah dan juga

‘pekerjaan mereka, akan tetapi komunikasi diantara mereka tetap terjaga dengan baik, terlebih

lagi sekarang sudah zaman dengna teknologi yang canggih, ketika mereka tidak dapat bertemu

tatap muka mereka masih dapat berkomunikasi melalui telepon, atau mungkin hanya melalui

Short Message Sentre (SMS) atau dengan cara yang lebih canggih lagi dengan melalui e-mail

atau yang lainnya. Intinaya, meskipun kesibukan mereka tidak hanya dalam organisasi RISKA

tetapi komunikasi mereka selalu tetap terjaga dengan baik.

B. Mengadakan penelitian terlebih dahulu baru menyimpulkan (rangkingi tertinggi)

Ketika menghadapi suatu permasalahan, kebiasaan baik yang ditimbulkan dalam

RISKA adalah memahami terlebih dahulu apa masalah yang terjadi sebenarnya, mereka

terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap masalah sebelum mereka menyimpulkan

masalah tersebut kemudian mencari solusi yang terbaik.

Mengadakan penelitian terhadap semua masalah yang ada merupakan hal yang harus

dilakukan dalam berorganisasi sebelum menentukan apa yang sebenarnya terjadi, kalau perlu

mereka sering kali melakukan analisis dengan melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan

ancaman dari suatu masalah yang mereka hadapi.

C. Selalu memahami persepsi orang lain denagn bijak (rangking terendah)

Dengan banyaknya pengurus RISKA yang ada, terkadang beda pendapat ataupun selisih

paham adalah hal yang biasa yang kita jumpai ketika kita aktif di RISKA, terkadang hanya

dengan permasalahan sepele saja antar pengurus dapat bersitegang, walaupun mungkin tidak

Page 108: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

206

lama, hal ini sangatlah difahami, mengingat RISKA adalah orgasnisasi remaja masjid yang bisa

dikatakan salah satu organisasi besar yang ada di lingkungan Jakarta, lebih dari itu yang harus

kita fahami adalah bahwa setiap orang punya pendapat sendiri, sehingga tugas utama kita

adalah bagaimana dapat menghargai pendapat tesebut meskipun orang lain berbeda pendapat

dengan kita.

TABEL 6. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Wujudkan sinergi

dalam mengembangkan organisasi.

WUJUDKAN SINERGI

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Mengadakan kerjasama yang kreatif 149 127 22 III

2. Selalu mendapatkan alternative 150 129 21 II

3. Dapat menghargai perbedaan 150 129 21 II

4. Bersinergi dengan yang lain 148 133 15 I

Rata-rata Skor 149,25 129,5

Pada indicator ini, terdapat rangking tertinggi yang telah diterapkan oleh remaja RISKA

yaitu pada indicator bersinergi dengan yang lain dalam usaha mengembangkan organisasi, hal

ini memang sudah diterapkan dalam organisasi RISKA meskipun memang belum sepenuhnya,

akan tetapi skor realita yang ada hampir mendekati skor nilai yang ideal. Sedangkan indicator

terendah dalam variabel ini terdapat pada indicator mengadakan kerjasama yang kreatif. Untuk

lebih jelasnya tertulis dibawah ini.

PENJELASAN

Page 109: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

207

A. Bersinergi dengan yang lain dalam memecahkan masalah dalam organisasi (rangking

tertinggi)

Untuk dapat mengembangkan suatu organisasi, sangat diperlukan sinergi dengan orang

lain, mengingat organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang

harus mengikuti peraturan-peraturan yang terdapat dalam organisasi tersebut. Bersinergi

dengan orang lain berarti dapat bekerja sama dengna yang lain. RISKA sudah menerapkan itu

semenjak didirikannya organisasi tersebut, antar pengurus selalu mengadakan komunikasi yang

baik, ketika ada suatu permasalahan mereka selalu bahu membahu dalam memecahkan

masalah tersebut.

RISKA senantiasa melakukan sinergi dengan yang lain, bahkan tidak hanya antar

pengurus tapi juga dengan orang lain, terutama dengan pengurus Masjid Sunda Kelapa, sering

kali mereka mengadakan acara bersama dengan melibatkan semua jama’ah Masjid Sunda

Kelapa dan juga masyarakat sekitar.

B. Mengadakan kerjasama yang kreatif dalam yang lain (rangking terendah)

Sesunggunhya, RISKA telah menerapkan ini dalam kegiatan berorganisasi mereka,

kerjasama sering dilakuakan antara divisi yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi mungkin

kerjasama yang kreatif belum sepenuhnya terlihat dalam kerjasama mereka, terkadang mereka

hanya sekedar kerjasama dalam menjalankan satu prograqm yang tidak terlalu besar yang

sebenarnya itu dapat dikerjakan dengna beberapa individu saja. Sifat kreatif sangat diperlukan

dalam organisasi terutama dalam hal kerjasama agar dapat menghasilkan hasil yang

memuaskan yang dapat memajukan organisasi.

TABEL 7. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Asahlah gergaji

dalam mengembangkan organisasi.

ASAHLAH GERGAJI

Page 110: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

208

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Mengasah kemampuan diri 148 133 15 IV

2. Selalu memihara kesehatan 149 131 18 V

3. Menjaga nilai-nilai spiritual 150 144 6 I

4. Menjaga nilai-nilai emosional 150 136 14 III

5. Menjaga nilai-nilai intelektual 149 136 13 II

Rata-rata Skor 149,2 136

Dalam variabel yang terakhir ini, kita dapat memahami bahwasannya indicator menjaga

nilai-nilai spiritual memiliki rangking tertinggi dibanding dengan indicator yang lain,

kemudian selalu memelihara kesehatan dengan baik merupakan indicator yang paling rendah,

karena menurut hasil survey nilai realita mempunyai selisih yang cukup jauh dibandingkan

dengan nilai ideal yang seharunya diterapkan dalam berorganisasi.

PENJELASAN

A. Mejaga nilai-nilai Spiritual (rangking tertinggi)

Nilai-nilai spiritual yang terdapat pada remaja RISKA memang harus diakui sangatlah

bagus, mereka benar-benar menjaga nilai-nilai ketuhanan, karena mereka benar-benar

menyadari bahwasnnya segala upaya yang dilakukan dalam mengembangkan organisasi adalah

tujuan utamanya akan kembali pada Allah SWT, karean itu nilai-nilai spiritual tidak pernah

mereka langgar, bahkan belakangan ini mereka mengadakan training ESQ (Emotional Spiritual

Quotient) yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai Spiritual, emosioanal dan intelektual

mereka agar terus meningkat.

Page 111: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

209

Hal ini sesuai dengan pernyataan K.H Toto Asmara dalam bukunya Spiritual Centered

Leadership yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada intinya. Dan inti dari perbuatan

kita adalah keyakinan yang dibalut rasa cinta yang sangat mendalam kepada Allah. Bisikan hati

dan seluruh tindakan kita berada dalam sorotan kamera ilahiah yang sangat teliti dan tidak

pernah salah merekam dan mencatat perbuatan kita.

B. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik (rangking

terendah)

Sebagian besar pengurus RISKA adalah orang-orang terpelajar dan mempunyai latar

belakang agama yang cukup baik, akan tetapi menurut hasil survey yang dilakukan mereka

kurang care dengan kesehatan mereka, hal ini menurut analisa penulis lebih disebabkan karena

kegiatan mereka yang cukup padat, mereka tidak hanya aktif di organisasi tapi juga aktif di

masyarakat, disamping mereka juga kuliah dan kerja di berbagai tempat. Kesehatan fisik adalah

sesuatu yang harus dijaga oleh setiap orang, tanpanya sesibuk apapun kita atau sebanyak

apapun kegiatan kita kalau kesehatan fisik kita tidak mendukung kita tidak akan mampu

melaksanakan pekerjaan tersebut.

B. REKAPITULASI SKOR RATA-RATA VARIABLE RESPON RISKA TERHADAP

IMPLEMENTASI SEVEN HABITS DALAM MENGEMBANGKAN ORGANISASI

TABEL VIII

Skor Rata-rata No Variable

Ideal Realita Deviasi Rangking

1. Pro Aktif 148,6 138,4 10,2 I

2. Merujuk pada tujuan akhir 146,5 125 21,5 VII

3. Dahulukan yang utama 146,67 136 10,67 II

Page 112: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

210

4. Berfikir menang 149 130,25 18,75 V

5. Berusaha mengerti baru di

mengerti 148,25 132,25 16 IV

6. Wujudkan sinergi 149,25 129,5 19,75 VI

7. Asahlah gergaji 149,2 136 13,2 III

PEJELASAN

1. Pro aktif (rangking variable tertinggi )

Ternyata, variable pro aktif adalah variable yang telah diterapkan oleh RISKA,

meskipun belum sepenuhnya. Pro aktif adalah sikap yang selalu bertindak, ia senantiasa

mempunyai inisiatif untuk dapat melangkah maju. Rasa ingin mendorong dirinya untuk

berprestasi (achievement) sehingga tumbuh semangat bersaing (competitiveness) untuk

menampilkan karya-karya prestatif sebagai rasa syukurnya kepada sang kholiq.Mereka

menganggap berhenti berpikir secara kreatif,berarti memadamkan cahaya ilahi dan karenanya

hudupnya sama sekali tidak punya arti.

Dengan demikian,kreativitas adalah segala kecenderungan diri kita untuk melahirkan

sesuatu yang benar-benar baru (innovation}atau kombinasi-kombinasi baru dengan

memanfaatkan ciptaan Ilahi yang ada di sekitarnya..

Mereka sangat eksploratif dalam pengertian selalu ingin tahu, ingin mencoba,dan

mempertahankan sesuatu bukan sebagaimana biasanya. Mereka disebut kreatif karena memang

sering kali keluar dari kebiasaan-kebiasaan umum. Cara berpikir mereka tidak konvergen,

tetapi divergen. Mereka mampu merangkaikan atau mengkombinasikan sesuatu menjadi yang

baru.

Page 113: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

211

Begitu juga dengan RISKA, mereka begitu proaktif dalam menjalankan organisasi,

mereka sangat kreatif dalam mermbuat program-program kereja, sehingga setiap kegiatan yang

dilaksanakan okeh RISKA tidak terkesan monotan karena penuh dengan inovasi-inovasi yang

baru.

2. Merujuk pada tujan akhir (rangking variable terendah )

Dalam hal ini, dalam melaksanakan kegiatan organisasi para pengurus RISKA

sebenarnya telah menerapkan tujuan mereka sesuai visi dan misi organisasi, akan tetapi ada

beberapa kekurangan dalam menjalankan visi dan misi tersebut, sehingga terkesan ketika

melaksanakan suatau program mereka kurang terkoordinir dengna baik, mungkin disebabkan

para pengurus tersebut kurang dapat memahami visi dan misi organisasi, terlebih lagi tujuan

akhir dari kehidupan kita dalam berorganisasi adalah mencari ridho Allah SWT. Akan tetapi

menurut hemat penulis mereka telah menjalankan kepengurusan dengan baik, hanya perlu

beberapa masukan dari pihak luar agar kepengurusan ini dapat lebih berkembang.

Page 114: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

98

BAB IV

IMPLEMENTASI THE SEVEN HABITS PADA ORGANISASI REMAJA

MASJID (RISKA) DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN ORGANISASI

C. Implementasi The Seven Habits Pada Organisasi Remaja Masjid

Dalam bab ini penerapan the seven habits secara umum pada dasarnya

sudah diterapkan dalam upaya mengembangkan organisasi walaupun masih

terdapat berbagai macam kekurangan yang terdapat dalam penerapan the seven

habits tersebut. Hal ini terlihat dari hasil survey yang penulis lakukan terhadap

organisasi RISKA beberapa waktu lalu.

Bentuk penerapan The Seven Habits tersebut dilakukan dalam

menjalankan roda organisasi, mulai dari kegiatan harian maupun dalam

melaksanakan progam-program yang mereka telah rencankan dalam rapat kerja

(Raker). Seperti penerapan sikap-sikap yang tercantum dalam buku The Seven

Habits

Pertama, Pro aktif , hal ini diterpkan oleh pengurus RISKA dalam

menjalankan organisasi, mereka dituntut untuk dapat menjadi orang yang akif

ketika berorganisasi, dapat membuat inovasi-inovasi yang signifikan sehingga

dapat mengembangkan organisasi, selain itu mereka juga harus dapat berfikir

kreatif dalam melaksanakan setiap program kerja agar program tersebut tidak

berjalan secara monoton akan tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi yang ada. Bertindak pro aktif berarti selalu dapat mencari

hal-hal yang belum pernah terfikir oleh organisasi yang lain, yang dapat

membedakan mereka dari yang lainnya, terutama mengenai program kerja yang

mereka telah rencanakan.

Page 115: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

99

Kedua, Merujuk pada tujuan akhir, semua pengurus RISKA harus dapat

mengembalikan seluruh kegiatan yang mereka lakuakan kepada visi dan misi

organisasi, terlebih lagi harus diniatkan apa yang dilakukan hanya untuk Allah

semata. Hal ini begitu penting mengingat dalam organisasi ini tidak berorietasi

pada profit oriented, sehingga harus timbul kesadaran sendiri dalam upaya

mengembangkan organisasi sesuai dengan visi dan misi yang telah dicanagkan

oleh para pengurus RISKA.

Orang-orang yang sukses adalah mereka yang menetapkan tujuan yang

akan diraihnya. Bagi mereka hidup adalah pilihan untuk menentukan arah kiblat

yang benar yang memberikan arah ke mana dia harus bergerak. Tujuannya

adalah untuk membentuk sikap dan prilaku seseorang. Mengetahui arah kiblat,

menyebabkan seluruh umat islam menjadi tertib dalam urusan shalatnya. Begitu

juga menetapkan tujuan, akan menumbuhkan disiplin dan gairah kehidupan

karena tindakan dan perbuatan kita dikerahkan menuju arah tersebut. Sikap dan

prilaku seseorang ditentukan oleh tujuannya.

Ketiga, Dahulukan yang utama, dalam hal ini seluruh pengurus harus

dapat memprioritaskan hal-hal yang paling penting yang dapat mengembangkan

organisasi, kepentingan pribadi tidak boleh didahulukan, mengingat RISKA

adalah organisisi, walau bagaimanapun juga kepentingan oganisasi adalah diatas

segalanya. Ketika membuat sebuah program harus dikaji terlebih dahulu mana

yang menjadi hal-hal prioritas yang harus didahulukan, kalau perlu kita

membuat analisis SWOT (Streenght, weakness, opportunity, treatment) atau

kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu program.

Keempat, Berpikir menang/menang, keoptimisan dalam menjalankan

organisasi sangat dibutuhkan, selalu berfikir menang dengan cara yang baik dan

bijaksana, ketika menjalankan suatu program haruslah yakin bahwasannya

program tersebut akan berjalan lancar sesuai yang telah direncanakan. Akan

tetapi selain dengan keyakinan, haruslah diimplementasikan dengan perbuatan,

bukan hanya keyakinan dan niat semata.

Page 116: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

100

Napoleon Hill berpendapat bahwa yang disebut berpikir menang atau

berpikir positif adalah dengan sikap mental positif yang mencakup segala hal

yang plus yang dinyatakan lewat kata-kata, seperti keyakinan, integritas,

harapan, optiomisme, keberanian, inisiatif, kedermawanan, toleransi, kebaikan

dan berpikir sehat.

Kelima, Berusah mengerti baru dimengerti, ketika melihat suatu

permasalahan dalam organisasi, sebelumnya kita harus mengerti terlebih dahulu

apa sebenarnya yang terjadi, mempelajari kronologi awal mulanya terjadinya

masalah, sehingga tidak langsung menyimpulkan pada suatu masalah tertentu.

Memahami suatu masalah terlebih dahulu adalah suatu kewajiban yang harus

dilaksanaklan oleh semua pengurus, agar tidak terjadi kesalahpahaman, hal ini

sangat dibutuhkan mengingat dalam berorganisasi banyak sekali masalah yang

dihadapi.

Dalam memahami sesuatu kita harus dapat menjadi pendengar yang baik,

mendengar dengan penuh empati yaitu mendengar untuk memahami apa yang

disampaikan orang lain, mendenger dengan memasuki kerangka acuan orang

lain (frame of references), mengerti dan memahami perasaan orang lain, serta

melihat dunia pengalaman orang lain (field experience),

Keenam, wujudkan sinergi, bersinergi dengan orang lain adalah salah

satu kunci sukses dalam suatu organisasi, hal ini sangat penting karena

organisasi adalah kumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama yang

diatur dalam undang-undang organisasi, sehingga sangat diwajarkan ketika

dalam berorganisasi terjadi kesalahpahaman mengingat ini adalah kumpulan

orang banyak yang mempunyai karakter berbeda-beda. Inilah pentingnya sinergi

dengan orang lain, dimana perasaan ego kita kita harus dikesampingkan terlebih

dahulu guna mencapai tujuan organisasi, karena kita tidak dapat bekerja sendiri

tanpa bersinergi dengan yang lain.

Para pelaku organisasi harus memilki lebih dari sekedar kemampuan

teknis, akan tetapi lebih dari itu, mereka harus dapat berinteraksi dengan orang-

orang yang juga bekerja di organisasi itu. Terutama bagi pemimpin organisasi

Page 117: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

101

harus lebih dapat bersinergi dengan bawahannya dan juga harus lebuh bijak

dalam memberikan keputusan agar dapat diterima oleh semua pihak.

Ketujuh, Asahlah gergaji, inilah hal terpenting yang harus dimilki oleh

setiap pengurus dalam organisasi, ini bermakna , kita harus tetap menjaga nilai-

nilai spiritual, emosional dan intelektual yang telah diberikan Allah kepada kita.

Sesungguhnya Allah telah memberikan kita berbagai macam kelebihan yang

harus kita syukuri, salah satunya adalah dengan cara mengasah terus segala

kemampuan yang kita miliki, baik dengan cara selalu mendekatkan diri dengan

Allah agar spiritual kita tetap tertanam, dengan menjaga perasaan kita untuk

terus berfikir positif agar emosional kita tetap terjaga, ataupun dengan

memperbanyak membaca buku-buku ilmiah guna menigkatkan nilai-nilai

intelektual yang kita miliki.

Untuk lebih jelas memahami implementasi The Seven Habits dalam

organisasi RISKA, beberapa waktu lalu penulis membuat quesioner yang

kemudian disebarkan kepada pengurus RISKA untuk diisi sesuai dengan kondisi

yang ada.

Adapun quesioner ini berjumlah 30 yang akan diberikan kepada 30

responden dengan kriteria 18 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, usia

mereka sebagian besar berkisar antara 20-30 tahun dan latar belakang

pendidikan mereka sebagian besar SI walaupun ada beberapa orang yang S2.

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan quesioner ini, penulis

menulisnya di lampiran skripsi ini, sedangkan dalam bab ini penulis

mencantumkan perbandingan respon RISKA antara ideal dan realita yang

terjadi di lapangan dalam mengimplementasikan The Seven Habits dalam upaya

mengembangkan organisasi, kemudian penulis akan mengambil poin yang

terbesar dan yang terkecil kemudian menjelaskannya. Selain itu penulis juga

akan mencantumkan mengenai rekapitulasi skor rata-rata variable respon riska

terhadap implementasi The Seven Habits dalam mengembangkan organisasi dan

juga akan mengambil poin terbesar dan terkecil yang kemudian menjelaskannya.

Page 118: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

102

D. Karakteristik responden terhadap pengimplementasian The seven

Habits dalam organisasi RISKA

Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian

Jenis Kelamin Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

Laki-Laki 18 60%

Perempuan 12 40%

Total 30 100%

Mayoritas responden adalah perempuan yaitu sebanyak 12 orang atau 40%

dan sisanya responden laki-laki sebanyak 18 orang atau 60%

Usia Frequency Frekuensi Relatif (%) <17 3 10% >17 17 56.7% >25 10 33.3% >30 0 0% Total 30 100%

Usia responden <17 tahun sebesar 10%, usia >17 tahun sebesar 56.7%, usia >25

sebesar 33.3%, dan usia di >30tahun sebesar 0%

TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Pro aktif

dalam mengembangkan organisasi.

PRO AKTIF

No Pertanyaan Ideal (Skor) Realita (Skor) Deviasi Rangking

1. Mempuyai inisiatif 150 137 13 IV

2. Cepat mengambil tindakan 147 139 8 II

3. Membuat komitmen 149 134 15 V

4. Memenuhi komitmen 149 140 9 III

Page 119: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

103

5. Cepat tanggap 148 142 6 I

Rata-rata Skor 148,6 138,4

Dalam variabel pro aktif ini kita dapat melihat

bahwasannya indikator terbesar yang telah diterapkan oleh RISKA

adalah cepat tanggap, sedangkan indicator yang terkecil adalah

membuat komitmen, sehingga indicator cepat tanggap adalah sikiap

yang selalu diterapkan dalam kepegurusan RISKA dalam

menjalankan organisasi, karena lebih mendekati dari nilai ideal.

Begitu juga sebaliknya, sikap membuat komitmen kurang

diterapkan dalalm kepengurusan RISKA karena jauh dari niali

ideal, untuk lebih jelasnya terurai di bawah ini.

Penjelasan :

C. Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi.

(rangking tertinggi)

Cepat tanggap dalam melihat berbagai masalah yang

terdapat dalam organisasi adalah suatu kelayakan yang harus

dimiliki oleh RISKA, hal ini terbukti dengan terbentuknya divisi-

divisi baru yang berorientasi pada kebutuhan anggota dan juga

ketika melihat kondisi masyarakat yang membutuhkan mereka

sering kali langsung terjun ke lapangan.

Dalam berbagai persoalan RISKA sering sekali cepat

dalam mengambil keputusan, akan tetapi tidak sembarang dalam

Page 120: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

104

mengambil keputusan, mereka juga melakukan banyak

pertimbangan dan penuh dengan kehati-hatian dalam mengambil

suatu keputusan. Kebijakan organisasi selalu dikeluarkan secara

musyawarah, tidak mengambil otoritas penuh seorang pemimpin,

sehingga keputusan tersebut dapat diterima semua pihak.

D. Membuat komitmen dalam usaha mengembangkan

organisasi. (rangking terendah)

Hal yang tidak kalah penting dalam suatu organiosasi

adalah membuat komitmen dalam berorganisasi, akan tetapi dalam

remaja RISKA membuat komitmen tidak terlalu terlihat dalam

berorganisasi, walaupun pada dasarnya mereka sudah membuat

komitman awal mengenai kesiapan mereka dalam berorganisasi.

Ketidaksiapan mereka dalam membuat komitmen kalau boleh penulis

menyimpulkan lebih didsarkan atas kewaspadaan mereka ketika

mereka tidak dapat menjalankan komitmen tersebut, mereka lebih

nyaman ketika harus berjalan dengan kesadaran dari setiap individu

dalam mengembangkan organisasi. Dalam hal ini motivasi dalam

berorganisasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kesadaran

seseorang sehingga akan timbul suatu vitalitas, seperti yang

tercantum dalam buku Spiritual Centered Leadership yang dikarang

oleh K.H Toto Tasmara, yaitu inner power yang mampu

mengeluarkan energi luar biasa di luar dugaan dirinya sendiri dan

bahkan orang lain.

Page 121: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

105

TABEL 2. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Merujuk

pada tujuan akhir dalam mengembangkan organisasi.

MERUJUK PADA TUJUAN AKHIR

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Selalu merujuk pada tujuan akhir 146 94 52 IV

2. Memiliki visi dan misi 144 138 6 I

3. berpusat pada pekerjaan 148 134 12 II

4. Selalu mengembalikan pada prinsip 148 134 14 III

Rata-rata Skor 146,5 125

Dalam variabel merujuk pada tujuan akhir, kita dapat lihat

bahwasannya sikap memilki visi dan misi adalah indicator yang

memiliki rangking yang paling tinggi, sedangkan indicator selalu

merujuk pada tujuan akhir menempati urutan paling rendah dalam hal

rangking, sehingga merujuk pada tujuan akhir benar-benar belum

sepenuhnya diterapkan oleh pengurus RISKA, untuk dapat lebih

jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini.

PENJELASAN

A. Memiliki Visi dan Misi pribadi maupun organisasi dalam menjalankan

organisasi. (rangking tertinggi)

RISKA adalah organisasi remaja masjid yang sudah cukup lama aktif di

kawasan Jakarta, sehingga mereka sudah memilki visi dan misi yang jelas sejak

didirikannya organisasi ini. Visi dan misi adalah hal terpokok yang paling

Page 122: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

106

terpenting bagi semua organisasi, tidak hanya RISKA. Tanpa visi dan misi

organisasi akan tidak mempunyai arah dalam menjalankan roda organisasi, ia

adalah tujuan akhir dalam setiap organisasi, sebelum tujuan akhir yang

sesungguhnya yaitu mendapatkan Ridho dari Allah SWT.

Visi dan Misi yang dimiliki oleh RISKA sangatlah jelas, mereka ingin

menjadi anak mua yang tidak hanyan cerdas dalam intelektual akan tetapi juga

cerdas dalam hal emosional dan spiritual, dalam misi mereka terdapat poin yang

berkaitan dengan kepedulian mereka terhadap masyarakat, kemudian mereka

juga ingin menjadi jiwa-jiwa muda yang kreatif yang sesuai dengan nilai-nilai

yang islami. Kemudian dalam visi mereka selalu mengedepankan akhlak yang

baik sebagai semua landasan program agar dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Sehingga apapun yang mereka kerjakan selalu berorietasi pada nilai-nilai yang

islami.

B. Selalu Merujuk Pada Tujuan Akhir dalam setiap menghadapi masalah

dalam organisasi. (rangking terendah)

Merujuk pada tujuan akhir sangat diperlukan juga dalam suatu

organisasi, kirta harus melihat tujuan akhir kita dalam berorganisasi, yaitu

berkiblat pada visi dan misi suatu organisasi, akan tetapi dalam penerapannya,

RISKA terkadang tidak dapat merujuk pada tujuan akhir organisasi, karena

harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Akan tetapi

meskipun tidak merujuk pada tujuan akhir RISKA selalu berpedoman pada

kemashlahatan orang banyak terutama anggota organisasi tersebut.

Page 123: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

107

Sesuai dengan apa yang dilakuakan penulis melalui penyebaran angket

questioner, penulis memahami bahwasannya para pengurus RISKA menganggap

bahwasannya merujuk pada tujuan akhir adalah harus sesuai dengan visi dan

misi yang mereka buat pada awal pembentukan organisasi, sedangkan kebutuhan

yang harus dilakukan oleh organisasi haruslan relevan dengan kondisi yang ada

sekitar, sehingga mererka memahami merujuk pada tujuan akhir harus

disesuaikan dengan kondisi yang ada.

TABEL 3. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel

Dahulukan yang utama dalam mengembangkan organisasi.

DAHULUKAN YANG UTAMA

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Selalu memproritaskan hal penting 146 138 8 I

2. Selalu berusaha memproritaskan

aktivitas 145 135

10 II

3. Selalu memenuhi komitmen dan janji 149 135 14 III

Rata-rata Skor 146,67 136

Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya selalu

memprioritaskan hal yang paling penting merupakan sikap yang paling sering

diterapkan oleh RISKA dan memiliki rangking tertinggi dalam upaya

mengembangkan organisasi, sedangkan indicator selalu memenuhi komitmen

dan janji merupakan hal yang jarang terjadi di RISKA,dan memiliki rangking

yang terendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey bahwasannya hasil realita

Page 124: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

108

berjarak jauh dengan nilai ideal yang seharusnya diterpakan oleh RISKA. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dari penjelasan di bawah ini.

PENJELASAN

B. Selalu memprioritaskan hal yang penting pada hal-hal yang terpenting

ketika terjadi masalah dalam organisasi. (rangking terringgi)

Dalam implementasinya, para pengurus RISKA selalu berusaha untuk

mendahulukan hal-hal yang terpenting terlebih dahulu, baik dalam

melaksanakan program organisasi maupun dalam kehidupan mereka sehari-hari,

ketika suatu program sudah matang direncanakan, maka apapun halangannya,

ketika itu tidak bertentangan dengan AD ART dalam organisasi maka mereka

harus tetap melaksanakn program tersebut. Contoh kecil ketika ada program

kegiatan Hari Besar Islam (HBI) yang sudah direncanakan pada awal tahun,

maka ketika ada kegiatan yang belum direncanakan sebelumnya dan waktunya

berbenturan, maka yang harus diprioritaskan adalan program yang sudah

direncanakan sebelumnya.

Memprioritaskan hal yang penting lebih dari pada mendahulukan

kepentingan pribadi, berhubung kita bernaung dalam satu organiasasi yang

memiliki tujuan yang sama, maka kita harus mendahulukan kepentingan

organisasi ketimbang kepentingan pribadi kita.

B. Selalu memenuhi komitmen dan janji yang telah direncanakan

(rangking terendah)

Ketika suatu komitmen telah dibuat, maka hal selanjutnya yang harus

diperhatikan adalah memenuhi komitmen tersebut, hal inilah yang menjadi

Page 125: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

109

kekurangan bagi organisasi RISKA, mereka kerap kali tidak komitmen dengan

janji yang mereka telah buat, hal terkecil adalah ketika membuat kesepakatan

untuk rapat, komitman awal adalah setiap orang harus dating on time akan tetapi

dalam kenyataannya, istilah rubber time atau jam karet masih sangat kental

dalam organisasi tersebut, ini disebabkan karena banyak dari mereka yang masih

saling mengandalkan satu sama lain dalam menjalankan suatu program

organisasi. Akibatnya, banyak sekali program-progam yang belum berjalan

sempurna karena komitmen mereka yang belum dijalankan.

Memenuhi komitmen adalah suatu keharusan bagi setiap orang, bukan

hanya orang yang aktif diorganisasi, karena itu kita harus menghargai atas senua

komtmen yang sudah kita buat, seperti yang dikutip oleh Daniel Goleman, “

orang berkomitmen adalah para warga perusahaan teladan. Mereka bersedia

menempuh perjalanan lebih panjang. Dan seperti kerikil yang dilontarkan ke

tengan kolam, karyawan yang berkomtimen tersebut menyebarkan riak-riak

perasaan kebahagiaannya ke seluruh lingkungan perusahaan. Komimen yang

sangat tinggi memungkinkan dirinya berjuang keras menghadapi tantangan dan

tantangan dan tekanan yang bagi orang yang tidak mempunyai komitman

dirasakannya sebagai beban berat dan menimbulakan stress.

TABEL 4. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Berpikir

menang/menang dalam mengembangkan organisasi.

BERFIKIR MENANG/MENANG

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

Page 126: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

110

1. Selalu berfikir optimis 149 128 21 III

2. Selalu memilih yang terbaik 150 135 15 I

3. Membuat kesepakatan 148 127 21 III

4. mengedepankan system 149 131 18 II

Rata-rata Skor 149 130,25

Pada table ini, kita dapat melihat bahwasannya dalam variabel Berpikir

menang/menang terdapat indicator selalu memilih yang terbaik merupakan

rangking tertinggi dalam implementasinya pada remeja RISKA, sedangkan yang

uniknya adalah ketika kita melihat rangking terendah terdapat dua indicator

yang memiliki rangking yang sama, yaitu indicator selalu berpikir optimis dan

membuat kesepakatan dalam berorganisasi, hak ini .lebih disebabkan karena

kedua indicator tersebut memang belum sepenuhnya diterapkan dalam remaja

RISKA. Untuk lebih jelasnya dapat melihat penjelasan dibawah ini.

PENJELASAN

A. Memilih yang terbaik diantara pilihan baik (rangking tertinggi)

Memilih yang terbaik dalam setiap kegiatan yang dilakuakn RISKA

adalah suatu keharusan yang harus dilakuakn oleh setiap pengurus, dalam hal

berpikir menang, memilih yang terbaik adalah salah satu cara agar keyakinan

kita untuk meraih kemenangan semakin mudah, keyakinan saja tidaklah cukup

untuk meraih suatu kemenangan, disitu perlu strategi khusus bagaimana caranya

kita dapat meraih kemenangan tersebut.

Page 127: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

111

Semua program kerja yang dilaksanakan RISKA adalah program kerja

yang baik, dan kinerja mereka pun dapat dikatakan baik merkipun masih ada

kekurangan di berbagai hal, sekarang yang selalu dikedepankan oleh pengurus

adalah bagaimana caranya agar dapat memilih program yang paling baik yang

dapat memberikan pengaruh besar dalam perkembangan organisasi.

B. Selalu berfikir optimis dalam menghadapi semua masalah (rangking

terendah)

Befikir optimis adalah hal yang paling mendasar ketika kita ingin

menjalankan suatu program yang akan kita laksanakan, Helen Keller pernah

berkata “ Optimism is the faith that leads to achievements. Nothing can be done

without hope and confidence (optimis adalah sebuah keyakinan yang akan

membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang bias diperbuat tanpa harapan

dan percata diri).’’

Meskipun hal ini sangat urgent bagi suatu organisasi, tetapi terkadang

pada RISKA sikap ini tidak terlihat, para penguruis terkesan berjalan apa

adanya, tanpa adanaya percaya diri yang lebih, keoptimisan mereka terkadang

sedikit menurun ketika mereka melihat p[engurus yang lain terkadang mereka

tidak komitmen dengan janji yang mereka sudah lakuakn. Meskipun begitu,

ketika semua pihak mendukung untuk pengembangan organisasi ini, rasa

optimis mereka selalu memuncak sampai akhirnya mereka mencapai kemajuan

dalam berorganisasi.

C. Membuat kesepakatan kerja untuk dapat menang (rangkingi terendah)

Page 128: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

112

Seperti dibahas sebelumnya, membuat komitmen dalam berorganisasi di

RISKA memang sedikit tidak diutamakan, dikarenakan mereka takut tidak dapat

menjalankan komitman tersebut, akan tetapi mereka akan lebih comfort untuk

dapat bekerja langsung tidak hanya NATO alias No action talk only, begitu juga

membuat kesepakatan dalam bekerja mereka, mereka terkadang lebih tertarik

untuk dapat langsung action ke lapangan, sehingga dapat langsung terjun untuk

bekerja tanpa banyak teori yang kurang berarti terlebih dahulu.

TABEL 5. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel

Berusaha mengerti baru dimengerti dalam mengembangkan organisasi.

BERUSAHA MENGERTI BARU DI MENGERTI

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Selalu mengadakan komunikasi 150 138 12 I

2. Mendengarkan dengan empati 148 130 18 II

3. Melakukan penelitian 147 135 12 I

4. selalu memahami persepsi 148 126 22 III

Rata-rata Skor 148,25 132,25

Page 129: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

113

Dalam variabel ini, kita dapat melihat bahwasannya terdapat dua

indicator yang memiliki rangking tertinggi yang sama, yaitu indicator selalu

mengadakan komunikasi dan melakukan penilitian masalah sebelum

menyimpulkan masalah tersebut, kedua skor dari indicator tersebut memiliki

niali yang sama-sama tinggi karena memilki selisih yang lebih sedikit untuk

mencapai niali ideal. Sedangkan rangking terendah dalam variabel ini adalah

selalu memahami persepsi dengan bijak, penjelasan lebih lanjut tertulis di bawah

ini.

PENJELASAN

A. Selalu mengadakan komunikasi yang empati dengan yang lain (rangking

tertinggi)

Stephen R Covey mengatakan Komunikasi adalah keterampilan paling

penting dalam hidup. Kita menghabiskan sebagian besar jam bangun kita untuk

berkomunikasi, sehingga tidadk mengherankan pula kalau maju tidaknya suatu

organisasi sangat tergantung pada tingtkat komunikasi yang efektif antara

pengurus satu dengan yang lainnya.

Dalam organisasi RISKA organisasi memang menjadi senjata utama

dalam mengembangkan organisasi, meskipun sabagian besar pengurus sibuk

dengan kuliah dan juga ‘pekerjaan mereka, akan tetapi komunikasi diantara

mereka tetap terjaga dengan baik, terlebih lagi sekarang sudah zaman dengna

teknologi yang canggih, ketika mereka tidak dapat bertemu tatap muka mereka

masih dapat berkomunikasi melalui telepon, atau mungkin hanya melalui Short

Message Sentre (SMS) atau dengan cara yang lebih canggih lagi dengan melalui

Page 130: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

114

e-mail atau yang lainnya. Intinaya, meskipun kesibukan mereka tidak hanya

dalam organisasi RISKA tetapi komunikasi mereka selalu tetap terjaga dengan

baik.

B. Mengadakan penelitian terlebih dahulu baru menyimpulkan (rangkingi

tertinggi)

Ketika menghadapi suatu permasalahan, kebiasaan baik yang

ditimbulkan dalam RISKA adalah memahami terlebih dahulu apa masalah yang

terjadi sebenarnya, mereka terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap

masalah sebelum mereka menyimpulkan masalah tersebut kemudian mencari

solusi yang terbaik.

Mengadakan penelitian terhadap semua masalah yang ada merupakan hal

yang harus dilakukan dalam berorganisasi sebelum menentukan apa yang

sebenarnya terjadi, kalau perlu mereka sering kali melakukan analisis dengan

melihat kelebihan, kekurangan, peluang dan ancaman dari suatu masalah yang

mereka hadapi.

C. Selalu memahami persepsi orang lain denagn bijak (rangking terendah)

Dengan banyaknya pengurus RISKA yang ada, terkadang beda pendapat

ataupun selisih paham adalah hal yang biasa yang kita jumpai ketika kita aktif di

RISKA, terkadang hanya dengan permasalahan sepele saja antar pengurus dapat

bersitegang, walaupun mungkin tidak lama, hal ini sangatlah difahami,

mengingat RISKA adalah orgasnisasi remaja masjid yang bisa dikatakan salah

satu organisasi besar yang ada di lingkungan Jakarta, lebih dari itu yang harus

Page 131: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

115

kita fahami adalah bahwa setiap orang punya pendapat sendiri, sehingga tugas

utama kita adalah bagaimana dapat menghargai pendapat tesebut meskipun

orang lain berbeda pendapat dengan kita.

TABEL 6. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel

Wujudkan sinergi dalam mengembangkan organisasi.

WUJUDKAN SINERGI

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Mengadakan kerjasama yang kreatif 149 127 22 III

2. Selalu mendapatkan alternative 150 129 21 II

3. Dapat menghargai perbedaan 150 129 21 II

4. Bersinergi dengan yang lain 148 133 15 I

Rata-rata Skor 149,25 129,5

Pada indicator ini, terdapat rangking tertinggi yang telah diterapkan oleh

remaja RISKA yaitu pada indicator bersinergi dengan yang lain dalam usaha

mengembangkan organisasi, hal ini memang sudah diterapkan dalam organisasi

RISKA meskipun memang belum sepenuhnya, akan tetapi skor realita yang ada

hampir mendekati skor nilai yang ideal. Sedangkan indicator terendah dalam

variabel ini terdapat pada indicator mengadakan kerjasama yang kreatif. Untuk

lebih jelasnya tertulis dibawah ini.

PENJELASAN

Page 132: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

116

C. Bersinergi dengan yang lain dalam memecahkan masalah dalam

organisasi (rangking tertinggi)

Untuk dapat mengembangkan suatu organisasi, sangat diperlukan sinergi

dengan orang lain, mengingat organisasi adalah kumpulan orang yang

mempunyai tujuan yang sama yang harus mengikuti peraturan-peraturan yang

terdapat dalam organisasi tersebut. Bersinergi dengan orang lain berarti dapat

bekerja sama dengna yang lain. RISKA sudah menerapkan itu semenjak

didirikannya organisasi tersebut, antar pengurus selalu mengadakan komunikasi

yang baik, ketika ada suatu permasalahan mereka selalu bahu membahu dalam

memecahkan masalah tersebut.

RISKA senantiasa melakukan sinergi dengan yang lain, bahkan tidak

hanya antar pengurus tapi juga dengan orang lain, terutama dengan pengurus

Masjid Sunda Kelapa, sering kali mereka mengadakan acara bersama dengan

melibatkan semua jama’ah Masjid Sunda Kelapa dan juga masyarakat sekitar.

B. Mengadakan kerjasama yang kreatif dalam yang lain (rangking terendah)

Sesunggunhya, RISKA telah menerapkan ini dalam kegiatan

berorganisasi mereka, kerjasama sering dilakuakan antara divisi yang satu

dengan yang lainnya, akan tetapi mungkin kerjasama yang kreatif belum

sepenuhnya terlihat dalam kerjasama mereka, terkadang mereka hanya sekedar

kerjasama dalam menjalankan satu prograqm yang tidak terlalu besar yang

sebenarnya itu dapat dikerjakan dengna beberapa individu saja. Sifat kreatif

sangat diperlukan dalam organisasi terutama dalam hal kerjasama agar dapat

menghasilkan hasil yang memuaskan yang dapat memajukan organisasi.

Page 133: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

117

TABEL 7. Respon remeja RISKA terhadap implementasi variabel Asahlah

gergaji dalam mengembangkan organisasi.

ASAHLAH GERGAJI

No Pertanyaan Ideal

(Skor)

Realita

(Skor)

Deviasi Rangking

1. Mengasah kemampuan diri 148 133 15 IV

2. Selalu memihara kesehatan 149 131 18 V

3. Menjaga nilai-nilai spiritual 150 144 6 I

4. Menjaga nilai-nilai emosional 150 136 14 III

5. Menjaga nilai-nilai intelektual 149 136 13 II

Rata-rata Skor 149,2 136

Dalam variabel yang terakhir ini, kita dapat memahami bahwasannya

indicator menjaga nilai-nilai spiritual memiliki rangking tertinggi dibanding

dengan indicator yang lain, kemudian selalu memelihara kesehatan dengan baik

merupakan indicator yang paling rendah, karena menurut hasil survey nilai

realita mempunyai selisih yang cukup jauh dibandingkan dengan nilai ideal yang

seharunya diterapkan dalam berorganisasi.

PENJELASAN

A. Mejaga nilai-nilai Spiritual (rangking tertinggi)

Nilai-nilai spiritual yang terdapat pada remaja RISKA memang harus

diakui sangatlah bagus, mereka benar-benar menjaga nilai-nilai ketuhanan,

karena mereka benar-benar menyadari bahwasnnya segala upaya yang dilakukan

Page 134: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

118

dalam mengembangkan organisasi adalah tujuan utamanya akan kembali pada

Allah SWT, karean itu nilai-nilai spiritual tidak pernah mereka langgar, bahkan

belakangan ini mereka mengadakan training ESQ (Emotional Spiritual Quotient)

yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai Spiritual, emosioanal dan

intelektual mereka agar terus meningkat.

Hal ini sesuai dengan pernyataan K.H Toto Asmara dalam bukunya

Spiritual Centered Leadership yang menyatakan bahwa segala sesuatu pasti ada

intinya. Dan inti dari perbuatan kita adalah keyakinan yang dibalut rasa cinta

yang sangat mendalam kepada Allah. Bisikan hati dan seluruh tindakan kita

berada dalam sorotan kamera ilahiah yang sangat teliti dan tidak pernah salah

merekam dan mencatat perbuatan kita.

B. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan baik

(rangking terendah)

Sebagian besar pengurus RISKA adalah orang-orang terpelajar dan

mempunyai latar belakang agama yang cukup baik, akan tetapi menurut hasil

survey yang dilakukan mereka kurang care dengan kesehatan mereka, hal ini

menurut analisa penulis lebih disebabkan karena kegiatan mereka yang cukup

padat, mereka tidak hanya aktif di organisasi tapi juga aktif di masyarakat,

disamping mereka juga kuliah dan kerja di berbagai tempat. Kesehatan fisik

adalah sesuatu yang harus dijaga oleh setiap orang, tanpanya sesibuk apapun kita

atau sebanyak apapun kegiatan kita kalau kesehatan fisik kita tidak mendukung

kita tidak akan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut.

Page 135: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

119

D. TABEL 8. REKAPITULASI SKOR RATA-RATA VARIABLE

RESPON RISKA TERHADAP IMPLEMENTASI THE SEVEN

HABITS DALAM MENGEMBANGKAN ORGANISASI

Skor Rata-rata No Variable

Ideal Realita Deviasi Rangking

1. Pro Aktif 148,6 138,4 10,2 I

2. Merujuk pada tujuan

akhir 146,5 125 21,5 VII

3. Dahulukan yang

utama 146,67 136 10,67 II

4. Berfikir menang 149 130,25 18,75 V

5. Berusaha mengerti

baru di mengerti 148,25 132,25 16 IV

6. Wujudkan sinergi 149,25 129,5 19,75 VI

7. Asahlah gergaji 149,2 136 13,2 III

PEJELASAN

1. Pro aktif (rangking variable tertinggi )

Ternyata, variable pro aktif adalah variable yang telah diterapkan oleh

RISKA, meskipun belum sepenuhnya. Pro aktif adalah sikap yang selalu

bertindak, ia senantiasa mempunyai inisiatif untuk dapat melangkah maju. Rasa

ingin mendorong dirinya untuk berprestasi (achievement) sehingga tumbuh

Page 136: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

120

semangat bersaing (competitiveness) untuk menampilkan karya-karya prestatif

sebagai rasa syukurnya kepada sang kholiq.Mereka menganggap berhenti

berpikir secara kreatif,berarti memadamkan cahaya ilahi dan karenanya

hudupnya sama sekali tidak punya arti.

Dengan demikian,kreativitas adalah segala kecenderungan diri kita

untuk melahirkan sesuatu yang benar-benar baru (innovation}atau kombinasi-

kombinasi baru dengan memanfaatkan ciptaan Ilahi yang ada di sekitarnya..

Mereka sangat eksploratif dalam pengertian selalu ingin tahu, ingin

mencoba,dan mempertahankan sesuatu bukan sebagaimana biasanya. Mereka

disebut kreatif karena memang sering kali keluar dari kebiasaan-kebiasaan

umum. Cara berpikir mereka tidak konvergen, tetapi divergen. Mereka mampu

merangkaikan atau mengkombinasikan sesuatu menjadi yang baru.

Begitu juga dengan RISKA, mereka begitu proaktif dalam menjalankan

organisasi, mereka sangat kreatif dalam mermbuat program-program kereja,

sehingga setiap kegiatan yang dilaksanakan okeh RISKA tidak terkesan monotan

karena penuh dengan inovasi-inovasi yang baru.

2. Merujuk pada tujan akhir (rangking variable terendah )

Dalam hal ini, dalam melaksanakan kegiatan organisasi para pengurus

RISKA sebenarnya telah menerapkan tujuan mereka sesuai visi dan misi

organisasi, akan tetapi ada beberapa kekurangan dalam menjalankan visi dan

misi tersebut, sehingga terkesan ketika melaksanakan suatau program mereka

kurang terkoordinir dengna baik, mungkin disebabkan para pengurus tersebut

Page 137: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

121

kurang dapat memahami visi dan misi organisasi, terlebih lagi tujuan akhir dari

kehidupan kita dalam berorganisasi adalah mencari ridho Allah SWT. Akan

tetapi menurut hemat penulis mereka telah menjalankan kepengurusan dengan

baik, hanya perlu beberapa masukan dari pihak luar agar kepengurusan ini dapat

lebih berkembang.

Page 138: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

122

BAB V

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Proaktif

a. Cepat tanggap dalam mengambil kebijakan organisasi. (nilai

tebesar)

b. Membuat komitmen dalam usaha mengembangkan organisasi.

(nilai terendah)

2. Merujuk pada tujuam akhir

a. Memiliki Visi dan Misi pribadi maupun organisasi dalam

menjalankan organisasi. (nilai tertinggi)

b. Selalu Merujuk Pada Tujuan Akhir dalam setiap menghadapi

masalah dalam organisasi. (nilai terendah)

3. Dahulukan yang utama

a. Selalu memprioritaskan hal yang penting pada hal-hal yang

terpenting ketika terjadi masalah dalam organisasi. (nilai terringgi)

c. Selalu memenuhi komitmen dan janji yang telah direncanakan

(nilai terendah)

Page 139: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

123

4. Berpikir menang/menang

a. Memilih yang terbaik diantara pilihan baik (nilai tertinggi)

b. Selalu berfikir optimis dalam menghadapi semua masalah (nilai

terendah)

c. Membuat kesepakatan kerja untuk dapat menang (nilai terendah)

5. Berusaha mengerti baru dimengerti

a. Selalu mengadakan komunikasi yang empati dengan yang lain

(nilai tertinggi)

b. Mengadakan penelitian terlebih dahulu baru menyimpulkan (nilai

tertinggi)

c. Selalu memahami persepsi orang lain dengan bijak (nilai terendah)

6. Wujudkan sinergi

a. Bersinergi dengan yang lain dalam memecahkan masalah dalam

organisasi (nilai tertinggi)

b. Mengadakan kerjasama yang kreatif dalam yang lain (nilai terendah)

7. Asahlah gergaji

a. Mejaga nilai-nilai Spiritual (nilai tertinggi)

b. Selalu memelihara kesehatan fisik agar dapat berorganisasi dengan

baik (nilai terendah)

Page 140: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

124

Sedangkan variable dengan rangking terbesar dalam teori The Seven

Habits yang telah diterapkan dalam organisasi RISKA adalah variable pro

aktf. Sedangkan variable dengan rangking terendah dalam teori The

Seven Habits yang telah diterapkan dalam organisasi RISKA adalah

variable merujuk pada tujuan akhir.

B. Faktor pendukung dan penghambat RISKA dalam mengembangkan

organisasi.

1. Faktor pendukung

a. Riska mempunyai visi dan misi yang cukup bagus dalam menghadapi era

globalisasi

b. Riska bernaung dibawah lindungan DKM Masjid Agung Sunda Kelapa,

yang notabenenya adalah salah satu masjid terbesar yang ada di Jakarta,

sehingga memiliki jaringan yang kuat ketika berurusan dengan masalah-

masalah eksternal.

c. Remaja RISKA memiliki karakter yang kuat dalam membangun

kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual bagi pribadi maupun

organisasi

d. remaja RISKA dapat berkomunikasi dengan baik dikarnakan perubahan

zaman dan kemajuan teknologi sekarang ini

e. Terdapatnya sarana dan prasarana yang dapat mendukung kegiatan

organisasi RISKA untuk dapat berjalan dengan baik.

Page 141: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

125

f. F.remaja RISKA memiliki tingkat spiritual yang tinggi sehingga apapun

yang dikerjakan selalu diiringi dengan niat kepada Allah SWT.

2. Faktor Penghambat

a. Kesibukan remaja yang cukup padat di luar sehingga perhatian

terhadap RISKA terpecah

b. Kurang kordinasi antara pengurus RISKA dengan DKM Masjid

Sunda Kelapa.

c. Kurangnya konsolidasi antar pengurus.

d. Remaja RISKA identik dengan image organisasi masjid orang-

orang kaya sehingga sulit beradaptasi dengan kalangan bawah.

B. Saran-saran

Seiring denga penelitian sebelumnya, maka penulis mengajukan beberapa

saran yang ditujukan kepada Remaja Islam Masjid Agung Sunda Kelapa

(RISKA). Semoga saran-saran ini bermanfaat dalam upaya mengembangkan

organisasi RISKA ke arah yang lebih baik.

1. Dapat membuat komitmen dalam menjalankan organisasi agar

RISKA dapat berjalan sesuai dengan harapan, sehingga komitman

tersebut dapat dijadikan acuan dalam keseriusan RISKA dalam

mengembangkan organisasi.

Page 142: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

126

2. Dapat merujuk pada tujuan akhir agar seluruh kegiatan yang ada

pada RISKA senantiasa bernilai ibadah karena tujuan akhir dari

organisasi selain visi dan misi adalah yang paling mendapatkan ridho

Allah SWT.

3. Menghilangkan kebiasaan rubber time atau jam karet dalam setiap

mengadakan kegiatan dalam organisai, atau selalu memenuhi janji

yang telah direncanakan.

4. Berhubung RISKA adalah organisasi yang memilki pengurus dan

anggota yang cukup banyak, maka ketika terjadi selisih pendapat

atau berbeda pandangan dalam masalah organisasi maka harus dapat

lebih bijak dalam memahami persepsi.

5. Selalu dapat mengadakan kerjasama yang kreatif antar individu

maupun antar divisi yang ada di RISKA, agar dapat membuat suatu

program kerja yang lebih menarik dan menghasilkan hasil yang

memuaskan.

6. Meskipun pengurus RISKA memiliki kesibukan yang padat,

hendaknya tetap menjaga kesehatan fisik, karena walau

bagaimanapun juga seperti orang bijak berkata “ health is not

everything, but everything without health is nothing”

Page 143: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

127

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 1993), Edisi Revisi II.

Ayub, E Moh, Manajemen Masjid (Jakarta: Gema Insani Press, 1996)

Brosur pendaftaran anggota RISKA 2008

Chowdhury, Subir, Organisasi Abad 21, (Jakarta : PT Indeks Gramedia, 2005)

Covey, R Stephen, The Seven Habits of Highly Effective People (Jakarta, Binarupa Aksara, Bahasa Indonesia, edisi Revisi)

_ _ _ _ _ _ _ _ . Living The Seven Habits. Jakarta: Binarupa Aksara, 2002.

Dubrin J. Andrew, The Complete Ideal’s Guides Leadership (Jakarta: Prenada, 2006)

Dharma, Agus, Manajemen Perilaku Organisasi, (Jakarta : Erlangga, Edisi Ke-4) Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber Daya Manusia, ( Jakarta : PT Bumi

Aksara, Edisi Revisi) Kast, Fremont E, dan James E. Rosenzweig, Organisasi dan Manajemen,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2002) Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), Cet 22, Edisi Revisi, Nasir, Muhammad, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998)

Rukmana, Nana, Masjid Dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002)

Supriyono, Iman, Financial Spiritual Quotient. (Surabaya: Lutfansyah, 2006).

Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2007) Surakhmat, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1980). Tasmara, Toto, Spiritual Centered Leadership, (Jakarta : Gema Insani, 2006) Toha, Miftah, Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta : PT Raja

Page 144: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

128

Grafindo Persada, 2003) Winardi, J. Entrepreneur dan Entrepreneurship. (Jakarta: Kencana 2004). Yani, Achmad dan Achmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta : LP2SI

Haramain, 2001)

Zein, Muhammad, Jurnal Kemasjidan (Jakarta: Dewan Masjid Indonesia Prov DKI Jakarta 2006)

Page 145: PENGARUH IMPLEMENTASI “THE SEVEN HABITS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7349/1...Jay, Merliza dkk terima kasih temen-temen sudah jadi motivator penulis dalam

129