pdf survei hama dan penyakit pada tanaman buah mentimun di desa ciherang, kec pacet, kab cianjur,...

55
SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG, KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT DWI PRIYO PRABOWO PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Upload: andan99

Post on 02-Dec-2015

506 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

Budidaya Tanaman Buah Mentimun

TRANSCRIPT

Page 1: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN

MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG,

KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR,

JAWA BARAT

DWI PRIYO PRABOWO

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 2: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

ABSTRAK

DWI PRIYO PRABOWO, Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dibimbing oleh AUNU RAUF dan ABDJAD ASIH NAWANGSIH.

Penelitian bertujuan menginventarisasi hama dan penyakit yang menyerang mentimun, serta mengetahui jenis-jenis lalat pengorok daun dan parasitoidnya yang ditemukan pada pertanaman mentimun di kampung Buniaga (Buniaga Sawah Lega, Buniaga Legok, dan Buniaga Nangeuk) Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Pengamatan hama dan penyakit dilakuan dengan dua cara, pengamatana lahan survei yang dilakukan secara acak dan pengamatan lahan mingguan yang dilakukan terhadap tanaman mulai usia 2 minggu hingga panen. Pada pengamatan lahan survei diperoleh data dari 7 lahan milik petani yang berbeda dengan usia tanaman yang berbeda-beda. Selain itu juga dilakukan pengambilan contoh daun bergejala korokan untuk diamati tingkat parasitisasi terhadap lalat pengorok daun. Hama yang ditemukan menyerang tanaman mentimun antara lain: kutudaun Aphis gossypii (Hemiptera: Aphididae), trips Thrips parvispinus (Tysanoptera: Tripidae), kutu kebul Trialeurodes vaporariorum (Hemiptera: Aleyrodidae), lalat pengorok daun Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae), kumbang daun Aulacophora similis (Coleoptera: Chrysomelidae), dan ulat daun Diaphania indica (Lepidoptera: Pyralidae). Selain itu juga dijumpai gejala buah bengkok, yang diduga disebabkan oleh serangan kepik Leptoglossus australis (Hemiptera: Coreidae). Parasitoid yang berasosiasi dengan hama pengorok daun adalah Opius chromatomyiae (Hyemenoptera: Braconidae) dan Hemiptarsenus varicornis (Hymenoptera: Eulopidae). Sedangkan penyakit-penyakit penting yang terdapat pada lahan pertanaman mentimun adalah layu yang disebabkan nematoda puru akar Meloidogyne arenaria, embun bulu yang disebabkan Pseudoperonospora cubensis, bercak daun yang disebabkan Alternaria sp. dan Colletotrichum sp. dan penyakit mosaik mentimun yang disebabkan Cucumber Mosaic Virus (CMV). Serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan berat dan kehilangan hasil panen adalah lalat pengorok daun L. huidobrensis dan kutudaun A. gossypii. Kehilangan hasil panen juga terjadi karena munculnya gejala buah bengkok, yang sebagian diduga disebabkan oleh serangan kepik L. australis. Penyakit utama pada pertanaman mentimun di lokasi penelitian adalah layu yang disebabkan oleh nematoda M. arenaria dan embun bulu yang disebabkan oleh P. cubensis

Page 3: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

SURVEI HAMA DAN PENYAKIT PADA PERTANAMAN

MENTIMUN (Cucumis sativus Linn.) DI DESA CIHERANG,

KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR,

JAWA BARAT

DWI PRIYO PRABOWO

A44104021

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 4: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Ciajur, Jawa Barat

Nama : Dwi Priyo Prabowo

NRP : A44104021

Menyetujui,

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP 131124019

Tanggal Lulus :

Pembimbing I

Prof. Dr Ir. Aunu Rauf, MSc. NIP. 130607614

Pembimbing II

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi. NIP. 131869954

Page 5: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 21 Mei 1986, merupakan

putra kedua dari pasangan Ruspadi dan Yuliati. Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN Rowokembu 1 pada tahun 1998, Sekolah Menengah Pertama di SLTP N1 Wonopringgo pada tahun 2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMU N 1 Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2004.

Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Hama dan Penyakit

Tumbuhan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi di IPB, antara lain: Ikatan Mahasiswa Pekalongan (IMAPEKA) tahun 2004-2006, UKM Basket IPB tahun 2004-2006, Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) sebagai Staf Departemen Sosial Kemasyarakatan tahun 2006 dan Ketua Departemen Luar Negeri tahun 2007, Klub Fotografi Capung tahun 2006 dan Majalah Metamorfosa tahun 2006-2008. Selain aktif di kegiatan kemahasiswaan, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Entomologi Umum tahun 2006 dan Dasar-Dasar Proteksi Tanaman tahun 2008.

Page 6: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Survei Hama dan Penyakit pada Pertanaman Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Ciajur, Jawa Barat”. Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf,. MSc. dan Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, Msi. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan telah memberikan arahan kepada penulis sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin MSi. selaku dosen penguji tamu dalam sidang skripsi atas saran dan kritik yang diberikan untuk kesempurnaan laporan akhir ini.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih kepada petani sayuran di Desa Ciherang yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada segenap staf Departemen Proteksi Tanaman Dra. Dewi Sartiami Msi., Pak Wawan, Pak Gatut dan Bu Aisyah yang telah membantu dalam identifikasi hama dan penyakit.

Tak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan Laboratorium Ekologi Serangga, Nematologi Tumbuhan dan Biosistematiaka serangga Cok, Fiat, Dery, Billy, Herma, Gyas, Isma, Pipit, Magda, Yuli yang telah membantu penulis selama di laboratorium, Vani Nur Oktaviany, serta rekan-rekan Wisma panggung (Indra, Umam, Juhli) atas bantuan transportasinya dan Wisma Sarang Rayap yang telah membatu selama masa penulisan. Terakhir penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan mahasiswa HPT angakatan 41, 42, dan 43 yang telah memberi dorongan motivasi kepada penulis namun tidak dapat dicantumkan namanya pada kesempatan ini.

Bogor, Januari 2009

Dwi Priyo Prabowo

Page 7: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

Latar Belakang .......................................................................................... 1

Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3

Mentimun .................................................................................................. 3

Budidaya Tanaman Mentimun ................................................................... 4

Hama .......................................................................................................... 6

Penyakit ...................................................................................................... 10

BAHAN DAN METODE .................................................................................. 14

Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 14

Metode Penelitian ...................................................................................... 14

Penentuan Lahan Pengamatan dan Contoh Petak Tanaman ................ 14

Wawancara dengan Petani ................................................................... 14

Pengamatan Hama ................................................................................ 15

Penentuan Tingkat Parasitisasi Pengorok Daun ................................... 15

Pengamatan Penyakit .......................................................................... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 16

Keadaan Umun Lahan Pertanaman Sayuran Desa Ciherang ..................... 16

Hama .......................................................................................................... 19

Kutudaun .............................................................................................. 19

Trips ..................................................................................................... 22

Kutu kebul ........................................................................................... 22

Ulat daun ............................................................................................. 24

Kumbang daun ..................................................................................... 26

Gejala buah bengkok ............................................................................ 26

Lalat pengorok daun dan tingkat parasitisasi ....................................... 28

Page 8: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

Penyakit ...................................................................................................... 31

Layu .................................................................................................... 31

Mosaik .................................................................................................. 32

Bercak daun ......................................................................................... 34

Embun bulu .......................................................................................... 35

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 38

Kesimpulan ............................................................................................... 38

Saran .......................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 39

Page 9: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Lahan pengamatan survei tanaman mentimun Desa Ciherang ....................... 18

2 Lahan pengamatan mingguan tanaman mentimun Desa Ciherang ................. 19

3 Rataan kerapatan populasi A. gossypii (ekor/daun) ....................................... 20

4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun) .................................. 22

5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) ........................ 24

6 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan survei ........ 25

7 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan pengamatan

mingguan ........................................................................................................ 26

8 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serarangan L.

huidobrensis pada lahan survei ....................................................................... 29

9 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serarangan L.

huidobrensis pada lahan pengamatan mingguan ............................................ 29

10 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun ............. 30

11 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun pada lahan

yang diambil contoh daun tiap minggu. ......................................................... 30

12 Insidensi penyakit layu tanaman mentimun di lahan survei .......................... 32

13 Insidensi dan intensitas penyakit bercak daun ............................................... 35

14 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan survei .................... 36

15 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan pengamatan

mingguan .......................................................................................................... 37

Page 10: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 A. gossypii, (a) koloni di atas permukaan daun, (b) preparat slide kutudaun . 21

2 Rataan kerapatan populasi A. gossypii dan T. parvispinus (ekor/daun) pada

lahan pengamatan mingguan .......................................................................... 21

3 Preparat slide imago T. parvispinus ................................................................ 21

4 Kutu kebul, T. vaporariorum (a) koloni imago, (b) pupa ............................... 23

5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) pada lahan

pengamatan mingguan ................................................................................... 23

6 Ulat mentimun D. indica ................................................................................ 25

7 Gejala buah berlubang yang disebabkan D. indica ........................................ 25

8 Gejala buah bengkok pada pertanaman mentimun ........................................ 27

9 Liriomyza hiudobrensis .................................................................................. 28

10 Parasitoid Liriomyza huidobrensis, Opius chromatomyiae dan Hemiptarsenus

varicornis ........................................................................................................ 28

11 Gejala yang layu yang disebabkan Meloidogyne arenaria (a) gejala pada tajuk

tanaman (b) gejala bintil pada akar tanaman ................................................. 31

12 Insidensi penyakit layu dan mosaik mentimun pada lahan pengamatan

mingguan ........................................................................................................ 33

13 Gejala mosaik pada daun mentimun .............................................................. 33

14 Gejala bercak pada daun mentimun ............................................................... 34

15 Konidia cendawan yang ditemukan pada daun yang menunjukkan gejala

bercak (a) Alternaria sp. (b) Colletotrichum sp. ............................................ 34

16 Gejala embun bulu pada daun mentimun ....................................................... 36

Page 11: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kepik L. australis yang diduga menyebabkan gejala buah bengkok pada

mentimun ......................................................................................................... . 43

2 Kumbang daun A. similis .. .............................................................................. . 43

3 Rataan kerapatan populasi A. gossypii (ekor/daun) pada lahan pengamatan

mingguan .......................................................................................................... 43

4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun) pada lahan pengamatan

mingguan .......................................................................................................... 44

5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/daun) pada lahan pengamatan

mingguan .......................................................................................................... 44

6 Insidensi penyakit layu mentimun pada lahan pengamatan mingguan ............ 44

7 Insidensi penyakit mosaik oleh CMV pada lahan pengamatan mingguan ..... 45

Page 12: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mentimun (Cucumis sativus Linn.) merupakan salah satu sayuran buah

yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia dalam bentuk segar. Selain

dimanfaatkan dalam bentuk buah segar yaitu sebagai lalap, asinan, acar dan salad,

mentimun juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan indusrti (kosmetika dan obat-

obatan) (Sumpena 2001). Menurut Astawan (2008) pada mentimun terdapat

senyawa kukurbitasin, yang memiliki aktifitas antitumor, selain itu dalam biji

mentimun terdapat senyawa Conjugated Linoleic Acid (CLA) yang bersifat

sebagai antioksidan yang dapat mencegah kerusakan tubuh akibat radikal bebas. Produksi mentimun Indonesia masih sangat rendah yaitu 3,5 – 4,8 ton/ha,

padahal potensinya dapat mencapai 20 ton/ha terutama jika menanam varietas

hibrida. Varietas hibrida dapat menghasilkan produksi buah yang lebih tinggi

daripada varietas lokal karena pertumbuhan mentimun hibrida bersifat seragam,

relatif tahan terhadap penyakit terutama virus, dan produksinya hingga diatas 2 kg

per pohon. Namun produksi mentimun hibrida hanya maksimal jika ditanam di

lahan pada ketinggian 1.000-1.200 meter dpl (Rukmana 1994).

Seperti halnya tanaman sayuran lain, mentimun juga merupakan salah satu

sayuran yang rentan terhadap serangan hama serta infeksi patogen tanaman.

Serangan hama dan patogen merupakan gangguan pertumbuhan mentimun yang

perlu diwaspadai, karena selain menggangu pertumbuhan adanya serangan hama

dan penyakit dapat menurunkan produksi mentimun.

Di Indonesia hama penting pada tanaman mentimun secara umum adalah

kumbang daun Aulacophora sp. dan kutu daun Aphis gossypii; sedangkan

penyakit yang banyak menginfeksi tanaman mentimun adalah CMV, layu, embun

tepung, busuk buah dan embun bulu (Sumpena 2001).

Lalat pengorok daun Liriomyza spp. merupakan salah satu hama penting

pada komoditas pertanian, terutama komoditas tanaman sayur-sayuran. Liriomyza

spp. merupakan hama yang bersifat polifag yang dapat menyerang berbagai

komoditas hortikultura seperti kentang, kubis, bawang-bawangan, seledri,

mentimun, tomat, dan lain lain (Rauf 2005). Kehilangan hasil yang dapat

Page 13: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

2

ditimbulkan oleh hama ini pada berbagai tanaman adalah 30-100%. Menurut

Tapahillah (2002) lalat pengorok daun yang menyerang tanaman mentimun di

dataran rendah dan sedang adalah Liriomyza sativae, sedangkan di dataran tinggi

Liriomyza huidobrensis. Kerusakan yang disebabkan oleh Liriomyza spp. berupa

korokan pada daun yang mengakibatkan kemampuan tanaman berfotosintesis

berkurang sehingga produksi buah dapat menurun.

Seiring berjalannya waktu status suatu hama maupun penyakit yang

menyerang tanaman mengalami pergeseran, tidak terkecuali pada tanaman

mentimun. Hingga saat ini informasi mengenai hama dan penyakit penting, serta

musuh alami pada pertanaman mentimun terutama yang ditanam di dataran tinggi

belum banyak diketahui dan masih terbatas. Oleh karena itu, inventarisasi OPT

pada pertanaman mentimun perlu dilakukan agar pengelolaan tanaman mentimun

dapat dilakukan dengan baik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mempelajari cara budidaya tanaman mentimun

secara umum yang dilakukan petani, menginventarisasi jenis hama dan penyakit

yang menyerang mentimun, serta mengetahui jenis-jenis lalat pengorok daun dan

parasitoidnya yang ditemukan pada pertanaman mentimun.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hama

dan penyakit pada pertanaman mentimun hibrida di dataran tinggi (>1000 m dpl)

agar dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengelola dan

mengendalikan populasi hama dan penyakit pada pertanaman mentimun secara

tepat.

Page 14: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

TINJAUAN PUSTAKA

Mentimun (Cucumis sativus Linn.)

Mentimum adalah salah satu jenis sayur-sayuran yang dikenal di hampir

setiap negara. Tanaman ini berasal dari Himalaya di Asia Utara. Saat ini, budidaya

mentimum sudah meluas ke seluruh dunia baik daerah tropis atau subtropis. Di

Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng

(Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun

(Lampung) dan timon (Aceh) (Rukmana 1994).

Klasifikasi botani tanaman mentimun adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Cucurbitales

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativus L.

Mentimun merupakan tanaman setahun yang tumbuh menjalar, dengan sistem

perakaran dangkal. Batang tanaman mentimun memiliki panjang 1-3 m dengan sulur

yang tidak bercabang. Daun bulat segitiga, agak berbentuk jantung, lebar 7-25 cm dan

permukaan kasar karena adanya rambut-rambut di permukaan daun, panjang tangkai

daun 5-15 cm. Bunga berwarna kuning berbentuk lonceng (Rubatzky dan Yamaguchi

1999).

Menurut data dari Direktorat Jendral Tanaman Pangan dan Hortikutura pada

tahun 1991, luas areal panen mentimum nasional 55.792 ha dengan produksi 268.201

ton. Pada tahun 1994 luas panen menurun menjadi 53.438 ha dengan pengingkatan

produksi menjadi 280.934 ton. Sedangkan pada tahun 1999 luas panen menurun

menjadi 52.787 ha, namun produksi mengalami peningkatan menjadi 489.490 ton

Sebagian besar produksi mentimun di Indonesia diproduksi di Pulau Jawa yaitu

sebesar 65.57%, beberapa daerah lain yang juga menjadi sentra penanaman mentimun

Page 15: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

4

adalah Aceh dan Bengkulu (Sumpena 2001).

Mentimun mengandung mineral-mineral yang penting bagi tubuh seperti

kalsium, fosfor, kalium dan besi. Selain itu juga mengandung vitamin A, B dan C.

Mentimun muda dijadikan sayuran mentah atau bahan makanan yang diawetkan

seperti acar. Buah mentimum dimanfaatkan untuk perawatan kecantikan dan untuk

pengobatan tradisional untuk memperlancar buang air kecil dan menurunkan tekanan

darah tinggi (Warintek 2007).

Menurut Astawan (2008) mentimun memiliki senyawa kukurbitasin, senyawa

yang memiliki aktifitas antitumor, selain itu dalam biji mentimun juga terdapat

senyawa Conjugated Linoleic Acid (CLA) yang bersifat sebagai antioksidan untuk

mencegah kerusakan tubuh akibat radikal bebas. Mentimun juga mengandung asam

malonat yang berfungsi menekan gula darah agar tidak berubah menjadi lemak, baik

untuk menurunkan berat badan.

Budidaya Tanaman Mentimun

Mentimun dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi karena daya

adaptasi tanaman pada berbagai iklim cukup tinggi. Untuk pertumbuhan yang

optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup (tidak ternaungi),

dengan temperatur 21,1-26,7 °C. Mentimun lokal lebih cocok ditanam di dataran

rendah dan biasanya merupakan tanaman yang diikutkan dalam pola pergiliran

tanaman. Sebaliknya, mentimun hibrida lebih baik ditanam di dataran tinggi pada

ketinggian 1.000-1.200 meter dpl (Rukmana 1994).

Jenis mentimun komersial yang banyak dikembangkan di Indonesia ada 2

macam yaitu varietas Open Pollinated (OP) dan varietas hibrida. Pembagian

mentimun tersebut didasarkan pada cara pemuliaannya. Jenis varietas OP yaitu jenis

mentimun hasil persilangan bebas atau alami. Keuntungan dari penggunaan varietas

OP adalah dapat dibenihkan, namun memiliki kekurangan berupa pertumbuhan yang

kurang seragam dan produktifitas yang rendah. Beberapa varietas mentimun OP yang

diusahakan petani antara lain: Saturnus, Mars, Pluto, Venus dan mentimun lokal

(Sumpena 2001).

Page 16: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

5

Varietas hibrida adalah jenis mentimun hasil persilangan dua induk atau lebih

yang mempunyai sifat-sifat unggul dan keturunannya memiliki sifat yang lebih

unggul dari induknya. Varietas hibrida kurang baik jika dibenihkan karena

menghasilkan produksi yang lebih rendah dari induknya. Namun mentimun hibrida

memiliki banyak keunggulan apabila dibandingkan dengan mentimun lokal maupun

OP, karena memiliki karakteristik khusus yang dikembangkan melalui pemuliaan

tanaman yang melibatkan keragaman genetik dan pemilihan sifat-sifat yang khas dan

unggul (Tanindo 2008).

Pertumbuhan mentimun varietas hibrida bersifat seragam, produktivitas tinggi

diatas 2 kg per tanaman dan relatif tahan terhadap infeksi patogen, terutama virus.

Varietas mentimun hibrida yang banyak di temukan di pasaran antara lain: Spring

Swallow, Pretty Swallow, dan Merry Swallow (Sumpena 2001).

Perbanyakan tanaman mentimun dilakukan dengan biji. Benih dapat ditanam

langsung di lubang tanam sebanyak 3 benih/lubang atau dengan sistem semai yang

dapat menghemat benih. Penanaman mentimun umumnya ditanam dalam bentuk

bedengan dengan lebar 120 cm, tinggi 30-40 cm dan jarak antar bedengan 30 cm,

atau guludan dengan lebar bawah 60-80 cm dan lebar atas 40-60 cm, jarak antar

guludan 30 cm (Sumpena 2001).

Teknik penanaman mentimun terdiri dari 2 cara yaitu: dengan benih dan bibit.

Penanaman dengan menggunakan benih dilakukan dengan cara membuat lubang

tanam dengan tugal dengan jarak tanam 100 cm antar barisan dan 50 dalam barisan,

selanjutnya ditanam 2-3 benih mentimun dan ditutup dengan tanah tipis. Penanaman

dengan memakai bibit dilakukan dengan menanam bibit yang berasal dari pembibitan

di polibag (Warintek 2007)

Pemupukan mentimun lokal dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan

berupa 100 kg/ha urea, 200 kg/ha ZA, 100 kg/ha TSP dan 100 kg/ha KCl. Pupuk

dimasukkan ke dalam larikan atau lubang tanah di sekeliling tanaman sejauh 15 cm

dari batang. Berbeda dengan varietas lokal, mentimun hibrida sangat responsif

terhadap pemupukan. Jenis dan waktu pemupukan untuk tanaman mentimun hibrida

Jepang (kg/ha) adalah pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar sebanyak 20

Page 17: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

6

ton, kemudian pupuk kimia berupa urea, sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg,

susulan I sebanyak 150 kg, susulan II sebanyak 300 kg dan susulan III sebanyak 250

kg. SP-36 sebagai pupuk dasar sebanyak 150 kg, susulan I 100 kg, susulan II 250 kg.

KCl sebagi pupuk dasar 150 kg, susulan I 100 kg, susulan II sebanyak 100 kg, dan

susulan III sebanyak 250 kg (Warintek 2007).

Kriteria buah mentimun hasil panen adalah sebagai berikut: Kelas A: panjang

16-20 cm; diameter 1,5 cm; bentuk buah: bagus, lurus, bulat dan mulus. Kelas B:

panjang 20-23 cm; diameter 2,0 cm; bentuk buah: bagus, lurus, bulat dan mulus.

Kelas C: panjang > 23 cm; diameter < 2,0 cm; bentuk buah bengkok, ukuran diameter

tidak merata, cacat mekanis (Warintek 2007).

Hama Tanaman Mentimun

Kutu daun, Aphis gossypii Clover (Hemiptera: Aphididae)

Aphis gossypii merupakan hama yang tersebar hampir di seluruh dunia. Kutu

daun merupakan hama utama pada tanaman kapas dan timun-timunan (Famili

Cucurbitaseae), dan merupakan hama minor pada berbagai tanaman lain seperti

bawang, okra, tembakau, kakao, dan lain lain (CABI 2005).

A. gossypii berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau

hijau gelap sampai hitam. Gejala yang ditimbulkan kutu daun ini adalah daun keriput,

keritting dan menggulung, selain itu kutu ini juga merupakan vektor virus (Mossler et

al. 2007).

Pengendalian A. gossypii dapat dilakuakan dengan pemanfaatan musuh alami

antara lain serangga dari Famili Coccinellidae, Syrphidae, Chrysopidae,

Hemerobiidae, serta beberapa jenis laba-laba predator. Selain pemanfaatan musuh

alami, dapat juga dengan cara menggunakan tanaman resisten dan penggunaan

insektisida. Jenis insektisida yang dapat digunakan antara lain aldicarb , bifenthrin,

chlorpyrifos, deltamethrin, diazinon, endosulfan dan malathion (CABI 2005).

Page 18: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

7

Trips, Thrips parvispinus Karny (Thysanoptera: Thripidae)

Thrips parvispinus merupakan jenis trips yang tersebar di wilayah Asia

Tenggara, yang merupakan hama utama pada tanaman pepaya, semangka dan cabai

(CABI 2005). Tubuh berukuran kecil sekitar 1 mm, berwarna coklat kehitaman,

dengan abdomen berbentuk kerucut berwarna gelap (Moritz et al. 2004).

Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan T. parvispinus adalah berupa

lapisan keperakan pada permukaan bawah daun yang sering menyebabkan daun

menjadi keriting, kerdil dan tidak dapat membentuk buah secara normal

(Sastrosiswojo 1991).

Pengendalian trips dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami seperti

Neoseiulus sp. (Acarina: Phytoseidae). Selain itu juga dapat menggunakan insektisida

berbahan aktif malathion, salithion, bromofos, phenothate, cartap dan methomil

(Chang 1991 dalam CABI 2005).

Kutu kebul, Trialeurodes vaporariorum Westwood (Hemiptera: Aleyrodidae)

Trialeurodes vaporariorum merupakan hama yang menjadi permasalahan

utama di ruamah kaca. Hama ini menyerang tanaman tomat, sawi, mentimun dan lain

lain (Wintermantel 2004).

Kutu kebul menyebabkan kerusakan pada tanaman akibat menghisap cairan

daun serta dapat menjadi vektor virus. Beberapa virus penting yang dapat ditularkan

antara lain Beet Pseudo-Yellows Closterovirus (BPYV) pada mentimun, melon,

lettuces dan sugarbeet, Tomato Infectious Chlorosis Virus (TICV) dan Lettuce

Infectious Yellow Closterovirus (LIYV) (CABI 2005).

Pengendalian kutu kebul dapat dilakukan dengan pemanfaatan musuh

alaminya yaitu Encarsia formosa Gahan (Hymenoptera: Aphelinidae), yang

merupakan jenis parasitoid T. vaporariorum (Osborne dan Landa 1992).

Pengendalian kimia banyak yang sudah tidak efektif yang dikarenakan oleh resistensi

kutu kebul terhadap beberapa jenis pestisida. Penggunaan pestisida hanya efektif pada

imago, dan aplikasi pestisida harus diulang tiap 3-5 hari (Hayasi 1996 dalam CABI

2005).

Page 19: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

8

Kumbang daun, Aulacophora similis Oliver (Coleoptera : Chrysomelidae)

Aulacophora similis tersebar luas di kawasan Asia dan Pasifik, terutama Asia

Selatan, Asia tenggara dan Asia Timur. Aulocophora sp. merupakan hama utama

pada tanaman Famili Cucurbitaceae, seperti mentimun, semangka, dan melon (CABI

2005).

A. similis berukuran 1 cm dengan elitron berwarna kuning polos. Gejala

kerusakan yang ditimbulkan adalah adanya daun yang berlubang akibat aktifitas

makan kumbang, pada serangan berat dapat menyebabkan banyak lubang pada daun

dan terkadang hanya meninggalkan tulang daunnya, selain itu larva juga dapat

menyerang tanaman dengan menggerek akar dan batang (Kalshoven 1981)

Pengendalian kumbang daun dapat dilakukan secara kimia dapat dilakukan

dengan menggunakan insektisida berbahan aktif malathion dan endosulfan (CABI

2005).

Ulat mentimun, Diaphania indica Saunders (Lepidoptera: Pyralidae)

Ulat daun D. indica merupakan salah satu hama serius pada pertanaman

mentimun di Asia dan Afrika (MacLeod 2005). Ulat ini juga menyerang mentimun di

Indonesia (Asikin 2004). Larva ulat berwarna hijau gelap dengan dua garis putih

sepanjang tubuh (Brown 2003).

Larva memakan daun, batang muda yang lunak dan menggerak buah.

Kerusakan yang paling merugikan adalah jika larva menyerang buah mentimun.

Pada buah yang terserang terlihat lubang pada permukaan buah, menyebabkan buah

menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan dijual serta menyebabkan buah menjadi

cepat busuk (CABI 2005).

Pengendalian ulat mentimun dapat dilakukan dengan cara membunuh larva

ketika masih muda. Pengendalian yang lebih efektif dapat dilakukan dengen cara

penyemprotan pestisida pada bagian permukaan bawah daun. Insektisida yang

direkomendasikan untuk pengendalian adalah campuran antara Bacillus thuringiensis

dengan trichlorfon (Brown 2003).

Page 20: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

9

Lalat pengorok daun Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae)

Di Indonesia terdapat 3 spesies lalat pengorok daun yaitu Liriomyza

huidobrensis, Liriomyza sativae dan Liriomyza chinensis. Menurut Tapahillah (2002),

lalat pengorok daun Liriomyza sativae ditemukan menyerang tanaman mentimun di

dataran rendah dan sedang di Jawa Barat.

Tanaman yang terserang oleh lalat pengorok daun memperlihatkan gejala

yaitu pada bagian daun terdapat bintik-bintik akibat tusukan ovipositor dan imago

yang menghisap cairan tanaman, selain itu gejala khasnya berupa liang korokan yang

disebabkan larva yang memakan jaringan mesofil, sehingga mengurangi kapasitas

fotosintesis, hal ini menyebabkan produksi buah menurun. Selain itu kerusakan akibat

serangan lalat pengorok daun juga dapat menyebabkan tanaman lebih mudah

terserang penyakit dan gugur daun sebelum waktunya (Rauf 2005).

Lalat pengorok daun Liriomyza spp. umumnya sulit dikendalikan. Perlakuan

siromazin untuk mengendalikan hama ini pada tanaman kentang cukup efektif dan

dapat menekan tingkat kerusakan daun. Siromazin bersifat translamina sehingga

dapat mematikan larva yang ada dalam jaringan daun (Purnomo 2001 dalam

Tapahillah 2002). Salah satu pengendalian lain yang telah dikembangkan adalah

dengan pemanfaatan musuh alami. Di Indonesia terdapat 13 jenis spesies parasitoid

yang berasosiasi dengan lalat ini, di antara spesies parasitoid yang efektif antara lain:

Hemiptarsenus varicornis Girault (Hymenoptera: Eulopidae), dan Opius sp.

(Hymenoptera: Braconidae) (Rauf 2005).

Hemiptarsenus varicornis Girault (Hymenoptera: Eulopidae). Merupakan

jenis parasitoid larva yang memparasit larva instar II-III. Tubuh imago biru-hijau

metalik. Ukuran tubuh bervariasi antara 1,1 sampai 2,1 mm. Imago jantan dapat

dibedakan dari betina berdasarkan tipe antena, jantan bertipe pektinat sedangkan

betina bertipe filiform yang panjang (Supartha 1998 dalam Tapahillah 2002).

Opius sp. (Hymenoptera: Braconidae). Merupakan jenis endoparasit larva-

pupa. Tubuh imago berwarna hitam dengan ukuran tubuh hampir sama antara jantan

dan betina, yaitu berkisar 1,5 mm. Antena panjang sekitar 18 ruas, berwarna hitam,

tipis dan dengan panjang hampir sama dengan tubuhnya (Bordat et al. 1995).

Page 21: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

10

Penyakit Tanaman Mentimun

Busuk daun/embun bulu (Downy mildew )

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit busuk daun/embun bulu adalah pada

permukaan atas daun terdapat bercak-bercak kuning, terkadang agak bersudut karena

dibatasi oleh tulang daun. Pada cuaca lembab pada sisi bagian bawah bercak terdapat

miselium menyerupai bulu berwarna keunguan. Gejala lanjut dari penyakit ini dapat

mengakibatkan daun menjadi busuk, mengering dan mati (Semangun 1989).

Menurut Holliday dalam Semangun 1989, penyakit busuk daun disebabkan

oleh cendawan patogen Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menurut CABI

(2005) penyakit busuk daun adalah penyakit utama pada tanaman Famili

Cucurbitaseae. Cendawan ini memiliki miselium yang tidak bersekat, intraseluler,

dengan haustorium kecil, dan terkadang bercabang.

Patogen merupakan parasit obligat, yang dapat hidup hanya pada kehadiran

tanaman inang. Daerah yang ditanami mentimun sepanjang tahun dapat menjadi

sumber inokulum utama penyakit ini. Patogen dipencarkan oleh angin, hujan dan

adanya kontak dengan pekerja maupun alat-alat pertanian yang digunakan (CABI

2005).

Layu

Penyakit layu pada tanaman mentimun dapat disebabkan oleh beberapa jenis

patogen, yaitu: cendawan, bakteri, dan nematoda. Menurut CABI (2005) penyakit

layu cendawan disebabkan oleh Fusarium oxysporum, layu bakteri disebabkan oleh

Erwinia tracheiphila dan layu nematoda disebabkan oleh nematode puru akar

Meloidogyne spp.

Layu yang disebabkan oleh cendawan disebabkan oleh F. oxysporum f.sp.

cucumerinum. Dengan gejala berupa layunya tanaman yang diikuti dengan klorosis

pada daun, dan akhirnya dapat menyebabkan nekrosis luas pada daun. Gejala layu

akan bertambah parah pada kondisi perakaran yang kaya akan unsur hara (pupuk),

terutama nitrogen. Suhu optimum bagi perkembangan cendawan adalah 29°C (Ogura

et al. 1990 dalam CABI 2005).

Page 22: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

11

Layu bakteri pada mentimun disebarkan oleh kumbang mentimun Acalymma

vittata (Coleoptera: Chrysomelidae). Gejala yang ditimbulkan adalah layunya satu

daun yang diikuti oleh seluruh daun layu secara mendadak dan tanaman mati. Salah

satu cara untuk membedakan layu bakteri dan layu cendawan adalah pada layu yang

disebabkan oleh bakteri jika dipotong, pangkal batang yang layu mengeluarkan lendir

putih kental dan lengket (Rand dan Enlows 1920 dalam CABI 2005)

Layu yang disebabkan oleh nematoda bintil akar Meloidogyne spp. pada

mentimun menunjukan gejala pada bagian akar terdapat bintil-bintil berukuran 2-200

mm. Gejala pada bagian tajuk tanaman adalah layu dengan pertumbuhan tanaman

yang kerdil dan mengalami klorosis (Sikora dan Fernandes 2005).

Antraknosa

Pada daun terdapat bercak dimulai dari tulang daun, yang kemudian meluas

dan menjadi bercak berwarna kecoklatan, berbentuk bersudut atau agak bulat.

Beberapa bercak dapat bersatu menjadi hawar dan dapat menyebabkan matinya

seluruh daun gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara

lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah (Semangun 1989).

Penyakit antraknosa disebabkan oleh cendawan patogen Colletotrichum

lagenarium Pass. Cendawan mempunyai konidium yang hialin, bersel satu, jorong

atau agak bulat, berukuran 13-19 x 4-6 µm. Badan buah cendawan berbentuk

aservulus, mempunyai rambur-rambut kaku (seta) berwarna coklat berdinding tebal,

bersekat 2-3, panjangnya 20-120 µm, dengan jumlah tidak menentu (Semangun

1989).

Patogen dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit atau dapat terbawa benih.

Konidia dapat dipencarkan oleh angin, hujan dan melalui pekerja. Cuaca lembab atau

hujan sangat cocok untuk infeksi inokulum. Spora dapat berkembang dengan baik

pada temperatur optimum sekitar 22-27 oC dan kelembaban 100% selama 24 jam

(Semangun 1989).

Page 23: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

12

Bercak daun bersudut

Bercak daun bersudut disebabkan oleh bakteri Pseudomonas lachrymans.

Patogen menyebar pada saat musim hujan, gejala yang ditimbulkan adalah bercak

daun kecil kuning dan bersudut, pada serangan berat seluruh daun yang berbercak

berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian secara

kimia dapat dilakukan dengan bakterisida berbahan aktif streptomycin atau

oksitetracyclin (Warintek 2007).

Mosaik Mentimun (CMV)

Tanaman sakit menunjukan gejala berupa daun-daun yang belang hijau tua

dan hijau muda. Bentuk daun dapat berubah, berkerut, kerdil atau tepi daun

menggulung ke bawah. Ruas-ruas daun muda terhambat pertumbuhannya, sehingga

daun-daun ujung membentuk roset (Semangun 1989).

Penyakit mosaik pada mentimun disebabkan oleh Cucumber Mosaic Virus

(CMV). Serangga vektor utama adalah kutu daun Myzus persicae Sulz. dan Aphis

gossypii Glov. Penulatan virus secara non persisiten telah dilaporkan dapat dilakukan

oleh lebih dari 60 spesies kutu daun termasuk M. persicae dan A. gossypii.

Kemampuan menularkan virus dapat berubah dan bertahan dalam dua hari. Efisiensi

penularan virus tergantung pada beberapa faktor antara lain biotipe, strain virus, serta

kondisi lingkungan (Leach 1964 dalam Semangun 1989).

Pengendalian penyakit mosaik dapat dilakukan dengan menanam varietas

yang tahan, mengendalikan serangga vektor, mengurangi kerusakan mekanis,

mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan bukan Famili Cucurbitaceae (CABI 2005).

Busuk buah

Penyakit busuk buah dapat disebabkan oleh beberapa cendawan antara lain:

(1) Pythium aphanidermatum (Edson) Fizt., (2) Phytophthora sp., Fusarium sp.; (3)

Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di

tempat penyimpanan (Warintek 2007) .

Page 24: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

13

Gejala yang disebabkan tiap-tiap patogen berbeda-beda, gejala yang

disebabkan oleh Pythium aphanidermatum adalah buah busuk basah dan jika ditekan

buah akan mudah pecah. Gejala yang disebabkan Phytophthora adalah adanya bercak

yang agak basah, dan akhirnya menjadi lunak, berwarna coklat dan berkerut; Gejala

yang disebabkan Rhizopus adalah bercak agak basah, kulit buah lunak ditumbuhi

miselium cendawan dan buah mudah pecah. Gejala yang disebabkan oleh Erwinia

carotovora adalah buah membusuk, hancur dan berbau busuk (CABI 2005).

Page 25: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

  

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di pertanaman mentimun milik petani di

Kampung Buniaga (Buniaga Sawah Lega, Buniaga Legok, dan Buniaga

Nangeuk), Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Ekologi Serangga dan

Laboratorium Biosistematika Serangga, sedangkan identifikasi patogen dilakukan

di Laboratorium Nematologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Institut Pertanian Bogor dari April sampai Juli 2008.

Metode Penelitian

Penentuan Lahan Pengamatan dan Contoh Petak Tanaman

Pengamatan dilakukan pada lahan pertanaman mentimun yang ditentukan

secara acak berdasarkan proporsi jumlah lahan pada setiap dusun di lokasi

pengamatan. Lahan pengamatan terdiri dari satu lahan di Dusun Buniaga

Nangeuk, tiga lahan di Dusun Buniaga Sawah Lega, dan tiga lahan di Dusun

Buniaga Legok. Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap satu lahan di

Dusun Buniaga Sawah Lega dari mulai awal tanam hingga panen (2 - 7 MST).

Pada setiap lahan diamati lima petak contoh yang ditentukan secara

diagonal, yaitu satu petak di perpotongan garis-garis diagonal dan empat petak

lainnya terletak di dekat ujung-ujung diagonal petak contoh. Pada masing-masing

petak contoh diamati empat tanaman contoh, sehingga jumlah tanaman contoh

yang diamati pada tiap lahan sebanyak 20 tanaman.

Wawancara dengan Petani

Wawancara bertujuan untuk mengetahui tindakan budidaya, permasalahan

yang dihadapi petani dalam proses budidaya terutama hama dan penyakit penting

tanaman mentimun serta cara pengendalian hama penyakit. Responden terdiri dari

para petani yang lahannya diamati dan petani sekitarnya yang memiliki lahan

Page 26: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

15  

Tingkat Parasitisasi = ∑ IP

∑ IL + ∑ IP x 100%

mentimun. Wawancara dilakukan secara langsung pada petani saat pengamatan

tanaman

Pengamatan Hama

Pengamatan hama dilakukan secara langsung pada tajuk setiap tanaman

contoh, dengan mengidentifikasi jenis dan menghitung jumlah populasi hama

serta gejala serangan pada tiap tanaman contoh. Untuk hama yang tidak dapat

diidentifikasi di tempat, hama ditangkap kemudian dimasukkan ke dalam botol

yang berisi alkohol 70% atau kantung plastik untuk diidentifikasi di Laboratorium

Ekologi dan Laboratorium Biosistematika Serangga, Departemen Proteksi

Tanaman.

Nilai rataan dan galat kerapatan populasi hama serta intensitas serangan

dihitung dengan menggunakan program MINITAB 14. Persentase daun atau buah

terserang oleh hama dihitung menggunakan rumus :

Persentase banyaknya daun atau buah terserang = n/N x 100 %

n = jumlah daun atau buah yang terserang dalam satu tanaman

N = jumlah daun atau buah dalam satu tanaman

Penentuan Tingkat Parasitisasi Pengorok Daun

Dari setiap lahan diambil 10-20 helai daun tanaman mentimun secara acak

yang menunjukkan gejala korokan. Daun contoh dibersihkan dari kotoran

kemudian dimasukkan ke dalam gelas plastik yang telah dialasi dengan kertas tisu

kering untuk menjaga kelembaban, selanjutnya diinkubasi selama 20 hari. Jumlah

puparium dan imago hama, serta imago parasitoid yang keluar pada saat

pengamatan dihitung dan dicatat, kemudian dilakukan proses identifikasi terhadap

imago Liriomyza sp. dan parasitoid yang muncul. Setelah itu dilakukan

penghitungan terhadap tingkat parasitisasi tanpa memperhitungkan pupa aborsi

dengan menggunakan rumus:

Page 27: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

16  

Selain itu, dilakukan juga penghitungan tingkat parasitisasi dengan

memperhitungkan jumlah pupa aborsi dengan menggunakan rumus:

∑ IP = jumlah imago parasitoid yang muncul

∑ IL = jumlah imago pengorok daun yang muncul

∑ PA = jumlah pupa pengorok daun yang mengalami aborsi

Pengamatan Penyakit

Pengamatan penyakit dilakukan dengan cara langsung terhadap gejala yang

terdapat pada tanaman contoh. Sebagian contoh tanaman sakit yang bergejala

diamati di laboratorium untuk diidentifikasi jenis patogen yang menginfeksi.

Gejala penyakit pada setiap tanaman contoh dihitung untuk menentukan

tingkat insidensi dan intensitas penyakit. Insidensi penyakit dihitung berdasarkan

proporsi tanaman yang terserang dalam suatu pertanaman tanpa memperhitungkan

berat atau ringannya tingkat serangan (Sinaga 2003).

Insidensi penyakit = n/N x 100%

n = jumlah tanaman yang terserang

N = jumlah seluruh tanaman contoh yang diamati

Untuk penyakit tertentu dihitung juga intensitas penyakit dengan menggunakan

skor sebagai berikut:

skor 0 : tidak bergejala

skor 1 : gejala ringan (1-20%)

skor 2 : gejala sedang (21-40%)

skor 3 : gejala berat (41-60%)

skor 4 : gejala sangat berat (61-100%)

∑ IP

∑ IL + ∑ IP + ∑ PA x 100% Tingkat Parasitisasi =

Page 28: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

17  

Penentuan intensitas penyakit didasarkan pada rumus menurut Townsend dan

Heuberger (1943 dalam Sinaga 2003): Σ ni x vi

Intensitas penyakit = x 100% N x V

ni = Jumlah tanaman terserang pada kategori ke-i N = Total tanaman diamati

vi = Skor kategori kerusakan ke- i V = Skor tertinggi

Page 29: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lahan Pertanaman Sayuran di Desa Ciherang

Desa Ciherang terletak pada ketinggian 1100 meter di atas permukaan laut

dengan luas wilayah 769 ha. Curah hujan rata-rata 225 mm/tahun, dengan suhu

udara rata-rata 22 °C. Sebagian besar wilayah desa merupakan lahan pertanaman

sayuran dengan komoditas di antaranya kubis, caisin, selada air, seledri, timun,

wortel, terong, kacang panjang, dan jenis tanaman sayuran dataran tinggi lainnya.

Tanaman mentimun yang ditanam pada lahan pertanaman sayuran di Desa

Ciherang adalah mentimun Jepang, yang merupakan mentimun varietas hibrida.

Petak lahan pertanaman mentimun di Desa Ciherang umumnya kecil sekitar 200

m2, dengan populasi tanaman berkisar antara 150-250 tanaman per petak lahan.

Lahan survei meliputi tujuh lahan milik petani mentimun yang berbeda, yang

terbagi kedalam tiga wilayah, yaitu Legok, Sawah Lega, dan Nangeuk (Tabel 1).

Selain itu dilakukan juga pengamatan mingguan pada petak mentimun di Sawah

Lega, yang dimulai sejak tanaman berumur 2 MST hingga panen berakhir (Tabel

2).

Tabel 1 Lahan pengamatan survei tanaman mentimun Desa Ciherang

Lahan survei Waktu pengamatan

Umur tanaman

Populasi tanaman Cara budidaya

Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

3 April 2008

3 April 2008

10 April 2008

17 April 2008

24 April 2008

1 Mei 2008

8 Mei 2008

5 MST

3 MST

6 MST

4 MST

2 MST

7 MST

5 MST

150

205

150

190

168

184

205

Monokultur

Selada - Bawang daun

Monokultur

Caisin - Bawang daun

Pakcoi - Bawang daun

Monokultur

Caisin

Page 30: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

19

Tabel 2 Lahan pengamatan mingguan tanaman mentimun Desa Ciherang

Waktu pengamatan Umur tanaman Populasi tanaman

17 April 2008

24 April 2008

1 Mei 2008

8 Mei 2008

15 Mei 2008

22 Mei 2008

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

226

226

226

224

220

211

Sebagian besar cara budidaya yang dilakukan petani adalah secara

tumpang sari dengan bawang daun, wortel dan kubis-kubisan, hanya sedikit petani

yang bertanaman secara monokultur. Hal ini dilakukan petani untuk efisiensi

pemanfaatan lahan, penghematan biaya dan mengantisipasi terjadinya fluktuasi

harga saat panen.

Aplikasi pestisida umumnya dilakukan dengan cara berjadwal sebanyak 1-2

kali per minggu, dan biasanya dicampur antara insektisida dengan fungisida.

Insektisida yang digunakan antara lain Curacron 500 EC, Agrimec 18 EC, Decis

2,5 EC, Dursban 20 EC; sedangkan fungisida adalah Antracol 70 WP, Score 250

EC, Revus 250 SC, Amistar 250 SC, dan Dithane M-45 80 WP. Hanya sebagian

kecil petani yang sudah menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Hama

Kutudaun. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kutudaun merupakan

hama yang ditemukan pada permukaan bawah daun dan umumnya membentuk

koloni. Kutudaun yang ditemukan memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut.

Tubuh berwarna hijau gelap, berukuran 1–2,5 mm, dengan bentuk seperti buah

pir (Gambar 1). Hasil identifikasi menggunakan kunci dari Blackman dan Eastop

(2000) menunjukkan bahwa spesies kutudaun yang terdapat pada mentimun

adalah Aphis gossypii Glover (Hemiptera: Aphididae).

Jumlah Rataan kerapatan populasi per daun berkisar antara 1-5 ekor (Tabel

3) dan dapat mencapai lebih dari 10 ekor per daun. Pada pengamatan survei lahan

di Sawah Lega 1 dengan umur tanaman 6 minggu diperoleh data bahwa populasi

Page 31: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

20

kutudaun mencapai rata-rata 12,6 ekor per daun. Tingginya populasi kutudaun

disebabkan tidak dilakukan pengendalian kutu daun secara tepat oleh petani.

Selain itu banyaknya gulma di sekitar lahan yang tidak dibersihkan juga dapat

mempengaruhi kelimpahan populasi kutudaun. Menurut Mossler et al. (2007)

gulma dapat menjadi inang alternatif bagi kutudaun dan virus.

Kerusakan mekanis yang ditimbulkan kutudaun A. gossypii tidak terlalu

merugikan yaitu adanya bercak-bercak kecil bekas tusukan stilet serangga.

Berdasarkan pengamatan yang gejala yang disebabkan kutudaun tidak terlalu jelas

karena tersamarkan oleh bercak gejala penyakit. Menurut CABI (2005), kerugian

utama yang diakibatkan kutudaun adalah menjadi vektor virus penting tanaman

famili cucurbitaseae yaitu Cucumber Mosaic Virus (CMV) dan Zucchini Yellow

Mosaic Virus (ZYMV). Dari hasil pengamatan pada lahan mingguan ditemukan

adanya insidensi penyakit CMV, yang diduga ditularkan kutudaun. Pada lahan ini

kutudaun mulai ditemukan pada 2 MST dan populasinya meningkat seiring

bertambahnya umur tanaman hingga mencapai 5 ekor per daun (Gambar 1 ).

Tabel 3 Rataan kerapatan populasi A.gossypii (ekor/daun)

Lokasi Kerapatan populasi

(Rata-rata ± SE)

Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

1,61 ± 0,30

0,91 ± 0,22

12,67 ± 1,07

1,01 ± 0,19

0,4 ± 0,13

5,34 ± 0,46

0,52 ± 0,2

Page 32: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

21

(a) (b)

Gambar 1 A. gossypii, (a) koloni di atas permukaan daun, (b) preparat slide kutudaun

Gambar 2 Rataan kerapatan populasi A. gossypii dan T. parvispinus (ekor/daun)

pada lahan pengamatan mingguan

Gambar 3 Preparat slide imago Thrips parvispinus

0

1

2

3

4

5

6

2 3 4 5 6 7 Minggu setelah tanam

Ker

apat

an p

opul

asi h

ama

(eko

r/dau

n)

Aphis gossypii Thrips parvispinus

Page 33: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

22

Trips. Trips ditemukan baik pada lahan survei maupun lahan pengamatan

mingguan. Tubuh berukuran kecil sekitar 1 mm, berwarna coklat kehitaman,

dengan abdomen berbentuk kerucut berwarna gelap (Gambar 3). Hasil

identifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi (Moritz et al. 2004)

menunjukkan bahwa trips yang ditemukan adalah Thrips parvispinus Karny

(Thysanoptera: Thripidae).

Populasi trips tertinggi terdapat pada lahan Legok 3 sebanyak 10,12

ekor/daun (Tabel 4). Populasi trips umumnya meningkat seiring dengan semakin

bertambanya umur tanaman (Gambar 2). Kerusakan yang diakibatkan oleh

serangan T. parvispinus adalah berupa lapisan keperakan pada permukaan bawah

daun yang sering menyebabkan daun terserang menjadi keriting (Sastrosiswojo

1991).

Tabel 4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun)

Pada pengamatan yang dilakukan pada tanaman mentimun, gejala yang

disebabkan oleh T. parvispinus berupa daun yang agak keriting dengan bercak-

bercak keperakan pada bagian bawah daun, namun gejala yang ditemukan tidak

terlalu jelas karena bercampur dengan gejala hama lain dan adanya gejala

penyakit bercak daun. T. parvispinus juga ditemukan pada bunga mentimun,

dengan jumlah yang tidak terlalu banyak.

Kutu kebul. Kutu kebul yang dijumpai tergolong Trialeurodes

vaporariorum Westwood (Hemiptera: Aleyrodidae) (Gambar 4), dan banyak

Lokasi Kerapatan populasi (Rata-rata ± SE)

Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

3,38 ± 0,25

0,22 ± 0,59

3,99 ± 0,31

0,85 ± 0,11

0,27 ± 0,08

10,12 ± 0,63

3,75 ± 0,29

Page 34: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

23

terdapat pada daun daun bagian atas (pucuk tanaman). Menurut Vaishampayan

dan Kogan (1980) imago kutu kebul cukup selektif dalam memilih tempat untuk

makan dan bertelur.

(a) (b)

Gambar 4 Kutu kebul, T. vaporariorum (a) koloni imago, (b) pupa

Kutu kebul mulai ditemukan pada tanaman mentimun yang berumur 4

MST (Gambar 5), populasinya terus meningkat dengan bertambahnya umur

tanaman dengan populasi rata-rata hingga mencapai 14 ekor per tanaman pada 7

MST.

Gambar 5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman) pada lahan

pengamatan mingguan

Meskipun dilakukan aplikasi pestisida yang cukup intensif pada lahan

pengamatan mingguan yaitu sebanyak 1-2 kali per minggu, populasi T.

02

468

10

121416

2 3 4 5 6 7Minggu setelah tanam

Ker

apat

an p

opul

asi h

ama

(eko

r/tan

aman

)

Page 35: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

24

vaporariorum relatif tetap tinggi. Menurut Kessing dan Mau (1991 dalam CABI

2005) kutu kebul T. vaporariorum memiliki ketahanan terhadap banyak

insektisida sintetik. Menurut Sanderson dan Roush (1992) T. vaporariorum

menunjukkan resistensi terhadap insektisida dari berbagai kelompok bahan kimia,

seperti malathion, paration, diclorovos (organofosfat), endosulfan, metomil

(karbamat) serta permetrin dan resmethrin (piretroid).

Berdasarkan pengamatan pada lahan survei, rataan kerapatan populasi

tertinggi ditemukan pada lahan Sawah Lega dengan usia tanaman 6 MST

sebanyak 8,5 ekor per tanaman. Kerusakan yang diakibatkan T. vaporariorum

adalah adanya bercak-bercak kecil akibat nimfa dan imago yang menghisap

cairan dari daun tanaman, namun kerusakan yang ditimbulkan seringkali tidak

terlihat. Meskipun gejala tidak mudah terlihat, menurut Peterson (1974) populasi

kutu kebul yang tinggi dapat menurunkan vigor tanaman. Menurut CABI (2005)

kutu kebul T. vaporariorum juga dapat menjadi vektor virus penting antara lain

Beet Pseudo-Yellows Closterovirus (mentimun, melon, lettuces dan sugarbeet),

Tomato Infectious Chlorosis Virus dan Lettuce Infectious Yellow Closterovirus.

Tabel 5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/tanaman)

Ulat daun. Pada tanaman mentimun terdapat beberapa jenis ulat daun.

Salah satunya adalah ulat yang berwarna hijau dengan dua garis putih pada bagian

dorsal sepanjang tubuh larva. Berdasarkan ciri tersebut ulat ini adalah

Diaphania indica Saunders (Lepidoptera: Pyralidae) (Gambar 6). Ulat ditemukan

pada daun dan buah mentimun.

Lokasi Kerapatan populasi

(Rata-rata ± SE)

Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

3,75 ± 0,82

0

8,5 ± 1,13

1,55 ± 0,32

0

2,5 ± 0,47

0,3 ± 0,10

Page 36: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

25

Gambar 6 Ulat mentimun D. indica

Serangan pada daun menimbulkan gejala bekas-bekas gigitan, sedangkan

pada buah menyebabkan gejala lubang pada buah karena ulat menggerek kedalam

buah mentimun (Gambar 7). Kelimpahan populasi ulat ini di pertanaman cukup

rendah yaitu kurang dari 1 ekor per tananaman (Tabel 6 dan 7 ). Ulat D. indica

merupakan salah satu hama penting pada tanaman Famili Cucurbitaceae di Asia

dan Afrika (MacLeod 2005). Kerusakan yang paling merugikan adalah jika larva

menyerang buah mentimun (CABI 2005).

Gambar 7 Gejala buah berlubang yang disebabkan D. indica

Tabel 6 Rataan kerapatan populasi D. indica (ekor/tanaman) pada lahan survei

Tabel 7 Rataan kerapatan populasi D.indica (ekor/tanaman) pada lahan pengamatan mingguan

Lokasi Kerapatan populasi

(Rata-rata ± SE)

Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

0

0

0,25 ± 0,12

0,05 ± 0,05

0

0,45 ± 0,17

0

Page 37: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

26

Kumbang daun. Kumbang daun yang ditemukan berwarna coklat

kekuningan, berukuran sekitar 10 mm. Menurut Kalshoven (1981), kumbang

daun yang menyerang tanaman mentimun adalah Aulacophora similis Melin

(Coleoptera: Chrysomelidae). Kelimpahan populasi kumbang ini di wilayah

pengamatan sangat rendah. Kumbang A. similis hanya ditemukan pada lahan

Legok 1 dan Sawah Lega 1 dengan populasi berkisar antara 0.1-0.15

ekor/tanaman.

Menurut Kalshoven (1981) di dataran rendah A. similis merupakan hama

utama pada tanaman Famili Cucurbitaceae seperti mentimun, melon dan

semangka. Di daerah ini kerusakan yang disebabkan A. similis dan A. coffeae

dapat menyebabkan kerugian yang serius hingga kegagalan panen pada tanaman

mentimun.

Gejala buah bengkok. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan

adanya gejala buah mentimun yang membengkok (Gambar 8). Pada buah yang

membengkok terdapat bekas tusukan pada bagian tengah dan mengeluarkan

lendir. Bekas tusukan ini diduga disebabkan olah serangga yang memiliki alat

mulut menusuk dan mengisap. Serangga tersebut adalah Leptoglossus australis

(F.) (Hemiptera: Coreidae) (Rauf, komunikasi pribadi). Allen (1969 dalam

Yasuda 1987) menyebutkan bahwa L. australis merupakan hama serius pada

buah tanaman mentimun dan tanaman Famili Cucurbitaceae lainnya, selain itu L.

australis juga menjadi hama pada berbagai macam buah di daerah tropis maupun

subtropis. Namun pada saat pangamatan serangga yang diduga menyerang tidak

ditemukan.

Umur tanaman Kerapatan populasi (Rata-rata ± SE)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

0

0

0,1 ± 0,07

0,25 ± 0,12

0,35 ± 0,19

0,25 ± 0,09

Page 38: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

27

Gejala buah bengkok ditemukan pada lahan Legok 3 dengan persentase

buah bengkok adalah 35,1%. Pada lahan pengamatan mingguan, persentase buah

bengkok adalah 24,05% pada 6 MST dan meningkat menjadi 39,15% pada 7

MST. Beberapa petani menganggap gejala ini adalah penyakit yang disebabkan

oleh tanah yang tidak sehat. Gejala buah bengkok dianggap paling merugikan oleh

petani karena buah yang terserang tidak layak dimakan atau tidak laku untuk

dijual.

Gambar 8 Gejala buah bengkok pada pertanaman mentimun

Gambar 9 Liriomyza hiudobrensis

Page 39: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

28

Gambar 10 Parasitoid Liriomyza hiudobrensis, Opius chromatomyiae dan

Hemiptarsenus varicornis

Lalat pengorok daun dan tingkat parasitisasi. Berdasarkan hasil

pengamatan diketahui spesies lalat pengorok daun yang menyerang pertanaman

mentimun adalah Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae).

Lalat L. huidobrensis ditemukan pada setiap lahan survei dan umur tanaman,

namun populasinya umumnya kurang dari 1 ekor per tanaman (Tabel 8 dan 9).

Pada beberapa pengamatan diketahui bahwa imago L. huidobrensis lebih banyak

ditemukan pada tempat yang teduh, tidak terpapar matahari secara langsung.

Pada lahan survei banyaknya korokan berkisar antara 2-12 per tanaman,

dan persentase daun terserang berkisar 18-38%, dan pada lahan pengamatan

mingguan berkisar 1-8 korokan per tanaman (Tabel 8 dan 9). Hasil pengamatan

mengungkapkan bahwa secara umum gejala korokan daun lebih sering terdapat

pada tajuk bagian bawah, jarang ditemukan adanya korokan pada tajuk bagian

tengah dan atas. Kecuali pada lahan survei Legok 3 yang tanaman mentimunnya

berumur 7 MST dijumpai korokan yang cukup banyak pada tajuk bagian tengah

dan atas. Hasil wawancara dengan petani setempat menunjukkan bahwa hama L.

huidobrensis, yang lebih dikenal petani setempat dengan nama ”suridat”,

merupakan jenis hama yang cukup merugikan pada pertanaman mentimun. Hal

ini terutama terjadi pada tanaman muda yang serangannya dapat menyebabkan

kematian tanaman.

Page 40: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

29

Tabel 8 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serangan L. huidobrensis pada lahan survei

Lokasi Kerapatan populasi

(Rata-rata ± SE)

Jumlah korokan/tanaman (Rata-rata ± SE)

Persentase daun terserang

(Rata-rata ±SE) Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

0,5 ± 0,13

0,25 ± 0,1

0,6 ± 0,13

0,2 ± 0,09

0,4 ± 0,13

3,65 ± 0,54

0,25 ± 0,1

6,95 ± 0,52

3,95 ± 0,34

9,35 ± 0,54

4,9 ± 0,43

2,45 ± 0,22

12,25 ± 1,84

9,05 ± 1,06

21,75 ± 1,37

33,85 ± 2,89

13,20 ± 0,58

19,75 ± 1,60

37,50 ± 3,85

18,48 ± 1,82

24,47 ± 1,71

Tabel 9 Rataan kerapatan populasi (ekor/tanaman) dan intensitas serangan L. huidobrensis pada lahan pengamatan mingguan

Umur Kerapatan populasi

(Rata-rata ± SE)

Jumlah korokan/tanaman (Rata-rata ± SE)

Persentase daun terserang

(Rata-rata ±SE) 2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

0,35 ± 0,15

0,25 ± 0,09

0,45 ± 0,15

0,3 ± 0,12

0,1 ± 0,07

0

1,95 ± 0,24

3,1 ± 0,37

7,4 ± 0,86

7,8 ± 1,13

1,9 ± 0,59

1,2 ± 0,52

35,00 ± 3,80

24,45 ± 2,90

19,33 ± 1,35

16,60 ± 1,69

4,10 ± 1,24

1,22 ± 0,84

Berdasarkan hasil survei ditemukan dua spesies parasitoid yaitu Opius

chromatomyiae Belokobylskij & Wharton (Hymenoptera: Braconidae) dan

Hemiptarsenus varicornis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae) (Gambar 10).

Komposisi kedua spesies ini hampir berimbang, baik pada lahan survei (Tabel 10)

maupun lahan pengamatan mingguan (Tabel 11). Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa tingkat parasitisasi tanpa memperhitungkan pupa aborsi adalah

71,17% pada lahan survei dan 49,24% pada lahan pengamatan mingguan. Bila

pupa aborsi diperhitungkan, besarnya tingkat parasitisasi adalah 41,79% pada

lahan survei dan 29,66% pada lahan pengamatan mingguan.

Page 41: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

30

Tabel 10 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun

Waktu pengambilan contoh

Umur tanaman

Jumlah contoh daun

L. huidobrensis Parasitoid Pupa

aborbsi Imago O.chromatomyiae H. varicornis

3 April 08 5 MST 10 58 6 53 9

10 April 08 6 MST 10 34 8 13 14

17 April 08 4 MST 10 47 10 6 4

17 Juni 08 8 MST 20 13 8 25 73

17 Juni 08 4 MST 15 21 43 17 2

24 Juni 08 5 MST 15 28 15 21 11

1 Juli 08 3 MST 15 33 16 1 4

95 234 96 130 107

Tabel 11 Hasil inkubasi daun mentimun yang terserang lalat pengorok daun pada lahan yang diambil contoh daun tiap minggu.

Waktu pengambilan contoh

Umur tanaman

Jumlah contoh daun

L. huidobrensis Parasitoid Pupa

aborbsi Imago O.chromatomyiae H. varicornis

3 Juni 08 2 MST 10 14 2 5 2

10 Juni 08 3 MST 10 16 7 8 3

17 Juni 08 4 MST 15 23 30 8 8

24 Juni 08 5 MST 15 19 35 8 7

1 Juli 08 6 MST 15 26 17 4 14

8 Juli 08 7 MST 15 32 9 11 19

80 130 100 44 53

Penyakit

Layu. Tanaman yang menunjukkan gejala layu, pada bagian akarnya

terdapat bintil-bintil dengan ukuran sekitar 5-20 mm (Gambar 11). Pengamatan di

bawah mikroskop terhadap bintil tersebut menunjukkan adanya nematoda puru

akar Meloidogyne sp. dan setelah dilakukan identifikasi ”pola perineal”

berdasarkan kunci (May at al. 1996), diketahui bahwa nematoda yang

menyebabkan bintil akar adalah Meloidogyne arenaria. Selain M. arenaria,

spesies penting nematoda puru akar yang juga dapat merugikan tanaman sayuran

adalah M. incognita, M. javanica dan M. hapla (Taylor dan Sasser 1978 dalam

Sikora at al. 2005). M. arenaria merupakan nematoda puru akar yang umumnya

Page 42: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

31

menyerang kacang tanah, namun menurut CABI (2005) nematoda ini juga dapat

menginfeksi tanaman mentimun.

(a) (b)

Gambar 11 Gejala yang layu yang disebabkan Meloidogyne arenaria (a) gejala pada tajuk tanaman (b) gejala bintil pada akar tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan pada lahan survei, insidensi penyakit layu

yang disebabkan oleh nematoda pada pertanaman mentimun dapat mencapai

4,48%, atau sekitar 10 tanaman per lahan survei. Di Desa Ciherang, penyakit layu

merupakan permasalahan utama para petani karena dapat menyebabkan kematian

tanaman secara cepat. Gejala layu pada pertanaman mentimun pada umumnya

ditemukan pada tanaman umur 4 minggu. Meskipun aplikasi pestisida yang

dilakukan cukup intensif (1-2 kali/minggu), namun tidak ada petani yang

menggunakan nematisida dalam pengendalian hama dan penyakit.

Tabel 12 Insidensi penyakit layu pada pertanaman mentimun di lahan survei

Lokasi Insidensi penyakit (%)

Legok 1

Nangeuk

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah Lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

3

0

4,48

0

0

4.34

3,9

Page 43: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

32

Pada lahan pengamatan mingguan, gejala penyakit layu ditemukan sejak

tanaman berumur 2 minggu dan insidensinya terus meningkat hingga mencapai

9% atau sekitar 20 tanaman (Gambar 12). Secara umum, insidensi penyakit layu

lebih tinggi pada lahan pertanaman yang agak basah tapi tidak tergenang. Menurut

Sikora dan Fernandes (2005) nematoda Meloidogyne berkembang lebih baik pada

tanah yang beraerasi buruk.

Mosaik. Penyakit lain yang ditemukan menyerang pertanaman mentimun

adalah penyakit mosaik mentimun yang disebabkan Cucumber Mosaic Virus

(CMV). Berdasarkan hasil pengamatan gejala mosaik, penyakit ini hanya

ditemukan pada lahan pengamatan mingguan. Tanaman yang mengalami gejala

mosaik menunjukkan pertumbuhan yang terhambat, kerdil, daun menguning dan

hanya sedikit berbuah, bahkan pada beberapa tanaman ada yang sampai tidak

menghasilkan buah. Gejala mosaik mulai ditemukan pada minggu ke-4 setelah

tanam dengan insidensi mencapai 4,26% pada 7 MST (Gambar 12).

Gambar 12 Insidensi penyakit layu dan mosaik mentimun pada lahan

pengamatan mingguan

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

2 3 4 5 6 7

Minggu setelah tanam

Insi

dens

i Pen

yaki

t (%

)

Layu Mosaik

Page 44: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

33

Gambar 13 Gejala mosaik pada daun mentimun

Menurut Sumpena (2001) mentimun varietas hibrida merupakan varietas

yang lebih tahan terhadap infeksi virus. Adanya penyakit mosaik pada lahan

pengamatan mingguan diduga disebabkan oleh populasi serangga vektor

(kutudaun) yang cukup tinggi pada beberapa tanaman di usia awal tanam (2-3

MST).

Bercak Daun. Pengamatan gejala bercak yang dilakukan pada bagian

daun menunjukkan adanya beberapa gejala yang berbeda, di antaranya bercak

berbentuk bulat dan bercak coklat yang dikelilingi halo bewarna kuning (Gambar

14). Kedua bercak umumnya bersatu. Gejala bercak daun lebih banyak ditemukan

pada lahan yang ditanaman secara tumpang sari dengan tanaman dari kelompok

kubis-kubisan, seperti sawi dan caisin.

Gambar 14 Gejala bercak pada daun mentimun

Page 45: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

34

(a) (b)

Gambar 15 Konidia cendawan yang ditemukan pada daun yang menunjukkan gejala bercak (a) Alternaria sp. (b) Colletotrichum sp.

Berdasarkan pengamatan mikroskopis pada bercak berbentuk membulat

dan bercak kecoklatan yang dikelilingi halo diperoleh beberapa konidia

cendawan, hasil identifikasi menurut Barnett dan Hunter (1999) konidia cendawan

tersebut adalah Alternaria dan Colletotrichum (Gambar 15). Menurut CABI

(2005) salah satu spesies Alternaria yang dapat menginfeksi kubis-kubisan dan

mentimun adalah Alternaria brassicicola. Patogen ini dapat bertahan pada benih

tanaman dan pada gulma (Oliver at al. 2001).

Cendawan patogen Colletotrichum merupakan penyebab penyakit

antarknosa pada tanaman sayuran. Pada tanaman mentimun penyakit antaraknosa

disebabkan oleh Colletotrichum orbiculare (Gardner 1918 dalam Semangun,

1989). Di Amerika penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit penting

yang dapat menurunkan produksi hingga 63% (Amin dan Ullasa 1981).

Pada lahan survei dan lahan pengamatan mingguan, kedua penyakit ini

umumnya terdapat pada daun yang sama dan agak sulit untuk dibedakan karena

bercaknya bersatu, sehingga dalam pencatatan insidensi dan intensitas penyakit

keduanya digabung. Kedua penyakit ini umumnya terdapat pada lahan tumpang

sari, sedangkan pada lahan monokultur gejala penyakit tidak ditemukan. Penyakit

bercak daun ditemukan pada lahan Sawah Lega 1 dan Sawah lega 3, dengan

insidensi penyakit masing-masing 20% dan 35%, serta intensitas penyakit 5% dan

8,75%.

Pada lahan pengamatan mingguan, gejala penyakit mulai ditemukan pada

saat tanaman berumur 4 MST dengan insidensi penyakit sebesar 25% dan

Page 46: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

35

intensitas 6,25%. Pada 7 MST seluruh tanaman menunjukkan gejala bercak

(insidensi = 100%), dengan intensitas penyakit sekitar 35%.

Tabel 13 Insidensi dan intensitas penyakit bercak daun

Umur tanaman Insidensi (%) Intensitas (%)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

0

0

25

45

95

100

0

0

6,25

11,25

27,5

35

Embun bulu. Gejala embun bulu pada daun mentimun adalah adanya

bercak kuning yang agak bersudut karena terbatas oleh tulang daun, jika diamati

dengan seksama pada bagian bawah daun terdapat miselium menyerupai bulu.

Gejala selanjutnya yang terjadi pada daun adalah daun yang busuk, kering dan

mati.

Pengamatan mikroskopis terhadap gejala tidak ditemukan konidia

cendawan. Oleh karena itu dilakukan pelembaban daun selama 3 hari, dan

diperoleh hasil bahwa pada bagian bercak muncul miselium cendawan berwarna

keputihan. Menurut Holliday (1980 dalam Semangun 1989) gejala busuk daun

disebabkan oleh cendawan patogen Pseudoperonospora cubensis.

Gambar 16 Gejala embun bulu pada daun mentimun

Page 47: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

36

Tabel 14 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan suvei

Lokasi Insidensi (%) Intensitas (%)

Legok 1

Nangeuk 1

Sawah Lega 1

Legok 2

Sawah lega 2

Legok 3

Sawah Lega 3

100

65

100

90

10

100

100

27,5

18,75

33,75

25

2,5

50

26,25

Berdasarkan hasil pengamatan pada lahan survei maupun lahan pengamatn

mingguan, penyakit embun bulu selalu ditemukan, bahkan gejala penyakit sudah

ada sejak tanaman berumur 2 MST. Intensitas penyakit tertinggi terdapat pada

lahan Sawah Lega 1 sebesar 33,75%.

Tabel 15 Insidensi dan intensitas penyakit embun bulu pada lahan pengamatan mingguan

Umur tanaman Insidensi (%) Intensitas (%)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

15

60

100

100

100

100

3,75

15

25

28,75

32,5

33,75

Berdasarkan pengamatan pada daun tanaman mentimun di lahan

pengamatan mingguan, diketahui bahwa penyakit embun bulu sudah ditemukan

pada minggu ke-2, dengan intensitas penyakit meningkat seiring dengan

pertumbuhan tanaman hingga mencapai diatas 30%.

Page 48: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Serangga hama yang banyak menimbulkan kerusakan berat dan

kehilangan hasil panen pada pertanaman mentimun di lokasi penelitian adalah

lalat pengorok daun L. huidobrensis dan kutudaun A. gossypii. Kehilangan hasil

panen juga terjadi karena munculnya gejala buah bengkok, yang sebagian diduga

disebabkan oleh serangan kepik L. australis. Parasitoid utama yang berasosiasi

dengan hama pengorok daun adalah O. chromatomyiae dan H. varicornis.

Penyakit utama pada pertanaman mentimun di lokasi penelitian adalah layu yang

disebabkan oleh nematoda M. arenaria, dan embun bulu yang disebabkan oleh

cendawan P. cubensis

Saran

Perlu dilakukan pengamatan pada pertanaman mentimun yang tidak

dilakukan aplikasi pestisida sama sekali untuk menentukan besarnya gangguan

hama dan penyakit secara lebih tepat

Page 49: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

DAFTAR PUSTAKA

Amin KS, Ullasa BA, 1981. Effect of thiophanate on epidemic development of anthracnose and yield of watermelon. Phytopathology, 71(1):20-22;

Asikin S. 2004. Alternatif pengendalian hama serangga sayuran ramah lingkungan di lahan lebak. Laporan tahunan Balittra 2004. Balittra. Banjarbaru

Astawan M. 2008. Manfaat mentimun, tomat dan teh. Gaya Hidup Sehat 19-25 September 2008: 31 (kolom 2).

Barnett HL, Hunter BB. 1999. Ilustrated Genera of Imperfect Fungi 4th Edition. Minesota: APS Press.

Blackman RL, Eastop VP. 2000. Aphids on the World’s Crops An Identification and Information Guide. Ed ke-2. London: The Natural History Museum.

Bordat D, Coly EV, Olivera CR. 1995. Morphometric, biological, and behavioral differences berween Hemiptarsenus varicornis and Opius dissitus (Hymenoptera: Braconidae) parasitoids of Liriomyza trifolii (Diptera: Agromyzidae). J App Ent 119: 423-427.

Brown H. 2003. Common insect pests of curcubits. Agnote, 159: 39-45.

[CABI] Centre for Agriculture and Bioscience International. 2005. Corp protection compendium 2005 [CD-ROM]. Wallingford, UK: CAB International.

Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta: Ichtiar Baruvan Hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in Indonesie.

MacLeod A. 2005. Pest risk analysis for Diaphania indica. Sand Hutton, York: Central Science Laboratory

May WF, Mullin PG, Lyon HH, Loefflerrk. 1996. Plant Parasitic Nematodes: A Pictorial Key To Genera. London: Cornell University Press.

Moritz G, Mound LA, Morris DC, Goldarazena. 2004. Pest Thrips of The World (CD-ROM). Australia: CSIRO publishing.

Mossler MA, Larson BC, Nesheim ON. 2007. Florida crop/pest management profiles: celery. Plant Pathology Department Document CIR 1235. Food Science and Human Nutrition Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida.

Oliver EJ, Thrall PH, Burdon JJ, Ash JE, 2001. Vertical disease transmission in the Cakile-Alternaria host-pathogen interaction. Australian Journal of Botany, 49(5):561-569.

Page 50: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

40

Osborne LS, Landa Z, 1992. Biological control of whiteflies with entomopathogenic fungi. Florida Entomologist 75(4):456-471.

Peterson B. 1974. Pest of Ornamental Plants. London: HRC Majesty.

Rauf A. 2005. Hama Pendatang: Liriomyza sativae B. (Diptera: Agromyzidae): Biologi, Tumbuhan Inang, dan Parasitoidnya. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. Sayuran Dunia: Prinsip, Produksi, dan Gizi Jilid 3. Diterjemahkan oleh Catur Herison. Bandung: ITB.

Rukmana R. 1994. Budidaya Mentimun. Yogyakarta: Kanisius.

Sanderson JP, Roush RT. 1992. Monitoring insecticide resistance in green house whitefly (Homoptera: Aleyrodidae) with yellow sticky card. J. Econ. Entomol. 83(2). 634-641.

Satrosiswojo S. 1991. Thrips on vegetables in indonesia. Di dalam: Talekar NS, editor. Thrips in southeast asia proceding of a regional consultation workshop. Bangkok, Thailand 13 Maret 1991: AVRDC. hlm 12-17.

Semangun H. 1989. Penyaki-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Sikora RA, Fernandes E. 2005. Nematode parasitis of vegetables. Di dalam: Luc M, Sikora RA, Bridge J, editor. Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture 2nd edition. Wallingford: CABI Publishing.

Sinaga MS. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sumpena U. 2001. Budi Daya Mentimun Intensif, dengan Mulsa, Secara Tumpang Gilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

[Tanindo]. 2008. Keunggulan mentimun hibrida. http://www.tanindo.com/ abdi2/ hal101.htm. [31 Mei 2008].

Tapahillah T. 2002. Survei lalat pengorok daun Liriomyza spp. (Diptera: Agromyzidae) dan parasitoidnya pada berbagai tumbuhan inang dan ketinggian tempat di Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Vaihampayan SM, Kogen M. 1980. Sampling whiteflies on soyben. Dalam: Kogan M, Hezog DC, editor. Sampling Methods in Soybean Entomology. New York: Springer-Velag. Hal 305-311.

[Warintek] Warung Informasi Teknologi. 2007. Mentimun. http://warintek. progressio.or.id/ [25 Juni 2007].

Page 51: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

41

Wintermantel WM. 2004. Emergence of greenhouse whitefly Trialeurodes vaporariorum transmited crinivirus as yhreats vegetable and fruit production in north america. APS net Features.

Yasuda K. 1987. Function of the male pheromone of the leaf-footed plant bug, Leptoglossus australis (Fabricius) (Heteroptera:Coreidae) and Its kairomonal effect. Department of Environmental Biology, National Institute of Agro-Environmental Sciences. Tsukuba, Ibaraki. http://www.jircas.affrc.go.jp/ english/publication/jarq/32-3/yasuda/yasuda.html. [7 November 2008].

Page 52: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

LAMPIRAN

Page 53: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

43  

Lampiran 1 Kepik L. australis yang diduga menyebabkan gejala buah bengkok pada mentimun

Lampiran 2 Kumbang daun A. similis

Lampiran 3 Rataan kerapatan populasi A. gossypii (ekor/daun) pada lahan

pengamatan mingguan 

Umur tanaman Kerapatan populasi (Rata-rata ± SE)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

1,7 ± 0,63

3,28 ± 1,1

3,43 ± 0,39

4,28 ± 0,73

4,88 ± 0,59

5,3 ± 0,53

Page 54: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

44  

Lampiran 4 Rataan kerapatan populasi T. parvispinus (ekor/daun) pada lahan pengamatan mingguan 

Lampiran 5 Rataan kerapatan populasi T. vaporariorum (ekor/daun) pada lahan

pengamatan mingguan 

Lampiran 6 Insidensi penyakit layu tanaman mentimun pada lahan pengamatan

mingguan 

Umur tanaman Insidensi Penyakit (%)

2 MST 0

3 MST 1,32

4 MST 2,21

5 MST 3,09

6 MST 7,27

7 MST 9,47

Umur tanaman Kerapatan populasi (Rata-rata ± SE)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

0,42 ± 0,12

0,45 ± 0,09

0,82 ± 0,09

3,7 ± 0,26

4,86 ± 0,45

3,43 ± 0,28

Umur tanaman Kerapatan populasi (Rata-rata ± SE)

2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

0

0

1,3 ± 0,35

3,7 ± 0,87

6,15 ± 1,10

14,05 ± 4,44

Page 55: PDF Survei Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Buah Mentimun Di Desa Ciherang, Kec Pacet, Kab Cianjur, Jabar

45  

Lampiran 7 Insidensi penyakit mosaik mentimun pada lahan pengamatan mingguan 

Umur tanaman Insidensi Penyakit (%)

2 MST 0

3 MST 0

4 MST 1,32

5 MST 2,65

6 MST 3,18

7 MST 4,26