pbl makalah carineeeeee 11
TRANSCRIPT
METABOLIK ENDOKRIN
Pengaruh Insulin terhadap Metabolisme Bahan Makanan
Blok 11
Kelompok D2
22 Oktober 2011
Caroline/10.2010.068/D2
*Mahasiswa Semester Tiga Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat
No. Telp : (021)56942061
Pendahuluan Organisme multiseluler hanya mampu mengkoordinasi berbagai aktivitas sel-selnya,
termasuk yang jaraknya berjauhan. Pada manusia, koordinasi ini dicapai oleh sistem saraf dan
sistem endokrin. Sistem endokrin umumnya mengontrol dengan lebih lambat dan sistemnya
lebih lama. Kontrol endokrin diperantai oleh hormon, yang dilepas oleh kelenjar endokrin ke
dalam cairan tubuh, diabsorbsi ke dalam aliran darah, dan dibawa melalui sistem sirkulasi
menuju jaringan (sel) target.1
Untuk melangsungkan kehidupan, makhluk hidup membutuhkan makan untuk homeostasis,
dimana makanan tersebut akan mengalami proses metabolisme dalam tubuh dan diubah
menjadi energi yang nantinya akan digunakan untuk melakukan aktivitas. Makanan yang
meliputi karbohidrat, lemak, protein, mineral ini akan mengalami beberapa tahapan
pemecahan yang berbeda-beda dalam tubuh dimana akan dibantu oleh beberapa enzim-enzim,
sehingga akhirnya akan terbentuk ATP yang akan digunakan oleh sel sebagai sumber energi
demi kelangsungan hidup. Di dalam makalah ini, akan dibahas proses metabolisme makanan,
pengaruh insulin terhadap metabolism tubuh dan bagaimana cara memilih menu makanan
yang bagus sehingga kebutuhan energi yang diperlukan tubuh tercukupi.1
‘1
Pembahasan
Peristiwa yang dialami unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap adalah
METABOLISME INTERMEDIAT. Jadi metabolisme intermediat mencakup suatu bidang luas yang
berupaya memahami bukan saja lintasan metabolik yang dialami oleh masing-masing molekul,
tetapi juga interelasi dan mekanisme yang mengatur arus metabolit melewati lintasan tersebut.
Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:
1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)
Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk struktur dan
mesin tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.1
2. Lintasan katabolik (pemecahan)
Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas, biasanya dalam
bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan
fosforilasi oksidatif.1
3. Lintasan amfibolik (persimpangan)
Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme
sehingga bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan katabolik.
Contoh dari lintasan ini adalah siklus asam sitrat.1
Berikut ini adalah skema garis besar metabolisme bahan makanan tersebut dalam tubuh
manusia;
‘2
Gb 1. asam sitrat sebagai lintasan amfibolik dalam metabolisme (perhatikan jalur persimpangan jalur katabolisme dan anabolisme) (sumber : Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
Sifat diet atau makanan menentukan pola dasar metabolisme di dalam tubuh. Mamalia,
termasuk manusia harus memproses hasil penyerapan produk-produk pencernaan karbohidrat,
lipid dan protein dari makanan. Secara berurutan, produk-produk ini terutama adalah glukosa,
‘3
Karbohidrat Protein Lipid
Gula sederhana (terutama glukosa) Asam amino Asam lemak + gliserol+
gliserol
Asetil KoA
Siklus asam sitrat
2H ATP
2CO2
Pencernaan dan absorpsi
Katabolisme
asam lemak serta gliserol dan asam amino. Semua produk hasil pencernaan diproses melalui
lintasan metaboliknya masing-masing menjadi suatu produk umum yaitu Asetil KoA, yang
kemudian akan dioksidasi secara sempurna melalui siklus asam sitrat.
Gb 2. Ilustrasi skematis dari lintasan metabolik dasar (sumber : Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
‘4
A. KARBOHIDRAT
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi utamanya sebagai
penghasil enersi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan
enersi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari sebagai bahan
makanan pokok, terutama pada negara sedang berkembang.1
METABOLISME KARBOHIDRAT
Setelah melalui dinding usus halus, glukosa akan menuju ke hepar melalui vena portae.
Sebagian karbohidrat ini diikat di dalam hati dan disimpan sebagai glikogen, sehingga kadar gula
darah dapat dipertahankan dalam batas-batas normal. Kapasitas pembentukan glikogen ini
sangat terbatas, dan jika penimbunan dalam bentuk glikogen ini telah mencapai batasnya,
kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak. Bila tubuh
memerlukan kembali enersi tersebut, simpanan glikogen akan dipergunakan terlebih dahulu,
disusul oleh mobilisasi lemak. Jika
dihitung dalam jumlah kalori, simpanan
enersi dalam bentuk lemak jauh melebihi
jumlah simpanan dalam bentuk glikogen. 1
Sel-sel tubuh yang sangat aktif dan
memerlukan banyak enersi, mendapatkan
enersi dari hasil pembakaran glukosa yang
di ambil dari aliran darah. Kadar gula
darah akan diisi kembali dari cadangan
glikogen yang ada di dalam hati. Kalau
enersi yang diperlukan lebih banyak lagi,
timbunan lemak dari jaringan lemak mulai
dipergunakan. Dalam jaringan lemak
diubah ke dalam zat antara yang dialirkan
ke hati. 1 Gb.3.Perubahan
Karbohidrat
‘5
Metabolisme karbohidrat selain di pengaruhi oleh enzim-enzim, juga diatur oleh hormon-
hormon tertentu. Hormon Insulin yang dihasilkan oleh "pulau-pulau Langerhans" dalam
pankreas sangat memegang perananan penting. Insulin akan mempercepat oksidasi glukosa di
dalam jaringan, merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen di dalam sel-sel hepar
maupun otot. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa di dalam darah meninggi. Sebaliknya apabila
kadar glukosa darah menurun, glikogen hati dimobilisasikan sehingga kadar glukosa darah akan
menaik kembali. Insulin juga merangsang glukoneogenesis, yaitu mengubah lemak atau protein
menjadi glukosa. Juga beberapa horrnon yang dihasilkan oleh hypophysis dan kelenjar
suprarenal merupakan pengatur-pengatur penting dari metabolisme karbohidrat. 1
GLIKOLISIS EMBDEN MEYERHOF
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol. Lintasan katabolisme ini adalah proses pemecahan
glukosa menjadi:
1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). 1
Secara rinci, tahap-tahap dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut:
1. Glukosa masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan
dikatalisir oleh enzim heksokinase atau glukokinase pada sel parenkim hati dan sel Pulau
Langerhans pancreas. Proses ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP bereaksi sebagai
kompleks Mg-ATP. Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP digunakan, sehingga hasilnya
adalah ADP. (-1P).1
Heksokinase dihambat secara alosterik oleh produk reaksi glukosa 6-fosfat.
Mg2+
Glukosa + ATP glukosa 6-fosfat + ADP
‘6
2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa
isomerase dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya bekerja pada anomer
-glukosa 6-fosfat.1
-D-glukosa 6-fosfat -D-fruktosa 6-fosfat
3. Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan enzim
fosfofruktokinase.. Dalam kondisi fisiologis tahap ini bisa dianggap irreversible. Reaksi ini
memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)
-D-fruktosa 6-fosfat + ATP D-fruktosa 1,6-bifosfat
4. Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu gliserahdehid 3-fosfat
dan dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat
aldolase).
D-fruktosa 1,6-bifosfat D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat
5. Gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya
(reaksi interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator enzim fosfotriosa
isomerase.
D-gliseraldehid 3-fosfat dihidroksiaseton fosfat
6. Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat,
dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi aseton fosfat juga
dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-fosfat.
D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi di atas adalah gliseraldehid 3-fosfat
dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung kepada NAD.
Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+
yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat
berenergi tinggi. (+3P)
Catatan:
Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi Gliseraldehid 3-fosfat
dan dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing memiliki 3 atom C, dengan demikian
‘7
terbentuk 2 molekul gula yang masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul
dihidroksiaseton fosfat juga berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul
glukosa pada bagian awal, sampai dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)
Energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui pembentukan ikatan sulfur
berenergi tinggi, setelah fosforolisis, sebuah gugus fosfat berenergi tinggi dalam posisi 1
senyawa 1,3 bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi ini.
7. ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih lanjut dengan ADP, yang dikatalisir oleh enzim
fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-fosfogliserat.
1,3-bifosfogliserat + ADP 3-fosfogliserat + ATP
Catatan:
Karena ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P = 2P.
(+2P)
8. 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh enzim fosfogliserat
mutase. Senyawa 2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat, DPG) merupakan intermediate dalam
reaksi ini.
3-fosfogliserat 2-fosfogliserat
9. 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan enzim enolase.
Reaksi ini melibatkan dehidrasi serta pendistribusian kembali energi di dalam molekul,
menaikkan valensi fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.
Enolase dihambat oleh fluoride, suatu unsure yang dapat digunakan jika glikolisis di dalam
darah perlu dicegah sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini bergantung pada
keberadaan Mg2+ atau Mn2+.
2-fosfogliserat fosfoenol piruvat + H2O
10. Fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat kinase sehingga
menghasilkan ATP. Enol piruvat yang terbentuk dalam reaksi ini mengalami konversi
spontan menjadi keto piruvat. Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah
besar sebagai panas dan secara fisiologis adalah irreversible.
Fosfoenol piruvat + ADP piruvat + ATP
‘8
Catatan:
Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat sehingga total hasil energi
pada tahap ini adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)1
11. Jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH melalui pemindahan
sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan direduksi oleh NADH
menjadi laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat dehidrogenase.
Piruvat + NADH + H+ L(+)-Laktat + NAD+
Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah konversi menjadi asetil-
KoA, akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat
(Siklus Kreb’s). Ekuivalen pereduksi dari reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam
glikolisis akan diambil oleh mitokondria untuk oksidasi melalui salah satu dari reaksi ulang alik
(shuttle).
‘9
Gb 4. Glikolisis (sumber ::
(sumber: Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007)
‘10
OKSIDASI PIRUVAT
Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga
merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non
karbohidrat menjadi karbohidrat. Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi
piruvat adalah sebagai berikut:1
1. Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi derivate
hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat
dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.
2. Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok
prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP
lepas.
3. Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA,
dengan hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.
4. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang mengandung
FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini
dioksidasi oleh NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai
respirasi.
Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ + CO2
‘11
Gb 5. Lintasan Oksidasi
(Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
SIKLUS ASAM SITRAT
Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan
berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein. Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks
mitokondria.1
‘12
Gb 6. Siklus Krebs
(Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1. Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir oleh enzim
sitrat sintase menyebabkan sintesis ikatan karbon ke karbon di antara atom karbon metil
pada asetil KoA dengan atom karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang
membentuk sitril KoA, diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan
hilangnya energi bebas dalam bentuk panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut
selesai dengan sempurna.1
Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O Sitrat + KoA
2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase) yang
mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung
‘13
Sitrat Sis-akonitat(terikat enzim)
Isositrat
H2O H2O
dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya terikat
pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat.1
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA mengadakan
kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa terakhir ini
menghambat akonitase sehingga menimbulkan penumpukan sitrat.1
3. Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya enzim
isositrat dehidrogenase. Di antara enzim ini ada yang spesifik NAD+, hanya ditemukan di
dalam mitokondria. Dua enzim lainnya bersifat spesifik NADP+ dan masing-masing secara
berurutan dijumpai di dalam mitokondria serta sitosol. Oksidasi terkait rantai respirasi
terhadap isositrat berlangsung hampir sempurna melalui enzim yang bergantung NAD+.
Isositrat + NAD+ Oksalosuksinat –ketoglutarat + CO2 + NADH + H+
(terikat enzim)
Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi –ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim
isositrat dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ merupakan komponen penting reaksi
dekarboksilasi. Oksalosuksinat tampaknya akan tetap terikat pada enzim sebagai
intermediate dalam keseluruhan reaksi.1
4. Selanjutnya –ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif melalui cara yang sama
dengan dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua substrat berupa asam –keto.
–ketoglutarat + NAD+ + KoA Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+
Reaksi tersebut yang dikatalisir oleh kompleks –ketoglutarat dehidrogenase, juga
memerlukan kofaktor yang idenstik dengan kompleks piruvat dehidrogenase, contohnya
TDP, lipoat, NAD+, FAD serta KoA, dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester
berenergi tinggi). Arsenit menghambat reaksi di atas sehingga menyebabkan penumpukan
–ketoglutarat.1
‘14
5. Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan adanya peran
enzim suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase).
Suksinil KoA + Pi + ADP Suksinat + ATP + KoA
Dalam siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya contoh pembentukan fosfat
berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan terjadi karena pelepasan energi bebas dari
dekarboksilasi oksidatif –ketoglutarat cukup memadai untuk menghasilkan ikatan
berenergi tinggi disamping pembentukan NADH (setara dengan 3P.1
6. Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang diikuti oleh
penambahan air dan kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang menghasilkan kembali
oksaloasetat.
Suksinat + FAD Fumarat + FADH2
Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase yang terikat
pada permukaan dalam membrane interna mitokondria, berbeda dengan enzim-enzim lain
yang ditemukan pada matriks. Reaksi ini adalah satu-satunya reaksi dehidrogenasi dalam siklus
asam sitrat yang melibatkan pemindahan langsung atom hydrogen dari substrat kepada
flavoprotein tanpa peran NAD+. Enzim ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S).
Fumarat terbentuk sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir
penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan malat.1
Fumarat + H2O L-malat
Malat dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat
dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
L-Malat + NAD+ oksaloasetat + NADH + H+
Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan
fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.
Namun demikian FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi.
Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
‘15
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P
2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 x 2P = 2P
3. Pada tingkat substrat = 1P
Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi = 12P
Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat kita hitung
bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian
sebagai berikut:
Glikolisis : 8P
Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P
Siklus Kreb’s (2 x 12P) : 24P
Jumlah : 38P
GLIKOGENESIS
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi
piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.2
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada
lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh
glukokinase.2
2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator
enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan
mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-
bifosfat.2
Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P + Glukosa 1-fosfat
3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin
difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.2
UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + PPi
‘16
4. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik
reaksi ke arah kanan persamaan reaksi.2
5. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan
atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat.
Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada
sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1
Glikogen Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek
yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat
molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah
molekul glikogenin.
6. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga
mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian
dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk
membentuk rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-
cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1glukosil dan pembentukan
cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total
tapak reaktif dalam molekul akan meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis
maupun glikogenolisis.2
GLIKOGENOLISIS
‘17
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah
untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis.
Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian.
Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase.
Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan
glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang
secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi
cabang 16.2
(C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat Glikogen Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari
satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan
16 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik.
Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.
Gb 8. Glikogenolisis (Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi
27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
GLUKONEOGENESIS
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari
karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah
menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga
tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang
sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun
tubuh.2
Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah
proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun
protein.2
‘18
Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai
berikut:
1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak
dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s.
Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis. 2
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.2
Gb 9. Lintasan Metabolisme Karbohidrat, Lipid, Protein (Glukoneogenesis)
(Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
‘19
Gb 10.Ringkasan Jalur Glukoneogenesis
(Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.
Lemak
Lipid yang kita peroleh sebagai sumber energi utamanya adalah dari lipid netral, yaitu
trigliserid (ester antara gliserol dengan 3 asam lemak). Secara ringkas, hasil dari pencernaan
lipid adalah asam lemak dan gliserol, selain itu ada juga yang masih berupa monogliserid.
Karena larut dalam air, gliserol masuk sirkulasi portal (vena porta) menuju hati. Asam-asam
lemak rantai pendek juga dapat melalui jalur ini. 2
‘20
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi
jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam
lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida
jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.2
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.
Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA
dari jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain,
jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam
lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.2
Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami
kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis
membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan
badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses ini dinamakan
ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang
dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.2
‘21
Kolesterol
Aseto asetat
hidroksi butirat Aseton
Steroid
Steroidogenesis
Kolesterogenesis
Ketogenesis
Diet
Lipid
Karbohidrat
Protein
Asam lemak
Trigliserida
Asetil-KoA
Esterifikasi Lipolisis
Lipogenesis Oksidasi beta
Siklus asam sitrat
ATP
CO2
H2O
+ ATP
Gb 11.Ikhtisar metabolisme lipid
(Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini
selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal,
gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya
senyawa ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk
antara dalam jalur glikolisis.2
‘22
Gliserol
Gb 12. Reaksi-reaksi kimia dalam metabolisme gliserol
Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan
oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih
dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan
dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).2
Gb 13.Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA
Asam lemak bebas pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang. Asam lemak
rantai panjang ini akan dapat masuk ke dalam mitokondria dengan bantuan senyawa karnitin,
dengan rumus (CH3)3N+-CH2-CH(OH)-CH2-COO-.
‘23
Membran mitokondria internaKarnitin palmitoil transferase II Karnitin Asil karnitintranslokase
KoA Karnitin
Asil karnitin Asil-KoA
Asil karnitin
Beta oksidasi
Membran mitokondria eksterna
ATP + KoA AMP + PPi
FFA Asil-KoA
Asil-KoA sintetase(Tiokinase)
Karnitin palmitoil transferase I
Asil-KoA KoA
Karnitin Asil karnitin
Gb 14. Mekanisme transportasi asam lemak trans membran mitokondria melalui mekanisme
pengangkutan karnitin
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut:2
1. Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase.
2. Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil
transferase I yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin.
Setelah menjadi asil karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna
mitokondria.
3. Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang
bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.
4. Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan
dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna
mitokondria menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.
5. Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi
beta.
‘24
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses
dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya
asetil KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak
dioksidasi menjadi keton.
‘25
Gb 15. Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat
(Sumber :Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.)
‘26
Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu
menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P. (-2P). Setelah berada di
dalam mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan sebagai berikut:2
1. Asil-KoA diubah menjadi delta2-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan
menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi
dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang telah
kehilangan 2 atom C.
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali oksidasi
beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA
yang masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena
membentuk asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA.
Asetil-KoA yang dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat.
Penghitungan energi hasil metabolisme lipid
Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi beta suatu
asam lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C, maka kita memerlukan
energi 2 ATP untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2
dikurangi 1, yaitu 4 kali oksidasi beta, berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak
memiliki 10 atom C, maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah.2
Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Kreb’s yang masing-masing akan
menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 60 ATP. Dengan demikian sebuah
asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP (untuk aktivasi) + 20 ATP
(hasil oksidasi beta) + 60 ATP (hasil siklus Kreb’s) = 78 ATP.2
Sebagian dari asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah
menjadi hidroksi butirat dan aseton. Aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai
‘27
badan-badan keton. Proses perubahan asetil-KoA menjadi benda-benda keton dinamakan
ketogenesis. 2
Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan
kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi
steroid (prosesnya dinamakan steroidogenesis).2
Sintesis asam lemak
Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat men-sintesis
asam lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai penyusun struktur membran.
Pada manusia, kelebihan asetil KoA dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak
sesuai dengan degradasinya (oksidasi beta).3
Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl carrier protein) digunakan
selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam kompleks multi enzim-
fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk sintesis. Tahap-tahap sintesis asam lemak
ditampilkan pada skema berikut;
Gb 16. Tahap-tahap sintesis asam lemak
(Sumber : Hardjasasmita P. Biokimia dasar B. Penerbit: Balai Penerbit FKUI.2010.)
Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali
Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
energi. Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap
penyimpanan tersebut adalah:3
Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.
Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
‘28
Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa.
Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh.
Gb 17. Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap sintesis dan degradasi
trigliserida.
(Sumber : Hardjasasmita P. Biokimia dasar B. Penerbit: Balai Penerbit FKUI.2010.)
Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan
trigliserida ini dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan asam
lemak. Gliserol dapat menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam
lemak pun akan dioksidasi untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta).3
SINTESIS DE NOVO ASAM LEMAK
Asam lemak akan disintesis apabila ada kelebihan kalori. Sumber utama atom C untuk
sintesis asam lemak adalah karbohidrat makanan. Adapun jalurnya adalah sebagai berikut:
karbohidrat dari makanan berupa glukosa mengalami glikolisis dipecah menjadi piruvat, masuk
ke mitokondria berubah menjadi asetik KoA, lalu dibantu oleh enzim sitrat sintase masuk ke
dalam siklus asam sitrat, lalu kluar dari membran mitokondria dibantu enzim sitrat liase diubah
jadi asetil KoA dan oksaloasetat. Asetil KoA yang dihasilkan ini yang nantinya akan digunakan
untuk pembentukan asam lemak.3
‘29
PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah
senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor.
Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.3
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan
dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan
sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem
kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).3
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu),
sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer
protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan
peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal
dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen.3
Kita memperoleh protein dari makanan. Di sistem pencernaan, protein akan diuraikan
menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal ini
dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam amino. Artinya
kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh (esensial)contohnya
leusin,isoleusin,methionin,valin,lisin,fenilalanin,treonin,triptofan, sedangkan sebagian asam
amino dapat disintesa sendiri oleh tubuh(non esensial)contohnya
prolin,glutamate,aspartat,glisin,arginin,serin,alanin. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino.
Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke
setiap sel tubuh. Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut
‘30
dengan DNA transkripsi. Kemudian mRNA hasil transkripsi di proses lebih lanjut di ribosom atau
retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.3
METABOLISME PROTEIN
Metabolisme asam amino pada umumnya terjadi di hati dan bila kelebihan di luar liver
akan dibawa ke hati yang kemudian diekskresikan dalam bentuk ammonia yang bisa digunakan
kembali utk proses biosintesis atau diekskresi secara langsung atau diubah terlebih dahulu
menjadi asam urat / urea. Metabolisme asam amino meliputi: reaksi pelepasan gugus asam
amino (transaminasi), yang menghasilkan senyawa antara metabolisme utama tubuh,
kemudian perubahan kerangka karbon , transport ammonia, dan sintesis urea.4
1. Transaminasi adalah Proses katabolisme asam amino berupa pemindahan gugus amino
darisuatu asam amino ke senyawa lain . Reaksi transaminasi membutuhkan koenzim
piridoxal phosphat (PLP) yang berasal dari vitamin B6.vitamin B6 digunakan untuk
mengambil gugus amin pada asam amino essensial lainnya,dan kemudian ditransfer ke
asam amino lainnya.contoh: (keto. Asam piruvat, ketoglutarat atau oksaloasaetat). Sehingga
(keto)senyawa tersebut dirubah menjadi asam amino. Sedangkan asam amino dirubah
menjadi senyawa keto). 4
Contoh reaksi:
(Sumber : Hardjasasmita P. Biokimia dasar B. Penerbit: Balai Penerbit FKUI.2010.)
Gb 18. Enzim utama rekasi transaminasi adalah:
Alanin transaminase alanin
Glutatamat transaminase glutamate
‘31
2. Deaminasi oksidatif
Terjadi Di dalam mitokondria dan dikatalisis oleh L-glutamate dehydrogenase (enzim yang
terdapat dlm matrik mitokondria).merupakan Reaksi kombinasi dr aminotransferase dan
glutamate DH.glutamat DH menggunakan enzim allosterik komplek,yang dibagi dalam:
a. Positive modulator ADP
b. Negative modulator GTP TCA
Dari proses deaminasi oksidatif,maka Asam glutamate akan menghasilkan NH4+,dengan
NADP /NAD sebagai akseptor electron.4
Contoh reaksi
3. Transport ammonia ke hati
NH4 atauAmmonia hasil dari deaminasi oksidasi glutamate bersifat toksik bagi jaringan
tubuh. Oleh karena itu ammonia harus diubah menjadi urea ,yang akan terjadi di dalam
hati,atau diubah menjadi glutamin yang akan di transport ke hati.Glutamin tidak toksik,
bersifat netral dan dapat lewat melalui sel membran secara langsung.dan merupakan
bentuk utama utk transpor ammonia,shg terdapat di dalam darah lebih tinggi dr a. Amino
yg lain.glutamin yang akan berfungsi sebagai sumber gugus amino pada berbagai reaksi
biosintesis.4
4. Sintesis urea dan Siklus urea
Kebanyakan NH4 yang terbentuk dengan deaminasi asam amino dihati dikonversi menjadi
urea. dan urea diekskresikan didalam urin. NH4 membentuk karbamoil fosfat,dan di
mitokondria gugus ini ditransfer ke ornitin membentuk sitrulin,enzim yang terlibat adalah
ornitin karbamoil transferase.sitrulin dikonversi menjadi arginin,setelah itu ureanya
dipisahkan dan ornitin dihasilkan kembali. kebanyakan urea dibentuk dalam hati,dan
‘32
kemudian akan dibuang melalui urin.pada penyakit hati berat ,nitrogen urea darah turun
dan NH3 darah meninggi,sekalipun pada orang-orang yang heterozigot untuk defisiensi ini.4
KESEIMBANGAN NITROGEN
Asupan protein harian yang cukup diperlukan untuk menggantikan kehilangan protein
dan asam amino,keperluan ini bukan untuk keperluan protein itu sendiri melainkan keperluan
akan kandungan asam aminonya. Dan keperluan ini dicapai dengan memberi asam-asam amino
murni. Kehilangan protein dan derivate-derivatnya didalam tinja , normalnya sangat kecil.
Akibatnya jumlah nitrogen di dalam urin merupakan indicator yang andal tentang pemecahan
protein dan asam amino yang irreversible. Kalau jumlah nitrogen didalam urin sama dengan
kandungan nitrogen protein dalam diet,orang tersebut dikatakan dalam keseimbangan
nitrogen. Kalau asupan protein meningkat pada seseorang yang normal,asam amino extra
dideaminasi,dan ekskresi urea meningkat,sehingga mempertahankan keseimbangan nitrogen.
Akan tetapi pada kondisi-kondisi ekskresi ,hormone katabolic korteks adrenal meningkat, dan
sekresi insulin menurun.Dan pada keadaan kelaparan serta imobilisasi paksa, kehilangan
nitrogen lebih besar dari masukan dan keseimbangan nitrogennya yang negative. Selama masa
pertumbuhan atau penyembuhan dari penyakit berat atau setelah diberi steroid anabolic
(semacan testosterone) ,masukan nitrogen lebih besar dari ekskresi sehingga keseimbangan
nitrogennya positif.4
Status Gizi dan Pola Makan
Setiap makhluk hidup butuh makan untuk mendapatkan sumber tenaga, mengobati
berbagai macam penyakit, mempertahankan kondisi tubuh terhadap serangan penyakit, dan
sebagai energi pertumbuhan. Kalau kurang memperhatikan pola makan, berbagai penyakit dapat
menyerang tubuh. Untuk itu perlu mengatur pola makan yang sehat, agar tubuh selalu kuat,
stamina terjaga, dan terhindar dari penyakit.5
Menurut ahli nutrisi, pola makan yang sehat sebenarnya terletak pada perencanaan makan
yang memenuhi kriteria tiga J (jumlah, jenis, dan jadwal makan).5
1. Jumlah
Saat makan, jumlah kalori harus sesuai dengan kebutuhan. Sesuaikan jumlah kalori antara
‘33
energi yang keluar, baik saat berolahraga atau beraktivitas, dengan energi yang masuk.
Komposisi yang seimbang meliputi karbohidrat sebanyak 60-70 persen (karbohidrat
kompleks), protein sebanyak 10-15 persen (hewani dan nabati, 2:1), lemak sebanyak 20-25
persen (safa, pufa, mufa = 1:1:1), vitamin dan mineral (A, D, E, K, B, C, dan Ca).5
2. Jenis
Yang harus dikonsumsi meliputi karbohidrat, protein, lemak seimbang, dan nutrien spesifik
yang terpenuhi. Karbohidrat kompleks terdapat pada beras, gandum, terigu, buah-buahan dan
sayuran. Pilihlah karbohidrat dengan serat tinggi, dan kurangi karbohidrat simpleks yaitu gula,
sirup dan makanan yang manis. Paling banyak mengonsumsi makan yang manis adalah 3-5
sendok makan per hari.5
Kebutuhan serat per hari sebanyak lebih dari 25 gram atau 14 gram per 1000 kalori. Untuk
menambah serat dianjurkan mengonsumsi buah dan sayuran minimal lima porsi sehari.
Protein harus lengkap antara protein hewani dan nabati. Sumber protein hewani berasal dari
ikan, ayam, daging sapi, kerbau, dan kambing. Susu merupakan sumber protein yang baik.
Sumber protein nabati terdapat pada kedelai, tempe, dan tahu.
Tubuh manusia juga membutuhkan lemak. Jenis lemak yang dibutuhkan tubuh adalah asam
lemak jenuh dan asam lemak trans kurang dari 10 persen, asam lemak tidak jenuh sebanyak
10 persen, dan asam lemak tidak jenuh ganda sebanyak 10 persen.
Lemak mengandung kolesterol yang sangat tinggi. Sumber kolesterol terdapat pada sea food
(makanan laut) selain ikan, jerohan, dan kuning telur. Sementara itu, sumber vitamin dan
mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel, dan sayuran), vitamin D (ikan, susu, dan
kuning telur), vitamin E (minyak, kacang-kacangan, dan kedelai), vitamin K (brokoli, bayam
dan wortel), vitamin B (gandum, ikan, susu, dan telur), serta kalsium (susu, ikan, dan kedelai).
3. Jadwal
Jadwal makan harus teratur dengan baik.5
Refleksi Pola Makan
Dewasa ini berbagai penyakit akibat infeksi dan gizi kurang telah berhasil ditekan berkat
kemajuan di bidang ilmu kesehatan, teknologi pangan dan kesejahteraan masyarakat.6
Akan tetapi meningkatnya kemakmuran masyarakat Indonesia yang disertai gaya hidup santai
(sedentary life style) dan perubahan pola makan, menyebabkan meningkatnya berbagai penyakit
‘34
akibat gizi lebih dan penyakit degeneratif (seperti jantung, diabetes mellitus, kanker,
osteoporosis, dan lain-lain)
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan sehari-
hari. Status gizi dikatakan baik, apabila pola makan kita seimbang, artinya banyak dan jenis
makanan yang kita makan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh.6
Apabila yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh maka tubuh akan kegemukan, sebaliknya
bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan maka tubuh akan kurus dan sakit-sakitan. Kedua
keadaan tersebut sama tidak baiknya, sehingga disebut gizi salah.6
Keadaan gizi salah akibat kurang makan dan bentuk tubuh yang kurus?kerempeng, sejak
lama merupakan pemandangan yang terlalu umum terjadi di berbagai daerah atau Negara-negara
miskin. Sebaliknya keadaan gizi salah akibat konsumsi gizi berlebihan, merupakan fenomena
baru yang semakin lama semakin meluas. Keadaan ini terutama dialami oleh masyarakat lapisan
menengah ke atas.6
Pertimbangan Selera
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain tingkat pendapatan,
pengetahuan gizi dan budaya setempat. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan
gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam pola makannya
sehari-hari. Dapat dipastikan bahwa pemilihan suatu bahan makanan lebih didasarkan kepada
pertimbangan selera ketimbang gizi.6
The National Academy of Sciences menyatakan, faktor makanan bertanggungjawab atas
60% kasus kanker pada wanita dan 40% pada pria. Beberapa cara untuk mencegah kanker yang
dapat disarankan adalah: menghindari obesitas; mengurangi makanan berlemak; meningkatkan
makanan berserat; meningkatkan konsumsi antioksidan berupa vitamin A, C dan E; menghindari
penggunaan alkohol; serta membatasi makanan yang diawetkan dengan garam, asap dan nitrit.5
Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan energinya 60?70% berasal dari
karbohidrat, 15?20% dari protein dan 20?30% dari lemak, disamping cukup akan vitamin,
mineral dan serat. Pola makan tersebut terbagi dalam tiga periode, yaitu sarapan, makan siang
dan malam. Peranan sarapan tidak boleh diabaikan, karena akan menentukan kinerja tubuh dari
pagi hingga siang hari.6
‘35
Variasikan Makanan
Di dunia ini tidak ada satu pun bahan pangan yang mengandung sekaligus semua unsur gizi
yang kita perlukan, dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian bila kita ingin memenuhi
kebutuhan semua zat gizi, baik macam maupun jumlahnya, maka tidak ada cara lain kecuali
menambah keragaman bahan pangan yang dimakan sehari?hari.
Dengan kombinasi konsumsi yang beragam, maka unsur?unsur gizi dari bahan pangan
tersebut akan saling melengkapi satu sama lain. Kekurangan zat gizi dari bahan pangan yang
satu, akan ditutupi oleh bahan pangan yang lain.6
Dalam ilmu gizi, cara-cara tersebut dikenal dengan istilah komplementasi. Dengan
demikian maka konsumsi pangan yang beragam akan lebih baik bagi kesehatan tubuh,
dibandingkan dengan pola konsumsi yang hanya mengandalkan kepada bahan pangan tunggal
tertentu.6
Contoh diversifikasi konsumsi pangan adalah mengkombinasikan sumber karbohidrat yang
berupa jagung, umbi?umbian atau sagu dengan ikan dan kacang?kacangan sebagai sumber
protein dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral.6
Struktur Mikroskopik Pankreas
Pankreas
a. Pankreas berasal dari evaginasi endoderm pada usus depan
b. Terdapat dua bagian utama:
Acini pankreas eksokrin, produk berupa enzim pencernaan dan ion bikarbonat –
dilepaskan ke duodenum melalui sal. Pankres
Pulau Langerhans endokrin, produk (insulin, glukagon dan somatostatin) dilepaskan ke
pembuluh darah
Pulau langerhans
Ada tiga tipe sel endokrin :
a : terwarna oleh Orange G, menghasilkan glukagon
b : terwarna oleh ahdehyde fucshin, menghasilkan insulin, mengandung granula kristalin
(untuk menyimpan insulin sebelum disekresikan)
‘36
d : memiliki juluran sitoplasma yang tak teratur, menghasilkan gastrin, serotonin dan
somatostatin
Ketiga tipe sel tersusun dalam pola spesifk. Pada manusia dan tikus, sel a (25%) berada paling
luar, sel b (60%) di bagian tengah, sel d (10%) tersebar diantara populasi a dan b.7
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya mirip kelenjar ludah.
Panjanganya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai limpa.7
Pankreas terdiri atas kepala, badan dan ekeor. Kepala pancreas paling lebar, terletak di
sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan duodenum, dan yang praktis
melingkarinya.7
Badan Pnkreas merupakan bagian utama pada organ pancreas dan letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebra lumbalis pertama. Ekornya merupakan bagian yang runcing di
sebelah kiri, dsan yang sebenarnya menyentuh limpa.7
Jaringan pancreas terdiri atas lobula daripada sekretori yang tewrsusun mengitari saluran-
saluran halus. Salauran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari kiri ke
kanan. Saluran-saluran kecil tersebut menerima saluran dari lobula lain kemudian bersatu
membentuk saluran utama, yaitu ductus Wirsungi.7
Pankreas dilintasi oleh saraf vagus, dan dalam beberapa menit setelah menerima
makanan, arus getah pancreas bertambah. Kemudian setelah isi lambung masuk ke dalam
duodenum, maka dua hormon, sekretrin dan pankreosimin dibentuk di dalam mukosa
duodenum dan yang kemudian merangsang arus getah pancreas. 7
Hormon
Pancreas.
Endokrin pancreas ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu kumpulan kecil sel-
sel yang tersebar d seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil hormone yang teridentifikasi di
pulau langerhans :8
Sel alfa, mensekresi glucagon, yang meningkatkan kadar gula darah.
Sel beta, mensekresi insulin, yang menurunkan kadar gula darah.
‘37
Sel delta, mensekresi somatostatin, yang menghambat GH, insulin, dan glucagon.
Sel F, mensekresi polipeptida pancreas, sejenis hormone pencernaan yang dilepas
setelah makan.
Hormone yang terpenting dalam metabolism energy adalah insulin dan glucagon. Insulin
bersifat anabolic sedangakan glucagon bersifat katabolic. Insulin menyimpan kelebihan glukosa
dalam bentuk glikogen, sedangkan glucagon memecah glikogen menjadi glukosa bila
diperlukan.8
Efek insulin adalah menurunkan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam
darah dengan cara memasukkan molekul-molekul itu ke dalam sel otot rangka, otot polos, dan
otot jantung. Rangsang utama insulin adalah peningkatan kadar gula, asam amino dalam darah.
Hormone gastric inhibitory peptide (GIP) juga merangsang sekresi insulin pancreas. Peningkatan
aktivitas saraf parasimpatis ,mempengaruhi GIP, pada akhirnya juga meningkatkan sekresi
insulin, sebaliknya rangsang simpatis atau peningkatan epinefrin menghambat sekresi insulin
pancreas.8
Defisiensi hormone insulin dapat mengakibatkan diabetes mellitus (DM). karakteristik
DM adalah pada saat post absorbtive kadar gula darah tidak turun tetapi tetap tinggi.
Hiperglikemia adalah efek utama dari DM. DM dibedakan menjadi 2, DM tipe I, disebabkan
kekurangan insulin dan DM tipe II, yang disebabkan ketidakpekaan sel target terhadap insulin.
Pada DM tipe II sekresi insulin mungkin saja normal, tetapi sel target tidak bisa merespon.7
Kelebihan insulin dapat menyebabkan brain starving hypoglycemia. Dimana sedikit glukosa
dalam darah karena glukosa diubah menjadi glikogen.8
Gejala klasik DM ada 3, yaitu poliuria, polidipsia, polifagia. Poliuria disebabkan oleh
dieresis osmotic. Polidipsia diakibatkan oleh banyak pengeluaran (poliuria). Kehilangan glukosa
di urin mengakibatkan peningkatan katabolisme lemak dan protein yang menurunkan berat
badan. Penurunan berat badan akan merangsang nafsu makan (polifagia).8
Defisiensi insulin menurunkan aktivitas dan kecepatan enzim lipogenesis, meningkatkan
lipolisis. Mengubah lemak menjadi benda-benda keton. Apabila terlalu banyak dapat
‘38
mengalami kondisi asidosis akibat berlebihnya benda keton yang disebut ketoasidosis.
Defisiensi insulin juga meningkatkan katabolisme protein sehingga kadar urea dalam darah
meningkat.8
Glukagon bekerja berlawanan dengan insulin. Insulin dan glucagon membentuk coupled
endocrine system. Glucagon merupakan secret dari sel alfa yang terutama bekerja di hati,
mempengaruhi metabolism karbohidrat, protein, dan lemak. Pengaruh pada karbohidrat adalah
meningkatkan glukosa darah dengan cara glikogenolisis dan glukoneogenesis di hati. Pengaruh
pada lemak meningkatkan lipolisis, menurunkan sintesa trigliserida, meningkatkan produksi
keton di hati. Pada protein, menurunkan sintesa protein, meningkatkan degradasi protein di
hati, merangsang glukoneogenesis. Pada keadaan post absorbtive kadar glucagon meningkat,
mengakibatkan kadar gula darah naik. Pengaturan sekresi glucagon mendapat rangsang dari
kadar gula darah.8
Somatostatin, secret dari sel delta pulau langerhans. Somatostatin dikeluarkan terhadap respon
atas peningkatan kadar glukosa plasma, peningkatan asam amino plasma, menghambat sekresi
insulin dan glucagon local. Efek hambatan terjadi di saluran cerna yang menghambat
pencernaan dan absorbsi. Somatostatin juga dirangsang oleh hipotalamus (menghambat GH
dan TSH), dan mukosa saluran cerna (bekerja secara local mengahambat pencernaan).8
Efek Insulin Pada Karbohidrat
Memelihara homeostatis glukosa darah merupakan salah satu fungsi penting pancreas.
Konsentrasi glukosa dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara proses-proses berikut.
Penyerapan glukosa dari saluran cerna, pemindahan glukosa ke dalam sel, produksi glukosa
oleh hati, dan (secara abnormal) eksresi glukosa di urine. 8
Insulin memiliki 4 efek yang menurunkan kadar glukosa darah dan mendorong penyimpanan
karbohidrat: 8
‘39
1. Insulin mempermudah transport glukosa kedalam sebagian besar sel. (Mekanisme
peningkatan penyerapan glukosa ini dijelaskan setelah efek lain insulin dalam
menurunkan glukosa darah dicantumkan).
2. Insulin merangsang glikogenesis, pembentukan glikogen dari glukosadi otot rangka dan
hati.
3. Insulin menghambat glikogenolisis, penguraian glikogen menjadi glukosa. Dengan
menghambat penguraiann glikogen menjadi glukosa maka insuliun cenderung
menyebabkan penyimpanan karbohidrat dan mengurangi pengeluaran glukosa oleh
hati.
4. Insulin juga menurunkan pengluaran glukosa oleh hati dengan menghambat
glukoneogenesis, perubahan asam amino menjadi glukosa di hati. Insulin melakukannya
dengan mengurangi jumlah asam amino di darah yang tersedia bagi hati untuk
glukoneogenesis dan dengan menghambat enzim-enzim hati yang diperlukan untuk
mengubah asam amino menjadi glukosa.
Karena itu, insulin mengurangi konsentrasi glukosa darah dngan mendorong penyerapan
glukosa oleh sel dari darah untuk digunakan dan disimpan, dan secara bersamaan
menghambat dua mekanisme pembebasan glukosa oleh hati kedalam darah (glikogenolisis
dan glukoneogenesis). Insulin adalah satu-satunya hormone yang mampu menurunkan
kadar glukosa darah. Insulin mendorong penyerapan glukosa oleh sebagian besar sel
melalui rekrutmen pengangkut glukosa.8
Efek Pada Lemak
Insulin memiliki banyak efek untuk menurunkan asam lemak darah dan mendorong
penyimpanan trigliserida:
1. Insulin meningkatkan pemasukan asam lemak dari darah ke dalam sel jaringan lemak.
2. Insulin meningkatkan transport glukosa ke dalam sel jaringan lemak melalui rekrutmen
GLUT-4. Glukosa berfungsi sebagai precursor untuk pembentukan asam lemak dan
gliserol, yaitu bahan mentah untuk mebentuk trigliserida.
‘40
3. Insulin mendorong reaksi-reaksi kimia yang akhirnya menggunakan turunan asam lemak
dan glukosa untuk sintesis trigliserida.
4. Insulin mengahambat lipolisis (penguraian lemak), mengurangi pembebasan asam
lemak dari jaringan lemak ke dalam darah.
Secara kolektif, efek-efek ini cenderung mengeluarkan asam lemak dan glukosa
dari darah dan mendorong penyimpanan keduanya sebaga trigliserida.8
Efek Pada Protein
Insulin menurunkan kadar asam amino darah dan meningkatkan sintesis protein melalui
beberapa efek:8
1. Insulin mendorong transport pasif asam amino dari darah ke dalam otot dan jaringan
lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino dalam darah dan menyediakan bahan-
bahan untuk membentuk protein didalam sel.
2. Insulin meningkatkan laju inkorporasi asam amino menjadi protein oleh perangkat
pembentuk protein yang ada di sel.
3. Insulin yang menghambat penguraian protein.
Hasil keseluruhandari efek-efek ini adalah efek anabolic protein. Karena itu,
insulin esensial bagi pertumbuhan normal.8
Diabetes Melitus
Gejala diabetes mellitus adalah khas keadaan pasca-absorbsi yang berlebihan. Diabetes
Melitus, sejauh ini adalah penyakit endokrin yang paling sering ditemukan. Gejala-gejala akut
diabetes mellitus disebsbkan oleh kurang adekuatnya kerja insulin. Karena insulin adalah satu-
satunya hormon yang mampu menurunkan kadar glukosa darah, maka salah satu gambaran
menonjol pada diabetes mellitus adalah peningkatan kadar glukosa darah, atau hiperglikemia.
Diabetes secara harfiah artinya “mengalirkan”, yang menunjukan pengeluaran urin dalam
jumlah besar pada penyakit ini. Pengeluaran urin berlebihan dijumpai pada diabetes mellitus
(akibat insufisiensi insulin) dan diabetes insipidus (karena defisiensi vasopressin). Mellitus
‘41
artinya “manis”; insipidus artinya “tidak terasa”. Urin pasien dengan diabetes mellitus terasa
manis karena banyaknya glukosa yang masuk ke dalam urin, sementara urin pasien diabetes
insipidus tidak mengandung gula sehingga tidak terasa manis.8
Diabetes mellitus memiliki dua varian utama, berdasarkan kemampuan pancreas
mengeluarkan insulin. Diabetes tipe 1, yang ditandai oleh kurangnya sekresi insulin, dan
diabetes tipe 2, yang ditandai oleh sekresi insulin yang normalatau bahkan meningkat tetapi
sensitivitas sel sasaran terhadap insulin berkurang.8
Kesimpulan
Bahan makanan yang masuk dalam tubuh kita harus mengalami proses
metabolisme,baik metabolisme karbohidrat, metabolisme lemak, dan metabolisme protein.
Proses metabolisme ini, dipengaruhi oleh berbagai macam enzim dan hormon-hormon lainnya
yang dapat mendukung kelancaran metabolisme bahan makanan agar dapat diserap dengan
baik oleh tubuh, sehingga dapat menghasilkan energi yang cukup untuk beraktivitas.Tentu saja,
dalam mengatur proses metabolisme ini juga, harus di seimbangkan dengan pola makan dan
keseimbangan gizi yang baik. Bagaimanapun pola makan yang tidak sehat itu, akan menganggu
proses metabolisme dan akan menimbulkan penyakit. Seperti contohnya Diabetes Melitus,
penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormone insulin.
Daftar Pustaka
1. Robert K, Biokimia Harper, Edisi 27, Penerbit EGC, Jakarta.2007.p.152-194.
2. Tambunan V, Loho T, Hegar B, dkk. Gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam-
basa.Ed:2.Penerbit:Balai Penerbit FKUI, Jakarta.2010.p13-5.
3. Hardjasasmita P. Biokimia dasar B. Penerbit: Balai Penerbit FKUI.2010.p.51-87.
4. Ethel Sloane, Anatomy & Fisiologi untuk Pemula, EGC, 2004 : 420-436.
5. Prof. Dr. A Djaeni, Ilmu Gizi, Dian Rakyat, 2008 : 105-185.
6. Helen M Barker, Nutrition&Dietetic for Health Care, Edisi 10, Churchill Livingstone, Sydney :
7-55.
‘42
7. Junqueira LC dan Carneiro J. Histologi dasar: teks dan atlas. Edisi 10 Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2007.
8. Sherwood L, Fisiologi manusia dari sel ke sistem.Ed:6, Penerbit EGC, Jakarta, 2007 : 609-630.
‘43