pbl koma ketoasidosis diabetik

Upload: nilanila-wlndr

Post on 02-Jun-2018

276 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    1/10

    1

    Koma Ketoasidosis Diabetik

    Bio Swadi Ghutama

    102011388

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jl. Terusan Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat 1510

    Email :[email protected]

    I. Pendahuluan

    Kondisi tidak sadar dan koma merupakan masalah umum dalam kedokteran. Keadaan ini

    mendominasi unit gawat darurat pada berbagai pelayanan rumah sakit. Ketidaksadaran dan

    kehilangan kesadaran memiliki manifestasi klinik dan penjelasan fisiologi yang berbeda, kendati

    dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Tidak sadar adalah kondisi mental dan perilaku dari

    menurunnya pemahaman, rasionalitas, dan kapasitas motivsi. Koma adalah keadaan penurunan

    kesadaran dan respons dalam bentuk yang berat, kondisinya seperti tidur yang dalam dimana

    pasien tidak dapat bangun dari tidurnya. Kesadaran secara kompleks berhubungan dengan

    korteks serebral. Retikular activating system (RAS) adalah kelompok agregasi neuron yang

    terletak di atas batang otak dan thalamus media, mempertahankan korteks serebral dalam

    keadaan sadar. Jadi, prinsip dasar terjadinya koma adalah luka atau kerusakan pada RAS atau

    proyeksinya, rusaknya sebagian besar kedua serebral hemisfer, tertekannya fungsi retikulo

    serebral oleh obat-obatan, toksin, atau gangguan metabolic seperti hipoglikemia, anoksia,

    azotemia, atau kegagalan hati.1

    Gangguan metabolic mengakibatkan koma dan mengganggu pengiriman substrat energy

    (hipoksia, iskemia, hipoglikemia) atau dengan mengganti eksitabilitas neuron. Neuron serebral

    sangat tergantung pada aliran darah cerebral dan berhubungan dengan pengiriman oksigen dan

    glukosa. Koma adalah penyerta yang biasa terjadi akibat ketidakseimbangan natrium dan air

    dalam skala besar. Perubahan osmolar ini meningkat karena adanya gangguan sistemik termasuk

    diantaranya diabetic ketoasidosis, kadar hiperosmolar nonketotik, dan hiponatremia.

    Sebagaimana ensefalopati metabolic lain, keparahan perubahan neurologic tergantung pada

    kecepatan perubahan serum yang terjadi.1

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    2/10

    2

    II. Pembahasan

    Dalam scenario 5 mengatakan seorang laki-laki 20 tahun datang dibawa ke RS oleh keluarga

    karena tak sadarkan diri. Menurut mereka sejak 2 hari yang lalu pasien lemas, nyeri ulu hati

    hebat, dan muntah-muntah, namun tidak mau berobat ke dokter. Dari hasil anamnesis didapat

    riwayat DM 3 tahun yang lalu. TD 130/80, napas 24x cepat dalam, nadi 100x, ada nyeri tekan

    epigastrium, turgor masih baik. Dari hasil pemeriksaan penunjang didapat kadar GDS 400mg/dl,

    keton darah positif, leukositosis 150.000/ml darah, SGOT 64, SGPT 67, amylase 100 u/L. Dari

    kondisi seperti diatas, diduga pasien mengalami koma ketoasidosis diabetic.

    Ketoasidosis diabetic (KAD) merupakan salah satu komplikasi akut DM akibat defisiensi

    (absolute ataupun relative) hormon insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat

    pengobatan segera akan menyebabkan kematian. Ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis, dan

    ketosis. Akibat diuresis osmotic, KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan dapat

    sampai menyebabkan syok.2,3

    Anamnesis

    Sesuai kasus diatas, anamnesis dilakukan secara alloanamnesis. Tanyakan kepada

    keluarga pasien tidak sadarkan diri sudah berapa lama, apakah pasien mengalami trauma, adakah

    riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita, bagaimana riwayat keluarganya, keluhan apa yang

    sering dirasakan pasien belakangan ini. Adakah riwayat penggunaan obat-obatan dsb. Anamnesis

    yang tipikal adalah pengidap diabetes tipe 1 yang mengalami polidipsi, poliuria, mual, muntah,

    dan malaise selama beberapa hari. Riwayat penghentian penggunaan insulin atau riwayat

    penyerta yang baru saja terjadi biasanya ditemukan pada anamnesis.4

    Pemeriksaan fisik

    Pada pasien dengan KAD dapat ditemukan penurunan berat badan, membran mukosa

    kering, skin tenting, mata cekung, ubun-ubun cekung (pada pasien anak), takikardia, takipneu,

    napas berbau aseton seperti buah. Dari scenario didapat tekanan darah 130/80mmHg, napas

    24x/menit cepat dan dalam (kussmaul), nadi 100x/menit, adanya nyeri tekan epigastrium, turgor

    kulit masih baik.3

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    3/10

    3

    Pemeriksaan Penunjang

    Gula darah sewaktu (GDS), merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa

    memperhatikan waktu makan terakhir. 15.000-

    20.000 meskipun tidak ada infeksi, sehingga membuat peningkatan neurtofil batang darah

    menjadi petunjuk terbaik adanya infeksi. Nilai hematokrit dapat meningkat akibat

    hemokonsentrasi karena dehidrasi berkepanjangan. Pada pasien didapat leukosit

    15.000/ml darah.

    SGOT 64u/l (normal

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    4/10

    4

    metabolic nilai kalium yang diperoleh dapat normal atau meningkat akibat pergeseran

    ekstrasel. Untuk setiap kenaikan nilai pH 0,1 kadar kalium akan menurun 0,6. Terdapat

    deficit natrium total akibat keluar lewat urin. Dapat juga terjadi pseudohiponatremia

    karena glukosa menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga mendilusi kadar

    konsentrasi natrium dalam serum.4

    Epidemiologi

    Data komunitas di AS menunjukan bahwa insidens KAD sebesar 8 per 1000 pasien DM per

    tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan untuk kelompok usia dibawah 30 tahun sebesar

    13,4 per 1000 pasien DM per tahun. Di negara maju dengan sarana yang lengkap, angka

    kematian KAD berkisar 9-10%, sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dapat mencapai

    25-50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai KAD

    seperti sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas. Mengingat 80% pasien KAD telah

    diketahui menderita DM sebelumnya, upaya pencegahan sangat berperan dalam mencegah KAD

    dan diagnosis dini KAD.3

    Faktor pencetus

    Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada

    pasien yang sudah diketahui DM, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor

    pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang. Faktor pencetus

    yang berperan untuk terjadinya KAD :

    1. Infeksi, merupakan faktor pencetus yang paling sering. Pada keadaan infeksi kebutuhan

    tubuh akan insulin tiba-tiba meningkat. Infeksi yang biasanya dijumpai adalah infeksi

    saluran kemih dan pneumonia. Jika ada keluhan nyeri abdomen perlu dipikirkan

    kemungkinan kolesistitis, iskemia usus, appendicitis, diverticulitis, atau perforasi usus.

    Bila pasien tidak menunjukan respon terhadap pengobatan KAD perlu dicari infeksitersembunyi (sinusistis, abses gigi, dan abses perirektal).

    2. Infark miokard akut. Pada keadaan ini terjadi peningkatan hormone epinefrin yang

    cukup untuk menstimulasi lipolisis, hiperglikemia, ketogenesis, dan glikogenolisis.

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    5/10

    5

    3. Penghentian insulin. Proses kejadian KAD pada pasien dengan pompa insulin lebih cepat

    bila dibandingkan dengan pasien yang menghentikan satu dosis insulin depoo

    konvensional (subkutan).

    Faktor pencetus KAD lain yang tidak terlalu sering adalah pancreatitis, kehamilan, stroke,

    hipokalemia, dan obat.2,3

    Patofisiologi

    KAD adalah suatu keadaan dimana sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa. Gejala dan

    tanda klinis KAD dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu akibat hiperglikemia dan ketoasidosis.

    Terdapat defisiensi insulin absolute atau relative dan peningkatan hormone kontraregulator

    (glucagon, katekolamin, kortisol, dan hormone pertumbuhan). Keadaan tersebut menyebabkan

    produksi glukosa hati meningkat dan utilisasi glukosa oleh sel tubuh menurun, dengan hasil akhir

    hiperglikemia. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan hormone kontraregulator terutama

    epinefrin, mengkaktivasi hormone lipase sensitive pada jaringan lemak. Akibatnya lipolisis

    meningkat, sehingga terjadi peningkatan produksi benda keton dan asam lemak bebas secara

    berlebih. Meskipun sudah tersedia bahan bakar tetapi sel tubuh tetap merasa lapar dan terus

    memproduksi glukosa. Sebab hanya insulin yang dapat menginduksi transport glukosa ke sel,

    memberi signal untuk proses perubahan glukosa menjadi glikogen, menghambat proses lipolisis,

    menghambat glukoneogenesis, dan mendorong proses oksidasi siklus krebs dalam mitokondria

    yang akan dihasilkan ATP sebagai sumber energy utama.2,3

    Manifestasi klinis

    70-90% pasien KAD telah diketahui menderita DM sebelumnya. Kenyataan ini membantu untuk

    mengenali KAD akan lebih cepat sebagai komplikasi akut DM dan segera mengatasinya. Pasien

    dengan KAD dijumpai pernapasan cepat dan dalam (kussmaul), berbagai derajat dehidrasi

    (mulut kering, turgor menurun), dan kadang disertai hipovolemia sampai syok. Bau aseton dari

    hawa napas tidak selalu mudah tercium. Areataeus mengatakan gambaran klinis KAD sebagai

    berikut keluhan poliuria dan polidipsia seringkali mendahului KAD serta didapatkan riwayat

    berhenti menyuntik insulin, demam, atau infeksi. Muntah-muntah seringkali dijumpai terutama

    pada anak dan menimbulkan dehidrasi dan hipokalemia. Indicator asidosis metabolic mencakup

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    6/10

    6

    takipneu, napas Kussmaul, dan napas bau aseton. Dapat pula ditemukan nyeri perut yang

    menonjol dan hal itu berhubungan dengan gastroparesis dilatasi lambung.2-4

    Diagnosis

    Ketoasidosis diabetic perlu dibedakan dengan ketosis diabetic ataupun hiperglikemia

    hiperosmolar nonketotik. Langkah pertama yang harus diambil pada pasien dengan KAD terdiri

    dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti dengan terutama memperhatikan

    patensi jalan napas, status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi. Langkah-

    langkah ini harus dapat menentukan jenis pemeriksaan laboratorium yang harus segera

    dilakukan, sehingga penatalaksanaan dapat segera dimulai tanpa ditunda. Pemeriksaan

    laboratorium yang mudah adalah pemeriksaan konsentrasi glukosa darah dengan glucose sticks

    dan pemeriksaan urin dengan menggunakan urin strip untuk melihat secara kualitatif jumlah

    glukosa, keton, nitrat, dan leukosit dalam urin. Kriteria diagnosis KAD :

    Kadar glukosa >250mg%

    pH darah 600mg%, pH darah >7,3, anion gap normal, bikarbonat

    serum >15 mEq/L, dan osmolalitas serum >350 mOsm/kg.2

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    7/10

    7

    B. Pankreatitis

    Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri perut hebat, melintang, dan tembus sampai

    kebagian punggung. Biasanya disertai muntah. Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen

    umumnya tidak dapat diatasi dengan analgesia biasa. Tidak jarang pasien datang dengan

    kembung atau mengarah ke ileus paralitik. Etiologi tidak selalu mudah ditentukan, namun pada

    dasarnya akibat infeksi, baik virus atau bakteri, batu empedu, alcohol, atau obat. Kriteria yang

    dipakai untuk menegakan diagnosis secara klinis praktis, salah satunya criteria ranson.2

    Tabel 1. Kriteria Ranson2

    Awal Dalam waktu 48 jam

    Usia > 55 tahun Ht menurun > 10

    Leukosit > 16.000/mm BUN naik > 5 mg/dl

    Glukosa > 200mg/dl Ca +< 8mg/dl

    LDH > 350 IU/L PaO2 < 60mmHg

    SGOT > 250 U/L Basa deficit > 4mEq/L

    Penatalaksanaan

    Prinsip pengobatan KAD adalah :

    1. Penggantian cairan dan garam yang hilang

    2.

    Menekan lipolisis pada sel lemak dan gluoneogenesis pada sel hati dengan pemberianinsulin

    3. Mengatasi stress sebagai pencetus KAD

    4. Mengembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta

    penyesuaian pengobatan.

    Dokter harus mempunya kemauan kuat untuk melakukan evaluasi ketat terutama di awal

    pengobatan KAD sampai keadaan stabil. Pengobatan KAD tidak terlalu rumit. Ada 6 hal yang

    harus diberikan yaitu cairan, garam, insulin, kalium, glukosa, dan asuhan keperawatan.2,3

    1. Cairan

    Dehidrasi dan hiperosmolaritas diatasi secepatnya dengan cairan garam fisiologis. Pilihan

    berkisar antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya hipotensi dan tinggi

    rendahnya kadar natrium. Pada kasus ketoasidosis sedang sampai berat, penggantian cairan

    permulaan harus berupa 20 mg/kg saline normal untuk satu jam pertama. Penggantian ini

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    8/10

    8

    kemudian diikuti dengan pemberian saline setengah normal selama beberapa jam berikutnya

    dengan kecepatan yang disesuaikan dengan dehidrasinya. Pada umumnya diperlukan 1-2 liter

    dalam jam pertama. Bila kadar glukosa < 200mg/dl maka perlu diberikan larutan mengandung

    glukosa (dekstrosa 5% atau 10%). Pedoman untuk menilai hidrasi adalah turgor jaringan,

    tekanan darah, keluaran urin, dan pemantauan keseimbangan cairan.2,3,5

    2. Insulin

    Insulin baru diberikan pada jam kedua. Pemberian insulin dosis rendah terus menerus intravena

    dianjurkan karena pengontrolan dosis insulin menjadi lebih mudah, penurunan kadar glukosa

    lebih halus, efek insulin cepat menghilang, masuknya kalium ke intrasel lebih lambat, dan

    komplikasi hipoglikemia dan hipokalemia lebih jarang. 10 unit diberikan sebagai bolus intrvena,

    disusul dengan infuse larutan insulin regular dengan laju 2-5 U/jam. Sebaiknya larutan 5 U

    insulin dalam 50 ml NaCl 0,9% bermuara dalam larutan untuk rehidrasi dan dapat diatur laju

    tetesnya secara terpisah. Jika kadar glukosa serum turun dibawah 300mg/dl, harus diberikan

    larutan yang mengandung dekstrosa 5% dan insulin dikurangi secara perlahan untuk mencegah

    timbulnya hipoglikemia iatrogenic. Tujuannya adalah menurunkan glukosa serum 75 100

    mg/dl/jam karena penurunan lebih cepat dapat menimbulkan edema otak.2,5

    3. Kalium

    Pada awal KAD biasanya kadar ion K+serum meningkat. Pemberian cairan dan insulin segera

    mengatasi keadaan hiperkalemia. Perlu diperhatikan terjadinya hipokalemia yang fatal selama

    pengobatan. Untuk mengantisipasi masuknya ion K+ ke dalam sel serta mempertahankan

    konsentrasi K+ serum dalam batas normal, perlu pemerian kalium. Tanpa kelainan ginjal serta

    tidak ditemukan gelombang T yang lancip pada gambaran EKG, pemberian kalium segara

    dimulai setelah jumlah urin cukup adekuat.2,3

    4. Glukosa

    Setelah rehidrasi awal dalam 2 jam pertama, biasanya kadar glukosa darah akan turun.

    Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi penurunan kadar glukosa sekitar 60

    mg% per jam. Bila kadar glukosa mencapai 200mg% maka dapat dimulai infuse yang

    mengandung glukosa. Perlu diingat bahwa tujuan terapi KAD bukan untuk menormalkan kadar

    glukosa tetapi untuk menekan ketogenesis.2,3

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    9/10

    9

    5. Bikarbonat

    Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH

  • 8/10/2019 PBL Koma Ketoasidosis Diabetik

    10/10

    10

    pemantauan konsentrasi glukosa darah dan keton urin sendiri. Di sinilah pentingnya educator

    diabetes yang dapat membantu pasien dan keluarga, terutama dalam keadaan sulit. Khusus

    mengenai pencegahan KAD dan hipoglikemia, program edukasi perlu menekankan pada cara-

    cara mengatasi saat sakit akut, meliputi mengenai informasi pemberian insulin kerja cepat, target

    konsentrasi glukosa darah saat sakit, atasi demam dan infeksi, memulai pemberian makanan cair

    mengandung karbohidrat dan garam yang mudah dicerna. Yang paling penting ialah agar tidak

    menghentikan pemberian insulin atau obat hipoglikemia oral dan sebaiknya segera mencari

    pertolongan atau nasihat tenaga kesehatan yang profesional.3

    III. Kesimpulan

    Telah dibicarakan mengenai insidens, patofisiologi, gejala klinis, dan diagnosis KAD. Prinsip

    pengobatan KAD adalah pemberian cairan, menekan lipolisis dan glukoneogenesis dengan

    pemberian insulin, mengatasi stress, serta pemantauan yang ketat. Komplikasi iatrogenic dapat

    dicegah dengan pemantauan cermat dengan menggunakan lembar penatalaksanaan ketoasidosis

    diabetic yang baku. Program edukasi DM, khususnya bagaimana penyandang DM menghadapi

    sakit akut, dapat mencegah KAD ataupun KAD berulang.3

    IV. Daftar Pustaka :

    1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5 jilid

    1. Jakarta : Interna publishing ;2009.h.205

    2. Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W, Tiara AD, Hamsah A. Kapita selekta

    kedokteran. Edisi 3 jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI; 2008.h.604

    3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5 jilid

    3. Jakarta : Interna publishing ;2009.h.1906

    4. Henderson SO. Vademecum kedokteran emergensi. Jakarta : EGC; 2013.h.272

    5. Bresler MJ, Sternbach GL. Manual kedokteran darurat. Edisi 6. Jakarta :

    EGC;2012.h.364