pbl dhf
DESCRIPTION
dhfTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
Demam Dengue disebabkan virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus
tersebut di dalam tubuh manusia. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
yang serius di banyak daerah tropis dan subtropis di dunia. Penyakit yang
ditimbulkannya hiperendemis di Asia Tenggara, dengan bentuk yang paling berbahaya
DBD dan Sindrom Syok Dengue (SSD) yang biasanya bersifat fatal, terutama pada anak-
anak (Yulfi, 2006, Miagostovich M.P, 2002).
Virus Dengue adalah virus yang termasuk dalam group B Arthropod borne Virus
(Arbovirus), genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Virus Dengue terdiri dari 4 serotipe
yaitu tipe Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Keempat virus tersebut ditemukan diberbagai
daerah di Indonesia, pengamatan virus dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa Rumah
Sakit menunjukkan bahwa empat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun
(Hadinegoro, et al, 2006)
Virus yang terbanyak berkembang di masyarakat adalah virus tipe 1 dan tipe 3
(Kristina, 2004). Diperkirakan lebih kurang 100 juta kasus Demam Dengue dan 500
ribu kasus Demam Berdarah Dengue terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia, di mana
90% dari kasus-kasus tersebut menyerang anak-anak di bawah umur 15 tahun
(Hadinegoro, et al, 2004).
Pada tahun 1779, David Bylon melaporkan terjadinya letusan Demam Dengue di
Batavia. Jadi, ternyata jenis penyakit ini sudah lama ada di Indonesia sebagai suatu
penyakit yang disebabkan oleh sejenis virus dan ditularkan oleh sejenis nyamuk tertentu
yang hidup dan berkembang di lingkungan sekitar manusia, dan perilaku maupun
lingkaran hidup nyamuk itu telah diketahui oleh manusia (Hendrawan N, 2007).
Sedangkan di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang tidak pernah
menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus Dengue menimbulkan
penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu Demam Berdarah Dengue yang
ditemukan di Manila, Filipina dan menyebar ke negara lainnya. Di Indonesia pada tahun
1968 penyakit Demam Berdarah Dengue dilaporkan di Surabaya dan Jakarta sebanyak
58 kasus, dengan jumlah kematian yang sangat tinggi 24 orang (Case fatality rate
41,3%) (Hadinegoro, et al, 2006).1
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan
Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah
tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk (1989
hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per
100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun
hingga mencapai 2% pada tahun 1999. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui
vektor nyamuk genus Aedes (terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus
setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng
bekas dan tempat penampungan air lainnya).
Berdasarkan kondisi di atas, penulis tertarik untuk mengangkat topik demam
dengue sebagai bahan laporan pengalaman belajar lapangan (PBL). Semoga laporan ini
dapat memberi manfaat bagi penulis dan bagi masyarakat pada umumnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue/DD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Demam berdarah
dengue/DBD (dengue henorrhagic fever, DHF), adalah suatu penyakit trombositopenia
infeksius akut yang parah, sering bersifat fatal, penyakit febril yang disebabkan virus
dengue. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan tubuh, abnormalitas
hemostasis.Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah
dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Suhendro, Nainggolan, Chen, 2006).
2.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus
dengan diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat
molekul 4 x 106. Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu; DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4, dimana semua serotipe ini dapat menyebabkan demam dengue atau demam
berdarah dengue. (Suhendro, 2006) Gambar virus dengue dapat diperhatikan sesuai
pada Gambar 2.1.
Dari keempat serotype virus dengue yang dapat ditemukan di Indonesia, DEN-3
merupakan serotype terbanyak. Terdapat reaksi silang antara serotype dengue dengan
Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese encephalitis dan West Nile virus
(Nainggolan, Chen, 2006).
Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue
yaitu :
a. Vektor : perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di
lingkungan, transportasi vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu
tempat ke tempat lain;
3
b. Pejamu : terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan
terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin;
c. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (WHO, 2000).
2.3 Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam dengue hingga saat ini masih diperdebatkan. Berdasarkan
data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya demam dengue dan demam berdarah dengue. Respon imun yang
diketahui berperan dalam patogenesis demam dengue adalah :
a. Respon humoral, yakni berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas
yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
antibody dependent enhancement (ADE);
b. Limfosit T, baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin, sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10;
c. Monosit dan makrofag, sel-sel ini berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan
replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag;
d. Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya
C3a dan C5a. (Price, Wilson, 2006).
Kurang dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan peneliti
lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang
mem-fagositosis kompleks virus-antibody non netralisasi sehingga virus bereplikasi di
makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T
helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon
gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi
seperti TNF-α, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamine yang
mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma.
4
Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi yang
juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma. (Price, Wilson, 2006).
Pada infeksi dengue, trombositopenia terjadi melalui mekanisme supresi
sumsum tulang, serta destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran
sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler dan
supresi megakariosit. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi
trombositopenia justru mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi
trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia.
(Price, Wilson, 2006).
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui jalur ekstrinsik (tissue factor
pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor XIa namun tidak melalui
aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex). (Price, Wilson, 2006).
5
Gambar 2.2 Hipotesis secondary heterologous infection (Suhendro, 2006)
2.4 Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok
dengue (SSD). Pada umumnya pasien mengalami fase demam 2-7 hari, yang diikuti
oleh fase kritis selam 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat pengobatan adekuat
(Kabra, Jain, Singhal, 1999).
Berdasakan ada tidaknya manifestasi pendarahan, infeksi virus dengue dapat
dikelompokam menjadi dua yakni; Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue.
a. Demam Dengue
Periode inkubasi adalah 1-7 hari. Manifestasi klinis bervariasi dan dipengaruhi
usia pasien. Pada bayi dan anak-anak, penyakit ini dapat tidak terbedakan atau
dikarakteristikkan sebagai demam selama 1-5 hari, peradangan faring, rinitis,
dan batuk ringan. Kebanyakan remaja dan orang dewasa yang terinfeksi
mengalami demam secara mendadak, dengan suhu meningkat cepat hingga 39,4-
41,1oC, biasanya disertai nyeri frontal atau retro-orbital, khususnya ketika mata
ditekan. Kadang-kadang nyeri punggung hebat mendahului demam. Suatu ruam
transien dapat terlihat selama 24-48 jam pertama demam. Denyut nadi dapat
relatif melambat sesuai derajat demam. Mialgia dan artalgia segera terjadi
setelah demam. Dari hari kedua sampai hari keenam demam, mual dan muntah
terjadi, dan limfadenopati generalisata, hiperestesia atau hiperalgesia kutan,
gangguan pengecapan, dan anoreksia dapat berkembang. Sekitar 1-2 hari
kemudian, ruam makulopapular terlihat, terutama di telapak kaki dan telapak
tangan, kemudian menghilang selama 1-5 hari. Kemudian ruam kedua terlihat,
suhu tubuh, yang sebelumnya sudah menurun ke normal, sedikit meningkat dan
mendemonstrasikan karakteristik pola suhu bifasik.
b. Demam Berdarah Dengue
6
Perbedaan antara demam demam dengue dan demam berdarah dengue sulit pada
awal perjalanan penyakit. Fase pertama yang relatif lebih ringan berupa demam,
malaise, mual-muntah, sakit kepala, anoreksia, dan batuk berlanjut selama 2-5
hari diikuti oleh deteriorasi dan pemburukan klinis. Pada fase kedua ini, pasien
umumnya pilek, ekstremitas basah oleh berkeringat, badan hangat, wajah
kemerah-merahan, diaforesis, kelelahan, iritabilitas, dan nyeri epigastrik.
Sering dijumpai petekie menyebar di kening dan ekstremitas, ekimosis
spontan, dan memar serta pendarahan dapat dengan mudah terjadi di lokasi
pungsi vena. Ruam makular atau makulopapular dapat terlihat. Respirasi cepat
dan melelahkan. Denyut nadi lemah dan cepat, suara jantung melemah. Hati
dapat membesar 4-6 dan biasanya keras dan sulit digerakkan. Sekitar 20-30%
kasus demam berdarah dengue berkomplikasi syok (sindrom syok dengue).
Kurang dari 10% pasien mengalami ekimosis hebat atau perdarahan
gastrointestinal, biasanya sesudah periode syok yang tidak diobati. Setelah
krisis 24-36 jam, pemulihan terjadi dengan cepat pada anak yang diobati.
Temperatur dapat kembali normal sebelum atau selama syok. Bradikardia dan
ektrasistol ventrikular umumnya terjadi saat pemulihan (Halstead, 2007).
7
Gambar 2.3 - Manifestasi klinis infeksi virus dengue
(Sumber: Manograph on Dengue/Dengue Hemorrahgic fever, WHO 1983)
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium maupun
radiologi.
a. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien terduga demam
dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambaran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reserve
Transcriptase Polymerase Chain Reaction), namun karena teknik yang lebih
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG.
Parameter Laboratoris yang dapat diperiksa antara lain :
Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relative (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/μl) pada hari ke 3-8.
8
Hematokrit: Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥ 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada
hari ke-3 demam.
Hemostasis: Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
Protein/albumin: Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma.
SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat.
Ureum, Kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
Golongan darah: dan cross macth (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah.
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM: terdeksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari. IgG: pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari
ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2. (WHO. 2006)
b. Pemeriksaan Radiologi
Kebocoran plasma juga dapat mengakibatkan efusi pleura sehingga pada
pemeriksaaan rontgen dada ditemukan gambaran yang tampak opak (biasanya
pada hemitoraks kanan, namun bila kebocoran plasma yang terjadi cukup hebat,
efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemitoraks). Selain melalui
pemeriksaaan rontgen, kebocoran plasma berupa asites dan efusi pleura dapat
pula dideteksi dengan pemeriksaan USG. (WHO, 2006)
2.6 Diagnosis
Belum ada panduan yang dapat diterima untuk mengenal awal infeksi virus dengue
(WHO Scientific Working Group, 2006). Terdapat beberapa kriteria digunakan untuk
mengklasifikasikan derajat infeksi dengue. Perbedaan utama antara demam dengue dan
DBD terletak pada ada tidaknya ditemukan kebocoran plasma
a. Demam Dengue
9
Ditegakkan bila terdapat dua atau lebih manifestasi klinis (nyeri kepala, nyeri
retro-orbital, mialgia/artralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia)
ditambah pemeriksaan serologis dengue positif; atau ditemukan pasien demam
dengue/demam berdarah dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu
yang sama.
b. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1999 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
berikut ini terpenuhi; (1) demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik, (2) terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut;
uji bendung (rumplee leed) positif, petekie, ekimosis, atau purpura, perdarahan
mukosa (tersering epitaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan di tempat
lain, hematemesis atau melena, (3) trombositopenia (jumlah trombosit
<100.000/μl), dan (4) Terdapat minimal satu dari tanda-tanda kebocoran plasma
sebagai berikut; peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai
dengan umur dan jenis kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah mendapat
terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya, tanda
kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Namun, pada laporan WHO Scientific Working Group: Report on
Dengue (2006) diperoleh beberapa laporan perdarahan parah pada pasien yang
tidak memiliki atau memilki bukti minimum kebocoran plasma. Fenomena ini
memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi, dan patofisiologinya belum
dipahami dengan baik.
Kebocoran plasma yang sangat hebat dapat mengakibatkan syok dan
kejadian ini meningkatkan angka mortalitas demam berdarah dengue. Sindroma
syok dengue timbul bila manifestasi klinis disertai dengan kegagalan sirkulasi
(dinilai dengan adanya nadi yang cepat dan lemah, tekanan darah turun (<20
mmHg), hipotensi dibandingkan standard sesuai umur, kulit dingin dan lembab
serta gelisah.
10
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien DBD umumnya bersifat suportif. Terapi berorientasi kepada
pemberian cairan. Harris et al. (2003) mendemonstrasikan bahwa meminum cairan
seperti air atau jus buah dalam 24 jam sebelum pergi ke dokter merupakan faktor
protektif melawan kemungkinan dirawat inap di rumah sakit. Setiap pasien tersangka
demam dengue atau DBD sebaiknya dirawat di tempat terpisah dengan pasien penyakit
lain, sebaiknya pada kamar yang bebas nyamuk (berkelambu). Penatalaksanaan pada
demam dengue atau DBD tanpa penyulit adalah:
a. Tirah baring.
b. Pemberian cairan.
Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1,5-2 liter dalam
24 jam (susu, air dengan gula/sirup, atau air tawar ditambah dengan garam saja).
c. Medikamentosa yang bersifat simtomatis.
Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres kepala, ketiak atau inguinal.
Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari
pemakaian asetosal karena bahaya perdarahan.
11
d. Antibiotik diberikan bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.
Pada pasien DHF perlu diobservasi dengam teliti terhadap tanda-tanda awal
syok, yaitu: keadaan umum memburuk, terjadi pembesaran hepar, masa perdarahan
memanjang karena trombositopenia, dan hematokrit tetap meningkat pada pemeriksaan
berkala. Jika ditemukan tanda-tanda dini tersebut, infus harus segera dipersiapkan dan
terpasang pada pasien. Observasi meliput pemeriksaan tiap jam terhadap keadaan
umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan; serta Hb dan Ht setiap 4-6 jam pada
hari-hari pertama pengamatan, selanjutnya setiap 24 jam.
Pada sindroma syok dengue, terapi bertujuan utama untuk mengembalikan
volume cairan intravaskular ke tingkat yang normal melalui pemberian cairan intravena
dengan segera. Jenis cairan dapat berupa NaCl 0,9%, Ringer’s. Intravascular
coagulophaty. DIC diperkirakan merupakan penyebab utama perdarahan. Bila dengan
pemeriksaan hemostasis terbukti adanya DIC, heparin perlu diberikan.
Bagan 1. Alogaritme tersangka DHF
Bagan 2. Tatalaksana Pasien Demam Berdarah Dengue
12
Bagan 3. Protokol Demam Dengue
Bagan 4. Protokol DHF grade I-II
13
Bagan 5. Protokol DHF grade III-IV
14
2.8. Komplikasi
Infeksi primer pada demam dengue dan penyakit mirip dengue biasanya ringan
dan dapat sembuh sendirinya. Kehilangan cairan dan elektrolit, hiperpireksia, dan
kejang demam adalah komplikasi paling sering pada bayi dan anak-anak. Epistaksis,
petekie, dan lesi purpura tidak umum tetapi dapat terjadi pada derajat manapun.
Keluarnya darah dari epistaksis, muntah atau keluar dari rektum, dapat memberi kesan
keliru perdarahan gastrointestinal. Pada dewasa dan mungkin pada anak-anak, keadaan
yang mendasari dapat berakibat pada perdarahan signifikan. Kejang dapat terjadi saat
demam. Pada kasus yang jarang, setelah fase febril terjadi astenia berkepanjangan,
depresi mental, bradikardia, dan ekstrasistol ventrikular. Komplikasi akibat pelayanan
yang tidak baik selama rawatan inap juga dapat terjadi berupa kelebihan cairan (fluid
overload), hiperglikemia dan hipoglikemia, ketidak seimbangan elektrolit dan asam-
basa, infeksi nosokomial, serta praktik klinis yang buruk.
15
2.9 Prognosis
Prognosis demam dengue dapat beragam, dipengaruhi oleh adanya antibodi yang
didapat secara pasif atau infeksi sebelumnya. Pada DBD, kematian terjadi pada 40-50%
pasien dengan syok, tetapi dengan penanganan intensif yang adekuat kematian dapat
ditekan <1% kasus. Keselamatan secara langsung berhubungan dengan penatalaksanaan
awal dan intensif. Pada kasus yang jarang, terdapat kerusakan otak yang disebabkan
syok berkepanjangan atau perdarahan intracranial.
16
BAB III
LAPORAN KUNJUNGAN
3.1 Identitas Pasien
Nama : K D F
Tanggal lahir : 26 Desember 2009
Umur : 3 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Tukad Pancoran Gg. I No.36 Denpasar
Agama : Hindu
Pendidikan : Tidak Sekolah
No. RM : 01.64.11.58
Tanggal MRS : 27 Mei 2013 pukul 12.30 WITA
Tanggal keluar RS : 31 Mei 2013 pukul 11.30 WITA
Tanggal Kunjungan : 6 Juni 2013 pukul 16.00 WITA
Susunan Anggota Keluarga
No Nama Keluarga Umur
(tahun)
Status Pendidikan Pekerjaan
1.
2.
3.
4.
5.
I Nyoman Aditya
Ni Made Wiratni
Gede Bima Saskara
Kadek Utami Dewi
Komang Dila Febrianti
35
32
10
7
3
Ayah pasien
Ibu pasien
Kakak Pasien
Kakak pasien
Pasien
SLTA
SLTA
Belum tamat SD
Belum tamat SD
Tidak Sekolah
Pegawai
swasta
Ibu Rumah
Tangga
-
-
-
3.2 Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang :
17
Dikatakan semenjak pulang dari rumah pasien, tidak terdapat keluhan kesehatan yang
dirasakan pasien. Berat badan pasien saat ini dikatakan mengalami peningkatan, dan
secara umum keadaannya sudah jauh lebih sehat dari sebelumnya. Pasien dikatakan
minum susu sebanyak 1 kali sehari, yakni malam hari sebelum tidur. Buang air besar
dikatakan normal, warna kuning kecoklatan, dengan konsistensi lembek. Riwayat diare
disangkal. Buang air kecil dikatakan normal, warna jernih kekuningan.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
Pasien demam sejak hari Jumat, tanggal 24 Mei 2013 Pukul 16.00 WITA. Suhu tubuh
dikatakan mendadak tinggi, namun tidak diukur oleh orang tua pasien. Orang tua
kemudian memberikan obat penurun panas, setelah itu demam sempat menurun, namun
beberapa saat kemudian naik kembali. Tidak ada keluhan menggigil dan panas tidak
disertai kejang. Terdapat gejala pendarahan spontan seperti mimisan, gusi berdarah,
BAB kehitaman dan bintik-bintik merah di kulit. Tidak ada keluhan mual, muntah,
batuk, nyeri tenggorokan dan BAB cair. Riwayat nyeri kepala dikatakan ada, sesak
disangkal. Buang air kecil besar terakhir 26 Mei 2013 pagi hari warna kuning
kecoklatan dan konsistensi padat. Buang air kecil terakhir 27 Mei 2013 pukul 08.00
terakhir kali, saat di rumah sebanyak ± 100 ml, berwarna kuning jernih. Frekuensi
makan dan minum berkurang sejak 26 Mei 2013.
Riwayat pengobatan
Sebelum di rawat di RSUP Sanglah, riwayat pengobatan sebelumnya, orang tua
membawa pasien berobat ke UGD RSUP Sanglah pada tanggal 25 Mei 2013 diberi obat
penurun panas sirup dan sirup penguat daya tahan tubuh dan rawat jalan. Pada tanggal
27 Mei 2013 orang tua membawa pasien kembali ke RSUP Sanglah karena demam
tidak turun.
Riwayat penyakit di keluarga
Riwayat penyakit seperti asma, penyakit jantung bawaan, kejang demam, dan penyakit
khusus lainnya pada keluarga disangkal. Paman pasien juga menderita DBD, masih
dirawat di RS Prima Medika selama 4 hari.
18
Riwayat personal sosial
Penderita merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Status sosial ekonomi keluarga
pasien termasuk golongan menengah. Ibu pasien bekerja sebagai sebagai ibu rumah
tangga sementara ayahnya bekerja sebagai pegawai swasta. Penghasilan ayah pasien
dikatakan mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya, sedangkan kedua kakanya tinggal di
Buleleng, Singaraja bersama kakek dan nenek mereka. Rumah pasien terletak di suatu
kompleks perumahan yang tidak begitu padat. Pada pekarangan rumah pasien dipenuhi
dengan pot tanaman dari berbagai jenis. Bersebelahan dengan bangunan rumah pasien,
terdapat kebun yang cukup rindang.
Di rumah pasien menggunakan bak mandi sebagai tempat penyimpanan airnya. Got dan
saluran air di sekitar rumah pasien cukup bersih namun terdapat genangan air. Tepat di
depan rumah pasien terdapat tempat sampah yang berisi penuh sampah. Penggunaan
obat nyamuk elektrik dinyalakan saat istirahat. Fogingisasi / kegiatan pengasapan di
kawasan rumah pasien terakhir sekitar 6 bulan yang lalu yang dilakukan oleh dinas
setempat.
Riwayat prenatal
Ibu pasien menikah satu kali sejak tahun 2003. Saat hamil anak pertama ini ibu berusia
22 tahun. Selama hamil, ibu pasien rutin melakukan kontrol kehamilan di dokter lebih
dari 4 kali selama masa kehamilan.Ibu pasien biasanya mengkonsumsi makanan sesuai
dengan apa yang bisa ia sediakan untuk keluarga dan dirinya sendiri. Saat hamil ibu
tidak pernah sakit, sehingga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
Pasien merupakan anak dari kehamilan yang ketiga dari ibunya. Selama hamil, ibu
penderita rutin melakukan antenatal care di bidan setiap bulan. Dalam masa kehamilan
juga pernah di USG dan dikatakan jenis kelaminnya perempuan. Ibu penderita mengaku
tidak pernah mendapatkan imunisasi khusus ibu hamil. Ibu penderita mengkonsumsi
makanan bergizi selama kehamilan dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan. Ibu
penderita tidak pernah mengalami sakit maupun kecelakaan (trauma) selama masa
kehamilannya.
Riwayat persalinan
19
Pasien lahir melalui persalinan normal dibantu oleh dokter. Lahir cukup bulan dengan
berat lahir 3000 gram, panjang badan 47 cm, segera menangis. Saat lahir tidak
ditemukan adanya kelainan.
Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi dikatakan lengkap sesuai umurnya, yaitu BCG 1 kali, Hepatitis B 4
kali, Polio 4 kali, campak 1 kali dan DPT 3 kali
Riwayat nutrisi
ASI : sejak usia 0-12 bulan dengan frekuensi 6-7 kali sehari
Susu formula : sejak usia 3 bulan dengan frekuensi 6-8 kali sehari, selang
seling dengan ASI
Bubur susu : Pasien mendapatkan makanan bubur nasi sejak 4 bulan
dengan frekuensi 1-2 kali sehari
Nasi Tim : Sejak usia 6 bulan dengan frekuensi 3 kali sehari
Makanan Dewasa : Sejak usia 12 bulan hingga sekarang dengan frekuensi 3
kali sehari
Riwayat Tumbuh Kembang
Pada saat kunjungan ke rumah pasien, dilakukan skrining terhadap tumbuh kembang
berdasarkan Denver. Adapaun hasil penilaian terhadap pasien adalah sebagai berikut:
- Personal-sosial : normal
- Motorik halus-adaptif : normal
- Bahasa : normal
- Motorik kasar : normal
Kesimpulan : Normal
Berdasarkan hasil penilaian di atas, dapat diinterpretasi bahwa pasien ini tidak memiliki
gangguan tumbuh kembang.
Riwayat sosial ekonomi
Pasien adalah anak ketiga di keluarganya. Ayah pasien merupakan seorang pegawai
swasta, dengan penghasilan sekitar Rp. 2.000.000 per bulan. Penghasilan ini digunakan
20
untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga, terutama kebutuhan pangannya.
Sedangkan ibu pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ayah dan ibu lulus Sekolah
Menengah Atas.
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang dengan skor nyeri 0
GCS : E4M5V5 (14/14) Compos Mentis
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 100 kali/ menit, reguler, isi cukup
Respirasi rate : 24 kali/ menit, reguler
Tempt axilla : 36,1 C
VAS : 0
Status Antropometri (berdasarkan WHO Anthro)
Berat Badan : 14 kg
Berat Badan Ideal : 16 kg
BMI : 16,9 ( Rendah )
Tinggi Badan : 98,5 cm
Lingkar Lengan Atas : 16,5 cm
Berat berdasarkan umur : - 0,45 (normal)
Tinggi badan berdasarkan umur : - 0,03 (normal)
BMI berdasarkan umur : -0,69 (normal)
Status gizi
Status gizi kurang menurut Waterlow (87,5%).
Analisis gizi :
Kebutuhan cairan : (Menurut Holiday & Segar) BB 14 kg = 1200 ml
o Asupan cairan dari air mineral 520 mL per hari
Total asupan cairan perhari = 520 mL
Kebutuhan kalori : 100 kkal/kgBBI/hari=100 kkal x 14 kg=1400 kkal
o Asupan kalori dari susu 400 mL x 0,67 kkal/mL = 268 kkal
21
o Asupan kalori dari 2 x (nasi + ayam goreng) = 768 kkal
o Kebutuhan Protein 1,5 gram/kgBB/hari = 21 kkal/hari
o Total asupan kalori = 1036 kkal
o Jadi selisih asupan dengan kebutuhan = 364 kkal
Kesimpulan: Asupan gizi yang diberikan mencukupi kebutuhan yang diperlukan.
Status General
Kepala : Normocephali
Mata : konjungtiva pucat (-/-), ikterus (-/-), Refleks Pupil
(+/+) isokor,
THT
Telinga : bentuk normal, sekret (-)
Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
Tenggorokan : Lidah tampak kotor (-), Faring hiperemis
(-),Tonsil T2/T2 hiperemis (+)
Bibir : mukosa basah (+)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : Pembesaran kelenjar (-),
Kaku Kuduk : (-)
Toraks : simetris
Jantung
Palpasi : kuat angkat (-)
Auskultasi : S1 S2 normal regular murmur (-)
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : gerakan dada simetris
Perkusi : perkusi paru sonor
Auskultasi : bronkovesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
22
Palpasi : Hepar tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan
(-), turgor kembali cepat
Extremitas : Akral hangat (+), tonus normal, trofik normal,
tenaga normal, refleks fisiologis positif, edema
tidak ada, CRT <2 detik
Kulit : ptekie (+) di pretibial dextra
Genitalia Eksterna : tidak ada kelainan
Hasil Pemeriksaan Penunjang Saat MRS
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap
Tanggal
Pemeriksaan
WBC
(N: 6-14 x 103/µL)
PLT
(N:140-440x 103/µL)
HCT
(N:36-49 %)
26 Mei 2013
Pukul 14.15 WITA2,794 x 103/µL 104,60 x 103/µL 38,66 %
27 Mei 2013
Pukul 8.45 WITA3,565 x 103/µL 93,29 x 103/µL 42,07 %
27 Mei2013
Pukul 17.30 WITA3,454 x 103/µL 95,61 x 103/µL 40,95%
28 Mei 2013
Pukul 4.50 WITA3,344 x 103/µL 86,82x 103/µL 35,73 %
28 Mei 2013
Pukul 14.304,205x 103/µL 96,79x 103/µL 37,23 %
28 Mei 2013
Pukul 23.304,576x 103/µL 94,61x 103/µL 36,22 %
Tabel 3.2. Hasil Imunologi
Antibodi Hasil Nilai Normal
Ig M anti Dengue Positif Negative
Ig G anti Dengue Negative Negative
23
Kesimpulan : Pasien dirawat di rumah sakit karena mengalami infeksi primer virus
dengue. Adapaun diagnosis pada saat dirawat adalah Demam Dengue. Pada saat
dilakukan kunjungan, tidak ditemukan kelainan klinis pada pasien.
24
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dalam bab ini akan dibahas mengenai kebutuhan dasar pasien sebagai anak yang
mencangkup kebutuhan fisik biomedis (asuh), kebutuhan emosi/kasih sayang (asih), dan
kebutuhan akan stimulasi mental (asuh), serta analisis berdasarkan tinjauan
biopsikososial.
4.1 Kebutuhan Dasar Pasien
a. Kebutuhan fisik biomedis (ASUH)
1. Kebutuhan pangan/gizi
Orang tua pasien menyatakan bahwa mereka selalu mengusahakan untuk
memenuhi kebutuhan pangan pasien. Penderita tidak mendapat ASI sejak lahir.
Penderita diberikan susu formula dari usia 0 sampai 12 bulan dengan frekuensi 4-6
kali per hari. Penderita diberikan bubur susu mulai usia 6-8 bulan dengan frekuensi
3 kali sehari, setelah 8 bulan penderita diberikan bubur tim hingga usia 12 bulan
dengan frekuensi 3 kali sehari. Penderita mulai makan makanan dewasa sejak usia
1 tahun. Sekarang penderita masih mengonsumsi susu sebanyak 2 kali per hari
yaitu pada sore dan malam hari dengan volume 200 mL setiap kali minum.
Analisis gizi :
Kebutuhan cairan : (Menurut Holiday & Segar) BB 14 kg = 1200 ml
o Asupan cairan dari air mineral 520 mL per hari
Total asupan cairan perhari = 520 mL
Kebutuhan kalori : 100 kkal/kgBBI/hari=100 kkal x 14 kg=1400 kkal
o Asupan kalori dari susu 400 mL x 0,67 kkal/mL = 268 kkal
o Asupan kalori dari 2 x (nasi + ayam goreng) = 768 kkal
o Kebutuhan Protein 1,5 gram/kgBB/hari = 21 kkal/hari
o Total asupan kalori = 1036 kkal
o Jadi selisih asupan dengan kebutuhan = 364 kkal
Kesimpulan: Asupan gizi yang diberikan mencukupi kebutuhan yang diperlukan.
25
2. Sandang
Keperluan sandang kurang dianggap sebagai prioritas dalam keluarga, namun
cukup diperhatikan. Mereka membeli pakaian baru saat ada uang lebih atau saat
hari raya dan kenaikan kelas. Namun dari pengamatan, kebersihan dari pakaian
pasien dan keluarganya cukup diperhatikan, karena ibu mencuci pakaian anak dan
anggota keluarga lainnya setiap hari.
3. Papan
Pasien tinggal di Jalan Tukad Pancoran Gang I No. 36, Denpasar. Rumah ini
merupakan rumah tetap milik paman pasien, yang sudah ditempatinya lebih dari 5
tahun yang lalu, dan terdiri dari 1 bangunan. Rumah besar tersebut dihuni oleh ayah
pasien, ibu pasien, paman pasien, bibi pasien, dan 2 orang sepupu pasien dengan
total penghuni sebanyak 7 orang.
Kamar pasien ada di belakang rumah, di depan kamar pasien terdapat 1 mesin cuci,
di sebelah kamar pasien terdapat 1 kamar mandi, di luar kamar pasin terdapat satu
dapur dan garasi. Terdapat satu ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga.
Tamu diterima di teras depan ruang tamu penderita. Jarak antara rumah penderita
dengan tetangga sebelahnya sempit dan dipisahkan oleh tembok.
Pasien dan kedua orang tuanya tidur dalam satu ruangan dengan ukuran 4 x 4
meter, dengan dinding semen bercat, lantai dari semen yang dilapisi lantai tehel.
Jarak antara langit-langit dan lantai relatif pendek dan berplafon. Terdapat ventilasi
dengan 1 lubang yang ada di atas pintu, sinar matahari dapat masuk ke kamar
dengan intensitas yang kurang sehingga kamar pasien agak lembab. Suasana dalam
kamar agak pengap karena sirkulasi udara yang kurang lancar dan banyak barang
yang bertumpukan di dalam kamar. Pintu kamar sering dalam keadaan terbuka.
Rumah keluarga pasien memiliki dua kamar mandi/WC yang pemakaiannya secara
bersama-sama. Kondisi kamar mandi terkesan bersih. Sumber air didapatkan dari
sumur pompa. Lingkungan rumah keluarga tidak tertata rapi, namun cukup bersih.
Pemakaian alat eletronik pada siang hari yaitu kipas angin dan televisi.
4. Perawatan kesehatan
26
Keluarga pasien merupakan keluarga yang mempercayakan kesehatannya kepada
paramedis. Ibu pasien menyebutkan bahwa apabila ada keluhan sakit dari anaknya
maka akan langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Perawatan kesehatan bagi
pasien merupakan suatu prioritas dalam keluarga, kepercayaan perawatan
kesehatan diberikan kepada paramedis dan bukan alternatif.
5. Waktu bersama keluarga
Ibu pasien bekerja sebagai pembantu rumah tangga di sebuah rumah yang bekerja
sejak pukul 07.00 – 15.00 WITA, sedangkan ayahnya bekerja sebagai buruh
bangunan yang bekerja sejak pukul 07.00 WITA – 17.00 WITA. Pasien selalu
bersama ibunya ketika bekerja. Ketika ayah pasien pulang, maka ayah pasien yang
akan bergantian untuk mengurus pasien. Pasien tidak pernah merasa kesepian
karena di rumah terdapa saudara sepupu yang bisa diajak bermain.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Hubungan emosi dan kasih sayang dengan kedua orang tua
Pada saat kunjungan yang ada bersama pasien hanya ibu pasien sedangkan ayah
pasien sedang bekerja. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien disayang oleh
keluarganya disini, terlihat dengan kedekatan penderita dengan ibu dan saudara
sepupunya saat kunjungan. Ibu lebih berperan dalam hal perawatan dan pengawasan
penderita sehari-harinya. Walaupun waktu penderita bersama ayahnya tidak
sebanyak waktu yang dihabiskan bersama ibunya, namun hubungan antara penderita
dengan ayahnya tetap terjalin erat dan ayah tetap memberikan perhatian dengan
selalu berusaha memenuhi kebutuhan gizi anak sesuai dengan yang dianjurkan oleh
dokter.
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
1. Ayah dan ibu penderita dikatakan membantu penderita dalam proses perkembangan
anak. Sejak kecil orang tua memberikan pelatihan keterampilan kepada penderita di
rumah seperti diajak bernyanyi. Saat kecil penderita cukup sering diajak untuk
bermain.
27
2. Dari hasil wawancara didapatkan ayah dan ibunya sangat memperhatikan anaknya
dalam hal belajar. Kedua orang tua pasien juga mengajak pasien untuk
menggambar atau mewarnai suatu objek dalam buku gambar.
4.2 Analisis Bio-Psiko-Sosial
a. Biologis
Saat ini pada penderita tidak ditemukan keluhan demam ataupun keluhan lainnya.
Menurut WHO Antro Plus, tinggi badan perderita berdasarkan umur termasuk dalam
kategori normal, berat badan penderita berdasarkan umur termasuk dalam kategori
normal dan BMI penderita berdasarkan umur termasuk dalam kategori normal.
b. Psikologis
Kedua orang tuanya memberikan perhatian yang cukup terhadap penderita terutama
masalah kesehatannya. Walaupun ada keterbatasan ekonomi dalam keluarganya,
kesehatan penderita masih merupakan prioritas. Kedua orang tuanya secara sabar dan
rutin selalu menjaga interaksi dengan penderita, yaitu dengan mengajaknya bermain,
menemani belajar dan tidur bersama. Ibu penderita yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga selalu berusaha untuk merawat penderita dengan baik, begitu pula ayah penderita
yang selalu berusaha memiliki waktu luang yang cukup untuk memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan penderita.
c. Sosial
Kehidupan sosial penderita saat ini cukup baik. Hubungan penderita dengan orang
tuanya sangat baik. Di rumah, penderita termasuk orang yang aktif, dimana penderita
suka bermain dengan orang tua dan sepupunya. Penderita dikatakan mampu mengikuti
tiap stimulasi yang diberikan oleh orang tuanya seperti diajak menggambar atau
mewarnai suatu objek pada kertas dan sesekali pasien diajak untuk bernyanyi.
28
BAB V
PENUTUP
Dari hasil kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 6 Juni 2013 kemarin ditemukan
bahwa pasien memang memiliki faktor resiko untuk terinfeksi demam berdarah.
Pertama, adalah dengan adanya tetangga yang terkena demam berdarah dan saat pasien
tidur siang tidak menggunakan lotion anti nyamuk. Untuk faktor resiko lain tampak
lingkungan perumahan pasien kurang bersih, banyak pohon terbiar, lembab, terdapat
banyak barang bekas dan tumpukan kaleng yang memungkinkan vektor nyamuk
penyebab demam dengue berkembang. Namun dari hasil penelusuran tumbuh kembang
pasien tidak terdapat gangguan pada fungsi kognitif, emosi, dan perilaku. Sebagai anak,
pasien telah memperoleh kebutuhan dasar dari orang tua dan lingkungan sekitarnya.
Penulis menyarankan agar orangtua tetap berusaha untuk mencukupi kebutuhan
asuh, asih, asah anak. Bagaimanapun pemenuhan kebutuhan yang memadai,
mempengaruhi tumbuh kembang serta kondisi kesehatan anak. Beberapa strategi untuk
itu antara lain :-
Asuh
Kedua orang tua harus tetap mencukupi kebutuhan nutrisi pasien serta tetap
menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Mengusahakan pencegahan terhadap demam berarah dengue, yaitu 3M
(menutup, menguras, dan mengubur), dimana kedua orang tua sebaiknya
menutup tempat penampungan air seperti ember dan bak mandi apabila tidak
digunakan, membersihkan tempat air minum dan bak mandi tiap 3 hari, serta
mengubur kaleng-kaleng bekas yang terdapat di sekitar rumah pasien.
Tidak menumpuk atau menggantung pakaian yang sudah dipakai dalam
waktu lama, selain itu juga kamar tidur pasien sebaiknya dijaga agar tidak
terlalu lembab, untuk mencegah terjadinya penyakit lainnya.
Konsul ke dokter bila demam kembali.
Asih
29
Tetap menjaga kebersamaan dalam memberikan kasih sayang kepada anak
dan meningkatkan perhatian terhadap segala permasalahan pasien, menemani
anak saat tidur.
Asah
- Tetap membimbing anak dalam hal belajar, serta lebih membimbing anak dalam
bergaul aktif dengan teman sebayanya.
30
Lampiran 1 DENAH RUMAH PASIEN
1 : Ruang tidur
2 : Kamar mandi
3 : Dapur
4 : Ruang tidur pasien
5 : Kamar mandi pasien
6 : Ruang cuci
31
1 1
1
2
3
45
6
Halaman
Halaman
Got Got
JALAN
Lampiran 2 DOKUMENTASI
32
33
PP
P
PP
P
PPP
P
PP
PP
FF
F
FFF
FF
F
FF
F