pbl blok 13- tumbuh kembang
DESCRIPTION
blok 13TRANSCRIPT
Hidrosefalus Terkait dengan Kepala Anak Laki-laki yang Lebih Besar
dari Teman Seumurnya
Krisna Lalwani
102011301/B2
12 Januari 2013
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Tutor: dr.Martina
Pendahuluan
Tumbuh kembang mencangkup dua peristiwa yaitu pertumbuhan yang berarti
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu.
Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, termasuk aspek sosial atau emosional akibat
pengaruh lingkungan.
Pertumbuhan pada masa bayi adalah salah satu masa yang sangat penting pada suatu
individu, hal ini akan sangat memengaruhi individu tersebut kelak pada hari dewasanya.
Pertumbuhan pada masa bayi bisa dikatakan cukup cepat, kemudian berangsur melambat dan
kemudian mengalami percepatan kembali saat masa remaja. Kurangnya perhatian terhadap
masalah pertumbuhan dan perkembangan bayi dapat membawa dampak yang buruk, di mana
dapat timbulnya berbagai hal-hal yang tidak diinginkan, baik itu pada fisik maupun mental
individu tersebut. Terkait dengan hal tersebut, makalah ini akan membahas dan memberikan
pengertian tentang sejumlah bahan maupun bagian yang perlu diperhatikan lebih dalam dari
kasus yang diberikan, yaitu kasus hidrosefalus.
1
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi
yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat
memberikan jawaban yang sesuai. Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis. Pasien adalah
anak laki-laki yang berusia 1 tahun yang dibawa oleh ibunya ke puskesmas karena kepala
anaknya besar melebihi teman sebayanya dengan keluhan tambahan yaitu anaknya rewel dan
tidak mau minum susu lalu anaknya sering melirik ke arah bawah. Penanganan dari pasien ini
harus dimulai dengan riwayat secara menyeluruh melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
untuk melakukan diagnosis. Sebaiknya memulai anamnesis dengan menanyakan keluhan
utama pasien:
1. Apakah kehamilan, persalinan dan kelahirannya normal?
2. Berapa berat badan lahirnya?
3. Bagaimana keadaan anak pada hari-hari pertama kehidupannya?
4. Mungkin juga mempertanyakan apakah anak mendapat ASI atau susu formula?
5. Apakah anak mengalami infeksi yang sering ditemukan pada masa anak-anak?
6. Apakah sudah diimunisasi?
7. Apakah dirawat dirumah sakit? Bila pernah, kapan, dimana, dan untuk apa?
8. Sejak kapan anak mengalami hal seperti ini?
9. Apakah menggunakan obat saat kehamilan?
10. Kebutuhan gizi dan ekonomi apakah tercukupi?
Dengan dilakukannya suatu anamnesis yang baik dan lengkap, seorang dokter
diharapkan dapat menerawang suatu penyakit yang dialami oleh pasien yang datang,
sehingga dapat diambil langkah selanjutnya dalam pemeriksaan klinis yang berlangsung.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan anak dengan hidrosefalus dimulai dengan anamnesis. Setelah itu
dilakukan inspeksi yang cermat dan palpasi. Lingkaran kepala oksipitofrontal dicatat dan
dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya. Sutura kepala diperiksa apakah melebar,
apakah terjadi dilatasi vena kulit kepala, peregangan fontanela. Mata diperiksa apakah bola
matanya terlihat turun ke bawah (sunset appearance).1,2 Pemeriksaan darah pada umumnya
2
tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus. Pemeriksaan cairan serebrospinal
analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah uji laboratorium, yaitu dengan uji genetik dan
konsultasi bila dicurigai hidrosefalus terkait kromosom-X, evaluasi CSS pada hidrosefalus
pascaperdarahan dan hidrosefalus pascameningitis. Selain itu, dilakukan juga radiologi otak,
yang mencakup radiografi tulang, radionucleide cisternography, CT scan, MRI dan
ultrasonografi. Foto tengkorak sederhana secara khas menampakkan pelebaran sutura, erosi
klinoid posterior pada anak yang lebih tua, dan bertambahnya corak-corak belitan
(konvolusi/gambaran perak ditempa) dengan peningkatan tekanan intrakranial dalam waktu
lama.
CT scan dan MRI bersama dengan ultrasonografi pada bayi merupakan pemeriksaan
yang paling penting untuk mengetahui penyebab tertentu hidrosefalus. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan USG tidak dapat menggambarkan
anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti pada pemeriksaan CT scan. Pada hidrosefalus
obstruktif, CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan
ventrikel 3. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipitalis horns pada anak yang
besar. Ventrikel 4 sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena
terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikans, gambaran CT
Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid
di proksimal dari daerah sumbatan. MRI kepala dapat menunjukkan gambaran anatomi
kepala secara mendetail dan bermanfaat untuk mengidentifikasi tempat obstruksi.
Radionucleide cisternography merupakan pemeriksaan yang melibatkan penyuntikan sebuah
radionuklida ke dalam CSS melalui pungsi lumbal. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan apakah ada yang tidak normal dari aliran CSS yang berhubungan dengan
hidrosefalus.1,3
3
Gambar 1. Pemeriksaan CT Scan dan MRI
Diagnosis
Menegakkan diagnosis hidrosefalus merupakan hal yang tidak mudah, mengingat
gejala dan tanda-tanda klinis yang tidak khas. Diagnosis hidrosefalus ditegakkan atas dasar
riwayat penyakit, gambaran klinik dan laboratorium.
Hidrosefalus merupakan kasus pembesaran ventrikel. Hidrosefalus menggambarkan
kelompok keadaan yang beragam yang merupakan akibat dari terganggunya sirkulasi dan
absorbsi CSS, atau, pada keadaan yang jarang dapat diakibatkan oleh meningkatnya produksi
oleh papilloma pleksus koroid. CSS dibentuk terutama dalam sistem ventrikel melalui
pleksus koroid, yang berada dalam ventrikel lateralis, ketiga dan keempat. Hidrosefalus juga
dapat disebabkan oleh kelainan postnatal seperti meningitis, perdarahan intrakranial, atau
tumor. Pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari peninggian tekanan
intrakranial, namun sebaliknya gejala neurologis yang bersifat progresif walaupun tidak jelas
ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial. Terdapat dua jenis hidrosefalus, yaitu
hidrosefalus non-komunikans dan komunikans. Hidrosefalus non-komunikans terjadi akibat
obstruksi aliran CSS di dalam sistem ventrikel. Hidrosefalus ini paling sering terjadi pada
akuaduktus Sylvi, foramen Monroe atau saluran keluar ventrikulus kuartus. Hidrosefalus
jenis ini dapat terjadi pada tumor atau akibat iregularitas kongenital pada saluran ventrikel.
Hidrosefalus komunikans terjadi akibat sumbatan pada absorbsi CSS. Hidrosefalus ini paling
sering terjadi pada sisterna basilaris atau pada granulasion Pacchioni.4,5
4
Pada hidrosefalus kongenital, ukuran kepala saat lahir bervariasi dari normal hingga
sangat membesar. Seiring dengan akumulasi CSS. Kepala membesar dengan cepat, sutura
tulang tengkorak terpisah, ubun-ubun depan menonjol dan vena-vena kulit tampak jelas.
Kemudian bola mata seperti terdorong ke bawah (sunset appearance)/ distensi aqueductal
dengan kompresi struktur periaqueductal sekunder sehingga tekanan intrakranial meningkat.
Pada anak yang lebih tua dimana sutura tengkorak telah menyatu, obstruksi pada saluran CSS
menyebabkan sakit kepala, muntah, dan gejala-gejala peningkatan tekanan intrakranial.
Untuk membedakan bayi hidrosefalus dengan bayi normal yang memiliki kepala besar adalah
dengan mengukur kecepatan pembesaran tulang tengkorak, bukan dengan membandingkan
ukuran kepala pada satu kali pengukuran. Penyebab paling sering dari ukuran kepala yang
besar pada bayi normal adalah ukuran kepala orang tua yang juga besar.6
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Kepala Anak Normal dengan Anak Hidrosefalus6
Setelah dilakukan diagnosis banding dapat diketahui working diagnosis yaitu
hidrosefalus non-komunikan pada kasus ini.
Gejala Klinis
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada
anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu Awitan hidrosefalus terjadi pada masa
neonatus yang meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital
dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi
dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar
5
dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala
menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok. Awitan
hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak dimana pembesaran kepala tidak bermakna,
tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial.
Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan penglihatan ganda (diplopia)
dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum gejala yang paling umum terjadi pada
pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia dua tahun adalah pembesaran abnormal
yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila
ukuran lingkar kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Gejalanya
mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus
yang telah lanjut ada gejala gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia,
aritmia respirasi).
Pada bayi, kepala dengan mudah membesar sehingga akan didapatkan gejala Kepala
makin membesar, Vena-vena kepala prominnen, ubun-ubun melebar dan tegang, sutura
melebar, “Cracked-pot sign”, yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau buah
semangka pada perkusi kepala, perkembangan mental dan motorik terlambat, tonus otot
meningkat dan hiperrefleksi (refleks lutut/akiles) serta “Cerebral cry”, yaitu tangisan pendek
bernada tinggi dan bergetar.
Patofisiologi
Produksi normal CSF adalah 0,20-0,35 mL / menit. CSF sebagian besar diproduksi
oleh pleksus koroid, yang terletak dalam sistem ventrikel, terutama ventrikel lateral dan
keempat. Kapasitas ventrikel lateral dan ketiga pada orang yang sehat adalah 20 mL. Total
volume CSF pada orang dewasa adalah 120 mL. 7
Rute normal dari produksi CSF adalah dari pleksus koroid, CSF mengalir ke ventrikel
lateral, kemudian ke interventriculare foramen Monro, ventrikel ketiga, aquaductus Sylvius,
lalu ke ventrikel keempat, 2 lateral foramina Luschka dan 1 medial foramen Magendie, ruang
subarachnoid, para granulasi arakhnoid, sinus dural, dan akhirnya ke drainase vena. 7
ICP naik jika produksi CSF melebihi penyerapan. Hal ini terjadi jika CSF diover
produksi, resistensi terhadap aliran CSF meningkat, atau vena sinus tekanan meningkat. CSF
produksi turun karena kenaikan ICP. Kompensasi dapat terjadi melalui penyerapan
6
transventricular dari CSF dan juga oleh penyerapan sepanjang lengan akar saraf. Tanduk
temporal dan frontal melebarkan pertama, sering asimetris. Hal ini dapat mengakibatkan
peningkatan dari corpus callosum, peregangan atau perforasi dari septum pellucidum,
penipisan mantel otak, atau pembesaran ventrikel ketiga ke dalam fosa hipofisis (yang dapat
menyebabkan disfungsi hipofisis). 7
Mekanisme NPH belum dijelaskan sepenuhnya. Teori saat ini meliputi peningkatan
resistensi terhadap aliran CSF dalam sistem ventrikel atau vili subarachnoid, terkadang
tekanan CSF dapat meninggi pada malam hari, dan pembesaran ventrikel disebabkan oleh
kenaikan awal tekanan CSF, pembesaran dipertahankan meskipun tekanan normal karena
hukum Laplace . Meskipun tekanan normal, daerah ventrikel diperbesar mencerminkan
kekuatan meningkat pada dinding ventrikel. 7
Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada
salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbs
dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal
akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah karena
Kelainan Bawaan (Kongenital), Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan
yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.7
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hidrosefalus dapat dilakukan secara medikamentosa dan
nonmedikamentosa atau secara operasi. Secara medikamentosa dapat diberikan obat
penghambat karbonik anhidrase (Asetasolamid) dan obat diuretik (Furosemid). Asetasolamid
menghambat kerja enzim karbonik anhidrase yang mengkatalisi reaksi reversibel asam
karbonat menjadi karbondioksida dan air. Penghambatan ini akan menurunkan produksi CSS
oleh pleksus koroid. Dosis pemberian obat ini 25 mg/kgbb/hari peroral dengan maksimal
dosis 100 mg/kgbb/hari. Furosemid bekerja di sistem ko-transpor ikatan klorida untuk
menghambat reabsorbsi natrium dan klorida di ansa Henle asendens dan tubulus distal ginjal
7
sehingga meningkatkan ekskresi air. Dosis pemberian obat ini 1 mg/kgbb/hari intravena.
Walaupun dapat mengurangi produksi CSS, namun hasil jangka panjang obat-obat ini
mengecewakan.1,2
Sebanyak 75% penderita hidrosefalus menjalani operasi shunting. Prinsip shunting
adalah mempertahankan hubungan antara CSS (ventrikular atau lumbar) dengan rongga
pembuangan (peritoneum, atrium kanan, pleura) sehingga CSS yang berlebihan dapat
dikeluarkan dari rongga intrakranial. Shunt memiliki 3 bagian, yaitu sebuah tuba yang
dipasang di ventrikel dimana CSS diproduksi, sebuah katup yang mengatur seberapa banyak
cairan yang dikeluarkan dan sebuah tuba yang dipasang setelah katup yang akan membawa
cairan ke bagian lain tubuh. Katup berfungsi untuk mengontol tekanan di dalam kepala anak
dan menjaga agar cairan yang keluar hanya berasal dari otak. Shunt yang umum dipasang
adalah shunt ventrikuloperitonum (VP). Shunt ini menghubungkan ventrikel dengan
abdomen. Pada beberapa kasus dapat juga dipasang shunt ke ruang di atas atrium jantung
atau di sepanjang paru-paru.1,2
Gambar 3. Pemasangan VP Shunt pada Bayi 3
Pada kasus hidrosefalus multilokasi, sebelum dilakukan operasi dilakukan endoskopi.
Endoskopi adalah tuba tipis yang dilengkapi dengan kamera dan lampu. Alat ini digunakan
untuk melihat ke dalam tubuh pasien. Pada kasus ini, perdarahan atau infeksi menyebabkan
luka pada ventrikel otak. Luka ini membuat banyak kantung kecil yang memuat CSF yang
tidak tersambung dengan kantung-kantung lainnya. Dengan adanya endoskopi ini, dokter
dapat membuat lubang kecil di kantung-kantung tersebut dan menyambungkan antar
kantung-kantung tersebut sehingga hanya diperlukan satu shunt.3
Untuk sebagian kecil anak-anak, operasi endoscopic third ventriculostomy (ETV) bisa
menjadi pilihan terapi. Operasi ini membuat pasien tidak perlu untuk dipasangkan shunt.
Operasi ini banyak dikerjakan pada anak-anak dengan saluran keluar dari ventrikel yang
8
sempit atau tertutup. Operasi ini bergantung pada struktur otak dan usia dari anak yang
menderita hidrosefalus. Operasi ini dilakukan dengan cara membuat lubang kecil pada
tengkorak anak. Lalu, dokter yang melakukan operasi menggunakan endoskopi kaku untuk
menuju ventrikel ketiga dan membuat lubang di bawahnya. CSS akan keluar melalui lubang
ini dan mencapai tempat normal di sekitar otak dimana CSS ini akan diabsorbsi.3
Gambar 4. Proses Endoscopic Third Ventricle (ETV) 3
Jika tubuh anak tidak dapat mengabsorbsi tubuh dengan baik, dapat dilakukan choroid
plexus cauterization (CPC) sebagai pilihan terapi. Tindakan ini dapat dilakukan pada operasi
yang sama dengan ETV. Tindakan ini akan membantu menghindarkan pemasangan shunt di
kemudian hari. Pada operasi ini, dokter menggunakan endoskopi fleksibel untuk mencapai
plexus koroid yang terletak pada ventrikel lateral di tiap sisi otak. Kemudian dokter
mengirimkan aliran listrik ke jaringan ini. Aliran ini membakar jaringan sehingga tidak
memproduksi banyak CSS. CPC dapat menurunkan sebagian jumlah CSS sehingga tubuh
anak dapat mengabsorbsinya dengan baik.3
Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita hidrosefalus adalah atrofi otak, kepala anak
yang semakin membesar dan tubuh yang semakin kurus tetapi bertambah berat, peningkatan
TIK (tekanan intrakranial, infeksi malfungsi, keterlambatan kognitif, psikososial dan fisik ,
IQ menurun lalu Hernia serebri yang dapat berakibat kematian juga dapat terjadi kejang dan
renjatan.
Epidemiologi
Frekuensi Insiden hidrosefalus kongenital di Amerika Serikat adalah 3 per 1.000
kelahiran hidup, insiden hidrosefalus tidak diketahui persis karena berbagai gangguan yang
dapat menyebabkannya. Insiden hidrosefalus di Internasional juga tidak diketahui. Sekitar
9
100.000 shunts yang digunakan setiap tahun di negara-negara maju, tetapi sedikit informasi
yang tersedia untuk negara-negara lain. Mortalitas / Morbiditas pada penderita hidrosefalus
yang tidak diobati terjadi oleh herniasi tonsil sekunder untuk meningkatkan ICP (intracranial
pressure) dengan kompresi batang otak dan pernapasan berikutnya. 7
Ketergantungan shunts yang terjadi pada 75% dari semua kasus hidrosefalus dan 50%
dari anak-anak dengan hidrosefalus komunikan. Pasien harus dirawat di rumah sakit dan
dijadwalkan untuk revisi shunt atau untuk pengobatan komplikasi shunt atau kegagalan shunt.
Kurangnya pengetahuan mengenai hidrosefalus pada orang dewasa dapat mempersulit
sehingga hidrosefalus tidak diobati. Ini dapat bertahan setelah pengobatan. Hidrosefalus yang
tidak diobati dapat mempersulit bahkan menyebabkan hilangnya penglihatan dan dapat
bertahan setelah pengobatan. 7
Umumnya, kejadian pada pria dan wanita adalah sama. Pengecualiannya adalah
Bickers-Adams sindrom, sebuah hidrosefalus X-linked ditularkan oleh perempuan dan
terwujud pada laki-laki. NPH memiliki yang dominan laki-laki sedikit. Insiden hidrosefalus
manusia menyajikan kurva usia bimodal. Satu puncak terjadi pada masa bayi dan terkait
dengan berbagai bentuk cacat bawaan. Di masa dewasa, sebagian besar dihasilkan dari NPH.
Hidrosefalus dewasa mewakili sekitar 40% dari total kasus hidrosefalus. Hasil hidrosefalus
pediatrik telah sering dipelajari, tapi masih banyak yang belum terselesaikan tentang adalah
jangka panjang dan sosial.7
Prognosis
Prognosis hidrosefalus tergantung pada penyebab dilatasi ventrikel dan bukan pada
ukuran mantel korteks pada saat dilakukan operasi. Anak dengan hidrosefalus meningkat
risikonya untuk berbagai ketidakmampuan perkembangan. Rata-rata IQ berkurang
dibandingkan dengan populasi umum, terutama untuk kemampuan tugas sebagai kebalikan
dari kemampuan verbal. Kebanyakan anak menderita kelainan dalam fungsi memori.
Masalah visual lazim terjadi, termasuk strabismus, kelainan visuospasial, defek lapangan
penglihatan, dan atrofi optik dengan pengurangan ketajaman akibat kenaikan tekanan
intrakranial. Perbaikan visual tertunda dan memerlukan beberapa waktu pasca koreksi
hidrosefalus. Meskipun sebagian besar anak hidrosefalus menyenangkan dan bersikap tenang,
ada anak yang memperlihatkan perilaku agresif dan pelanggar.2
10
Kesimpulan
Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu
atau lebih ventrikel dan ruang subarakhnoid. Penanganan yang dilakukan lebih cepat dapat
mengurangi resiko buruk pada anak setelah mengetahui gejala-gejala hidrosefalus. Dari kasus
ini, maka anak bayi tersebut menderita hidrosefalus.
Daftar Pustaka
1. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis & tata laksana
penyakit saraf. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. H. 160-3.
2. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 3. Ed 15.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. H. 2050-2.
3. Seattle Children’s. Hydrocephalus. Diunduh dari:
http://www.seattlechildrens.org/medical-conditions/brain-nervous-system-mental-
conditions/hydrocephalus/, 11 Januari 2013.
4. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
H. 499-502.
5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009. H.
268-9.
6. Meadow R, Newell SJ. Lecture notes : pediatrika. Jakarta : Erlangga; 2005. H. 119-20.
7. Alberto. 2012. Hydrocephalus Clinical Presentation.
(http://www.http://emedicine.medscape.com, diakses 12 Januari 2013).
11