pb sherly revisi seadanya

16
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Kondisi Umum Wilayah Plot 4. Tanaman Semusim + Pemukiman No Penggu naan Lahan Tutup an Lahan Manfa at Posi si Lere ng Tingkat Tutupan Jumla h Spesi es Kera pata n C- stoc k Kanop i Seresa h 1 Padang Rumput Rumpu t Gajah D T S R Banya k T 1 2 Tanama n Semusi m Pisan g B T R R Sedik it R 1 3 Tebu Batan g B R R Sedik it R 1 4 Tumpan g Sari Cabai B B R R Sedan g T 1 5 Sawi D B R R Sedan g R 1 6 Rumpun Bambu Bambu K B R R Sedik it R 1 Kemiringan Lahan: 11% Plot 3. Tanaman Semusim Pengguna Tutup Manfa Posi Kanop Seres Jumla Kerapa C-

Upload: sherry-van-anas

Post on 20-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

pembahasan kondisi umum wilayah dan kualitas air

TRANSCRIPT

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Kondisi Umum Wilayah Plot 4. Tanaman Semusim + PemukimanNoPenggunaan LahanTutupan LahanManfaatPosisi LerengTingkat TutupanJumlah SpesiesKerapatanC-stock

KanopiSeresah

1Padang RumputRumput GajahDTSRBanyakT1

2Tanaman SemusimPisangBTRRSedikitR1

3TebuBatangBRRSedikitR1

4Tumpang SariCabaiBBRRSedangT1

5SawiDBRRSedangR1

6Rumpun BambuBambuKBRRSedikitR1

Kemiringan Lahan: 11%

Plot 3. Tanaman SemusimPenggunaan lahanTutupan lahanManfaatPosisi lerengKanopiSeresahJumlah spesiesKerapatanC- Stok

Tan. semusimKubisDBRRBanyakS1

JagungBTRRBanyakT1

CabaiBATRBanyakT1

Kelerengan yang dikukur per plot penggunaan lahan diketahui sebesar : Kubis: 5% pada kelerengan yang paling rendah di plot pengamatan Jagung: 7% pada kelerengan yang sedang di plot pengamatan Cabai: 10% pada kelerengan yang paling tinggi di plot pengamatan

Plot 2. AgroforestriNoPenggunaanLahanTutupanLahanManfaatPosisiLerengKanopiSeresahJumlahSpesiesKerapatanC-Stok

1AgroforestriPinusKTSSBanyakT80

2AgroforestriKopiBTSSSedangS50

3AgroforestriPisangBTRRSedikitR20

4AgroforestriNangkaBTRRSedikitR20

5SemakRumputGajahDATTBanyakT80

6AgroforestriLamtoroBBRRSedikitR20

7AgroforestriJatiKBSSSedikitS80

Plot 1. HutanNoPenggunaan lahanTutupan lahanManfaatPosisi lerengkanopiSeresahJumlah spesiesKerapatanc-stock

1HutanPinusKTSSSedangS150

Kemiringan lahan : 16 %

Ket : Manfaat : D Kubis = Daun, B Jagung = Biji, B Cabai = Buah. Posisi lereng : A = Atas, T= Tengah, B= Bawah. Kanopi dan seresah : R = Rendah, S = sedang, T = Tinggi. Kerapatan : T = tinggi, S = sedang, R= rendah.

Penelitian dilakukan di Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Pada lahan yang kami amati dari plot 1-4 merupakan lahan budidaya tanaman. Pada plot 1 penggunaan lahan hutan produksi dengan komoditas utama pinus. Pada plot 2 penggunaan lahan agroforestry dengan komoditas utama kopi dengan campuran tanaman pisang dan pinus. Plot 3 dengan penggunaan lahan tanaman semusim dan macam tutupan lahannya Cabai, Jagung, dan Kubis. Dan untuk plot 4. Macam penggunaan lahannya tanaman semusim + pemukiman dengan tutupan lahan cabai, tebu, pisang, sawi, bambu, dan rumput gajah. Pada plot yang kami amati yaitu plot 4 dengan penggunaan lahan tanaman semusim dan pemukiman kelerengan lahannya adalah 11%. Pada transek bagian atas adalah Agroforestry Multistrata dengan jenis tutupan lahan pisang, petai, kelapa, nangka dan sengon. dibawahnya penggunaan lahan padang rumput dengan tutupan lahan rumput gajah, penggunaan lahan tanaman semusim dengan tutupan lahan tebu, cabai, dan sawi. Untuk sawi menggunakan sistem tanam tumpang sari dengan cabai. Tebu dan cabai menggunakan sistem tanam monokultur. Dan transek paling bawah merupakan pemukiman warga. Lereng paling atas ditanami tanaman agroforestri untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari adanya erosi. Akar tanaman tahunan yang dalam akan menahan dan mencengkeram tanah. Selain itu kanopi tanaman tahunan yang cukup lebar akan memperkecil potensi erosi percik.Sistem agroforestri dapat mempertahankan sifat-sifat fisik lapisan tanah atas yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman, melalui: Adanya tajuk tanaman dan pepohonan yang relatif rapat sepanjang tahun menyebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh tidak langsung ke permukaan tanah sehingga tanah terlindung dari pukulan air yang bisa memecahkan dan menghancurkan agregat menjadi partikel-partikel yang mudah hanyut oleh aliran air (Widianto,dkk. 2003)Dan padang rumput akan memberi tutupan lahan yang tinggi untuk menahan aliran air sehingga dapat terinfiltrasi. Agar memiliki nilai rumput gajah bisa digunakan untuk pakan ternak. Jenis lanskap pada plot 4 adalah intact karena luas habitat alaminya sangat kecil yaitu kurang dari 10%. Karena hampir seluruh bagian wilayah merupakan lahan yang digunakan petani untuk membudidayakan tanamannya.

Pada plot 3 penggunaan lahan tanaman semusim dengan macam tutupan lahan kubis, cabai, dan jagung. Kemiringan lahan setiap petak komoditas berbeda-beda. Yaitu pada komoditas kubis kelerengannya 5%, pada komoditas jagung kelerengan 7% dan pada lahan cabai kelerengan 10%. Dibagian atas lereng terdapat agroforestri yang diharapkan dapat mengurangi potensi erosi dan membantu menurunkan tingkat emisi karbon di lingkungan yang tinggi karena semakin berkurangnya luasan hutan di Indonesia. Bila Agroforestri diimplementasikan pada tempat-tempat dengan cadangan karbon rendah dan nilai ekonomi tinggi, ternyata agroforestri dapat menurunkan emisi karbon sebesar 20% dan hanya meningkatkan nilai ekonomi penggunaan lahan sebesar 20% saja (Kurniatun Hairiah. 2013)

Pada plot 2 penggunaan lahan agroforestry dengan macam tutupan lahan kopi, pisang, pinus, nangka, rumput gajah, dan lamtoro. Pada lahan agroforestri banyak ditanami tanaman tahunan yang bisa berproduksi. Tanaman-tanaman tersebut sengaja ditanam oleh petani untuk dibudidayakan agar memiliki nilai jual dan menguntungkan petani. Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan (skala meso) yang sudah terbukti diberbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri pada skala meso ini antara lain: (a) memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, (b) mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, (c) mempertahankan cadangan karbon, (d) mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (e) mempertahankan keanekaragaman hayati. Fungsi agroforestri itu dapat diharapkan karena adanya komposisi dan susunan spesies tanaman dan pepohonan yang ada dalam satu bidang lahan ( Widianto, dkk. 2003)

Plot 1 merupakan penggunaan Lahan Hutan dengan tutupan Lahan Pinus. Kelerengan 16% dengan kerapatan sedang. Hutan berada di bagian lahan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan plot lain. Dengan menanam tanaman tahunan diharapkan dapat memperkecil erosi yang nantinya akan berdampak ke lahan yang lebih rendah. Pinus secara genetis memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman pengendali tanah longsor karena memiliki beberapa kelebihan, antara lain: perakaran yang dalam, intersepsi dan evapotranspirasi yang tinggi, pohonnya tidak terlalu berat atau ringan, dan produk utama yang bukan berupa kayu (Yonky Indrajaya, 2008)

Plot 1. Hutan

Plot 2. Agroforestry

Plot 3. Tanaman Semusim

Plot 4. Tanaman Semusim + Pemukiman

3.1.2.1Kualitas AirAir merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia, baik untuk konsumsi maupun untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Dalam bidang pertanian air merupakan hal yang sangat penting untuk menyiram tanaman guna memenuhi kebutuhan tanaman. Air dengan kualitas yang baik akan memberikan efek yang baik pula bagi tanaman. Ada tiga indikator kualitas air yaitu fisika, kimia, dan biologi. Pada pengamatan indikator yang digunakan adalah fisik (Kekeruhan dan Suhu) dan Kimia, DO dan pH. Berikut ini merupakan data indikator kualitas air pada masing-masing plot:Plot 1ParameterSatuanU1U2U3Kelas (PP no.82 tahun 2001)

Kekeruhanmg/l20,0320,0320,03-

SuhuoC26,6826,7926,82-

pH6,166,356,511

DOMg/l3020201

Plot 2ParameterSatuanU1U2U3Kelas (PP no.82 tahun 2001)

Kekeruhanmg/l20,0320,0320,03-

SuhuoC26,9526,9326,92-

pH6,716,746,821

DOmg/l2020201

Plot 3ParameterSatuanU1U2U3Kelas (PP no.82 tahun 2001)

Kekeruhanmg/l20,0320,0320,03-

SuhuoC26,9427,0026,97-

pH6,846,96,851

DOmg/l2020201

Plot 4ParameterSatuanU1U2U3Kelas (PP no.82 tahun 2001)

Kekeruhanmg/l20,0320,0320,03-

SuhuoC26,9726,9826,96-

pH6,856,886,921

DOmg/l2020201

Untuk kedalamam Secchi disc pada masing-masing ulangan setiap plot yaitu sama dengan nilai, Ulangan1 : pada kedalaman 40 cm tampak warna hitam putihnya. Ulangan2 : pada kedalaman 40 cm tampak warna hitam putihnya. Ulangan3 : pada kedalaman 40 cm tampak warna hitam putihnya. Untuk konsentrasi sedimen pada masing-masing ulangan setiap plot yaitu sama dengan nilai,Plot 1 Ulangan 1 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916 = 20,03 mg/l Ulangan 2 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Ulangan 3 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Plot 2 Ulangan 1 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916 = 20,03 mg/l Ulangan 2 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Ulangan 3 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Plot 3 Ulangan 1 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916 = 20,03 mg/l Ulangan 2 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Ulangan 3 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Plot 4 Ulangan 1 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916 = 20,03 mg/l Ulangan 2 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l Ulangan 3 : konsentrasi sedimen= 3357,6 x 40 -1,3844 = 3357,6 x 0,006054916= 20,03 mg/l

Data untuk kualitas air dari seluruh plot hampir sama yaitu pada kelas 1 untuk pH dan DO berdasarkan PP No.82 Tahun 2001. Dengan nilai DO yang lebih dari 6 dan pH diantara 6-9 menunjukkan kelas 1 pada kualitas air. Untuk memenuhi syarat suatu kehidupan, air harus mempunyai pH sekitar 6,5-7,5 (Dyah Agustiningsih, 2012). Untuk kategori kelas 1 menurut modul panduan praktikum pertanian berlanjut dapat digunakan untuk bahan baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.Sumber utama oksigen dalam perairan berasal dari udara melalui proses difusi dan hasil fotosintesis organisme di perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara dipengaruhi beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, arus, gelombang dan pasang surut (Dyah Agustiningsih, 2012). Sehingga nilai DO sangatlah ditentukan oleh indikator-indikator yang lain yaitu kekeruhan, Suhu dan pH air.Untuk kekeruhan air diukur dengan cara menghitung banyaknya bahan terlarut dalam air atau kotoran yang membuat air menjadi keruh. Semakin sedikit bahan terlarutnya atau semakin jernih air sungai tersebut maka kualitas airnya akan semakin baik karena cahaya matahari lebih mudah masuk kedalam air. Untuk perhitungan konsentrasi sedimentasi pada setiap plot dan ulangan mendapatkan hasil yang sama yaitu 20,03 mg/l. Pada Secchi disk saat mengamati kekeruhan air dengan panjang 40 cm. Kondisi air masih tetap jernih pada kedalaman 40 cm sehingga air dikategorikan jernih. Sedimentasi hampir tidak ditemukan atau sangat sedikit.Suhu air untuk semua plot dan ulangan berkisar 26-27oC yang mengindikasikan jika kondisi airnya baik. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan adalah antara 18 - 30oC (Effendi, 2003). Sehingga jika suhu dibawah atau diatas kriteria tersebut jumlah populasi organisme maupun mikroorganisme dalam air akan semakin sedikit.Kondisi air masih tetap jernih dengan DO yang cukup tinggi, pH yang netral dan suhu yang normal ini dikarenakan olwh adanya pengelolaan lahan yang baik dan penyaringan air oleh tanah dan tanaman yang baik pula. Pada lahan hutan produksi dan agroforestry komoditas utamanya merupakan tanaman tahunan dengan berbagai jenis dengan tutupan kanopi yang lumayan rapat. Pengelolaan lahannya juga baik karena tidak menggunakan bahan kimia. Mereka lebih menggunakan bahan organik sehingga lebih ramah lingkungan dan tidak mencemari lingkungan. Air tidak tercemar residu pupuk maupun pestisida kimia. Keberadaan hutan dan agroforestry juga berfungsi untuk menjaga mata air agar tetap mengalir sehingga dapat memenuhi kebutuhan air bagi para petani di sana dan juga kebutuhan lain masyarakat sekitar.Pada lahan tanaman semusim dan tanaman semusim+pemukiman mulai ada aplikasi bahan kimia pada lahan. Namun kondisi air sungai pada plot ini masih tergolong sama yaitu jernih, DO tinggi, pH netral, dan suhu yang baik. Sehingga air sungai masih bisa digunakan untuk berbagai aktivitas. Kondisi air yang tetap jernih ini karena sumber awal yang sudah jernih dan penyaringan air oleh tanah dan tanaman. Sebelum mencapai sungai air meresap melalui tanah sehingga bahan-bahan residu kimia bisa tersaring. Selain itu disisi-sisi sungai juga ditumbuhi berbagai tanaman yang cukup rapat sehingga akarnya dapat menjadi penyaring air. Unsur-unsur lain yang dapat mencemari air sungai juga akan terserap oleh akar tanaman. Dan yang terakhir petani tidak mencuci alat-alat yang digunakan untuk menyemprot pestisida di air sungai sehingga tidak akan ada residu pestisida yang berlebihan.Pohon dan tumbuhan bawah (rumputan) dalam agroforestri dapat mengurangi pengangkutan sedimen, total N dan total P ke aliran sungai sebesar 32%, 42% dan 46% dibandingkan dengan perlakuan kontrol (tanpa buffer), hal ini mungkin disebabkan oleh peran perakaran, kekasaran permukaan, dan porositas tanah. (Udawata et al. 2011)Dengan meningkatnya infiltrasi air tanah dan penyerapan air oleh tumbuhan hutan serta bentang lahan alami dari hutan, maka terjadi pengurangan limpasan permukaan, bahaya banjir, dan pencemaran air tanah. Jadi hutan berperan sebagai filter (saringan) dan pada peran ini sangat menentukan fungsi hidrologi hutan pada kawasan daerah aliran sungai (DAS) (Widianto, dkk. 2003)

Dapus:Agustiningsih, Dyah. 2012 . Kajian Kualitas Air Sungai Belukar Kabupaten Kendal Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Tesis Universitas Diponegoro. SemarangEffendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.Hairiah, Kurniatun dan Sumeru Ashari. 2013. Pertanian Masa Depan. Agroforestri, manfaat dan layanan lingkungan. UB Press. MalangIndrajaya, Yonky dan Wuri Handayani. 2008. Potensi Hutan Pinus merkusii Jungh. et de Vriese Sebagai Pengendali Tanah Longsor Di Jawa. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. BandungModul praktikum PBWidianto, dkk. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. World Agroforestry Centre. Bogor