paving block
TRANSCRIPT
PENGARUH PENAMBAHAN BUBUK LUMPUR LAPINDO SEBAGAI
PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DALAM PEMBUATAN PAVING
BLOCK
Diusulkan oleh :
ANDI ROSITA DEWI 20120110206
IIK MAULANA 20120110207
TEGUH ANDIKA 20120110205
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2014
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ...i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
RINGKASAN ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................. 1
B. Perumusan masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Karya ................................................................................................... 2
4. Manfaat Karya ................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
A. Paving Block .................................................................................................... 4
B. Material yang digunakan dalam pembuatan paving block............................... 5
C. Pengolahan dan karakterisktik lumpur lapindo ............................................... 6
D. Metode pengujian paving block ....................................................................... 8
E. Mix design paving block .................................................................................. 9
BAB III DESKRIPSI KARYA ........................................................................... 11
BAB IV RENCANA ANGGARAN BIAYA ...................................................... 23
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
Lampiran 1 Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pendamping
Lampiran 2 Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3 Susunan Organisasi Kegiatan dan Pembagian Tugas
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Peneliti
iii
ABSTRAK
Permasalahan lumpur lapindo yang terjadi di daerah Porong Sidoarjo telah
menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi masyarakat terutama yang
bertempat tinggal di sekitar lokasi semburan lumpur. Keberadaan bencana lumpur
lapindo ini menjadi dorongan bagi para pakar untuk meneliti kandungan yang ada
pada bubuk lumpur lapindo. Berdasarkan BPPT, kandungan bubuk lumpur
lapindo memiliki kemiripan dengan fly ash yaitu mengandung SiO2 dan Al2O3.
Kandungan yang terdapat di bubuk lumpur lapindo dapat menjadi bahan
pengganti semen pada teknologi pembuatan paving block.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bubuk
lumpur lapindo sebagai pengganti semen dalam pembuatan paving block terhadap
daya serap air dan kuat tekan dari paving block. Pada penelitian ini penambahan
bubuk lumpur lapindo dilakukan sebesar 5%, 10%, 15%, dan 20% terhadap berat
semen lumpur lapindo. Benda uji yang digunakan adalah paving block dengan
panjang 20 centimeter, lebar 10 centimeter, dan tinggi 6 centimeter.
Kata kunci : paving block, lumpur lapindo, kuat tekan, daya serap air
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerusakan lingkungan yang diakibat oleh industri merupakan dampak
nyata yang tidak dapat dielakkan lagi keberadaannya. Sebagai negara
berkembang, keberadaan pabrik-pabrik industri merupakan tulang
punggung perekonomian, namun pada kenyataannya keberadaan pabrik
juga menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat apabila tidak
dapat dikelola dengan baik. Kerusakan lingkungan merupakan
tanggungjawab bersama. Dibutuhkan kepedulian masyarakat maupun
pihak yang terkait dalam mengatasi lingkungan yang diakibatkan oleh
limbah industri.
Contoh nyata dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pabrik
adalah bencana lumpur lapindo. Bencana lumpur lapindo merupakan
dampak dari pengeboran yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas. Akibat
dari keberadaan semburan lumpur ini, perekonomian masyarakat sekitar
menjadi lumpuh total. Tidak hanya kerugian secara materil akan tetapi
masyarakat juga mendapatkan kerugian secara moril. Tempat tinggal,
sekolah dan berbagai fasilitas umum lainnya tergenang lumpur dan tidak
dapat ditempati lagi.
Semburan lumpur yang awalnya kecil kemudian membesar dan
menggenangi beberapa RT/RW yang ada di sekitar daerah sumber
semburan lumpur. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan
memaksa mereka harus mengungsi untuk rentan waktu yang belum pasti.
Melihat dari dampak yang ditimbulkan, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut tentang kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam lumpur
lapindo. Menurut data yang diperoleh BPPT, kandungan bubuk lumpur
lapindo hampir mirip dengan fly ash yaitu banyak mengandung SiO2 dan
Al2O3. Dari kandungannya ini, bubuk lumpur lapindo dapat digunakan
sebagai salah satu bahan alternatif pengganti semen.
Dalam dunia kontruksi, ketergantungan terhadap semen cukup tinggi.
Padahal keberadaan semen menimbulkan polusi udara dan menjadi
menyumbang karbon yang cukup besar, selain itu pembuatan semen juga
menimbulkan berbagai limbah berbahaya. Sehingga perlu dipikirkan
bahan pengganti semen demi mengurangi ketergantungan dunia kontruksi
terhadap semen.
2
Bubuk lumpur lapindo kemudian menjadi solusi yang tepat sebagai salah
satu bahan alternatif pengganti semen. Penggunaan bubuk lumpur lapindo
dapat mengurangi penggunaan semen sekaligus menjadi salah satu
alternatif memanfaatan lumpur lapindo yang selama ini menjadi limbah
dan meresahkan masyarakat.
Penelitian ini akan mengkaji tentang pengaruh penambahan bubuk lumpur
lapindo sebagai pengganti semen dalam pembuatan paving block.
Selain bata dan batako, kini masyarakat telah melirik penggunaan paving
block untuk jalan maupun taman. Paving block dapat dibentuk beragam
dan menghasilkan efek yang menarik baik sebagai jalur, teras, atau
dicampur dengan jenis paving blok yang lainnya.
Penggunaan bubuk lumpur lapindo dalam penelitian ini dilakukan
penambahan 5%, 10%,15%, dan 20% dari berat semen pada perhitungan
mix design paving block. Bentuk inovasi dari paving block dengan
menggunakan lumpur lapindo ini diharapkan dapat dikembangkan sebagai
salah satu bentuk usaha oleh masyarakat pada umumnya dan masyarakat
yang berada di lokasi sumber semburan pada khususnya, sehingga
ekonomi masyarakat dapat meningkat dari pengolahan limbah industri.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana mix design paving block dengan bahan tambahan bubuk
lumpur lapindo sebagai bahan pengganti semen?
2. Bagaimana pengaruh variasi penambahan 5%, 10%,15%, dan 20%
bubuk lumpur lapindo terhadap kuat tekan paving block?
3. Bagaimana pengaruh variasi penambahan 5%, 10%,15%, dan 20%
bubuk lumpur lapindo terhadap daya resap air paving block?
C. Tujuan Karya
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan solusi untuk memanfaatan limbah lumpur lapindo
Sidoarjo menjadi bahan pengganti semen pada pembuatan paving
block.
2. Mengkaji pengaruh variasi penambahan 5%, 10%,15%, dan 20%
bubuk lumpur lapindo terhadap kuat tekan paving block?
3. Mengkaji pengaruh variasi penambahan 5%, 10%,15%, dan 20%
bubuk lumpur lapindo terhadap daya resap paving block?
3
D. Manfaat Karya
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan hasil samping dari
pengeboran PT. Lapindo Brantas berupa lumpur lapindo untuk
mengurangi penggunaan semen dalam pembuatan paving block.
2. Hal penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama dibidang kontruksi.
3. Dengan variasi penambahan 5%, 10%,15%, dan 20% bubuk lumpur
lapindo sebagai bahan pengganti semen, diharapkan memperoleh kuat
tekan dan daya resap air yang lebih baik dari paving block normal.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Paving Block
Seiring dengan perkembangan zaman, maka kebutuhan masyarakat akan
keberagaman bahan bangunan tentu semakin meningkat. Selain bata dan
batako, kini masyarakat telah melirik penggunaan paving block untuk jalan
maupun taman. pemakaian paving blok semakin hari semakin meningkat.
paving blok dapat dibentuk beragam dan menghasilkan efek yang menarik
baik sebagai jalur, atau teras, atau dicampur dengan jenis paving blok yang
lainnya. Keunggulan dari paving block adalah mudah dipasang, memiliki
daya resap air yang baik dan harganya relatif murah.
Dalam SNI 03-0691-1996 paving block diklasifikasikan ke dalam 4 kelas
mutu yaitu :
1. Mutu A disyaratkan dengan mutu tekan minimal 35 Mpa dan rerata 40
MPa hal ini setara dengan K430 hingga K490. Jenis mutu A digunakan
untuk jalan.
2. Mutu B disyaratkan kuat tekan minimal 20 MPa da rerata 20 MPa hal
ini setara dengan K208 hingga K245. Mutu B digunakan untuk
peralatan parkir.
3. Mutu C disyaratkan kuat tekan minimal 12,5 MPa dan rerata 15 MPa
hal ini setara dengan K153 hingga K184. Mutu C di gunakan untuk
pejalan kaki.
4. Mutu D disyaratkan kuat tekan minimal 8,5 MPa dan rerata 10 MPa
hal ini setara dengan K104 hingga K122. Mutu D di gunakan untuk
taman dan penggunaan lain.
Menurut SK SNI T-04-1990-F paving block adalah segmen-segmen kecil
yang terbuat dari beton dengan bentuk segiempat atau segi banyak yang
dipasang sedemikian rupa sehingga saling mengunci sedangkan menurut
SNI 03-0349-1989, conblok (concrete blok) atau batu cetak beton adalah
komponen bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau
pozolan, pasir, air, dan atau tanpa bahan tambahan lainnya(additive),
dicetak sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat dan dapat digunakan
sebagai bahan untuk pasangan dinding. Adapun dalam penelitian ini akan
membuat paving block dengan menggunakan bubuk lumpur lapindo
sebagai bahan pengganti sebagian semen.
5
B. Material yang digunakan dalam pembuatan paving block
Dalam pembuatan paving block dengan kualitas yang baik perlu
mempertimbangkan jenis bahan yang dipilih. Material untuk pembuatan
paving block terdiri dari :
1. Semen Portland
Semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan
dengan menggiling klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium dengan gips sebagai bahan tambahan. Fungsi utama semen
adalah mengikat butir-butir agregat hingga hingga membentuk suatu
massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butir-butir
agregat. Semen portland memiliki beberapa sifat yang di antaranya
dijelaskan sebagai berikut :
a. Berat Jenis
Berat jenis dari bubuk semen pada umumnya berkisar antara 3,10
sampai 3,30 Berat jenis semen penting untuk diketahui, karena
semen portland yang tidak sempurna pembakarannya dan atau
dicampur dengan bubuk batuan lain, berat jenisnya akan terlihat
lebih rendah daripada angka tersebut.
b. Waktu Pengerasan Semen
Waktu pengerasan semen dilakukan dengan menentukan waktu
pengikatan awal(initial setting) dan waktu pengikatan akhir (final
setting). Sebenarnya yang lebih penting adalah waktu pengikatan
awal, yaitu saat semen mulai terkena air hingga mulai terjadi
pengikatan (pengerasan). Untuk mengukur waktu pengikatan
biasanya digunakan alat vicat. Bagi jenis-jenis semen portland
waktu pengikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit sejak
semen terkena air.
c. Kekekalan Bentuk
Yang dimaksud dengan kekekalan bentuk adalah sifat dari bubur
semen yang telah mengeras, dimana bila adukan semen dibuat suatu
bentuk tertentu bentuk itu tidak berubah. Apabila menunjukkan
adanya cacat (retak, melengkung, membesar, atau menyusut),
berarti semen itu tidak baik atau tidak memiliki sifat tetap bentuk.
d. Pengaruh Suhu
Proses pengerasan semen sangat dipengaruhi oleh suhu udara di
sekitarnya. Pada suhu kurang dari 15 derajat celcius, pengerasan
semen akan berjalan sangat lambat. Semakin tinggi suhu udara di
sekitarnya, maka semakin cepat semen mengeras.
6
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai pengisi dalam
campuran beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi,
akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton,
sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam
pembuatan beton. Cara membedakan jenis agregat yang paling banyak
dilakukan ialah dengan didasarkan pada ukuran butirannya. Agregat
yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari 4,80 mm disebut
agregat kasar atau sering disebut kerikil, kericak, atau split. Sedangkan
agregat yang berbutir lebih kecil dari 4,80 mm disebut agregat halus
atau pasir. Abu batu adalah batuan yang diperoleh melalui
penggilingan dengan mesin pemecah batu. Dalam hal ini, abu batu
digabung dengan pasir dalam perencanaan campuran paving sebagai
agregat halus karena ukuran butirnya kurang dari 4,8 mm untuk
memperbaiki gradasi agregat. 13 Gradasi agregat ialah distribusi
ukuran butiran dari agragat. Gradasi yang baik pada agregat dapat
menghasilkan beton yang padat, sehingga volume rongga berkurang
dan penggunaan semen portland berkurang pula. Susunan beton yang
padat dapat menghasilkan beton dengan kekuatan yang besar.
3. Air
Fungsi air pada campuran paving blok adalah untuk membantu reaksi
kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan.
Persyaratan air sesuai Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
adalah sebagai berikut:
a. Tidak mengandung lumpur (atau benda melayang lainnya) lebih
dari 2 gram/liter.
b. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,
zat organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandung klorida ( Cl ) lebih dari 0.5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian
air yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung
air setelah proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi
kekuatan paving blok yang dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air
akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga
dapat mempengaruhi kekuatan paving blok yang dihasilkan.
C. Pengolahan dan Karakteristik Lumpur Lapindo
Pada dasarnya pengaruh lumpur yang tidak diolah akan lebih banyak
merugikan terhadap sifat-sifat campuran beton atau mortar. Beberapa
pengaruh yang terjadi bila kadar lumpur terlalu banyak atau melebihi
jumlah yang disyaratkan, yaitu :
7
1. Lumpur dan tanah liat adalah jenis agregat dengan kekuatan yang
rendah. Semakin banyak kandungan lumpur dalam campuran beton
maupun dalam campuran mortar maka kekuatan kontruksinya akan
semakin kecil.
2. Semakin banyak jumlah lumpur dalam campuran beton maupun
mortar, maka semen yang semakin banyak untuk mengikat permukaan
antar masing-masing agregat. Jika digunakan komposisi yang tetap
antar semen, pasir, dan kerikil padahal jumlah lumpur melebihi yang
disyaratkan maka kekuatan pengikatannya akan berkurang.
3. Lumpur dan tanah liat adalah material yang banyak menyerap air,
sehingga adukan atau campuran mortar bisa berubah. Ketika beton
masih muda, pengikatan antar semen dengan agregat pasir ataupun
kerikil akan terganggu. Penambahan air terhadap adukan beton akan
membuat kekuatan beton tidak diizinkan terhadap campuran
maksimum 9% dari jumlah komposisi air yang diisyaratkan (Pujianto,
2010).
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dillakukan pengolahan dan
karakteristik lumpur, yaitu dengan cara dikeringkan dan dihancurkan
dengan menggunakan mesin penghancur kopi sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Soekrisno dkk, (2007 dalam Pujianto, 2010) dalam
menghancurkan lempung. Bubuk lumpur atau lumpur tersebut
dikarakterisasi awal, yaitu dengan pemanasan dan dilakukan pengayakan
(meshing). Ukuran butir bubuk lumpur yang digunakan adalah yang
melalui mesh 200 (grain size < 0,075 mm). Untuk menghilangkan
berbagai bahan pelarut dan unsur lainnya yang merugikan seperti karbon
dan sulfur, bubuk lumpur lapindo dipanaskan pada suhu 800 derajat
celcius selama 4 jam.
D. Metode Pengujian Paving Block
Untuk mengetahui kualitas suatu paving block, maka ada berbagai cara
pengujian yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Metode struktur, yaitu dengan cara memotong paving block berbentuk
kubus dengan ukuran yang disesuaikan dengan benda uji, kemudian
ditekan dengan tekanan, durasi waktu dan kecepatan tertentu hingga
hancur. Nilai kuat tekan diperoleh dari Beban tekan dibagi dengan luas
bidang tekan.
2. Metode Ukuran, diukur dengan kaliper ukuran ketebalan minumum 6 cm
dengan toleransi +8%
8
3. Metode Visual, permukaan paving block harus rata, tidak terdapat cacat,
bagian sudut dan tepi tidak mudah hancur, jika paving satu dengan yang
lainnya dibenturkan tidak mudah hancur.
4. Pengujian jatuh, jika paving dijatuhkan bebas dengan ketinggian 1 meter
maka paving block yang bagus tidak akan mudah patah.
5. Pengujian serapan air, paving block direndam ke dalam air selama 24 jam,
kemudian dikeringkan dengan suhu 105 derajat celcius dan ditimbang 2
kali hingga selisih hasil penimbangan tidak lebih dari 0,2%, kemudian
nilai penyerapan dihitung dari berat paving block basah dikurangi berat
paving block kering, dibagi dengan berat paving block kering, kemudian
dikalikan 100%.
Metode interlock, pada bentuk bata beton (paving block) yang mempunyai sisi
tidak rata (mulus) tetapi mempunyai sisi yang sengaja dibuat dengan tonjolan
untuk membuat ikatan antar bata beton (paving block) akan membuat struktur
pasangan paving block semakin kuat. Pada pemasangan paving block jenis
interlok ini juga mempunyai keunggulan, yaitu jarak antar paving (nat)
berbentuk rapi dan seragam. Sisi panjang dan lebar paving block terdapat
tonjolan yang akan membentuk ruang kecil untuk isian pasir di sela-sela
pasangan paving tersebut.
1. Landasan teori BS 6717
Indentifikasi paving block dengan mutu baik adalah paving block yang
memiliki nilai kuat tekan yang tinggi. Mutu paving blok menurut code BS
6717 dinilai berdasarkan uji kuat tekan. Pengujian kuat tekan yang
dilakukan sama dengan pengujian kuat tekan beton pada umumnya.
Perhitungan kuat tekan paving blok berdasarkan BS 6717 :
σ= Pc/A *fk
tabel 2.1 Nilai faktor koreksi fk
Tebal (mm) Block datar Block champer
60 atau 65 1,0 1,06
80 1,12 1,18
100 1,18 1,24
Batasan yang disyaratkan BS 6717 :
a. σrata ≥ 49 N/mm2
b. σmin ≥ 40 N/ mm2
Jika pada pengujian 4 sampel pertama, σrata = 54 N/ mm2 dan masing-masing
sampel σmin ≥ 40 N/ mm2 maka pengujian sampel berikutnya mengikuti
standar ini.
(sumber BS 6717 :3)
9
2. Landasan Teori BS EN 1338
Dalam BS EN 1338, standar mutu untuk paving blok menggunakan uji
tarik belah. Pengujian tarik belah untuk paving blok dengan standar ini
sseperti pada gambar berikut :
Gambar 2.1 Pengujian tarik Belah paving block
keterangan :
1 = potongan plat dengan tebal a (4±5) mm; lebar b (15±5) mm dan
minimal 10 mm lebih panjang dari panjang bidang keruntuhan
2 = paving blok
3 = balok melintang (radius 75±5 mm)
Perhitungan kuat Tarik belah paving blok berdasarkan BS EN 1338 :
Τ = 0.637 * Ps/S*k
3. Ujii Daya Serap Air
Untuk mendapakan kualitas paving block yang baik, maka perlu dilakukan
uji Serap air yang dialami oleh paving block. Cara pengujiannya yaitu :
10
a. Timbang benda uji
b. Rendam benda uji kedalam bak air hingga jenuh selama 24 jam
c. Timbang benda uji dalam keadaan basah
d. Masukkan kedalam oven dengan suhu 115 derajat celcius
selama 24 jam.
e. Kemudian timbang dalam keadaan kering oven
Data uji daya serap air ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
daya serap air yang dimiliki oleh benda uji.
E. Mix Design Paving Block
Pada tahap ini akan ditetapkan rencana campuran paving block untuk
mendapatkan paving block dengan kekuatan yang tinggi, mudah
dikerjakan, tahan lama, murah, tahan aus. Oleh karena itu harus
direncanakan dengan teori perancangan proporsi campuran adukan paving
block. Dengan metode rancangan paving block ini akan didapatkan paving
block yang memenuhi syarat teknis dan ekonomis. Dalam penelitian ini,
rencana campuran (mix design) mengacu berdasarkan pengalaman di
Amerika, paving block dengan ketebalan 60 mm menggunakan
perbandingan semen : agregat = 1 : 6, kuat tekan rata-rata mencapai
252,93 kg/cm2. (Shackel, 1990).
11
BAB III
DESKRIPSI KARYA
A. Metode Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan paving block sebagai objek penelitian. Variasi
penambahan bubuk lumpur lapindo adalah 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Jumlah benda uji masing-masing variasi adalah 3 buah sehingga total
benda uji yang dibuat adalah 12 buah benda uji. Dimensi benda uji yaitu
panjangg 20 centimeter, lebar 10 centimeter, dan tinggi atau tebal 6
centimeter.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer
Data diperoleh dari penelitian yang dilakukan di labolatorium
teknologi bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
2. Data sekunder
Data diperoleh dari beberapa referensi melalui kajian pustaka yang
berhubungan dengan penelitian ini.
Secara umum metodelogi penelitian ini dibagi kedalam 5 tahap, yaitu :
1. Tahap I : Tahap persiapan dan pengujian bahan.
Material penyusun paving block antara lain :
a. Semen
b. Pasir progo
c. Air
d. Bubuk lumpur lapindo
Pengujian material penyusun paving block meliputi :
1) Pemeriksaan semen
Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan uji berat jenis dan
kekekalan bentuk semen, uji konsistensi normal dan waktu
pengikat awal semen.
2) Pemeriksaan agregat halus
Uji kandungan lumpur dan kotoran organis yang terkandung dalam
agregat halus, kadar air, dan berat jenis dari agragat halus.
12
3) Pemeriksaan bubuk lumpur lapindo
Uji yang dilakukan pada bubuk lumpur lapindo adalah uji berat
jenis.
2. Tahap II : Tahap perhitungan rencana campuran (mix design).
Pada tahap ini akan ditetapkan rencana campuran paving block untuk
mendapatkan paving block dengan kekuatan yang tinggi, mudah
dikerjakan (workable), tahan lama, murah, tahan aus. Oleh karena itu
harus direncanakan dengan teori perancangan proporsi campuran
adukan paving block. Dengan metode rancangan paving block ini akan
didapatkan paving block yang memenuhi syarat teknis dan ekonomis.
Dalam penelitian ini, rencana campuran (mix design) paving block
dihitung berdasarkan buku Teknologi Beton (Tjokroadimuljo.K, 1986)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan metode
ini adalah:
1) Menentukan kuat tekan paving block yang disyaratkan pada umur
28 hari (f’c)
2) Menetapkan standar deviasi (Sd)
Standar deviasi ditetapkan berdasarkan tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran paving block, makin baik mutu
pelaksanaan makin kecil nilai deviasi standar. Untuk memberikan
gambaran cara menilai tingkat pengendalian mutu pekerjaan,
diberikan pedoman dengan melihat tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Nilai Sd untuk Berbagai Tingkat Pengendalian Mutu
Pekerjaan
Tingkat Pengendalian Mutu
Pekerjaan
Sd (Mpa)
Memuaskan 2,8
Sangat baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
13
Tanpa Kendali 8,4
(Sumber : Tjokroadimuljo.K, 1986)
3) Menghitung nilai tambah margin :
M = K . Sd
Dimana : K = 1.64
4) Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan :
σ bm = σ bk + M
5) Menetapkan jenis semen :
Sesuai dengan tujuan pemakaiannya, semen Portland di Indonesia
dibagi menjadi 5 jenis :
a. Jenis I, yaitu semen Portland yang umum digunakan tanpa
persyaratan khusus
b. Jenis II, yaitu semen Portland yang dalam penggunaanya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi
sedang
c. Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaanya
memerlukan kekuatan awal yang tinggi
d. Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaanya
memerlukan panas hidrasi yang rendah
e. Jenis V, yaitu semen Portland yang dalam penggunaanya
memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
6) Menetapkan jenis agregat
Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami
(tidak dipecahkan) ataukah agregat jenis batu pecah (crushed
aggregate)
7) Menetapkan faktor air semen
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-
rata yang ditargetkan berdasarkan :
a. Hubungan kuat tekan dengan faktor air semen yang diperoleh
dari penelitian di lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi
pekerjaan yang diusulkan.
b. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman dapat
ditetapkan dengan cara menggunakan grafik hubungan faktor
air semen dan kuat tekan rata-rata beton (sebagai perkiraan
nilai fas)
14
Gambar 3.1 Hubungan faktor air semen dan kuat tekan rata-rata
Gambar 3.2 Grafik untuk mencari faktor air semen
8) Menetapkan faktor air semen maksimum
Dengan melihat persyaratan untuk pembetonan dan lingkungan
khusus :
Tabel 3.3 Persyaratan Faktor Air-Semen Maksimum
Jenis Pembetonan Fas Maksimum
15
Beton didalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non
korosif
b. Keadaan keliling korosif
diakibatkan kondensasi
atau uap korosi
Beton di luar bangunan :
a. Tidak terlindung dari
hujan dan terik matahari
langsung
b. Terlindung dari hujan dan
terik matahari langsung
Beton yang masuk ke dalam tanah
:
a. Mengalami keadaan basah
dan kering berganti-ganti
b. Mengalami pengaruh
sulfat dan tanah
Beton yang selalu berhubungan
dengan tawar/payau/laut
0,60
0,52
0,55
0,60
0,55
Tabel fas untuk beton dalam
air
Sumber : Tjokroadimuljo.K, 1986
9) Menetapkan nilai slump
Tabel 3.4 Penetapan Nilai Slump (cm)
Pemakaian beton maks min
Dinding, plat fondasi
dan fondasi telapak
bertulang
12,5 5
16
Fondasi telapak tidak
bertulang, kaisonn
dan struktur dibawah
tanah
9 2,5
Pelat, balok, kolom,
dan dinding
15 7,5
Pengerasan jalan 7,5 5
Pembetonan massal 7,5 2,5
10) Menentukan ukuran butiran maksimum
Penetapan besar ukuran butir diperoleh dari hasil analisa saringan
agregat pada saat pengujian material paving blok. Untuk penetapan
butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum 40 mm,
30 mm, 20 mm, 10 mm.
11) Menentukan berat jenis campuran pasir dan kerikil
(Berat pasir + kerikil) = (berat paving blok – kebutuhan air –
kebutuhan semen).
12) Menentukan kebutuhan pasir
Kebutuhan pasir = (kebutuhan pasir dan kerikil x persentase berat
pasir)
13) Berat jenis agregat halus dan agregat kasar diperoleh dari hasil
pemeriksaan laboratorium, namun jika tidak ada dapat diambil
sebesar 2.60 untuk agregat tak dipecah/alami dan 2.70 untuk
agregat pecahan.
17
Gambar 3.4 Grafik hubungan kandungan air, berat jenis agregat
campuran dan berat beton
(Sumber : Tjokroadimuljo.K, 1986)
3. Tahap III : Tahap pembuatan dan perawatan benda uji.
Pada tahap ini dilakukan pembuatan dan perawatan benda uji di
labolatorium teknologi bahan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Bahan-bahan yang akan digunakan
dalam pembuatan paving block ditakar sesuai dengan rencana
campuran paving block. Semen, pasir, abu batu dan kerikil yang akan
ditakar tersebut dimasukkan dalam molen dan diaduk. Setelah adukan
merata, dimasukkan air sedikit demi sedikit. Selanjutnya adukan
paving block dicetak dengan menggunakan cetakan paving block
ukuran 20 x 10 x 60 dan kemudian dipadatkan secara mekanis
(pemadatan dilakukan dengan manual). Paving block yang telah jadi
akan disusun untuk dikeringkan secara alami dan dilakukan
penyiraman setiap 2 x sehari.
4. Tahap IV : Tahap pengujian kuat tekan, kuat belah, dan daya serap air
Setelah paving blok berumur 28 hari, maka dilakukan pengujian kuat
tekan, tarik belah dengan total, dan daya serap air paving block
sebanyak 12 buah.
Prosedur yang dilakukan untuk kuat tekan :
Benda uji diletakkan pada alat uji tekan, kemudian dilakukan uji tekan
sesuai dengan prosedur penggunaan alat uji tekannya.
Prosedur pengujian kuat tarik belah :
18
Paving block diletakkan pada mesin pengujian dan dipastikan bahwa
plat dan balok di bagian bawah dan atas paving segaris dengan bidang
tarik belah. Bidang belah dipilih dengan ketentuan yaitu:
1) pengujian dilakukan sepanjang bagian terpanjang belahan dari
paving block.
2) sejajar dan simetris terhadap bagian tepi, sehingga memungkinkan
kondisi jarak dari bagian belah ke bagian sisi paving yang lain
adalah sebesar 0.5 x ketebalan paving dan minimal 75% luasan
bidang belah.
Jika kondisi (1) tidak terpenuhi, pengujian dilaksanakan sepanjang 2
bagian belah yang dipilih sedemikian rupa sehingga kondisi terpenuhi
yaitu, jarak antara bagian tarik belah yang satu dengan yang lain atau
jarak dari bagian tarik belah ke bagian sisi paving yang lain adalah
sebesar 0.5 x ketebalan paving dan minimal 75% panjang bidang
belah.
Jika kondisi (1) ataupun (2) tidak terpenuhi, bagian belah dipilih
sedemikian rupa sehingga panjang proporsional maksimum yang
sesuai dengan syarat bisa tercapai. Jika paving berbentuk bidang
persegi, segi enam atau lingkaran, bagian belah yang dipilih adalah
bagian terpendek yang melewati pusat dari bidang paving. Untuk
sampel paving yang diuji dengan ukuran 21 x 10.5x 8.
Prosedur uji daya serap air :
a. Timbang benda uji
b. Rendam benda uji kedalam bak air hingga jenuh selama 24 jam
c. Timbang benda uji dalam keadaan basah
d. Masukkan kedalam oven dengan suhu 115 derajat celcius selama
24 jam.
e. Kemudian timbang dalam keadaan kering oven
5. Tahap V : Tahap analisis data
Pada tahap ini dilakukan analisa data kuat tekan paving blok setelah
dilakukan uji kuat tekan dan tarik belah paving blok. Data yang
diperoleh akan diolah terlebih dahulu. Data hasil pengujian yang
dilakukan akan dianalisa berdasarkan tandar BS 6717 dan BS EN
1338.
19
Berikut adalah bagan alir dari prosedur penelitian :
Gambar 3.1 Bagan alir penelitian
MULAI
Uji Karakteristik Bahan/ Material :
pasir, agregat, semen, bubuk lumpur
lapindo dan air
Mix design( rancangan
campuran)
Pembuatan paving block
Perawatan benda
uji
Uji kualitas paving :
kuat tekan, uji belah,
dan daya serap air
Analisis data :
BS 6717 dan BS 1338
Selesai
20
B. Indentifikasi Masalah
Variasi pencampuran yang digunakan adalah 5%, 10%, 15%, dan 20%.
Dibutuhkan ketelitian untuk setiap pembuatan benda uji. Sehingga akan
dihasilkan paving block dengan kualias yang baik dan pengerjaan yang
mudah.
C. Deskripsi singkat karya
Penambahan bubuk lumpur lapindo sebagai bahan pengganti sebagian
semen pada paving block merupakan salah satu alternatif memanfaatan
limbah lumpur lumpur lapindo menjadi bahan kontruksi dan mengurangi
ketergantungan dunia kontruksi terhadap semen. Dengan menggunakan
bubuk lumpur lapindo sebagai pengganti sebagian semen, maka akan
mengatasi dua masalah lingkungan sekaligus, yaitu memanfaatkan limbah
lumpur lapindo dan mengurangi penggunaan semen yang berdampak
negatif terhadap lingkungan. Sehingga paving block dengan tambahan
serbuk lumpur lapindo adalah solusi alternatif yang efektif bagi dunia
teknologi bahan.
D. Mix design benda uji
Berdasarkan perancangan SK-SNI didapat kebutuhan bahan susun untuk 1
m3 paving block :
Perbandingan volume semen : pasir
1 : 3
Faktor Air Semen : 0,4
FAS = 𝑊𝑎𝑖𝑟
𝑊𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
0,4 = 𝐵𝑠𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑎𝑖𝑟
𝐵𝑗 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 𝑉 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
0,4 = 1000 𝑥 𝑉𝑎
1250 𝑥 𝑉𝑠
Vair = 0,5 x Vsemen ........ 1)
Vp semen = 𝐵𝑠𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 𝑉𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
𝐵𝑗 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑥 1000 =
1250 𝑥 𝑋
3,15 𝑥 1000 = 0,397x
Vp pasir = 𝐵𝑠 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟
𝐵𝑗 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 𝑥 1000 =
1500 𝑥 3𝑋
2,5 𝑥 1000 = 1,8x
Vp air = 𝐵𝑠𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝑉𝑎𝑖𝑟
𝐵𝑗 𝑎𝑖𝑟 𝑥 1000 =
𝐵𝑠𝑎𝑖𝑟 𝑥 0,5 𝑉𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛
𝐵𝑗 𝑎𝑖𝑟 𝑥 1000=
1000 𝑥 0,5𝑥
1 𝑥 1000
21
= 0,5𝑥
2,697𝑥
x = = 1
2,697 = 0,371 m3
Vsemen = 1x = 1 x 0,371 = 0,371 m3
Vpasir = 3x = 3 x 0,371 = 1, 113 m3
V air = 0,5x = 0,5 x 0,371= 0,1855 m3
Sehingga diperoleh :
Wsemen = 1250 x 0,371 = 463,75 kg/m3
Wpasir = 1500 x 1, 113 = 1669,5 kg/m3
Wair = 1000 x 0,1855 = 185,5 liter/m3
Maka kebutuhan yang harus diganti oleh bubuk lumpur lapindo yaitu pasta
(semen + air) = 463,75+ 185,5 = 649,25 kg/m3.
Contoh perhitungan untuk 1 benda uji normal :
Vpaving = 20 x 10 x 6
= 1200 cm3 = 0,0012 m3
Hitungan berat bahan,
Wsemen = 463, 75 x 0,0012 = 0,5565 kg
Wpasir = 1669,5 x 0,0012 = 2,0034 kg
Wair = 162,3125 x 0,0012 = 0,2226 liter
Variasi kadar bubuk lumpur lapindo 5%, yaitu :
Bubuk lumpur lapindo = 5
100 𝑥 0, 5565 = 0,03 kg
22
Variasi kadar bubuk lumpur lapindo 10%, yaitu :
Bubuk lumpur lapindo = 10
100 𝑥 0, 5565 = 0,06 kg
Variasi kadar bubuk lumpur lapindo 15%, yaitu :
Bubuk lumpur lapindo = 15
100 𝑥 0, 5565 = 0,08 kg
Variasi kadar bubuk lumpur lapindo 20%, yaitu :
Bubuk lumpur lapindo = 20
100 𝑥 0, 5565 = 0,11 kg
E. Hasil penelitian
Dari hasil penelitian maka diperoleh :
Variasi benda uji Kuat tekan
(Mpa)
Kuat Belah
(MPa)
Daya Serap Air
5% 8,06
10% 10,87
15% 11,04
20% 12,33
F. Analisa aplikasi karya di lapangan
Paving block dengan bahan tambahan lumpur lapindo ini dapat
dikembangkan oleh masyarakat sebagai usaha kecil menengah demi
membantu perekonomian masyarakat yang terkena dampak negatif dari
semburan lumpur. Proses pengenalan paving block dengan bahan
tambahan lumpur lapindo ini dapat diperkenalkan kepada masyarakat
melalui sosialisasi.
23
BAB IV
RENCANA ANGGARAN BIAYA MATERIAL
Material yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
1. Agregat halus atau pasir
2. Semen
3. Air
4. Bubuk lumpur lapindo
Berikut adalah rencana anggaran biaya material yang digunakan untuk membuat
satu benda uji :
No Nama Bahan Jumlah takaran Harga
1 Semen 0,5565 kg Rp. 500
2 Air 0,2226 liter Rp. 100
3 pasir 2,0034 kg Rp. 200
4 lumpur 0,03 kg Rp. 300
Jumlah Rp. 1100,-
24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan :
1. Penambahan bubuk lumpur lapindo dengan variasi 20% menghasilkan
kuat tekan lebih tinggi yaitu 12, 33 Mpa dan masuk mutu C yang dapat
digunakan sebagai media pejalan kaki.
2. Penambahan bubuk lumpur lapindo dapat diterapkan dan difungsikan
di masyarakat.
B. Saran
Ada beberapa saran yang terkait dengan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan sehingga penelitian dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu :
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penambahan bubuk
lumpur lapindo sebagai pengganti sebagian semen pada pembuatan
paving block.
2. Perlu dilakukan lebih lanjut tentang jumlah variasi penambahan bubuk
lumpur lapindo yang lebih efisien selain variasi 5%, 10%, 15%, dan
20% dari berat semen.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang paving block yang
bahan dasarnya menggunakan bubuk lumpur lapindo sebagai
pengganti semen seluruhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, T.,2004., Teknologi Beton, Andi, Yogyakarta.
Derucher, dkk., 1998, Materials For Civil And Highway Engineers, Prentice Hall
Inc, United State of America.
Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, KMTS FT UGM, Yogyakarta.
Tirtawijaya, A., 2012, Kuat Tekan dan Kuat tarik Belah Beton Mutu Tinggi
Dengan Bubuk Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Semen,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Yogyakarta.
Pujianto, A., Diharjo K., 2010, Laporan Penelitian Hibah Bersaing Rekayasa
Bahan Komposit Geopolimer Serat Gelas- Lumpur Lapindo-Poliester untuk
Rumah Hunian, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
Azkia, A.N., 2013, Pengaruh Alkali Aktifator Terhadap Kuat Tekan Beton
Geopolimer Dengan Bubuk Lumpur Lapindo Sebagai Prekursor, Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.
Martyana, DC., 2013, Pengaruh Penambahan Variasi Kapur Padam Terhadap
Kuat Tekan Beton Geopolimer Dengan Bubuk Lumpur Lapindo Sebagai
Prekursor, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.
SK SNI-03-1968, 1990 Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat
Halus dan Kasar, Pustran Balitbang PU, Jakarta.
SK SNI-03-1971, 1990, Metode Pengujian Kadar Air Agregat, Pustran Balitbang
PU, Jakarta.
SK SNI-03-1970, 2008, Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar,
Badan Standar Nasional, Jakarta.
SK SNI-04-1989-F, Metode Pengujian Kadar Lumpur Agregat, Pustran Balitbang
PU, Jakarta.
SK SNI-03-2834, 2002, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal, Pustran Balitabang PU, Jakarta.