bab ii landasan teori 2.1 paving block 2.1.1 pengertian
TRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Paving Block
2.1.1 Pengertian Paving Block
Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton
tersebut (SNI 03-0691-1996). Sehingga karakteristiknya hampir mendekati dengan
karakteristik mortar. Mortar adalah bahan bangunan yang dibuat dari pencampuran
antara pasir dan agregat halus lainnya dengan bahan pengikat dan air yang didalam
keadaan keras mempunyai sifat-sifat seperti batuan.
Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung sejak tahun
1977/1978. Paving block sendiri mempunyai beberapa variasi bentuk untuk
memenuhi selera pemakai. Penggunaan paving block ini disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan, misalnya saja digunakan sebagai tempat parkir, terminal, jalan setapak
dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks perumahan serta untuk keperluan
lainnya. Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang
digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah.
Paving block dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau cone
block.
Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving block
sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang
sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving block
dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota,
pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah
taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran,
pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. (Sumber:
M khoirunnisa 2015)
6
2.1.2 Syarat dan Mutu Paving Block
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan mutu paving
block dimana harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sifat Tampak
Paving block memiliki bentuk yang sempurna, tidak boleh mengalami retak-
retak atau pun cacat, serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan
dengan kekuatan tangan.
b. Bentuk dan Ukuran
Dalam hal ini bentuk dan ukuran paving block untuk lantai bergantung dari
persetujuan antara pemakai dan produsen. Dimana produsen akan memberikan
penjelasan mengenai bentuk, ukuran, dan konstruksi pemasangan paving block
untuk lantai.
c. Sifat Fisik
Paving block untuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kekuatan Fisik Paving Block
(Sumber : SNI 03-0691-1996)
Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh
cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksium 1%. Persyaratan
ketebalan paving block pada umumnya adalah sebagai berikut :
Mutu Kegunaan
Kekuatan
(Kg/cm2)
Ketahanan Aus
(mm/menit) Penyerapan
air rata-rata
(%) Rata-
rata Terendah
Rata-
rata Terendah
A Perkerasan jalan 400 350 0,090 0,103 3
B Parkir mobil 200 170 0,130 1,149 6
C Pejalan kaki 150 125 0,160 0,184 8
D Taman kota 100 85 0,219 0,251 10
7
1. 6 cm, digunakan untuk beban lalu lintas ringan dengan frekuensi terbatas,
misalnya : sepeda motor, pejalan kaki.
2. 8 cm, digunakan untuk beban lalu lintas sedang atau berat dan padat
frekuensinya, misalnya : mobil, pick up, truk, dan bus.
3. 10 cm, digunakan untuk beban lalu lintas super berat, misalnya: tronton, loader.
(sumber : M khoirunnisa 2015)
2.1.3 Kegunaan dan Keuntungan paving block
Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan
banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan
diantaranya sebagai terminal bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat
bermain. Penggunaan paving block memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a. Dapat diproduksi massal.
b. Paving block tidak mudah rusak pada kondisi pembebanan normal.
c. Daya serap air yang melalui paving block bisa menjaga keseimbangan air tanah
untuk menopang betonan atau bangunan diatasnya yang memiliki berat.
d. Paving block menghasilkan sampah produksi yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan penggunaan pelat beton.
e. Paving block akan lebih mudah ketika langsung dihamparkan dan bisa
langsung tanpa harus menunggu pengerasan seperti pada beton.
f. Paving block juga memiliki nilai estetika yang unik dan indah terutama jika
didesain dengan pola dan warna yang indah.
g. Adanya pori-pori paving block yang bisa meminimalisir aliran permukaan dan
memperbanyak infiltrasi dalam tanah.
h. Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat proses
pengerjaan.
i. Pemasangan yang cukup mudah dan biaya perawatan yang murah.
j. Memiliki daya serap air yang baik sehingga bisa menjamin ketersediaan air
tanah.
8
2.1.4 Klasifikasi paving block
Paving block diklasifikasikan berdasrkan atas bentuk, tebal, kekuatan, dan
warna. Klasifikasi tersebut antara lain:
a. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk
Adapun beberapa macam bentuk paving block yang diproduksi, namun diambil
secara garis besar bentuk paving block dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Paving block bentuk segiempat (rectangular)
- Paving block bentuk segibanyak
Gambar 2.1 Bentuk paving block
(sumber: cekhargabahan.com)
Dalam hal pemakaian dari bentuk paving block itu sendiri dapat disesuaikan
dengan keperluan. Baik keperluan konstruksi perkerasan pada jalan dengan
lalulintas sedang sampai berat (misalnya: jalan raya, kawasan indrustri, jalan
umum lainnya), karenanya dalam penggunaan paving block bentuk segiempat
lebih cocok.
Adapun pola pemasangan paving block sebaiknya disesuaikan dengan tujuan
penggunaannya. Pola yang umum dipergunakan ialah susun bata (strecher),
anyaman tikar (basket weave), dan tulang ikan (herring bone). Untuk
perkerasan jalan diutamakan pola tulang ikan karena mempunyai kuncian yang
baik. Dalam proses pemasangannya, paving block harus berpinggul dan pada
tepi susunan paving block biasanya ditutup dengan pasak yang berbentuk topi
uskup
9
Gambar 2.2 Pola pemasangan paving block
(sumber: sanpaving.wodpress.com)
b. Klasifikasi Berdasarkan Ketebalan
Paving block yang diproduksi secara umum mempunyai ketebalan 60 mm, 80
mm, dan 100 mm. dalam penggunaannya dari masing-masing ketebalan
paving block dapat disesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut :
1. Paving block dengan ketebalan 60 mm, diperuntukkan bagi beban
lalulintas ringan yang frekuensinya terbatas pada pejalan kaki dan kadang-
kadang sedang.
2. Paving block dengan ketebalan 80 mm, diperuntukan bagi beban lalulintas
sedang yang frekuensinnya terbatas pada pick up, truck, dan bus.
3. Paving block dengan ketebalan 100 mm, diperuntukkan bagi beban
lalulintas berat seperti: crane, loader, dan alat berat lainnya. Paving block
dengan ketebalan 100 mm ini sering dipergunakan di kawasan indrustri
dan pelabuhan.
c. Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan
Pembagian kelas paving block berdasarkan mutu betonnya adalah :
1. Paving block dengan mutu beton I, nilai f’c 34 – 40 Mpa.
2. Paving block dengan mutu beton II, nilai f’c 25,5 – 30 Mpa.
3. Paving block dengan mutu beton III, nilai f’c 17 – 20 Mpa.
10
d. Klasifikasi Berdasarkan Warna
Selain bentuk yang beragam paving block juga memiliki warna, diman dapat
menampakkan keindahan juga digunakan sebagai pembatas seperti pada
tempat parkir. Warna paving block yang ada di pasaran adalah merah, hitam
dan abu-abu.
2.1.5 Cara Pembuatan Paving Block
Cara pembuatan paving block yang biasanya digunakan dalam masyarakat
dapat diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu :
1. Metode Konvensional
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kita
kususnya para pembuat paving diindramayu dan lebih dikenal dengan metode
gablokan. Pembuatan paving block cara konvensional dilakukan dengan
menggunakan alat geblokan/plat tebal dengan beban pemadatan yang
berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakan. Metode ini banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai industri kecil karena selain alat yang
digunakan sederhana, juga mudah dalam proses pembuatannya sehingga dapat
dilakukan oleh siapa saja Semakin kuat tenaga orang yang mengerjakan maka
akan semakin padat dan kuat paving block yang dihasilkan.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Metode Konvensional
(Sumber: Sunpaving.wodpress.com)
11
2. Cara press hidrolis (mesin)
Alat press paving yang digerakan dengan tenaga mesin (diesel), alat
presshidrolis dapat menghasilkan kualitas paving yang baik, karena
tekanan yang diberikan pada tiap-tiap paving lebih merata dan tekanan
yang diberikan juga lebih besar, sehingga paving block yang dibuat dengan
alat press hidrolis lebih padat dari pada yang dibuat dengan alat press manual.
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Metode Mekanis
(Sumber: Sunpaving.wodpress.com)
2.2 Material Penyusun Paving Block
Material penyusun pada paving block yang akan digunakan antara lain, semen
portland (PC), agregat halus dan air.
2.2.1 Semen Portland (PC)
Sement portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis
(dapat mengeras jika bereaksi langsung dengan air) dengan tambahan gips sebagai
bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal dan paling
abnyak digunakan dalam konstruksi beton. Semen yang umum dipakai adalah
semen type I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat
besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,
yaitu :
a. Trikalsium Silikat (C3S)
Sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan dengan air
12
akan menjadi kaku dan mengeras. C3S menunjang kekuatan awal semen dan
menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 58 kalori /gram setelah 3 hari.
b. Dikalsium Silikat (C2S)
Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras
dan menimbulkan 12 kalori/gram setelah 3 hari.
c. Trikalsium Aluminat (C3A)
Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi
yaitu 212 kalori /gram setelah 3 hari.perkembangan kekuatan terjadi satu
sampai dua hari tetapi sangan rendah.
d. Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF)
Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta
terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram.
Warna abu-abu pada semen disebabkan oleh unsur ini. Silikat dan aluminat
yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan air akan menjadi
perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk
media perekat ini disebut dengan hidrasi. Reaksi kimia semen bersifat
exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110 kalori/gram.
Akibatnya dari reaksi eksotermis terjadi perbedaan temperatur yang sangat
tajam sehingga mengakibatkan retak-retak kecil (microcrack) pada mortar.
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland di Indonesia dalam
dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
a. Tipe I Adalah perekat hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling
klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah 49%
(C3S), 25% (C2S), 12% (C3A), 8% (C4AF), 2,8% (MgO), 2,9% (SO3).
Semen Portland tipe I dipergunakan untuk pengerasan jalan, gedung,
jembatan, dan lain-lain jenis konstruksi yang tidak ada kemungkinan
mendapat serangan sulfat dari tanah dan timbulnya panas hidrasi yang tinggi.
b. Tipe II Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan ketahanan sulfat
dan panas hidrasi sedang. Komposisinya: 46% (C3S), 29% (C2S), 6% (C3A),
13
11% (C4AF), 2,9% (MgO), 2,5% (SO3). Semen Portland tipe II dipergunakan
untuk bangunan tepi laut, bendungan, dan irigasi, atau beton masa yang
membutuhkan panas hidrasi rendah.
c. Tipe III Semen jenis ini dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang
tinggi pada fase permulaan setelah terjadi pengikatan. Kadar C3S-nya sangat
tinggi dan butirannya sangat halus. Semen Potland tipe III dipergunakan
untuk bangunan yang memerlukan kekuatan tekan yang tinggi (sangat kuat)
seperti, jembatan-jembatan dan pondasi-pondasi berat.
d. Tipe IV Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah, sehingga kadar C3S dan C3A rendah. Semen Portland tipe IV
dipergunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas,
pengecoran dengan penyemprotan (setting time lama).
e. Tipe V Semen portland yang dalam penggunaannya hanya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat
pada tipe ini adalah: 43% (C3S), 36% (C2S), 4% (C3A), 12% (C4AF), 1,9%
(MgO), 1,8% (SO3). Semen Portland tipe V dipergunakan untuk instalasi
pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan,
pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir. (Sumber: SNI-15-2049-2004)
2.2.2 Agregat Halus / Pasir
Agregat halus atau pasir adalah butiran-butiran mineral keras yang bentuknya
mendekati bulat, tajam dan bersifat kekal dengan ukuran butir sebagian besar
terletak antara 0,07-5 mm (SNI 03-1750-1990). Agregat halus digunakan sebagai
bahan pengisi dalam campuran paving block sehingga dapat meningkatkan
kekuatan, mengurangi penyusutan dan mengurangi pemakaian bahan
pengikat/semen. Pasir adalah salah satu dari bahan campuran beton yang
diklasifikasikan sebagai agregat halus. Yang dimaksud dengan agregat halus
adalah agregat yang lolos saringan no.8 dan tertahan pada saringan no.200. Pasir
merupakan bahan tambahan yang tidak bekerja aktif dalam proses pengerasan,
walaupun demikian kualitas pasir sangat berpengaruh pada beton. Mutu dari
agregat halus ini sangat menentukan mutu paving block yang dihasilkan. Menurut
14
SNI 03-1750-1990 untuk menghasilkan paving block yang baik, agregat halus
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dan
gradasinya menerus. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari
atau hujan.
• Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 1,50-3,80.
• Kadar lumpur / bagian butir yang lebih kecil dari 0,07 m maksimum 5%.
• Kadar zat organik ditentukan dengan larutan natrium hidroksida 3 %, jika
dibandingkan dengan warna standar atau pembanding, tidak lebih tua
daripada warna standar (sama).
• Kekerasan butir, jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding
yang berasal dari pasir kwarsa Bangka, memberikan angkahasil bagi tidak
lebih besar dari 2,20.
2.2.3 Air
Fungsi air pada campuran paving block adalah untuk membantu reaksi
kimia yang menyebabkan berlangsungnya proses pengikatan. Persyaratan air
sesuai Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 adalah sebagai berikut:
• Tidak mengandung lumpur (atau benda melayang lainnya) lebih dari
2gram/liter.
• Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat
organik, dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
• Tidak mengandung klorida ( Cl ) lebih dari 0.5 gram/liter.
• Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Pemakaian air pada pembuatan campuran harus pas karena pemakaian air
yang terlalu berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah
proses hidrasi selesai dan hal tersebut akan mengurangi kekuatan paving block
yang dihasilkan. Sedangkan terlalu sedikit air akan menyebabkan proses hidrasi
15
tidak tercapai seluruhnya, sehingga dapat mempengaruhi kekuatan paving block
yang dihasilkan.
2.3 Dongkrak
2.3.1 Pengertian dongkrak
Dongkrak adalah salah satu pesawat / alat pengangkat yang digunakan untuk
mengangkat beban-beban berat kearah yang dikehendaki dengan cara menggerakan
handle dongkrak dengan gaya yang relatif kecil.
2.3.2 Macam-macam dongkrak
Dongkrak diklasifikasikan menjadi dua, antara lain :
1. Dongkrak Mekanik
Dongkrak mekanik adalah dongkrak yang didalamnya menggunakan
mekanisme ulir seperti baut untuk meninggikan / mengangkat titik pusat
penampang. Dongkrak seperti membutuhkan lebih banyak tenaga untuk
mengoperasikannya, namun dongkrak ini memiliki kelebihan pada bentuknya
yang ringkas saat terlipat dan bobotnya yang ringan.
Macam-macam dongkrak mekanik
a. Dongkrak Ulir
Dongkrak ulir merupakan salah satu jenis alat angkat yang dibuat dari plat
baja, dimana pengangkatan beban digerakkan dengan sebuah batang
berulir. Dongkrak ulir dapat dilipat dan dapat digunakan untuk
mengangkat beban hingga 1-6 ton. Tinggi angkat dongkrak ulir mekanis
ditentukan oleh panjang lengan baja atau panjang plat baja dan batang ulir
yang digerakkan secara mekanis oleh operator ketika akan digunakan
untuk mengangkat kendaraan.
Dongkrak Ulir memiliki kelebihan karena cara mengoperasikan dan
perawatan yang sangat sederhana. Sedangkan kekurangan dari dongkrak
ini tidak dapat digunakan untuk mengangkat beban-beban berat karena
hanya mengandalkan batang dengan ulir.
16
Gambar 2.5 Dongkrak ulir
(Sumber: digilib.unila.ac.id)
b. Dongkrak Botol Ulir
Disebut dongkrak botol ulir karena bentuknya melihat bentuk dongkrak
yang seperti botol. Fungsi dongkrak botol ulir ini sama seperti dongkrak
buaya, yaitu untuk mengangkat kendaraan pada ketinggian tertentu
dengan cara memberikan gaya putar kepada handle donkrak.
Gambar 2.6 Dongkrak botol ulir
(Sumber: digilib.unila.ac.id)
2. Dongkrak Hidrolik
Dongkrak hidrolik adalah dongkrak yang didalamnya mengaplikasi fluida
yang kemudian didorong kearah yang diinginkan untuk menghasilkan
tekanan yang diperlukan dengan tujuan sesuai arah pengangkatan yang
diinginkan. Daya yang dihasilkan jauh lebih besar dan tenaga yang
17
dibutuhkan untuk pengoperasian lebih sedikit dibandingkan dongkrak
mekanik.
Macam-macam dongkrak hidrolik :
a. Dongkrak Buaya
Dongkrak buaya adalah dongkrak yang gerakannya naik dan turunnya
lengan angkat mirip dengan gerakan membuka dan menutupnya mulut
buaya. Untuk menghasilkan daya angkat dongkrak ini menggunakan
sistem hidrolik. dengan menggunakan tuas engkol yang digerakkan naik
dan turun. (Sumber: digilib.unila.co.id).
Keuntungan pemakaian crocodile jack dibandingkan yang lainnya adalah
lebih mudah digunakan karena gampang menggesernya kearah posisi yang
diinginkan, disamping itu waktu yang dibutuhkan untuk mengangkat
kendaraan lebih cepat dan aman didalam rumah yang dibuat dari baja
tuang dapat berjalan dan berputar diatas empat roda, terdapat sebuah
pompa minyak yang toraknya digerakkan oleh tuas panjang. Tuas tersebut
dapat juga dipakai untuk mendorong atau menarik dongkrak.
Gambar 2.7 Dongkrak buaya
(Sumber : monotaro.id)
b. Dongkrak tabung hidrolik
Kata hidrolik berasal dari bahasa Inggris “hydraulic” yang berarti cairan
atau minyak. Prinsip dari peralatan hidrolik memanfaatkan konsep
tekanan, yaitu tekanan yang diberikan pada salah satu silinder akan
diteruskan ke silinder yang lain, sesuai dengan hukum Pascal.
18
Dongkrak hidrolik terdiri dari dua tabung yang berhubungan yang
didalamnya memiliki diameter yang berbeda ukurannya. Masing-masing
tabung ditutup dan diisi dengan cairan seperti pelumas (oli, dan
sejenisnya). Ketika permukaan silinder yang memiliki diameter yang kecil
diberi tekanan kebawah, maka setiap bagian cairan juga ikut tertekan
kebawah. Besarnya tekanan yang diberikan oleh tabung yang
permukaannya kecil akan diteruskan keseluruh bagian cairan. Akibatnya
cairan menekan pipa yang luas permukaannya lebih besar sehingga pipa
akan terdorong keatas.
Gambar 2.8 Dongkrak tabung hidrolik
(Sumber: http://wahanabelajarsains.blogspot.com/)
Ketika luas permukaan pipa/silinder yang ditekan memiliki diameter
yang kecil. Dibutuhkan pula gaya yang diperlukan untuk menekan fluida
/cairan yang relatif ringan atau kecil. Karena sistem hidrolik ini
menggunakan hukum pascal, dimana tekanan yang diberikan dari
silinder tabung berdiameter kecil akan diteruskan ke pipa/silinder tabung
yang berdiameter besar akan menghasilkan gaya dorong silinder yang
besar. Karena dipengaruhi luas diameter yang berbeda ukuran. P1 adalah
tekanan pada pipa/silindere tabung berdiameter kecil, sedangkan P2
adalah tekanan pada pipa/silinder tabung berdiameter besar.
19
Gambar 2.9 Prinsip hukum pascal
(Sumber:https://putrarawit.wordpress.com/2014/11/26/prinsipkerjahukumpascal/)
Keadaan tersebut menunjukan bahwa apabila gaya F1 yang kecil akan
menimbulkan atau menghasilkan gaya F2 yang besar. Prinsip inilah yang
mendasari cara kerja dongkrak hidrolik.
2.4 Cara Kerja Mesin Pencetak Paving Block
Mesin pencetak paving block dengan menggunakan dongkrak tabung
hidrolik sebagai penekannya merupakan sebuah alat bantu pencetak yang
sederhana. Dimana komposisi material yang biasa dibuat dengan jumlah
perbandingan bahan baku paving block antara lain setengah sak semen portlend
akan dicampurkan dengan satu bak pasir kasar/pasir laut dan satu bak pasir
gunung/pasir halus (dengan ukuran bak 100cm x 50cm x40cm) serta penambahan
air yang secukupnya.
Gambar 2.10 Mesin press dengan dongkrak
(Sumber : Bukalapak.com)
20
Ketika semua komposisi bahan baku paving block sudah tercampur merata.
Bahan baku paving tersebut bisa langsung dimasukan sepenuhnya kedalam hopper,
dimana hopper tersebut berfungsi untuk menampung bahan baku paving block
sebelu dimasukan kedalam cetakan. Setelah itu tarik laci yang ada dibawah hopper
untuk membawa bahan baku paving block menuju tempat cetakan, dan secara
otomatis bahan baku paving block tersebut akan langsung masuk kedalam cetakan.
Setelah itu lakukan proses pengepresan material paving dengan menggunakan
dongkrak tabung hidrolik. Kemudian untuk mengambil paving block yang sudah
selesai dipress yakni dengan menekan handle kaki yang ada dibawah depan rangka
cetakan, dan secara otomatis paving block akan bisa keangkat keatas dengan tujuan
bisa mempermudah proses pengambilan paving block.
Mesin pencetak ini bisa lebih efektif dari pada cara konvensional yang
pembuatannya masih dengan dipukul-pukul yang setiap prosesnya hanya
menghasilkan satu buah paving block. Sedangkan mesin pencetak paving block ini
bisa menghasilkan tujuh buah paving block dalam setiap proses pembuatannya.
Pada mesin pencetak paving block ini terbagi menjadi dua bagian. Yakni
bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari :
1. Rangka depan
Kerangka depan berfunsi sebagai tempat dudukan untuk cetakan paving, plat
penahan, tumpuan dongkrak, dan bagian handle kaki. Bahan yang dipakai
untuk kerangka depan menggunakan besi berprofil C ukuran 65.
2. Cetakan
Cetakan digunakan sebagai tempat untuk membentuk paving block agar sesuai
dengan bentuk yang akan dibuat. Cetakan sendiri terdiri dari dua bagian yakni
rangka cetakan dan baju rangka cetakan Bahan yang dipakai untuk membuat
rangka cetakan ini adalah plat besi dengan ketebalan 3 mm. Sedangkan bahan
yang digunakan untuk membuat baju atau pembungkus cetakan yakni plat
dengan ketebalan 0,8mm.
3. Bagian penekan dan penahan
Pada bagian ini berfungsi untuk menahan/menutup lubang cetakan bawah serta
bagian langsung yang berfungsi untuk menekan paving. Pada bagian ini terdiri
21
dari beberapa bahan yakni plat penahan awah dan atas ini terbuat dari plat besi
dengan ketebalan 3 dan 5 mm, besi poros berongga dengan diameter luar 40mm
dan diameter dalam 25mm
4. Handle
Handle berfungsi untuk membuat dorongan agar paving yang sudah dipress
agar bisa keluar dari cetakan untuk mempermudah pengambilan paving. Bahan
untuk membuat handle terdiri dari besi profil L ukuran 40mm, besi hollo
ukuran 40mm, poros berongga D.luar 25mm dan diameter dalam 19mm, serta
plat dengan ketebalan 3 mm.
5. Poros pembalik.
Poros pembalik berfungsi untuk menyeimbangkan arah pergerakan penekan
agar selalu bergerak lurus. Poros pembalik ini terdiri dari poros berongga
berdiameter 20mm dan pegas yang digunakan untuk membuat gaya balik
setelah proses pengepresan.
Bagian kedua dari mesin pencetak paving yakni bagian belakang yang terdiri dari :
1. Rangka belakang
Rangka belakang digunakan untuk tempat dudukan dari laci, hopper dan bahan
baku paving block sebelum masuk kedalam cetakan. Rangka belakang ini
terbuat dari besi profil L dengan ukuran 50 mm ketebalan 3mm.
2. Laci
Laci berfungsi sebagai bagian pembawa pasir dari dalam hopper menuju
cetakan. Laci sendiri terdiri dari besi plat ketebalan 0,8 dan besi profil L ukuran
50mm dengan ketebalan 0,3mm.
3. Hopper
Hopper berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan baku paving block.
Hopper sendiri terbuat dari besi plat ketebalan 0,8mm dan besi behel strip
setebalan 3mm.
22
2.5 Dasar Perancangan
1. Volume segi enam
Pada dasarnya paving block memiliki berbagai macam bentuk. Dari mulai
yang berbentuk segi empat, dan bukan segi empat. Namun pada pembuatan mesin
pencetak paving block ini, dibuat dengan bentuk segi enam. Sehingga mempunyai
ukuran yang agak besar bila dibandingkan paving block segi empat. Adapun rumus
yang digunakan untuk mengetahui volume cetakan paving block adalah
Gambar 2.11 volume segi enam
(Sumber: Rumus-matematika1.blogspot.com)
V = 𝟑√𝟑𝒙 𝑺𝟐
𝟐 x t
Dimana : S = sisi setiap segienam (M , mm)
T = tinggi segienam (M , mm)
2. Volume balok
Laci biasa digunakan sebagai alat penyimpanan barang disebuah meja dengan
posisi masuk kedalam. Biasanya laci bisa digerakan maju dan mundur. Pada
mesin ini kita memodivikasi kegunaan laci dimana fungsi laci tersebut adalah
untuk mendistribusikan material paving menuju cetakan. Adapun bentuk laci
seperti persegi panjang. Untuk mencari volume laci kita gunkan rumus :
Gambar 2.12 balok
(Sumber: rumus-matematika1.blogspot.com)
23
V = P x L x T
Keterangan : P = Nilai panjang (M , mm)
L = Nilai lebar (M , mm)
T = Nilai tinggi (M , mm)
3. Volume prisma trapesium
Hopper biasa digunakan sebagi tempat penampungan material. hopper
memiliki bentuk yang berbagai macam. Pada mesin pencetak paving block ini
hopper memiliki bentuk seperti prisma trapesium. Adapun untuk menghitung
volume trapesiur antara lain :
Gambar 2.13 Prisma trapesium
(Sumber: Rumusbilangan.com)
Luas : ½ x (AB + EF) x AE
V = Luas x AD
4. Menghitung tegangan bahan pada rangka
𝝉𝒃 = 𝑴 . 𝒄
𝑰
Keterangan : 𝜏b = tegangan bahan.
M = momen maksimal.
C = jarak titik terluar rangka.
I = momen inersial.
(Sumber: Bahan ajar mekanika teknik 2)
5. Hukum pascal
Prinsip kerja dongkrak tabung hidrolik memanfaatkan hukum pascal,
“Tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang tertutup akan diteruskan
kesegala arah sama rata”. Adaapun rumus yang dipakai adalah :
24
P1 = P2
𝑭𝟏
𝑨𝟏=
𝑭𝟐
𝑨𝟐
Keterangan : A1 = Luas penampang penghisap 1 (m2 , mm2)
A2 = Luas penampang penghisap 2 (m2 , mm2)
F1 = besar gaya penghisap 1 (N , kg)
F2 = Besar gaya penghisap 2 (N, kg)
(Sumber: Bahan ajar mekanika fluida)
6. Perhitungan poros
Poros merupakan komponen elemen mesin yang paling penting yang
memiliki banyak fungsi seperti untuk menumpu beban, meeruskan putara, sampai
meneruskan beban. Untuk membuat poros harus terlebih dahulu memperhatikan
penerapan poros tersebut. Sehingga dalam proses perancangan poros akan sesuai
dengan standar perancangan poros.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah poros sebagai
berikut :(Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin hal 2)
Kekutan poros
Suatu poros transmisi akan dapat mengalami beban puntir atau beban lentur
atau gabungan dari beban puntir dan beban lentur, ada juga poros yang dapat
mengalami beban tekan atau beban tarik. Kelelahan, tumbukan atau pengaruh
kosentrasi tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai
alur pasak harus diperhatikan. Sebuah poros harus direncanakan agar dapat
menahan beban dengan baik.
Bahan poros
Poros untuk mesin pada umumnya biasanya dibuat dari baja batang yang
ditarik dingin dan difinis, baja karbon konstruki mesin (disebut dengan bahan
S-C). Meskipun demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat
mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang misalnya bila
diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa didalam terasnya. Poros-poros yang
dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dari baja
paduan dengan pengerasan permukaan yang tahan terhadap keausan.
25
Kekakuan poros
Walaupun poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau
defleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau
getaran dan suara, oleh karena itu selain kekuatan poros, kekakuan poros juga
harus diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin yang akan menggunakan
poros tersebut.
Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikan maka pada putaran tertentu akan terjadi
gesekan yang sangat besar. Putaran ini diseut dengan putaran kritis,
Korosi
Bahan -bahan tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller dan pompa
bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif,
Ketika poros dikenai dengan pembebanan dengan posisi vertical, akan terjadi
tegangan normal pada poros. Tegangan normal adalah intensitas gaya yang
bekerja normal (tegak lurus) terhadap irisan yang mengalami tegangan, dan
dilambangkan dengan ζ (sigma). Bila gaya-gaya luar yang bekerja pada suatu
batang sejajar terhadap sumbu utamanya dan potongan penampang batang tersebut
konstan, tegangan internal yang dihasilkan adalah sejajar terhadap sumbu tersebut.
Gaya-gaya seperti itu disebut gaya aksial, dan tegangan yang timbul dikenal
sebagai tegangan aksial.
Tegangan normal dapat berbentuk:
1. Tegangan Tarik (Tensile Stress)
Apabila sepasang gaya tarik aksial menarik suatu batang, dan akibatnya
batang ini cenderung menjadi meregang atau bertambah panjang. Maka
gaya tarik aksial tersebut menghasilkan tegangan tarik pada batang di suatu
bidang yang terletak tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.
2. Tegangan Tekan (Compressive Stress)
Apabila sepasang gaya tekan aksial mendorong suatu batang, akibatnya
batang ini cenderung untuk memperpendek atau menekan batang tersebut.
Maka gaya tarik aksial tersebut menghasilkan tegangan tekan pada batang
di suatu bidang yang terletak tegak lurus atau normal terhadap sumbunya.
26
Adapun rumus yang dipakai menggunakan beban aksial adalah :
T = P / A
Keterangan : T = Tegangan (N/m )
P = Gaya aksial (N)
A = Luas (m2)
(Sumber: mekanika teknik hal 8)
7. Pegas
Pegas merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk memberikan gaya,
melunakkan tumbukan, menyerap/menyimpan energi, mengurangi/ menambah
getaran. Pegas dalam kehidupan sehari-hari mempunyai fungsi sebagai pelunak
tumbukan atau kejutan seperti pada pegas kendaraan, sebagai penyimpan energi
seperti pada jam, untuk pengukur seperti pada timbangan, sebagai penegang atau
penjepit, sebagai pembagi rata tekanan, dan lain-lain.
Jenis-jenis Pegas :
- Berdasarkan beban yang diterimanya : pegas tarik, pegas tekan dan pegas
puntir.
- Menurut bentuknya: pegasulir (Helical springs), Pegas Cincin, Pegas Volut
(Volute springs), Pegas Batang Puntir, Pegas Daun (Leaf springs), Pegas
Spiral/jam dan pegas piring.
Gambar 2.14 Macam-macam pegas
(Sumber: dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin hal 312)
27
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pegas ulir/pegas
tekan :
- Besarnya lendutan/defleksi yang diijinkan
- Besarnya energi yang akan diserap
- Apakah kekerasan pegas akan dibuat tetap atau bertambah dengan
membesarnya beban.
- Berapa besar ruangan yang dapat disediakan.
- Bagaimana corak beban, berat, sedang, atau ringan, dengan kejutan atau tanpa
kejutan.
- Harus memperhatikan ;ingkungan kerjanya korosif, temperatur tinggi dll.