pasar patuk

Upload: taufiq-hidayat

Post on 30-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kehidupan multietnis di pasar patuk

TRANSCRIPT

Pasar Pathuk Kalau Ndak Enak Ndak LakuREP| Rabu, 23 Januari 2013 | 06:12 WIBDibaca:249Komentar:71 bermanfaat

Kalau ndak enak ndak laku begitulah ungkapan penjual teh panas pagi itu setelah menyantap nasi liwet yang pulen dan gurih. Mungkin bukan bermaksud sombong tapi nyatanya demikian, penjual teh yang melayani pembeli di hampir seluruh penghuni pasar itu bertutur, dan tak salah memang karena tehnya memang nasgitel.

Sumber: senyum pagi dongPasar Pathuk sendiri sebetulnya belumlah setua pasar Bringharjo dan Pasar Kranggan, karena hanya berspesialis makanan dengan chinese oriented, dan kebanyakan penjual maupun pembeli warga Tionghoa di sekitar Malioboro, hingga kultur peranakan tampak di sini dengan berbagai penyesuaian lidah lokal yang kental.Maka timbulah sebuah kesepakatan tak tertulis seperti kalimat di atas, kalau ndak enak ndak laku. Sebagai ungkapan untuk menyuguhkan performa terbaik dari masing-masing pedagang.

Sumber: penampakan yang ngaweawe

Nasi liwet Solo di depan pasar adalah contoh bagaimana konsekuensi ini berlaku, bermodal pengalaman berjualan di Solo yang telah meraup banyak pelanggan tak menyurutkan beradu untung menawarkan kelezatannya di sini, meski nyempil di selasar depan pasar bermodalkan satu bakul nasi liwet lengkap, nyatanya pengunjung pasar dengan sigap mengapresiasinya. Kini untuk menyantapnya di lokasi mesti bergabung dengan bangku pedagang lain, karena rata-rata pembeli akan membungkusnya untuk dibawa pulang. Soal material utama nasi liwet Solo ini jangan ditanya, dipastikan kualitas terbaik untuk nasi gurihnya, ingkung ayam jagonya dan kekentalan arehnya.

Sumber: gurihnya semlenget

Jika anda tak terlalu suka dengan kuah di pagi hari, tersedia juga tempat makan yang menawarkan nasi tim di selatan pasar di dekat parkiran motor. Nasi tim di sini pun tersedia dalam nampan berbungkus siap dibawa pulang, karena lokasi yang kurang memungkinkan untuk menikmatinya. Nasi tim sendiri adalah nasi yang di sangrai kemudian ditanak dengan air rebusan ingkung ayam jago hingga menguarkan aroma yang semerbak dengan rasa dominan gurih diimbuhi taburan potongan daging ayam. Tersedia juga bubur ayam dan bakpao dengan aneka rasa yang menggoda.

Sumber: diangetin biar napuk irung

Bergeser sedikit ke timur tiga langkah maka kita akan mengendus kebul-kebul aroma sate yang mengetuk perut untuk segera diisi. Sate babi Matahari demikian disebut, tante Sekarwati mengasapi pasar Pathuk lebih 30 tahun tiap pagi dengan suguhan sate babi bumbu Jawa dan beberapa olahan kepala babi bumbu kecap juga empal babi bakarnya. Sate babi ini seakan menjadi isyarat yang nyata bahwa pasar Pathuk adalah pasarnya warga Tionghua di Jogja selain di Kranggan.

Sumber: arehnya diklamut, dikunyah lembut

Bagi anda yang tak menyantap babi ada ragam pilihan alternatif di dalam pasar yang ditawarkan, sebut saja ayam panggang Klaten, menu yang hampir saja tertelan jaman ini memang kian terasing, padahal dahulu menjadi primadona ibu-ibu menyuapi anaknya dengan suwiran dan blondo yang manis gurih ini. Mbah Purwo pun sendirian setia menawarkan kelezatan panggang ayam ini lebih 30 tahun ulang-alik Klaten-Jogja saban hari menggendong tenongan, antara pasar Pathuk di pagi hari dan Malioboro di siang sampai sore hari. Dikemas sedari dulu dalam tusukan bambu, potongan panggang ayam jago ini lalu dilumuri blondo tipis-tipis, sehingga kesan pertama saat menggigitnya terasa manis kemudian bercampur gurih yang memikat.

Sumber: semoga panjang umur

Di pasar pathuk kita tak melulu disuguhi aneka makanan berbau peranakan, karena tersedia juga nasi kuning sebagai pilihan. Menikmatinya selalu saja ingatan ini dibawa masa lampau, saat masih bocah diberi hadiah ulang tahun nasi kuning berbentuk tumpeng, yang kemudian disantap bersama sodara dan tetangga sekitar rumah selepas ashar, cuman di sini adanya pagi hari dan taka da tepuk tangan sambil bernyanyi selamat ulang tahun. Isinya pun masih setia sesuai pakem, yaitu berupa kentang goreng, abon, suwiran telur, bergedel, kacang goreng, daun kemangi dan irisan timun, mungkin yang dulu tak ada adalah sambalnya. Jadi selain menikmati gurihnya nasi kuning, kita juga membeli masa lalu dalam sepincuk kenangan.

Sumber: janjinya enak lo koh

Sumber: menu malam yg sayang dilewatkan

Dan akhirnya rasa peranakan dari pasar Pathuk ini menemukan momentumnya dengan aneka mie ayam yang tersebar di beberapa titik, depan, belakang dan samping pasar mencegat pngunjung untuk mampir. Mie ayam Pathuk yang terletak di belakang pasar adalah awal riuhnya permieayaman di sini, Mie ayam yang gurih lezat dengan kuah segar ini hadir pagi hari seakan bertolak belakang dengan tipikal masyarakat yang biasa mengonsumsinya siang atau sore hari, juga tengoklah mie Bandung 59 yang menawarkan pilihan gaya dari suguhan mie ayam ala peranakan Bandung dan yang baru saja hadir adalah kwetiaw ayam, yang mirip mie ayam dengan kwetiaw yang lembut sebagai ganti mienya yang berlokasi di seberang pasar.

Sumber: jos gandos yang cemokot tanpa dikenyot

Hujan masih menyapa hampir sepanjang hari di bulan Januari, tanah basah dan hempasan hawa dingin mendera sampai di ujung kaki, di setiap langkah di pasar pathuk seakan mencegat lidah untuk segera bergumul dengan nikmatnya suguhan makanan yang dijajakan, tak terasa perut sudah berteriak dan apa daya bungkusan di tangan telah menggelembung berlebihan dalam tas kresek putih terang, sedang bekal uang bersalin rupa dengan harga di atas rata-rata. Saya pun melangkah tergesa sambil memegang celana.