partograf

49
 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo, 2002). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004). Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 1998). Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan  pengetahuan dan keter ampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana  persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan  penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses  persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).

Upload: lucky-lina

Post on 09-Oct-2015

2.927 views

Category:

Documents


252 download

DESCRIPTION

partogram

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBerdasarkan pengamatan WHO, Angka Kematian Ibu adalah sebesar 500.000 jiwa dan Angka Kematian Bayi sebesar 10.000.000 jiwa setiap tahunnya. Jumlah tersebut sebenarnya masih diragukan karena besar kemungkinan kematian ibu dan bayi yang tidak dilaporkan (Prawirohardjo, 2002).Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi baru Lahir sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan. Penyebab utama kematian ibu adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, dan gestosis. Angka kematian maternal dan perinatal yang tinggi juga disebabkan oleh dua hal penting yang memerlukan perhatian khusus yaitu terjadinya partus terlantar atau partus lama dan terlambatnya melakukan rujukan (Manuaba, 1998).Sebagian besar penyebab kematian dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan, seperti penggunaan partograf dalam persalinan yaitu alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap (Depkes RI, 2007).Dengan penerapan partograf diharapkan bahwa angka kematian maternal dan perinatal dapat diturunkan dengan bermakna sehingga mampu menunjang sistem kesehatan menuju tingkat kesejahteraan masyarakat.

1.2 Tujuan Penulisan1. Tujuan umumMengetahui tentang partograf, membuat keputusan klinik dan deteksi dini2. Tujuan khusus Mengetahui definisi partograf Mengetahui tujuan partograf Mengetahui manfaat partograf Mengetahui cara penggunaan partograf Mengaplikasikan dalam partograf Mengetahui deteksi dini pada ibu dan janin Mengetahui cara membuat keputusan klinik

1.3 Metode penulisanDalam penulisan makalah ini kami menggunakan metoda studi kepustakaan dan searching melalui internet untuk dijadikan referensi dan melengkapi materi.

BAB IIISI2.1 PARTOGRAFPartograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk : Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk : Mencatat kemajuan persalinan Mencatat kondisi ibu dan janinnya Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran Menggunakan informasi tercatat untuk identifikasi dini penyulit persalinan Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.Partograf harus digunakan : Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis. Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit. Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll ) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya ( Spesialis obstetri, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran ).Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.2.1.1 Pencatatan selama Fase Laten Kala Satu PersalinanKala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang diacu pada pembukaan serviks : Fase laten : pembukaan serviks kurang dari 4 cm Fase aktif : pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cmSelama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di KMS Ibu Hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatatkan.Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama , yaitu : Denyut jantung janin : setiap jam Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam Nadi : setiap jam Pembukaan serviks : setiap 4 jam Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jamJika ditemui gejala dan tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila pada diagnosis disebutkan adanya penyulit dalam persalinan. Jika frekuensi kontraksi berkurang dalam satu atau dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila tidak ada tanda-tanda kegawatdaruratan atau penyulit, ibu boleh pulang dengan instruksi untuk kembali jika kontraksinya menjadi teratur, intensitasnya makin kuat dan frekuensinya meningkat. Apabila asuhan persalinan di lakukan di rumah, penolong persalinan hanya boleh meninggalkan ibu setelah dipastikan bahwa ibu dan bayinya dalam kondisi baik. Pesankan pada ibu dan keluarganya untuk menghubungi kembali penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekuensi kontraksi. Rujuk ibu ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih dari 8 jam.2.1.2 Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan : PartografHalaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan, yaitu :Informasi tentang ibu :1. Nama, umur;2. Gravida, para, abortus;3. Nomor catatan medik/nomor puskesmas;4. Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat ibu );5. Waktu pecahnya selaput ketuban.

Kondisi janin :1. DJJ;2. Warna dan adanya air ketuban;3. Penyusupan ( molase ) kepala janin. Kemajuan persalinan:1. Pembukaan serviks2. Penurunan bagian terbawah atu presentasi janin3. Garis waspada dan garis bertindakJam dan waktu:1. Waktu mulainya fase aktif persalinan2. Waktu aktual saat persalinan atau penilaianKontraksi uterus:1. Kontraksi uterus dalam waktu 10 menit2. Lama kontraksi (dalam detik)Obat-obatan dan cairan yang diberikan:1. Oksitosin2. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikanKondisi ibu:1. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh2. Urine (volume, aseton dan protein)Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalm kolom yang tersedia disisi partograf atau dicatatan kemajuan persalinan).

2.1.3 Mencatat Temuan pada PartografA. Informasi tentang ibuLengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai: jam atau pukul pada partograf) dan kemungkin ibu datang dalam fase laten. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.B. Kondisi janinBagan atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan denyut jantung janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).1. Denyut jantung janinDengan menggunakan metode pemeriksaan fisik, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas partograf menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menu jukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan garis tegas dan bersambung (Gambar 1).Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada bila DJJ mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada ruang yang tersedia disalah satu dari kedua sisi partograf.

Deteksi DiniKegawatan janin ditunjukkan dari DJJ yang kurang dari 100 atau lebih dari 180 x/menit. Bila demikian :1. Baringkan ibu ke sisi kiri dan anjurkan ibu untuk relaksasi. Nilai kembali DJJ setelah 5 menit dari pemeriksaan sebelumnya.2. Jika DJJ tidak berubah maka diberikan Oksigen sebanyak 2 lt.3. Jika DJJ tidak mengalami perbaikan, maka siapkan ibu untuk segera dirujuk.

2. Warna dan adanya air ketubanNilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilkai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat penemuan-penemuan dalam kotak yang sesuai dibawah lajur DJJ ( Gambar 1). Gunakan lambang-lambang berikut : U : selaput ketuban masih utuh (belum pecah) J : selaput ketuban sudah pecah dan jernih M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah K : selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban tidak mengalir lagi (kering).

Catatan :Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin. Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin (denyut jantung jani kurang 180 kali per menit) maka ibu harus segera dirujuk.

Deteksi diniJika cairan ketuban disertai dengan darah dan tanda-tanda yang patologis, maka kemungkinan terjadi :1. Solusio Plasenta2. Placenta previaJika ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit mekonium disertai tanda-tanda gawat janin, Jika ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental dan ketuban pecah lebih dari 24 jam atau ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan ( usia kehamilan kurang dari 37 minggu ), kemungkinan Ketuban Pecah Dini dan perlu rujukan.Penanganan :1.Penanganan umum :a) Konfirmasi usia kehamilanb) Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT), untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau)c) Tentukan ada tidaknya infeksid) Tentukan tanda-tanda infeksie) Tentukan tanda-tanda inpartuf) Lakukan tes lakmus (tes nitrasin). Lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis)

2.Penanganan khusus :Rujuk ke rumah sakit

3. Penyusupan (Molase) Tulang Kepala JaninPenyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang kepala semakin menunjuksn resiko disproporsi kepala panggul (CPD). Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau disproporsi ditunjukan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih (mulase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi kepala-panggul maka penting untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan dugaan proporsi kepala-panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan rujukan.Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai (Gambar 1) dibawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dapat dengan mudah dipalpasi1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan2 : ulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat dipisahkan3 : tulang-tulang kepala janin salin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

Deteksi diniPenyusupan atau molase dapat dinilai dari pemeriksaan dalam, penunjuknya yaitu ubun-ubun kecil atau ubun-ubun besar atau fontanela magna dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir.Kemungkinanan :1. CPD2. Partus lama3. Tali pusat menumbungPengananan :1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukaan, 2. Segera merujuk ibu ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi sambil diberikan oksigen sebanyak 4-6 liter/ menit.Kemajuan PersalinanKolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan persalinan. Angka 0-10 yang tertera dikolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks (Gambar 1). Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan centimeter dan menepati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau perpindahan lajur satu kelajur yang lain menunjukan penambahan dilatasi serviks 1 cm. Pada lajur dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (menentukan penurunan janin). Setiap kotak segiempat atau kubus menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus dan frekuensi nadi ibu.1. Pembukaan serviksDengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksaan fisik, nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf pada setiap temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda X harus dicantumkan digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.Perhatikan : Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan serviks pada fase aktif persalinan yangt diperoleh dari hasil periksa dalam. Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan, temuan (pembukaan serviks) dari hasil periksa dalam harus dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang sesuai dengan bukaan servik (hasil periksa dalam) dan cantumkan tanda X pada ordinat atau titik silang garis dilatasi serviks dan garis waspada. Hubungkan tanda X dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus).Contoh : perhatikan contoh partograf untuk Ibu Rohati :Pada pukul 17.00, pembukaan serviks 5 cm dan ibu ada dalam fase aktif. Pembukaan serviks dicatat di garis waspada dan waktu pemeriksaan di tulis dibawahnya.

Contoh cara pengisian yang salah. Temuan pembukaan serviks tidak dicantumkan pada garis waspada tetapi pada angka yang tertera pada garis tepi kolom pembukaan.

Deteksi dini

Primigravida:Jika fase laten berkepanjangan ( pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam ).dan jika fase aktif berkepanjangan (pembukaan serviks < 10 cm setelah 6 jam)Multigravida: jika fase laten berkepanjangan (pembukaan serviks < 4 cm setelah 3-4 jam), dan fase aktif berkepanjangan (pembukaan serviks < 10 cm setelah 4-5 jam)Tanda partus lama: Pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (partograf) Pembukaan servik kurang dari 1 cm per jam Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik.Kemungkinan terjadinya :

Penanganan :1. Memberikan rehidrasi pada ibu2. Memberikan antibiotika 3. Rujuk segera

2. Penurunan bagian terbawah janinDengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian pemeriksaan fisik di bab ini. Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering (jika ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah pembukaan serviks mencapai 7 cm.Tulisan turunnya kepala. Dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda 0 yang ditulis pada garis waktu nyang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil pemeriksaan palpasi kepala diatas simpisis pubis adalah 4/5 maka dituliskan tanda 0 digaris angka 4. Hubungkan tanda 0 dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.Contoh : catatan penurunan kepala partograf untuk Ibu RohatiPada pukul 17.00 penurunan kepala 3/5Pada pukul 21.00 penurunan kepala 1/5

Deteksi diniJika inpartu kala satu fase aktif dengan kepala janin masih 5/5, kondisi ini patut diwaspadai sebagai kondisi yang tidak lazim karena pada kala I persalinan, kepala seharusnya sudah masuk ke dalam rongga panggul. Bila ternyata kepala memang tidak dapat turun, mungkin bagian terbawah janin ( kepala ) terlalu besar dibandingkan dengan diameter atas panggul. Mengingat bahwa hal ini patut di duga sebagai 1. Disproporsi Kepala Panggul ( CPD ) maka sebaiknya ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang mempunyai kemampuan untuk melakukan operasi SC sebagai antisipasi 2. apabila terjadi persalinan macet ( disproporsi). Penyulit lain: 3. Dari possisi kepala diatas pintu atas panggul adalah tali pusat membumbung yang disebabkan oleh pecahnya selaput ketuban yang disertai turunnya tali pusat.Penanganan :1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukaan, 2. Segera merujuk ibu ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi sambil diberikan oksigen sebanyak 4-6 liter/ menit.

3. Garis waspada dan garis bertindakGaris waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm /jam. Pencatatn selama fase aktif persalinan harus dimulai dari garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm /jam), maka harus dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya :fesa aktif yang memanjang. Serviks kaku, atau insersia uteri hipotonik, dll). Pertimbangankan perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya : persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yan memiliki kemampuan untuk menatalaksana penyulit atau gawatdarurat obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada disebelah kanan garis bertindak maka hal ini menunjukan perlu dilakukan tindakan untuk menyelesaikan persalinan.Sebaiknya, ibu harus sudah berada ditempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

Jam dan waktu1. Waktu mulainya fase aktif persalinanDibagian bawah partograf (pembukan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan.2. Waktu aktual saat pemeriksaan persalinanDibawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks, DJJ dibagian atas dan lajur kontraksi dan nadi ibu dibagian bawah. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan serviks digaris waspada. Kemudian catatan waktu aktual pemeriksaan ini dikotak eaktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil periksa dalam menunjukan pembukaan serviks adlah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda X digaris waspada yang sesuai dengan lajur angka 6 yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu aktual dikotak pada lajur waktu dibawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari kiri)Kontraksi uterusDibawah lajur partograf, terdapat lima kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit disebelah kolom luar paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontaksi dalam satuan detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dengan waktu 10 menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.Nyatakan lamanya kontraksi dengan:Beri titi-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detikBeri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detikIsi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik1

2

3

4

5

0123

Kontraksi setiap 10 menit

Dalam waktu 30 menit pertama terjadi dua kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 29 detik. Dalam waktu 30 menit kelima terjadi tiga kontraksi dalam waktu 10 menit dan lamanya menjadi 20-40 detik. Dalam waktu 30 menit ketujuh terjadi lima kontraksi dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik.Catat frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit dalam persalinan aktif.INGAT:1. Periksa frekuensi dan lama kontraksi uterus setiap jam selama fase laten dan setiap menit selama fase aktif.2. Nilai frekuensi dan lama kontraksi yang terjadi selama 10 menit observasi.3. Catat lamanya kontraksi menggunakan lambang yang sesuai:

< 20 detik 20-40 detik>40 detik4. Catat temuan-temuan dikotak yang sesuai dengan waktu penilaian.

Deteksi dini Kontraksi uterus dicatat setiap 30 menit dengan melakukan palpasi. Untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik. Kemajuan persalinan dikatakan cukup baik jika kontraksi teratur dan progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi. Tetapi jika kontraksinya tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten dapat menyebabkan persalinan lama.Kemungkinan:1. His Hipotonik2. His HipertonikPenanganan:1.His Hipotoika. Keadaan umum ibu diperbaiki. b. Ibu di siapkan untuk menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjad.c. Periksa keadaan serviks, persentasi dan posisi, penurunan kepala atau bokong bila sudah masuk PAP pasien disuruh jalan-jalan, bila his timbul adekuat dapat dilakukan perslaianan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan Secsio Caesarea.2. His Hipertonika. Dilakukan pengobatan simptomatis untuk tonus otot, nyeri dan mengurangi ketakutanb. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi.c. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan Sectio Caesarea.Obat-obatan dan cairan yang diberikanDibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk mencatat oksitosin, obat-obat lainnya dan cairan IV.1. OksitosinJika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cair IV dan dalam satuan tetesan permenit.2. Obat-obatan lain dn cairan IVCatat semua pemberian obat-obatan tambahan dan /atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.

Kondisi IbuBagian terbawah lajur dan kolom pada halaman depan partograf, terdapat kotak atau ruang untuk mencatat kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama persalinan.1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuhAngka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi dan tekanan darah ibu. Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik ( .) pada kolom waktu yang sesuai. Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit. Beri tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai: Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh pada kotak yang sesuai.

2. Volume urine, protein dan asetonUkur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu berkemih).cjika memeungkinkan, setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan asetonbdan protein dalam urin.

Asuhan, Pengamatan, dan keputusan klinik lainnyaCatat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Cantumkan juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.Asuhan, pengamatan, dana atau keputusan klinik mencakup : Jumlah cairan per oral yang diberikan Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya ( Obgin, bidan, dokter umum ) Persiapan sebelum melakukan rujukan Upaya, jenis dan lokasi fasilitas rujukanINGAT :1. Fase laten persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks kurang dari 4 cm. Biasanya fase laten berlangsung tidak lebih dari 8 jam.2. Dokumentasikan asuhan, pengamatan dan pemeriksaan selama fase laten persalinan pada catatan kemajuan persalinan yang dibuat secara terpisah atau pada kartu KMS3. Fase aktif persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm. Biasanya pembukaan serviks selama fase l aktif sedikitnya 1 cm/jam.4. Saat persalinan maju dari fase laten ke fase aktif catatkan hasil periksa ( pembukaan serviks ) pada garis waspada di partograf.5. Jika ibu datang pada saat fase aktif persalinan, langsung catatkan pembukaan serviks pada garis waspada.6. Pada persalinan tanpa penyulit, catatan pembukaan serviks umumnya tidak akan melewati garis waspada.7. 2.1.4 Pencatatan pada lembar belakang partografHalaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai Catatan Persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas ( terutama pada kala empat persalinan ) untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi sangat penting, terutama untuk membuat keputusan klinik ( misalnya, pencegahan perdarahan pada kala IV persalinan ). Selain itu catatan persalinan ( lengkap dan benar ) dapat digunakan untuk menilai/memantau sejauh mana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah dilakukan.

Catatan persalinan adalah terdiri dari unsur-unsur berikut : Data atau informasi umum Kala I Kala II Kala III Bayi baru lahir Kala IV.

2.1.5 Cara pengisian :Berbeda dengan pengisiaan halaman depan (harus segera diisi di setiap akhir pemeriksaan), pengisian di lembar belakang partograf baru dilengkapi setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang dicatatkan di halaman belakang partograf akan melliputi unsure-unsur berikut ini:1. Data DasarData dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat bersalin, alamat tempat persalinan, catatan dan alas an merujuk, tempat merujuk dan pendamping pada saat merujuk. Isikan data pad amasing-masing tt yan telah disediakan, atau dengan cara member tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5, lingkari jawaban yang sesuai dan untuk pertanyaan nomor 8 jawaban bias lebih dari satu.Data dasar yang perlu dipenuhi adalah sebagi berikut:1. Tanggal :2. Nama bidan:3. Tempat persalinan:( ) Rumah ibu ( ) puskesmas( )Polindes ( ) rumah sakit( )Klinik Swasta ( ) lainnya:4. Alamat tempat persalinan :5. Catatan : ( ) rujuk, kala: I/II/III/IV6. Alasan merujuk :7. Tempat rujukan :8. Pendamping pada saat merujuk :( ) Bidan( ) teman ( ) keluarga( ) Suami( ) dukun ( ) tidak ada9. Masalah dalam kehamilan/persalinan ini :( ) gawat darurat ( ) perdarahan ( ) HDK ( ) Infeksi ( ) PMTCT

2. Kala IKala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang tentang Partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalh lain yang timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanan tersebut. Untuk pertanyaan nomor 10, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lainnya hanya diisi jika terdapat masalah lainnya dalam cara dan hasil penatalaksanaannya.Pertanyaan pada kala I adalah sebagai berikut:10. Partograf melewati garis waspada: Y/T11. Masalah lain, sebutkan:..12. Penatalaksanaan masalah tsb:.13. Hasilnya:.

3. Kala IIKala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah lain, pentalaksanaan masalah dan hasilnya. Beri tanda pada kotak di samping jawaban ynag sesuai. Bila pertanyaan nomor 13, jawabannya Ya, tulis indikasinya. Untuk nomor 15 dan 16 jika jawabannya Ya,isi tindakan yang dilakukan. Khusus pada nomor 15, ditambahkan ruang baru untuk menekankan upaya deteksi dini terhadap gangguan kondisi kesehatan janin kala II dan harus dicatatkan apa hasil pemantauan tersebut (normal, gawat janin, atau tidak dapat dievaluasi). Bagian ini dapat menjadi pelengkap bagi informasi pada kotak Ya maupun Tidak untuk pertanyaan nomor 15. Jawaban untuk pertanyaan nomor 14, mungkin lebih dari 1. Untuk masalah lain pada nomor 17 harus dijelaskan jenis masalah yang terjadi.Pertanyaan-pertanyaan pada Kala II adalah sebagai berikut:14. Episiotomi :( ) Ya, indikasi.( ) Tidak15. Pendamping pada saat persalinan:( ) Suami ( ) dukun( ) Keluarga ( ) tidak ada( ) Teman16. Gawat janin:( ) Ya, tindakan yang dilakukan:a. .b. .c. .... ( ) Tidak ( )Pemantauan DJJ setiap 5-10 menit selama kala II, hasilnya:17. Distosia bahu( ) Ya, tindakan yang dilakukan:a. ..b. ..c. .( ) Tidak18. Masalah lain, Penatalaksanaan, masalah hasilnya :..

4. Kala IIIData untuk kala III terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, rangsangan pada fundus, kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25,26 dan 28, lingkari jawaban yang benar.19. Inisisasi Menyusu Dini( ) Ya( ) Tidak, alasannya :................................................................20. Lama kala III: menit21. Pemberian Oksitosin 10 U IM?( ) Ya( ) Tidak( ) Penjepit tali pusat..........menit setelah bayi lahir22. Pemberian ulang Oksitosin (2x)?( ) Ya, alasan :( ) Tidak23. Peregangan tali pusat terkendali ?( ) Ya( ) Tidak, alasan :..................................................................24. Masase fundus uteri?( ) Ya( ) Tidak, alasan:..25. Plasenta lahir lengkap (intact): ya/tidakJika tidak lengkap, tindakan yang dilakukan:a.b..26. Plasenta tidak lahir >30 menit: ya/tidak( ) Tidak( ) Ya, tindakan:a. ..b. ..c. ..27. Laserasi :( ) Ya, dimana............................( ) tidak28. Jika laserasi perineum, derajat:1/2/3/4Tindakan:( ) Penjahitan, dengan/tanpa anestesi( ) Tidak dijahit, alasan :..29. Atonia uteri:( ) Ya, tindakan:a. .b. .c. .( ) Tidak30. Jumlah perdarahan yang keluar :.ml31. Masalah dan Penatalaksanaan masalah tersebut:..Hasilnya:.

5. Kala IV Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperature, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting, terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau kesiapan penolong mengantisipasi kompilkasi perdarahan pascapersalinan. Bila timbul masalah selama kala IV, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut secara singkat dan lengkap pada kolom yang tersedia.Kala IV32. Kondisi ibu : KU :.............TD :.................mmHG Nadi :............x/mnt Nafas :...........x/mnt33. Masalah dan penatalaksanaan masalah ................................................................

Pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau ruang yang sesuai pada tabel pemantauan. Catatkan semua temuan selama kala empat persalinan di bagian ini:Jam keWaktuTekanan darahnadisuhuTinggi fundus uteriKontraksi uterusJumlah urinJumlah darah yang keluar

1

2

6. Bayi baru lahirInformasi yang perlu diperoleh dari bagin bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda pada kotak di samping jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang sesuai. Untuk nomor 38, jawabannya mungkin lebih dari satu. Informasi penting dari bayi bari lahir adalah sebagai berikut:34. Berat badangram35. Panjang.cm36. Jenis kelamin:L/P37. Penilaian bayi baru lahir:baik/ada penyulit38. Bayi lahir:( ) Normal, tindakan: ( ) Mengeringkan ( ) Menghangatkan ( ) Rangsangan taktil ( ) Selimuti bayi dan tempatkan di sisi ibu ( ) tindakan pencegahan infeksi mata ( salep mata Tetrasiklin ), pemberian vit. K1, dan imunisasi Hepatitis B ( ) Asfiksia ringan/pucat/biru/lemas, tindakan : ( ) Mengeringkan ( ) menghangatkan ( ) Rangsangan taktil ( ) Bebaskan jalan nafas ( ) Selimuti bayi dan tempatkan di sisi ibu ( ) Cacat bawaan, sebutkan :...................... ( ) Hipotermi, tindakan : ..............................39. Pemberian ASI( )Ya, waktu:..jam setelah bayi ( ) lahir( )Tidak, alasan:.40. Masalah lain, sebutkan:..Hasilnya : .................................................

2.2 PEMBUATAN KEPUTUSAN KLINIKMembuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti ( evidence-based ), keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien.Semua upaya diatas akan bermuara pada bagaimana kinerja dan perilaku yang diharapkan dari seorang pemberi asuhan dalam menjalankan tugas dan pengalaman ilmunya kepada pasien atau klien. Pengetahuan dan keterampilan saja ternyata tidak dapat menjamin asuhan atau pertolongan yang diberikan dapat memberikan hasil maksimal atau memenuhi standar kualitas pelayanan dan harapan pasien apabila tidak disertai dengan perilaku yang terpuji.Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :1. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan2. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasikan masalah3. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi / dihadapi4. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasii masalah5. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk solusi masalah6. Melaksanakan asuhan / intervensi terpilih7. Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi

2.2.1 Pengumpulan DataSemua pihak yang terlibat mempunyai peranan penting dalam setiap langkah untuk membuat keputusan klinik. Data utama ( misalnya, riwayat persalinan ), data subyektif yang diperoleh dari anamnesis ( misalnya, keluhan pasien ), dan data obyektif dari pemeriksaan fisik ( misalnya tekanan darah ) diperoleh melalui serangkaian upaya sistematik dan terfokus. Validitas dan akurasi data akan sangat membantu pemberi pelayanan untuk melakukan analisis dan pada akhirnya membuat keputusan yang tepat. Data subyektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakannya, apa yang sedang dan telah dialaminya. Data subyektif juga meliputi informasi tambahan yang diceritakan oleh anggota keluarga tentang status ibu, terutama jika ibu merasa sangat nyeri atau sangat sakit. Data obyektif adalah infomasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan/pengamatan terhadap ibu atau bayi baru lahir.Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara : Anamnesis dan observasi langsung : Berbicara dengan ibu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai kondisi dan mencatat riwayat kesehatan ibu. Termasuk juga mengamati perilaku ibu dan apakah ibu terlihat sehat atau sakit, merasa nyaman atau nyeri. fisik : inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium, USG, Rontgen, dsb. Catatan medik.

2.2.2 Interpretasi data untuk mendukung diagnosis atau identifikasi masalahSetelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis untuk mendukung alur algoritma diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu proses yang linier (berada pada suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung terus-menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secara terus menerus.Untuk membuat diagnosis dan identifikasi masalah, diperlukan : Data yang lengkap dan akurat Kemampuan untuk menginterpretasi/analisis data Pengetahuan esensial, intuisi dan pengalaman yang relevan dengan masalah yang ada.Diagnosis dibuat sesuai dengan istilah atau nomenklatur spesifik kebidanan yang mengacu pada data utama, analisis data subyektif dan obyektif yang diperoleh. Diagnosis menunjukan variasi kondisi yang berkisar antara normal dan patologik yang memerlukan upaya korektif untuk menyelesaikannya. Masalah dapat memiliki dimensi yang lebih luas dan mungkin berada diluar konteks sehingga keterkaitan atau batasannya menjadi tidak jelas untuk diagnosis yang akan dibuat sehingga sulit untuk segera diselesaikan. Masalah obstetrik merupakan bagian dari diagnosis sehingga selain upaya koretif dalam penatalaksanaan, juga diperlukan upaya penyerta untuk mengatasi masalah.Contoh :Diagnosis : G2P1A0, hamil 37 minggu, ketuban pecah dini 2 jamMasalah : kehamilan yang tidk diinginkan atau takut untuk menghadapi persalinan.

2.2.3 Menetapkan diagnosis kerja atau merumuskan masalahBagian ini dianalogikan dengan proses membuat diagnosis kerja setelah mengembangkan berbagai kemungkinan diagnosis lain ( diagnosis banding ). Rumusan masalah mungkin saja terkait langsung terhadap diagnosis tetapi dapat pula merupakan masalah utama yang saling terkait dengan beberapa masalah penyerta atau faktor lain yang berkontribusi dalam terjadinya masalah utama.Dalam pekerjaan sehari-hari, penolong persalinan telah mengetahui bahwa seorang pasien adalah primigravida dalam fase aktif persalinan ( diagnosis ). Selain dalam proses tersebut, sang ibu juga mengalami anemia ( masalah ) dimana hal ini belum jelas apakah akibat defisiensi zat besi ( nutrisi ) yang ini merupakan data tambahan untuk membuat diagnosis baru atau akibat budaya setempat ( faktor sosial yang kontributornya adalah rendahnya pendidikan ) yang melarang ibu hamil mengkonsumsi makanan bergizi. Dengan kata lain, walaupun sudah ditegakkan diagnosis kerja tetapi bukan berarti bahwa tidak ada masalah lain yang dapat menyertai atau mengganggu upaya pertolongan yang akan diberikan oleh seorang penolong persalinan.Contoh :Ibu hamil dengan hidramnion, bayi makrosomia, kehamilan ganda yang jelas secara diagnosis tetapi masih dibarengi dengan masalah lanjutan walaupun kasus utamanya diselesaikan. Bayi besar yang mungkin dapat dengan selamat dilahirkan oleh penolong persalinan harus tetap diwaspadai sebagai faktor yang potensial untuk menimbulkan masalah, misalnya : bayi tadi mengalami hipoglikemia karena makrosomia diakibatkan oleh ibu dengan melitus atau terjadi perdarahan pascapersalinan karena makrosomia adalah faktor predisiposisi untuk atonia uteri.

2.2.4 Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengahadapi masalahPetugas kesehatan di lini depan atau bidan di desa, tidak hanya diharapkan terampil membuat diagnosis bagi pasien atau klien yang dilayaninya tetapi juga harus mampu mendeteksi setiap situasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya. Untuk mengenali situasi tersebut, para bidan harus pandai membaca situasi klinik dan budaya masyarakat setempat sehingga mereka tanggap dalam mengenali kebutuhan terhadap tindakan segera sebagai langkah penyelamatan ibu dan bayinya apabila situasi gawatdarurat memang terjadi.Upaya ini dikenal sebagai kesiapan menghadapi persalinan dan tanggap terhadap komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam uraian-uraian berikutnya, petugas pelaksana persalinan akan terbiasa dengan istilah rencana rujukan yang harus selalu disiapkan dan didiskusikan diantara ibu, suami dan penolong persalinan.Contoh :Untuk menghadapi ibu hamil dengan preeklampsia berat dan tekanan darah yang cenderung selalu meningkat maka seorang bidan harus berkonsultasi dengan tenaga ahli di rumah sakit atau spesialis obstetri terdekat untuk menyiapkan tindakan/upaya yang dapat dilakukan bila sang ibu mulai menunjukkan gejala dan tanda gawatdarurat. Pada keadaan tertentu, mungkin sja seorang bidan harus menangani kasus distosia bahu tanpa bantuan siapapun. Apabila ia tidak pernah dilatih untuk mengatasi hal itu atau ia tidak mengetahui tanda-tanda distosia bahu maka ia tidak akan pernah tahu bahwa perlu disiapkan sesuatu ( pengetahuan, keterampilan, dan rujukan ) untuk mengatasi hal tersebut. Hal yang penting buruk dan mungkin saja terjadi adalah sang bayi tidak dapat dilahirkan dan kemudian meninggal dunia karena bidan tersebut berupaya melahirkan bayi tetapi ia tidak pernah tau bagaimana cara mengatasi hal tersebut.

2.2.5 Menyusun rencana asuhan atau intervensiRencana asuhan atau intervensi bagi ibu bersalin dikembangkan melalui kajian data yang telah diperoleh, identifikasi kebutuhan atau kesiapan asuhan dan intervensi, dan mengukur sumberdaya atau kemampuan yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk membuat ibu bersalin dapat ditangani secara baik dan melindunginya dari berbagai masalah atau penyulit potensial dapat mengganggu kualitas pelayanan, kenyamanan ibu ataupun mengancam keselamatan ibu dan bayi.Rencana asuhan harus dijelaskan dengan baik kepada ibu dan keluarganya agar mereka mengeti manfaat yang diharapkan dan bagaimana upaya penolong untuk menghindarkan ibu dan bayinya dari berbagai gangguan yang mungkin dapat mengancam keselamatan jiwa atau kualitas hidup mereka.Contoh :Rencana asuhan kala I : Denyut jantung janin : setiap jam Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap jam Nadi : setiap jam Pembukaan serviks : setiap 4 jam Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jamRencana asuhan pada kasus tali pusat menumbung : Pemberian oksigen 6L/menit Mengatur posisi ibu bersalin Menghubungi rumah sakit rujukan untuk tindakan lanjutan Stabilisasi kondisi ibu dan bayi Pemantauan DJJ

2.2.6 Melaksanakan asuhanSetelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut secara tepat waktu dan aman. Hal ini akan menghindarkan terjadinya penyulit dan memastikan bahwa ibu dan atau bayinya yang baru lahir akan menerima asuhan atau perawatan yang mereka butuhkan. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang beberapa intervensi yang dapat dijadikan pilihan untuk kondisi yang sesuai dengan apa yang sedang dihadapi sehingga mereka dapat membuat pilihan yang baik dan benar. Pada beberapa keadaan, penolong sering dihadapkan pada pilihan sulit karena ibu dan keluarga meminta penolong menentukan intervensi yang terbaik bagi mereka dan hal ini memerlukan upaya dan pengertian lebih agar ibu dan keluarga mengerti bahwa hal ini terkait dengan hak klien dan kewajiban petugas untuk memperoleh hasil terbaik.Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pilihan adalah : Bukti-bukti ilmiah Rasa percaya ibu terhadap penolong persalinan Pengalaman saudara atau kerabat penolong persalinan Tempat dan kelengkapan fasilitas kesehatan Biaya yang diperlukan Akses ketempat rujukan Luaran dari sistem dan sumberdaya yang ada

2.2.7 Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan atau intervensi solusiPenatalaksanaan yang telah dikerjakan kemudian dievaluasi untuk menilai efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan rencana kebutuhan saat itu. Proses pengumpulan data, membuat diagnosis, memilih intervensi, menilai kemampuan diri, melaksanakan asuhan atau intervensi dan evaluasi adalah proses sirkuler ( melingkar ). Lanjutkan evaluasi asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir. Jika pada saat evaluasi ditemukan bahwa status ibu atau bayi baru lahir telah berubah, sesuaikan asuhan yang diberikan untuk memenuhi perubahan kebutuhan tersebut.Asuhan atau inervensi dianggap membawa manfaat dan teruji efektif apabila masalah yang dihadapi dapat diselesaikan atau membawa dampak yang menguntungkan terhadap diagnosis yang telah ditegakkan. Apapun jenisnya, asuhan dan intervensi yang diberikan harus efisisen, efektif, dan dapat diaplikasikan pada kasus serupa di masa datang. Bila asuhan atau intervensi tidak membawa hasil atau dampak seperti yang diharapkan maka sebaiknya dilakukan kajian ulang dan penyusunan kembali rencana asuhan hingga pada akhirnya dapat memberi dampak seperti yang diharapkan. BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANPartograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan, alat bantu untuk membuat keputusan klinik , memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Membuat keputusan klinik merupakan proses yang menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien. Partograf dapat digunakan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam persalinan sehingga dapat sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Instrumen ini merupakan salah satu komponen dari pemantauan dan penatalaksanaan proses persalinan secara lengkap. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama , yaitu DJJ, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus, nadi, pembukaan serviks, penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah dan temperatur tubuh dan produksi urin, aseton dan protein.Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dicatat secara terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di KMS Ibu Hamil. Karena pada halaman depan partograf menginstruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan. Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir.

9

DAFTAR PUSTAKA Henderson, christine. 2006. Buku ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC JNPK-KR, 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO JNPK-KR, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JHPIEGO Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarata : Fitramaya Prawihardjo, sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : EGC Asrinah, Putri Sinta Siswoyo, Sulistyorini, Dewie; Ima Syamrotul; Sari, Dian Nirmala. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

KASUS INy. Ria, umur 35 tahun G1P0A0, tanggal 25 Februari 2011 jam 09.00 datang ke bidan, dengan ketuban sudah pecah jam 05.00. mules sejak tanggal 24 Februari 2011 jam 22.00.Pemeriksaan :Jam 09.00 :Tensi : 120/80 mmhgNadi : 82x/menitSuhu : 36,9 CKontraksi : 3 x 10 menit selama 40 detikPD :Pembukaan : 7 cmPenurunan kepala: station 0Pemeriksaan ketuban: jernihPenyusupan: tidak adaBJA: 148x / menit

Jam 09.30BJA: 150x/menitKontraksi: 4x10 menit selama 40 detikNadi: 82 x/ menit

Jam 10.00BJA:148x/menitKontraksi: 4x10 menit selama 40 detikNadi: 82x /menitJam 10.30BJA: 146 x/menitKontraksi: 4 x 10 menit selama 50 detikNadi: 82x/menitJam 11.00BJA: 150x/menitKontraksi: 5 x 10 menit selama 60 detikAir ketuban: jernihPD : Lengkap pembukaannyaPenurunan Kepala: station +2Nadi: 80x/menitPukul 11.30, seorang bayi laki-laki lahir, berat badan 3000 gram dan panjang badan 48 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak terjadi laserasi. Perkiraan kehilangan darah kurang lebih 150 ml. Kala IV11.35 : TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37, C, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik(keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam 50 cc. 11.50: TD 120/70, nadi 70, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik (keras), kandung kemih kosong, jumlah darah per vaginam 30 cc. 12.05: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc. 12.20: TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih kosong, darah per vaginam 30 cc. Temuan selama 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebagai berikut : 12.50: TD 110/70, nadi 80, suhu tubuh 37 0C, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, ibu Asanah berkemih dan pengeluaran urin 200 cc, perdarahan per vaginam 20 cc. 01.20: TD 120/80, nadi 80, tinggi fundus dua jari di bawah pusat, tonus uterus baik, kandung kemih Kosong, perdarahan pervaginam 20 cc.

KASUS 2Ny.ina (35 tahun) datang ke bidan Nur pada tanggal 27 Juni 2007 pukul 01.00 WIB. Ny.ina mengaku hamil yang ke 3, pernah melahirkan 1 kali dan pernah keguguran satu kali. Mengaku mules-mules yang semakin lama semakin sering sejak pukul 21.00 WIB dan mengaku belum keluar air-air. Kemudian bidan Nur melakukan pemeriksaan dalam dan didapatkan hasil pembukaan serviks 6 cm, penurunan kepala 3/5,portio tebal lunak,ketuban utuh dan tidak ada molase. Tanda-tanda vital : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 75x/menit, suhu: 36,8 C, respirasi 22x/menit, kontraksi uterus 3x1035 dan DJJ 137x/menit. Hasil observasi:Pukul 01.30 WIB, nadi : 78x/menit, kontraksi uterus 3x1042, DJJ :140x/menit dan ketuban masih utuh,serta ibu minum air putih kurang lebih 80ccPukul 02.00 WIB, nadi 78x/menit,kontraksi uterus 4x1042, DJJ: 140x/menit dan ketuban pecah spontan,warna jernih Pukul 02.30 WIB, nadi 80x/menit,kontraksi uterus 4x1045, DJJ: 140x/menit dan ketuban jernih.Pukul 03.00 WIB, nadi 80x/menit,kontraksi uterus 5x1042, DJJ: 143x/menit dan ketuban jernih serta ibu buang air kecil sebanyak kurang lebih 100cc.Pukul 03.30 WIB, nadi 82x/menit,kontraksi uterus 5x1045, DJJ: 145/menit dan ketuban jernih.Pukul 04.00 WIB, Ny.Ina mengeluh mules yang bertambah kuat ,merasa ingin mengedan dan terlihat lendir bercampur darah dari jalan lahir . BIdan Nur melakukan pemeriksaan dalam dan pembukaan serviks sudah lengkap (10cm), penurunan kepala station +1, portio sudah tidak teraba, ketuban jernih dan tidak ada molase. Nadi 82x/menit, kontraksi uterus 5x1045, DJJ:143x/menit dan ibu minum air putih kurang lebih 120cc.setelah ada tanda-tanda doran teknus perjol vulka, bidan Nur melakukan pimpinan persalinan.Pukul 04.20 WIB, bayi Ny.Ina lahir spontan dengan jenis kelamin perempuan, BB:3300gram, PB: 48cm, dan langsung dilakukan IMD. Tidak dilakukan episiotomy, tidak ada gawat janin dan tidak ada masalah saat persalinan kala IIPukul 04.30 WIB, plasenta lahir spontan dan lengkap dan terdapat laserasi di otot vagina dan perineum serta dilakukan penjahitan dengan anastesi,perdarahan kurang lebih 250ccPukul 04.40 WIB, Ny.Nur sudah rapih dan dianjurkan makan, minum dan beristirahat sambil menyusui bayinya.Pukul 04.45 WIB, bidan Nur melakukan pemantauan kala IV, TD: 120/80mmHg, Nadi:85x/menit,suhu:37,2C, TFU:1 jari dibawah pusat,kontraksi uterus baik,kandung kemih kosong dan perdarahan pembalut. Selama 2 jam pemantauan kala IV tidak ada masalah dan penyulit, dilakukan pemantauan pada 15 menit pertama kala empat dan ditemukan :04.45 WIB: TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30 cc.05.00 WIB.TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30 cc.05.15 WIBTD : 110/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37 C, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30 cc.05.30 WIBTD : 110/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37 C, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 30 cc.

Selama dua jam kala empat persalinan, bidan Nur menilai ibu setiap 30 menit , hasilnya ditemukan 06.00 WIB : TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi fundus 2 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 20 cc, ibu berkemih dan produksi urin 250ml.06.30 WIB:TD : 120/70mmHg, nadi:80x/menit, suhu:37,2C, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat,tonus uterus baik (keras),kandung kemih kosong,perdarahan pervaginam 20 cc.

KASUS 3Ibu nani, G1P0A0 27 tahun dating ke bidan diantarkan oleh keluarganya untuk mendapatkan asuhan dari bidan rani di RT 02/RW 04, kelurahan bojong picung kec. Cilaku, cianjur selatan pada tanggal 02 maret 2011 pukul 14.00 WIB. Ibu nani mengeluh pada bidan bahwa ia sudah merasakan mulas sejak pukul 06.00 WIB dan keluar lendir bercampur darah. Bidan rani melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama dan ia menyimpulkan:Kehamilan cukup bulan, presentasi belakang kepala (verteks), presentasi kepala dengan penurunan 1/5, kontraksi uterus 3x dalam 10 menit, setiap kontraksi berlangsung 20-40 detik, dan DJJ 120 x/menit.Pembukaan serviks 8 cm, tidak ada penyusupan dan selaput ketuban utuhTekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit. Suhu 36,7oCIbu berkemih 200 ml sebelum dilakukan pemeriksaan dalam, hasil pemeriksaan urine tidak mendeteksi adanya protein dan aseton dalam urine.1.Berdasarkan data pukul 14.00, bidan rani membuat diagnosis: primigravida, hamil cukup bulan, inpartu dalam fase aktif, bayi hidup dengan DJJ normal, pembukaan serviks 8 cm, 3 kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi antara 20-40 detik. Bidan rani menentramkan hati ibu nani dan menganjurkannya untuk mengkonsumsi cukup cairan agar energi untuk mengedan kuat.2.Bidan rani menuliskan tanggal, waktu, semua temuan dan asuhannya yang diberikan pada catatan kemajuan persalinan. Bidan rani melanjutkan pemantauan DJJ, nadi dan kontraksi uterus setiap jam. DJJ, nadi dan kontraksi tetap normal. Bidan rani mengukur jumlah produksi urine ibu nani setiap kali ia berkemih. Semua temuan dan hasil pemeriksaan dicatatkan dalam lembar kemajuan persalinan. Bidan rani juga terus memberikan dukungan dan semangat untuk ibu nani dalam menjalani persalinan dan mempersiapkan kelahiran bayinya.Pada situasi ini bidan rani mendapatkan kasus ibu dalam fase aktif dan bidan rani mulai mencatatkan temuannya pada partograf. Pembukaan serviks dicantumkan pada garis waspada dan semua temuan lainnya di garis waktu yang sesuai. Bidan rani mulai menilai DJJ, kontraksi uterus dan nadi setiap 30 menit serta suhu tubuh setiap 2 jam. Semua dicatat di partograf dengan tepat.Pukul 14.00, DJJ 145 x/menit, kontraksi 4 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi 89 x/menitPukul 14.30, DJJ 145 x/menit, kontraksi 4 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi 88 x/menitPukul 15.00, DJJ 143 x/menit, kontraksi 5 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi 90 x/menit, suhu 36,65oC, urine 160 ccPukul 15.30, DJJ 140 x/menit, kontraksi 5 x dalam 10 menit selama 40 detik, nadi 87 x/menitsuhu 36,7oC, urine 90 cc3.Pada pukul 16.00, bidan rani melakukan pemeriksaan abdomen dan dalam. Hasilnya: DJJ 136 x/menit, 5 kontraksi dalam 10 menit, lamanya lebih dari 45 detik, penurunan kepala 1/5, pembukaan serviks 10 cm, tidak ada penyusupan kepala janin, selaput ketuban pecah sebelum pemeriksaan (pukul 15.45), dan cairan ketuban jernih. Tekanan darah 120/90 mmHg, temperatur tubuh 37oC, dan nadi 80 x/menit. 4.Pukul 16.30, seorang bayi laki-laki lahir, berat badan 3600 gram dan panjang 51 cm, bayi menangis spontan. Dilakukan penatalaksanaan aktif kala tiga dan plasenta lahir 5 menit setelah bayi lahir. Tidak dilakukan episiotomi dan tidak dilakukan laserasi. Perkiraan kekurangan darah kurang lebih 100 ml.5.Selama 15 menit pertama kala IV ( sampai pukul 16. 45) dan 15 menit berikutnya pada jam pertama setelah plasenta lahir, catatan bidan rani menunjukan semuanya berjalan normal (catatan kala IV)16.50 : TD 120/70, nadi 86, suhu 37,20C, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat, tonus uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih dalam batas normal17.05 : TD 120/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat, tonus uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih dalam batas normal17.20 : TD 110/70, nadi 86, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat, tonus uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih dalam batas normal17.35 : TD 110/70, nadi 80, tinggi fundus 3 jari dibawah pusat, tonus uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, jumlah darah pervaginam masih dalam batas normal6.Temuannya 1 jam kedua (setiap 30 menit) kala empat sebai berikut :18.05 : TD 110/80, nadi 80, suhu 37,20C, tinggi fundus 2 jari dibawah pusat, tonus uterus baik atau keras, pengeluaran kandung kemih 250 cc , sedikit darah pervaginam dan masih dalam batas normal18.35 : TD 110/80, nadi 80, tinggi fundus 2 jari dibawah pusat, tonus uterus baik atau keras, kandung kemih kosong, sedikit darah pervaginam dan masih dalam batas normal.