partai kebangkitan bangsa (pkb) dalam menjawab …

12
Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 61 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam ISSN : 2621-0312 e-ISSN : 2657-1560 Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 Doi : 10.21043./politea.v3i1.7086 http : //journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia : Studi Kasus Papua Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus [email protected], [email protected] Abstract Partai kebangkitan Bangsa (PKB) is one of the Islamic parties which has a fairly large mass in Indonesia. Its existence in Indonesia is very important to unite the multicultural nation of Indonesia. During Gus Dur's leadership, PKB opened many discourses on the issue of multiculturalism so that many people made PKB a role model in multicultural life. The method used in this study is a qualitative research method using literature study sources in the form of books, websites, articles and newspapers. One case that shows the attitude of PKB is multicultural is the Papua Conflict case. Recent cases have become very important issues for the sustainability of politics and governance in Indonesia. PKB gave a statement in overcoming this conflict, that the Indonesian government immediately resolve the issue. Multicultural open policy has become part of PKB in the political arena in Indonesia. In this article, we will discuss how PKB attitudes in political life in Indonesia, especially regarding attitudes in conflict in Papua.. Keyword: PKB, Papua conflict, multicultural Abstrak Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah salah satu partai Islam yang memiliki massa cukup besar di Indonesia. Keberadaannya di Indonesia sangat penting untuk menyatukan multikultural bangsa Indonesia. Selama kepemimpinan Gus Dur, PKB membuka banyak wacana tentang isu multikulturalisme sehingga banyak orang menjadikan PKB sebagai panutan dalam kehidupan multikultural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan sumber studi literatur baik berupa buku, website, atikel maupun surat kabar. Satu kasus yang menunjukkan sikap PKB bersifat multikultural adalah kasus Konflik Papua. Kasus yang terjadi belakangan ini telah menjadi isu yang sangat penting bagi keberlanjutan politik dan pemerintahan di Indonesia. PKB memberikan pernyataan dalam mengatasi konflik ini, bahwa pemerintah Indonesia segera menyelesaikan masalah tersebut. Kebijakan terbuka multikultural telah menjadi bagian dari PKB di arena politik di Indonesia. Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana sikap PKB dalam kehidupan politik di Indonesia, terutama mengenai sikap dalam konflik di Papua. Kata kunci: PKB, konflik Papua, multikultural

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia: Studi Kasus Papua

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 61

Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam ISSN : 2621-0312

e-ISSN : 2657-1560 Vol. 3 No. 1 Tahun 2020

Doi : 10.21043./politea.v3i1.7086

http : //journal.iainkudus.ac.id/index.php/politea

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan

Multikultural di Indonesia : Studi Kasus Papua

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus

[email protected], [email protected]

Abstract

Partai kebangkitan Bangsa (PKB) is one of the Islamic parties which has a fairly large mass in Indonesia. Its

existence in Indonesia is very important to unite the multicultural nation of Indonesia. During Gus Dur's

leadership, PKB opened many discourses on the issue of multiculturalism so that many people made PKB a role

model in multicultural life. The method used in this study is a qualitative research method using literature study

sources in the form of books, websites, articles and newspapers. One case that shows the attitude of PKB is

multicultural is the Papua Conflict case. Recent cases have become very important issues for the sustainability of

politics and governance in Indonesia. PKB gave a statement in overcoming this conflict, that the Indonesian

government immediately resolve the issue. Multicultural open policy has become part of PKB in the political

arena in Indonesia. In this article, we will discuss how PKB attitudes in political life in Indonesia, especially

regarding attitudes in conflict in Papua..

Keyword: PKB, Papua conflict, multicultural

Abstrak

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah salah satu partai Islam yang memiliki massa cukup besar di Indonesia.

Keberadaannya di Indonesia sangat penting untuk menyatukan multikultural bangsa Indonesia. Selama

kepemimpinan Gus Dur, PKB membuka banyak wacana tentang isu multikulturalisme sehingga banyak orang

menjadikan PKB sebagai panutan dalam kehidupan multikultural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan sumber studi literatur baik berupa buku, website, atikel

maupun surat kabar. Satu kasus yang menunjukkan sikap PKB bersifat multikultural adalah kasus Konflik Papua.

Kasus yang terjadi belakangan ini telah menjadi isu yang sangat penting bagi keberlanjutan politik dan

pemerintahan di Indonesia. PKB memberikan pernyataan dalam mengatasi konflik ini, bahwa pemerintah

Indonesia segera menyelesaikan masalah tersebut. Kebijakan terbuka multikultural telah menjadi bagian dari PKB

di arena politik di Indonesia. Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana sikap PKB dalam kehidupan politik

di Indonesia, terutama mengenai sikap dalam konflik di Papua.

Kata kunci: PKB, konflik Papua, multikultural

Page 2: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin

62 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

Pendahuluan

Partai Politik sangat penting bagi kehidupan demokrasi di Indonesia karena punya peran

strategis baik dalam penguatan kultural di masyarakat namun juga secara struktural pada

pelaksanaan seleksi kepemimpinan nasional. Partai politik memiliki posisi sebagai aspirator bagi

masyarakat dengan Negara sehingga kedudukan dan peranannya sangat penting dalam kehidupan

politik, terutama dalam konteks nation state di Indonesia. Proses penguatan nation state sangat

membutuhkan peran serta dari partai politik karena Indonesia merupakan negara yang multikultural

sehingga dibutuhkan toleransi dalam masyarakat majemuk secara etnis, suku, agama, dan

golongan.

Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, peran umat Islam dalam memajukan

demokrasi di Indonesia sangat besar. Berbeda dengan praktik di negara-negara lain, masyarakat

Muslim Indonesia tidak mengedepankan basis agama Islam sebagai identitas partai politik. Mereka

justru banyak berperan di partai-partai politik yang berbasis nasional. Terbukti dalam sejumlah

Pemilu yang diselenggarakan Indonesia, baik untuk anggota parlemen, Kepala Daerah, maupun

Presiden, partai-partai pemenang terbesar adalah partai yang berbasis nasional. Di partai-partai

tersebut masyarakat muslim Indonesia memiliki pengaruh besar namun tetap mengedepakankan

prinsip Pancasila yang mengakomodir aspirasi seluruh bangsa termasuk dari kelompok-kelompok

non Muslim.

Sejak pemilu pertama tahun 1955, patai politik yang berperan serta berasal dari berbagai

agama maupun golongan. Partai politik Islam pun bermunculan sejak saat itu, seperti: Masyumi,

NU, PSII, Perti, PPTI, dan AKUI. Kemunculan partai Islam betujuan sebagai sarana aspirasi

masyarakat Islam, walaupun hasilnya kurang maksimal merepresentasikan mayoritas umat Islam di

Indonesia pada saat itu (Utaria, 2008, p. 33). Semenjak Pemilu tahun 1971 pada masa orde baru

terjadi fusi dari banyak partai mengerucut menjadi tiga partai. Empat partai Islam yang ada saat itu,

Permusi, PSII, Nahdatul Ulama, dan Partai Islam menjadi satu dalam Partai Persatuan

Pembangunan (PPP). Sedangkan partai berideologi nasional serta partai dari agama selain Islam

menjadi satu dalam Partai Demokrasi Indonesia. Hal ini berlangsung sampai berakhirnya era orde

baru.

Pasca reformasi di Indonesia, pelaksanaan demokrasi berkembang sangat pesat. Selama

orde baru hanya tiga partai saja yang diperbolehkan yaitu: PPP, Golkar, dan PDI, namun setelah

reformasi PPP sebagai basis partai politik Islam kemudian terpecah menjadi beberapa partai islam.

Semenjak Pemilu 1999, partai politik Islam telah menjadi bagian dari kehidupan politik di

Indonesia yaitu melalui keikutsertaan dalam Pemilu yaitu tahun 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019.

Muncul partai politik Islam yang berjumlah 20 mengikuti Pemilu 1999 dari 48 Partai Politik yang

ada. Semenjak itu, pemilu selalui diwarnai partisipasi parpol Islam. Mulai Pemilu 2004 jumlahnya

telah stabil antara lain yaitu: Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Amanat Nasional (PAN),

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan & Sejahtera (PKS), serta Partai Bulan Bintang

(PBB). Sampai pemilu 2019, ke enam parpol islam tersebut masih mewarnai kehudupan politik dan

demokrasi di Indonesia.

Page 3: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia: Studi Kasus Papua

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 63

Tabel perbandingan peserta pemilu dengan parpol Islam peserta Pemilu (Kompas.com,

2018)

Pemilu Jumlah peserta Partai islam

1999 48 20

2004 24 7

2009 38 6

2014 12 5

2019 16 5

Pembahasan

Masyarakat Multikultural

Masyarakat Multikultural secara umum diartikan sebagai masyarakat yang berada dalam

kondisi saling menerima atas realitas kondisi keragaman baik suku, agama, ras, dan budaya yang

sama hak dan derajatnya. Menurut Lawrence Blum, Multikultural merupakan keyakinan yan

dimiliki yang berbentuk ideologi dalam hal penerimaan perbedaan baik agama, etnis, politik,,

maupun perbedaan lainnya baik dilakukan secara individu mau pun dilakukan dalam kelompok.

Sebagai Negara multikultural dengan ribuan suku yang dimiliki, bermacam agama, ras, serta

antargolongan membuat Indonesia memiliki potensi muncul konflik yang sangat besar. Tantangan

konflik multikultural di Indonesia bisa muncul dalam setiap aspek perbedaan dalam memandang

kehidupan. Potensi menimbulkan konflik, bisa berasal dari perbedaan suku, agama, maupun ras,

ataupun antar golongan. Peristiwa 1998 merupakan salah satu contoh dari konflik yang muncul

dimana faktor ras menjadi pemicu utama dalam peristiwa tersebut. Begitu juga dengan konflik

agama Islam dengan agama Kristen di Ambon tahun 1999 yang mengakibatkan porak porandanya

kota Ambon dan menyebabkan warga muslim mengungsi. Konflik yang lain contohnya adalah

konflik di Aceh, dengan penyebab Gerakan Aceh Merdeka yang ingin keluar dari Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Belakangan ini, konflik yang mencuat sebagian dikarenakan karena perbedaan pandangan

mengenai agama. Kasus penistaan agama oleh Ahok pada Pilkada 2017 di Jakarta merupakan salah

satu contoh, kemudian semakin meruncingnya perbedaan pandangan antar kelompok Islam yang

kemudian menjuluki kelompok umat dan non umat pada Pemilu 2019. Menurut Amin Abdullah,

Perbedaan pandangan masyarakat Indonesia mengenai agama dikarenakan perbedaan penafsiran

terhadap kitab suci, sedangkan pada pelaksanaannya dalam kehidupan masyarakat tidak ada tafsir

tunggal yang dijadikan pedoman (Yaqin, 2005, p. xiv).

Perbedaan bisa terjadi karena banyak faktor seperti budaya, ekonomi, politik, pendidikan,

atau tingkat peradaban. Interpretasi yang berbeda meninmbulkan konflik ketika merasa pihaknya

lah yang paling benar dalam penafsiran sedangkan pihak lain adalah salah, sehingga memunculkan

stempel bid’ah, kafir, serta murtad. Menurut Abu Ishaq asy Syatibi bahwa akar akar terjadinya

bid’ah serta perpecahan umat dikarenakan kesombongan dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki

Page 4: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin

64 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

oleh sekelompok masyarakat yang akhirnya membawa ke perpecahan serta perselisihan (Syihab,

1997, p. 256). Hal ini kemudian akan memunculkan klaim kelompok yang merasa beragama paling

benar, hal ini dikarenakan adanya kelompok yang keyakinannya dikategorikan radikal terhadap teks

agama (Sumbullah, 2010, p. 13). Selanjutnya kelompok kelompok tersebuat akan menjadikan

penilaian hanya ada dua sisi saja, yaitu baik buruk, benar salah, Islam kafir, surga neraka. Hal ini

tidak sesuai dengan budaya multikultural yang ada di Indonesia saat ini.

Pada 14th

Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) tahun 2014, dibahas

mengenai tantangan multikultural. Sejak zaman rasulullah konflik multicultural telah terjadi dan

pada masa tersebu disepakati perjanjian yang disebut Piagam Madinah. Perjanjian tersebut berisi

47 pasal dimana 23 pasal membahas mengenai hubungan umat Islam antara kaum anshar dan

muhajirin sedangkan 24 pasal yang lain membicarakan tentang umat Islam dengan umat lainnya.

Menurut Abdullah A’la, Rektor UIN Sunan Ampel Negara Indonesia bisa mengadopsi nilai nilai

yang ada pada Piagam Madinah untuk dilaksanakan di Indonesia dalam mengatasi potensi konflik

multicultural yang timbul bisa melalui organisasi NU dan Muhammadiyah (“Menjawab Tantangan

Multukulturalisme di Indonesia,” 2014).

Menurut Ramlan Surbakti, partai politik berperan sebagai komunikator politik yang

bertugas untuk menyampaikan informasi dari masyarakat kepada pemerintah ataupun sebaliknya

dari pemerintah pada masyarakat dengan mengolah informasi dengan baik sehingga penerima

informasi dapat memahami (Surbakti, 1992, p. 120). Partai politik punya andil yang sangat besar

sebagai sarana komunikasi baik dari pemerintah maupun masyarakat sehingga punya peran yang

besar dalam kehidupan politik di Indonesia. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang cultural ini

partai politik berada di garda terdepan dalam menjaga budaya multikultural di Indonesia.

Partai politik punya tanggung jawab dalam menumbuhkan nasionalisme masyarakat

Indonesia pada budaya demokrasi di Indonesia. Partai politik Islam khususnya, harus berperan serta

dalam penguatan toleransi sebagai kunci untuk menjaga multikultural yang ada di Indonesia.

Potensi konflik yang bersumber agama sangat besar potensinya, terutama di negara Indonesia,

sehingga agama Islam memposisikan diri sebagai mediasi untuk meredam potensi konflik yang

begitu sangat tinggi (Azizah & Azhar, 2015, p. 81). Partai Islam memiliki kewajiban untuk

menjaga toleransi di tengah masyarakat yang multicultural sehingga bisa melawan radikalisme dan

intoleransi yang berkembang di Indonesia. Dalam hubungan antara negara dengan agama, agama

berada pada posisi yang penting dalam pembentukan etika moral dalam kehidupan bernegara

bertujuan agar bangsa ini memiliki landasan filosofis yang jelas tentang etika-moral Partai Islam

sebagai basis bagi penguatan masyarakat yang majemuk sehingga dalam masyarakat yang

multicultural ini partai islam berperan penting bagi toleransi keberagaman bagi penguatan

nasionalisme.

PKB dan Tantangan dalam Multikultural

Berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto menjadi titik balik demokrasi di Indonesia yaitu dengan

munculnya berbagai Partai Politik yang ada di Indonesia, salah satunya yaitu Partai Kebangkitan

Bangsa (PKB). Berdirinya PKB karena adanya usulan dari warga nahdliyin pada organisasi

Nahdlatul Ulama untuk mendirikan partai politik yang bisa menampung aspirasi kaum nahdliyin.

Page 5: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia: Studi Kasus Papua

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 65

Akhirnya, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berdiri pada tanggal 23 Juli tahun 1998, sebagai

aspirasi dari warga Nahdatul Ulama. PKB didirikan dengan landasan yang bersifat kejuangan,

terbuka, kebangsaan dan demokratis. Sejak awal berdiri, PKB mengusung nilai demokratis dan

menjunjung tinggi nasionalisme serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengurus Besar NU

menetapkan bahwa NU bukanlah partai politik dan tidak akan mendirikan partai politik, tetap

dipertahankan sebagai jam’iyyah diniyah ijtimaiyah (Mayrudin & Akbar, 2019, p. 174). Namun

demikian, PB NU tidak melarang warga Nahdhiyin jika akan mendirikan partai politik. PKB tidak

hanya menjadi wadah aspirasi bagi nahdliyin tapi juga terbuka bagi masyarakat Indonesia secara

umum. Deklarasi pembentukan PKB dilakukan di kediaman Ketua PB NU Gus Dur, pada saat itu

Matori Abdul Jalil terpilih menjadi ketua umum PKB pertama.

PKB menjunjung tinggi multikultural di Indonesia, oleh karena itu partai ini berpijak pada

Pancasila dalam setiap usahanya. Pancasila dilaksanakan dengan seiring dengan dijiwai sikap

mengembangkan hubungan persaudaraan, yaitu ikatan keagamaan (ukhuwah diniyah), ikatan

kebangsaan (ukhuwah wathoniyah), serta ikatan kemanusiaan (ukhuwah insanyah). PKB juga

bercirikan humanisme religious (insaniyah diniyah) peduli dengan nilai kemanusiaan yang agamis,

wawasan kebangsaan. Corak perjuangannya santun dan akhlakul karimah dengan melestarikan

tradisi yang baik serta mempelajari tradisi baru yang yang baik pula. PKB merupakan partai yang

terbuka bagi seluruh suku , agama, ras , dan antar golongan yang dituangkan dalam manifestasi

berupa visi, misi, bentuk perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan.

PKB mempromosikan islam nusantara sebagai solusi dalam mengatasi berbagai konflik

yang terjadi di Indonesia serta banyak tragedi kemanusiaan yang terjadi atas nama agama. PKB

menyatakan sikap mendukung penuh multikulturalisme di Indonesia, hal ini sesuai dengan hasil

Muktamar V PKB di Bali 20-21 Agustus 2019, yang menghasilkan “Deklarasi Bali” mengenai

Sembilan sikap PKB (“Muktamar PKB Hasilkan Deklarasi Bali Dukung Islam Nusantara,” 2019),

yaitu: 1) PKB mengawal dan memperkokoh Pancasila , Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945

dalam komitmen berbangsa dan bernegara dalam hal ini PKB ikut mengawal agar tidak ada lagi

ideologi yang ingin merubah Pancasila di Indonesia. 2) mendorong dan mempromoskan islam

nusantara dalam kehidupan sebagai solusi konflik dan tragedi kemanusiaan atas nama agama. 3)

Para wakil potitiknya Mengabdi dan totalitas bekerja untuk melayani serta memfaslitasi dan

membela yang lemah. 4)Akan menuntaskan kaderisasi politik di semua laisan masyarakat untuk

memastikan terjadinya estafet dan regenerasi kepemimpinan politik. 5) akan melanjutkan dan akan

mempekuat khidmat kepada warga NU khususnya dibidang pendidikan dan pembangunan sumber

daya manusia, ekonomi mikro kecil dan menengah serta agama dan keberagaman.

6)mengembangkan sumber daya manusia yang unggul dan menggerakkan inovasi di kalangan kaum

muda generasi milenial. 7) mengembangkan demokrasi inklusif, dimana PKB mentrasformasikan

demokrasi inklusif dimana semua orang mendapatkan kesempatan yang sama. 8) penegakan

kedaulatan desa dengan cara mengawal dan memperkua desa sebagai pilar kebudayaan bangsa dan

perekonomian nasional. 9) politik hijau, meneguhkan PKB dengan mempromosikan politik yang

berperspektif lingkungan sebagai prasyarat pembangunan berkelanjutan.

Visi yang dimiliki PKB antara lain (“Visi Misi PKB,” n.d.): 1) Mewujudkan cita-cita

kemerdekaan Republik Indonesia seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945; 2) Mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara lahir dan batin, material dan

spiritual; 3)Mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, terbuka, bersih dan berakhlakul

Page 6: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin

66 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

karimah. Dari visi dapat dilihat bahwa parpol ini memiliki memiliki komitmen yang tinggi dalam

menjaga keutuhan NKRI. Walaupun parpol Islam, namun ingin membangun masyarakat adil

makmur baik materiil maupun spiritual dimana tidak mengkhususkan umat muslim namun seluruh

bangsa dan masyarakat Indonesia.

Sedangkan misi PKB (“Visi Misi PKB,” n.d.), yaitu: 1) Bidang Ekonomi: menegakkan dan

mengembangkan kehidupan ekonomi kerakyatan yang adil dan demokratis; 2) Bidang

Hukum: berusaha menegakkan dan mengembangkan negara hukum yang beradab, mampu

mengayomi seluruh rakyat, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, dan berkeadilan sosial;

3)Bidang Sosial Budaya: berusaha membangun budaya yang maju dan modern dengan tetap

memelihara jatidiri bangsa yang baik demi meningkatkan harkat dan martabat bangsa; 4) Bidang

Pendidikan: berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berakhlak mulia, mandiri,

terampil, profesional dan kritis terhadap lingkungan sosial di sekitarnya, mengusahakan

terwujudnya sistem pendidikan nasional yang berorientasi kerakyatan, murah dan

berkesinambungan; 5) Bidang Pertahanan: membangun kesadaran setiap warga negara terhadap

kewajiban untuk turut serta dalam usaha pertahanan negara; mendorong terwujudnya swabela

masyarakat terhadap perlakuan-perlakuan yang menimbulkan rasa tidak aman, baik yang datang

dari pribadi-pribadi maupun institusi tertentu dalam masyarakat.

Penanganan Kasus Papua Era Gus Dur

Presiden Abdurrahman Wahid salah satu presiden yang memilki banyak inisiatif dalam

berupaya menyelesaikan konflik yang terjadi di Papua. Dua bulan sejak pelantikannya sebagai

presiden, Gus Dur langsung member perhatian pada daerah Irian Jaya dengan tujuan untuk

melakukan dialog dengan berbagai macam elemen di Papua serta ntuk melihat matahari terbit pada

tahun nilenium yaitu 1 Januari tahun 2000. Para perwakilan masyaraka Irian Jaya saat iu banyak

yang mengutarakan kekecewaan dan ketidakpercayaan kepada pemerintah RI. Solusi yang

diberikan oleh Gus Dur adalah dengan mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua. Irian Jaya

dikembalikan menjadi nama Papua pada 30 Desember 1999 oleh Gus Dur yang menjabat presiden

Indonesia keempat saat itu. Acara tersebut digelar di Jayapura dengan mengundang perwakilan

elemen masyarakat Papua.

Pada 6 Oktober 2000 telah terjadi Tragedi Wamena dimana terjadi kekerasan terstruktur

yang terjadi akibat pengibaran bendera bintang kejora (identitas simbolis Negara Melanesia) yg

dianggap sebagai bentuk perjuangan Papua merdeka. Kekerasan ini dilakukan oleh aparat keamanan

terhadap para pihak pengibar bendera. Dampak yang terjadi selanjutnya adalah konflik horizontal

antara masyarakat asli Papua dengan masyarakat pendatang. Presiden Gus Dur menyetujui bendera

bintang kejora sebagai identitas budaya masyarakat asli Papua, bahkan pengibarannya

diperbolehkan dan tidak dianggap sebagai separatism dengan ketentuan dikibarkan berdekatan

dengan bendera merah putih. Gus Dur, mengizinkan pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua

selama pemerintahannya dengan peraturan dikibarkan berdampingan dengan bendera Merah Putih

dan dengan lokasi yang telah didaftarkan. Menurut masyarakat adat Papua makna dari Bintang

kejora merupakan lambing dari symbol Tuhan pencipta langit dan bumi yang diyakini sebagai

tuhan oleh orang Biak. Gus Dur memberikan ijin atas kegiatan kongres rakyat papua, sedangkan di

Page 7: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia: Studi Kasus Papua

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 67

pihak lain kegiatan tersebut dianggap sebagai kegiatan separatis. Gus Dur berjanji akan membantu

penyelenggaraan acara kongres ersebut dengan memberikan bantuan dana.

Pada masa pemerintahan presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur) , beliau mengeluarkan

ketetapan MPRS No. IV/MPR/2000 yang berisi mengenai rekomendasi peraturan otonomi Khusus

(Otsus) bagi daerah Papua dan Aceh dengan memperhatikan aspirasi masyarakat setempat.

Ketetapan tesebut kemudian ditegaskan dengan mengesahkan UU No. 21/2001 mengenai otonomi

khusus untuk Papua, hal ini dilakukan setelah Gus Dur mendapatkan banyak masukan dari berbagai

pihak. Tujuan pengesahan UU tersebut agar dapat dilaksanakan peningkatan berbagai layanan umu

di Propinsi Papua, sehingga dapat mempercepat proses pembangunan serta pendayagunaan

penduduk. Harapannya penduduk papua, khususnya masyarakat asli papua bisa segera merasakan

hasil pembangunan, perlindungan terhadap hak hak mereka serta agar terjadi kesetaraan harkat dan

martabat antara masyarakat papua asli dengan penduduk pendatang ataupun penduduk Indonesia

pada umumnya. Kebijakan tersebut bermaksud agar standar kehidupan masyarakat di papua

meningkat dengan adanya pembangunan yang mendengarkan aspirasi masyarakat setempat,

sehingga jurang perbedaan dengan propinsi lainnya menjadi semakin kecil.

Otsus merupakan kebijakan politis yang diberlakukan pada masa pemerintahan Presiden

Gus Dur untuk menanggulangi konflik. Kebijakan ini merupakan rekomendasi oleh MPR khusus

untuk Papua dengan penawaran politik tertentu, yang di dalamnya terdapat elemen elemen khusus

(Sugandi, 2008, p. 7), antara lain yaitu: 1) penghormatan hak asasi manusia, nilai agama,

demokrasi, hokum, dan budaya dalam masyarakat adat. 2) menghormaati keanekaragaman

kehidupan sosial dan budaya masyarakat papua. 3) perlindungan dan penghormatan terhadap etika

dan moral. 4) perlindungan terhadap hak fundamental serta hak asasi manusia dari penduduk 5)

kepastian penegakan hukum 6) penegakan demokrasi. 7) menghormati pluralism. 8) pemecahan

masalah hak asasi manusia terhadap penduduk asli Papua yang hak haknya telah dilanggar. Pasca

pengesahan Otsus, terjadi perpecahan di masyarakat Papua antara yang pro dan kontra, hal ini

diperparah adanya ketakutan bahwa dana Otsus akan diselewengkan sebagai dana bagi kaum

separate. Hal ini mengakibatkan terpecahnya masyarakat Papua yang terdiri dari banyak suku

menjadi dua bagian yaitu yang pro otsus dengan yang pro kemerdekaan.

Menurut UU No. 21/2001 Pasal 2 Paragraf 5 menyatakan bahwa “ dalam rangka

melaksanakan Otsus di Papua dibentuklah perwakilan budaya masyarakat Papua yang disebut MRP

( Majelis Rakyat Papua) yang punya kewenangan untuk melindungi hak hak masyarakat asli

Papua. Hak hak tersebut meliputi pendayagunaan perempuan, penghormatan adat budaya, serta

memperkuat keharmonisan antar agama. MRP bergerak sebagai bagian ujung tombak penegakan

Otsus di Papua. Peranannya sangat penting dalam mengaplikasikan tujuan dari Otsus, terutama

dalam memfasilitasi bagi kaum perempuan agar berdaya serta menyetarakan kedudukan masyarakat

asli papaua baik dengan suku lain maupun dengan para pendatang. Menurut UU badan tersebut

dalam waktu maksimal satu tahun sejak berlakunya UU harus sudah terbentuk dan menjalankan

tugas, namun pembentukannya baru terlaksana pada November 2005. Melalui PP No. 54/2004

mengenai kewenangan MRP yang terbatas sehingga hanya bisa menampung aspirasi serta

memfasilitasi aspirasi tersebut untuk disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP)

untuk dilaporkan ke pemerintah pusat. MRP tidak punya kewenangan untuk mengatur proses

pembangunan di Papua agar masyarakat Papua dapat menikmati keadilan, seperti dalam aspirasi

mengenai pemekaran papua serta masalah Freeport (Sugandi, 2008, p. 9).

Page 8: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin

68 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

Pemerintah Papua punya kewajiban untuk mengelola dan memanfaatkan lingkungan sebagai

bagian dari Otsus, hal ini banyak berkaitan dengan alam terbuka, masyarakat asli, konservasi SDA

yang ada di Papua. Sasaran utamanya adalah masyarakat adat Papua yang merupakan masyarakat

asli, mereka selama ini belum diberi kesempatan dalam usaha pengembangan di Papua. Kelompok

kelompok masyarakat adat yang melawan kebijakan pemerintah seringkali dicap sebagai OPM

(Organisasi Papua Merdeka) . Seiring dengan kebutuhan untuk menampung kebutuhan dan aspirasi

di Papua maka dibutuhkan badan yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan.

Penegasan Sikap PKB pada Kerusuhan Papua Agustus 2019

Kasus pengepungan oleh massa ormas kepada mahasiswa asal Papua di asrama Papua di

Surabaya, dipicu karena adanya pembakaran bendera merah putih oleh mahasiswa Papua. Dalam

peristiwa tersebut kegiatan yang dilakukan dinilai bersifat rasis, diskriminatif, dan intimidatif.

Bahkan ada indikasi ada oknum polisi yang melakukan pelanggaran pada saat peristiwa

pengepungan terjadi. Gubernur Papua, Lukas Enembe meminta polisi untuk menindak tegas pada

para pelaku dalam peristiwa tersebut, karena menyangkut jaminan keamanan bagi mahasiswa

papua, terjadi diskriminatif sehingga tidak cukup penyelesaiannya hanya melalui minta maaf saja.

Pengepungan tersebut menjadi pemicu kerusuhan yang lebih besar di beberapa titik di Papua yang

mengakibatkan pembakaran kantor pemerintahan dan tempat tempat umum.

Peristiwa yang terjadi di Surabaya, menimbulkan gelombang protes yang menyebabkan

kerusuhan di berbagai tempat. Kerusuhan di Manokwari, Propinsi Papua Barat berawal dari unjuk

rasa yang dilakukan oleh ribuan orang yang mengakibatkan terbakarnya gedung DPRD setempat

pada tanggal 19 Agustus 2019. Unjuk rasa juga mengakibatkan petugas polisi terluka serta fasilitas

umum dan property pribadi terbakar. Para pengunjuk rasa ada yang membawa bendera kejora yang

digunakan oleh Gerakan Papua Merdeka dan sebagian dari mereka meneriakkan slogan pro

kemerdekaan. Kerusuhan tidak hanya menyebabkan masyarakat menjadi ketakutan, namun juga

lumpuhnya perekonomian setempat. Dampak selanjutnya adalah dikerahkannya tentara di

Manokwari untuk mengamankan lokasi.

Unjuk rasa juga terjadi di beberapa daerah lainnya seperti di Jayapura serta Sorong.

Pengunjuk rasa memblokir jalan arah menuju Bandara Sentani juga menurunkn bendera merah

putih di depan kantor gubernur. Sedangkan di Sorong beberapa pengunjuk rasa menggunakan

pakaian monyet sebagai tanggapan terhadap cercaan “monyet” di Surabaya. Bandara Domine

Eduard Ossok menjadi sasaran amuk dari massa dan bagian erminal mengalami kerusakan, bahkan

penjara kota juga menjadi salah satu sasaran yang dibakar sehingga mengakibatkan 258 narapidana

melarikan diri (“Hunt for 250 inmates in Papua Prison break,” 2019). Aksi protes juga terjadi di

beberapa titik yang lain, seperti di Timika, Fak fak, Merauke, Nabire, Yahukimo, dan Biak. Unjuk

rasa juga dilakukan oleh para mahasiswa papua di berbagai kota seperti di Semarang, Jakarta,

Yogyakarta, dan Bandung yang memprotes aksi rasisme terhadap peristiwa di Surabaya.

PKB menegaskan sikap mengenai kerusuhan yang terjadi di Manokwari, Sorong, serta

beberapa tempat di Papua untuk segera diselesaikan. PKB menghimbau agar jangan sampai terjadi

tindakan rasis, anarkis baik dengan oknum aparat ataupun oknum ormas. Tindakan ini diambil

sebagai wujud rasa kecintaan PKB terhadap orang Papua, karena masyarakat Papua bukanlah orang

Page 9: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia: Studi Kasus Papua

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 69

lain namun juga saudara (Antares, 2019). PKB sebagai salah satu parpol Islam berpegang teguh

pada visinya yang akan mewujudkan keutuhan NKRI.

Maman Imanulhaq salah satu politisi PKB menyatakan harapan tidak lagi terjadi

perdebatan, maupun masalah yang bisa menimbulkan terjadinya penyerangan kembali. PKB telah

didatangi perwakilan dari masyarakat Papua dan telah memfasilitasi usaha meredakan konflik

melalui DPC yang ada di Papua yaitu dengan meminta DPC yang ada di Manokwari serta Merauke

untuk mengobarkan semangat persaudaraan dan mengajak masyarakat Papua untuk bisa

menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan kerusuhan. PKB juga mendorong Presiden Jokowi

untuk berusaha menyelesaikan konflik, sehingga aktivitas masyarakat dan ekonomi bisa berjalan

dengan lancar.

Politisi PKB lainnya merespon kerusuhan yang terjadi di Wamena dan kota lainnya di

Papua tahun 2019, yaitu Abdul Kadir Karding juga menghimbau agar semua warga masyarakat

untuk menjaga diri, hati hati dalam bertindak dan tidak mudah mengeluarkan pernyataan yang bisa

menyulut emosi dan berdampak pada perpecahan (Rakhmatulloh, 2019). Masyarakat diminta

waspada menanggapi berita yang tersiar di media sosial karena tidak semua berita adalah benar.

Karding juga menghimbau agar berbagai pimpinan komunitas baik formal maupun non formal yang

ada di Indonesia untuk menjaga ketentraman dan waspada terhadap isu sensitif yang muncul di

lingkungan sekitar.

Yaqut Cholil yang bertugas sebagai Ketua Bidang Pertahanan dan Keamanan Dewan

Pimpinan Pusat (DPP) PKB menjelaskan bahwa tugas pemerintah di wilayah Papua untuk

meredam konflik yang muncul bukan dalam rangka melakukan tindakan yang represif kepada

masyarakat Papua. Sebagai ketua umum Pemuda Ansor, juga memberikan beberapa saran

penyelesaian konflik Papua (Ayubbi, 2019), diantaranya yaitu: 1) pemerintah lebih pro aktif dengan

cara mengintensifkan komunikasi kepada semua pihak, terutama wagra Papua secara langsung,

tidak hanya kepada tokoh masyarakat maupun tokoh adat. 2) Pemerintah mendengarkan aspirasi

dari masyarakat Papua dengan hati, tanpa penggunaan kekerasan pada masyarakat.

3) dialog antara Jakarta dan Papua juga dinilai sangat penting agar bisa memberikan ruang sebesar-

besarnya bagi para tokoh Papua terkait rumusan pembangunan di wilayah tersebut agar tidak

didominasi persepsi dari Jakarta saja. 4) pemerintah segera mengambil tindakan tegas yang telah

dilakukan pihak-pihak yang memicu insiden pelajar Papua di Surabaya, termasuk memberikan

sanksi hukum terhadap oknum aparat yang diduga melakukan tindakan rasisme.

Kesimpulan

Budaya multikultural di Indonesia menjadi satu point penting dalam menjalankan kehidupan

demokrasi. Multikultualisme harus tetap terjaga, dan yang punya peranan adalah partai poliik

karena punya fungsi sebagai komunikator antara masyarakat yang majemuk dengan pemerintah

dalam menjalankan kebijakan pemerintahannya. Partai politik terutama partai politik islam

memiliki tantangan yang berat dalam menjaga masyarakat multikultural di Indonesia. Tantangan

parpol islam cukup berat karena beragamnya corak dan ideologi dari masing masing parpol

sehingga mempengaruhi pola kehidupan politik di Indonesia. Parpol Islam harus bisa menjaga dan

mendorong toleransi dalam kehidupan bermasyarakat di tengah banyaknya keragaman yang

Page 10: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin

70 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

dimiliki Indonesia. PKB sebagai salah satu parpol islam telah mengedepankan penegakan pancasila

dan menjaga keutuhan NKRI. Hal ini perlu ditumbuhkan terhadap parpol Islam yang lain. PKB bisa

menjadi inisiator bagi partai Islam lain untuk menjadi garda terdepan menjaga multikulturalisme di

Indonesia.

Page 11: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab Tantangan Multikultural di Indonesia: Studi Kasus Papua

Vol. 3 No. 1 Tahun 2020 71

Daftar Pustaka

Antares, R. (2019). Jangan sampai ada tindakan anarkis, rasis, baik oknum aparat atau oknum

ormas. Tagar.id. Retrieved from https://www.tagar.id/pernyataan-sikap-pkb-mengenai-rasis-

papua

Ayubbi, S. Al. (2019). Ini Solusi PKB atasi Konflik di Papua & Papua Barat. Bisnis.com. Retrieved

from https://kabar24.bisnis.com/read/20190831/16/1143042/ini-solusi-pkb-atasi-konflik-di-

papua-papua-barat

Azizah, L., & Azhar, P. (2015). Islam di Tengah Masyarakat Multikultural Indonesia. Toleransi:

Media Komunikasi Umat Beragama, 7(1).

Hunt for 250 inmates in Papua Prison break. (2019). BBC (online). Retrieved from

https://www.bbc.com/news/world-asia-49417311

Kompas.com. (2018, February 20). Partai Politik yang Bertarung di Pemilu dari Masa ke Masa.

Kompas.com. Retrieved from

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2018/02/20/13275281/partai-

politik-yang-bertarung-di-pemilu-dari-masa-ke-masa

Mayrudin, Y. M., & Akbar, M. C. (2019). Pergulatan Politik Identitas Partai-partai Politik Islam:

Studi Tentang PAN, PKB, dan PKS. Jurnal Politik danSosial Kemasyarakatan, 11(2).

Menjawab Tantangan Multukulturalisme di Indonesia. (2014). Republika. Retrieved from

https://republika.co.id/berita/koran/news-update/14/12/05/ng3i0g18-iqra-menjawab-tantangan-

multikultural-di-indonesia

Muktamar PKB Hasilkan Deklarasi Bali Dukung Islam Nusantara. (2019). Cnnindonesia. Retrieved

from https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190821222728-32-423579/muktamar-pkb-

hasilkan-deklarasi-bali-dukung-islam-nusantara

Rakhmatulloh. (2019, September 24). Kerusuhan di Wamena, PKB Minta Semua Pihak Tidak

Mudah Terpancing. Sindo News. Retrieved from

https://nasional.sindonews.com/read/1442546/14/kerusuhan-di-wamena-pkb-minta-semua-

pihak-tidak-mudah-terpancing-1569291037

Sugandi, Y. (2008). Analisis Konflik dan Rekomendasi Kebijakan Mengenai Papua. Jakarta:

Friedrich Ebert Stiftung.

Sumbullah, U. (2010). Islam Radikal dan Pluralisme Agama. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat

Kementrian Agama.

Surbakti, R. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo.

Syihab, A. (1997). Islam Inklusif Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama. Bandung: Mizan.

Utaria, S. (2008). Tipologi Politik Partai Islam di Indonesia Kontestan Pemilu 2004 (UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta). Retrieved from http://digilib.uin-suka.ac.id/2731/1/BAB I%2C V%2C

Page 12: Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam Menjawab …

Nevy Rusmarina Dewi, Ahmad Sholahuddin

72 Politea : Jurnal Pemikiran Politik Islam

DAFTAR PUSTAKA.pdf

Visi Misi PKB. (n.d.). Retrieved from https://pkb.id/page/visi-misi/

Yaqin, A. (2005). Pendidikan Multikultural Cross Cultural Understanding Untuk Demokrasi dan

Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.