pariwisata pedesaan dan pembangunan pert

Upload: leo-da-cruz

Post on 19-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    1/15

    Ir. Kusmayadi, Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat STP Tri-

    sakti 100-114

    !"#$%&'('%#

    Menurut Dirjen Pembangunan

    Desa, wilayah pedesaan meliputi ciri-ciri (1) perbandingan tanah dan

    manusia (man land ratio) yang besar,

    (2) lapangan kerja agraris, (3) hub-

    ungan penduduk yang akrab (3) sifat

    yang menurut tradisi (tradisional).

    Sedangkan menurut Wibberley wila-

    *+,-./.i n a W i s a t a Nu s a n t a r a

    PARIWISATA PEDESAAN DAN PEM-BANGUNAN

    PERTANIAN BERKELANJUTAN

    KUSMAYADI

    Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti

    Sebagai negara kepulauan, Indonesia dihuni oleh sebagian besar pendudukyang tinggal di pedesaan, dengan pola hidup yang bergantung pada hasil-hasil pertanian. Keadaan wilayan pedesaan sendiri mempunyai kekayaan

    sumber daya alam baik hayati dan non hayati maupun khasanah ke-

    budayaan yang sangat berragam.

    Pendekatan pembangunan pedesaan selama ini dapat diistilahkan sebagai

    membangun di desadan bukan membangun desa, sehingga pembangunan ter-

    sebut lebih bersifat eksploitasi sumber daya pedesaan untuk kepentinganorang kota. Di samping itu, pembangunan yang dilakukan tidak menc-

    erminkan keterpaduan antar sector dan sub sector, sehingga hanya terfokus

    pada sub sector produksi pertanian saja.

    Bercermin dari pengalaman negara-negara Barat, di mana pembangunan

    pertanian pedesaan dipadukan dengan pengambangunan pariwisata

    pedesaan telah memberikan dampak positif yang sangat luas baik dalam

    perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pasar produksi pertanian.Oleh karena itu, pengembangan pertanian pedesaan bila dipadukan dengan

    pembangunan pariwisata pedesaan di Indonesia sangat berpeluang.***

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    2/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 010

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    yah pedesaan menunjukkan bagian

    negeri yang memperlihatkan

    penggunaan tanah yang luas sebagi

    ciri penentu, baik masa sekarang

    maupun beberapa masa yang lampau.

    Lebih dari setengah wilayah dara-

    tan Indonesia termasuk pedesaan.

    Dari luas wilayah tersebut, dihuni

    oleh lebih dari 70 persen penduduk

    Indonesia. Sensus Penduduk Antar

    Sensus (SUPAS) tahun 1995, mem-

    perkirakan bahwa pada tahun 2000

    penduduk Indonesia berjumlah 204

    juta orang. Dari jumlah tersebut,

    sebanyak 65 persen berdomisili di

    pedesaan dengan mata pencaharianberasal dari sektor pertanian.

    Selama PJP-I, pembangunan In-

    donesia dititik beratkan pada pertum-

    buhan ekonomi yang bertumpu pada

    sektor industri yang ditopang oleh

    sektor pertanian. Ternyata paradigma

    pembangunan tersebut berdampak

    pada pondasi ekonomi yang rapuh,

    karena penggerak ekonomi oleh

    sektor industri tidak didukung oleh

    kemampuan sumber daya dan pen-guasaan teknologi yang memadai.

    Untuk pembangunan jangka pan-

    jang tahap kedua, paradigma tersebut

    perlu diubah dengan pendekatan per-

    tumbuhan ekonomi untuk pemer-

    ataan yang ditopang oleh sektor pari-

    wisata berbasis pedesaan dan per-

    tanian. Pembangunan pariwisata

    alam berbasis pedesaan diharapkan

    dapat memberikan dampak positif

    terhadap pembangunan pedesaan an-

    tara lain dengan (1) re-distribusi pen-

    dapatan dari kota ke desa, (2) re-

    urbanisasi tenaga kerja produktif dan

    (3) meningkatkan investasi di desa.

    Dengan demikian, bagi Indone-

    sia, seharusnya pedesaan merupakan

    pusat pembangunan karena, pertama

    bahwa kurang lebih 65 persen dari

    penduduk berada di pedesaan sehing-

    ga apabila pembangunan nasional

    bertujuan meningkatkan kesejahter-

    aan rakyat, maka pembangunan ter-

    sebut harus melibatkan masyarakat

    pedesaan. Kedua, potensi sumber

    daya alam sebagian besar terdapat di

    pedesaan yang berupa lahan per-tanian, sumber air, hutan, udara ber-

    sih dan tenaga kerja.

    /"%(2-%3 3432%( 5%36%/%7%-

    !"$"3%%#

    Selain potensi di atas, banyak

    sekali permasalahan yang dihadapi

    masyarakat di pedesaan, mereka yang

    selamanya menjadi objek kebijakan

    pembangunan, sangat minimum ter-

    hadap segala aspek kehidupan.Saefudin (1992) menilai penyebab

    kelemahan masyarakat di pedesaan

    tersebut bersumber dari dalam mereka

    sendiri (faktor internal) dan berasal

    dari fihak luar (faktor external).

    Faktor internal yang menyebabkan

    kelemahan tersebut adalah:

    1. Penyebab kultural. Secara kultur-

    al masyarakat lemah merasa tidak

    berdaya, dan akhirnya pasrah ter-

    hadap segala keadaan, menerima

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    3/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000018

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    apa adanya, tak kuasa untuk

    membela dan bergerak.

    2.

    Faktor perpaduan antara internal

    dan external menyebabkan tak

    dimilikinya akses terhadap sum-ber informasi, keterampilan,

    teknologi, permodalan, pasar dan

    sumber fasilitas lainnya.

    3. Faktor external umumnya

    disebabkan karena faktor

    struktural; adanya perilaku ketid-

    ak adilan dalam hal (Azis, 1992):

    a. Proses pengambilan kepu-

    tusan dalam menentukan ke-

    bijakan pembangunan antara

    sektor pertanian (pedesaan)

    dan sektor industri atau sektor

    non pertanian lainnya.

    b. Tidak adilnya penumpukan

    modal, khususnya uang, kare-

    na sebagian dana tertarik ke

    kota karena: lembaga-lembaga

    perbankan dikuasai oleh

    konglomerat yang berorientasi

    kota, pengembangan industri

    dan jasa lebih cepat menda-tangkan keuntungan,

    c. Masih terdapat kelemahan

    kebijakan dalam pengem-

    bangan organisasi ekonomi

    masyarakat;

    d. Kurang terpadunya kebijakan

    dalam birokarasi pemerintah

    antara sektor pertanian,

    perdagangan dan industri;

    Menurut Koentjoroningrat adan-

    ya anggapan bahwa orang desa (baca:

    petani) mereka bekerja keras hanya

    terbatas untuk makan dan memenuhi

    kebutuhan hidup dirinya dan keluarga

    dan orientasi para petani terbatas pa-

    da masa kini, orang hidup harus

    selaras dengan alam. Dalam hub-

    ungan dengan sesamanya petani

    cenderung sama sehingga daya kom-

    petitif diantara sesamanya cenderung

    rendah. Sebaliknya orang kota

    beranggapan bahwa manusia bekerja

    untuk mendapat kedudukan,

    kekuasaan dan simbol-simbol lahiriah

    dari kemakmuran. Orientasi lebih

    ditentukan oleh masa lampau, terlalu

    banyak menggantungkan nasib pada

    orang lain dan cenderung menunggu

    perintah dari atasan.

    Etos kerja yang ada sangat ren-

    dah, mereka terperangkap di dalam

    lingkaran keterbelakangan.

    Perangkap keterbelakangan seperti

    dilukiskan Ramona (1976) sebagai

    berikut:

    1. Tingkat pendapatan rendah be-

    rakibat rendahnya gizi dan daya

    tahan terhadap penyakit sehinggaproduktivitas rendah dan

    pengaruh pada sikap atau etos

    kerja: malas, kurang bergairah un-

    tuk mengubah nasib, dan motivasi

    kurang.

    2. Rendahnya tingkat pendapatan

    berakibat tingkat pendidikan

    keahlian dan keterampilan rendah

    sehingga produktivitas pun ren-

    dah.

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    4/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 019

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    3.

    Pendapatan rendah berakibat ren-

    dahnya kemampuan membayar

    pajak (zakat, infak sodakoh) se-

    hingga pendapatan masyarakat

    atau negara rendah dan kurang

    mampu membuka atau memper-

    luas lapangan kerja, yang berarti

    rendahnya produktivitas dan be-

    rakhir pada kemiskinan.

    4. Rendahnya tingkat pendapatan

    berakibat tabungan dan investasi

    rendah sehingga kesempatan kerja

    akan sempit dan tingkat produk-

    tivitas pun rendah: dana juga ku-

    rang, sehingga kemajuan inovasi,

    invensi dan adaptasi teknologi,penelitian dan pengembangan pun

    rendah; akhirnya tingkat produk-

    tivitas untuk mampu mengisi

    pasar yang bersaing dalam mutu

    dan harga juga rendah.

    5. Pendapatan yang rendah beraki-

    bat rendahnya daya beli masyara-

    kat, sehingga pasar menjadi sepi

    dan sempit.

    6.

    Keterbelakangan dalam pengem-

    bangan teknologi berpengaruh

    terhadap produktivitas dan krea-

    tivitas untuk berkembang maju

    sehingga kurang mendorong se-

    mangat untuk meningkatkan

    kualitas hidup.

    Walaupun tidak sepenuhnya

    benar, keenam kenyataan tersebut

    masih diderita oleh kebanyakan

    masyarakat pedesaan sampai saat ini.

    Untuk membangun pedesaan agarlebih maju, perlu diadakan perubahan

    paradigma pembangunan yang meni-

    tikberatkan pada input pengetahuan

    dan penguasaan teknologi bagi

    masyarakat pedesaan. Dimana

    tujuan utamanya adalah (Wordl

    Bank, 1997:4) perbaikan ekonomi,

    pembangunan sosial dan pelestarian

    serta perbaikan lingkungan hidup.

    !%/2:23%-% !"$"3%%#

    Ditinjau dari sudut kepa-

    riwisataan, desa merupakan asset

    yang tak ternilai harganya. Sumber

    daya desa di Indonesia memiliki un-

    sur keindahan (natural-beauty),

    keaslian (originality), kelangkaan (scar-city) dan keutuhan (wholesomeness). Di

    samping itu, desa juga memiliki

    keanekaragaman flora dan fauna,

    agroekosistem dan gejala alam, adat-

    istiadat yang dapat dijadikan sebagai

    objek daya tarik wisata bila dikemas

    secara profesional.

    Keadaan yang seperti digam-

    barkan di atas, merupakan keunggu-

    lan dan keandalan pariwisata Indone-

    sia. Keunikan dan kekhasan seni-

    budaya dan keadaan ekosistem desa

    setempat merupakan arah selera

    dunia masa kini. Oleh karena itu ha-

    rus dilestarikan, dikembangkan, di-

    promosikan dengan penuh percaya

    diri guna memperkokoh jati diri desa.

    Namun, sampai saat ini,

    pengembangan desa yang diarahkan

    menjadi daerah tujuan wisata masih

    sangat sedikit. Hal ini disebabkanantara lain oleh (1) adanya orientasi

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    5/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200001;

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    pembangunan pariwisata yang masih

    berpegang pada paradigma lama

    kepariwisataan yaitu pariwisata untuk

    kemewahan, hura-hura, massal dan

    kesenangan belaka, (2) masih ku-

    rangnya perhatian pemerintah dan

    masyarakat terhadap pembangunan

    pariwisata berkelanjutan dan (3)

    masih rendahnya peranan lembaga

    pendidikan dan penelitian yang

    mengembangkan desa dengan orien-

    tasi pariwisata.

    Pendekatan pembangunan

    pedesaan yang hanya terbatas pada

    produksi pertanian ternyata sampai

    saat ini belum mencapai keadaanyang diharapkan. Hal ini ditunjukkan

    dengan masih tingginya impor

    produk-produk pertanian. Upaya lain

    yang perlu dicoba adalah dengan

    pendekatan pembangunan pertanian

    berkelanjutan berbasiskan pariwisata

    (ruraltourism).

    Banyak negara lain yang

    mengembangkan pariwisata pedesaan

    antara lain negara Hungaria. Menc-

    ermin dari negara tersebut, rural tour-ism merupakan salah satu bagian dari

    industri pariwisata. Padahal Hunga-

    ria suatu negara yang tidak memiliki

    atraksi alami yang spektakuler, tanpa

    pemandangan yang indah, gunung-

    gunung yang menjulang, hutan bel-

    antara ataupun binatang-binatang

    langka. Namun, ragam budaya yang

    atraktif dengan desa-desa kecil,

    sungai-sungai dan danau, dipadukan

    dengan keramahan masyarakat tradi-sional mampu memberikan tawaran

    yang menyenangkan bagi wisatawan

    yang mencari kenyamanan dan hi-

    buran dari suasana yang tenang. Pa-

    riwisata pedesaan sangat penting ka-

    rena dapat memberikan suplai dan

    kreasi yang lebih kompleks, dapat

    menstimulasi pertumbuhan ekonomi

    untuk meningkatkan viabilitas desa

    yang berkembang dan untuk mening-

    katkan standar kehidupan penduduk

    setempat.

    Indonesia dengan lebih kurang

    400 etnis sangat potensial untuk

    mengembangkan pariwisata semacam

    demikian ditambah pula dengan

    keanekaragaman sumberdaya hayatidari kekayaan bawah laut, dalam

    tanah (gua), sampai ke puncak

    pegunungan. Namun yang menjadi

    permasalahan adalah bagaimana cara

    melakukannya? Bagaimana keber-

    lanjutan tersebut dimonitor dan di-

    promosikan di daerah tujuan wisata?

    3'3-%2#%*(" -4'/235 $"

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    6/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 01>

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    dengan definisi dari Federation of Na-

    ture and National Parks, pariwisata

    yang berkelanjutan adalah "seluruh

    bentuk dari pengembangan, pengelolaan

    dan kegiatan pariwisata yang berpedoman

    lingkungan, integritas sosial dan ekonomi,

    alam yang tertata dengan baik serta

    mengembangkan sumberdaya budaya

    secara terus menerus." (FNNP, 1993).

    Sedangkan Tourism Concern and

    te World Wide Fund for Nature

    mendefinisikan sebagai "operates with-

    in natural capacities for the regeneration

    and future productivity of natural re-

    sources; recognises the contribution that

    people and communities, custom and life-styles, make to the tourism experience;

    accepts that these people must have a equi-

    table share in the economic benefits of tour-

    ism; and is guided by the wishes of local

    people and communities in the host areas".

    Meskipun definisi yang telah ada

    membedakan fokus mereka atau ting-

    kat elaborateness-nya, pesan utama

    dari laporan ini lebih dan lebih

    diterima oleh seluruh industri pari-

    wisata di dunia ini. Bagaimanapun,arti sustainabilitysangat kompleks dan

    memiliki banyak ramifications

    (Mowforth & Munt, 1998).

    Ecologycalsustainability, yang be-

    rarti pembangunan pariwisata tidak

    disebabkan oleh perubahan yang irre-

    versible dalam suatu ekosistem yang

    telah ada, dan menjadi dimensi yang

    secara umum diterima sejak adanya

    kebutuhan untuk melindungi sum-

    berdaya alam dari dampak negatif

    kegiatan pariwisata. Pertumbuhan

    umum dari kesadaran lingkungan te-

    lah secara signifikan dikontribusikan

    ke dalam trend ini.

    Socialsustainability sesuai dengan

    kemampuan suatu kelompok untuk

    menyerap wisatawan tanpa men-

    imbulkan ketidakharmonisan hub-

    ungan sosial.

    Cultural sustainabulity dalam

    konteks ini mengasumsikan bahwa

    kelompok mampu menyerap perilaku

    budaya yang disebut "tourist culture"

    dan "residual culture" yang dimiliki

    oleh pengunjung, (Jafari 1987).

    Aspek sustainability yang berbeda

    sebaiknya tidak mempengaruhi, tetapi

    harus dilihat sebagai hal yang sama-

    sama penting. Tingkat keuntungan

    yang tinggi jangan dianggap sebagai

    alat untuk menutupi kesalahan yang

    telah dibuat untuk memperbaiki sum-

    berdaya sosial dan budaya, tetapi

    kelemahan ini jangan menjadikan

    lingkungan yang kurang baik dimana

    pertimbangan ekonomi jarang dil-

    akukan dengan baik. Sustainable tour-

    ism harus mampu dilihat secara

    ekonomis dan alami serta memiliki

    sensitivitas budaya pada saat yang

    bersamaan.

    Akibat dari pengembangan pari-

    wisata yang tidak tepat dalam pen-

    ingkatan tekanan untuk mengatasi

    perubahan negatif dalam hal destina-

    tion's physical, serta karakteristik

    ekonomi dan sosial. Untuk mengu-rangi dampak yang tidak diinginkan,

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    7/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200001?

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    seorang pengambil keputusan harus

    memperhatikan faktor-faktor yang

    terjadi dalam proses. Dalam men-

    gukur tujuan bahwa tujuan pribadi

    adalah mewujudkan pengembangan

    pariwisata yang sustainable, indikator-

    indikator sustainability biasanya

    diterima sebagai salah satu alat yang

    berguna.

    2#$27%-4/ !"#@"5*%#@%# !%=

    /2:23%-% *"/7"(%#A'-%#

    Indikator merupakan alat untuk

    mengukur informasi sehingga seorang

    pengambil keputusan dapat mengu-

    rangi peluang terjadinya pengambilankeputusan yang salah (WTO, 1996).

    Dengan kata lain indikator merupa-

    kan kumpulan faktor-faktor yang

    penting untuk membuat keputusan.

    "Indikator-indikator merupakan alat

    untuk mengelola saat ini dan sebagai

    alat investasi di masa yang akan da-

    tang, sejak mereka mengurangi resiko

    terjadinya kerusakan untuk basis

    sumberdaya yang dimana industri

    pariwisata berada".Indikator pengembangan pari-

    wisata berkelanjutan seperti pada

    tabel 1.

    74#3"! !%/2:23%-% !"$"3%%#

    Pariwisata Pedesaan (Rural Tour-

    ism) merupakan fenomena yang baru

    sekaligus lama pada saat yang bersa-

    maan. Minat terhadap rekreasi di luar

    kota berawal sejak abad ke 19 sebagaireaksi terhadap tekanan mening-

    katnya urbanisasi dan industrialisasi.

    Suasana desa sangat dikagumi oleh

    pembuat puisi dan para artis. Jaringan

    transportasi yang baru dibuka untuk

    menarik lebih banyak wisatawan da-

    tang ke luar kota. Namun, ruraltour-

    ism dalam era ini berbeda: jumlah

    wisatawan yang terlibat meningkat

    secara signifikan dan pariwisata telah

    berkembang di seluruh aspek.

    Meskipun mudah mendefinisikan

    rural tourism sebagai "pariwisata yang

    terdapat/terjadi di pedesaan", definisi

    ini belum mencakup kompleksitas

    dari seluruh kegiatan, dan bentuk ser-

    ta arti yang berbeda yang dikem-bangkan di beberapa negara. Ber-

    dasarkan definisi yang telah dikenal

    secara luas "rural tourism meliputi

    kumpulan kegiatan, pelayanan, ken-

    yamanan yang disediakan oleh para

    petani dan masyarakat setempat un-

    tuk menarik kedatangan wisatawan

    ke daerah mereka untuk meningkat-

    kan pendapatan serta bisnisnya".

    (Gannon, 1988 dalam Kloeze, 1994).

    Bila konsep yang sudah meluas iniditerima, maka rural tourism tidak

    hanya mencakup lahan pertanian atau

    agritourism, tetapi juga keindahan

    alam yang lain seperti rumah-rumah

    tradisional penduduk serta pelaya-

    nannya selain sarana akomodasi, per-

    ayaan-perayaan, festival, pembuatan

    serta penjualan cinderamata dan

    produk-produk pertanian, dsb.

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    8/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 01B

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    !.C+D+E.F. !GHGE.., H+ #GI.C.=,GI.C. *.C.F

    Rural tourismmemiliki pengertian

    yang berbeda di setiap negara. DiFinlandia misalnya biasa diartikan

    Tabel 1. Indikator Sustainable tourism development

    Indikator Alat ukur

    1.

    Tekanan Jumlah pengunjung (per tahun/per musim)

    2.

    Tekanan Sosial Rasio jumlah pengunjung dengan jumlah penduduk (per ta-hun/musim)

    3.

    Daya tarik Daftar sumberdaya alam dan budaya

    Tingkat daya tarik terhadap sumberdaya

    4. Proses Perencanaan Keberadaan rencana lokal/regional untuk pembangunan

    5. Proses Perencanaan

    Pariwisata

    Keberadaan rencana lokal/regional untuk pengembangan pa-

    riwisata

    6. Lahan perlindungan Kategori perlindungan

    Persentase lahan yang dilindungi dibandingkan dengan se-

    luruh lahan yang ada

    7. Keterlibatan

    masyarakat lokal

    Rasio jumlah masyarakat yang memiliki bisnis pariwisata

    dengan jumlah seluruh bisnis pariwisata

    8.

    Kontrol masyarakatlocal

    Keberadaan ukuran umum untuk memastikan kontrolmasyarakat setempat dalam rencana pengembangan dan im-

    plementasinya.

    9.

    Tenaga kerja Jumlah pekerjaan yang diciptakan oleh sektor pariwisata

    Rasio jumlah pekerja setempat dengan jumlah tamu

    10.Kontribusi pari-

    wisata

    Proporsi jumlah pajak total yang digenerasikan hanya oleh

    sektor pariwisata

    11.Keragaman

    ekonomi

    Pembagian kegiatan ekonomi yang berbeda dalam pendapatan

    pajak total

    12.

    Konsumsi energi Rasio sumberdaya energi

    13.Pengelolaan yang

    sia-sia

    Persentase alatalat rumahtangga yang digunalan

    Persentase buangan yang memerlukan tindakan lanjut

    14.

    Pendidikan & kur-

    sus

    persentase masyarakat lokal yang terlibat dalam sektor pari-

    wisata dengan pendidikan dan kursus yang profesional

    distribusi tenaga kerja

    persentase tenaga kerja yang bergerak di sektor pariwisata

    15.

    Kepuasan masyara-

    kat

    Seluruh persepsi yang muncul sebagai dampak dari kegiatan

    pariwisata di dalam kehidupan masyarakat setempat.

    16.Kepuasan

    wisatawan

    Seluruh kepuasan yang dirasakan wisatawan menganai kuali-

    tas yang diberikan

    Persentase perubahan dari tingkat kunjungan yang kedua

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    9/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200001J

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    sebagai cottages yang disewakan

    kepada pengunjung atau pelayanan

    makanan yang tersedia di luar kota.

    Di Hongaria, disebut dengan "village

    tourism", yang mengindikasikan

    bahwa hanya kegiatan dan pelayanan

    yang disediakan di village yang ter-

    masuk dalam pariwisata jenis ini. Di

    Slovenia, komponen yang paling

    penting dalam rural tourism adalah

    keluarga petani, dimana tamu tinggal

    bersama dengan mereka atau di

    penginapan, tetapi datang ke per-

    tanian untuk memenuhi kebutuhan

    makannya (Verbole, 1995). Di Neth-

    erland, pariwisata ini berarti

    melakukan kemping di lahan per-

    tanian, jalan-jalan atau naik kuda

    mengelilingi seluruh lahan pertanian

    (Peters et al, 1994). Di Greece, yang

    menjadi bagian paling penting adalah

    sarana akomodasi yang tradisional

    dengan masakan tradisional.

    Kegiatan lain yang menunjang ada-

    lah-walaupun masih dalam skala yang

    kecil-termasuk restoran dan fasilitas

    hiburan atau kegiatan rekreasi

    (Turner, 1993).

    Rural tourismmerupakan salah sa-

    tu prioritas utama dari pengembangan

    pariwisata di negara-negara Eropa.

    Keinginan pasar terhadap liburan di

    pedesaan ini tumbuh seiring dengan

    perjalanan menuju masa depan yang

    tidak pasti, terutama karena peru-

    bahan di bidang pertanian, atau

    menurunnya standar hidup masyara-

    kat. Rural tourism merupakan alatyang tepat untuk merevitalisasi

    penyempitan lahan pertanian serta

    untuk memastikan keberlanjutan di

    masa depan dengan kemampuan

    menciptakan lapangan pekerjaan,

    kemampuan menampung tenaga ker-

    ja, meningkatnya keragaman peker-

    jaan, kemampuan melayani, lahan

    konservasi serta produsen cinderama-

    ta sebagai daya tarik bagi wisatawan.

    Rural tourism biasanya memberikan

    insentif untuk pengembangan sarana

    infrastruktur yang dikontribusikan

    untuk pengembangan kegiatan

    perekonomian lainnya. Keuntungan

    yang spesifik dari pengembangan pa-

    riwisata ini dapat meningkatkan pelu-

    ang hubungan interaksi bagi

    masyarakat setempat yang hidupnya

    terisolasi di dalam komunitas per-

    tanian (swarbrooke, 1996).

    !.C+D+E.F. !GHGE.., H+ 2,HK,GE+.

    Kegagalan pembangunan pari-

    wisata Indonesia saat ini antara lain

    belum adanya perencanaan yang

    pengembangan pariwisata yang

    terpadu, dan menyeluruh untuk skalanasional. Msih belum adanya kese-

    pahaman antar pengambil keputusan

    menyebabkan berbenturannya

    berbagai kepentingan. Sehingga

    pembangunan pedesaan lebih

    mengarah pada eksploitasi sumber

    daya pedesaan untuk kepentingan

    sepihak.

    Pengaruh yang sangat besar ada-

    lah adanya perubahan nuansa men-

    jadi tidak asli lagi karena:

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    10/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 01L

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    a.

    berkurangnya bahkan hilangnya

    keaslian pedesaan,

    b.

    berubahnya budaya masyarakat

    lokal mengikuti kebiasaan dan

    atau budaya pendatang/wisa-tawan;

    Wisata desa yang dikembangkan

    akhir-akhir ini belum ditanggapi

    secara luas oleh masyarakat dan in-

    dustri secara luas, karena salah satu

    kendalanya adalah kemauan

    masyarakat tuan rumah untuk men-

    jadi kreatif dan inovatif (Lankford,

    1993).

    !%/2:23%-% !"$"3%%# $%# !"/=-%#2%# *"/7"(%#A'-%#

    Rural tourism seringkali dipan-

    dang sebagai intrinsically sustainable,

    untuk menarik sejumlah pengunjung,

    yang tidak memerlukan pengem-

    bangan sarana infratruktur,

    wisatawan biasanya tertarik pada bu-

    daya serta tradisi masyarakat setem-

    pat. Salah satu daya tarik dari berlibur

    di desa adalah interaksi antara sesama

    sehingga baik pribumi dan tamu

    dapat membagi ide serta pengetahuan

    yang dimiliki yang tentunya dapat

    meningkatkan "industry if peace" se-

    bagai salah satu hubungan saling

    menguntungkan.

    Namun bila pengembangan rural

    tourism dianalisis lebih dalam lagi

    akan muncul keraguan sehubungan

    intrinsic sustainabily tadi. Isu yang

    paling signifikan yang harus dicariadalah keuntungan dari pelayanan

    yang diberikan karena pariwisata ber-

    sifat musiman, tingkat okupansi yang

    rendah dan investasi yang diperlukan

    untuk menciptakan atau mengem-

    bangkan fasilitas yang akan

    digunakan oleh para wisatawan.

    Melihat pada sustainability ling-

    kungan, pengalaman mengajarkan

    bahwa mempertimbangkan investasi

    diperlukan untuk pengelolaan ling-

    kungan dan dapat menjadikan rural

    tourism cocok dalam segala suasana.

    Para wisatawan biasanya sangat ter-

    tarik dengan industri yang sensitif un-

    tuk kepentingan manusia. Sebagai

    tambahan, pengelolaan lahan per-tanian tidak selalu dapat memenuhi

    keinginan wisatawan berdasarkan

    imej "traditional rural" yang dimun-

    culkan dalam literatur atau lembaran

    promosi.

    Pengembangan pariwisata juga

    dipengaruhi oleh karakteristik sosial

    budaya, baik dalam hal positif dan

    negativ (Keane & Quinn, 1990; Peters

    et al, 1994). Sebagai dampak positif

    hal-hal berikut dapat dijelaskan: ruraltourism biasanya menggunakan sum-

    berdaya yang tersedia (seperti lahan,

    petani, daya tarik alam serta budaya)

    yang membawa perubahan sosial

    ekonomi, melindungi dari kepunahan

    serta konservasi lingkungan pedesaan

    yang menyediakan lebih banyak kon-

    tak sosial masyarakat setempat dan

    meningkatkan kesempatan bagi mere-

    ka untuk belajar tentang budaya lain.

    Sedangkan dampak negatifnya, pari-wisata di lahan pedesaan mengubah

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    11/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000001

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    atau merusak lahan pedesaan,

    menurunkan nilai budaya, merubah

    stratifikasi sosial (juga dapat diinter-

    pretasikan sebagai perubahan positif),

    memberikan tekanan tambahan pada

    masyarakat setempat, mengubah gaya

    hidup, menekan privacy mereka dan

    menyerap perilaku wisatawan yang

    datang.

    Di dalam mengembangkan pari-

    wisata pedesaan dan pertanian secara

    berkelanjutan, hendaknya memenuhi

    tiga prinsip dasar pembangunan yaitu

    (1) holistic approach, (2) futuritydan (3)

    equity.

    Pendekatan pembangunanpedesaan secara holistic mengandung

    perspektif di mana pembangunan

    berkelanjutan hanya akan dapat di-

    capai manakala pembangunannya

    memperhatikan aspek politik global,

    sosio-ekonomi, dan aspek lingkungan.

    Lane (1994) menggambarkan bahwa

    pembangunan berkelanjutan sebagai

    wujud keseimbangan antara tiga

    komponen yaitu penduduk local dan

    ekosistemnya, tamu atau wisatawan,dan industri pariwisata.

    Pedekatan futurity mensiratkan

    bahwa dalam pembangunan pari-

    wisata pedesaan berkelanjutan hen-

    daknya mempertimbangkan kelang-

    sungan hidup generasi yang akan da-

    tang.

    Kebijakan pembangunan pari-

    wisata pedesaan yang berkelanjutan

    juga harus mengandung prinsip per-samaan di mana keberadaan tamu,

    masyarakat local dan semua yang ter-

    libat di alam kepariwisataaan

    mempunyai kedudukan dan peluang

    yang sama.

    @"/%7 *%#@3%M !"5*%#@'#%#!"/-%#2%# *"/#'%#3% !%/2=

    :23%-%

    Konsep strategi pengembangan

    pariwisata dan pertanian pedesaan

    berkelanjutan semuanya bermuara

    pada hasil akhir yaitu pemberdayaan

    masyarakat pedesaan. Berbagai pen-

    dekatan telah diterapkan untuk men-

    capai sasaran, ada yang mengadakan

    pendekatan melalui kredit pedesaanatau program- program pedesaan

    lainnya.

    Pendekatan kelompok dalam

    meningkatkan partisipasinya terhadap

    pembangunan merupakan kata kunci

    di dalam program. Program pengem-

    bangan harus "membangun pedesaan

    bertolak dan akar budaya desa".

    Yang menjadi akar budaya desa ada-

    lah ciri-ciri kebersamaan, keke-

    luargaan dan kegotong-royongan. Se-luruh program dirangcang melalui

    pendekatan dari bawah botton-up ap-

    proach dengan lima gerakan:

    1.

    Gerakan Produktivisasi sumber

    daya alam dan manusia;

    2. Gerakan Kaderisasi masyarakat

    desa

    3. Gerakan Reurbanisasi masyarakat

    desa

    4.

    Gerakan Industrialisasi pedesaan

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    12/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 000

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    5. Gerakan Informatisasi pedesaan.

    @GC.N., !CKHONF+P+E.E+ 3OQRGCH.S.

    %T.Q H., 5.,OE+.

    Pariwisata pedesaan sangat di-

    pengaruhi oleh tingkat kesuburan la-

    hannya, karena dengan lahan yang

    tandus sebagai ciri dari kerusakan

    alam tidak ada daya tarik bagi pari-

    wisata desa.

    Akhir-akhir ini, lahan yang ter-

    bentang di pedesaan baik lahan basah

    -pesawahan- maupun lahan kering

    atau tegalan, umumnya telah men-

    galami penurunan daya dukungnya

    terhadap produksi pertanian. Untukmeningkatkan daya dukungnya ter-

    hadap produksi pertanian tersebut

    diperlukan usaha-usaha yang

    mengarah kepada perbaikan struktur

    dan tekstur, serta mengembalikan top-

    soil tanah.

    Namun perlu di sadari untuk

    mengolah lahan yang sudah mulai

    mengalami keadaan kritis, diperlukan

    sumber daya manusia yang produktif,

    kreatif, edukatif, kerja keras dan

    dinamis. Dalam usaha pengem-

    bangan sumber daya alam dilakukan

    usaha bersama untuk mempertahan-

    kan/konservasi agroekosistem yang

    telah menurun daya dukungnya

    dengan jalan; (1) gerakan konservasi

    lahan kering, (2) Integrated Farming

    dan (3) pola pertanian terpadu yang

    berwawasan lingkungan.

    Dukungan sumber daya manusiayang kreatif artinya mampu mencip-

    takan terobosan-terobosan baru

    dengan multi-metode dalam upaya

    perbaikan lahan pertanian.

    @GC.N., 7.HGC+E.E+ 5.ES.C.N.F $GE.

    Gerakan ini bertujuan untuk

    meningkatkan input pengetahuan

    wawasan dan keterampilan masyara-

    kat petani pedesaan dengan muatan

    dan kesadaran pentingnya pariwisata

    dalam pembangunan desanya, selain

    tujuan diatas, gerakan kaderisasi

    petani yang ditunjukan untuk

    mendapatkan "leader" penggerak desa

    yang berasal dari kalangan masyara-

    kat desa sendiri.Keunggulan utama leader dari

    penduduk local adalah mengetahui

    keunggulan dan kelemahan masyara-

    kat itu sendiri secara mendalam.

    Gerakan kaderisasi petani desa dil-

    akukan dengan pelatihan, kursus reg-

    uler partisipatif yang diikuti kegiatan

    nyata (follow up).

    Hasil akhir dari program gerakan

    kaderisasi desa, bahwa masyarakat

    desa mampu menjadi pembina diling-

    kungan mereka sendiri dan maupun

    meningkatkan leadership dan di-

    harapkan secara "endemi" mampu

    menularkan atau bahkan membina

    desa/kelompok binaan lainnya.

    @GC.N., /GOCR.,+E.E+

    Masyarakat desa yang telah

    mendapat pendidikan di perkotaan

    umumnya mereka terus mencaripekerjaan di kota. Padahal yang di-

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    13/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000008

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    harapkan adalah mereka yang

    menamatkan pendidikan di kota akan

    menjadi putra daerah yang mem-

    bangun daerahnya sendiri, karena

    mereka lebih mengetahui aspek sosio-

    kultur dan root-culture dari daerah ter-

    sebut.

    Usaha ke arah ini dapat dil-

    akukan dengan membuka kesempatan

    lapangan kerja di pedesaan sebagai

    rangsangan untuk kembali. Diharap-

    kan pengalaman dan ilmu yang di-

    peroleh selama di bangku pendidikan

    dapat dimanfaatkan untuk mem-

    bangun daerahnya. Ini merupakan

    salah satu tujuan gerakan Reurban-isasi.

    @GC.N., 2,HOEFC+.T+E.E+ !GHGE..,

    Industrialisasi pedesaan dengan

    nuansa pariwisata, akan memberikan

    effek ganda yang sangat besar. Poten-

    si desa sebagai sumber bahan baku

    pangan dan serat akan mengalami

    ledakan produksi (overproduct) komod-

    itas yang mempunyai keunggulan

    komparatif pada agroekosistemnya.Maka untuk mengatasi ledakan

    produksi tersebut diperlukan usaha

    penanganan hasil panen dengan pen-

    golahan atau dijadikan produk lain.

    Usaha ini akan dapat dilakukan jika

    dan hanyajika dilakukan usaha indus-

    trialisasi pedesaan. Industri yang pal-

    ing tepat dilakukan di pedesaan ada-

    lah jenis Agroindustri.

    Dalam usaha industrialisasi

    pedesaan yang ideal menurut Simatu-

    pang (1991) harus memiliki syarat-

    syarat sbb:

    1. Bernilai tambah besar

    2. mempunyai kaitan input out-put

    yang tinggi dengan industri- in-dustri lain

    3. nilai tambah yang dihasilkan ha-

    rus diterima oleh penduduk desa

    4. padat tenaga kerja

    5. produk yang dikembangkan terse-

    but dikonsumsi oleh desa dengan

    elastisitas permintaan yang tinggi.

    @GC.N., 2,UKCQ.F+E.E+ !GHGE..,

    Pariwisata adalah industri global,oleh karena itu, informasi masuk

    pedesaan mutlak diperlukan untuk

    meningkatkan akselerasi pengem-

    bangan desa tersebut.

    Tujuan utama gerakan ini adalah

    memberikan kesempatan kepada

    masyarakat desa untuk memiliki

    akses terhadap informasi baik infor-

    masi teknologi atau informasi pari-

    wisata dan informasi lainnya.

    Gerakan ini harus ditunjang

    dengan kreativitas membaca dan

    menulis dari penduduk desa tersebut.

    Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan

    adalah dengan mengadakan buletin

    desa, majalah pedesaan atau koran

    masuk desa bahkan bila perlu radio

    pedesaan.

    !"#'-'!

    Pembangunan pariwisata pedesa-

    an yang berbasiskan pembangunan

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    14/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 009

    Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527

    pertanian berkelanjutan telah mem-

    berikan dampak positif dalam pem-

    bangunan pedesaan, seperti telah

    dikembangkan di negara-negara Bar-

    at.

    Bercermin dari itu, maka Indone-

    sia sangat berpeluang untuk mengem-

    bangkan model tersebut mengingat

    Indonesia sangat kaya akan sumber

    daya pariwisata terutama di pedesaan.

    Pembangunan pariwisata yang

    berbasiskan pertanian berkelanjutan

    hendaknya menjadi arah pengem-

    bangan pariwisata Indonesia sekarang

    dan di masa yang akan datang.

    $%V-%/ !'3-%7%

    Federation of Nature and National

    Parks (1993): Loving Them to

    Death ? Sustainable Tourism in

    Europe's Nature and National

    Parks, Grafenau.

    Hall, C.M and Weiler, B. (1992): In-

    troduction. What's Special about

    Special Interest Tourism?. In B.

    Weiler and C.M. Hall (eds.): Spe-cial Interest Tourism, Belhaven

    Press, London, pp.1-14

    Jafari, J. (1987): Tourism Models:

    The Sociocultural Aspects, Tour-

    ism Management8(2), 151-159

    Keane, M.J. and J.Quinn (1990): Ru-

    ral Development and Rural Tour-

    ism, Social Sciences Research

    Centre, University College Gal-

    way, Galway

    te Kloeze, J.W. (1990): Farm Camp-

    ing in the Netherlands, Paper

    given in the Institute of Sociology

    International Conference "Bulgar-

    ian Agriculture in the Future", Sofia

    Miller, G. (1998): Ending the Name

    Game: Criteria for Tourism to be

    Sustainable, Paper given in the

    7th International Symposium on So-

    ciety and Resource Management,

    University of Missouri-

    Columbia, Columbia, Missouri

    Mowforth, M. and Munt, I. (1998):

    Tourism and Sustainability. New

    Tourism in the Third World,

    Routledge, London

    Murphy, P.E. (1994): Tourism and

    Sustainable Development, In

    W.F. Theobald (ed.): Global Tour-

    ism: The Next Decade, Butter-

    worth-Heinemann Ltd, Oxford,

    274-290

    Saefudin, AM. (1992). Realitas Sosial

    Kaum dhuafa Pedesaan. Makalah

    diskusi tidak dipublikasikan.

    Swarbrooke, J. (1996): Towards theDevelopment of Sustainable Ru-

    ral Tourism in Eastern Europe,

    In G. Richards (ed.): Tourism in

    Central and Eastern Europe: Educat-

    ing for Quality, ATLAS, Tilburg,

    137-163

    Tourism Concern and WWF (1992):

    Beyond the Green Horizon. A

    Discussion Paper on Principles

    for Sustainable Tourism, WWF

    UK, Godalming

  • 7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert

    15/15

    J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200000;

    ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114

    Unwin, T. (1996): Tourist Develop-

    ment in Estonia, Tourism Man-

    agement, 17(4), 265-276

    Wallace, J.M.T. (1997): Putting "Cul-

    ture" into Sustainable Tourism:Negotiating Tourism at Lake Ba-

    laton, Hungary, Department of

    Sociology & Anthropology,

    North Carolina State University,

    North Carolina

    Wight, P. (1993): Sustainable Eco-

    tourism: Balancing Economic,

    Environmental and Social Goals

    Within an Ethical Framework,

    The Journal of Tourism Studies,

    4(2), 54-66

    World Commission on Environment

    and Development (1987): Our

    Common Future, Oxford Uni-

    versity, Oxford

    WTO (1996): What Tourism Manag-

    ers Need to Know, A Practical

    Guide to the Development and

    Use of Indicators of Sustainable

    Tourism, WTO, Madrid

    WTO (1998): Nyertesek s vesztesek

    a turizmusban, TTG Hungary 9

    (5), 9

    WTTC (1996b): The 1996/7 WTTC

    Travel & Tourism Report,

    WTTC, London

    Yale, P. (1991): Countryside Attrac-

    tions, In P.Yale: From Tourist At-

    tractions to Heritage Tourism, ELM

    Publications, Kings Ripton, 157-

    177

    ***ksm**