pariwisata pedesaan dan pembangunan pert
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
1/15
Ir. Kusmayadi, Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat STP Tri-
sakti 100-114
!"#$%&'('%#
Menurut Dirjen Pembangunan
Desa, wilayah pedesaan meliputi ciri-ciri (1) perbandingan tanah dan
manusia (man land ratio) yang besar,
(2) lapangan kerja agraris, (3) hub-
ungan penduduk yang akrab (3) sifat
yang menurut tradisi (tradisional).
Sedangkan menurut Wibberley wila-
*+,-./.i n a W i s a t a Nu s a n t a r a
PARIWISATA PEDESAAN DAN PEM-BANGUNAN
PERTANIAN BERKELANJUTAN
KUSMAYADI
Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Sebagai negara kepulauan, Indonesia dihuni oleh sebagian besar pendudukyang tinggal di pedesaan, dengan pola hidup yang bergantung pada hasil-hasil pertanian. Keadaan wilayan pedesaan sendiri mempunyai kekayaan
sumber daya alam baik hayati dan non hayati maupun khasanah ke-
budayaan yang sangat berragam.
Pendekatan pembangunan pedesaan selama ini dapat diistilahkan sebagai
membangun di desadan bukan membangun desa, sehingga pembangunan ter-
sebut lebih bersifat eksploitasi sumber daya pedesaan untuk kepentinganorang kota. Di samping itu, pembangunan yang dilakukan tidak menc-
erminkan keterpaduan antar sector dan sub sector, sehingga hanya terfokus
pada sub sector produksi pertanian saja.
Bercermin dari pengalaman negara-negara Barat, di mana pembangunan
pertanian pedesaan dipadukan dengan pengambangunan pariwisata
pedesaan telah memberikan dampak positif yang sangat luas baik dalam
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pasar produksi pertanian.Oleh karena itu, pengembangan pertanian pedesaan bila dipadukan dengan
pembangunan pariwisata pedesaan di Indonesia sangat berpeluang.***
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
2/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 010
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
yah pedesaan menunjukkan bagian
negeri yang memperlihatkan
penggunaan tanah yang luas sebagi
ciri penentu, baik masa sekarang
maupun beberapa masa yang lampau.
Lebih dari setengah wilayah dara-
tan Indonesia termasuk pedesaan.
Dari luas wilayah tersebut, dihuni
oleh lebih dari 70 persen penduduk
Indonesia. Sensus Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) tahun 1995, mem-
perkirakan bahwa pada tahun 2000
penduduk Indonesia berjumlah 204
juta orang. Dari jumlah tersebut,
sebanyak 65 persen berdomisili di
pedesaan dengan mata pencaharianberasal dari sektor pertanian.
Selama PJP-I, pembangunan In-
donesia dititik beratkan pada pertum-
buhan ekonomi yang bertumpu pada
sektor industri yang ditopang oleh
sektor pertanian. Ternyata paradigma
pembangunan tersebut berdampak
pada pondasi ekonomi yang rapuh,
karena penggerak ekonomi oleh
sektor industri tidak didukung oleh
kemampuan sumber daya dan pen-guasaan teknologi yang memadai.
Untuk pembangunan jangka pan-
jang tahap kedua, paradigma tersebut
perlu diubah dengan pendekatan per-
tumbuhan ekonomi untuk pemer-
ataan yang ditopang oleh sektor pari-
wisata berbasis pedesaan dan per-
tanian. Pembangunan pariwisata
alam berbasis pedesaan diharapkan
dapat memberikan dampak positif
terhadap pembangunan pedesaan an-
tara lain dengan (1) re-distribusi pen-
dapatan dari kota ke desa, (2) re-
urbanisasi tenaga kerja produktif dan
(3) meningkatkan investasi di desa.
Dengan demikian, bagi Indone-
sia, seharusnya pedesaan merupakan
pusat pembangunan karena, pertama
bahwa kurang lebih 65 persen dari
penduduk berada di pedesaan sehing-
ga apabila pembangunan nasional
bertujuan meningkatkan kesejahter-
aan rakyat, maka pembangunan ter-
sebut harus melibatkan masyarakat
pedesaan. Kedua, potensi sumber
daya alam sebagian besar terdapat di
pedesaan yang berupa lahan per-tanian, sumber air, hutan, udara ber-
sih dan tenaga kerja.
/"%(2-%3 3432%( 5%36%/%7%-
!"$"3%%#
Selain potensi di atas, banyak
sekali permasalahan yang dihadapi
masyarakat di pedesaan, mereka yang
selamanya menjadi objek kebijakan
pembangunan, sangat minimum ter-
hadap segala aspek kehidupan.Saefudin (1992) menilai penyebab
kelemahan masyarakat di pedesaan
tersebut bersumber dari dalam mereka
sendiri (faktor internal) dan berasal
dari fihak luar (faktor external).
Faktor internal yang menyebabkan
kelemahan tersebut adalah:
1. Penyebab kultural. Secara kultur-
al masyarakat lemah merasa tidak
berdaya, dan akhirnya pasrah ter-
hadap segala keadaan, menerima
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
3/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000018
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
apa adanya, tak kuasa untuk
membela dan bergerak.
2.
Faktor perpaduan antara internal
dan external menyebabkan tak
dimilikinya akses terhadap sum-ber informasi, keterampilan,
teknologi, permodalan, pasar dan
sumber fasilitas lainnya.
3. Faktor external umumnya
disebabkan karena faktor
struktural; adanya perilaku ketid-
ak adilan dalam hal (Azis, 1992):
a. Proses pengambilan kepu-
tusan dalam menentukan ke-
bijakan pembangunan antara
sektor pertanian (pedesaan)
dan sektor industri atau sektor
non pertanian lainnya.
b. Tidak adilnya penumpukan
modal, khususnya uang, kare-
na sebagian dana tertarik ke
kota karena: lembaga-lembaga
perbankan dikuasai oleh
konglomerat yang berorientasi
kota, pengembangan industri
dan jasa lebih cepat menda-tangkan keuntungan,
c. Masih terdapat kelemahan
kebijakan dalam pengem-
bangan organisasi ekonomi
masyarakat;
d. Kurang terpadunya kebijakan
dalam birokarasi pemerintah
antara sektor pertanian,
perdagangan dan industri;
Menurut Koentjoroningrat adan-
ya anggapan bahwa orang desa (baca:
petani) mereka bekerja keras hanya
terbatas untuk makan dan memenuhi
kebutuhan hidup dirinya dan keluarga
dan orientasi para petani terbatas pa-
da masa kini, orang hidup harus
selaras dengan alam. Dalam hub-
ungan dengan sesamanya petani
cenderung sama sehingga daya kom-
petitif diantara sesamanya cenderung
rendah. Sebaliknya orang kota
beranggapan bahwa manusia bekerja
untuk mendapat kedudukan,
kekuasaan dan simbol-simbol lahiriah
dari kemakmuran. Orientasi lebih
ditentukan oleh masa lampau, terlalu
banyak menggantungkan nasib pada
orang lain dan cenderung menunggu
perintah dari atasan.
Etos kerja yang ada sangat ren-
dah, mereka terperangkap di dalam
lingkaran keterbelakangan.
Perangkap keterbelakangan seperti
dilukiskan Ramona (1976) sebagai
berikut:
1. Tingkat pendapatan rendah be-
rakibat rendahnya gizi dan daya
tahan terhadap penyakit sehinggaproduktivitas rendah dan
pengaruh pada sikap atau etos
kerja: malas, kurang bergairah un-
tuk mengubah nasib, dan motivasi
kurang.
2. Rendahnya tingkat pendapatan
berakibat tingkat pendidikan
keahlian dan keterampilan rendah
sehingga produktivitas pun ren-
dah.
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
4/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 019
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
3.
Pendapatan rendah berakibat ren-
dahnya kemampuan membayar
pajak (zakat, infak sodakoh) se-
hingga pendapatan masyarakat
atau negara rendah dan kurang
mampu membuka atau memper-
luas lapangan kerja, yang berarti
rendahnya produktivitas dan be-
rakhir pada kemiskinan.
4. Rendahnya tingkat pendapatan
berakibat tabungan dan investasi
rendah sehingga kesempatan kerja
akan sempit dan tingkat produk-
tivitas pun rendah: dana juga ku-
rang, sehingga kemajuan inovasi,
invensi dan adaptasi teknologi,penelitian dan pengembangan pun
rendah; akhirnya tingkat produk-
tivitas untuk mampu mengisi
pasar yang bersaing dalam mutu
dan harga juga rendah.
5. Pendapatan yang rendah beraki-
bat rendahnya daya beli masyara-
kat, sehingga pasar menjadi sepi
dan sempit.
6.
Keterbelakangan dalam pengem-
bangan teknologi berpengaruh
terhadap produktivitas dan krea-
tivitas untuk berkembang maju
sehingga kurang mendorong se-
mangat untuk meningkatkan
kualitas hidup.
Walaupun tidak sepenuhnya
benar, keenam kenyataan tersebut
masih diderita oleh kebanyakan
masyarakat pedesaan sampai saat ini.
Untuk membangun pedesaan agarlebih maju, perlu diadakan perubahan
paradigma pembangunan yang meni-
tikberatkan pada input pengetahuan
dan penguasaan teknologi bagi
masyarakat pedesaan. Dimana
tujuan utamanya adalah (Wordl
Bank, 1997:4) perbaikan ekonomi,
pembangunan sosial dan pelestarian
serta perbaikan lingkungan hidup.
!%/2:23%-% !"$"3%%#
Ditinjau dari sudut kepa-
riwisataan, desa merupakan asset
yang tak ternilai harganya. Sumber
daya desa di Indonesia memiliki un-
sur keindahan (natural-beauty),
keaslian (originality), kelangkaan (scar-city) dan keutuhan (wholesomeness). Di
samping itu, desa juga memiliki
keanekaragaman flora dan fauna,
agroekosistem dan gejala alam, adat-
istiadat yang dapat dijadikan sebagai
objek daya tarik wisata bila dikemas
secara profesional.
Keadaan yang seperti digam-
barkan di atas, merupakan keunggu-
lan dan keandalan pariwisata Indone-
sia. Keunikan dan kekhasan seni-
budaya dan keadaan ekosistem desa
setempat merupakan arah selera
dunia masa kini. Oleh karena itu ha-
rus dilestarikan, dikembangkan, di-
promosikan dengan penuh percaya
diri guna memperkokoh jati diri desa.
Namun, sampai saat ini,
pengembangan desa yang diarahkan
menjadi daerah tujuan wisata masih
sangat sedikit. Hal ini disebabkanantara lain oleh (1) adanya orientasi
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
5/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200001;
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
pembangunan pariwisata yang masih
berpegang pada paradigma lama
kepariwisataan yaitu pariwisata untuk
kemewahan, hura-hura, massal dan
kesenangan belaka, (2) masih ku-
rangnya perhatian pemerintah dan
masyarakat terhadap pembangunan
pariwisata berkelanjutan dan (3)
masih rendahnya peranan lembaga
pendidikan dan penelitian yang
mengembangkan desa dengan orien-
tasi pariwisata.
Pendekatan pembangunan
pedesaan yang hanya terbatas pada
produksi pertanian ternyata sampai
saat ini belum mencapai keadaanyang diharapkan. Hal ini ditunjukkan
dengan masih tingginya impor
produk-produk pertanian. Upaya lain
yang perlu dicoba adalah dengan
pendekatan pembangunan pertanian
berkelanjutan berbasiskan pariwisata
(ruraltourism).
Banyak negara lain yang
mengembangkan pariwisata pedesaan
antara lain negara Hungaria. Menc-
ermin dari negara tersebut, rural tour-ism merupakan salah satu bagian dari
industri pariwisata. Padahal Hunga-
ria suatu negara yang tidak memiliki
atraksi alami yang spektakuler, tanpa
pemandangan yang indah, gunung-
gunung yang menjulang, hutan bel-
antara ataupun binatang-binatang
langka. Namun, ragam budaya yang
atraktif dengan desa-desa kecil,
sungai-sungai dan danau, dipadukan
dengan keramahan masyarakat tradi-sional mampu memberikan tawaran
yang menyenangkan bagi wisatawan
yang mencari kenyamanan dan hi-
buran dari suasana yang tenang. Pa-
riwisata pedesaan sangat penting ka-
rena dapat memberikan suplai dan
kreasi yang lebih kompleks, dapat
menstimulasi pertumbuhan ekonomi
untuk meningkatkan viabilitas desa
yang berkembang dan untuk mening-
katkan standar kehidupan penduduk
setempat.
Indonesia dengan lebih kurang
400 etnis sangat potensial untuk
mengembangkan pariwisata semacam
demikian ditambah pula dengan
keanekaragaman sumberdaya hayatidari kekayaan bawah laut, dalam
tanah (gua), sampai ke puncak
pegunungan. Namun yang menjadi
permasalahan adalah bagaimana cara
melakukannya? Bagaimana keber-
lanjutan tersebut dimonitor dan di-
promosikan di daerah tujuan wisata?
3'3-%2#%*(" -4'/235 $"
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
6/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 01>
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
dengan definisi dari Federation of Na-
ture and National Parks, pariwisata
yang berkelanjutan adalah "seluruh
bentuk dari pengembangan, pengelolaan
dan kegiatan pariwisata yang berpedoman
lingkungan, integritas sosial dan ekonomi,
alam yang tertata dengan baik serta
mengembangkan sumberdaya budaya
secara terus menerus." (FNNP, 1993).
Sedangkan Tourism Concern and
te World Wide Fund for Nature
mendefinisikan sebagai "operates with-
in natural capacities for the regeneration
and future productivity of natural re-
sources; recognises the contribution that
people and communities, custom and life-styles, make to the tourism experience;
accepts that these people must have a equi-
table share in the economic benefits of tour-
ism; and is guided by the wishes of local
people and communities in the host areas".
Meskipun definisi yang telah ada
membedakan fokus mereka atau ting-
kat elaborateness-nya, pesan utama
dari laporan ini lebih dan lebih
diterima oleh seluruh industri pari-
wisata di dunia ini. Bagaimanapun,arti sustainabilitysangat kompleks dan
memiliki banyak ramifications
(Mowforth & Munt, 1998).
Ecologycalsustainability, yang be-
rarti pembangunan pariwisata tidak
disebabkan oleh perubahan yang irre-
versible dalam suatu ekosistem yang
telah ada, dan menjadi dimensi yang
secara umum diterima sejak adanya
kebutuhan untuk melindungi sum-
berdaya alam dari dampak negatif
kegiatan pariwisata. Pertumbuhan
umum dari kesadaran lingkungan te-
lah secara signifikan dikontribusikan
ke dalam trend ini.
Socialsustainability sesuai dengan
kemampuan suatu kelompok untuk
menyerap wisatawan tanpa men-
imbulkan ketidakharmonisan hub-
ungan sosial.
Cultural sustainabulity dalam
konteks ini mengasumsikan bahwa
kelompok mampu menyerap perilaku
budaya yang disebut "tourist culture"
dan "residual culture" yang dimiliki
oleh pengunjung, (Jafari 1987).
Aspek sustainability yang berbeda
sebaiknya tidak mempengaruhi, tetapi
harus dilihat sebagai hal yang sama-
sama penting. Tingkat keuntungan
yang tinggi jangan dianggap sebagai
alat untuk menutupi kesalahan yang
telah dibuat untuk memperbaiki sum-
berdaya sosial dan budaya, tetapi
kelemahan ini jangan menjadikan
lingkungan yang kurang baik dimana
pertimbangan ekonomi jarang dil-
akukan dengan baik. Sustainable tour-
ism harus mampu dilihat secara
ekonomis dan alami serta memiliki
sensitivitas budaya pada saat yang
bersamaan.
Akibat dari pengembangan pari-
wisata yang tidak tepat dalam pen-
ingkatan tekanan untuk mengatasi
perubahan negatif dalam hal destina-
tion's physical, serta karakteristik
ekonomi dan sosial. Untuk mengu-rangi dampak yang tidak diinginkan,
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
7/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200001?
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
seorang pengambil keputusan harus
memperhatikan faktor-faktor yang
terjadi dalam proses. Dalam men-
gukur tujuan bahwa tujuan pribadi
adalah mewujudkan pengembangan
pariwisata yang sustainable, indikator-
indikator sustainability biasanya
diterima sebagai salah satu alat yang
berguna.
2#$27%-4/ !"#@"5*%#@%# !%=
/2:23%-% *"/7"(%#A'-%#
Indikator merupakan alat untuk
mengukur informasi sehingga seorang
pengambil keputusan dapat mengu-
rangi peluang terjadinya pengambilankeputusan yang salah (WTO, 1996).
Dengan kata lain indikator merupa-
kan kumpulan faktor-faktor yang
penting untuk membuat keputusan.
"Indikator-indikator merupakan alat
untuk mengelola saat ini dan sebagai
alat investasi di masa yang akan da-
tang, sejak mereka mengurangi resiko
terjadinya kerusakan untuk basis
sumberdaya yang dimana industri
pariwisata berada".Indikator pengembangan pari-
wisata berkelanjutan seperti pada
tabel 1.
74#3"! !%/2:23%-% !"$"3%%#
Pariwisata Pedesaan (Rural Tour-
ism) merupakan fenomena yang baru
sekaligus lama pada saat yang bersa-
maan. Minat terhadap rekreasi di luar
kota berawal sejak abad ke 19 sebagaireaksi terhadap tekanan mening-
katnya urbanisasi dan industrialisasi.
Suasana desa sangat dikagumi oleh
pembuat puisi dan para artis. Jaringan
transportasi yang baru dibuka untuk
menarik lebih banyak wisatawan da-
tang ke luar kota. Namun, ruraltour-
ism dalam era ini berbeda: jumlah
wisatawan yang terlibat meningkat
secara signifikan dan pariwisata telah
berkembang di seluruh aspek.
Meskipun mudah mendefinisikan
rural tourism sebagai "pariwisata yang
terdapat/terjadi di pedesaan", definisi
ini belum mencakup kompleksitas
dari seluruh kegiatan, dan bentuk ser-
ta arti yang berbeda yang dikem-bangkan di beberapa negara. Ber-
dasarkan definisi yang telah dikenal
secara luas "rural tourism meliputi
kumpulan kegiatan, pelayanan, ken-
yamanan yang disediakan oleh para
petani dan masyarakat setempat un-
tuk menarik kedatangan wisatawan
ke daerah mereka untuk meningkat-
kan pendapatan serta bisnisnya".
(Gannon, 1988 dalam Kloeze, 1994).
Bila konsep yang sudah meluas iniditerima, maka rural tourism tidak
hanya mencakup lahan pertanian atau
agritourism, tetapi juga keindahan
alam yang lain seperti rumah-rumah
tradisional penduduk serta pelaya-
nannya selain sarana akomodasi, per-
ayaan-perayaan, festival, pembuatan
serta penjualan cinderamata dan
produk-produk pertanian, dsb.
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
8/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 01B
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
!.C+D+E.F. !GHGE.., H+ #GI.C.=,GI.C. *.C.F
Rural tourismmemiliki pengertian
yang berbeda di setiap negara. DiFinlandia misalnya biasa diartikan
Tabel 1. Indikator Sustainable tourism development
Indikator Alat ukur
1.
Tekanan Jumlah pengunjung (per tahun/per musim)
2.
Tekanan Sosial Rasio jumlah pengunjung dengan jumlah penduduk (per ta-hun/musim)
3.
Daya tarik Daftar sumberdaya alam dan budaya
Tingkat daya tarik terhadap sumberdaya
4. Proses Perencanaan Keberadaan rencana lokal/regional untuk pembangunan
5. Proses Perencanaan
Pariwisata
Keberadaan rencana lokal/regional untuk pengembangan pa-
riwisata
6. Lahan perlindungan Kategori perlindungan
Persentase lahan yang dilindungi dibandingkan dengan se-
luruh lahan yang ada
7. Keterlibatan
masyarakat lokal
Rasio jumlah masyarakat yang memiliki bisnis pariwisata
dengan jumlah seluruh bisnis pariwisata
8.
Kontrol masyarakatlocal
Keberadaan ukuran umum untuk memastikan kontrolmasyarakat setempat dalam rencana pengembangan dan im-
plementasinya.
9.
Tenaga kerja Jumlah pekerjaan yang diciptakan oleh sektor pariwisata
Rasio jumlah pekerja setempat dengan jumlah tamu
10.Kontribusi pari-
wisata
Proporsi jumlah pajak total yang digenerasikan hanya oleh
sektor pariwisata
11.Keragaman
ekonomi
Pembagian kegiatan ekonomi yang berbeda dalam pendapatan
pajak total
12.
Konsumsi energi Rasio sumberdaya energi
13.Pengelolaan yang
sia-sia
Persentase alatalat rumahtangga yang digunalan
Persentase buangan yang memerlukan tindakan lanjut
14.
Pendidikan & kur-
sus
persentase masyarakat lokal yang terlibat dalam sektor pari-
wisata dengan pendidikan dan kursus yang profesional
distribusi tenaga kerja
persentase tenaga kerja yang bergerak di sektor pariwisata
15.
Kepuasan masyara-
kat
Seluruh persepsi yang muncul sebagai dampak dari kegiatan
pariwisata di dalam kehidupan masyarakat setempat.
16.Kepuasan
wisatawan
Seluruh kepuasan yang dirasakan wisatawan menganai kuali-
tas yang diberikan
Persentase perubahan dari tingkat kunjungan yang kedua
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
9/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200001J
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
sebagai cottages yang disewakan
kepada pengunjung atau pelayanan
makanan yang tersedia di luar kota.
Di Hongaria, disebut dengan "village
tourism", yang mengindikasikan
bahwa hanya kegiatan dan pelayanan
yang disediakan di village yang ter-
masuk dalam pariwisata jenis ini. Di
Slovenia, komponen yang paling
penting dalam rural tourism adalah
keluarga petani, dimana tamu tinggal
bersama dengan mereka atau di
penginapan, tetapi datang ke per-
tanian untuk memenuhi kebutuhan
makannya (Verbole, 1995). Di Neth-
erland, pariwisata ini berarti
melakukan kemping di lahan per-
tanian, jalan-jalan atau naik kuda
mengelilingi seluruh lahan pertanian
(Peters et al, 1994). Di Greece, yang
menjadi bagian paling penting adalah
sarana akomodasi yang tradisional
dengan masakan tradisional.
Kegiatan lain yang menunjang ada-
lah-walaupun masih dalam skala yang
kecil-termasuk restoran dan fasilitas
hiburan atau kegiatan rekreasi
(Turner, 1993).
Rural tourismmerupakan salah sa-
tu prioritas utama dari pengembangan
pariwisata di negara-negara Eropa.
Keinginan pasar terhadap liburan di
pedesaan ini tumbuh seiring dengan
perjalanan menuju masa depan yang
tidak pasti, terutama karena peru-
bahan di bidang pertanian, atau
menurunnya standar hidup masyara-
kat. Rural tourism merupakan alatyang tepat untuk merevitalisasi
penyempitan lahan pertanian serta
untuk memastikan keberlanjutan di
masa depan dengan kemampuan
menciptakan lapangan pekerjaan,
kemampuan menampung tenaga ker-
ja, meningkatnya keragaman peker-
jaan, kemampuan melayani, lahan
konservasi serta produsen cinderama-
ta sebagai daya tarik bagi wisatawan.
Rural tourism biasanya memberikan
insentif untuk pengembangan sarana
infrastruktur yang dikontribusikan
untuk pengembangan kegiatan
perekonomian lainnya. Keuntungan
yang spesifik dari pengembangan pa-
riwisata ini dapat meningkatkan pelu-
ang hubungan interaksi bagi
masyarakat setempat yang hidupnya
terisolasi di dalam komunitas per-
tanian (swarbrooke, 1996).
!.C+D+E.F. !GHGE.., H+ 2,HK,GE+.
Kegagalan pembangunan pari-
wisata Indonesia saat ini antara lain
belum adanya perencanaan yang
pengembangan pariwisata yang
terpadu, dan menyeluruh untuk skalanasional. Msih belum adanya kese-
pahaman antar pengambil keputusan
menyebabkan berbenturannya
berbagai kepentingan. Sehingga
pembangunan pedesaan lebih
mengarah pada eksploitasi sumber
daya pedesaan untuk kepentingan
sepihak.
Pengaruh yang sangat besar ada-
lah adanya perubahan nuansa men-
jadi tidak asli lagi karena:
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
10/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 01L
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
a.
berkurangnya bahkan hilangnya
keaslian pedesaan,
b.
berubahnya budaya masyarakat
lokal mengikuti kebiasaan dan
atau budaya pendatang/wisa-tawan;
Wisata desa yang dikembangkan
akhir-akhir ini belum ditanggapi
secara luas oleh masyarakat dan in-
dustri secara luas, karena salah satu
kendalanya adalah kemauan
masyarakat tuan rumah untuk men-
jadi kreatif dan inovatif (Lankford,
1993).
!%/2:23%-% !"$"3%%# $%# !"/=-%#2%# *"/7"(%#A'-%#
Rural tourism seringkali dipan-
dang sebagai intrinsically sustainable,
untuk menarik sejumlah pengunjung,
yang tidak memerlukan pengem-
bangan sarana infratruktur,
wisatawan biasanya tertarik pada bu-
daya serta tradisi masyarakat setem-
pat. Salah satu daya tarik dari berlibur
di desa adalah interaksi antara sesama
sehingga baik pribumi dan tamu
dapat membagi ide serta pengetahuan
yang dimiliki yang tentunya dapat
meningkatkan "industry if peace" se-
bagai salah satu hubungan saling
menguntungkan.
Namun bila pengembangan rural
tourism dianalisis lebih dalam lagi
akan muncul keraguan sehubungan
intrinsic sustainabily tadi. Isu yang
paling signifikan yang harus dicariadalah keuntungan dari pelayanan
yang diberikan karena pariwisata ber-
sifat musiman, tingkat okupansi yang
rendah dan investasi yang diperlukan
untuk menciptakan atau mengem-
bangkan fasilitas yang akan
digunakan oleh para wisatawan.
Melihat pada sustainability ling-
kungan, pengalaman mengajarkan
bahwa mempertimbangkan investasi
diperlukan untuk pengelolaan ling-
kungan dan dapat menjadikan rural
tourism cocok dalam segala suasana.
Para wisatawan biasanya sangat ter-
tarik dengan industri yang sensitif un-
tuk kepentingan manusia. Sebagai
tambahan, pengelolaan lahan per-tanian tidak selalu dapat memenuhi
keinginan wisatawan berdasarkan
imej "traditional rural" yang dimun-
culkan dalam literatur atau lembaran
promosi.
Pengembangan pariwisata juga
dipengaruhi oleh karakteristik sosial
budaya, baik dalam hal positif dan
negativ (Keane & Quinn, 1990; Peters
et al, 1994). Sebagai dampak positif
hal-hal berikut dapat dijelaskan: ruraltourism biasanya menggunakan sum-
berdaya yang tersedia (seperti lahan,
petani, daya tarik alam serta budaya)
yang membawa perubahan sosial
ekonomi, melindungi dari kepunahan
serta konservasi lingkungan pedesaan
yang menyediakan lebih banyak kon-
tak sosial masyarakat setempat dan
meningkatkan kesempatan bagi mere-
ka untuk belajar tentang budaya lain.
Sedangkan dampak negatifnya, pari-wisata di lahan pedesaan mengubah
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
11/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000001
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
atau merusak lahan pedesaan,
menurunkan nilai budaya, merubah
stratifikasi sosial (juga dapat diinter-
pretasikan sebagai perubahan positif),
memberikan tekanan tambahan pada
masyarakat setempat, mengubah gaya
hidup, menekan privacy mereka dan
menyerap perilaku wisatawan yang
datang.
Di dalam mengembangkan pari-
wisata pedesaan dan pertanian secara
berkelanjutan, hendaknya memenuhi
tiga prinsip dasar pembangunan yaitu
(1) holistic approach, (2) futuritydan (3)
equity.
Pendekatan pembangunanpedesaan secara holistic mengandung
perspektif di mana pembangunan
berkelanjutan hanya akan dapat di-
capai manakala pembangunannya
memperhatikan aspek politik global,
sosio-ekonomi, dan aspek lingkungan.
Lane (1994) menggambarkan bahwa
pembangunan berkelanjutan sebagai
wujud keseimbangan antara tiga
komponen yaitu penduduk local dan
ekosistemnya, tamu atau wisatawan,dan industri pariwisata.
Pedekatan futurity mensiratkan
bahwa dalam pembangunan pari-
wisata pedesaan berkelanjutan hen-
daknya mempertimbangkan kelang-
sungan hidup generasi yang akan da-
tang.
Kebijakan pembangunan pari-
wisata pedesaan yang berkelanjutan
juga harus mengandung prinsip per-samaan di mana keberadaan tamu,
masyarakat local dan semua yang ter-
libat di alam kepariwisataaan
mempunyai kedudukan dan peluang
yang sama.
@"/%7 *%#@3%M !"5*%#@'#%#!"/-%#2%# *"/#'%#3% !%/2=
:23%-%
Konsep strategi pengembangan
pariwisata dan pertanian pedesaan
berkelanjutan semuanya bermuara
pada hasil akhir yaitu pemberdayaan
masyarakat pedesaan. Berbagai pen-
dekatan telah diterapkan untuk men-
capai sasaran, ada yang mengadakan
pendekatan melalui kredit pedesaanatau program- program pedesaan
lainnya.
Pendekatan kelompok dalam
meningkatkan partisipasinya terhadap
pembangunan merupakan kata kunci
di dalam program. Program pengem-
bangan harus "membangun pedesaan
bertolak dan akar budaya desa".
Yang menjadi akar budaya desa ada-
lah ciri-ciri kebersamaan, keke-
luargaan dan kegotong-royongan. Se-luruh program dirangcang melalui
pendekatan dari bawah botton-up ap-
proach dengan lima gerakan:
1.
Gerakan Produktivisasi sumber
daya alam dan manusia;
2. Gerakan Kaderisasi masyarakat
desa
3. Gerakan Reurbanisasi masyarakat
desa
4.
Gerakan Industrialisasi pedesaan
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
12/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 000
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
5. Gerakan Informatisasi pedesaan.
@GC.N., !CKHONF+P+E.E+ 3OQRGCH.S.
%T.Q H., 5.,OE+.
Pariwisata pedesaan sangat di-
pengaruhi oleh tingkat kesuburan la-
hannya, karena dengan lahan yang
tandus sebagai ciri dari kerusakan
alam tidak ada daya tarik bagi pari-
wisata desa.
Akhir-akhir ini, lahan yang ter-
bentang di pedesaan baik lahan basah
-pesawahan- maupun lahan kering
atau tegalan, umumnya telah men-
galami penurunan daya dukungnya
terhadap produksi pertanian. Untukmeningkatkan daya dukungnya ter-
hadap produksi pertanian tersebut
diperlukan usaha-usaha yang
mengarah kepada perbaikan struktur
dan tekstur, serta mengembalikan top-
soil tanah.
Namun perlu di sadari untuk
mengolah lahan yang sudah mulai
mengalami keadaan kritis, diperlukan
sumber daya manusia yang produktif,
kreatif, edukatif, kerja keras dan
dinamis. Dalam usaha pengem-
bangan sumber daya alam dilakukan
usaha bersama untuk mempertahan-
kan/konservasi agroekosistem yang
telah menurun daya dukungnya
dengan jalan; (1) gerakan konservasi
lahan kering, (2) Integrated Farming
dan (3) pola pertanian terpadu yang
berwawasan lingkungan.
Dukungan sumber daya manusiayang kreatif artinya mampu mencip-
takan terobosan-terobosan baru
dengan multi-metode dalam upaya
perbaikan lahan pertanian.
@GC.N., 7.HGC+E.E+ 5.ES.C.N.F $GE.
Gerakan ini bertujuan untuk
meningkatkan input pengetahuan
wawasan dan keterampilan masyara-
kat petani pedesaan dengan muatan
dan kesadaran pentingnya pariwisata
dalam pembangunan desanya, selain
tujuan diatas, gerakan kaderisasi
petani yang ditunjukan untuk
mendapatkan "leader" penggerak desa
yang berasal dari kalangan masyara-
kat desa sendiri.Keunggulan utama leader dari
penduduk local adalah mengetahui
keunggulan dan kelemahan masyara-
kat itu sendiri secara mendalam.
Gerakan kaderisasi petani desa dil-
akukan dengan pelatihan, kursus reg-
uler partisipatif yang diikuti kegiatan
nyata (follow up).
Hasil akhir dari program gerakan
kaderisasi desa, bahwa masyarakat
desa mampu menjadi pembina diling-
kungan mereka sendiri dan maupun
meningkatkan leadership dan di-
harapkan secara "endemi" mampu
menularkan atau bahkan membina
desa/kelompok binaan lainnya.
@GC.N., /GOCR.,+E.E+
Masyarakat desa yang telah
mendapat pendidikan di perkotaan
umumnya mereka terus mencaripekerjaan di kota. Padahal yang di-
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
13/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000008
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
harapkan adalah mereka yang
menamatkan pendidikan di kota akan
menjadi putra daerah yang mem-
bangun daerahnya sendiri, karena
mereka lebih mengetahui aspek sosio-
kultur dan root-culture dari daerah ter-
sebut.
Usaha ke arah ini dapat dil-
akukan dengan membuka kesempatan
lapangan kerja di pedesaan sebagai
rangsangan untuk kembali. Diharap-
kan pengalaman dan ilmu yang di-
peroleh selama di bangku pendidikan
dapat dimanfaatkan untuk mem-
bangun daerahnya. Ini merupakan
salah satu tujuan gerakan Reurban-isasi.
@GC.N., 2,HOEFC+.T+E.E+ !GHGE..,
Industrialisasi pedesaan dengan
nuansa pariwisata, akan memberikan
effek ganda yang sangat besar. Poten-
si desa sebagai sumber bahan baku
pangan dan serat akan mengalami
ledakan produksi (overproduct) komod-
itas yang mempunyai keunggulan
komparatif pada agroekosistemnya.Maka untuk mengatasi ledakan
produksi tersebut diperlukan usaha
penanganan hasil panen dengan pen-
golahan atau dijadikan produk lain.
Usaha ini akan dapat dilakukan jika
dan hanyajika dilakukan usaha indus-
trialisasi pedesaan. Industri yang pal-
ing tepat dilakukan di pedesaan ada-
lah jenis Agroindustri.
Dalam usaha industrialisasi
pedesaan yang ideal menurut Simatu-
pang (1991) harus memiliki syarat-
syarat sbb:
1. Bernilai tambah besar
2. mempunyai kaitan input out-put
yang tinggi dengan industri- in-dustri lain
3. nilai tambah yang dihasilkan ha-
rus diterima oleh penduduk desa
4. padat tenaga kerja
5. produk yang dikembangkan terse-
but dikonsumsi oleh desa dengan
elastisitas permintaan yang tinggi.
@GC.N., 2,UKCQ.F+E.E+ !GHGE..,
Pariwisata adalah industri global,oleh karena itu, informasi masuk
pedesaan mutlak diperlukan untuk
meningkatkan akselerasi pengem-
bangan desa tersebut.
Tujuan utama gerakan ini adalah
memberikan kesempatan kepada
masyarakat desa untuk memiliki
akses terhadap informasi baik infor-
masi teknologi atau informasi pari-
wisata dan informasi lainnya.
Gerakan ini harus ditunjang
dengan kreativitas membaca dan
menulis dari penduduk desa tersebut.
Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan
adalah dengan mengadakan buletin
desa, majalah pedesaan atau koran
masuk desa bahkan bila perlu radio
pedesaan.
!"#'-'!
Pembangunan pariwisata pedesa-
an yang berbasiskan pembangunan
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
14/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 2000 009
Kusmayadi: 100-114 ISSN 1411-1527
pertanian berkelanjutan telah mem-
berikan dampak positif dalam pem-
bangunan pedesaan, seperti telah
dikembangkan di negara-negara Bar-
at.
Bercermin dari itu, maka Indone-
sia sangat berpeluang untuk mengem-
bangkan model tersebut mengingat
Indonesia sangat kaya akan sumber
daya pariwisata terutama di pedesaan.
Pembangunan pariwisata yang
berbasiskan pertanian berkelanjutan
hendaknya menjadi arah pengem-
bangan pariwisata Indonesia sekarang
dan di masa yang akan datang.
$%V-%/ !'3-%7%
Federation of Nature and National
Parks (1993): Loving Them to
Death ? Sustainable Tourism in
Europe's Nature and National
Parks, Grafenau.
Hall, C.M and Weiler, B. (1992): In-
troduction. What's Special about
Special Interest Tourism?. In B.
Weiler and C.M. Hall (eds.): Spe-cial Interest Tourism, Belhaven
Press, London, pp.1-14
Jafari, J. (1987): Tourism Models:
The Sociocultural Aspects, Tour-
ism Management8(2), 151-159
Keane, M.J. and J.Quinn (1990): Ru-
ral Development and Rural Tour-
ism, Social Sciences Research
Centre, University College Gal-
way, Galway
te Kloeze, J.W. (1990): Farm Camp-
ing in the Netherlands, Paper
given in the Institute of Sociology
International Conference "Bulgar-
ian Agriculture in the Future", Sofia
Miller, G. (1998): Ending the Name
Game: Criteria for Tourism to be
Sustainable, Paper given in the
7th International Symposium on So-
ciety and Resource Management,
University of Missouri-
Columbia, Columbia, Missouri
Mowforth, M. and Munt, I. (1998):
Tourism and Sustainability. New
Tourism in the Third World,
Routledge, London
Murphy, P.E. (1994): Tourism and
Sustainable Development, In
W.F. Theobald (ed.): Global Tour-
ism: The Next Decade, Butter-
worth-Heinemann Ltd, Oxford,
274-290
Saefudin, AM. (1992). Realitas Sosial
Kaum dhuafa Pedesaan. Makalah
diskusi tidak dipublikasikan.
Swarbrooke, J. (1996): Towards theDevelopment of Sustainable Ru-
ral Tourism in Eastern Europe,
In G. Richards (ed.): Tourism in
Central and Eastern Europe: Educat-
ing for Quality, ATLAS, Tilburg,
137-163
Tourism Concern and WWF (1992):
Beyond the Green Horizon. A
Discussion Paper on Principles
for Sustainable Tourism, WWF
UK, Godalming
-
7/23/2019 Pariwisata Pedesaan Dan Pembangunan Pert
15/15
J. Ilm. Pariwisata Vol. 5, No. 1, Agustus 200000;
ISSN 1411-1527 Kusmayadi : 100-114
Unwin, T. (1996): Tourist Develop-
ment in Estonia, Tourism Man-
agement, 17(4), 265-276
Wallace, J.M.T. (1997): Putting "Cul-
ture" into Sustainable Tourism:Negotiating Tourism at Lake Ba-
laton, Hungary, Department of
Sociology & Anthropology,
North Carolina State University,
North Carolina
Wight, P. (1993): Sustainable Eco-
tourism: Balancing Economic,
Environmental and Social Goals
Within an Ethical Framework,
The Journal of Tourism Studies,
4(2), 54-66
World Commission on Environment
and Development (1987): Our
Common Future, Oxford Uni-
versity, Oxford
WTO (1996): What Tourism Manag-
ers Need to Know, A Practical
Guide to the Development and
Use of Indicators of Sustainable
Tourism, WTO, Madrid
WTO (1998): Nyertesek s vesztesek
a turizmusban, TTG Hungary 9
(5), 9
WTTC (1996b): The 1996/7 WTTC
Travel & Tourism Report,
WTTC, London
Yale, P. (1991): Countryside Attrac-
tions, In P.Yale: From Tourist At-
tractions to Heritage Tourism, ELM
Publications, Kings Ripton, 157-
177
***ksm**