pariwisata bali
DESCRIPTION
Sejarah, Dinamika dan MasalahTRANSCRIPT
Studi Kasus Kebijakan Pengembangan Destinasi
Pariwisata Bali
Discussed by :
FC Sari (732013610)
R Haris H (732013606)
Randi AB (732013607)
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
DESTINASI PARIWISATA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
2013 / 2014
Sejarah Pariwisata Bali
Catatan sejarah pertumbuhan pariwisata di Bali dimulai pada abad ke 8. Pada waktu itu ada
seorang tokoh spiritual agama Hindu dari pulau Jawa yang bernama Rsi Markandeya melakukan
perjalanan ke pulau Bali.
Perjalanan wisata internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad 20 dimana
sebelumnya bahwa Bali diketemukan oleh orang Belanda tahun 1579 yaitu oleh ekspedisi
(Cornellis de Houtman) dalam perjalanannya mengelilingi dunia untuk mencari rempah-rempah
lalu sampai di Indonesi. Kemudian pada tahun 1920 mulailah wisatawan dari Eropa datang ke
Bali. Hal ini terjadi berkat dari kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart
Maatsckapy) yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia dan juga agar kapal-
kapal tersebut mendapat penumpang dalam perjalanannya ke Indonesia lalu mereka
memperkenalkan Bali di Eropa sebagai (the Island of God).
Nama Bali makin terkenal dengan pertunjukan Legong Peliatan pada tahun 1932, yang
diprakarsai oleh orang orang asing di Eropa dan Amerika untuk mengadakan show di
mancanegara. Karena gencarnya aksi show dilakukan dimancanegara, maka Pulau Bali menjadi
semakin terkenal dan orang mancanegara lebih banyak berkunjung.
Bagaimana dengan perkembangan akomodasi untuk mendukung kedatangan wisatawan ke Bali?
Adalah Bali hotel merupakan hotel pertama yang didirikan diBali , khususnya di jantung kota
denpasar yang bertujuan untuk menampung arus wisatawan saat itu. Hotel ini didirikan tahun
1930.
Karena perang dunia pertama 1939-1941, perang dunia kedua 1942-1945, dan juga revolusi
Indonesia 1942-1949, pariwisata Bali kemudian mengalami kemorosotan, karena gejolak dunia
yang mempengaruhi semua segmen kehidupan dunia. Pada tahun 1956, wisata Bali kemudian
mulai digeliatkan kembali.Hal ini ditandai dengan berdirinya Hotel Bali Beach 1963, dan
diresmikan pada tahun 1966.Hotel ini memiliki sembilan lantai dan tingginya melebihi 15 meter
atau melebihi tinggi pohon kelapa.
Untuk mendukung kemajuan pariwisatanya, pemerintahan pulau bali dan pemerintahan pusat
Indonesia mendirikan bandara udara I gusti Ngurah Rai yang diresmikan pada tahun 1969. Dari
bandara bertaraf international inilah sejarah perkembangan pariwisata di Bali mulai berkembang
dan terus berkembang sampai sekarang. Pertumbuhan pariwisata secara fisik dimulai dari
segitiga Kuta, Sanur, Ubud sebagai daerah pengembangan awal. Nusa Dua tidak kalah
progresifnya, dan diikuti daerah lainnya.
Pengaruh Hindu Bali
Sebagian masyarakat Bali menganut agama Hindu. Agama Hindu pada masyarakat Bali seperti
sudah menyatu, karena di dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bali selalu berkaitan dengan
agama Hindu. Wujud ideal dari kebudayaan Daerah Bali, tampak jelas dalam kehidupan sosial
spiritual yang bersumber pada agama Hindu.
Unsur yang terkait dengan Agama Hindu antara lain :
1. Mata Pencaharian
Dengan adanya organisasi pertanian yang dikenal dengan Subak.
2. Kesenian
Seni budaya Bali merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari – hari, maupun
kehidupan keagamaan agama Hindu di Bali. Sebagian besar upacara keagamaan yang ada
di Bali tidak terlepas dari unsur – unsur seni seperti seni tari, seni rupa dan seni – seni
lainnya.
3. Bahasa
Bahasa Bali itu mengandung kosakata sansekerta, pada masa pengaruh Majapahit masih
sangat besar di pulau Bali
4. Pariwisata
Pariwisata bagi pulau Bali, merupakan salah satu aspek terpenting yang selama ini selalu
diandalkan, sebagai penghasil devisa terbesar. Pulau Bali memiliki sumber daya alam,
ritual – ritual yang ada dan sangat menarik perhatian para wisatawan asing, misalnya
pada saat – saat tertentu dimana terdapat upacara besar seperti Nyepi. Upacara Nyepi
berkaitan dengan agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di Bali,
sehingga tidaklah mengherankan apabila pada waktu tertentu diadakan acara tersebut
secara besar – besaran, hingga mampu mengundang perhatian para wisatawan yang
berkunjung ke Bali.
TRI HITA KARANA
Selain upacara – upacara ritual, di dalam agama Hindu juga dikenal konsepsi Tri Hita Karana
yang artinya adalah tiga penyebab kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Ketiga komponen
tersebut menurut agama Hindu adalah Kahyangan (tempat pemujaan Tuhan sebagai
manifestasinya), Palemahan (wilayah) dan Pawongan (manusia).
Tri Hita Karana menitikberatkan bagaimana antara manusia berhubungan dengan manusia secara
rukun dan damai, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan alam
sekitarnya.
Tri Hita Karana adalah konsep yang diadopsi ajaran Hindu ditawarkan menjadi konsep
Pariwisata di kawasan APEC.
Budaya sebagai Komoditas Pariwisata
Kebudayaan menyediakan potensi sekaligus menjadi sumberdaya dalam peningkatan pariwisata
di Bali. Kebudayaan disini adalah kebudayaan di Bali, baik dari segi adat istiadat, kesenian,
kearifan lokal, dan lain-lain yang mendukung pariwisata di Bali.Selain keindahan alam dan
keunikan budayanya, Bali juga terkenal karena kesakralannya. Hal – hal tersebut yang menjadi
daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Bali.
Secara nyata kebudayaan itulah sebagai penopang paling besar dalam pariwisata untuk
mendatangkan devisa. Masyarakat Bali seharusnya sadar untuk tidak kehilangan jatidirinya,
yaitu Bali sebagai pariwisata untuk kebudayaan yang dikenal karena keindahan alam, seni,
budaya dan keramah-tamahan masyrakatnya, bukan kebudayaan untuk pariwisata dimana Bali
dikenal karena hotel, resort atau vila-vila mewahnya. Dan jangan sampai Bali menjadi korban
dari pesatnya perkembangan pariwisatanya sendiri karena tunduk kepada kepentingan investor.
Dari logika ini maka Bali yang selama ini di kenal sebagai Pariwisata untuk kebudayaan jangan
sampai berubah menjadi kebudayaan untuk pariwisata.
Tragedi Bom Bali
Bom Bali merujuk pada dua peristiwa pengeboman besar di Bali :
Bom Bali 2002 - bom di Kuta
Bom Bali 2005 - bom di Jimbaran dan Kuta
Bom Bali I (12 Oktober 2002)
Ledakan pertama di Paddy’s Pub dan Sari Club di jalan legian. Ledakan kedua di Renon didekat
kantor konsulat Amerika Serikat. Peristiwa ini mengakibatkan 202 orang tewas. Peristiwa ini
dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia. Ledakan dahsyat bom
merupakan peristiwa yang tidak pernah disangka dan tak pernah terlupakan oleh masyarakat
Bali, khususnya pelaku usaha dalam sektor pariwisata. Pada masa recovery pasca-Bom Kuta ini
menjadi evaluasi nyata kemampuan manajemen pengusaha wisaa di Bali secara integral.
Sementara pihak hotel mengalami kekosongan kamar total, pihak tour and travel agent tidak bisa
menjual satu pun paket wisata, dan permasalahan berantai bagi pihak yang terkait dengan
kedatangan turis, para pekerja pariwisata mengalami permasalahan sosial yang dalam waktu
hampir dua tahun mewarnai masalah makro sosial di Bali. Pengangguran, ketidakseimbangan
siklus ekonomi hingga pendapatan daerah hingga kemandegan sistem sosial.
Pemerintah daerah provinsi dan kabupaten pun turun tangan memotivasi dengan program
recovery situasi pasca ledakan Bom Kuta. Pada situasi traumatic ini, ada tiga reaksi utama yang
menandai peristiwa tersebut yaitu gelombang solidaritas, kecenderungan ke arah ritual dan
ketegangan stabilitas yang mendorong politisasi lembaga adat untuk memperketat control
terhadap arus masuk penduduk pendatang, termasuk penertiban identitas penduduk pendatang
yang sudah menetap di Bali.
Setelah dua tahun berjalan, mulai tahun 2004, recovery paristiwa baru membuahkan hasil
gemilang hingga sekarang dengan tampak membaiknya situasi dan pendapatan hotel, usaha
akomodasi dan usaha terkait lainnya.
Bom Bali II (1 Oktober 2005)
Pengeboman Bali 2005 adalah sebuah seri pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober
2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang
tewas dan 196 lainnya luka-luka.
Pada acara konferensi pers, presiden Susilo Bambang Yudoyono mengemukakan telah mendapat
peringatan mulai bulan Juli 2005 akan adanya serangan terorisme di Indonesia. Namun aparat
mungkin menjadi lalai karena pengawasan adanya kenaikan harga BBM sehingga menjadi
kurang peka.
Dampak Pariwisata
Dengan adanya pariwisata internasional di pulau Bali, pengaruh – pengaruh dari luar menyusup
ke dalam budaya masyarakat Bali, atau memberikan dampak negatif dan positif, Berikut dampak
– dampak yang muncul dari perkembangan pariwisata di Bali.
Dampak Positif
• Menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Bali
• Membantu masyarakat dalam hal ekonomi
• Memperkenalkan karya-karya seni yang berciri khas budaya Bali
• Memperkenalkan budaya serta kesenian-kesenian masyarakat Bali
• Membantu para seniman bali dalam memperkenalkan karya seninya kepada seluruh dunia
• Memperkenalkan serta pada akhirnya untuk memberikan pengakuan dan perlindungan
kepada seni serta budaya masyarakat Bali tersebut.
• Mendorong bangkitnya industri perhotelan (pembangunan)
• Meningkatkan bursa saham (meningkatkan aktifitas ekonomi)
• Meningkatkan frekuensi penggunaan alat – alat transportasi
• Percampuran budaya melalui informasi dan teknologi
• Masyarakat terpacu untuk melestarikan budayanya sebagai motivasi wisatawan untuk
berwisata kedaerahan
Dampak Negatif
Terhadap masyarakat adat Bali
• Terkikisnya kebudayaan dan kearifan local masyarakat adat itu sendiri
• Terkikisnya kebudayaan juga berdampak buruk terhadap mata pencaharian masyarakat
itu sendiri
Terhadap Lingkungan
Berkurangnya lahan pertanian, padahal sistem pengairan subak juga merupakan suatu objek
wisata yang diminati pengunjung
Di Bidang Ekonomi
Harga – harga barang yang melambung tinggi karena pariwisata, sehingga menyusahkan
masyarakat adat yang kurang mampu.
Di Bidang Agama
• Berkurangnya kesakralan upacara adat Bali (terutama di sepanjang pantai Kuta)
• Terjadi Akulturasi Budaya, karena banyaknya pendatang.
Terhadap Sosial Budaya
• Adanya perselisihan atau konflik kepentingan diantara para pemangku kebijakan,
kebencian dan penolakan terhadap pengembangan pariwisata, dan munculnya masalah –
masalah sosial seperti praktek sosial dan prostitusi.
• Eksploitasi Budaya, Memfungsikan pola – pola kebudayaan seperti kesenian, tempat –
tempat sejarah, adat istiadat, dan monumen – monumen diluar fungsi utamanya demi
kepentingan pariwisata.
SEKIAN & MATUR SUKSEMA