bab ii bali sebelum dan setelah bom 2002 dan 2005 · 2017. 4. 1. · sebelum peristiwa bom bali. di...

23
19 BAB II BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005 Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai salah satu destinasi pariwisata paling diminati di dunia. Perekonomian Bali didukung bermacam-macam sektor lapangan usaha, antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan persewaan, serta sektor jasa. Pariwisata dinilai sebagai penyumbang utama atau leading sector dalam perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali yang mana sektor pariwisata menempati urutan pertama dalam lima sektor penyumbang terbesar pada PDRB Provinsi Bali. Kondisi PDRB Provinsi Bali, penulis informasikan pada Tabel 1 dan penulis juga menginformasikan lima sektor penyumbang terbesar pada PDRB Provinsi Bali di Tabel 2.

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 19

    BAB II

    BALI SEBELUM DAN SETELAH BOM 2002 DAN 2005

    Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal sebagai

    salah satu destinasi pariwisata paling diminati di dunia. Perekonomian Bali

    didukung bermacam-macam sektor lapangan usaha, antara lain sektor pertanian,

    sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik,

    gas dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran

    (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan dan persewaan,

    serta sektor jasa. Pariwisata dinilai sebagai penyumbang utama atau leading

    sector dalam perekonomian Bali. Hal ini dapat dilihat dari Pendapatan Domestik

    Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali yang mana sektor pariwisata menempati

    urutan pertama dalam lima sektor penyumbang terbesar pada PDRB Provinsi Bali.

    Kondisi PDRB Provinsi Bali, penulis informasikan pada Tabel 1 dan penulis juga

    menginformasikan lima sektor penyumbang terbesar pada PDRB Provinsi Bali di

    Tabel 2.

  • 20

    TABEL 1

    PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Berdasarkan

    Lapangan Usaha Tahun 1997-2001

    NO. LAPANGAN

    USAHA

    TAHUN

    1997 1998 1999 2000 2001

    1 Pertanian 1.912.694,18 3.152.330,06 3.211.018,18 3.403.268,56 3.923.883,68

    2

    Pertambangan

    dan

    Penggalian

    76.887,07 100.729,36 102.177,89 114.892,42 131.155,92

    3 Industri

    Pengolahan 940.720,63 1.352.560,90 1.432.574,68 1.588.835,19 1.869.333,66

    4 Listrik, Gas

    dan Air Bersih 128.300,35 160.533,04 185.982,75 206.379,87 254.046,12

    5 Bangunan 480.069,46 575.730,44 604.694,38 687.510,01 792.879,75

    6

    Perdagangan,

    Hotel dan

    Restoran

    3.018.902,93 4.124.180,50 4.542.147,35 5.479.792,21 6.044.395,78

    7

    Pengangkutan

    dan

    Komunikasi

    1.292.788,17 1.479.167,32 1.660.063,57 1.867.935,29 2.296.487,44

    8 Keuangan dan

    Persewaan 644.960,27 798.474,09 862.011,30 981.519,09 1.126.953,01

    9 Jasa-jasa 1.401.641,17 1.782.279,73 1.930.306,99 2.179.852,94 2.536.031,27

    PDRB 9.897.407,34 13.525.985,44 14.530.977,09 16.509.985,58 18.975.166,63

    Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (Desember 2002: 85)

    TABEL 2

    Lima Sektor Penyumbang Terbesar Pada PDRB Bali Th. 1997-2001

    Berdasarkan Atas Dasar Harga Yang Berlaku

    NO LAPANGAN

    USAHA

    TAHUN

    1997 1998 1999 2000 2001

    1

    Perdagangan,

    Hotel dan

    Restoran

    3.018.902,93 4.124.180,50 4.542.147,35 5.479.792,21 6.044.395,78

    2 Pertanian 1.912.694,18 3.152.330,06 3.211.018,18 3.403.268,56 3.923.883,68

    3 Jasa-jasa 1.401.641,17 1.782.279,73 1.930.306,99 2.179.852,94 2.536.031,27

    4

    Pengangkutan

    dan

    Komunikasi

    1.292.788,17 1.479.167,32 1.660.063,57 1.867.935,29 2.296.487,44

    5 Industri

    Pengolahan 940.720,63 1.352.560,90 1.432.574,68 1.588.835,19 1.869.333,66

    Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (Desember 2002: 85)

  • 21

    II.1. Pariwisata Bali

    Sektor pariwisata merupakan sektor penyumbang terbesar pada

    perekonomian Bali dan sebagian besar masyarakat Bali menggantungkan

    sumber penghidupannya dari sektor ini. Bali sebagai salah satu destinasi

    pariwisata terkenal di dunia membuat banyak wisatawan berkunjung ke

    Bali, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Tingkat

    kunjungan wisatawan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sektor-

    sektor penunjang pariwisata. Keterkaitan antara tingkat kunjungan

    wisatawan dengan sektor-sektor penunjang pariwisata dapat dilihat dari

    semakin banyak wisatawan yang melakukan kunjungan ke Bali, semakin

    banyak bermunculan hotel, penginapan, restoran, tempat hiburan, jasa

    pariwisata hingga usaha-usaha kecil menengah yang berkaitan dengan

    industri pariwisata. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dalam buku yang

    berjudul “Bali Dalam Angka 2001” (2002: 253) menjelaskan bahwa sektor

    pariwisata hingga tahun 2001 masih menjadi sektor yang terdepan bagi

    perekonomian Bali. Sektor pariwisata menambah nilai bagi Produk

    Domestik Bruto (PDB) dan membuka berbagai peluang kerja bagi

    masyarakat Bali. Penjelasan ini tergambarkan dari meningkatnya peluang

    kerja hingga melampaui batas-batas lokal, meningkatnya pendapatan

    masyarakat hingga menambah nilai martabat pada beberapa bidang

    pekerjaan.

    Keberhasilan sektor pariwisata ini diukur dari berbagai indikator.

    Salah satunya adalah tingkat kunjungan wisatawan domestik maupun

  • 22

    wisatawan mancanegara ke Bali. Pada penelitian ini, penulis hanya

    menyajikan data tingkat kunjungan wisatawan mancanegara. Data yang

    disajikan dari tahun 1991 hingga tahun 2001. Hal ini bertujuan untuk

    melihat perkembangan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali

    sebelum peristiwa Bom Bali. Di tahun 1991, jumlah kunjungan wisatawan

    ke Bali menurut Statistik Pariwisata Bali 2002 (2003) adalah sekitar

    555.939 orang. Kemudian jumlah ini mengalami peningkatan secara terus-

    menerus hingga kunjungan wisatawan ke Bali di tahun 1994 berjumlah

    1.032.476 wisatawan. Peningkatan terus terjadi dan jumlah wisatawan

    mancanegara yang berkunjung ke Bali pada tahun 1997 adalah 1.230.316

    orang. Namun, akibat pengaruh citra politik dan keamanan Indonesia yang

    menurun di mata internasional akibat krisis ekonomi dan politik,

    menyebabkan kunjungan wisatawan mancanegara menurun di tahun 1998

    menjadi 1.187.153 orang. Penurunan ini tidak berlangsung lama karena

    kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali kembali meningkat menjadi

    1.355.799 di tahun 1999 dan di tahun 2000, jumlah kunjungan wisatawan

    mancanegara adalah 1.412.839 orang. Namun, kunjungan wisatawan

    mancanegara ke Bali kembali mengalami penurunan sebesar 56.065 orang

    di tahun 2001 menjadi 1.356.774 orang. Penurunan ini terjadi akibat

    serangan World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001.

    Peningkatan-peningkatan yang terjadi selama rentang waktu tersebut yang

    kemudian membawa pengaruh ke peluang kerja, peluang usaha,

    pendapatan masyarakat, hingga pendapatan daerah. Penjelasan mengenai

  • 23

    tingkat kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali akan penulis

    informasikan kembali melalui Tabel 3. Tingkat kunjungan wisatawan

    mancanegara ke Bali yang selalu meningkat diperlihatkan melalui Grafik

    1.

    TABEL 3

    Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun

    1991-2001

    TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG

    1991 555.939

    1992 738.533

    1993 885.516

    1994 1.032.476

    1995 1.015.315

    1996 1.140.988

    1997 1.230.316

    1998 1.187.153

    1999 1.355.799

    2000 1.412.839

    2001 1.356.774

    Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (September 2003: 2)

    Peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali membuat aktivitas

    ekonomi Bali menjadi bergerak maju. Berbagai peluang usaha yang

    berkaitan dengan pariwisata mulai tumbuh akibat kondisi ini.

    Menjamurnya penginapan, hotel, restoran hingga jasa pariwisata, seperti

    biro perjalanan, merupakan salah satu contoh berkembangnya

    perekonomian Bali akibat peningkatan kunjungan wisatawan, baik

    wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Sama seperti yang

  • 24

    dijelaskan pada paragraf sebelumnya, data jumlah hotel berbintang, hotel

    non bintang atau akomodasi lainnya, restoran dan biro perjalanan akan

    diinformasikan dari tahun 1991 hingga tahun 2001. Dipilih rentang waktu

    sekian, bertujuan untuk mempermudah melihat pertumbuhan sektor-sektor

    pendukung industri pariwisata sebelum terjadinya pengeboman di Bali.

    Pada tahun 1991, jumlah hotel berbintang di Bali adalah 36 buah. Tahun

    1993 terjadi peningkatan jumlah hotel sebesar 29 buah sehingga jumlah

    hotel berbintang menjadi 65 buah di tahun 1993. Peningkatan ini terus

    berlanjut, walaupun perlahan-lahan. Pada tahun 1994 dan tahun 1995,

    hotel berbintang di Bali berjumlah 86 hingga di tahun 2000, jumlah hotel

    berbintang yang ada di Bali menjadi 113 buah. Setahun kemudian,

    keberadaan hotel di Bali meningkat menjadi 126 buah. Grafik

    pertumbuhan hotel berbintang di Bali antara tahun 1991 hingga tahun

    2001 bisa dilihat pada Grafik 2.

    Selain hotel berbintang yang mulai menjamur, hotel non bintang

    atau akomodasi lainnya juga mengalami pertumbuhan yang pesat.

    Keberadaan hotel non bintang atau akomodasi lainnya berjumlah lebih

    banyak dibandingkan hotel berbintang. Jumlah hotel non bintang atau

    akomodasi lainnya di tahun 1991 adalah 954 buah, lebih banyak 918 buah

    dari hotel berbintang. Setahun kemudian, jumlah hotel non bintang atau

    akomodasi lainnya mengalami peningkatan sebanyak 97 buah dan menjadi

    1.051 buah. Peningkatan terjadi lagi di tahun 1993 menjadi 1.104 buah.

    Pada tahun 1994, jumlahnya mengalami penurunan sebanyak 16 buah dan

  • 25

    meningkat kembali di tahun 1995 sebesar 45 buah. Kemudian di tahun

    1996, hotel non bintang atau akomodasi lainnya berjumlah 1.127 buah.

    Peningkatan ini terus terjadi hingga pada tahun 2000, jumlah hotel non

    bintang atau akomodasi lainnya menjadi 1.255 buah dan di tahun 2001

    mengalami sedikit penurunan menjadi 1.248 buah. Kondisi pertumbuhan

    hotel non bintang atau akomodasi lainnya ini akan digambarkan oleh

    penulis pada Grafik 3.

    GRAFIK 1

    Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali dari Tahun

    1991 hingga Tahun 2001

    Sumber data: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (September 2003: 2)

    0

    200000

    400000

    600000

    800000

    1000000

    1200000

    1400000

    1600000

    Jumlah Kunjungan

    Jumlah Kunjungan

  • 26

    GRAFIK 2

    Jumlah Hotel Berbintang di Bali

    Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 347 ; 2001: 271)

    Restoran atau rumah makan merupakan peluang usaha lainnya

    yang ikut merasakan pengaruh peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali.

    Peningkatan ini membuat restoran atau rumah makan menjamur. Seperti di

    tahun 1991, jumlah restoran atau rumah makan sebanyak 500 buah.

    Namun, mengalami penurunan di tahun 1992 dan menjadi 473 buah. Pada

    tahun 1993 berjumlah 487 buah dan disusul tahun 1994 berjumlah 535

    buah. Penurunan jumlah restoran atau rumah makan kembali terjadi di

    tahun 1995 sebanyak 80 buah dan sebanyak dua buah di tahun 1996.

    Penurunan jumlah restoran atau rumah makan ini tidak berlangsung lama.

    Pada tahun 1997, jumlahnya kembali meningkat dan menjadi 473 buah.

    Peningkatan ini terus dialami oleh restoran atau rumah makan di Bali

    hingga di tahun 2000, jumlahnya menjadi 726 buah dan 762 buah di tahun

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    140

    1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

    Jumlah Hotel Berbintang di Bali

    Jumlah Hotel

    Berbintang di

    Bali

  • 27

    2001. Fluktuasi jumlah restoran atau rumah makan ini akan digambarkan

    pada Grafik 4.

    GRAFIK 3

    Jumlah Hotel Non Bintang dan Akomodasi Lainnya di Bali

    Tahun 1991-2001

    Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 357 ; 2001: 282)

    Menjamurnya hotel bintang, hotel non bintang atau akomodasi

    lainnya hingga restoran atau rumah makan akibat tingkat kunjungan

    wisatawan ke Bali, juga dialami oleh biro perjalanan. Meningkatnya

    aktivitas pariwisata di Bali membuat peluang usaha di bidang biro

    perjalanan semakin berkembang. Pada tahun 1991, usaha yang bergerak di

    bidang biro perjalanan berjumlah 138 buah dan berkembang menjadi 141

    buah di tahun 1992. Perkembangan ini terus dialami oleh lapangan usaha

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1200

    1400

    1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

    Jumlah Hotel Non Bintang dan

    Akomodasi Lainnya

    Jumlah

    Hotel Non

    Bintang

    dan

    Akomodasi

    Lainnya

  • 28

    bidang biro perjalanan hingga di tahun 1996 mencapai 202 buah.

    Kemudian, jumlah biro perjalanan di tahun 1997 sebanyak 251 buah dan

    263 buah di tahun 1998. Disusul 360 buah biro perjalanan pada tahun

    1999 dan mengalami peningkatan sebanyak 27 buah di tahun 2000. Pada

    tahun 2001, jumlah biro perjalanan mengalami penurunan menjadi 193

    buah. Adapun perkembangan lapangan usaha pariwisata di bidang biro

    perjalanan ini akan dijelaskan pada Grafik 5.

    GRAFIK 4

    Jumlah Restoran / Rumah Makan di Bali Tahun 1991-2001

    Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 365 ; 2001: 294)

    Selain perkembangan pada peluang usaha, peluang kerja pun

    mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, jumlah pencari kerja di Bali

    pada tahun 2001 mengalami peningkatan sebesar 15,53 persen yang mana

    jumlah pencari kerja pada tahun sebelumnya sekitar 39.815 orang,

    kemudian meningkat di tahun 2001 menjadi 46.000 orang. Sektor-sektor

    yang menyerap para pencari kerja ini, antara lain misalnya sektor

    0

    200

    400

    600

    800

    1000

    1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

    Jumlah Restoran / Rumah Makan

    Jumlah

    Restoran /

    Rumah…

  • 29

    pertanian, sektor listrik dan air minum, sektor industri pengolahan serta

    sektor perdagangan, hotel dan restoran. Salah satu sektor yang paling

    berpengaruh dalam menyerap para pencari tenaga kerja ini adalah sektor

    perdagangan, hotel, restoran dan sektor-sektor lain yang berkaitan dengan

    pariwisata. Tahun 2001, sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar 374.297

    orang (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2002: 44). Terjadinya

    peningkatan kunjungan wisatawan secara terus-menerus yang dialami Bali

    merupakan salah satu indikator penyebab keberhasilan sektor pariwisata

    Bali. Akan tetapi sektor pariwisata Bali mengalami penurunan ketika

    terjadi peristiwa pengeboman di tahun 2002 dan 2005.

    II.2. Peristiwa Bom Bali I

    Pariwisata Bali terkenal dengan alam, adat budaya, peninggalan

    sejarah hingga masyarakatnya. Citra Bali yang baik di mata nasional

    hingga internasional membuat para wisatawan tertarik untuk berkunjung

    ke Bali. Namun, pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diserang tiga bom di

    tiga lokasi yang berbeda; Sari Club, Paddy’s Pub dan Konsulat Amerika

    Serikat. Liputan 6 (2014) mengabarkan bahwa bom pertama kali meledak

    di Paddy’s Pub. Ledakan bom yang terjadi berhasil membuat para

    pengunjung Paddy’s Pub terkejut dan berhamburan keluar ruangan. Selang

    beberapa detik kemudian, ledakan bom menyusul di depan Sari Club.

    Tempat hiburan malam ini berlokasi tepat di seberang lokasi peledakan

    sebelumnya, Paddy’s Pub. Sumber ledakan bom yang kedua menurut

  • 30

    pemberitaan Viva News (2008), berasal dari sebuah mobil Mitsubishi seri

    L-300 yang saat kejadian sedang parkir di depan Sari Club. Liputan 6

    (2014) mengabarkan bahwa kedua lokasi tempat hiburan malam yang

    menjadi sasaran ledakan bom tersebut berada di Jalan Legian, Kuta. Dari

    kedua lokasi kejadian ini menimbulkan ratusan korban luka-luka dan

    ratusan korban jiwa.

    GRAFIK 5

    Jumlah Biro Perjalanan di Bali Tahun 1991-2000

    Sumber data: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (1996: 371 ; 2001: 242)

    Lokasi ketiga yang mendapat serangan bom di malam akhir pekan

    tersebut adalah Konsulat Amerika. Liputan 6 (2014) mengabarkan bahwa

    ledakan bom selanjutnya terjadi di depan Konsulat Amerika yang

    berlokasi di Jalan Hayam Wuruk no.188, Denpasar. Tribun News (2012)

    mengabarkan bahwa ledakan bom ketiga ini berasal dari sebuah bom yang

    sebelum kejadian telah diletakkan di lokasi ledakan. Bom ini kemudian

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001

    Jumlah Biro Perjalanan

    Jumlah

    Biro

    Perjalanan

  • 31

    diketahui diletakan sebelum Ali Imron dan kelompok mereka menuju

    lokasi ledakan bom pertama dan kedua untuk mempersiapkan aksi

    serangan bom di daerah Legian, Kuta. Peristiwa ledakan bom yang terjadi

    di Konsulat Amerika Serikat tidak membawa dampak yang signifikan.

    Tidak ada korban dari lokasi kejadian ketiga ini, baik korban luka-luka

    maupun korban jiwa.

    Viva News (2008) mengabarkan bahwa pihak kepolisian

    menemukan Amrozi, Ali Imron, Mukhlas (Ali Gufron), dan Imam

    Samudra sebagai pelaku dari peledakan bom di Bali pada tahun 2002

    tersebut. Para pelaku kemudian diadili dan dihukum sesuai perbuatan

    mereka. Amrozi, Mukhlas (Ali Gufron), dan Imam Samudra dijatuhi

    hukuman mati. Sedangkan pelaku lainnya, Ali Imron dijatuhi hukuman

    penjara seumur hidup.

    II.3. Peristiwa Bom Bali II

    Selang tiga tahun kemudian, Bali kembali diguncang serangan

    bom. Indosiar (2005) memberitakan bahwa serangan bom kembali

    dirasakan oleh Bali pada tanggal 1 Oktober 2005. Kali ini, bom

    menyerang tiga lokasi di dua kawasan wisata dengan pengunjung yang

    cukup banyak. Pertama kali bom meledak di Jimbaran, yakni Café Menega

    dan Café Nyoman. Selang beberapa menit kemudian, Kuta menjadi

    kawasan ledakan bom selanjutnya. Peristiwa ini terjadi tepatnya di Raja’s

    Bar and Restaurant.

  • 32

    Serangan bom yang terjadi di tahun 2005 tersebut menurut

    pemberitaan salah satu surat kabar elektronik di Indonesia, Suara Merdeka

    (2005), merupakan peristiwa bom bunuh diri. Dikatakan demikian

    berdasarkan temuan potongan tubuh salah satu korban di lokasi kejadian

    oleh pihak kepolisian dan berdasarkan rekaman video yang diserahkan

    oleh salah satu korban kepada kepolisian selang beberapa hari setelah

    peristiwa pengeboman itu terjadi. Tidak ada korban jiwa dari peristiwa

    Bom Bali II ini, selain beberapa korban yang diduga kuat sebagai pelaku

    bom bunuh diri sesuai dengan kondisi temuan korban saat itu.

    II.4. Kondisi Bali Pasca Peristiwa Bom Bali I dan II

    Serangan bom yang terjadi di Bali memberikan dampak langsung

    dan tidak langsung. Adanya korban yang berjatuhan, kerusakan

    infrastruktur di lokasi kejadian hingga sarana prasarana umum merupakan

    jenis dampak langsung dari peristiwa pengeboman tersebut. Sedangkan

    dampak tidak langsung dapat dilihat dari kunjungan wisatawan ke Bali

    yang mengalami penurunan. Peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002

    menghasilkan ratusan korban luka-luka dan korban jiwa. Menurut Viva

    News (2008) bahwa ada sekitar 206 korban luka-luka akibat peristiwa naas

    tersebut. Selain itu, terdapat 201 korban jiwa akibat peristiwa ledakan bom

    yang terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club. Informasi jumlah korban jiwa

    ini berdasarkan penjelasan pada tulisan karya I Nyoman Darma Putra dan

  • 33

    Michael Hitchock (2009). Darma Putra dan Hitchock (2009) juga

    menjelaskan bahwa dari 201 korban yang meninggal tersebut berasal dari

    22 negara asal wisatawan yang menjadi korban ledakan bom. Korban

    terbanyak berasal dari Australia yang berjumlah 88 korban jiwa, kemudian

    menyusul Indonesia dengan 35 korban jiwa, serta 23 korban jiwa dari

    Inggris. Negara lainnya yang menjadi negara asal korban adalah Jerman,

    Swedia, Switzerland, Netherlands, Prancis, Denmark, New Zealand,

    Brazil, Kanada, Afrika Selatan, Jepang, Korea, Italia, Portugal, Polandia,

    Yunani, Ekuador dan Taiwan. Berbeda dengan ledakan bom yang terjadi

    di daerah Legian, peristiwa pengeboman yang terjadi di dekat Konsulat

    Amerika tidak menimbulkan korban, baik korban luka-luka maupun

    korban jiwa. Berikut penulis akan menginformasikan jumlah korban jiwa

    sesuai dengan asal negaranya pada Tabel 4.

    Peristiwa ledakan Bom Bali 1 Oktober 2005 tidak menghasilkan

    terlalu banyak korban seperti peristiwa pengeboman sebelumnya. Ada 20

    korban yang meninggal (Putra dan Hitchock, 2009). Kedua puluh orang

    yang menjadi korban jiwa dalam peristiwa naas tersebut berasal dari tiga

    negara, yaitu Indonesia, Australia dan Jepang. Sedangkan korban luka-

    lukanya berjumlah 151 orang yang mana berasal dari delapan negara, yaitu

    Indonesia, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Belgia, Perancis dan

    Australia. Informasi jumlah korban peristiwa Bom Bali 1 Oktober 2005,

    baik korban luka-luka maupun korban jiwa akan digambarkan melalui

    Tabel 5 dan Tabel 6.

  • 34

    TABEL 4

    Data Korban Jiwa Peristiwa Bom Bali 12 Oktober 2002

    No Asal Negara Jumlah Korban

    1. Australia 88

    2. Indonesia 35

    3. Inggris 23

    4. Amerika Serikat 7

    5. Jerman 6

    6. Swedia 5

    7. Switzerland 3

    8. Netherlands 4

    9. Prancis 4

    10. Denmark 3

    11. New Zealand 2

    12. Brazil 2

    13. Kanada 2

    14. Afrika Selatan 2

    15. Jepang 2

    16. Korea 2

    17. Italia 1

    18. Portugal 1

    19. Polandia 1

    20. Yunani 1

    21. Ekuador 1

    22. Taiwan 1

    23. Tidak teridentifikasi dan diduga pelaku

    pengeboman 5

    Total 201

    Sumber: Darma Putra dan Hitchock (2009: 87)

    Peristiwa Bom Bali I dan Bom Bali II juga memberikan dampak tidak

    langsung. Pasca peristiwa pengeboman 12 Oktober 2002, terjadi keberangkatan

    besar-besaran para wisatawan dari Bali, terutama wisatawan mancanegara. Bali

    Post (2005) memberitakan bahwa banyak wisatawan yang ingin meninggalkan

    Bali sehari setelah peristiwa pengeboman tersebut terjadi. Dalam pembahasan

  • 35

    kunjungan wisatawan pada penelitian ini, selanjutnya penulis hanya menjelaskan

    mengenai data wisatawan mancanegara. Peristiwa Bom Bali I telah

    mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara

    ke Bali. Penurunan ini dijelaskan oleh penulis melalui Tabel 7.

    TABEL 5

    Data Jumlah Korban Jiwa Peristiwa Bom Bali 1 Oktober 2005

    No. Asal Negara Jumlah Korban

    1. Jepang 1

    2. Australia 4

    3. Indonesia (termasuk 3 orang pelaku ) 15

    Total 20

    Sumber: Darma Putra dan Hitchock(2009: 94)

    TABEL 6

    Data Korban Luka-Luka Peristiwa Bom Bali 1 Oktober 2005

    No. Asal Negara Jumlah Korban

    1. Indonesia 102

    2. Korea 7

    3. Jepang 4

    4. Amerika Serikat 4

    5. Jerman 3

    6. Belgia 1

    7. Prancis 1

    8. Australia 29

    Total 151

    Sumber: Darma Putra dan Hitchock (2009: 95)

  • 36

    TABEL 7

    Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Setiap Bulan di

    Tahun 2002

    Bulan Jumlah Kunjungan

    (orang)

    Januari 87.027

    Februari 96.267

    Maret 113.553

    April 104.960

    Mei 119.284

    Juni 130.563

    Juli 147.033

    Agustus 160.420

    September 150.747

    Oktober 81.100

    November 31.497

    Desember 63.393

    Total 1.285.844

    Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (September 2003: 4)

    Seperti yang dijelaskan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2003)

    dalam Statistik Pariwisata Bali 2002 bahwa sebelumnya pada bulan Juli

    tahun 2002, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebanyak

    147.033 orang. Kemudian meningkat di bulan selanjutnya, Agustus, yakni

    berjumlah 160.420 orang. Di bulan September 2002, terjadi penurunan

    sebanyak 9.673 wisatawan mancanegara dari jumlah kunjungan wisatawan

    mancanegara pada bulan sebelumnya. Akibat peristiwa ledakan bom yang

    mengguncang Bali pada 12 Oktober 2002, tingkat kunjungan wisatawan

    mancanegara pada bulan ini mengalami penurunan drastis yakni sebanyak

    69.647 orang. Pada bulan berikutnya, terjadi penurunan sebanyak 49.603

    wisatawan mancanegara yang mana kunjungan di bulan November hanya

  • 37

    berjumlah 31.497 wisatawan dibandingkan bulan Oktober yang berjumlah

    81.100 wisatawan. Jadi total kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali

    pada tahun 2002 yakni berjumlah 1.285.844 orang dibandingkan pada

    tahun sebelumnya, 2001, yang berjumalah 1.356.774 wisatawan.

    Penurunan ini pun terjadi juga di tahun 2003 dengan total jumlah

    kunjungan tahun 2003 sebanyak 993.029 wisatawan mancanegara.

    Terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke

    Bali di tahun 2004 yakni menjadi 1.458.309 orang. Namun, di tahun 2005

    penurunan jumlah wisatawan kembali dirasakan oleh Bali. Salah satu

    penyebab terjadinya penurunan jumlah wisatawan mancanegara adalah

    kembali terjadinya peledakan bom pada 1 Oktober 2005 di kawasan

    Jimbaran dan Kuta. Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara kembali

    mengalami penurunan, pariwisata Bali pun kembali terpuruk. Total

    kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2005 berdasarkan laporan

    statistik Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2006) adalah berjumlah 1.386.449

    orang. Penurunan kembali terjadi setahun kemudian. Pada tahun 2006,

    jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali sebanyak 1.260.317

    orang. Informasi mengenai jumlah kunjungan wisatawan mancanegara

    selama tahun 2005 akan dijelaskan oleh penulis melalui Tabel 8 dan

    jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dari tahun 2002 hingga

    2006 akan dijelaskan melalui Tabel 9.

  • 38

    TABEL 8

    Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali Setiap Bulan di

    Tahun 2005

    Bulan Jumlah Kunjungan

    (orang)

    Januari 101.931

    Februari 100.638

    Maret 117.149

    April 116.272

    Mei 116.615

    Juni 136.369

    Juli 158.453

    Agustus 157.229

    September 162.102

    Oktober 81.109

    November 62.705

    Desember 75.877

    Total 1.386.449

    Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Agustus 2007: 27)

    TABEL 9

    Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali

    Tahun 2002-2006

    Tahun Jumlah Wisatawan

    (orang)

    2002 1.285.844

    2003 993.029

    2004 1.458.309

    2005 1.386.449

    2006 1.260.317

    Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Juni 2012: 26)

  • 39

    Terjadinya penurunan pada tingkat kunjungan wisatawan

    mancanegara ke Bali membuat kondisi pariwisata Bali terpuruk. Kondisi

    perekonomian Bali pun ikut terkena imbasnya, khususnya pada orang-

    orang yang sumber penghidupannya bergantung pada dunia pariwisata

    Bali. Penurunan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara membawa

    dampak pada berbagai sektor lapangan usaha hingga peluang kerja yang

    berkaitan dengan pariwisata, seperti perhotelan, agen perjalanan, restoran

    atau rumah makan, tempat hiburan, sektor kerajinan dan sektor-sektor

    lainnya. Dikatakan membawa dampak dapat dilihat dari hubungan antara

    menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke Bali dengan sektor

    perhotelan yang mana ketika jumlah wisatawan ke Bali menurun, tingkat

    hunian hotel pun menurun. Sehingga ketika terjadi penurunan tingkat

    hunian hotel, berdampak pula pada karyawan hotel. Adanya kaitan antara

    penurunan tingkat hunian hotel dengan karyawan hotel dapat dilihat dari

    terjadinya pemotongan gaji karyawan atau pemutusan hubungan kerja

    karyawan hotel karena pemilik hotel tidak sanggup membayar gaji

    mereka. Mereka yang terkena PHK kemudian menjadi pengangguran,

    ditambah mereka tidak mempunyai keahlian atau ketrampilan lainnya

    yang dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Keadaan ini sesuai dengan penjelasan dari BaliSOS yang mana dikutip

    oleh penulis dalam tulisan Yefta Gurtner (2004), bahwa sekitar 100.000

    orang telah kehilangan pekerjaan;

  • 40

    “… estimated that approximately 100.000 had already lost their

    jobs…”

    Pariwisata merupakan sektor utama penyumbang Pendapatan

    Regional Provinsi Bali atau PDRB. Namun, peristiwa Bom Bali tahun

    2002 mengakibatkan penurunan pada kontribusi sektor pariwisata ke

    PDRB Bali. Penurunan ini berlangsung hingga tahun 2003. Walaupun di

    tahun 2004, pariwisata telah bangkit kembali dengan menunjukan bahwa

    sektor ini mampu menyumbangkan 29,16 % dan 29,37 % di tahun 2005.

    Adanya peristiwa Bom Bali tahun 2005 mengakibatkan penurunan

    sumbangan hasil dari sektor pariwisata ke PDRB di tahun 2006. Sektor

    pariwisata hanya mampu menyumbang sebesar 28,88 %. Distribusi hasil

    dari sektor pariwisata ini ke PDRB penulis jelaskan pada Tabel 10 dan 11.

    Peristiwa ledakan bom yang menyerang Bali pada Oktober 2002

    dan Oktober 2005, selain membawa dampak pada kondisi ekonomi Bali,

    kondisi sosial Bali pun terkena imbas pula. Banyak orang yang kehilangan

    pekerjaan dan banyak yang usaha mereka mengalami kebangkrutan akibat

    Bom Bali. Kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13. Kondisi

    inilah kemudian membawa dampak pada kondisi psikis orang-orang yang

    menjadi korban dari peristiwa naas tersebut. Banyak pengangguran

    mengalami depresi. Mereka tidak memiliki pekerjaan sampingan atau

    keahlian lainnya yang mampu mereka andalkan setelah pekerjaan utama

    mereka yang tergantung pada pariwisata Bali telah direnggut oleh

    peristiwa Bom Bali. Para korban Bom Bali kehilangan harapan terhadap

    mata pencaharian mereka. Mereka juga jadi terbatas dalam menikmati

  • 41

    fasilitas-fasilitas publik lainnya, seperti fasilitas kesehatan dan fasilitas

    pendidikan karena tidak cukup atau tidak sama sekali memiliki biaya.

    Selain masyarakat Bali yang merasakan dampak akibat Bom Bali, dunia

    internasional pun ikut merasakan dampak dari peristiwa tersebut. Para

    wisatawan merasa cemas untuk berkunjung ke Bali, baik untuk melakukan

    perjalanan bisnis, keperluan pendidikan hingga liburan. Mereka masih

    diliputi rasa trauma akibat peristiwa pengeboman yang berhasil merenggut

    ratusan jiwa pada tahun 2002. Ditambah lagi diberlakukannya travel

    warning dari beberapa negara asal wisatawan mancanegara, seperti

    Australia, Eropa, Amerika Serikat serta Jepang (Purnamasari, 2014).

    Sehingga dapat dikatakan peristiwa Bom Bali, baik yang terjadi pada

    tahun 2002 atau 2005 silam, selain membawa dampak yang signifikan

    pada perekonomian Bali, juga membawa keresahan sosial bagi masyarakat

    Bali khususnya para korban Bom Bali serta dunia internasional.