pariwisata

Upload: neetaaa

Post on 15-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pariwisata

TRANSCRIPT

Pariwisata

Pariwisata dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan Weber, 2006). Pariwisata dapat juga diartikan sebagai suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, melainkan untuk menikmati perjalanan (Islami, 2003). Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal jugadengan pariwisata (Yulianda, 2007). Menurut Dahuri et al (2004), pariwisata pesisir adalah kegiatan rekreasiyang dilakukan di sekitar pantai seperti : berenang, berselancar, berjemur, berdayung, menyelam, snorkeling, beachombing/reef walking, berjalan jalan atau berlari sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi. Pariwisata pantai merupakan bagian dari wisata pesisir yang memanfaatkan pantai sebagai objek dan daya tarik pariwisata yang dikemas dalam paket wisata. Pariwisata pantai meliputi semua kegiatan wisata yang berlangsungdi daerah pantai seperti menikmati keindahan alam pantai, olahraga pantai, sunbathing, piknik, berkemah dan berenang di pantai. Pada perkembangannya, jeniskegiatan wisata yang dapat dilakukan di pantai sangat beragam tergantung pada potensi dan arah pengembangan wisata di suatu kawasan pantai tertentu.

Dampak negatif pariwisata terhadap lingkungan hidup telah diuraikan oleh World Tourism Organization (WTO) pada tahun 1996, yang harus secara cermat dipikirkan oleh masyarakat. Keramaian wisatawan memberikan dampak kepada perubahan perilaku binatang yang ditunjukkan dengan tingkah agresif yang seringkali membahayakan. Pembangunan fasilitas kepariwisataan (akomodasi, dan sarana penunjang lainnya), selain menyebabkan kerusakan bentang alam, potensi peningkatan longsor dan banjir, ternyata memunculkan daerah-daerah kumuh di sekitarnya. Pembukaan daerah rekreasi, wisata alam, wisata bahari dan berbagai wisata minat khusus lainnya seperti rafting, scuba diving, hiking, bersepeda, dan panjat tebing ternyata memberikan gangguan besar terhadap kehidupan flora dan fauna liar. Bahkan, atraksi memberi makan binatang di daerah tertentu, akhirnya memberikan dampak kepada peningkatan kebuasan binatang liar tersebut yang sangat berbahaya bagi manusia. Penjualan barang-barang suvenir yang dibuat sesuai dengan keunikan suatu kawasan melalui keunikan benda budaya, flora dan fauna, akhirnya memberikan dampak kepada kerusakan alam yang dilakukan oleh oknum yang ingin menjual benda suvenir dari bahan asli dari alam.

Dampak yang paling dirasakan oleh masyarakat lokal yang tinggal di suatu kawasan wisata adalah pencemaran lingkungan. Transportasi serta sistem manajemen lalu lintas yang jelek adalah sumber utama polusi udara dan kebisingan. WTO (1996) memperkirakan lebih dari 4 juta ton bahan bakar digunakan setiap tahun yang menghasilkan 850 juta gas yang merusak lapisan ozon dan menghasilkan 3,5 juta ton bahan kimia di udara yang menyebabkan terjadinya hujan asam berbahaya bagi kehidupan. Pencemaran air semakin meningkat sebagai akibat penggunaan pestisida, pupuk dan bahan kimia lainnya dalam upaya meningkatkan keindahan fasilitas kepariwisataan (hotel, lapangan golf, dan kolam).NoBahan PencemarSumber Bahan PencemarDampakManajemen Penanggulangan

KesehatanLingkungan

Fisik

1.Kebisingan Transportasi Sarana olahraga air Hujan

Gempa bumi Gangguan psikologis (stress) Gangguan pendengaran (tuli konduktif)Menggangu habitat hewan laut Membatasi penggunaan sarana olahraga yang menghasilkan kebisingan Membuat peraturan terkait kendaraan bermotor yang masuk dalam daerah pesisir.

2.Debu Pasir pantai Pembakaran hewan laut untuk konsumsi gangguan terhadap sistem pernapasan (kerusakan hidung dan kerongkongan,

gangguan fungsi dan jaringan paru paru, bronchitis, asma, dan kanker),

gangguan terhadap kulit/dermatosis (Alergi, dermatitis, dan kanker kulit),

gangguan penglihatan-Melarang aktivitas pembakaran di sepanjang daerah pesisir

Kimia

1.Karbonmonoksida Kendaraan bermotor(air maupun darat).

Api unggun

Gangguan system pernafasan Mengganggu ikatan HbO2 dlam darah

Abrasi Membuat peraturan terkait kendaraan bermotor yang masuk dalam daerah pesisir. Penghijauan hutan mangrove

Biologi

1.Bakteri dan JamurSampah domestikKeracunan makanan- Meningkatkan kebersihan dan sanitasi daerah pesisir Memberikan sanksi tegas kepada orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya

Mengatur regulasi yang tepat untuk manajemen pengangkutan dan pengolahan sampah di daerah pesisir

3.VirusWisatawanPenyebaran virus flu burung Melakukan pengawasan dan cek kesehatan yang ketat terkait dengan wisatawan luar negeri yang berkunjung ke Indonesia

Bahan Pencemar Fisik

1. Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kepmen LH no 48 tahun 1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan). Kebisingan tidak termasuk pada komponen pencemar udara primer karena tidak merubah susunan udara normal, namun dapat berpengaruh terhadap lingkungan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kenyamanan hidup dan kesehatan manusia, sehingga kebisingan dapat dimasukkan sebagai salah satu pencemar udara (Wisnu Arya Wardhana, 2004).

Kebisingan seringkali dihasilkan dari aktivitas manusia, misalnya aktivitas di industri, tempat rekreasi, dan transportasi. Pemakaian mesin mesin di industri dan mobilitas manusia dalam melaksanakan aktivitasnya diduga menjadi sumber utama kebisingan. Menurut sumbernya, kebisingan dapat dibedakan menjadi kebisingan impulsif, kebisingan kontinyu, dan kebisingan semi kontinyu (Wisnu Arya Wardhana, 2004). Suara dan kebisingan dideskripsikan dalam terminologi Frekuensi dan Intensitas. Frekuensi bunyi yang dapat didengar manusia adalah antara 20 20.000 Hertz. Intensitas kebisingan dinyatakan dengan satuan deciBels (dB) dimana telinga manusia bisa mendengar intensitas suara antara 0 120 dB. Berikut ini adalah intensitas kebisingan yang masih bisa diterima manusia dan yang tidak bisa diterima.

Tabel 2.3 Intensitas Kebisingan

NoJenis KebisinganIntensitas Jenis Kegiatan

1Very low< 20 dBAMemancing di tempat sunyi

2Moderate 20 50 dBAKantor administrasi

3Very high50 80 dBAMengelas/welding

4Deafening extreme discomfort80 100 dBAKonstruksi / pembangunan gedung

5Painful100 130 dBAPesawat terbang

6Unbearable 130 150 dBATembakan pistol

Adapun baku mutu kebisingan berdasarkan Kepmen LH no 48 tahun 1996 disajikan pada tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4 Baku Tingkat KebisinganNo Peruntukan Kawasan / Lingkungan KesehatanTingkat Kebisingan (dBA)

APeruntukan kawasan

1Perumahan dan pemukiman55

2Perdagangan dan jasa70

3Perkantoran dan perdagangan65

4Ruang terbuka hijau50

5Industri70

6Pemerintahan dan fasilitas umum60

7Rekreasi 70

8Khusus :

Bandar Udara

Stasiun Kereta Api

Pelabuhan laut

Cagar budaya60

70

B Lingkungan kegiatan

1Rumah sakit atau sejenisnya55

2Sekolah atau sejenisnya55

3Tempat ibadah atau sejenisnya55

Sumber : Kepmen LH no 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan

2. Debu

Debu merupakan partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu bahan (Mukono, 2010). Selain pengertian di atas, Wisnu Arya Wardhana (2004) mendefinisikan debu sebagai suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari zarah zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan, cairan, ataupun padatan dan cairan yang secara bersama sama dapat mencemari lingkungan.

Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang di udara dan masuk kedalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai reaksi kimia di udara. Partikel debu SPM pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber emisinya.

Pencemaran debu bisa berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia. Debu sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke bumi. Waktu hidup debu berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan bergantung pada ukuran debu, massa jenis debu, serta arah dan kecepatan angin yang bertiup. Debu yang sudah mati karena jatuh mengendap di bumi, dapat hidup kembali apabila tertitup oleh angin kencang dan melayang layang lagi di udara. Sumber pencemaran debu akibat ulah manusia sebagian besar berasal dari transportasi, pembuangan limbah padat, dan industri yang salah satunya adalah industri pertambangan. Sumber pencemaran debu dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1 Sumber Pencemaran Debu

NoSumber Pencemaran% Bagian% Total

1Transportasi :

Mobil bensin

Mobil diesel

Kereta api

Kapal laut

Sepeda motor, dll1,8

1,0

0,7

0,4

0,44,3

2Pembakaran :

Batubara

Minyak

Gas alam

Kayu 29,0

1,0

0,7

0,731,4

3Industri26,526,5

4Pembuangan limbah padat3,93,9

5Lain lain :

Kebakaran hutan

Pembakaran limbah pertanian

Pembakaran batu bara sisa

Lain lain23,7

1,4

8,4

0,433,9

Sumber : Wisnu Arya Wardhana, 2004

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jatim no 129 tahun 1996 tentang baku mutu debu di udara ambien adalah < 0,26 mg/m3 sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah no 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, baku mutu debu di udara ambien adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Baku Mutu Debu di Udara AmbienNoParameterWaktu pengukuranBaku MutuMetode AnalisisPeralatan

1PM10 24 jam150 g/Nm3Gravimetric Hi - Vol

2PM2,524 jam65 g/Nm3Gravimetric Hi - Vol

1 tahun15 g/Nm3Gravimetric Hi - Vol

3TSP (debu)24 jam230 g/Nm3Gravimetric Hi - Vol

1 tahun90 g/Nm3Gravimetric Hi - Vol

4Dustfall (Debu jatuh)30 hari10 ton/km2/blnGravimetric Cannister

Sumber : PP RI no 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

Secara alami debu di kawasan pesisir sudah terbentuk meski jumlahnya tidak sebesar debu akibat aktivitas manusia. Sesuai dengan hasil analisa tekstur tanah dari kawasan pesisir Aceh menurut Aswita dan Syahputra (2011) menunjukkan kandungan penyusun tanah di kawasan pesisir diantaranya fraksi pasir sebesar 90%, fraksi debu 5 % dan fraksi liat 5 %. Kandungan debu tersebut dapat terbang melayang di udara menjadi polutan udara akibat pergerakan angin.Bahan Pencemar Kimia

Karbonmonoksida

Karbon monoksida merupakan suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan juga tidak berasa. Gas CO dapat terbentuk secara alamiah melalui hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi, dan lain-lainnya. Selain itu gas CO juga bisa terbentuk dari hasil aktivitas manusia yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara. Secara umum terbentuknya gas CO melalui proses berikut ini (Wisnu Arya Wardhana, 2004) :

a.Pembakaran bahan bakar fosil dengan udara yang reaksinya tidak stoikhiometris

b.Pada suhu tinggi terjadi reaksi antara karbon dioksida dengan karbon yang menghasilkan gas CO

c.Pada suhu tinggi CO2 dapat terurai kembali menjadi CO dan O2.

Di udara, Karbon Monoksida (CO) terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar antara 10-15 ppm. Sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian. Karbon monoksida (CO) apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah (hemoglobin) :

Hemoglobin + CO > COHb (Karboksihemoglobin)

Ikatan karbon monoksida dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin). Keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2% sampai 1,0%, dan rata-rata sekitar 0,5%. Disamping itu kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan. Gas karbon monoksida semakin meningkat kandungannya di udara akibat semakin meningkatnya aktivitas manusia di kawasan pesisir. Adapun baku mutu gas CO berdasarkan PPRI no 41 tahun 1999 adalah 30.000 g/Nm3 dalam 1 jam.Bahan Pencemar Biologi

Kelompok mikroba yang paling banyak berkeliaran di udara bebas adalah bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalge. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora). Belum ada mikroba yang habitat aslinya di udara. Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000 kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin.Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus,danCorynebacterium, dan lain-lain. Dalam hal ini, jenis pencemar biologis yang ada di daerah pesisir adalah bakteri, jamur dan virus.1. Bakteri

Permukaan bumi yakni daratan dan lautan merupakan sumber mikroba terbanyak yang ada dalam atmosfer. Adanya hembusan angin menyebabkan munculnya debu dari tanah, dimana partikel partikel debu tersebut membawa mikroba yang menghuni tanah. Di antara tipe-tipe bakteri di dapati bakteri pembentuk spora dan bukan pembentuk spora, basilus Gram positif, kokus Gram positif, dan basilus Gram negatif. Berikut ada tipe tipe bakteri yang diisolasi dari udara bagian atas :

Tabel 2.6 Tipe tipe Bakteri yang Diisolasi dari Udara Bagian AtasNoTinggi (feet)Jenis Bakteri

11.500 4.500Alcaligenes bacillus

24.500 7.500Bacillus

37.500 10.500Sarcina bacillus

410.500 13.500Bacillus kurthia

513.500 16.500Micrococcus bacillus

2. Jamur Banyak jenis dari jamur sebagai polutan di udara yang bersifat Termofilik, yakni tahan pada pemanasan tinggi, di atas 80 oC. Ketahanan ini bila jamur tersebut dalam bentuk spora. Hal ini terbukti walaupun suatu medium telah disterilkan, tetapi di dalamnya tumbuh dan berkembang pula jamur yang tidak di harapkan kehadiranya kandungan udara di dalam dan di luar ruangan akan berbeda. Berikut ada tipe tipe jamur yang diisolasi dari udara bagian atas :

Tabel 2.7 Tipe tipe Jamur yang Diisolasi dari Udara Bagian AtasNoTinggi (feet)Jenis Jamur

11.500 4.500Aspergillus, Macrosporium, Penicillium

24.500 7.500Aspergillus cladosporium

37.500 10.500Aspergillus hormondendrum

410.500 13.500Aspergillus hormondendrum

513.500 16.500Penicillium

3. VirusVirus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.Peran virus yang merugikan, beberapa penyakit yang disebabkan virus antara lain :

1. Pada Tumbuh-tumbuhan

Mozaik pada daun tembakau Tobacco Mozaic Virus

Mozaik pada kentang Potato Mozaic Virus

2. Mozaik pada tomat Tomato Aucuba Mozaic Virus

Kerusakan floem pada jeruk Citrus Vein Phloem Degeneration

3. Pada Hewan

Tetelo pada Unggas New Castle Disease Virus

Cacar pada sapi Vicinia Virus

Lidah biru pada biri-biri Orbivirus

Tumor kelenjar susu monyet Monkey Mammary Tumor Virus

4. Pada Manusia

Influensa Influenzavirus

AIDS Retrovirus

SARS CoronavirusPenyebaran virus dapat melalui berbagai cara, salah satunya melalui udara. Virus yang menyebar melalui udara kebanyakan adalah virus influenza. Virus Influenza, yang lebih dikenal dengan sebutan flu, merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus RNA dari familia Orthomyxoviridae (virus influenza), yang menyerang unggas dan mamalia.

Sumber Bahan Pencemar Fisik1. KebisinganTerutama noise yang mengganggu mamalia laut dan hewan lainnya komunikasi dan pendengaran. Lingkungan laut selalu termasuk kelimpahan suara alam, seperti suara yang dihasilkan oleh hujan, gelombang, gempa bumi, dan makhluk laut. Akan tetapi, aktivitas pariwisata yang menyediakan berbagai sarana olahraga pantai yang menggunakan kendaraan bermotor di atas , seperti jet ski, boat, merupakan sumber kebisingan yang menambah kebisingan yang telah secara alami sudah ada. Kebisingan di laut telah meningkat terus sejak meningkatnya aktivitas pariwisata yang lebih kepada mengeksplorasi pantai dan lautan.

2. Debu

Sumber pencemar partikel (debu) dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alam (Wardhana, 2004) antara lain:

a.Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.

b.Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke udara akibat letusan gunung berapi.

c.Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan.Debu didaerah pesisir Debu dapat dihasilkan dari aktivitas memasak yang menggunakan bahan bakar kayu, atau bahan bakar apapun yang menimbulkan partikel debu. Aktivitas pariwisata menghasilkan cukup banyak debu dengan adanya pembakaran hewan laut untuk dikonsumsi. Pembakaran yang dilakukan biasanya menggunakan bahan bakar kayu atau arang yang dapat menghasilkan partikel debu.

Sumber Bahan Pencemar Kimia

1. Karbondioksida

Kegiatan pariwisata dan laut terus meningkat sebagai respons terhadap meningkatnya jumlah wisatawan dan mobilitas mereka lebih besar. Kegiatan pariwisata memiliki andil yang cukup besar untuk memasukkan cemaran karbondioksida di daerah pesisir. Hal itu disebabkan, kendaran bermotor dalam jumlah yang tidak sedikit masuk ke daerah pesisir seiring dengan meningkatnya wisatawan yang datang dan membawa kendaraanya masuk di daerah pesisir. Emisi transportasi dan emisi dari produksi energi dan penggunaan terkait dengan hujan asam, pemanasan global dan polusi fotokimia. Polusi udara dari transportasi wisata berdampak pada tingkat global, terutama dari karbondioksida (CO2) yang berhubungan dengan penggunaan energi transportasi. Dan dapat berkontribusi terhadap polusi udara lokal yang parah. Beberapa dampak tersebut cukup spesifik untuk kegiatan wisata. Kegiatan pariwisata juga dapat menghasilkan gas karbondioksida melalui emisi api unggun. Kegiatan api unggun biasanya dilakukan oleh wisatawan pada malam hari. Emisi karbondioksida yang dihasilkan oleh api unggun cukup memberikan dampak yang signifikan terhadap bertambahnya kadar gas karbondioksida di udara daerah pesisir.

Sumber Bahan Pencemar Biologi1. Bakteri dan JamurBaik bakteri maupun fungi, keduanya bersumber dari tempat pembuangan sampah yang merupakan hasil aktivitas manusia di pelabuhan, pariwisata, pemukiman, perikanan, dan industri tambang. Sampah yang dibuang secara sembarangan tanpa diolah dengan benar akan memungkinkan terjadinya pencemaran udara secara biologis. Sampah domestik yang berserakan dan menyebar di pinggiran daerah pesisir merupakan hasil dari kegiatan wisatawan yang tidak jarang membuang sampah di sepanjang pesisir merupakan sumber utama tumbuhnya mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Berdasarkan standar Dirjen Cipta Karya (1991) dapat dihitung timbulan sampah yang dihasilkan oleh wisatawan di satu daerah pisisir pada tahun 2000 dapat mencapai 5,43 m3/hari. Penyebab utama adalah rendahnya tingkat kesadaran wisatawan untuk membuang sampah pada tempatnya. Ketersedian tempat sampah yang terbatas juga merupakan faktor penunjang rendahnya kesadaran tersebut. Selain itu, manajemen pengolahan sampah yang kurang optimal seperti pengangkutan sampah yang tidak rutin dengan kisaran hanya 2 kali dalam 1 minggu oleh truk sumpah sehingga tempat pembuangan sampah tampak kelebihan muatan. Sehingga dampak negatif perkembangan pariwisata terhadap kondisi visual dan persampahan cukup besar.

2. Virus

Pada suatu daerah pesisir yang menggantungkan ekonomi di sektor pariwisata, wisatawan mancanegara merupakan sumber pencemar yang dapat menularkan berbagai penyakit akibat virus yang ditularkan melalui udara. Misalnya, pada kasus flu burung. Masalah flu burung ini sangat terkait dengan kesehatan masyarakat di daerah wisata pesisir dengan segala aspek kegiatan kepariwisataan. Penularan virus melalui perantara udara sangat memudahkan virus menyebar dengan cepat. Rendahnya pengawasan pemerintah mengenai aturan yang memberlakukan pengawasan ketat terhadap wisatawan domestik dan mancanegara menjadi faktor utama tingginya penyebaran virus di daerah pesisir. Dampak Kesehatan

1.Dampak Debu terhadap Kesehatan

Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor imunologis. Debu yang masuk ke dalam saluan napas, menyebabkan timbulnya reaksi mekanisme pertahanan nonspesifik berupa batuk, bersin, gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos di sekitar jalan napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan. Keadaan ini terjadi biasanya bila kadar debu melebihi nilai ambang batas.

Sistem mukosilier juga mengalami gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin banyak atau mekanisme pengeluarannya tidak sempurna terjadi obstruksi saluran napas sehingga resistensi jalan napas meningkat. Partikel debu yang masuk ke dalam alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul di bagian awal saluran limfe paru. Debu ini akan difagositosis oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap makrofag seperti silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis bersama silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru memfagositosis silika bebas tadi sehingga terjadi lagi autolisis, keadaan ini terjadi berulang-ulang. Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan penting pada pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut. Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan interstisial. Akibat fibrosis paru menjadi kaku, menimbulkan gangguan pengembangan paru yalta kelainan fungsi paru yang restriktif. Penyakit paru yang dapat timbul karena debu selain tergantung pada sifat-sifat debu, juga tergantung pada jenis debu, lama paparan dan kepekaan individual. Pneumokoniosis biasanya timbul setclah paparan bertahun-tahun. Apabila kadar debu tinggi atau kadar silika bebas tinggi dapat terjadi silikosis akut yang bermanifestasi setelah paparan 6 bulan.

Secara umum, gangguan kesehatan akibat debu dapat dibagi menjadi tiga yaitu gangguan terhadap sistem pernapasan (kerusakan hidung dan kerongkongan, gangguan fungsi dan jaringan paru paru, bronchitis, asma, dan kanker), gangguan terhadap kulit/dermatosis (Alergi, dermatitis, dan kanker kulit), gangguan penglihatan, dan keracunan.2. Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan

a.Gangguan Fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

b.Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.

c.Gangguan Komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.

d.Gangguan Keseimbangan

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

e.Efek pada pendengaran

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan. Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :

1)Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)

Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.

2)Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)

Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : Tingginya level suara, Lama paparan, Spektrum suara, Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar, Kepekaan individu, Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya, danKeadaan Kesehatan

3)Trauma Akustik

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.

4)Prebycusis

Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.

5)Tinitus

Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran. Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).3. Dampak Gas CO terhadap Kesehatan

Karakteristik biologi yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengakut oksigen keseluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnyakerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah.

Dampak dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 510%.

Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat berbadan sehat terhadap pemajanan CO kadar rendah dan dalam jangka waktu panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu/ terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35 mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan sudah terbiasa terpajan dengan kadar yang sama dari asap rokok.4. Dampak Bakteri dan Jamur terhadap Kesehatan

Adanya bakteri dan jamur di udara dapat menimbulkan berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan, diantaranya :

a.TBC

Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampi tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis. Gejala umum yang sering dirasakan adalah :

1)Batuk lama lebih dari 30 hari yang disertai ataupun tidak dengan dahak bahkan bisa disertai juga dengan batuk darah.

2)Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid, malaria, atau infeksi saluran nafas akut), dan terkadang disertai dengan badan yang berkeringat di malam hari.

3)Nafsu makan menurun dan bila terjadi pada anak maka terlihat gagal tumbuh serta penambahan berat badan tidak memadai sesuai dengan usia anak tersebut.

4)Berat badan menurun dengan drastis tanpa sebab yang jelas disamping karna nafsu makan yang menurun, pada anak berat badan tidak naik dalam satu bulan walaupun sudah dilakukan penanganan gizi.

5)Adanya pembesaran kelenjar seperti di leher atau ketiak.

b.Meningitis

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS. Tanda dan Gejala Penyakit Meningitis Gejala yang khas dan umum ditampakkan oleh penderita meningitis diatas umur 2 tahun adalah demam, sakit kepala dan kekakuan otot leher yang berlangsung berjam-jam atau dirasakan sampai 2 hari. Tanda dan gejala lainnya adalah photophobia (takut/menghindari sorotan cahaya terang), phonophobia (takut/terganggu dengan suara yang keras), mual, muntah, sering tampak kebingungan, kesusahan untuk bangun dari tidur, bahkan tak sadarkan diri.

c.Pneumonia

Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas. Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang selaput pada otak (meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal.

d.Keracunan makanan

Keracunan makanan dapat terjadi apabila bakteri atau spora jamur yang ada di udara mengontaminasi makanan ataupun minuman. Gejala yang timbul bisa saja pusing, mual, muntah, demam, dll bergantung pada jenis bakteri/mikroba yang menjadi penyebab keracunan makanan.

5. Dampak Virus terhadap kesehatanPenularan penyakit akibat virus banyak ditemukan di daerah pesisir adalah flu burung (H5N1). Virus influenza a subtipe H5N1, juga dikenal sebagai "flu burung", A(H5N1) atau hanya H5N1, adalah subtipe virus Influenza A yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan banyak spesies hewan lainnya. Diadaptasi burung strain H5N1, disebut HPAI A(H5N1) untuk "virus flu burung sangat patogen tipe a subtipe H5N1", adalah agen kausatif H5N1 flu, dikenal sebagai "flu burung" atau "flu burung". Sangat enzootic dalam banyak populasi burung, terutama di Asia Tenggara. Satu jenis HPAI A(H5N1) adalah menyebarkan global setelah muncul pertama kali di Asia. Ini adalah epizootic (sebuah epidemi di nonhumans) dan panzootic (mempengaruhi hewan banyak spesies, terutama lebih luas wilayah), membunuh puluhan juta burung dan spurring pemusnahan ratusan juta orang lain untuk membendung penyebarannya. Kebanyakan referensi untuk "flu burung" dan H5N1 di media populer merujuk strain ini. Menurut FAO Avian Influenza penyakit darurat situasi Update, H5N1 pathogenicity terus secara bertahap naik di daerah endemik tetapi situasi penyakit Flu burung di burung bertani yang diadakan di cek oleh vaksinasi. Sebelas wabah H5N1 dilaporkan di seluruh dunia pada bulan Juni 2008 di lima negara (Cina, Mesir, Indonesia, Pakistan dan Vietnam)Dampak Lingkungan

1. Abrasi disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi.Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui, pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat.Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan pencemaran lingkungan.

Manajemen Penanggulangan

1. Penghijauan hutan mangrove

Untuk mengatasi masalah abrasi dapat dilakukan penghijauan hutan mangrove di sekitar pantai yang terkena abrasi tersebut. Hutan mangrove di kawasan pesisir umumnya didominasi oleh beberapa jenis diantaranya; Rhizophora sp, Soneratia Sp, Avicennia alba, Bruguiera sp, Aegiceras corniculat, Nypa fruticans, Cerera sp, Xylocarpus sp, Lumnizera racemosa, Heritiera littoralis, dan Excoecaria agallocha. Agar bakau yang masih muda tahan terhadap hempasan gelombang, didepan lokasi yang di tanami bakau, perlu dipasang struktur semacam pemecah gelombang yang bersifat sementara. Perlindungan dan pengamanan daerah pantai terhadap ancaman gelombang, diutamakan menggunakan perlindungan alami yang ada. Kalau ternyata perlindungan alami sudah tidak dapat dimanfaatkan atau sudah tidak dapat diaktifkan kembali untuk kegiatan perlindungan pantai, maka baru dipilih alaternatif lain yaitu dengan menggunakan perlindungan buatan (artificial protection).

2. Strategi tindakan preventif terhadap terjadinya kerusakan lingkungan pesisir yang semakin parah misalnya pengawasan saluran drainase, metode pembuangan dan pengelolaan sampah pesisir. Dalam hal ini pemerintah selaku pemilik kewenangan harus bias tegas memberikan disinsentif berupa sanksi kepada pelaku pencemaran di kawasan pesisir. Sehingga pengunjung dan wisatawan dapat melakukan aktivitas pariwisata tanpa melakukan pencemaran di daerah pesisir.3. Strategi pendekatan partisipatif ini melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan di tingkat lokal sejak awal, mulai dari identifikasi kebutuhan rehabilitasi, perencanaan, pemilihan spesies yang akan ditanam, penanaman, pengelolaan serta monitoring dan evaluasi secara partisipatif. Karena strategi Pendekatan Partisipatif ini melibatkan masyarat dan para pemangku kepentingan di tingkat lokal, maka muncul rasa memiliki yang lebih kuat. Hal ini menjamin komitmen mereka untuk memastikan keberhasilan upaya tersebut.Masyarakat juga wajib ikut menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan serta wajib mengingatkan masyarakat pengunjung wisata pesisir. 4. Preservasi dan konservasi pantai dan laut menjadi pilihan untuk memperpanjang usia pantai dan laut. Pencanangan taman laut dan kawasan konservasi menjadi pilihan. Wisatawan juga ditawarkan kegiatan ekowisata yang bersifat ramah lingkungan. Beberapa pengelola pulau (contoh pengelola Taman Nasional Kepulauan Seribu) menawarkan paket perjalanan yang ramah lingkungan yang menawarkan aktivitas menanam lamun dan menanam bakau di laut.

`