paper pembelajaran cai

9
Vol. 4 No. 1 / Juni 2011 ISSN 1979-9462 JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK) 25 IMPLEMENTASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN CAI MODEL TUTORIAL UNTUK SISWA TUNARUNGU PADA KETERAMPILAN KOMPUTER Yudi Wibisono Pendidikan Ilmu Komputer UPI [email protected] Eka Fitrajaya Rahman Pendidikan Ilmu Komputer UPI [email protected] Edo Surya Utama Pendidikan Ilmu Komputer UPI [email protected] 1. ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Implementasi Multimedia Pembelajaran CAI Model Tutorial Untuk Anak Tunarungu Pada Keterampilan Komputer” bertujuan untuk mengimplementasikan sebuah multimedia pembelajaran yang digunakan siswa tunarungu dalam mempelajarikomputer khususnya aplikasi corel draw. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya: tahapan analisis, tahapan desain, tahapan pengembangan, tahapan perancangan, tahapan implementasi dan tahapan penilain. Data dikumpulkan dari angket survey lapangan dan angket analisis kebutuhan. Sebelum multimedia diterapkan multimedia akan melewati proses experts judgment yang dilakukan oleh ahlimedia dan ahlimateri. Berdasarkan dari peneltian yang dilakukan di SLB Negeri Cicendo didapatkan penilaian siswa yang sangat baik dengan presentase 80,556%. Berdasarkan penilaian dari ahli media dan ahli materi, multimedia ini tergolong sangat baik dengan presentase 90,320 % untuk penilaian oleh ahli media dan 95,347 % untuk penilaian oleh ahli materi. Kata kunci : multimedia, CAI, model tutorial. 2. PENDAHULUAN Kebutuhan akan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi tidak terbatas hanya untuk masyarakat umum, anak-anak tunarungu pun membutuhkan pengetahuan yang sama untuk dapat menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Anak tunarungu adalah anak yang memiliki kemampuan auditori yang rendah sehingga mengalami kesulitan dalam mengakses bunyi bahasa dan berakibat terhambatnya proses informasi yang masuk. Salah satu permasalahan yang muncul ketika pembelajaran adalah hasil belajar anak tunarungu yang belum maksimal dikarenakan proses penyampaian informasi yang terhambat sedangkan hasil belajar merupakan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaransiswa tunarungu dibutuhkan cara yang dapat mempermudah anak tunarungu dalam memahami pembelajaran tanpa harus terfokus kepada guru yang mengajar, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaranyang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu, seperti mengutamakan aspek visual dibandingkan dengan aspek-aspek yang lainnya, dan juga harus bersifat kongkret. Teknologi multimedia adalah satu teknologi yang menggabungkan sepenuhnya teknologi komputer, animasi, sistem video dan sistem audio yang dikombinasikan dengan baik yang dapat meningkatkan interaksi di antara pengguna denga komputer. 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 CAI (Computer Assisted Instruction) Model Tutorial Dalam kata benda tutorial diartikan sebagai pelajara pribadi, guru pribadi, sedangkan dalam kata ke diartikan sebagai mengajar dirumah, mengajar ekstra, memberi les, pengajaran tambahan, pengajaranpribadi. Tutorial secara istilah adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, pentunjuk, arahan dan motivasi agar siswa belajar secara efektif dan efisien.[1] Dalam pembelajaran berbasis komputer tutorial didefisinisikan sebagai pembelajaran khusus dengan instruktur yang terkualifikasi dengan menggunaka software computer yang berisi materi pelajaran yang bertujuan untuk memberikan pemahaman secara tuntas (mastery learning) kepada siswa mengenai bahan atau materi pelajaran yang sedang dipelajari.[2] 3.2. Anak Tunarungu Istilah tunarungu sendiri berasal dari kata tuna yan berarti kurang dan rungu yang berarti pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila ti mampu mendengar atau kurang mampu mendengar bunyi atau suara. Berbagai batasan telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian tunarungu atau dalam bahasa inggris disebut Hearing Inpairment yang meliputiDeaf (tuli) dan Hard of Hearing (kurang dengar). Tunarungu adalah keadaan kehilanganpendengaran yang meliputi berbagai tingkatan baik itu ringan, sedang, berat dan berat yang akan berdampak pada gangguan

Upload: aku-domba-tersesat

Post on 22-Jul-2015

177 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011

ISSN 1979-9462

IMPLEMENTASI MULTIMEDIA PEMBELAJARAN CAI MODEL TUTORIAL UNTUK SISWA TUNARUNGU PADA KETERAMPILAN KOMPUTERYudi Wibisono Pendidikan Ilmu Komputer UPI [email protected] Eka Fitrajaya Rahman Pendidikan Ilmu Komputer UPI [email protected] Edo Surya Utama Pendidikan Ilmu Komputer UPI [email protected]

1. ABSTRAKPenelitian yang berjudul Implementasi Multimedia Pembelajaran CAI Model Tutorial Untuk Anak Tunarungu Pada Keterampilan Komputer bertujuan untuk mengimplementasikan sebuah multimedia pembelajaran yang digunakan siswa tunarungu dalam mempelajari komputer khususnya aplikasi corel draw. Penelitian terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya: tahapan analisis, tahapan desain, tahapan pengembangan, tahapan perancangan, tahapan implementasi dan tahapan penilain. Data dikumpulkan dari angket survey lapangan dan angket analisis kebutuhan. Sebelum multimedia diterapkan multimedia akan melewati proses experts judgment yang dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. Berdasarkan dari peneltian yang dilakukan di SLB Negeri Cicendo didapatkan penilaian siswa yang sangat baik dengan presentase 80,556%. Berdasarkan penilaian dari ahli media dan ahli materi, multimedia ini tergolong sangat baik dengan presentase 90,320 % untuk penilaian oleh ahli media dan 95,347 % untuk penilaian oleh ahli materi.

menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu, seperti mengutamakan aspek visual dibandingkan dengan aspek-aspek yang lainnya, dan juga harus bersifat kongkret. Teknologi multimedia adalah satu teknologi yang menggabungkan sepenuhnya teknologi komputer, animasi, sistem video dan sistem audio yang dikombinasikan dengan baik yang dapat meningkatkan interaksi di antara pengguna dengan komputer.

3. TINJAUAN PUSTAKA3.1 CAI (Computer Assisted Instruction) Model Tutorial Dalam kata benda tutorial diartikan sebagai pelajaran pribadi, guru pribadi, sedangkan dalam kata kerja diartikan sebagai mengajar dirumah, mengajar ekstra, memberi les, pengajaran tambahan, pengajaran pribadi. Tutorial secara istilah adalah bimbingan pembelajaran dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, pentunjuk, arahan dan motivasi agar siswa belajar secara efektif dan efisien.[1] Dalam pembelajaran berbasis komputer tutorial didefisinisikan sebagai pembelajaran khusus dengan instruktur yang terkualifikasi dengan menggunakan software computer yang berisi materi pelajaran yang bertujuan untuk memberikan pemahaman secara tuntas (mastery learning) kepada siswa mengenai bahan atau materi pelajaran yang sedang dipelajari.[2]

Kata kunci : multimedia, CAI, model tutorial. 2. PENDAHULUANKebutuhan akan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi tidak terbatas hanya untuk masyarakat umum, anak-anak tunarungu pun membutuhkan pengetahuan yang sama untuk dapat menguasai teknologi informasi dan komunikasi. Anak tunarungu adalah anak yang memiliki kemampuan auditori yang rendah sehingga mengalami kesulitan dalam mengakses bunyi bahasa dan berakibat terhambatnya proses informasi yang masuk. Salah satu permasalahan yang muncul ketika pembelajaran adalah hasil belajar anak tunarungu yang belum maksimal dikarenakan proses penyampaian informasi yang terhambat sedangkan hasil belajar merupakan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran siswa tunarungu dibutuhkan cara yang dapat mempermudah anak tunarungu dalam memahami pembelajaran tanpa harus terfokus kepada guru yang mengajar, salah satunya dengan

3.2. Anak TunarunguIstilah tunarungu sendiri berasal dari kata tuna yang berarti kurang dan rungu yang berarti pendengaran. Orang atau anak dikatakan tunarungu apabila tidak mampu mendengar atau kurang mampu mendengar bunyi atau suara. Berbagai batasan telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian tunarungu atau dalam bahasa inggris disebut Hearing Inpairment yang meliputi Deaf (tuli) dan Hard of Hearing (kurang dengar). Tunarungu adalah keadaan kehilangan pendengaran yang meliputi berbagai tingkatan baik itu ringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan berdampak pada gangguan

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

25

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011komunikasi dan bahasa.[3] Keadaan ini membutuhkan pelayanan pendidikan khusus, meskipun telah diberikan alat bantu mendengar. Seseorang dikatakan tuli jika pendengarannya rusak sampai pada satu syaraf tertentu sehingga menghalangi pengertian terhadap suatu pembicaraan melalui indra pendengaran baik itu tanpa maupun dengan alat bantu dengar (hearing aid).[3] Berikut merupakan beberapa cara berkomunikasi dengan anak tunarungu : (1) bicara harus berhadapan dan diusahakan sejajar; (2) harus melihat muka pembicara; (3) jarak harus sesuai dengan daya jangkau penglihatan; (4) bicara wajar dan jangan dibuat-buat; (5) berekspresi dan melodius; (6) cahaya harus cukup terang; (7) mulut tidak tertutup oleh benda lain; (8) artikulasi jelas; (9) kalimat sederhana; (10) pemakaian isyarat sebagai simulasi.

ISSN 1979-9462diajarkan. Penekanan dalam konsep dasar merupakan kunci bagi siswa tunarungu dalam melanjutkan materi selanjutnya. Penjelasan yang yang tidak bertahap akan mempersulit dan menimbukan salah paham bagi siswa.

4 METODE PENELITIANDidalam penelitian ini penulis akan mengunakan pendekatan deskriptif dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 1. Analisis, 2. Desain, 3. Pengembangan, 4. Implementasi dan 5. Penilaian Masing-masing tahapan akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Tahap Analisis Tujuan dari tahapan analisis adalah untuk mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan pengembangan multimedia.[5] Untuk keperluan tersebut, maka analisis dilakukan dengan kerjasama antara guru dengan pengembang software dengan mengacu pada kurikulum yang digunakan.[6] 2. Tahap Desain Tahapan desain ini bertujuan untuk mengembangkan desain pembelajaran hingga menghasilkan silabus sebagai dasar dalam mengembangkan multimedia pembelajaran.[5] Didalam proses perancangannya terdiri dari proses perancangan tujuan, flowchart, storyboard, antarmuka, dan disesuai dengan isi kurikulum.[6] 3. Tahap Pengembangan Tahapan pengembangan / produksi ini bertujuan untuk menghasilkan produk awal, dan selanjutnya dites atau dijalankan dalam komputer untuk memastikan apakah hasilnya sesuai dengan yang diinginkan atau tidak.[5] Setelah pengembangan software selesai, maka penilaian terhadap unit-unit software tersebut dilakukan dengan menggunakan rangkaian penilaian software multimedia. Penilaian terhadap software pembelajaran meliputi penilaian terhadap: teks, grafik, suara, music, video, animasi dan kegiatan pembelajaran di dalamnya [6]. Proses penilaian merupakan tahap validasi ahli, yang meliputi ahli media dan ahli materi untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan tersebut atau dalam istilah lain disebutkan experts judgment.[5] 4. Tahap Impementasi Implementasi pengembangan software pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan. Peserta didik dapat menggunakan software multimedia di dalam kelas secara kreatif

3.3 Permasalahan Anak Tunarungu dalam PembelajaranAnak-anak tuna rungu sering memperhatikan keterlambatan dalam belajar dan kadang tampak terbelakang. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami anak, tetapi juga tergantung pada potensi kecerdasan yang dimiliki, ransangan mental, serta dorongan dari lingkungan luar yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan itu. Kelima indera manusia pendengaran dan penglihatan merupakan indera yang paling canggih dan digolongkan sebagai indera jarak jauh (distance sense), berbeda dengan ke tiga indera lainnya yaitu perabaan, penegcapan dan penciuman yang dinamakan indera dekat (near sense).[4]

3.4 Penggunaan Multimedia Pembelajaran pada Anak Tunarungu.Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap pengajar di sekolah luar biasa didapatkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sebuah multimedia pembelajaran yang diperuntukkan bagi anak tunarungu. Multimedia yang diperuntukkan bagi anak tunarungu memiliki bahasa yang sederhana. Pengunaan bahasa yang rumit akan mempersulit siswa dalam memahami maksud dari kata-kata tersebut. Multimedia harus dibuat sesederhanakan mungkin, hal ini untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menalar hal-hal yang rumit. Ditambahkan siswa tunarungu kurang dapat memaknai ungkapan tertentu, kurang mampu menafsirkan arti kata kiasan, majas, kata bilangan dan kata relatif. Setiap langkah dalam media dimulai dari materi yang paling dasar sampai materi utama yang akan

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

26

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011dan interaktif melalui pendekatan individu atau kelompok.[6] 5. Tahap Penilaian Tahap penilaian merupakan tahap yang ingin mengetahui kesesuaian software multimedia tersebut dengan program pembelajaran.[6]

ISSN 1979-9462harus diperhatikan dalam pengembangan multimedia untuk anak tunarungu, diantaranya: 1. Penggunaan bahasa didalam multimedia harus dibuat sesederhana mungkin. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan yang rendah siswa tunarungu dalam menerima informasi. 2. Penjabaran materi disajikan dalam bentuk jenjang, penjelasan berawal dari materi yang termudah sampai ke materi yang tersulit. 3. Didalam multimedia untuk anak tunarungu disarankan untuk lebih memperbanyak contoh hasil karya yang akan dibuat. 4. Kemudahan navigasi yang diharapkan didalam multimedia adalah kemudahan dalam pemaknaan suatu gambar, tombol dan kegiatan. 5. Materi pembelajaran yang disampaikan harus dikemas dan disajikan dengan tampilan yang menarik yang mengandung banyak warna. 6. Media diintegrasikan dengan berbagai kemampuan siswa tetapi dengan catatan adanya pembatasan topik pembelajaran sehingga materi yang disampaikan tidak keluar dari makna yang sesungguhnya. 7. Tampilan multimedia yang menarik bagi anak tunarungu adalah multimedia yang dibuat berdasarkan lingkungan terdekat dengan siswa, bakat dan minat siswa. Seperti kegemaran siswa dalam menggunakan komputer. 8. Faktor utama dalam pembuatan multimedia untuk anak tunarungu adalah konsep pembelajaran yang lebih mengutamakan learning by doing. 5.1.2. Analisis pengguna Pengguna multimedia ini adalah siswa tunarungu yang mengikuti Ketrampilan Komputer dan mempunyai kemampuan untuk mempelajari corel draw di sekolah luar biasa negeri Cicendo. 5.1.3. Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak Dalam pengembangan multimedia pembelajaran model tutorial ini menggunakan beberapa software diantaranya: 1. Adobe Flash CS 5 Adobe Flash CS 5 digunakan sebagai perangkat lunak utama untuk mengembangkan animasi dan multimedia. Penggunaan Flash memungkinkan untuk membuat sebuah konten pada multimedia yang interaktif dan dinamis dikarenakan adanya bahasa pemrograman ActionScript pada Flash itu sendiri.

Instrumen Penelitiana. Instrument studi lapangan Didalam penelitian ini instrumen lapangan diperuntukkan untuk mengetahui ketertarikan siswa dalam belajar mengunakan multimedia pembelajaran. b. Instrumen validasi ahli Instrumen validasi ahli ditujukan untuk menilai kelayakan multimedia untuk diterapkan dilapanagan, judgement ini disebut dengan istilah experts judgment. Judgement dilakukan oleh dua orang ahli yaitu ahli media dan ahli materi. Untuk memenuhi hal tersebut, digunakan skala pengukuran Rating Scale. Rating scale atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala.[7] Rating scale tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja, tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lain.[8] Mengenai aspek penilaian pada pengembangan multimedia pembelajaran, terdapat beberapa aspek yang dilihat, yakni aspek umum, aspek rekayasa perangkat lunak, aspek pembelajaran, aspek substansi materi dan aspek komunikasi visual. [9]. c. Instrumen penilaian siswa terhadap multimedia Untuk mengumpulkan data penilaian siswa terhadap multimedia ini digunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.[8]. d. Instrumen hasil belajar siswa Hasil belajar terbagai menjadi dua hasil belajar sebelum menggunakan multimedia pembelajaran dan setelah menggunakan multimedia pembelajaran.

5 HASIL PENELITIAN5.1 Tahap Analisis 5.1.1. Analisis Umum Tahapan analisis penelitian dimulai dengan melakukan studi pustaka untuk menemukan gambaran mengenai multimedia pembelajaran model tutorial. Berdasarkan angket kebutuhan yang diberikan kepada guru didapatkan beberapa hal yang

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

27

Vol. 4 No. 1 / Juni 20112. Camtasia Studio Camtasia Studio merupakan perangkat lunak paling penting dalam pembuatan multimedia model tutorial khususnya dalam pembuatan video tutorialnya. Camtasia Studio memiliki fungsi untuk merekam setiap operasi yang dilakukan di computer. 3. Adobe Photoshop CS 4 Adobe Photoshop CS 4 digunakan untuk melakukan pengeditan gambar dan kontenkonten yang ada didalam multimedia pembelajaran model tutorial. 4. Adobe Ilustrator CS 4 Adobe Ilustrator CS 4 digunakan untuk mendesign teks-teks yang digunakan dalam multimedia model tutorial. 5. Corel Draw X4 Corel Draw X4 digunakan sebagai software yang akan ditutorialkan dalam pembuatan kalender. 5.1.4. Analisis Kebutuhan Perangkat Keras Dalam pembuatan multimedia model tutorial ini dibutuhkan perangkat keras minimum yang memungkinkan untuk dapat membangun multimedia pembelajaran model tutorial, diantaranya: prosesor: 1,8 GHz atau teknologi prosesor yang lebih cepat , memori: 1 Gb, monitor: 1024 x 768 x 16-bit, kartu grafis : 128 Mb / 32 Mb, dan harddisk : 40 Gb. 5.2 Tahapan Perancangan Multimedia pembelajaran akan dibagi menjadi enam materi, lima materi mengenai tutorial pembuatan komponen yang akan digunakan dalam pembuatan kalender sedangkan materi keenam merupakan tutorial pembuatan kalender dari awal sampai akhir. Setiap materi disusun berdasarkan tingkat kerumitannya. Materi dasar dijelaskan pada bagian awal kemudian masuk ke materi yang lebih sulit. Pengguna tidak akan bisa mengakses materi selanjutnya apabila materi sebelumnya belum diselesaikan dan menjawab semua pertanyaan dengan benar. Apabila terjadi kesalahan dalam menjawab pertanyaan, program akan kembali ke bagian materi yang mnejelaskan mengenai pertanyaan yang salah tadi. Setelah pengguna memahami kesalahannya maka pengguna dapat menuju pertanyaan yang salah dijawab sebelumnya. Dengan gambaran konsep seperti itu dan untuk memudahkan proses pengembangan multimedia model tutorial pada tahapan selanjutnya yakni tahapan pengembangan, maka pada tahap desain ini dibuat diagram alir (flowchart), storyboard, rancangan antarmuka pemakai, dan rancangan modul- modul. Masing-masing bagian diuraikan sebagai berikut:

ISSN 1979-94621. Diagram Alir / Flowchart Untuk mengembangkan multimedia model tutorial, sebelumnya dibuat terlebih dahulu Flowchart yang akan menggambarkan urutan-urutan tampilan antarmuka pemakai pada multimedia tersebut. 2. Storyboard Storyboard mendeskripsikan setiap tampilan pada multimedia Model tutorial sehingga memudahkan dalam pengembangan multimedia ini. 3. Perancangan Antarmuka Pemakai Antarmuka pemakai pada multimedia model tutorial dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menarik perhatian pengguna, dalam hal ini siswa sebagai pengguna. Beberapa rancangan antarmuka yang dibuat pada instructional games digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Rancangan antarmuka menu utama

5.3. Tahap pengembanganTahap pengembangan multimedia ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya: tahap pembuatan antar muka, pengkodean, test movie, dan compiling. Berikut penjelasan setiap tahapannya:

5.3.1. Pembuatan antarmuka multimediaPembuatan antamuka ini berdasarkan rancangan pada tahap desain. Pembuatan antarmuka menggunakan perangkat lunak Adobe Ilustrator CS4, Adobe Photoshop CS4, sedangkan Video tutorialnya dibuat menggunakan Camtasia Studio. Berikut antarmuka yang telah dibuat:

Gambar 2. Antarmuka Menu Utama 28

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011

ISSN 1979-9462

Gambar 3. Antarmuka Menu Belajar Pemilihan Menu

Gambar 7. Antarmuka Evaluasi

Gambar 4. Antarmuka Login

Gambar 8. Antarmuka Penyimpanan Data

5.3.2. Pengkodean (Coding)Objek-objek berupa tombol atau Movie Clip yang telah dibuat sebelumnya pada antarmuka belum dapat melakukan fungsi apapun kalau belum diberikan script. Untuk itu, pada tahap ini diberikan code kepada objek-objek tersebut supaya objek tersebut berfungsi seperti yang diharapkan. Kode dalam Adobe Flash dinamakan ActionScript dan dalam pengembangan multimedia ini digunakan ActionScript 2.0. Dengan memberikan ActionScript pada antarmuka yang telah dibuat sebelumnya, memungkinkan multimedia lebih bersifat interaktif dan dinamis. Misalnya pemberian ActionScript pada tombol untuk memberikan fungsi berpindah ke tampilan yang lain dan pemberian ActionScript pada tombol untuk memilih opsi jawaban yang merespon jawaban pilihan pengguna.

Gambar 5. Antarmuka Menu Belajar Tutorial pembuatan Kalender

5.3.3. Test MovieSetelah proses coding selesai dilakukan, tahapan selanjutnya adalah test movie. Tahapan ini ditujukan untuk menguji apakah coding yang diberikan sudah benar atau salah. Tahapan ini dilakukan berulang kali sehingga didapatkan hasil yang benar. Hasil test movie terakhir yang telah dilakukan terdapat pada lampiran.

Gambar 6. Antarmuka Video Tutorial

5.3.4.

Publishing

Pada tahapan sebelumnya, telah dihasilkan file-file SWF. Untuk menjalankan file SWF ini, dibutuhkan sebuah Flash Player yang harus sudah terpasang JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

29

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011pada komputer yang akan menjalankannya. Dikarenakan terdapat kemungkinan bahwa komputer yang akan menjalankan multimedia ini belum terpasang Flash Player yang berakibat multimedia ini tidak akan bisa dijalankan, maka dibutuhkan alternatif lain agar semua komputer bisa membukanya tanpa harus memasang Flash Player terlebih dahulu. Pada Adobe Flash CS 5, terdapat Publish Setting, yaitu pengaturan untuk menyesuaikan file yang akan dihasilkan. Pada penyesuaian ini, terdapat pilihan Windows Projector yang akan menghasilkan produk dari Adobe Flash ini menjadi file yang bisa dieksekusi langsung dengan ekstensi .exe. Dengan fasilitas ini, maka multimedia yang dihasilkan akan bisa dibuka di semua komputer dengan catatan sistem operasi yang berjalan pada komputer tersebut menggunakan Microsoft Windows. 5.3.5. Validasi ahli 1. Ahli media Validasi dilakukan oleh dosen-dosen yang bidang kajiannyaberkaitan dengan multimedia. Aspek yang dikaji adalah aspek umum, aspek rekayasa perangkat lunak, dan aspek komunikasi visual yang ditampilkan

ISSN 1979-9462

Berdasarkan table diatas validasi ahli multimedia oleh ahli materi menyatakan kelayakan multimedia model tutorial ini adalah 96,01 %. Persentase ini dapat dikategorikan sebagai Sangat baik.

5.4 Tahap ImplementasiTahap implementasi dilakukan setelah mendapatkan izin kelayakan dari ahli meteri dan ahli media untuk menerapkan multimedia pembelajaran ke sekolah. Tahap implementasi dilakukan terhadap siswa SMA LB yang berjumlah empat orang di ruang computer SLB N Cicendo, Bandung.

5.4.1. Pemindahan data multimedia pembelajaran ke computerDi ruang computer SLB N Cicendo terdapat delapan computer yang memiliki spesifikasi rata-rata sebagai berikut: grapich : 1024 x 768 (32 bit) 60 Hz, RAM : 512 Mb, OS : XP Professional, Processor : Intel Celeron CPU 2,80 GHz, DirectX : 9.0, dan Hardisk : 40 GB. Hanya satu computer yang memiliki spesifikasi yang lebih tinggi, computer tersebut memiliki RAM 1 Gb, processornya Dual Core CPU E6500 @2,93 GHz, dan sudah menggunakan operating system Windows 7 Home Basic. Dari spesifikasi tersebut, dinilai sudah memadai untuk dapat menggunakan multimedia pembelajaran model tutorial.

Berdasarkan table diatas validasi ahli multimedia oleh ahli media menyatakan kelayakan multimedia model tutorial ini adalah 90,31 %. Persentase ini dapat dikategorikan sebagai Sangat baik. 2. Validasi materi Validasi materi dilakukan oleh dosen dan pengajar disekolah tempat penelitian. Aspek yang dilihat terdiri dari aspek umum, aspek pembelajaran, dan aspek substansi materi. Hasil validasi dapat dilihat ditabel dibawah ini

5.4.2.

Pelaksanaan pembelajaran

Pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan. Ini bertujuan agar pembelajaran dilakukan bertahap dan siswa lebih mudah memahami setiap materi. Berikut perangkat pembelajaran yang disiapkan: 1. RPP dibuat berdasarkan rpp yang telah disetujui oleh guru. 2. Lembar Observasi (lembar untuk yang diisi oleh observer untuk menilai pembelajran yang dilakukan) 3. Absensi siswa 4. Media pembelajaran yang telah

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

30

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011dipindahkan ke computer masing-masing siswa. 5. Daftar nilai pre-test dan post-test. Berikut langkah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan RPP yang telah dibuat: 1. Melakukan doa bersama. 2. Memeriksa kehadiran siswa. 3. Memberikan pre-test 4. Memberikan apersepsi mengenai pembelajaran yang akan dilakukan. 5. Memberitahukan prosedur pembelajaran mengunakan multimedia pemcbelajaran. 6. Membimbing siswa siswa dalam menggunakan multimedia pembelajaran. 7. Membimbing siswa mengerjakan sesuai dengan yang diajarkan melalui multimedia pembelajaran. 8. Memberikan post-test 9. Menarik kesimpulan 10. Menutup pembelajaran. Pada pertemuan ketiga terdapat kegiatan pemberian angket penilaian siswa terhadap multimedia. Untuk langkah-langkah pembelajaran yang lebih terperinci dapat dilihat pada RPP yang terlampir.

ISSN 1979-9462pada akhir pembelajaran siswa mengisi lembar absensi yang telah disediakan. 5.4.4 Analisis angket penilaian siswa terhadap multimedia Angket penilaian siswa terhadap multimedia berfungsi untuk menilai apakah multimedia ini efektif diterpkan bagi siswa tunarungu. Jumlah siswa yang mengisi angket adalah empat orang sama dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran. Skor kriterium atau skor maksimal disaptkan dari perhitungan sebagai berikut:

5.4.3 Analisis lembar ObservasiDidalam lembar observasi yang diisi oleh guru ketrampilan computer. Berikut masing-masing penjabarannya yang dikelompokkan berdasarkan pertemuan: a. Pertemuan pertama Berdasarkan lembar observasi terdapat beberapa kegiatan yang tidak dilaksanakan oleh peneliti yaitu memeriksa kehadiran siswa dan memberikan apersepsi. Sedangkan aktivitas siswa yang tidak dilaksankan adalah para siswa tidak ikut serta dalam menarik kesimpulan. Untuk kehadiran siswa walaupun peneliti tidak menyebutkan nama siswa satu persatu tetapi pada akhir pembelajaran siswa mengisi lembar absensi yang telah disediakan. b. Pertemuan kedua Berdasarkan lembar observasi terdapat satu aktivitas siswa yang tidak dilakukan yaitu siswa ikut serta dalam penarikan kesimpulan. Sedangkan kegiatan yang lain sudah terlaksana dengan baik. c. Pertemuan ketiga Berdasarkan lembar observasi kegiatan yang tidak dilakukan oleh guru adalah memriksa absensi siswa, memberikan apersepsi pada awal pembelajaran dan menutup pembelajaran. Untuk kehadiran siswa walaupun peneliti tidak menyebutkan nama siswa satu persatu tetapi

Skor Kriterium = Jumlah siswa x Jumlah criteria penilaian x skor maksimal masing-masing kriteria (4) Skor Kriterium : 4 x 9 x 4 = 144. Jika dibandingkan dengan hasil total perolehan skor didapatkan hasil berikut: Perolehan Skor : 116 /144 = 0,80555 Atau didalam persentase 80,5 %. Dari hasil tersebut siswa menilai multimedia pembelajaran sudah dikategorikan sangat baik. Ini sesuai dengan skala yang diberikan oleh Gonia, 2009: 50. 5.5. Tahap penilaian a. Penilaian kelayakan multimedia model tutorial yang dihasilkan data sebagai berikut:

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

31

Vol. 4 No. 1 / Juni 2011b. Penilaian siswa terhadap multimedia model tutorial yang dihasilkan Berdasarkan hasil perhitungan pada tahap implementasi didaptkan persentase penilaian siswa terhadap multimedia yaitu 80,5 %, persentase tersbut sudah dikategorikan sangat baik berdasarkan metode Gonia. c. Hasil sebelum mengunakan multimedia dan setelah mengunakan multimedia. Nilai Sebelum mengunakan multimedia pembelajaran

ISSN 1979-94621. Pengimplementasian multimedia pembelajaran CAI model tutorial dimulai dengan tahap pengumpulan data melalui studi literatur dan studi lapangan selanjutnya pengembangan multimedia pembelajaran model tutorial dikembangkan dengan tahapan sebagai berikut: tahapan analisis, tahapan desain, tahapan pengembangan, tahapan implementasi dan tahapan penilaian. 2. Produk multimedia yang dihasilkan tergolong didalam kriteria yang sangat baik, ini berdasarkan hasil penilaian siswa terhadap multimedia pembelajaran model tutorial.

REFERENSI[1] Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. [2] Rusman.(2008). Manajemen Kurikulum. Bandung: Mulia Mandiri Press [3] Abdurrachman dan Sudjadi.S. (1994). Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi [4] Bunawan, L dan Yuwati, e.s. (2000). Pengusaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi Rama. Tidak diterbitkan. Nilai setelah mengunakan multimedia pembelajaran [5] Mardika, I, (2007). Pengembangan Multimedia dalm pembelajaran kosakata bahasa inggris di SD (online) .(http://mardikanyom.tripod.com/Multimedia.pdf , diakses pada tanggal 5 April 2011). [6] Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : SPS Universitas Pendidikan Indonesia. [7] Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. [8] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta. [9] Wahono, Romi Satrio. 2006. Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran, (Online), (http://romisatriawahono.net/2006/06/21/aspekdan-kriteria-penilaian-media-pembelajaran/ diakses pada tanggal 12 April 2011).

6. KesimpulanSetelah melewati semua tahapan dalam pengembangan sebuah multimedia didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

JURNAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (PTIK)

32