paper parasit strongy.doc

Upload: wahyu-putra

Post on 16-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strongyloidiasis adalah infeksi parasit yang berpotensi mematikan. Spesies pada manusia adalah Strongyloides fuelleborni ditemukan secara sporadis di Afrika dan Papua Nugini. Karakteristik khas dari parasit ini adalah kemampuannya untuk bertahan dan mereplikasi dalam host sambil menyebabkan infeksi yang mematikan dalam sebuah host immunocompromised. Infeksi manusia diperoleh melalui penetrasi kulit utuh oleh larva filariform selama kontak dengan tanah yang terkontaminasi dengan kotoran manusia. Larva kemudian masuk ke sirkulasi dan dilakukan hematogenously ke paru-paru, di mana mereka memasuki ruang alveolar. Ketika mereka mencapai usus kecil, cacing ini tumbuh menjadi betina dewasa kira 2 X 0,05 mm diameter ( Pranatharthi, 2009 ).Penyakit ini dapat menyerang ternak sapi, kuda, babi, dan anjing. umumnya tanpa gejala yang menyerang duodenum dan bagian atas jejunum. Gejala klinis yang muncul antara lain timbulnya dermatitis ringan pada saat larva cacing masuk ke dalam kulit pada awal infeksi. Gejala lain yaitu batuk, ronki, kadang-kadang pneumonitis jika larva masuk ke paru-paru atau muncul gejala-gejala abdomen yang disebabkan oleh cacing betina dewasa yang menempel pada mukosa usus. Gejala infeksi kronis tergantung kepada intensitas dari infeksi, bisa ringan dan bisa juga berat. Strongyloidiasis disebabkan oleh Nematoda Strongyloides. ( Concha R dkk,2005 ).1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka munculah rumusan masalah antara lain :1. Bagaimana deskripsi umum stronylidiosis ?2. Apa saja ciri morfologi strongylidiosis?3. Bagaimana klasifikasi strongylidiosis?4. Siapa saja hospes terinfeksi dan hospes definitifnya?5. Dimana predileksi strongylidiosis?6. Dimana dan bagaimana siklus hidup strongylidiosis?7. Bagaimana gejala klinis penderita strongylidiosis?8. Bagaimana patologi anatomi strongylidiosis?9. Bagaimana cara mendiagnosa penyakit strongylidiasis?10. Bagaimana penanganan mulai dari pencegahan, pengobatan, sampai pemberantasan penyakit strongylidiasis?11. Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi strongylidiosis?1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1. Menambah pengetahuan pembaca akan ilmu parasitologi khususnya mengenai strongylidiasis2. Mendapatkan pengetahuan lebih mengenai strongylidiosis.3. Lebih mengenali tentang parasit parasit pada hewan.1.4 Manfaat

1. Hasil tugas kami dapat dimanfaatkan oleh kalangan mahasiswa Universitas Udayana khususnya Kedokteran Hewan.

2. Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan parasitologi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Umum StrongylidiosisStrongyloidiasis disebabkan oleh Nematoda Strongyloides. Penyakit ini dapat menyerang ternak sapi, kuda, babi, dan anjing.Cacing ini disebut cacing benang. Cacing dewasa dapat bersifat parasit maupun bebas. Bentuk parasitic panjangnya 2-9 mm dan hanya cacing betina yang bersifat partenogenetik. Terdapat cacing jantan dan cacing betina, cacing ini sangat kecil dan relative kuat, dengan esophagus rabditiform. Ekor cacing jantan pendek dan berbentuk kerucut, sepasang spikulum pendek sama besar dan sebuah gubernakulum. Ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung, vulva terletak dekat pertengahan tubuh, uterus amfidelf, dan telurnya sedikit serta telah berembrio pada waktu dikeluarkan, kadang cacing betina viviparosa, terdapat sekitar 40 jenis cacing dalam genis ini, kebanyakan berada pada mamalia ( Norman D.Levine,1994 ).

Strongyloides dapat ditemukan di banyak bagian dunia termasuk tropis Aborigin Australia utara. Salah satunya, Strongyloides stercoralis adalah cacing parasit yang menginfeksi banyak orang Aborigin yang tinggal di daerah tropis Australia. Cacing yang infektif ditemukan dalam atau dekat kotoran dari orang yang terinfeksi. Ketika infeksi cacing naik ke kulit, mereka masuk melalui kulit dan menyebabkan penyakit yang disebut strongyloidiasis. Penyakit ini dapat didiagnosis dan disembuhkan, tetapi strongyloidiasis seringkali tidak diakui. Seseorang atau binatang dengan Strongyloides yang kekebalan tubuh lemah, akan dalam keadaan bahaya. Dalam keadaan itu, cacing berkembang biak dengan cepat, menyerang setiap bagian dari tubuh penderita. Infeksi sekunder bakteri, akan meningkatkan intensitas penyakit. Jika penderita tersebut tidak segera didiagnosis dengan benar dan diberi pengobatan khusus untuk Strongyloides maka akan terjadi kematian.

Manusia atau hewan dengan Strongyloides akan terus memiliki cacing itu sampai mereka mati, kecuali mereka menerima pengobatan yang efektif. Biasanya, orang-orang dengan Strongyloidiasis kronis memiliki penyakit selama beberapa dekade sebelum didiagnosis dan diobati. Sistem kekebalan tubuh mereka dapat menghambat cacing tetapi tidak dapat menghilangkan cacing itu. Cacing dewasa terhambat dan tingkat reproduksi mereka lambat.

2.2 Ciri Morfologi StrongylidiosisCacing ini hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Berbeda dengan cacing nematoda lainya, dimana telur cacing gelang langsung menetas didalam usus, sehingga yang keluar bersama tinja adalah bentuk larvanya yaitu larva rabditiform. Larva rabditifora ini lalu berkembang menjadi larva filiform yang dapat bergerak melalui kulit seseorang dan masuk ke dalam aliran darah ke paru-paru dan saluran udara. Ketika cacing bertambah tua, mereka mengubur diri dalam dinding usus. Kemudian, mereka menghasilkan telur dalam usus. Cacing betina yang dapat bertelur ditemukan kira-kira 28 hari sesudah infeksi Siklus tidak langsung.Daerah di mana cacing masuk melalui kulit dapat menjadi merah dan menyakitkan.Hanya diketahui cacing dewasa betina yang hidup sebagai parasit di vilus duodenun dan yeyunum. Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak berwarna dan panjangnya kira-kira 2 mm. Cara berkembang biaknya diduga secara partenogenesis. Telur bentuk parasitik diletakkan di mukosa usus, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva rabditiform yang masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja. Cacing betina yang hidup sebagai parasit, dengan ukuran 2,20 x 0,04 mm, adalah seekor nematoda filariform yang kecil, tak berwarna, semi transparan dengan kutikulum yang bergaris halus. Cacing ini mempunyai ruang mulut dan oesophagus panjang, langsing dan silindris. Sepanjang uterus berisi sebaris telur yang berdinding tipis, jenih dan bersegmen. Cacing betina yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang hidup sebagai parasit, menyerupai seekor nematoda rabditoid khas yang hidup bebas dan mempunyai sepasang alat reproduksi. Cacing jantan yang hidup bebas lebih kecil dari pada yang betina

Telur dari bentuk parasitik, sebesar 54 x 32 mikron berbentuk bulat oval dengan selapis dinding yang transparan. Bentuknya mirip dengan telur cacing tambang, biasanya diletakkan dalam mukosa usus, telur itu menetas menjadi larva rabditiform yang menembus sel epitel kelenjar dan masuk kedalam lumen usus serta keluar bersama tinja. Telur jarang ditemukan di dalam tinja kecuali sesudah diberi pencahar yang kuat.

Cacing jantan yang parasitic maupun yang hidup bebas memiliki bentuk yang sama dan berukuran 0,7 mm. Pada bagian interior tubuhnya terlihat adanya buccal cavity yang pendek atau bahkan tidak ada. Esophagusnya bertipe rhabditiform. Terdapat sepasang spicule yang diliput gubernaculums. Disamping itu dapat pula ditemukan adanya anal papillae.

Cacing betina yang hidup bebas dan yang parasitic dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk esofagus dan letak vulvanya. Cacing betina yang parasitic berukuran 2,2 x 0,04 mm. esofagusnya panjang bertipe filariform dan vulvanya terletak di 1/3 anterior dari tubuhnya. Sedangkan yang free living berukuran lebih kecil yaitu 1 x 0,06 mm, esofagusnya bertipe rhabditiform dan vulvanya terletak di 2/5 anterior tubuhnya.

Larva rhabditiform strongyloides stercoralis dapat diidentifikasi berdasarkan bentuk buccal cavitynya yang pendek dan genital premordialnya yang besar mengandung banyak sel. Esophagus larva ini sesuai namanya adalah tipe rhabditiform. Larva inilah yang merupakan diagnostic penyakit strongyloidiasis, karena sering ditemukan dalam tinja. Bentuk larva ini perlu dibedakan dari larva cacing tambang (hookworm) pada umunya. Larva rhabditiform hookworm memiliki buccal cavity yang panjang dan genital premodial yang lebih kecil.

Larva filariform cacing ini memiliki buccal cavity yang pendek seperti larva rhabditiformnya, namun memiliki esophagus bertipe filariform. Ciri khasnya adalah ekornya yang bercabang (fork shape tail). Bentuk ekor yang bercabang inilah yang membedakannya dari larva filariform hookworm.2.3 Klasifikasi StrongyloidiasisKingdom:AnimaliaPhylum:NematodaClass

:SecernenteaOrdo

:RhabditidaFamily

:StrongyloididaeGenus

:StrongyloidesSpecies:S. stercoralis2.4 Hospes Terinfeksi dan Hospes DefinitifManusia merupakan hospes terinfeksi utama cacing ini. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit strongilodiasis. Hospes definitif dari Strongyloides papilosus adalah domba, kambing, sapi, kelinci dan ruminansia lain.

Hospes definitif dari Strongyloides westermani adalah kuda, babi, zebra2.5 Tempat Predileksi Strongyloides

Strongyloides sp. berpredileksi di usus halus.2.6 Siklus Hidup StrongyloidesCacing ini mempunyai 3 macam siklus hidup yaitu :1. Siklus langsungSiklus hidup cacing ini berbeda dengan siklus hidup cacing nematoda usus lainnya, sebab yang keluar bersama feses adalah larvanya, ini berbeda dengan cacing nematoda usus lainya yang biasanya keluar bersama feses adalah stadium telurnya. Jadi, contoh pada cacingStrongyloides stercoralis larvanyalah yang keluar bersama tinja manusia. Larva ini disebutlarva rabditiform, sesudah 2 3 hari di tanah, larva rabditiform berubah menjadi larva filariform, bila larva filariform menembus kulit manusia atapun hewan, larva tumbuh dan masuk ke dalam peredaran darah vena dan kemudian melalui jantung kanan sampai ke paru, dari paru parasit yang mulai menjadi dewasa menembus alveolus, masuk ke trakea dan laring. Sesudah sampai di laring reflek batuk, sehingga parasit tertelan, kemudian sampai diusus halus bagian atas dan menjadi dewasa.Skema siklus langsung: 2-3 hari di tanah larva rabditiform larva filariform menembus kulit manusia peredaran darah vena jantung kanan paru-paru parasit mulai menjadi dewasa menembus alveolus masuk trakhea dan laring terjadi refleks batuk & parasit tertelan sampai di usus halus dewasa.Siklus langsung terjadi bila iklim dingin atau keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan bagi perkembangbiakan cacing ini menjadi dewasa dialam bebas, sehingga cacing ini langsung bentuk larva filariformnya masuk langsung ke kulit.2. Siklus tidak langsung

Larva rabditiform yang keluar bersama feses berubah menjadi cacing jantan dan betina bentuk bebas, sesudah pembuahan, cacing betina menghasilkan telur yang menetas menjadi larva rabditiform, larva rabditiform dalam waktu beberapa hari dapat menhasilkan larva filariform yang infektif dan masuk kedalam hospes. Jadi pada siklus ini larva rabditiform akan berkembang dahulu menjadi cacing dewasa dialam bebas, cacing dewasa dialam bebas ini kemudian bertelur dan menjadi larva rabditiform baru yang lalu berkembang menjadilarva filariform yang kemudian menginfeksi manusia.Skema siklus tidak langsung: Larva rabditiform di tanah cacing jantan & betina bentuk bebas terjadi pembuahan telur menetas menjadi larva rabditiform larva filariform masuk dalam hospes baru.Siklus tidak langsung terjadi bila iklim tropis atau keadaan lingkunagan yang optimal bagi perkembangbiakan cacing ini.

3. Auto infeksi

Autoinfeksi berarti memacu pada istilah siklus didalam, yaitu cacing tersebut tidak sempat di tanah. Larva rabditiform menjadi larva filariform di usus atau di daerah sekitar anus (perianal) bila larva filariform menembus mukosa atau kulit perianal, mengalami suatu lingkaran perkembangan di dalam hospes. Auto infeksi menerangkan adanya Strongyloidiasis yang persisten, mungkin selama 36 tahun, di dalam penderita yang hidup di derah non endemik. Jadi dari larva rabdiform menjadi filaform, larva filaforma menembus lapisan kulit disekitar perianal lalu masuk lagi siklus selanjutnya tanpa bersentuhan dengan tanah.Skema autoinfeksi: Larva rabditiform larva filariform di usus/ daerah perianal menembus mukosa usus/ perianal menyebabkan strongiloidiasis menahun.Siklus autoinfeksi ini paling berbahaya, karena bisa menyebabkan kematian, sebab dia terus berkembang jadi banyak didalam tibuh manusia tanpa bersentuhan dengan tanah.2.5 Gejala Klinis Penderita StrongyloidiasisBanyak manusia dan hewan yang terinfeksi biasanya tanpa gejala pada awalnya. Gejala meliputi dermatitis: bengkak, gatal, currens larva, dan perdarahan ringan di tempat di mana kulit telah ditembus. Jika parasit mencapai paru-paru, dada mungkin merasa seolah-olah itu terbakar atau nyeri epigastrium, dan mengi atau sesak nafas dan batuk bisa terjadi, bersama dengan gejala seperti pneumonia (sindrom Lffler ). Jika cacing menjadi dewasa di usus akhirnya bisa menyerang, menyebabkan nyeri terbakar, kerusakan jaringan, sepsis, dan ulkus pada usus. Dalam kasus yang parah, edema diusus dapat menyebabkan obstruksi pada saluran usus, serta hilangnya kontraksi peristaltik.

Gejala yang paling khas adalah sakit perut, umumnya sakit pada ulu hati seperti gejala ulcus ventriculi, diare dan urticaria; kadang-kadang timbul nausea, berat badan turun, lemah dan konstipasi. Timbulnya dermatitis yang sangat gatal karena gerakan larva menyebar dari arah dubur; dapat juga timbul peninggian kulit yang stationer yang hilang dalam 1-2 hari atau ruam yang menjalar dengan kecepatan beberapa sentimeter per jam pada tubuh.

Walaupun jarang terjadi, autoinfeksi dengan beban jumlah cacing yang meningkat terutama pada penderita dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah dapat menyebabkan terjadinya strongyloidiasis diseminata, terjadi penurunan berat badan yang drastic, timbul kelainan pada paru-paru dan berakhir dengan kematian.

LetakGejala Klinis

GastrointestinalGejala gastrointestinal tidak jelas, termasuk kram perut epigastrium, gangguan pencernaan, anoreksia, penurunan berat badan, mual, muntah, diare kronis, sembelit, pruritus ani, kembung dan, jarang obstruksi usus halus. Strongyloides merupakan penyebab penting gagal tumbuh dan cachexia di anak imunokompeten.

Paru - paruGejala yang dihasilkan akibat dari migrasi larva. Migrasi larva melalui paru-paru menghasilkan pneumonitis yang menyerupai sindrom Loeffler. Gejala-gejala termasuk batuk produktif, kadang dengandahak darah bisa bercampur darah, dyspnea, nyeri pleuric dan demam. Strongyloidiasis juga dapat menghasilkan sindrom klinis yang meniru baik asma atau pneumonia.

DermatologicPenetrasi kulit dengan larva infektif dapat menimbulkan gatal, papul papul pada kulit atau lesi papulovesikular. Biasanya, penetrasi larva pada kulit terutama di kulit kaki yang sering bersentuhan dengan tanah, tetapi mungkin juga dibagian tubuh lain yang bersinggungan dengan tanah. bisa juga disekitar anus, jika mengalami daur hidup autoinfeksi

Neurologis dan lainya (strongyloidiasis parah)Gangguan mental, kejang fokal, meningitis, abses otak atau kaku kuduk mungkin menunjukkan keterlibatan saraf pusat (SSP). Gejala meningitis mungkin termasuk sakit kepala, mual, muntah, dan, dalam kasus yang ekstrim, koma.

2.6 Patologi AnatomiLarva infektif (filaform) yang berkembang dalam tinja atau tanah lembab yang terkontaminasi oleh tinja, menembus kulit masuk ke dalam darah vena di bawah paru-paru. Di paru-paru larva menembus dinding kapiler masuk kedalam alveoli, bergerak naik menuju ke trachea kemudian mencapai epiglottis. Selanjutnya larva turun masuk kedalam saluran pencernaan mencapai bagian atas dari intestinum, disini cacing betina menjadi dewasa. Cacing dewasa yaitu cacing betina yang berkembang biak dengan cara partogenesis hidup menempel pada sel-sel epitelum mukosa intestinum terutama pada duodenum, di tempat ini cacing dewasa meletakkan telornya. Telor kemudian menetas melepaskan larva non infektif rhabditiform. Larva rhabditiform ini bergerak masuk kedalam lumen usus, keluar dari hospes melalui tinja dan berkembang menjadi larva infektif filariform yang dapat menginfeksi hospes yang sama atau orang lain. Atau larva rhabditiform ini dapat berkembang menjadi cacing dewasa jantan dan betina setelah mencapai tanah. Cacing dewasa betina bebas yang telah dibuahi dapat mengeluarkan telur yang segera mentas dan melepaskan larva non infektif rhabditiform yang kemudian dalam 24-36 jam berubah menjadi larva infektif filariform. Kadangkala pada orang-orang tertentu, larva rhabditiform dapat langsung berubah menjadi larva filariform sebelum meninggalkan tubuh orang itu dan menembus dinding usus atau menembus kulit di daerah perianal yang menyebabkan auotinfeksi dan dapat berlangsung bertahun-tahun.Hiperinfeksi stongyloides stercoralis merupakan sindrom autoinfeksi yang meningkatkan migrasi larva dan gejala gejala yang disebabkan oleh peningkatan migrasi larva strongyloides stercoralis. Hiperinfeksi dapat berakibat fatal. Sebagai penanda hiperinfeksi adalah peningkatan deteksi jumlah larva dalam feses. Strongyloides stercoralis hidup pada daerah beriklim tropis dan subtropis. Hanya cacing betina dari jenis cacing ini yang hidup sebagai parasit di usus manusia, terutama di duodenum dan jejunum. Telurnya menetas di kelenjar usus, kemudian keluar bersama feces dalam bentuk larva rhabditiform. Larva ini akan berubah menjadi larva filariform apabila sudah berada di tanah. Namun demikian, larva filariform bisa juga terbentuk di dalam usus sehingga terjadi infeksi yang disebut autoinfeksi interna.

Ada tiga tipe strongyloidiasis (nama penyakit yang disebabkan Strongyloides stercoralis,-red) yaitu tipe ringan, tipe sedang, dan tipe berat. Tipe ringan tidak memberikan gejala apa-apa. Pada tipe sedang, dapat menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan, umumnya gejala di usus. Jika sudah pada tipe atau infeksi berat, penderita mengalami gangguan hampir di seluruh sistem tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian.

2.7 Diagnosis Penyakit StrongyloidiasisDiagnose strongyloidiasis ditegakkan dengan memeriksa tinja penderita dan menemukan adanya larva. Namun larva ini harus dibedakan dengan larva cacing tambang ( hookworm ).

Cara lain untuk menegakkan diagnose adalah dengan melakukan enterotest. Pada cara pemeriksaan ini, penderita diminta untuk menelan kapsul gelatin yang diberi benang nylon. Setelah kapsul tadi mencapai usus halus, benang tadi ditarik dan lendir yang menempel di benang diperiksa di bawah mikroskop untuk menemukan adanya larva.Pada pemeriksaan hematologi dapat dilakukan pemeriksaan Tes antigen darah untuk S. stercoralis melalui tes ELISA, Hitung darah lengkap dengan diferensial, Jumlah jumlah eosinofil dalam darah. Selain itu dapat pula dilakukan Aspirasi duodenum untuk memeriksa S. stercoralis dan Kultur dahak untuk memeriksa S. stercoralis atau juga Foto toraks juga bisa dilakukan untuk bisa menunjukkan infiltrat paru, konsolidasi atau kavitasi2.8 Penanganan (pencegahan dan pengobatan) Penyakit StrongyloidiasisUntuk mengurangi jumlah penyakit cacing strongyloides, dapat dilakukan beberapa cara yang dapat membantu mengurangi penyakit tersebut, yaitu :a. PencegahanBuanglah tinja di jamban yang saniter. Lakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat untuk benar-benar memperhatikan kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Gunakan alas kaki di daerah endemis. Sebelum memberikan terapi imunosupresif kepada seseorang, Pastikan bahwa orang tersebut tidak menderita strongyloidiasis.Periksa semua anjing, kucing, kera yang kontak dekat dengan manusia, obati binatang yang terinfeksi cacing ini. Investigasi terhadap kontak dan sumber infeksi: Terhadap anggota keluarga penderita dan penghuni asrama dimana ada penderita dilakukan pemeriksaan Kalau-kalau ada yang terinfeksi.b. PengobatanKarena adanya potensi untuk autoinfeksi dan penularan kepada orang lain, semua penderita tanpa melihat jumlah cacing yang dikandungnya harus dilakukan pengobatan dengan ivermectin (Mectizan), Thiabendazole (Mintezol) atau albendazole (Zentel). Perlu diberikan pengobatan ulang.

Dahulu tiabendazol merupakan obat pilihan dengan dosis 25 mg per kg berat badan, satu atau dua kali sehari selama 2 atau 3 hari. Sekarang albendazol 400 mg satu/dua kali sehari selama tiga hari merupakan obat pilihan. Mebendazol 100 mg tiga kali sehari selama dua atau empat minggu dapat memberikan hasil yang baik. Mengobati orang yang mengandung parasit, meskipun kadang-kadang tanpa gejala, adalah penting mengingat dapat terjadi autoinfeksi. Perhatian khusus ditujukan kepada pembersihan sekitar daerah anus dan mencegah terjadinya konstipasi2.11 Faktor LingkunganStrongyloidiasis sering dijumpai di daerah tropis dan sub tropis serta beberapa daerah yang beriklim dingin. Sampai saat ini diperkirakan lebih dari 35 juta orang yang terinfeksi setiap tahunnya. Strongyloidiasis yang disebabkan oleh strongyloides fuelleborni lebih sering dijumpai di daerah pasifik.

Strongyloidiasis ini endemik di daerah tropis dan subtropis dan terjadi secara sporadis di daerah beriklim sedang. Di daerah tropis dan subtropis prevalensi daerah secara keseluruhan dapat melebihi 25 persen. Tingkat infeksi tertinggi di Amerika Serikat adalah di antara penduduk dari negara-negara tenggara dan di antara individu -individu yang telah di daerah endemik ( termasuk imigran, pengungsi, wisatawan dan personil militer) ( Posey dkk,2007 ). Sebuah penelitian di Kanada menunjukan pengungsi Asia Tenggara diidentifikasi seroprevalensi strongyloidiasis antara Kampucheans, Laos, dan Vietnam ( 76,56,dan 12%, masing-masing ) ( Gyorkos,1990 ). Dalam studi lain, lebih dari 40 persen imigran Kamboja ke Australia telah atau samar-samar strongyloides serologi positif mungkin mengindikasikan infeksi (Caruana dkk,2006).BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan Satu satunya cacing yang penting dalam ilmu kedokteran dan termasuk dalam super familia Rhabditoidea familia strongyloididae adalah strongyloides stercoralis dan strongyloides fuelleborni.Penyakit yang ditimbulikan disebut strongyloidiasis atau cochen china diarrhea.

Dikenal empat macam siklus hidup cacing strongyloides stercoralis yaitu :

1. Siklus hidup secara langsung2. Siklus hidup secara tidak langsung

3. AutoinfeksiBuanglah tinja di jamban yang saniter. Lakukan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat untuk benar-benar memperhatikan kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Gunakan alas kaki di daerah endemis. Sebelum memberikan terapi imunosupresif kepada seseorang, Pastikan bahwa orang tersebut tidak menderita strongyloidiasis.Thiabendazole dan mebendazole sering digunakan orang untuk mengobati strongyloidiasis. Selain kedua jenis obat tersebut WHO juga merekomendasikan pemberian albendazole.3.2 SaranPenulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna namun penulis berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca. Tidak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar penulisan makalah makalah kedepannya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis mengucapkan terimakasi.

DAFTAR PUSTAKA

Gandasuda, Srisasi 2006. Parasit Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

F.Ganong,William.2003.Medical Physiologi.Medical publishing division

Guyton and Hall.2006.Text Book of Medical Phisiology.Elsevisier Saunders

Maguire JW. Nematoda usus (cacing gelang). Dalam: Mandell GL, Bennett JE, Dolan R, eds. Mandell, Douglas, dan Prinsip Bennett dan Praktek of Infectious Diseases . 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Churchill Livingstone, 2009: chap 287

Diemert DJ. Intestinal nematode infections. In: Goldman L, Schafer AI, eds. Goldman's Cecil Medicine . 24th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2011: chap 365.Anonim. 2012. Strongylidiosis. http://health.detik.com/readpenyakit/623/strongyloidiasis?mode_op=gejala. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.Anonim. 2013.Penyakit Strongylidiosis Akibat Cacing. http://sikkahoder.blogspot.com/2013/08/penyakit-strongiloidiasis-akibat-cacing.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.Anonim. 2012. Infeksi Cacing Benang Strongylidiosis. http://penyakitwaswas.blogspot.com/2012/03/infeksi-cacing-benang-strongyloidiasis.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.Anonim. 2011. Stronyloidiasis. http://joeveteriner.blogspot.com/2011/04/strongyloidiasis.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.Anonim. 2011. Stronyloides. http://kuliah-bhn.blogspot.com/2011/06/strongyloides.html. Diakses tanggal 2 Oktober 2013.13