paper landasan pengembangan kurikulum
DESCRIPTION
landasan pengembangan kurikulumTRANSCRIPT
1
BAB I
ISI
A. Hakikat pengembangan kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam
sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang
harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan tetapi juga memberikan
pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa.
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang
isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya.
Namun demikian, persoalan mengembangkan kurikulum bukan merupakan hal yang
sederhana dan mudah. Menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi,
misi, serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan yang ingin dicapai
erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat.
Seller dan Miller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, yang meliputi orientasi,
pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Seller memandang bahwa pengembangan
kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi, yakni kebijakan-kebijakan umum
meliputi enam aspek : tujuan pendidikan, pandangan tentang anak, pandangan tentang
proses pembelajaran, pandangan tentang lingkungan , konsepsi tentang peranan guru, dan
evaluasi.
Yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum adalah
isi atau muatan kurikulum itu sendiri. Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan isi pengembangan kurikulum yaitu rentangan kegiatan dan tujuan
kelembagaan yang berhubungan dengan misi dan visi sekolah. Zaiz menggambarkan
proses pengembangan kurikulum harus dimulai dengan asumsi-asumsi filosofis sebagai
sistem nilai value sistem atau pandangan hidup suatu bangsa. Berdasarkan asas filosofis
itulah selanjutnya ditentukan tentang hakikat pengetahuan, sosial kultural, hakikat anak
didik, dan teori-teori belajar.
Proses pengembangan memiliki pengertian berbeda dengan perubahan dan
pembinaan kurikulum. Perubahan kurikulum merupakan kegiatan atau proses yang
2
disengaja manakala berdasarkan hasil evaluasi ada salah satu atau beberapa komponen
yang harus diperbaiki atau diubah, sedangkan pembinaan adalah proses untuk
mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sedang dilaksanakan. Dengan
demikian pengembangan menunjuk pada proses merancang sedangkan pembinaan
adalah implementasi dari hasil pengembangan.
Dari uraian tersebut disimpulkan bahwa pengembangan dan pembinaan kurikulum
merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan, pengembangan dan implementasi
merupakan dua sisi yang harus berjalan seiring sejalan. Makna kurikulum akan dapat
dirasakan manakala diimplementasikan, implementasi akan semakin terarah manakala
sesuai dengan kurikulum rencana, dan selanjutnya hasil implementasi tersebut
selanjutnya akan memberikan masukan untuk penyempurnaan rancangan. Inilah hakikat
pengembangan kurikulum yang selalu berputar, berjalan, dan membentuk suatu siklus.
B. Prinsip pengembangan kurikulum
1. Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari
pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjukkan pada sesuatu yang
mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur dan mengarahkan, serta sesuatu
yang biasanya selalu ada atau terjadi pada situasi dan kondisi serupa. Ini berarti bahwa
prinsip itu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitanya dengan keberadaan
sesuatu.
Seseorang bisa menjadikan sesuatu itu lebih efektif dan efesien dengan cara
memahami suatu prinsip. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandungnya, baik
dalam input maupun outputnya, dan juga memiliki sifat memberikan rambu-rambu
terhadap tujuan yang ingin dicapai. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum merupakan berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam
menentukan hal-hal yang berkenaan dengan pengembangan kurikulum, terlebih dalam
fase perencanaan kurikulum (curriculum planning).
2. Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum menurut Prof. Dr. Nana Syaodih
Sukmadinata terdiri dari dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
1) Prinsip-prinsip umum meliputi :
3
a. Prinsip Relevansi
Relevansi berarti sesuai antara komponen tujuan, isi/pengalaman belajar,
organisasi dan evaluasi kurikulum, dan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat
baik dalam pemenuhan tenaga kerja maupun warga masyarakat yang diidealkan.
Relevansi adalah adanya keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat,
pendidikan dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut berguna bagi masyarakat.
Atau dengan kalimat lain, kurikulum dan pengajaran harus disusun sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dan kehidupan peserta didik.Ada dua relevansi yaitu :
a) Relevansi internal
Berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian
yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.
b) Relevansi eksternal
Berarti bahwa tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum
hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
Ada 3 macam relevansi eksternal diantaranya :
Relevan dengan lingkungan hidup peserta didik
Artinya bahwa proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum
hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya
siswa perlu diperkenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti keramaian
dan rambu-rambu lalu lintas.
Relevan dengan perkembangan zaman
Artinya isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang
berkembang, dan apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk
kehidupan siswa pada waktu yang akan datang. Contohnya penggunaan
komputer dan internet.
Relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan
Artinya apa yang diajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja.
Contohnya pengoperasian komputer.
b. Prinsip Fleksibilitas
Para pengembang kurikulum harus menyadari bahwa kurikulum harus mampu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat dan waktu yang selalu berkembang
tanpa merombak tujuan pendidikan yang harus dicapai (Depdikbud, 1982 : 27).
4
Selain itu, perlu disadari juga bawa kurikulum dimaksudkan untuk mempersiapkan
anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi
anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan berbeda .
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum hendaknya memiliki sifat
lentur dan fleksibel. Lentur dan fleksibel dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian
komponen kurikulum dengan setiap situasi dan kondisi yang selalu berubah. Karena
kurikulum yang kaku akan sulit diterapkan. Prinsip fleksibilitas memiliki 2 sisi :
Fleksibel bagi guru : kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru
untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang
ada.
Fleksibel bagi siswa : kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan
program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
c. Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas adalah adanya saling keterkaitan dan kesinambungan antara
materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis progam pendidikan. Untuk menjaga
prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerjasama antara pengembang
kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan para pengembang pendidikan
pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang SLTA, serta perguruan tinggi.
d. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara,
dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan
memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya, yang minimal dan
waktu terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.
e. Prinsip Efektivitas
Prinsip Efektivitas dalam kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang
direncanakan dan diinginkan dapat dilaksanakan atau dapat dicapai. Dengan kalimat
lain, efektivitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Terdapat dua sisi efektivitas:
1. Efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam mengimplementasikan
kurikulum di dalam kelas. Misalnya guru menetapkan dalam 1 semester harus
5
menyelesaikan 12 program pembelajaran dan ternyata berhasil, berarti dapat
dikatakan pelaksanaan program tersebut berjalan efektif. Begitupun sebaliknya.
2. Efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Berhubungan
dengan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan pada
jangka waktu tertentu. Misalnya siswa harus dapat mencapai tujuan pembelajaran
selama 1 semester, ternyata hanya sebagian saja yang dapat dicapai siswa, maka
dapat dikatakan proses pembelajaran siswa tidak efektif.
2) Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1) Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan pendidikan
sehingga perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka panjang,
jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:
Ketentuan dan kebijakan pemerintah,
Survey mengenai persepsi orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka,
Survey tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,
Survey tentang manpower,
Pengalaman-pengalaman negara lain dalam masalah yang sama,
Penelitian.
2) Prinsip berkenaan dengan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal :
Perlunya penjabaran tujuan pendidikan kedalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dan sederhana,
Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan,
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
3) Prinsip berkenaan dengan proses pembelajaran
Untuk menentukan pendekatan, strategi dan teknik apa yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Apakah metode yang digunakan cocok?
6
2. Apakah dengan metode tersebut mampu memberikan kegiatan yang
bervariasi untuk melayani perbedaan individual siswa?
3. Apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-
tingkat?
4. Apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan kognitif, afektif
dan psikomotor?
5. Apakah metode tersebut berorientasi kepada siswa, atau kepada guru, atau
keduanya?
6. Apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru?
7. Apakah metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di
sekolah dan rumah sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di
rumah dan di masyarakat?
8. Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang
menekankan “learning by doing”, bukan hanya “learning by seeing and
knowing.”
4) Prinsip berkenaan dengan media dan alat pembelajaran
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien perlu
didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Di bawah
ini beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan untuk memilih dan menggunakan
media dan alat bantu belajar.
1. Alat/media apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran? Apakah
semuanya sudah tersedia? Bila alat tersebut tidak ada, apakah ada
penggantinya?
2. Kalau ada yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan bagaimana
membuatnya? siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatannya?
3. Bagaimana pengorganisasian mediadan alat bantu pembelajaran, apakah
dalam bentuk modul, paket belajar atau ada bentuk lain?
4. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan pembelajaran?
5. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multimedia.
5) Prinsip berkenaan dengan evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembelajaran. Untuk itu,
pengembangan kurikulum harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi, yaitu
7
objektivitas, komprehensif, kooperatif, mendidik, akuntabilitas, dan praktis.Bebarapa
hal yang harus diperhatikan dalam fase perencanaan evaluasi yaitu:
1. Bagaimanakah karakteristik kelas, usia, dan tingkat kemampuan siswa yang
akan dinilai?
2. Berapa lama waktu pelaksanaan evaluasi?
3. Teknik evaluasi apa yang digunakan? Tes, non tes atau keduanya?
4. Jika teknik tes, berapa banyak butir soal yang perlu disusun?
5. Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau murid?
Dalam pengembangan alat evaluasi, sebaiknya mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor.
2. Uraikan kedalam bentuk tingkah laku murid yang dapat diamati dan diukur.
3. Hubungkan dengan bahan pelajaran.
4. Tuliskan butir-butir soal atau tugas.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan hasil penilaian
adalah:
1. Norma penilaian apa yang akan digunakan dalam proses pengolahan hasil tes?
2. Apakah akan digunakan rumus atau formula guessing?
3. Bagaimana mengubah skor mentah kedalam skor masak?
4. Skor standar apa yang digunakan?
5. Untuk apakah hasil tes digunakan?
6. Bagaimana Menyusun laporan hasil evaluasi?
7. Laporan hasil evaluasi ditujukan kepada siapa?
3. Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya, tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum merupakan tingkat
ketepatan (validity ) dan ketetapan (reability) prinsip yang digunakan. Ada data, fakta,
konsep, dan prinsip yang tingkat kepercayaanya tidak diragukan lagi karena sudah
dibuktikan secara empiris melalui suatu penelitian yang berulang-ulang. Ada pula data
yang sudah terbukti secara empiris, tetapi masih terbatas, ada pula data yang belum
dibuktikan dalam suatu penelitian tetapi sudah terbukti dalam kehidupan.
8
Merujuk pada hal diatas, maka prinsip- prinsip pengembangan kurikulum bisa
diklasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu ; anggapan kebenaran utuh atau
menyeluruh (whole truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth) dan anggapan
kebenaran yang masih memerlukan kebenaran atau pembuktian (hypothesis). Anggapan
kebenaran utuh adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam
penelitian yang ketat dan berulang, sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa
diberlakukan ditempat yang berbeda. Tipe prinsip ini dapat diterima oleh orang-orang
yang terlibat dalam pengembangan kurikulum.
Anggapan kebenaran parsial yaitu suatu fakta,konsep dan prinsip yang sudah
terbukti efektif dalam banyak kasus, tetapi sifatnya masih belum bisa digeneralisasikan.
Selanjutnya anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian atau hipotesis
yaitu prinsip kerja yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncul dari hasil deliberasi,
judgedmen dan pemikiran akal sehat. Meskipun sangat diharapkan menggunakan tipe
prinsip whole truth, akan tetapi prinsip lain pun berguna dan bermanfaat.
Pada dasarnya dalam praktik pengembangan kurikulum ke semua jenis tipe
prinsip itu bisa digunakan.penyederhanaan istilah tentang berbagai tipe prinsip
sebagaimana dijelaskan, Olivia (1992 ; 30) memakai istilah axioms untuk
menggambarkan berbagai karakteristik prinsip tersebut. Aksioma sendiri adalah
pedoman sebagai kerangka dan rujukan dalam melakukan aktivitas dan pemecah
masalah, termasuk didalamnya pengembangan kurikulum.
C. Landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting,
apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung yang tidak menggunakan
landasan atau fondasi yang kuat, maka ketika terjadi goncangan bangunan tersebut akan
mudah roboh. Demikian pula halnya dengan kurikulum, apabila tidak memiliki dasar
pijakan yang kuat, maka kurikulum tersebut akan mudah terombang-ambing dan yang
akan dipertaruhkan adalah peserta didik yang dihasilkan oleh pendidikan itu sendiri.
Menurut Hornby, landasan adalah suatu gagasan atau kepercayaan yang menjadi
sandaran. Dengan demikian landasan pengembangan kurikulum adalah suatu gagasan
atau prinsip yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum.
9
Secara umum landasan pokok dalam pengembangan kurikulum adalah landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Berikut uraian dari keempat jenis landasan pengembangan kurikulum
tersebut.
1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
Menurut Socrates filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh, dan
mendalam. Pada hakikatnya kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan suatu
hidup bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan
falsafah atau pandangan bangsa tersebut. Karena falsafah hidup bangsa Indonesia
adalah pancasila maka kurikulum pendidikan pun harus disesuaikan dengan nilai-nilai
pancasila. Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai acuan atau
landasan berpikir. Ada 4 fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum :
1. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
2. Filsafat dapat menentukan materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
3. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
4. Filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan tolak ukur keberhasilan proses
pendidikan.
2. Landasan Psikologis dalam pengembangan kurikulum
Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap proses
pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya. Pemahaman
tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting. Kesalahan
persepsi atau kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan kesalahan
arah dan kesalahan praktek pendidikan. Karena anak didik memiliki perbedaan-
perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya. Dengan
alasan itulah kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan
psikologi belajar anak.
1) Teori psikologi kognitif
Menurut teori ini belajar adalah proses mengembangkan pemahaman baru atau
mengubah pemahaman lama. Memandang manusia sebagai pelajar aktif yang
10
memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi, dan
mengorganisasikan pemahaman baru.
Guru mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar sebagai berikut :
a. Merancang program pembelajaran
b. Mendiagnosis tahap perkembangan murid
c. Mendorong perkembangan murid kea rah perkembangan berikutnya.
2) Teori psikologi behavioristik
Menurut teori ini belajar adalah upaya membentuk hubungan stimulus-
respons, hasil belajar tampak pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati.
Peran guru sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi perilaku yang diharapkan dalam proses belajar
b. Mengidentifikasi reinforcement yang memadai
c. Menghindari perilaku yang tidak diharapkan.
3) Teori psikologi humanistik
Menurut teori ini belajar adalah suatu proses mengembangkan pribadi
secara utuh. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh motivasi yang
ada dalam diri siwa itu sendiri. Guru harus mampu menerima siswa sebagai
seorang yang memiliki potensi, minat, kebutuhan, harapan, dan mampu
mengembangkan dirinya secara utuh dan bermakna. Teori ini memandang
siswa sebagai sumber belajar yang potensial bagi dirinya sendiri. Dengan
demikian, teori belajar ini lebih menekankan pada partisipasi aktif siswa
dalam belajar.
3. Landasan Sosiologis dalam pengembangan kurikulum
Dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan individu
agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Untuk menjadikan peseta didik
menjadi warga masyarakat yang diharapkan maka pendidikan memiliki peranan
penting, karena itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka
mampu bekerjasama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di
masyarakat serta mampu mengangkat harkat martabat sebagai makhluk yang
berbudaya.
11
4. Landasan teknologis pengembangan kurikulum
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara
sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah
aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan siswa dalam
menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk
didalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan
kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran,serta penggunaan sistem
evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali
peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Diskusi Tanya jawab
1. Zahratul Uyun
Pertanyaan : Apakah perbedaan landasan dan prinsip ?
Jawab :
Coba kita ibaratkan kurikulum adalah sebuah rumah. Tentu terlebih dahulu
kita harus mengetahui hakikat untuk apa kita membuat rumah? Apa kegunaan
rumah? Apa tujuan kita membuat rumah? Lalu, kita harus membuat pijakan atau
pondasi bangunan yang kuat, agar bangunannya tak mudah runtuh. Setelah membuat
pondasi, tentu kita memikirkan bagaimana rumah yang sesuai dengan keadaan daerah
yang ingin kita bangun tersebut? Bahan bangunan seperti apa yang cocok digunakan
untuk membuat rumah seperti yang kita inginkan? Dan lain sebagainya.
Artinya, dalam landasan pengembangan kurikulum yang pertama kita harus
mengetahui hakikat kurikulum itu sendiri. Untuk apa kurikulum itu dikembangkan?
Tentu kurikulum diciptakan sebagai pedoman dan bahan ajar agar dalam proses
pembelajaran tercapai tujuan yang diharapkan. Selanjutnya, dalam mengembangkan
kurikulum kita harus mempunyai pijakan atau pondasi yang kuat, yakni landasan
pengembangan kurikulum yang terbagi dalam empat landasan pokok.
a. Landasan filosofis (kurikulum harus sesuai dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia, yakni Pancasila).
b. Landasan psikologis (dalam megembangkan kurikulum harus
memperhatikan psikologis peserta didik, agar tidak terjadi kesalahan arah
dalam praktek pendidikan).
c. Landasan sosiologis (pendidikan harus menyiapkan bekal untuk peserta
didik agar mampu berinteraksi dan bekerjasama dengan masyarakat).
d. Landasan teknologis (pendidikan harus mampu menyiapkan generasi yang
cerdas IPTEK dan mampu bersaing dengan bangsa lain).
Setelah menentukan landasan dengan kokoh, kita harus mampu
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Artinya kita harus
13
memperhatikan rambu-rambu atau batasan dalam mengembangkan kurikulum itu
sendiri.
a. Apakah kurikulum itu relevan dengan keadaan masyarakat di Indonesia?
b. Apakah kurikulum itu efektif diterapkan untuk semua jenjang pendidikan
di Indonesia?
c. Apakah isi atau materi kurikulum itu berkesinambungan dengan setiap
jenjang pendidikan di Indonesia?
d. Apakah kurikulum itu bisa memberikan ruang gerak bagi guru dan peserta
didik dalam mengembangkan kreatifitasnya?
e. Apakah kurikulum itu efisien jika diterapkan di Indonesia?
Nah, dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa perbedaan landasan
dengan prinsip adalah jika landasan adalah suatu kepercayaan yang menjadi pijakan
atau dasar yang kuat dalam mengembangkan kurikulum, sedangkan prinsip adalah
rambu-rambu atau batasan yang digunakan dalam mengembangkan landasan
mengembangkan kurikulum.
2. Aenun Hayati
Pertanyaan : Salah satu landasan pengembangan kurikulum adalah landasan
psikologi, yang bertujuan untuk memahami karakter masing-masing peserta didik
agar tidak terjadi kesalahan arah dalam mendidik dan menghadapi peserta didik.
Tetapi, bagaimana kondisi psikologis peserta didik yang belum menerima atau merasa
ketakutan dengan kurikulum 2013?
Jawab :
Untuk mengatasi ketakutan peserta didik dalam menghadapi kurikulum 2013 dapat
kita lakukan dengan cara:
1) Adanya motivasi dari guru
Titik berat atau kunci keberhasilan dari kurikulum 2013 terletak pada guru, jadi disini
guru memiliki peran penting dalam kesuksesan pengembangan kurikulum. Guru harus
mampu memberikan rasa nyaman saat proses pembelajaran berlangsung, dan
membuat proses belajar adalah suatu hal yang menyenangkan. Guru tidak harus
memberikan informasi tentang seluk beluk kurikulum 2013, cukup menyampaikan
tujuan yang akan dicapai, materi ajar dan informasi positif dalam kurikulum 2013.
14
Mengapa? Agar peserta didik termotivasi dalam belajar, dan tidak harus memikirkan
apalagi ketakutan dalam menghadapi kurikulum 2013.
2) Adanya dorongan dari orang tua peserta didik
Orangtua juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan semangat peserta
didik dalam belajar. Orangtua harus selalu memberikan dorongan dan semangat
saat anak merasa kelelahan, bosan, atau malas dalam belajar. Salah satu contoh
bisa saja anak diberi stimulus berupa hadiah jika mendapatkan ranking.
3) Peran media
Tanpa kita sadari, keberadaan wartawan sangatlah mempengaruhi pendapat atau
opini yang terbentuk dalam masyarakat. Di sini sangat dibutuhkan kerjasama
dengan berbagai media agar mampu mengolah informasi dengan secara positif
dan tidak selalu mengkritik dari apa yang menjadi kekurangan dari kurikulum
2013.
3. Suly Maratussholichah
Pertanyaan : Bagaimana menerapkan kurikulum 2013 jika guru, sarana dan
prasarananya belum siap?
Jawab :
Setiap perubahan tentu tidak terjadi secara instan. Diperlukan jangka waktu yang
mungkin cukup lama untuk merealisasikan sebuah perubahan, salah satunya yaitu
kurikulum 2013. Berbagai upaya yang dilakukan dalam mengembangkan kurikulum
2013 adalah:
1) Diadakannya seminar-seminar yang bertemakan kurikulum 2013 dan penggunaan
bahan ajar yang sesuai dengan pendekatan scientific (5M).
2) Evaluasi yang dilakukan secara terus menerus, artinya menerima masukan-
masukan yang dapat memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum 2013.
3) Menumbuhkan kesadaran guru akan pentingnya pendidikan dan kinerja tenaga
pendidik yang professional
4) Adanya pengawasan/supervisi kepala sekolah
Dengan adanya evaluasi, pelatihan-pelatihan untuk guru, dan pengawasan/supervise
diharapkan mampu meningkatkan profesionalitas serta kesiapan guru dalam
menjalankan kurikulum 2013.
15
4. Yusuf Junaedi
Pertanyaan : Bagaimana jika guru memiliki rasa malas atau tidak mau
mengikuti kurikulum 2013?
Jawaban :
1) Wildan Syaprowi
Setiap guru harus memiliki 4 kompetensi :
a. Kompetensi profesionalitas
b. Kompetensi psikologis
c. Kompetensi pedagogis
d. Kompetensi sosial
Berdasarkan ke-4 kompetensi tersebut guru diharapkan mampu menjalankan apa
yang telah ditetapkan oleh pemerintah kurikulum 2013, karena kunci keberhasilan
dari pengembangan kurikulum 2013 adalah guru.
2) Ahmad Irwan Maulana
Menumbuhkan semangat guru dengan cara mencoba. Misalnya dari sepuluh standar
yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013 guru hanya mampu melaksanakan empat
standar saja. Dari ke empat standar itu, guru harus memantapkan
pengimplementasiannya dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Nah, saat
diadakannya seminar-seminar atau pelatihan pengembangan kurikulum 2013, guru
dapat meningkatkan pemahamannya ke standar selanjutnya dan menerapkannya
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sehingga sedikit demi sedikit guru
mampu memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam kurikulum 2013.
5. Hendra Manulang
Pertanyaan : Bagaimana jika hanya sebagian guru saja yang berkeinginan untuk
berubah atau yang menjalankan kurikulum 2013?
Jawaban :
1) Wildan Syaprowi
Adanya pengawasan oleh kepala sekolah dan pengawas sehingga guru dapat
terarah dalam menjalankan kurikulum 2013.
16
2) Alvianica Nanda Utami
Perlu disadari dalam UUD 1945 tercantum tujuan nasional yang salah satunya
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, artinya kurikulum juga dikembangkan
dengan tujuan memperbaharui dan menyempurnakan kurikulum sebelumnya.
Sehingga mampu menyiapkan generasi bangsa yang cerdas dan dapat bersaing
dengan bangsa lain yang mampu meningkatkan harkat martabat bangsa.
17
B. Kesimpulan
Dari hasil diskusi dapat kami simpulkan bahwa jika kurikulum diibaratkan
sebuah rumah, hakikat merupakan tujuan membangun rumah, landasan merupakan
pondasi atau pijakan sebuah rumah yang akan dibangun, sedangkan prinsip
merupakan rambu-rambu atau batasan untuk membangun sebuah rumah.
Terdapat 4 landasan pengembangan kurikulum, diantaranya adalah : landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan teknologis. Terdapat
macam-macam prinsip pengembangan kurikulum, meliputi : prinsip relevansi, prinsip
fleksibilitas, prinsip efisiensi, prinsip efektivitas.
Saat ini dunia pendidikan Indonesia dihadapkan pada prahara kurikulum 2013.
Yang berimbas pada timbulnya rasa ketakutan pada diri peserta didik. Nah, untuk
mengatasi ketakutan peserta didik dalam menghadapi kurikulum 2013 dapat kita
lakukan dengan cara: adanya motivasi dari guru, adanya dorongan dari orang tua
peserta didik, dan peran media.
Kurikulum 2013 belum sepenuhnya terealisasi, adapun upaya yang dilakukan
dalam mengembangkan kurikulum 2013 yaitu: diadakannya seminar-seminar yang
bertemakan kurikulum 2013 dan penggunaan bahan ajar yang sesuai dengan
pendekatan scientific (5M). Selanjutnya evaluasi yang dilakukan secara terus
menerus, artinya menerima masukan-masukan yang dapat memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum 2013.
Perlu disadari dalam UUD 1945 tercantum tujuan nasional yang salah satunya
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, artinya kurikulum juga dikembangkan
dengan tujuan memperbaharui dan menyempurnakan kurikulum sebelumnya.
Sehingga mampu menyiapkan generasi bangsa yang cerdas dan dapat bersaing dengan
bangsa lain yang mampu meningkatkan harkat martabat bangsa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2010. Buku Kurikulum Pembelajaran : Teori Dan Praktik
PengembanganKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Buku Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineke Cipta.
http://mcholieq.blogspot.com/2013/11/makalah-prinsip-prinsip-pengembangan.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/prinsip-pengembangan-kurikulum/
http://wikapuspitasari19.blogspot.com/2013/04/jurnal-kurikulum-dan-pendidikan.html
http://hadislambeng.blogspot.com/2013/11/makalah-prinsip-pengembangan-kurikulum.html