paper jurnal online - jurnalkommas.com skripsi_raffa widyaningsih... · pancasila sebagai alat...

21
PAPER JURNAL ONLINE “MISI SUCI” GREBEG SUDIRO (Studi Eksploratif Pesan Ritual Budaya Grebeg Sudiro dalam rangka Persatuan Masyarakat di Kota Surakarta) Disusun Oleh : RAFFA WIDYANINGSIH D0211082 JURNAL Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Upload: hoangkhanh

Post on 05-Mar-2018

244 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

PAPER JURNAL ONLINE

“MISI SUCI” GREBEG SUDIRO

(Studi Eksploratif Pesan Ritual Budaya Grebeg Sudiro dalam rangka Persatuan

Masyarakat di Kota Surakarta)

Disusun Oleh :

RAFFA WIDYANINGSIH

D0211082

JURNAL

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

Page 2: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

1

“MISI SUCI” GREBEG SUDIRO

(Studi Eksploratif Pesan Ritual Budaya Grebeg Sudiro dalam rangka Persatuan

Masyarakat di Kota Surakarta)

Raffa Widyaningsih

Andrik Purwasito

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The purpose of this study were to identified the messages that communicated

by Grebeg Sudiro in order to unity at Surakarta in terms of communication

perspective.

The method that used in this study is an exploratory method, which is the researcher

exploring Grebeg Sudiro celebration and did an observation at the time of the celebration to

look the communication symbols of the celebration. Then to complete the data were not able

to be obtained through observation, the researcher make some interview with several

informant who appropriate to answer the research question. Data analysis technique that

used in this study is interaction between three components of data analysis with

categorization and analysis using communication theories and intercultural communication

theories. This research is closely related in Communication Science, especially Intercultural

Communication. Intercultural communication is now an important case to realize a peaceful

life in this world.

Grebeg Sudiro is a celebration to welcoming Chinese New Year therein contained

messages from Sudiroprajan society for Surakarta people. Based on these results it can be

concluded that Grebeg Sudiro is a media to communicate messages from communicator

(Sudiroprajan society) to communicant (Surakarta people). The messages of Grebeg Sudiro

communicated by forth symbols of communication, such gunungan, jodang karya seni or

jodang of artwork, parade of art, and themes of Grebeg Sudiro. Gunungan communicate

expression of thanks be to God, jodang karya seni communicate harmonious of inter-religion,

parade of art communicate racial unity, and themes of Grebeg Sudiro communicate diversity.

That forth symbols of communication made in order to Surakarta’s people unity.

*Key words: Exploratory Study, Message, Grebeg Sudiro, Intercultural Communication.

Page 3: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

2

Pendahuluan

Masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang multietnis dan

multikultur sangat rentan terhadap adanya isu-isu sentimentil antaretnis. Indonesia

pada masa pemerintahan Presiden Soeharto mengatur dengan tegas kehidupan etnis

tentang agama, kepercayaan, dan adat-istiadat, akibatnya setiap warga etnis Tionghoa

harus masuk dalam agama-agama yang resmi diakui pemerintah dan dilarang

menunjukkan kegiatan agama, budaya, dan identitas sosial mereka sebagai etnis

Tionghoa.

Belum selesai terbelenggunya kebebasan orang Tionghoa, pada tahun 1998

saat Indonesia mengalami krisis moneter dan demo besar-besaran yang dilakukan di

banyak daerah, turut terjadi kerusuhan pada bulan Mei 1998 yang sampai saat ini

menjadi momen paling kelam dalam kehidupan etnis Tionghoa, termasuk di Kota

Surakarta. Pada saat itu, terjadi penjarahan besar-besaran toko milik Tionghoa dan

berujung pada kerusuhan antaretnis di Surakarta yang menimbulkan trauma yang

luarbiasa pada etnis Tionghoa saat itu.

Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, tradisi etnis Tionghoa

dimerdekakan di seluruh tanah air Indonesia. Orang-orang Tionghoa mulai berani

tampil menunjukkan eksistensinya dan belajar di sekolah-sekolah. Hingga keberadaan

budaya Tionghoa diakui di Indonesia dengan ditetapkannya perayaan tahun baru

Imlek sebagai hari libur nasional.

Kebebasan yang telah diperoleh warga Tionghoa Indonesia tersebut

merupakan kesempatan untuk mereka menunjukkan eksistensi sebagai Warga Negara

Indonesia. Keputusan dari Pemerintah pada masa itu membebaskan etnis Tionghoa

dimanapun berada, termasuk di Surakarta.

Terbentuknya kebudayaan di Surakarta tidak lepas dari adanya berbagai etnis

yang ada di dalam masyarakat Surakarta. Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres,

dikenal sebagai salah satu daerah pemukiman etnis Tionghoa yang besar di Kota

Surakarta, maka dari itu disebut sebagai kawasan Pecinan. Bahkan, perkembangan

Page 4: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

3

masa ke masa menjadikan salah satu kampung di Sudiroprajan, yaitu Kampung

Balong, sebagai daerah pembauran antara etnis Jawa dan Tionghoa.

Kehidupan antara etnis Jawa dan Tionghoa yang rukun di Sudiroprajan

membawa dampak bagi Kota Surakarta. Untuk memaknai kerukunan antara etnis

Jawa dan Tionghoa di Sudiroprajan, kemudian muncullah ide untuk membuat suatu

perayaan yang mencerminkan nuansa pembauran, yaitu Grebeg Sudiro.

Grebeg Sudiro lahir sebagai bentuk pelestarian kerukunan antaretnis yang

terjadi di Sudirorajan. Perpaduan tradisi dan kesenian yang ada pada Grebeg Sudiro

menjadikan gelaran budaya ini menjadi unik dan diterima masyarakat luas. Grebeg

Sudiro juga dijadikan momentum bersatunya etnis Jawa dan Tionghoa di Surakarta.

Grebeg Sudiro membawa misi khusus bagi masyarakat Kota Surakarta. Misi tersebut

merupakan pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui simbol-simbol yang ada

dalam gelaran budaya Grebeg Sudiro. Aspek pesan yang ingin disampaikan oleh

Grebeg Sudiro ini menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk diteliti karena

belum pernah ada penelitian sebelumnya terkait aspek pesan Grebeg Sudiro.

Kehidupan antaretnis masyarakat Sudiroprajan yang unik menjadi daya tarik

bagi ke’khas’an Kota Surakarta. Grebeg Sudiro menunjukkan bahwa jalinan

kerukunan dan persatuan ditengah masyarakat bukanlah sebatas semboyan Indonesia,

“Bhinneka Tunggal Ika”, tetapi semboyan tersebut benar-benar bisa hidup dan

mempunyai wujud nyata di tengah masyarakat yang plural, sehingga menghilangkan

prasangka antaretnis.

Grebeg Sudiro lahir semata-mata tidak hanya sebagai event tahunan kota dari

Kelurahan Sudiroprajan. Akan tetapi, Grebeg Sudiro membawa pesan-pesan khusus

didalamnya. Pesan dalam Grebeg Sudiro itulah yang menjadi fokus dalam penelitian

ini. Melalui misi yang diemban oleh Grebeg Sudiro, kita akan mampu mengkaji

adanya komunikasi antarbudaya yang terjalin dengan baik di masyarakat

Sudiroprajan. Ketika budaya Jawa dan Tionghoa membaur dan lahir sebagai budaya

Page 5: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

4

baru bagi Kota Surakarta melalui Grebeg Sudiro mengkomunikasikan pesan-pesan

dan makna persatuan dalam setiap tampilan dan rangkaian acara Grebeg Sudiro.

Rumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan rumusan masalah sebagai berikut:

Apa pesan yang dikomunikasikan melalui Grebeg Sudiro dalam rangka

persatuan masyarakat di Kota Surakarta ditinjau dari perspektif komunikasi?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

Pesan yang dikomunikasikan melalui Grebeg Sudiro dalam rangka persatuan

masyarakat di Kota Surakarta ditinjau dari perspektif komunikasi.

Telaah Pustaka

a. Komunikasi dan Komunikasi Antarbudaya

Laswell (dalam Effendy 1984: 13), cara yang baik untuk menjelaskan

komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says What In Which

Channel To Whom With What Effect? Dari paradigma inilah kemudian muncul

bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yaitu:

- Who : komunikator, adalah pengirim pesan.

- Says What : pesan (message).

- In With Channel : media, adalah saluran atau sarana yang digunakan untuk

menyampaikan pesan.

- To Whom : komunikan, adalah penerima pesan.

- With What Effect : efek, dampak, merupakan efek yang ditimbulkan oleh

pesan pada komunikan.

Sehingga berdasarkan paradigma tersebut, pengertian komunikasi menurut Laswell

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui

media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy 1984: 13).

Page 6: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

5

Sedangkan ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan

secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap

(Hovland dalam Effendy 1984: 12). Menurut Hovland, komunikasi adalah proses

merubah perilaku orang lain. Akan tetapi, seseorang akan dapat merubah sikap,

pendapat, atau perilaku orang lain, apabila komunikasinya itu komunikatif.

Andrik Purwasito dalam buku Message Studies (2003), menjelaskan bahwa

pesan merupakan penggerak kebudayaan. Pesan menggambarkan tentang realitas

sosial yang obyektif, mendistribusikan gagasan individual, kelompok dan

institusional serta menjadi sarana pertukaran. Komunikasi membantu manusia

mewujudkan tujuan tersebut karena peranannya dalam membangun hidup

berdampingan secara damai. Komunikasi mampu menumbuhkan kesadaran

multikultural untuk hidup bersama dalam perbedaan. Tahap komunikasi yang berhasil

terletak pada upaya rekayasa pesan atau message engineering (Purwasito 2003: 9-11).

Simbol budaya dapat dalam bentuk, gerakan, pakaian, objek, bendera, ikon

keagamaan, dan sebagainya. Budaya tersebut dinamis dan selalu berkembang

menyesuaikan perkembangan jaman (Samovar et al 2010: 31-47).

Y. Hu dan W. Fan dalam International Journal of Intercultural Relations 35

(2011: 564-565) dengan judul “An Exploratory Study on Intercultural

Communication Research Contents and Methods: A Survey Based on The

International and Domestic Journal Papers Published from 2001 to 2005”

menjelaskan bahwa komunikasi antarbudaya yang baik semakin diperlukan dewasa

ini agar terhindar dari konflik. Karena masalah apapun yang menyangkut suku,

agama, ras, dan adat istiadat masih sangat memicu terjadinya konflik. Oleh sebab itu,

komunikasi antarbudaya hadir dengan tujuan untuk memahami pengaruh budaya pada

sikap, keyakinan, dan perilaku kita untuk mengurangi kesalahpahaman. Pentingnya

peranan manusia antarbudaya dewasa ini adalah untuk menjadi penengah guna

mengurangi kesalahpahaman antara orang-orang yang berbeda budaya. Posisi dan

kemampuannya sebagai manusia antarbudaya memungkinkannya berkomunikasi

Page 7: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

6

secara luwes, efektif, dan memuaskan dengan orang-orang dari budaya lain yang ia

hadapi.

b. Persatuan

Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila. Pancasila sebagai alat

pemersatu bangsa mengandung persatuan dan kesatuan. Persatuan menurut WJS.

Poerwadarminta (1987) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki arti

gabungan dari beberapa bagian yang sudah bersatu. Nilai persatuan yang terkandung

dalam Pancasila sila ke-3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia” menunjukkan bahwa

falsafah hidup Negara Indonesia adalah bersatu untuk Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Tugas utama sebagai rakyat Indonesia adalah untuk menjaga kesatuan

Indonesia, termasuk budaya yang hidup dalam masyarakat. Budaya dan masyarakat

merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena budaya dibentuk oleh

masyarakat dan masyarakat merupakan pendukung kebudayaan, maka tidak ada

budaya tanpa masyarakat dan tidak ada masyarakat tanpa budaya (Saptono vol. 8,

2010: 1).

Rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa tidak terelakkan dari

perbedaan-perbedaan budaya. Oleh karena keberagaman tersebut, bukanlah hal yang

perlu dijadikan masalah, namun perbedaan tersebut mampu dijadikan kekuatan untuk

persatuan dan kesatuan bangsa (Kaelan dalam Saptono vol. 8, 2010: 2).

c. “Misi Suci”

Misi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tugas yang harus

dilakukan sebagai suatu kewajiban demi suatu hal yang khusus. Misi dikerjakan

untuk bisa mencapai visi atau harapan. Misi bersifat nyata, yang bisa dilakukan.

Sedangkan visi bersifat abstrak karena merupakan suatu hal yang belum terlihat,

belum tercapai, masih menjadi “sesuatu yang diharapkan bisa tercapai”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, “misi suci” Grebeg Sudiro diartikan sebagai

pesan. Pesan disampaikan oleh komunikator pada komunikan melalui Grebeg Sudiro

Page 8: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

7

sebagai medianya. Pesan-pesan tersebut nyata dan mampu dilihat dalam Grebeg

Sudiro melalui simbol-simbol komunikasi yang tampak selama proses ritual budaya

berlangsung. Pesan-pesan tersebut sengaja dibuat oleh komunikator untuk mencapai

tujuan tertentu, yaitu dalam rangka persatuan masyarakat di Kota Surakarta. Pesan

yang disampaikan akan diterima dengan baik jika pesan tersebut mampu

dikomunikasikan dengan baik, dengan cara yang benar, dan membawa dampak yang

baik pula. Persatuan akan tercapai apabila pesan-pesan tersebut berhasil

dikomunikasikan melalui simbol-simbol komunikasi yang mudah diinterpretasikan

oleh komunikan.

Metodologi

Penelitian “Misi Suci” Grebeg Sudiro menggunakan paradigma penelitian

eksploratif. Penelitian eksploratif ini dilakukan karena pengetahuan tentang gejala

yang diteliti masih sangat kurang atau tidak ada sama sekali, bahkan teori-teorinya

belum ada (Koentjaraningrat 1977: 19). Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori-teori dalam bidang kajian studi Ilmu Komunikasi dan studi pesan. Tahap

penelitian menjelajah merupakan tahap pertama dari suatu penelitian yang lebih luas.

Untuk itu, penelitian ini dilakukan sebagai suatu feasibility study, artinya untuk

meneliti apakah penelitian itu dapat dilakukan dilihat dari segi adanya atau dapat

diperolehnya data yang diperlukan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa catatan pengamatan

lapangan yang dilakukan secara partisipatoris atau wawancara mendalam (Purwasito

2015: 359). Penelitian menjelajah dilakukan dimana gejala dari masalah yang diteliti

masih sangat minim informasi. Dalam kajian penelitian ini, perspektif individual,

yaitu kemampuan peneliti terhadap masalah yang ingin diteliti, terutama referensi

terhadap fenomena yang relevan dengan subjek penelitian menjadi hal yang penting

(Purwasito 2015: 359).

Page 9: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

8

Sajian dan Analisis Data

Perkawinan campuran kedua orangtua yang berbeda etnis; antaretnis Jawa dan

Tionghoa di Sudiroprajan, menghasilkan keturunan campuran yang disebut

“Ampyang”. Sebutan ampyang diambil dari salah satu jenis kue yang terbuat dari

kacang dan gula. Kacang untuk kacang China (melambangkan etnis Tionghoa) dan

gula untuk gula Jawa (melambangkan etnis Jawa – Pribumi).

Perkawinan campuran bisa terjadi dengan mudah karena masyarakat yang

tinggal di Sudiroprajan kebanyakan adalah dari kalangan dengan tingkat ekonomi

menengah ke bawah. Dengan kondisi ekonomi yang minim, memungkinkan interaksi

sosial antarindividu menjadi lebih mudah. Namun, faktor ekonomi yang tergolong

rendah tidak lantas memudahkan proses komunikasi dan interaksi sosial diantara

masyarakat Sudiroprajan. Tidak hanya karena faktor ekonomi, namun juga karena

terbukanya sekat antaretnis memungkinkan orang Tionghoa Sudiroprajan bisa

mengenal tradisi Jawa Sudiroprajan lebih dalam, dan orang Jawa Sudiroprajan bisa

mengenal tradisi Tionghoa Sudiroprajan dengan pikiran terbuka.

Kunci kerukunan masyarakat Sudiroprajan adalah saling menerima dan saling

menjaga. Ketika ada masalah, masyarakat Sudiroprajan memilih untuk menyelesaikan

secara langsung dengan terbuka dan kekeluargaan. Hal ini dibuktikan dengan kutipan

wawancara dengan sebagai berikut:

“Bisa menerima kebudayaan China. Seakan-akan udah biasa lah. Karena,

pertama, itu masyarakat warga Pribumi mau menerima, istilahnya, sayuk rukun

saling menjaga, itu kuncinya. Mereka saling menerima. Dari dulu itu. Memang

kehidupan di Kampung Balong, Kepanjen, memang gitu. Jadi, seakan-akan

tidak ada batas. Misal etnis Jawa punya gawe, etnis Tionghoa itu tidak segan-

segan membantu. Sudah biasa. Kawin antaretnis di Balong itu banyak banget.

Salah dua contohnya, kakak saya dan adik saya, mereka dapat Pribumi.” (Wawancara dengan Bapak Haryanto, 27 Maret 2015)

“Antara orang-orang Tionghoa dengan yang lainnya itu mereka semakin sadar

bahwa pertentangan semacam ini merugikan mereka semua. Sehingga misalnya

ada kecelakaan, paling maaf-maafan, kecuali sampai parah. Tapi kalau secara

umum kita tidak ada masalah.” (Wawancara dengan Bapak Roni, Sekretaris

Klenteng Tien Kok Sie, 27 Maret 2015)

Page 10: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

9

Persatuan etnis Jawa dan Tionghoa yang terjadi di Sudiroprajan ini kemudian

dibingkai melalui Grebeg Sudiro untuk menandai bersatunya masyarakat

Sudiroprajan. Grebeg Sudiro pada awalnya dibentuk hanya semacam festival yang

diadakan tujuh hari sebelum Imlek (Tahun Baru China) dalam versi pembauran, dari

kampung ke kampung. Grebeg Sudiro biasanya dijatuhkan pada hari Minggu. Grebeg

Sudiro pertama kali diadakan pada tahun 2007. Ada beberapa tokoh yang ikut

memiliki gagasan untuk membentuk Grebeg Sudiro, seperti Bapak Sarjono Lelono

Putro (Jawul) dari seniman Sudiroprajan, Bapak Henry Susanto (Ketua Klenteng Tien

Kok Sie), Bapak Wiharto dari Kompak Pasar Gede, bersama Bapak Sri Harjo dari

sesepuh Kampung Balong, Bapak Haryanto (Kho Hok Sing) dari perwakilan warga,

dan dengan Lurah Sudiroprajan yang saat itu menjabat, Bapak Sigit.

Visi yang ingin dicapai melalui Grebeg Sudiro yaitu supaya melalui Grebeg

Sudiro ini bisa menyebar ke seluruh Surakarta dan bisa menjadi percontohan di Kota

Surakarta sebagai festival pembauran. Sedangkan misi yang diemban oleh Grebeg

Sudiro adalah warga Sudiroprajan ingin menunjukkan pada dunia, atau mungkin

kampung lain, bahwa di Sudiroprajan etnis Jawa dan etnis Tionghoa itu benar-benar

bisa bersatu. Etnis Tionghoa bisa menerima etnis Jawa, etnis Jawa juga bisa

menerima etnis Tionghoa.

Terbentuknya Grebeg Sudiro ternyata menjadi sarana untuk merekatkan

hubungan intern antaretnis Tionghoa di Surakarta. Grebeg Sudiro mulai tahun 2012

didukung sepenuhnya oleh enam perkumpulan Tionghoa di Surakarta, antara lain

Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS), Perhimpunan Hakka Surakarta

(Perhakkas), Himpunan FuQing, Hoohap, Majelis Agama Kong Hu Chu Indonesia

(Makin), dan baru saja bergabung di tahun 2014 Perhimpunan Warga Guangzhou

Surakarta (Perwagas). Persatuan perkumpulan antaretnis ini menguatkan jalinan

persatuan antaretnis di Kota Surakarta.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator (masyarakat Sudiroprajan)

kepada komunikan (masyarakat Kota Surakarta) melalui media (Grebeg Sudiro)

Page 11: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

10

dikomunikasikan dalam empat simbol komunikasi berikut, yaitu gunungan, jodang

karya seni, pawai kesenian, dan tematik tahunan.

1. Gunungan mengkomunikasikan ucapan syukur.

Acara Grebeg selalu identik dengan gunungan. Seperti pada acara Grebeg

Maulud yang diadakan oleh Keraton Kasunanan Surakarta, gunungan selalu

disiapkan sebagai simbol perayaan. Badan Perpustakaan Daerah dan Arsip Daerah

Istimewa Yogyakarta (BPAD Jogja) melalui artikel milik Theresiana A. Larasati

(2014) yang dilansir dari http://bpadjogja.info/article, menjelaskan bahwa gunungan

merupakan sebutan untuk kumpulan makanan yang disusun sedemikian rupa hingga

menyerupai gunung, dan pada akhir acara akan diperebutkan oleh masyarakat;

gunungan ini merupakan simbol kemakmuran mewakili keberadaan manusia, laki-

laki dan perempuan.

Masyarakat Sudiroprajan (komunikator) mengkomunikasikan bentuk ucapan

syukur mereka dalam bentuk bermacam gunungan melalui Grebeg Sudiro. Sebagai

hasil proses adopsi budaya, isi gunungan dimodifikasi menyesuaikan dengan hasil-

hasil bumi (makanan) yang dihasilkan oleh masyarakat Sudiroprajan. Gunungan pada

Grebeg Maulud dari Keraton Surakarta dan Yogyakarta biasanya dibagi menjadi

enam jenis, yaitu Gunungan Jaler, Gunungan Estri, Gunungan Darat, Gunungan

Gepak, Gunungan Pawuhan, dan Gunungan Picisan.

a. Gunungan Jaler (laki-laki) dan Gunungan Estri (perempuan).

Gunungan Jaler dan Gunungan Estri dalam Grebeg Sudiro diisi dengan

kue keranjang sebagai simbol komunikasi yang utama mengkomunikasikan pesan

persatuan antara etnis Jawa dan Tionghoa Sudiroprajan. Gunungan kue keranjang

merupakan hasil dari proses adopsi budaya. Gunungan diambil dari tradisi

Keraton (Jawa) dan kue keranjang yang merupakan kue khas Imlek yang diambil

dari tradisi Tionghoa. Sehingga, gunungan kue keranjang ini dianggap

representatif untuk menggambarkan bersatunya etnis Jawa dan Tionghoa di

Page 12: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

11

Sudiroprajan. Di sisi religiusitas, bentuk gunungan mengkomunikasikan ucapan

syukur atas berkat Tuhan atas masyarakat Sudiroprajan.

Gunungan kue keranjang disiapkan oleh Klenteng Tien Kok Sie yang

disusun dari kurang lebih 4.000 buah kue keranjang. Sebelum diarak, gunungan

kue keranjang akan didoakan dan diberkati terlebih dahulu di Klenteng Tien Kok

Sie. Didoakan terlebih dahulu dengan harapan apa yang akan dibagikan dalam

Grebeg Sudiro sudah diberkati oleh Tuhan terlebih dahulu. Makanan menjadi

unsur simbolis yang sama besarnya dengan nilainya sebagai unsur untuk bertahan

hidup, oleh sebab itu makanan menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan dalam

setiap perayaan (Danesi 2010: 290).

Humas Grebeg Sudiro, Bapak Haryanto menyatakan bahwa gunungan kue

keranjang ini hanya ada satu yaitu di Kota Surakarta, jadi ini merupakan ciri khas

atau simbol dari Grebeg Sudiro. Ciri khas itulah yang membuat Grebeg Sudiro

menjadi berbeda dari festival atau gelaran budaya lainnya. “Kalau ikon Grebeg

Sudiro itu gunungan kue keranjang. Kalau di Indonesia itu cuma ada satu, di Solo

tok, gunungan kue keranjang,” tandasnya (Wawancara dengan Bapak Haryanto,

27 Maret 2015).

b. Gunungan Darat.

Gunungan Darat pada umumnya tidak diletakkan di jodang. Warnanya

berwarna-warni, seperti hitam, putih, merah, kuning, dan hijau. Gunungan ini

dalam tradisi Keraton (Jawa) melambangkan para pangeran dan putra raja.

Gunungan ini diberikan oleh Panitia Imlek Bersama Kota Surakarta sebagai

simbol komunikasi bersatunya enam persatuan etnis di Kota Surakarta. Gunungan

Darat berisi jajanan pasar yang khas di Surakarta dan berwarna-warni, meliputi

warna hitam, putih, merah, kuning, dan hijau. Makanan khas Tionghoa, seperti

wajik (warna hijau), kue ku (warna merah), kue moho (warna merah muda),

bakpao (warna putih), dan janggelut (warna kuning), digunakan untuk mengisi

Page 13: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

12

gunungan ini. Makanan-makanan jajan khas Surakarta tersebut disusun

menggunung mengkomunikasikan ucapan syukur pada Tuhan.

c. Gunungan Gepak.

Gunungan Gepak biasanya berwujud seperti jodang yang terbuat dari kayu

jati dicat merah tua dengan dua batang kayu cukup besar dan panjang untuk

memikul; gunungan gepak melambangkan para putri raja. Persatuan

dikomunikasikan dari isian dan ornamen penghias jodang kue keranjang RW 8.

Jodang berisi kue keranjang dan dihias lampion (khas Tionghoa), mengingat

warga RW 8 adalah penghasil kue keranjang. Ornamen hiasan berupa bungkus

ketupat dan bentuk gunungan wayang mewakili tradisi Jawa. Kue keranjang

disusun menggunung mengkomunikasikan ucapan syukur dalam tradisi Jawa.

d. Gunungan Pawuhan.

Gunungan Pawuhan berbentuk menyerupai Gunungan Estri dan

Gunungan Darat, namun ukurannya lebih kecil; di bagian puncaknya diletakkan

bendera merah putih kecil sebagai mustaka atau mahkota; melambangkan para

cucu raja. Gunungan Pawuhan dalam Grebeg Sudiro tahun 2015 berisi makanan

jajan pasar yang diletakkan dalam jodang. Makanan pengisi jodang dalam

gunungan ini berasal dari warga RW 7 Sudiroprajan, yang merupakan sentra

penghasil jajan pasar di Kota Surakarta. Pada puncak jodang RW 7 diberi bendera

merah putih sesuai dengan bentuk Gunungan Pawuhan. Bendera merah putih

melambangkan sila ketiga Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”. Pesan persatuan

tergambar jelas dari tampilan jodang RW 7, sebagai bagian dari Bangsa

Indonesia, masyarakat Sudiroprajan (komunikator) ingin mengajak masyarakat

Surakarta (komunikan) untuk bersatu dan membangkitkan jiwa nasionalisme.

e. Gunungan Picisan.

Gunungan Picisan tidak terdapat makanan yang menghiasi. Gunungan

Picisan Grebeg Sudiro tahun 2015 dibuat dari jodang yang berisi jamu dari

produksi warga RW 1 Sudiroprajan yang merupakan penghasil jamu. Jodang

Page 14: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

13

jamu RW 1 berisi jamu mulai dari jamu dalam kemasan untuk anak sampai orang

dewasa disusun menggunung sebagai wujud bentuk gunungan. Gunungan jamu

yang diletakkan dalam jodang mengkomunikasikan ucapan syukur pada Tuhan.

Apa saja yang dipakai, dimakan, dan dikerjakan, benda apa saja yang

diciptakan, merupakan simbol komunikasi (Purwasito 2015: 293). Simbol komunikasi

berupa gunungan berdasarkan uraian diatas menunjukkan sisi religiusitas masyarakat

Sudiroprajan, yaitu sebagai bentuk ucapan syukur pada Tuhan. Unsur paling utama

dalam setiap religiusitas, termasuk religiusitas Jawa adalah kepercayaan terhadap

adanya Tuhan (Astiyanto 2006: 114).

Melalui gunungan Grebeg Sudiro, komunikator menyadarkan komunikan

untuk mengucap syukur pada Tuhan. Selain itu, simbol komunikasi berupa gunungan

pada Grebeg Sudiro juga mengkomunikasikan pesan persatuan. Pesan tersebut

tergambar jelas melalui isi gunungan yang terdiri makanan-makanan khas etnis

Tionghoa, sedangkan bentuk gunungan merupakan tradisi Jawa. Gunungan Grebeg

Sudiro berusaha untuk menyatukan dua etnis besar yang ada di Sudiroprajan, yaitu

Jawa dan Tionghoa. Komunikator Grebeg Sudiro (masyarakat Sudiroprajan)

mengkomunikasikan pesan tersebut melalui gunungan-gunungan yang disiapkan,

sebagai bukti bahwa persatuan etnis nyata dan bisa diwujudkan. Dengan adanya

simbol ini, maka Grebeg Sudiro mampu menjadi pembawa pesan persatuan

masyarakat di Kota Surakarta.

2. Jodang karya seni mengkomunikasikan kerukunan beragama.

Grebeg Sudiro tidak hanya menampilkan jodang-jodang yang berisi makanan

dalam bentuk gunungan saja, tetapi masyarakat Sudiroprajan juga membuat sebuah

jodang berisi karya seni. Jodang karya seni ditampilkan oleh RW 2 karena mayoritas

warganya adalah seniman, sehingga Grebeg Sudiro ini mampu menjadi media

promosi untuk produk-produk Sudiroprajan sekaligus menjadi media untuk

mengkomunikasikan pesan-pesan pada masyarakat Surakarta dalam rangka persatuan.

Page 15: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

14

Jodang karya seni dari RW 2 Sudiroprajan adalah berupa miniatur tempat

ibadah dari enam agama yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Katholik, Kristen, Hindu,

Buddha, dan Khong Hu Chu. Pemikul jodang terdiri dari sembilan pemuda yang

memakai pakaian pemuka dari setiap agama tersebut. Jodang ini mengkomunikasikan

tentang kerukunan antar umat beragama. Grebeg Sudiro berusaha merangkul setiap

umat dari setiap agama. Melalui jodang karya seni, komunikator mengkomunikasikan

bahwa kerukunan agama perlu dilakukan. Sikap saling toleransi dan saling

menghargai setiap agama dan pemeluknya sangat diperlukan di Surakarta yang

multiagama.

Perbedaan tidak akan menghalangi masyarakat untuk hidup rukun ketika ada

sikap toleransi dan sikap saling menghargai terhadap kepercayaan seseorang. Dengan

menyadari adanya hambatan budaya, bukan berarti upaya hidup bersama tidak bisa

diwujudkan (Purwasito 2015: 218). Dengan adanya perbedaan agama, bukan berarti

hidup rukun tidak bisa diwujudkan. Pesan inilah yang ingin dikomunikasikan melalui

simbol jodang miniatur tempat ibadah. Untuk itulah, Grebeg Sudiro mampu menjadi

saluran yang tepat dari masyarakat Sudiroprajan membina pendidikan komunikasi

multikultural yang baik pada masyarakat Surakarta. Komunikasi multikultural

diarahkan untuk mencapai tingkat pemahaman antarrasial, antaretnik, antaragama,

antargolongan, dan kelas dalam masyarakat, agar tercipta harmonitas kehidupan

dalam kerangka hidup berdampingan secara damai (Purwasito 2015: 64). Dengan

demikian, ketika tercipta kerukunan beragama, kehidupan beragama masyarakat

Surakarta akan harmonis. Konflik antaragama mampu diminimalisir, ketika

masyarakat Surakarta menerima pesan melalui jodang miniatur tempat ibadah yang

bahwasannya mengkomunikasikan kerukunan antaragama.

3. Pawai kesenian mengkomunikasikan persatuan rasial.

Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, etnis, dan budaya, karena

keberagaman inilah maka Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk. Namun

dibalik kemajemukan masyarakat tersebut, sangat mudah dipicu konflik. Maka

Page 16: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

15

diperlukan adanya persatuan atas keberagaman etnis dan budaya di Indonesia,

termasuk di Surakarta, supaya ikatan kebangsaan Indonesia semakin kuat.

Pawai kesenian tidak hanya diikuti oleh warga Sudiroprajan (etnis Jawa dan

Tionghoa), tetapi juga diikuti oleh beberapa daerah lain di Surakarta. Bahkan, ada

beberapa kelompok budaya dari luar Pulau Jawa karena pawai kesenian ini dikemas

dengan menyatukan budaya-budaya dan kesenian-kesenian yang ada Indonesia. Hal

ini menjadikan Grebeg Sudiro sebagai ajang bertemunya berbagai kebudayaan dari

setiap daerah yang ada di Indonesia. Grebeg Sudiro mewakili Indonesia, bahwa setiap

budaya yang ada di Indonesia memiliki keindahannya masing-masing.

Pesan yang ingin dikomunikasikan melalui Grebeg Sudiro adalah perbedaan

bukanlah suatu potensi konflik, dari perbedaan itulah kita harusnya bisa bersatu dan

saling menghargai. Menurut Lurah Sudiroprajan, Bapak Dalima, melalui Grebeg

Sudiro, prasangka antaretnis seolah diruntuhkan. Etnis Jawa dan Tionghoa bersatu

dalam tampilan budaya yang indah dan persatuan masyarakat Sudiroprajan

diharapkan dapat ditularkan pada masyarakat luas melalui keberhasilan Grebeg

Sudiro menyatukan budaya dari etnis Jawa dan Tionghoa Sudiroprajan.

“Keinginannya itu, ya, memang ingin menanamkan kesan-kesan WNA (Warga

Negara Asing) itu tidak ada. Semua sudah WNI. Jadi, walaupun kulitnya Cina

tapi tetap membela Indonesia.” (Wawancara dengan Bapak Dalima, 2 April 2015)

Melalui Grebeg Sudiro, etnis Tionghoa juga ingin menghapus stereotip

terhadap diri mereka selama ini. Orang Tionghoa yang ada di Indonesia yang sudah

ditetapkan dengan Undang-Undang Negara Republik Indonesia adalah Warga Negara

Indonesia (WNI) yang sah, termasuk dalam suku bangsa Indonesia. Hal ini secara

jelas sudah diatur dalam Undang-Undang, sehingga pemikiran dan stereotip atau

prasangka buruk pada kaum minoritas Tionghoa perlu dihilangkan.

Hadirnya berbagai kesenian nasional di Grebeg Sudiro mengkomunikasikan

bahwa ada pengakuan Sudiroprajan terhadap budaya orang lain. Kesenian-kesenian

daerah bisa disatukan dan dikenalkan pada masyarakat Surakarta, supaya tidak hanya

menganggap baik budaya sendiri, tetapi juga bisa menghargai budaya orang lain yang

Page 17: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

16

juga indah dan unik. Pawai kesenian mengkomunikasikan adanya persatuan rasial

melalui Grebeg Sudiro. Warga Sudiroprajan sebagai komunikator telah membuktikan

bahwa persatuan rasial itu nyata dan diwujudkan melalui Grebeg Sudiro. Melalui

pawai kesenian ini, dapat dilihat bahwa etnis Tionghoa kini semakin berani

menunjukkan eksistensinya dengan ikut bergabung menjadi peserta Grebeg Sudiro.

Pertemuan antarrasial terjadi di Grebeg Sudiro, berbagai kebudayaan disatukan

menjadi pawai kesenian yang apik bagi masyarakat Surakarta. Proses integrasi inilah

yang nantinya bisa menepis adanya prasangka.

Bersatunya budaya-budaya di Grebeg Sudiro menunjukkan adanya

kesederajatan budaya; tidak ada budaya yang lebih baik atau kurang baik, tidak ada

etnis yang lebih baik atau kurang baik, dan tidak ada ras yang lebih baik atau kurang

baik. Kita tidak boleh menilai budaya yang lain berdasarkan budaya kita yang

terbatas, tetapi harus selalu berusaha mencari suatu jembatan yang menghubungkan

suatu peristiwa dalam budaya yang satu dengan budaya yang lain (Schramm dalam

Mulyana 2006: 7).

4. Tematik tahunan mengkomunikasikan kebhinekaan.

Tema tahunan Grebeg Sudiro mulai dibuat pada tahun 2010 dan hingga saat

ini tema yang diusung selalu berbeda. Seluruh harapan dan tujuan yang ingin dicapai

melalui Grebeg Sudiro mampu dituangkan dalam tema. Berikut tema-tema Grebeg

Sudiro dari tahun ke tahun:

1) Grebeg Sudiro 2010 : Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh.

2) Grebeg Sudiro 2011 : Kebhinekaan dalam Kebersamaan.

3) Grebeg Sudiro 2012 : Guyub Rukun Agawe Santoso, Sudiro Kampung

Kebhinekaan, Bersatu dalam Keberagaman.

4) Grebeg Sudiro 2013 : Merangkai Kebhinekaan, Perkokoh Kesatuan.

5) Grebeg Sudiro 2014 : Melukis Indonesia Bernafas Bhinneka Tunggal Ika.

6) Grebeg Sudiro 2015 : Manunggaling Budhaya Nguri-uri Luhuring Bangsa.

Page 18: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

17

Berdasarkan tema Grebeg Sudiro tahunan diatas mampu disimpulkan bahwa

makna kebhinekaan selalu dikomunikasikan dari tahun ke tahun. “Bhinneka Tunggal

Ika” adalah semboyan Bangsa Indonesia yang memiliki arti walaupun berbeda suku,

etnis, agama, dan bahasa, tetapi tetap menjalin persatuan dalam Indonesia. Semboyan

kebhinekaan erat hubungannya dengan persatuan; tanpa ada persatuan, kebhinekaan

tidak bisa tercipta. Pesan kebhinekaan bisa dipandang sebagai suatu cara untuk

menjalin persatuan diantara banyaknya perbedaan budaya yang ada di Surakarta

supaya tercapai kondisi Surakarta yang nyaman dan tenteram.

Tema Grebeg Sudiro tahun 2015 “Manunggaling Budhaya Nguri-uri Luhuring

Bangsa”, memiliki arti kesadaran mempersatukan budaya untuk melestarikan

keluhuran budaya bangsa. Masyarakat Kota Surakarta sebagai bagian dari Bangsa

Indonesia harus mempunyai kesadaran untuk memelihara budaya supaya budaya

tersebut tetap lestari karena terlebih mampu menunjukkan jati diri Bangsa Indonesia.

Dengan adanya persatuan, kita akan mampu melestarikan keberagaman kebudayaan

Indonesia karena adanya toleransi antarbudaya.

Pada dasarnya, manusia ingin hidup berdampingan dengan damai dan

sejahtera (Purwasito 2003: 9). Kebhinekaan yang ada di berbagai komunitas mampu

mengikatkan diri sebagai bangsa karena faktor kebersamaan dan keinginan sukarela

untuk hidup bersama (Purwasito 2015: 218). Seperti halnya yang terjadi di

Sudiroprajan, kehidupan etnis Jawa dan Tionghoa yang masing-masing mempunyai

budaya dan tradisi yang berbeda bisa disatukan dalam Grebeg Sudiro. Maka, Grebeg

Sudiro sejatinya mampu menjadi contoh potret kecil kebhinekaan yang bisa membina

persatuan masyarakat Kota Surakarta dan mampu menepis prasangka antaretnis;

karena hidup bersama dalam sebuah masyarakat merupakan bukti bahwa manusia

adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa Grebeg Sudiro pada hakekatnya adalah hasil eksplorasi potensi

Page 19: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

18

yang dimiliki masyarakat Sudiroprajan. Komunikasi yang terjalin baik di

Sudiroprajan meminimalisir terjadinya konflik. Realitas-realitas inilah yang dikemas

indah menjadi suatu wujud ritual budaya Grebeg Sudiro yang dikomunikasikan

melalui simbol-simbol komunikasi dalam rangka persatuan bagi masyarakat Kota

Surakarta.

Pesan-pesan Grebeg Sudiro dikomunikasikan melalui empat simbol, yaitu

gunungan, jodang karya seni, pawai kesenian, dan tematik tahunan Grebeg Sudiro.

Simbol atau ikon Grebeg Sudiro adalah gunungan kue keranjang. Gunungan

mengkomunikasikan ucapan syukur pada Tuhan. Jodang karya seni berupa miniatur

tempat ibadah mengkomunikasikan kerukunan antaragama. Pawai kesenian dalam

Grebeg Sudiro mengkomunikasikan persatuan rasial; dimana budaya-budaya baik

dari etnis Jawa dan Tionghoa maupun dari daerah lain bersatu membentuk suatu

iring-iringan yang indah. Tematik tahunan Grebeg Sudiro mengkomunikasikan

kebhinekaan.

Perbedaan-perbedaan suku, agama, dan ras, di Kota Surakarta membuat

masyarakat Surakarta menjadi masyarakat yang plural. Ditengah pluralitas

masyarakat tersebut, persatuan dan kesatuan di Kota Surakarta sangat penting

diwujudkan untuk mencapai kehidupan masyarakat Surakarta yang tenteram.

Semangat “Bhinneka Tunggal Ika” mampu dibingkai dalam pawai kesenian Grebeg

Sudiro. Setiap budaya memiliki keunikannya masing-masing, yang perlu kita lakukan

hanyalah sikap terbuka dan saling menghargai. Kebhinekaan bisa dimaknai bahwa

keberagaman merupakan ciri khas masyarakat Surakarta, oleh sebab itu perbedaan

bukanlah sumber konflik melainkan sebuah harmoni untuk mewujudkan semboyan

Indonesia.

Grebeg Sudiro lahir sebagai jembatan pemersatu masyarakat Surakarta.

Keterbukaan sekat komunikasi antarbudaya masyarakat Sudiroprajan dan persatuan

perkumpulan etnisitas di Surakarta menjadi salah satu faktor berhasilnya Grebeg

Sudiro. Pesan-pesan yang syarat akan persatuan dalam Grebeg Sudiro mengedukasi

Page 20: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

19

masyarakat Surakarta untuk bisa menjadikan perbedaan sebagai kekuatan untuk

membangun masyarakat menuju kehidupan yang lebih damai. Menutup diri terhadap

budaya lain bukanlah ciri manusia-manusia antarbudaya. Kita tidak bisa hidup tanpa

orang lain, maka dari itu dengan bersama-sama menepis prasangka, kehidupan yang

damai akan terwujud di Surakarta.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberi sumbang saran

sebagai berikut:

1. Warga etnis Jawa, secara khusus di Kota Surakarta, sebaiknya menghilangkan

prasangka atas etnis Tionghoa. Komunikasi yang baik yang terjalin antara

etnis Jawa dan Tionghoa di Sudiroprajan adalah contoh yang baik bagi

persatuan antaretnis di Kota Surakarta.

2. Warga etnis Tionghoa di Kota Surakarta sebaiknya lebih terbuka dan bersedia

turut serta pada acara-acara kewargaan, seperti gotong royong kebersihan,

lebih dalam lagi. Selain itu, melalui Grebeg Sudiro kini kebudayaan etnis

Tionghoa semakin dikenal masyarakat luas, oleh sebab itu etnis Tionghoa di

Surakarta perlu membuka diri untuk bisa menyesuaikan diri terhadap

kebudayaan lain pula.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Astiyanto, Heniy. 2006. Filsafat Jawa: Menggali Butir-Butir Kearifan Lokal.

Yogyakarta: Shaida.

Christovani, E. 2005. Tahun Baru Imlek: The New Year Festival. Surabaya: Gracia.

Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Page 21: PAPER JURNAL ONLINE - jurnalkommas.com Skripsi_Raffa Widyaningsih... · Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa ... dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia memiliki ... Rakyat Indonesia

20

Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

_______. 1977. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. & Jalaluddin Rakhmat. 2006. Komunikasi Antarbudaya: Panduan

Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Negoro, Suryo S. 2001. Upacara Tradisional dan Ritual Jawa. Surakarta: CV Buana

Raya.

Purwasito, Andrik. 2003. Message Studies: Pesan Penggerak Kebudayaan.

Surakarta: Ndalem Poerwahadiningratan Press.

_______. 2015. Komunikasi Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rakhmat, Jalaluddin. 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Salim, Agus MS. 2006. Stratifikasi Etnik: Kajian Mikro Sosiologi Interaksi Etnis

Jawa dan Cina. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Samovar, Larry A., et al. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. (Edisi 7). Jakarta:

Salemba Humanika.

Suhandinata, Justian. 2009. WNI Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan

Politik Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Sumber Website

http://bpadjogja.info/article/site/view/id/555/+/berbagai-macam-gunungan-dalam-

upacara-garebeg-grebeg-kerato (diakses 25 Juni 2015)

Jurnal Internasional

Yanhong, Hu. & Fan, Weiwei. 2011. An Exploratory Study on Intercultural

Communication Research Contents and Methods: A Survey Based on The

International and Domestic Journal Papers Published from 2001 to 2005.

International Journal of Intercultural Relations: 554– 566.

Artikel Nasional

Saptono. 2010. Jiwa Persatuan dan Kesatuan dalam Perspektif Budaya Masyarakat

yang Pluralistik: Agustus, Vol. 8.