paper iuw (aplikasi ilmu ukur wilayah sebagai pekerjaan dasar survey)

33
TUGAS PAPER ILMU UKUR WILAYAH Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah dalam Penerapan Alat Pemetaan dan Pekerjaan Dasar Survey OLEH : Sony Andre Pratikto 05081006013 TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Upload: sony-andre

Post on 05-Jul-2015

1.009 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

TUGAS PAPER

ILMU UKUR WILAYAH

Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah dalam Penerapan Alat Pemetaan dan Pekerjaan Dasar Survey

OLEH :

Sony Andre Pratikto

05081006013

TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2010

Page 2: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

BAB III. PEMBAHASAN ....................................................................................... 18

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 20

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 20

5.2. Saran .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

Page 3: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

APLIKASI ILMU UKUR WILAYAH DALAM PENERAPAN ALAT PEMETAAN DAN PEKERJAAN DASAR SURVEY

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Bentuk permukaan bumi sangat tidak teratur. Ketidakteraturan ini

memerlukan determinasi untuk merepresentasikan ukuran dan bentuknya.

Penggambaran bentuk dan ukuran permukaan bumi merupakan bagian ilmu ukur

wilayah. Ilmu Ukur Wilayah merupakan turunan dari Ilmu Geodesi.

Model fisik menganggap permukaan bumi sebagai suatu bentuk yang

memiliki potensi gravitasi yang sama ( equipotensial) pada sembarang titik

dipermukaan bumi. Pada pemodelan fisik, permukaan laut dianggap sebagai suatu

bidang datar. Kedua pemodelan tersebut diperlukan dalam survei dan pemetaan dan

keduanya dapat digunakan secara bersama. Kedua model tersebut memiliki

kemiripan, terutama dalam menentukan dimensi dan kedataran permukaan bumi.

Kedua model mengasumsikan bentuk permukaan bumi sebagai bidang datar,

walaupun pada kenyataannya dimensi permukaan bumi tidak sepenuhnya bidang

datar.

Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan pengukuran

pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam

berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk

memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar yang disebut juga dengan titik-

titik kontrol yang hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detil yang akhirnya

berupa peta-peta, peta udara dan lain-lain.

Tujuan survei adalah untuk menyajikan informasi secara kuantitatif dan teliti

dari permukaan bumi, mencakup keadaan alam dan keadaan yang telah diubah oleh

aktivitas manusia. Penyajian bentuk dipresentasikan dalam bentuk cetakan (hard

Page 4: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

copy) atau dalam bentuk data digital (soft copy) yang selanjutnya dapat diolah

dengan komputer.

Metode survei pengukuran wilayah telah mengalami perubahan revolusioner

sebagai dampak perkembangan teknologi survei, instrumentasi dan teknologi

informasi. Perubahan ini tentu saja mempengaruhi perkembangan metode dan

prosedur pengukuran yang dilakukan dalam pekerjaan survei. Walaupun demikian,

pemilihan metode pengukuran survei tidak dapat hanya mengandalkan kecanggihan

teknologi yang digunakan, tetapi sangat perlu mempertimbangkan situasi lokal

dimana pengukuran dilakukan.

Survei permukaan bumi direpresentasikan dalam bentuk peta yang

menggambarkan posisi relatif dan ukuran yang dimanifestasikan dengan skala

tertentu. Penerapan photogrammetry dalam survei dan pengukuran wilayah dapat

memperluas cakupan dan meningkatkan kapasitas pengukuran. Sebelum penerapan

photografi dalam pengukuran dan survei, semua peta yang dibuat hanya berdasarkan

survei lapangan saja. Cara pengukuran seperti ini kapasitasnya sangat terbatas dan

memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaannya. Walaupun demikian,

pengukuran seperti ini tetap saja dilakukan karena desakan kebutuhan untuk

keperluan pekerjaan teknik seperti irigasi, perpipaan, teknik lingkungan dan

pekerjaan sipil lainnya. Pada pekerjaan teknik sipil tersebut, jika tidak disupport

dengan data survei, mak akan menyulitkan kegiatan design, perencanaan dan

pekerjaan konstruksi.

I.2. Tujuan.

1. Mengetahui aplikasi ilmu ukur wilayah dalam penerapan alat untuk pekerjaan

dasar survey.

2. Mengenal hal-hal tentang pemetaan dan survey.

3. Mengenal Alat-alat Ukur wilayah dan aplikasinya

Page 5: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ada beberapa teori yang menjelaskan apa definisi dari sebuah peta, penulis

mencoba mengutip dari dua sumber.

Peta adalah suatu representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan

kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya

dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada

suatu bidang datar yang diperkecil atau diskalakan. (International Cartographic

Association, 1973)

Peta adalah gambaran dari detail yang ada di permukaan bumi yang

dipresentasikan di atas bidang datar. Jenis peta dapat di golongkan atas dasar skala dan

maksud penggunaannya.

Menurut skalanya peta dapat di bedakan antara lain :

a. Peta Teknis dengan skala kurang dari 1: 10.000

b. Peta Topografi dengan skala antara 1: 10.000 s.d. 1: 250.000

c. Peta Geografi dengan skala lebih dari 1: 250.000

Peta teknis maupun peta topografi sangat penting artinya bagi keperluan

perencanaan (rekayasa) terutama di bidang teknik siil dan Planologi maupun Arsitektur.

Menurut Temanya peta dapat di bedakan menjadi :

a. Peta Geologi i. Peta cadangan barang tambang dan Bahan Galian

b. Peta Satuan Lahan j. Peta Kadaster

c. Peta Iklim k. Peta Administrasi Pemerintah

d. Peta Hidrografi

e. Peta Pelayaran (Nautical Chart)

f. Peta Kependudukan

g. Peta Tata Guna Hutan

h. Peta Jaringan jalan

Page 6: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi dalam skala tertentu dan

digambarkan di atas bidang datar melalui sistem proyeksi. (Aryono Prihandito, 1989)

Fungsi peta dapat diuraikan menjadi beberapa hal sebagai berikut :

1) Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya

dengan tempat lain di permukaan bumi).

2) Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak diatas

permukaan bumi).

3) Memperlihatkan bentuk (misalnya bentuk dari benua-benua, negara, gunung dan

lain-lainnya), sehingga dimensinya dapat terlihat dalam peta.

4) Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikannya di

atas peta. Dalam hal ini dipakai simbol-simbol sebagai “wakil” dari data tersebut,

dimana kartografer menganggap simbol tersebut dapat dimengerti oleh si pemakai

peta.

Sedangkan tujuan peta adalah :

1. Untuk komunikasi informasi ruang.

2. Untuk menyimpan informasi.

3. Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan misalnya untuk konstruksi jalan,

navigasi, perencanaan, dan lain-lain.

4. Digunakan untuk membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan dan

sebagainya.

5. Untuk analisis data spasial, misal : perhitungan volume dan sebagainya.

Skala peta adalah perbandingan antara jarak di peta, globe, model relatif atau

penampang melintang dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi. Jika dibuat

formulanya adalah sebagai berikut :

skala peta = jarakdibumi / jarakdipeta

Skala dinyatakan di peta dengan beberapa cara :

a. Skala angka. contoh : skala 1 : 1000, 1 : 50.000

b. Skala grafis.

Page 7: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

Contoh

c. Skala yang dinyatakan dengan kalimat (verbal)

contoh : 1 centimeter setara dengan 1 kilometer di lapangan.

Pengukuran jarak (Triono B.A, 2001 adalah penentuan jarak antara dua titik di

permukaan bumi, biasanya yang digunakan adalah jarak horizontalnya. ini terjadi karena

bidang peta adalah bidang datar sedangkan bidang muka bumi adalah bidang lengkung.

Distorsi yang terjadi akan semakin besar jika memetakan daerah yang lebih dari ± 50

km2, jika kurang dari ± 50 km2 permukaan bumi dianggap datar. Hal ini menjadi

kesepakatan umum dalam ilmu geodesi (ilmu ukur). (Aryono Prihandito, 1989)

Pekerjaan dasar survei adalah pekerjaan yang dilakukan guna menentukan

kedudukan titik-titik atau penggambaran keadaan fisik yang terdapat di permukaan

bumi. Mencari titik di lapangan adalah suatu pekerjaan pengukuran yang hasilnya nanti

akan digambar. Sebelum titik diukur, hasil pengukuran diberi tanda terlebih dahulu

sehingga dalam pengukuran tanda mudah dilihat dari dekat atau dari jauh. Dalam

pengukuran yang terpenting adalah pengukuran titik-titik baik yang sudah ada atau baru

mencari. (Triono B.A, 2001)

Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit

sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun

pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat

Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º.

Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala

arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk

menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat

digunakan untuk menguker ketinggian suatu bangunan bertingkat. (Aryono Prihandito,

1989)

Page 8: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

BAB III. PEMBAHASAN

Secara umum tugas surveyor adalah sebagai berikut

a. Analisa penelitian dan pengambilan keputusan. Pemilihan metoda pengkuran,

peralatan, pengikatan titik-titik sudut dsb.

b. Pekerjaan lapangan atau pengumpulan data, yakni melaksanakan pengkuran dan

pencatatan data di lapangan.

c. Menghitung atau pemrosesan data, yakni hitungan berdasrkan data yang dicatat untuk

d. Menentukan letak, luas dan volume.

e. Pemetaan atau penyajian data. Menggambarkan hasil ukuran dan perhitungan untuk

menghasilkan peta, gambar rencana tanah dan peta laut, menggambarkan dat dalam

bentuk numeris atau hasil komputer.

f. Pemancangan. Pemancangan tugu dan patok ukur untuk menentukan batas-batas

pedoman dalam pekerjaan konstruksi.

Dalam pekerjaan survei dan pemetaan banyak sekali peralatan yang digunakan.

Akan tetapi, jenis-jenis yang disebut adalah alat-alat yang dipakai sesuai dari tujuan

paper ini.

1. Theodolite

Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran sudut yaitu

sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak yang

dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut – sudut tersebut berperan dalam

penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah titik lapangan.

a. Konstruksi Theodolite

Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3 bagian,

lihat gambar di bawah ini :

Page 9: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah

suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini

dibuat pengunci limbus.

2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan

diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas

sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk

lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di

tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki

yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung

diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.

Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka

digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam

bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat

sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam grades

senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.

3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah

sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai

Page 10: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula

diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.

b. Sistem sumbu atau poros pada theodolite

c. Syarat-syarat theodolite

Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap

dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :

1.Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.

2.Sumbu Kedua harus benar – benar mendatar.

3.Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.

4.Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

d. Macam-macam Theodolite

Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :

1.Theodolite Reiterasi

Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu

dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran

mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.

Page 11: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

2.Theodolite Repetisi

Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan

sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros

sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar

dan sekrup nonius.

3. Theodolite Elektro Optis

Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite

optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan

skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan

menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat

penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system analogdan kemudian

harus ditransfer ke system angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan

ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka decimal.

e. Pengoperasian Theodolite

Cara kerja penyiapan alat theodolite antara lain :

1) Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan

2) Tinggikan setinggi dada

3) Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan

Page 12: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

4) Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi

5) Kuatkan (injak) pedal kaki statif

6) Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar

7) Letakkan theodolite di tribar plat

8) Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite

9) Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical

dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur

tersebut.

10) Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan

menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur

tersebut.

11) Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian

geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat

dari centering optic.

12) Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.

13) Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan

melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai

kesalahan index tersebut.

Theodolite SOKKIA TM20E pandangan dari belakang

Page 13: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

KETERANGAN :

1. .Tombol micrometer 13. Sekrup koreksi Nivo tabung

2. Sekrup penggerak halus vertical 14. Reflektor cahaya

3. Sekrup pengunci penggerak vertical 15. Tanda ketinggian alat

4. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Slot penjepit

5. Sekrup penggerak halus horizontal 17. Sekrup pengunci Nivo Tabung

Telescop

6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop

7. Plat dasar 19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo

8. Pengunci limbus 20. Visir Collimator

9. Sekrup pengunci nonius 21. Lensa micrometer

10.Sekrup penggerak halus nonius 22. Ring focus benang diafragma

11.Ring pengatur posisi horizontal 23. Lensa okuler

12. Nivo tabung 24. Ring focus okuler

Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kanan

KETERANGAN :

1. Ring focus objektif 10. Slot Penjepit

2. Ring bantalan lensa okuler 11. Pengunci limbus

3. Lensa okuler 12. Reflektor cahaya

Page 14: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

4. Penutup Koreksi reticle 13. Nivo tabung

5. Sekrup pengunci penggerak vertical 14. Sekrup koreksi Nivo tabung

6. Sekrup Pengatur bacaan Horizontal dan vertical 15. Nivo kotak

7. Sekrup penggerak halus vertikal 16. Sekrup pendatar Nivo

8. Pengunci limbus 17. Plat dasar

9. Tanda ketinggian alat

Theodolite SOKKIA TM1A pandangan dari samping kiri

KETERANGAN :

1. Visir Collimator 11. Penutup Koreksi reticle

2. Lensa objektif 12. Ring bantalan lensa okuler

3. Skrup atur bacaan horizontal dan vertical 13. Ring focus benang diafragma

4. Nivo tabung 14. Lensa okuler

5. Sekrup koreksi Nivo tabung 15. Lensa micrometer

6. Sekrup pengunci penggerak horizontal 16. Ring focus micrometer

7. Nivo kotak 17. Sekrup pengunci penggerak vertical

8. Sekrup pendatar Nivo 18. Tombol micrometer

Page 15: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

9. Plat dasar 19. Sekrup penggerak halus vertical

10. Ring focus objektif 20.Sekrup penggerak halus horizontal

f. Langkah Perhitungan

`1. PERHITUNGAN JARAK

v JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ZENITH) :

o Do = (BA-BB) x100 x sin V, jarak optis

o Do = (BA-BB) x 100 x sin2 V, jarak datar

v JIKA MEMAKAI SUDUT VERTIKAL (ELEVASI)

o Do = (BA-BB) x 100 x cos V, jarak optis

o Do = (BA-BB) x100 x cos2 V, jarak datar

2. PERHITUNGAN BEDA TINGGI (∆H)

v Jika memakai sudut vertical (zenith) :

∆h = ta + dh – BT

tan V

v Jika memakai sudut vertical (elevasi) :

∆h = ta + (dh x tan V) – BT

3. PERHITUNGAN KETINGGIAN

TPx = TP1 + ∆h

TP1 adalah ketinggian di titik pesawat

2. Jalon

Jalon adalah tiang atau tongkat yang akan ditegakkan pada kedua ujung jarak

yang diukur. Jalon terbuat dari kayu, pipa besi yang merupakan tongkat berpenampang

Page 16: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

bulat. Agar kelihatan terang dan dapat dilihat dari jauh maka diberi warna merah putih

menyolok. Selang seling merah putih sekitar 25 cm – 50 cm.

Syarat-syarat pemasangan jalon pada pekerjaan survei adalah :

a. Pemancangan jalon harus tegak lurus, artinya harus merupakan proyeksi dari titik.

Titik disini bukan tegak lurus menuju permukaan bumi tetapi tegak lurus terhadap

titik pusat bumi atau searah dengan tarikan bumi.

b. Menancapkan jalon harus tepat di atas titik yang akan diambil pengukurannya.

c. Pemancangan jalon pada tanah yang miring untuk menentukan tegak lurusnya harus

menyesuaikan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan patokan tegak lurus pada

pohon di dekatnya.

2. Patok

Patok dalam pekerjaan survei berfungsi untuk memberi tanda batas jalon,

dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu lain, misalnyatanda

bangunan, jalan raya, pengairan dan sebagainya. Patok biasanya ditanam di dalam tanah

dan yang menonjol antara 5 – 10 cm dengan maksud agar tidak mudah lepas dan mudah

dilihat. Ujung patok umumnya dibuat runcing untuk mudah pemasangan.

Gambar. Contoh patok dari kayu.

Gambar. Jalon.

Page 17: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

3. Pita Ukur

Pita ukur digunakan untuk mengukur jarak di lapangan. Pita ukur ada yang dari

kain linen berlapis plastik atau tidak. Pita ukur tersedia dalam ukuran panjang 10 meter,

15 meter, 30 meter sampai 50 meter.

Gambar. Pita ukur.

Pita ukur ini biasanya dibagi pada interval 5 mm atau 10

mm. Contoh bacaan pada pita ukur seperti pada gambar 4 berikut ini.

Gambar 4. Contoh bacaan pita ukur

4. Kompas

Kompas adalah alat penunjuk arah di lapangan. Orientasinya mengikuti Utara

magnit bumi atau Selatan magnit bumi (gambar 4).

Gambar 4. Kompas

Kompas digunakan sebagai alat pengukur sudut di lapangan dengan mengacu

kepada salah satu kutub magnit bumi. Bacaan sudut pada kompas intervalnya 10 – 20.

Berikut contoh bacaan sudut pada kompas.

Didalam ilmu ukur wilayah juga terdapat pengukuran-pengukuran yang penting

sebagai dasar pengetahuan mengenai ilmu pengukuran wilayah. Berikut jenis – jenis

pengukuran.

Page 18: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

1. Pengukuran Poligon

Cara membuat suatu polygon adalah cara pertama untuk menentukan tempat

lebih dari satu titik. Penentuan titik dapat dilakukan dengan beberapa cara :

Penentuan ralatif dengan menempatkan beberapa titik yang terletak di atas satu

garis lurus, maka empat titik-titik itu dapat dinyatakan dengan dengan jejak dari suatu

titik yang terletak di atas garis lurus itu pula. Titik-titik yang diambil sebagai dasar

untuk menghitung jarak-jarak dinamakan titik nol. Karena titik-titik dapatterletak di

sebelah kiri dan kanan titik nol (O)> maka kepada titik yang terletak di sebelah kanan

titik nol (o) diberi jarak dengan titik positif (+)dan titik yang terletak di sebelah kiri titik

nol diberi jarak dengan tanda negative (-). Buat skala dengan bagian yang sama (ke kiri

dan ke kanan) dengan satuan jarak 1 m, 10 m, atau 100 m, tergantung pada jarak-jarak

harus dinyatakan.

(B) 0 A

αAB = xa – xb

= (+20) – (-40)

= +60

Cara menentukan tempat titik-titik dengan menggunakan suatu titik nol pada

garis harus digunakan pada pengukuran daerah-daerah yang kecil.

2. Pengukuran Sifat Datar (Waterpass)

Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi

antara dua titik. Bila beda tinggi (h) diketahui antara dua titik A dan B sedang

tinggi titik A diketahui sama dengan Ha dan titik B terletak lebih tinggi daripada

titik A, maka tinggi titik B, yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan

titik B adalah jarak antara dua bilangan nivo yang melalui titik A dan titik B.

umumnya bidang nivo adalah bidang lengkung, tetapi bila jarak antara titik A dan

titik B kecil, maka kedua bidang nivo yang melalui titik A dan titik B dianggap

Page 19: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

sebagai bidang mendatar. Beda tinggi antara dua titik dapat diketahui melalui

beberapa cara yaitu :

1. Dengan pengukuran tinggi secara langsung menggunakan pita ukur. Misalnya

pada pembuatan gedung bertingkat, tinggi masing-masing lantai dapat diukur

dengan pita ukur.

2. Dengan menggunakan alat barometer, pada dasarnya ada hubungan antara

ketinggian tempat dengan tekanan udara, dimana semakin tinggi tempatnya

semakin kecil tekanan udaranya. Dengan alat barometer ini ketinggian dapat

diukur tetapi menghasilkan ukuran yang kurang teliti.

3. Dengan cara trigonimetri. Beda tinggi dapat diukur dengan alat yang dilengkapi

dengan pembacaan sudut vertical (theodolit)

4. Dengan menggunakan alat waterpass atau pengukuran sifat datar. Prinsip dan

alat ini adalah menggunakan garis sumbu teropong yang horizontal untuk

mengukur beda tinggi antara 2 titik.

Telah disinggung di atas, bahwa beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara

dua bidang nivo yang melalui titik-titik tersebut sehingga beda tinggi h dapat ditentukan

dengan menggunakan garis mendatar sembarang dengan dua mistar yang dipasang di

titik a dan b. Misal garis garis mendatar itu memotong mistar A di titik a dan pada

mistar B di titik b, maka angka a dan b pada mistar akan selalu menyatakan jarak-jarak

Aa dan Bb. Bila titik nol kedua mistar itu terletak di bawah angka a dan b dinamakan

pembacaan pada mistar. Dari gambar dapat dilihat bahwa beda tinggi h = Aa –Bb =

angka a – angka b, atau dapat ditulis :

Penentuan beda tinggi dengan alat waterpass dapatdilakukan dengan tiga cara penempatan alat ukur, tergantung pada keadaan lapangan.

H = a - b

Page 20: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

3. Pengukuran Profil Melintang dan Memanjang

Profil adalah irisan balik arah memanjang, ialah irisan tegak lapangan dengan

jarak dan beda tinggi titk-titik di atas permukaan bumi. Profil melintang di buat agak

lurus terhadap profil memanjang. Pada profil memanjang, karena sangat besar maka

skala vertical dibuat berbeda dengan skala horizontal. Sedangkan pada profil

melintang, skala dibuat sama untk kedua arah baik vertical maupun horizontal. Pada

profil memanjang pengukuran dengan cara berantai, sedangkan untuk profil

melintang biasanya alat diletakkan disatu titik untuk mengukur beberapa titik pada

satu profil melintang.

4. Aspek Kesalahan

Pada proses pengambilan data dilapangan, ada aspek tertentu yang tidak dapat

dihindari yaitu aspek kesalahan. Untuk menghilangkan aspek kesalahan tersebut, maka

diberikan suatu toleransi terhadap hasil ukuran tertentu. Toleransi yaitu batas kesalah

suatu ukuran yang masih dapat diterima. Berikut berbagai toleransi yang digunakan

dalam praktikum Ilmu Ukur Tanah :

a) Toleransi bacaan rambu ukur, dirumuskan (BA + BB) - 2BT = 0, toleransi 1 mm.

b) Toleransi bacaan sudut biasa (B) dan sudut luar biasa (LB), dirumuskan

LB - B = + 18000’0”, toleransi + 2” n. dimana : I - indeks bacaan terkecil alat

ukur, N = jumlah titik sudut.

c) Toleransi kesalahan sudut polygon dirumuskan toleransi :

F = + I”n dari rumusan

F = + (akhir - awal) - (+ n. 1800)

(untuk polygon tertutup)

d) Toleransi kesalahan linear jarak ukur, dirumuskan :

F = (fx2 + fy2)/f

Dimana : fx = kesalAhan absis

fy = kesalahan ordinat

= jumlah jarak terukur

Page 21: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

+f = 1 : 1000, jika menggunakan alat ukur radu meter atau satuan

langkah.

F = 1 : 1500 - 1 : 2000, jika berupa jarak stadia

F = 1 : 2500 - 1 : 3000, jika berupa jarak dengan rol meter fraksi cm.

F = 1 : 5000, jika menggunakan roll meter fraksi mm.

F = 5000, jiak menggunakan EDM (Elecronic Distance Meburenent)

e) Toleransi pengukuran jarak pergi dari berupa selisih hasil pengukuran dirumuskan :

Toleransi = 8 mm D

Dimana D = jarak total pengukuran dalam satuan kilometer (Km).

Page 22: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

BAB IV. KESIMPULAN

IV.1. KESIMPULAN

Dari penjelasan diataslah kita dapat mengetahui dan dapat melihat apa saja yang

perlu kita ketahui apabila sedang berhadapan dengan yang namanya pengukuran suatu

wilayah, yaitu dari alat, pengenalan dasar dan berbagai hal yang perlu diketahui secara

detail manfaat dan fungsinya. Dari paper inilah dijelaskan berbagai hal mengenai alat

ukur dan survey walaupun masih tahap dasar.

IV.II. SARAN

Didalam penjelasan yang telah dibahas, seorang pengukur haruslah mengerti hal

mengenai pengukuran-pengukuran dasar terlebih dahulu, dikarenakan alat tersebut

diperlukan ketelitiaan yang sangat tinggi dan pengetahuan yang cukup.

Page 23: Paper Iuw (Aplikasi Ilmu Ukur Wilayah Sebagai Pekerjaan Dasar Survey)

DAFTAR PUSTAKA

Astanto, triono budi. 2001. Pekerjaan Dasar Survey. Cetakan pertama. Kanisius. Yogyakarta.

Frick, Heinz. 1984. Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Penerbit Kanisius.

Prihandito, aryono. 1989. Kartografi. Cetakan pertama. Mitra gama widya. Yogyakarta.

Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius. Jakarta

http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah.