paparan menteri keuangan

36
MEWUJUDKAN KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN ANGGARAN Forum Diskusi Nasional Perencana 2016 Jakarta, 6 Desember 2016 BAHAN I: PAK PURWIYANTO

Upload: doanthien

Post on 16-Jan-2017

226 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

MEWUJUDKAN KONSISTENSI ANTARA PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DALAM PERSPEKTIF PENGELOLAAN ANGGARAN

Forum Diskusi Nasional Perencana 2016

Jakarta, 6 Desember 2016

BAHAN I: PAK PURWIYANTO

POKOK BAHASAN

III. SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

I. SIKLUS PENYUSUNAN APBN

2

II. PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

I. SIKLUS PENYUSUNAN APBN

Mei

Juni Juli

Agust

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Maret

April

Resource Envelope (maksimal pertengahan Februari)

APBN (maksimal akhir Oktober)

Surat Bersama Pagu Indikatif (maksimal akhir bulan Maret)

Surat Pagu Anggaran (maksimal akhir Juni)

Presiden menetapkan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional

RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA K/L diajukan kepada DPR

Pembahasan RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA K/L DPR

Perpres Rincian APBN (maksimal 30 November)

DIPA (maksimal 31 Desember)

Siklus APBN

4

Penyampaian dokumen Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro (maksimal pertengahan Mei)

1

2

3

4

5 6

7

8

9

10

5

SIKLUS PENGANGGARAN

II. PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

7

RKP RPJM Nasional RPJP

Nasional

RKP Daerah

Renstra KL Renja KL

Renja SKPD

RAPBN

RAPBD

RKA-KL

RKA - SKPD

APBN

Rincian APBN

APBD

Rincian APBD

Diacu

Pedoman Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Diperhatikan

Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Diacu

Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

UU SPPN

Pe

me

rinta

h

Pu

sat

Pe

me

rinta

h

Da

era

h

UU KN

Pedoman

Pedoman Pedoman

RPJM Daerah RPJP Daerah

Renstra

SKPD

Pedoman

Pedoman

VISI PRESIDEN

Visi Kepala Daerah

25 TAHUNAN 5 TAHUNAN 1 TAHUNAN

Proses Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Pusat dan Daerah

8

Penetapan Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional

Waktu : Akhir Januari PIC : Presiden

Review Baseline

Penyusunan Resource Envelope

Sidang Kabinet Pagu Indikatif

Penyampaian Resource Envelope ke Bappenas

Sinkronisasi/koordinasi pagu indikatif

Waktu : Februari – Maret PIC : Kemenkeu dan K/L

Waktu : Mulai pertengahan Februari PIC : Kemenkeu

Waktu : Minggu IV Maret PIC : Setneg/Setkab

Waktu : Minggu II-IV Maret PIC : Kemenkeu dan Bappenas

Waktu : Minggu I-II Maret PIC : Kemenkeu

Surat Bersama Pagu Indikatif

Waktu : 29 atau 30 Maret PIC : Ditetapkan Menkeu dan Menteri PPN/Bappenas

Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus)

Waktu : April PIC : Bappenas

Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting)

Waktu : April PIC : Forum pembahasan Renja K/L oleh Kemenkeu, Bappenas, dan K/L

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

(Musrenbangnas)

Waktu : April PIC : Forum dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan daerah

Penetapan Perpres Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Waktu : Awal Mei PIC : Presiden

Penyampaian RKP serta Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (PPKF) ke DPR

Waktu : Pertengahan Mei PIC : Kemenkeu dan Bappenas

Proses Perencanaan dan Penganggaran sesuai PP 90/2010 dan PP 40/2006

III. SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

TUGAS DAN FUNGSI BAPPENAS DALAM RANGKA PERENCANAAN SESUAI UU No. 25 Tahun 2004 (1/2)

10

1) Penyusunan dan Penetapan RPJP (Pasal 10-13).

menyiapkan rancangan RPJP Nasional. (Pasal 10 Ayat (1))

menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Nasional. (Pasal 11 Ayat (2))

menyusun rancangan akhir RPJP Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Panjang Nasional. (Pasal 12 Ayat (1))

2) Penyusunan dan Penetapan RPJM (Pasal 14-19).

menyiapkan rancangan awal RPJM Nasional sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden ke dalam strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal. (Pasal 14 Ayat (1))

menyusun rancangan RPJM Nasional dengan menggunakan rancangan Renstra-KL dan berpedoman pada RPJP Nasional. (Pasal 15 Ayat (2))

menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Nasional. (Pasal 16 Ayat (3))

menyusun rancangan akhir RPJM Nasional berdasarkan hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional. (Pasal 18 Ayat (1))

TUGAS DAN FUNGSI BAPPENAS DALAM RANGKA PERENCANAAN SESUAI UU No. 25 TAHUN 2004 (2/2)

11

3) Penyusunan dan Penetapan RKP (Pasal 20-27).

menyiapkan rancangan awal RKP sebagai penjabaran dan RPJM Nasional. (Pasal 20 Ayat (1))

mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL. (Pasal 21 Ayat (2))

menyelenggarakan Musrenbang penyusunan RKP. (Pasal 22 Ayat (3))

mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan menggunakan rancangan Renja-KL. (Pasal 23 Ayat (3))

menyusun rancangan akhir RKP berdasarkan hasil Musrenbang. (Pasal 24 Ayat (1))

TUGAS DAN FUNGSI KEMENKEU DALAM RANGKA PENGANGGARAN BERDASARKAN UU 17/2003

12

Pasal 6

(1)Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.

(2)Kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :

a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.

b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

TUGAS DAN FUNGSI KEMENKEU DALAM RANGKA PENGANGGARAN BERDASARKAN UU 17/2003

13

Pasal 8

Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas :

a) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;

b) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN;

c) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran;

d) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan;

e) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan undang-undang;

f) melaksanakan fungsi bendahara umum negara;

g) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN;

h) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

Sinkronisasi

14

• Sejak tahun 2015, telah dilakukan penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam RKA-K/L 2016, sesuai dengan amanah PMK nomor 196/PMK.02/2015 tentang Perubahan atas PMK nomor 143/PMK.02/2015 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L dan Pengesahan DIPA.

• Penataan ADIK dilakukan dengan menggunakan logika berpikir (Logic Model) untuk melihat hubungan logis antara input-output-outcome.

• Penataan ADIK digunakan untuk sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran dengan cara mengaitkan aplikasi Renja (sisi perencanaan) dengan aplikasi ADIK dan aplikasi RKA-K/L (sisi penganggaran).

• Penataan ADIK sejalan dengan penyederhanaan nomenklatur yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan mengingat rumusan kinerja sesuai dengan penataan ADIK merupakan output yang dihasilkan merupakan barang/jasa akhir, memiliki perspektif keluar, terukur, dan relevan.

Perencanaan dan Penganggaran

15

PENATAAN ADIK DIGUNAKAN UNTUK HARMONISASI/ SINKRONISASI PERENCANAAN DENGAN PENGANGGARAN *)

Proses / Aktivitas

Input

NASIONAL

K/L

ESELON I

ESELON II

Sasaran pembangunan nasional (impact)

Sasaran strategis K/L (outcome/impact)

Sasaran program (outcome)

Sasaran kegiatan (output)

Input Aktivitas/ Proses

(output Kegiatan)

Ouput eselon1

Indikator Target

Input Aktivitas/ Proses

(outcome Program)

Ouput K-L

Indikator

Target

Input Aktivitas/ Proses/ (nama komponen)

SASARAN

STRATEGIS

(Outcome KL/ Impact )

SASARAN

PROGRAM

(Outcome Eselon 1)

Indikator/ IKK

SASARAN

KEGIATAN

(OUTPUT)

RENJA ADIK

+

Indikator/ IKS

Target

Indikator/ IKP

Target

Target

Keterangan :

*) Penataan ADIK dilakukan dengan menambahkan output di bawah sasaran (outcome) karena biaya untuk menghasilkan output lebih mudah dihitung dibandingkan dengan biaya untuk menghasilkan sasaran (outcome).

Output Strategis *)

Output Program *)

17

Arsitektur Perencanaan, Penganggaran, Kinerja, dan Organisasi

KEBIJAKAN K/L

PROGRAM

KEGIATAN

PRIORITAS

LINTAS PROGRAM

STRUKTUR PERENCANAAN

SASARAN STRATEGIS

SASARAN

KELUARAN

INDIKATOR KINERJA STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA PROGRAM

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

TARGET

TARGET

TARGET

SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

INDIKATOR KINERJA TARGET

STRUKTUR KINERJA

TINGKAT NATIONAL

KEMENTERIAN/LEMBAGA

UNIT ESELON I

UNIT ESELON II

ALOKASI ANGGARAN

PROGRAM

KEGIATAN

SUB FUNGSI

FUNGSI

SRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN

STRUKTUR ANGGARAN

KABINET

K/L

KONSISTENSI STRUKTUR PROGRAM (RPJMN, RENSTRA, RKP/RENJA DAN RKA-KL)

KEGIATAN

OUTPUT

KOMPONEN

DETIL

PROGRAM

Dibahas dengan Bappenas

Dibahas dengan DJA

Penutup 1. Perencanaan dan penganggaran merupakan proses yang terintegrasi yang melibatkan beberapa pihak (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Keuangan, dan Kementerian/Lembaga).

2. Upaya meningkatkan proses sinkronisasi antara perencanaan dan penganggaran terus diupayakan, antara lain melalui penerapan Arsitektur Data dan Informasi Kinerja.

3. Upaya lain yang sedang dilakukan adalah melalui kodefikasi antara visi misi Presiden, komponen perencanaan dan komponen penganggaran, untuk melihat keterkaitannya.

19

TERIMA KASIH

BAHAN II PAK PURWIYANTO

21

SINERGI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Disampaikan Oleh :

Purwiyanto Pranoto Suwiryo (Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengeluaran Negara)

Dalam

FORUM DISKUSI NASIONAL PERENCANA 2016

Jakarta, 6 Desember 2016

22

23

1. Anggaran Rutin & Anggaran Pembangunan

2. Pendekatan Sektor : Sektor/Subsektor/Program

(berbeda ant Rutin & Proyek)

3. Klasifikasi Ekonomi : Belanja Rutin menurut Jenis

& Belanja Pembangunan menurut Sektor

4. Pengelola Anggaran : Instansi untuk Belanja Rutin &

Proyek/Bagian Proyek untuk Belanja Pembangunan

5. Dokumen Anggaran : DUK/DUP/LK dan Satuan 3 DIK/SKOR/DIKS untuk Belanja Rutin DIP/SKOP/DIPP untuk Belanja Pembangunan

1. Anggaran Terpadu

2. Pendekatan Fungsi: Fungsi/Sub Fungsi,

Program, Kegiatan

3. Klasifikasi Ekonomi : Menurut Jenis

Belanja

4. Pengelola Anggaran : Kementerian sebagai

Pengguna Anggaran, Satuan Kerja sebagai

Kuasa Pengguna Anggaran

5. Dokumen Anggaran : RKA-KL Satuan Anggaran DIPA

Perubahan Sistem Penganggaran

Mulai 2005 s.d. 2004

TEORI DASAR • Terdapat empat pengambil keputusan di bidang ekonomi, yaitu sector

rumah tangga, perusahaan, pemerintah, dan luar negeri.

• Fungsi objektif dari sector pemerintah adalah mencapai kesejahteraan yang optimal fungsi ekonomisnya adalah menggunakan anggaran yang terbatas (APBN) untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang maksimum prioritas dan efisensi

• Terdapat dua fungsi terkait, yaitu fungsi perencanaan untuk mencari berbagai kegiatan prioritas, dan

fungsi penganggaran yaitu untuk mencari berbagai kegiatan dengan biaya efisien

• Sinergi perencanaan dan penganggaran adalah untuk menetapkan kegiatan prioritas dengan biaya efisien

24

KEGIATAN PRIORITAS NAWA CITA kebutuhan yang sangat luas dengan keterbatasan sumber daya prioritas dan efisiensi sangat penting

Infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ketahanan pangan, hankamtibmas dll target pencapaian saat ini bersifat sub maximum kebutuhan sangat luas

- Wilayah NKRI sangat luas 34 propinsi, sekitar 500 kabupaten/kota, sekitar 80 ribu desa,

- Faktor politik sangat penting 10 partai

- Berbagai suku bangsa (dan Bahasa) yang tinggal di berbagai pulau, kepulauan, yang dikelilingi oleh wilayah laut

- Menganut system ekonomi terbuka dikelilingi oleh negara lain

- Jumlah penduduk lebih dari 250 juta

- Untuk ukuran 2017, kebutuhan fiscal (belanja, cicilan utang, dan PMN) sekitar 16 persen terhadap PDB

25

Target Pembangunan 2017

RAPBN RAPBN*)

Tingkat Pengangguran (%) 5,3 - 5,6 5,6

Tingkat Kemiskinan (%) 9,5 - 10,5 10,5

Gini Ratio 0,38 0,39

Indeks Pembangunan Manusia 75,3 70,1

26

Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016) Ket: *hasil kesepakatan tingkat I

Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)

Operasional Ruas Tol Terbangun dan

Beroperasi

• Target: 136,13 km

• Realisasi: 43,92 km

• Kendala: alokasi dana pembebasan lahan Rp1,4 triliun sudah terserap habis

Pembangunan Rumah Bersubsidi

• Target: 700.000 unit

• Realisasi: 400.000an unit (hingga kuartal III/2016)

• Kendala: persoalan perizinan & tenggat pembiayaan kredit

Kunjungan Wisatawan Mancanegara

• Target: 12 juta

• Realisasi: 9,2 juta (hingga November)

27

Kesempatan Kerja

• Target: 2 juta

• Realisasi: 2,3 juta (hingga september)

• Sepanjang tahun diproyeksikan 3 juta

Serapan Anggaran Tol Laut

• Target: Rp218,99 miliar

• Realisasi: Rp111,45 miliar (hingga Oktober)

Produksi Perikanan

• Target: kenaikan 2 juta ton menjadi 7,8 juta ton

• Realisasi: 7,9 juta ton

28

Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)

Badan Usaha Milik Negara

• Target pembentukan super holding BUMN pada akhir tahun

• Hingga awal Desember belum ada perkembangan

Penerimaan Pajak

• Target APBNP 2016 Rp1.318,9 triliun

• Realisasi Rp870,95 triliun (hingga Oktober)

29

Sumber: Bisnis Indonesia, Senin (25/12/2016)

KETERBATASAN SUMBER DANA

-Pendapatan negara sebesar 12,6 persen terhadap PDB Perpajakan 10,8 persen, dan

PNBP 1,8 persen)

- Proporsi Belanja wajib dan belanja mandatory masih besar

- Penyerapan belanja negara masih belum optimal

- Kualitas belanja negara belum optimal;

30

31

Tantangan APBN ke Depan

Ruang Fiskal Terbatas

Masih ada potensi perpajakan

Harga minyak rendah dan Lifting minyak stagnan

Mandatory Spending dan belanja wajib relatif besar

Mandatory spending (Pendidikan, Kesehatan, Transfer ke Daerah & Dana Desa)

Belanja wajib (pegawai dan operasional, bunga utang, subsidi)

Kualitas Belanja yang

lebih baik

Efisiensi belanja operasional (rapat, perjalanan dinas, gedung)

Efektivitas perencanaan belanja produktif

Penyerapan anggaran

belum optimal

Belanja K/L masih berkisar 90%-95%

Belanja masih menumpuk pada triwulan III dan IV

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA YANG LEBIH REALISTIS : Melanjutkan dukungan insentif fiskal, mendorong

iklim investasi & dunia usaha; Fokus penerimaan terutama pada sektor

perdagangan dan WP pribadi. Ekstensifikasi melalui Geo Tagging; Memperbaiki basis pajak dan kepatuhan wajib pajak

melaui penguatan database pajak, optimalisasi penggunaan IT dan konfirmasi status wajib pajak;

Mengoptimalkan perjanjian pajak internasional; Cukai dan pajak lainnya untuk mengurangi konsumsi

pada produk tertentu (dan atau untuk mengurangi) dengan eksternalitas negatif;

Optimalisasi PNBP dengan tetap memperhatikan pelestarian sumber daya alam dan peningkatan kualitas pelayanan publik;

FOKUS PADA KESINAMBUNGAN FISKAL: Menjaga defisit dibawah 3% terhadap PDB; Memperbaiki mekanisme pembiayaan untuk proyek

infrastruktur dan pembiayaan usaha kecil menengah; Investasi pemerintah yang lebih selektif; Menyempurnakan mekanisme penjaminan untuk

percepatan pembangunan infrastruktur.

BELANJA YANG LEBIH PRODUKTIF : Fokus pada infrastruktur dan belanja sosial; Efisiensi pada belanja barang; Mempertahankan anggaran kesehatan (5%), pendidikan

(20%). Fleksibilitas dalam merespon kondisi perekonomian Mitigasi bencana alam & risiko fiskal Percepatan penyerapan anggaran

SUBSIDI YANG LEBIH TEPAT SASARAN: Energi Melanjutkan subsidi untuk BBM jenis solar Distribusi tertutup/targeted Subsidi LPG 3 Kg Rumah Tangga Sasaran (RTS) untuk Subsidi listrik

menggunakan basis data terpadu (PBDT 2015) Non Energi Memperbaiki ketepatan sasaran

MEMPERKUAT DESENTRALISASI FISKAL Reformulasi perhitungan alokasi DAU; Memperbaiki pengalokasian, penyaluran dan arah penggunaan

DBH Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus untuk

mempercepat pembangunan infrastruktur dasar; Meningkatkan secara bertahap anggaran Dana Desa untuk

memenuhi amanat UU Nomor 6 Tahun 2014, dengan tetap memerhatikan kemampuan keuangan negara.

Respon Kebijakan (1) APBN 2017: Kebijakan Fiskal Yang Ekspansif dengan Komitmen pada reformasi penganggaran serta prinsip kehati-hatian

Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus melalui:

• Pengalokasian DAK Fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional, dengan memberikan afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan transmigrasi.

• Pelaksanaan sinkronisasi rencana kegiatan DAK Fisik antarbidang, antardaerah, dan antara DAK & nonDAK.

• Pengalokasian DAK Nonfisik sesuai kebutuhan riil untuk mendukung peningkatan pelayanan publik.

• Pengalokasian Tunjangan Khusus Guru PNSD di daerah sangat tertinggal dan Dana Pelayanan administrasi kependudukan (adminduk).

Memperbaiki pengalokasian dan optimalisasi penggunaan Dana Transfer Umum, melalui:

• Perbaikan pengalokasian, penyaluran, & penggunaan DBH.

• Pengalokasian DAU: memperhitungkan pengalihan kewenangan

pendidikan SMA/SMK dan urusan lainnya dari kab/kota ke provinsi.

DAU semua Provinsi naik.

DAU Kab./Kota tidak mengalami penurunan.

• Pagu DAU nasional dalam APBN dapat berubah sesuai perubahan PDN Neto, dengan memperhatikan daerah-daerah yang kapasitas & ruang fiskalnya sangat terbatas.

• DTU dipergunakan sekurangnya 25% untuk percepatan pembangunan fasilitas pelayanan publik.

ALOKASI TKDD TA 2017

Respon Kebijakan (2) Kebijakan Umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa 2017 diarahkan untuk memperkuat implementasi Desentralisasi Fiskal dan Nawa Cita, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa

Anggaran TKDD Rp764,9 triliun, lebih besar Rp1,3 triliun dari anggaran K/L sebesar Rp763,6 triliun Memperbaiki mekanisme penyaluran anggaran TKDD berdasarkan pada kinerja pelaksanaan di daerah

Kebijakan Dana Desa

• Meningkatkan secara bertahap anggaran Dana Desa dgn tetap memerhatikan kemampuan keuangan negara.

• Rata-rata alokasi per Desa Rp800,5 juta.

• Dana Desa per Desa paling kecil Rp726,7 juta.

• Dana Desa per Desa paling besar Rp2,8 miiar.

Kebijakan Dana Otsus dan Dana Keistimewaan DIY

• Meningkatkan efisiensi & efektivitas pemanfaatan Dana Otsus & Dana Keistimewaan Daerah Yogyakarta.

• Dana Otsus Papua Rp5,6 triliun.

• Dana Otsus Papua Barat Rp2,4 triliun.

• Dana Otsus Aceh Rp8,0 triliun.

• DTI Papua & Papua Barat Rp3,5 triliun.

• Dana Keistimewaan DIY Rp800 miliar.

Kebijakan Dana Insentif Daerah

• Alokasi anggaran DID ditingkatkan untuk memberi penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik dalam kesehatan fiskal dan pengelolaan keuangan daerah, pelayanan dasar publik, serta ekonomi & kesejahteraan.

• Terdapat 317 daerah penerima DID.

• Alokasi DID minimum Rp7,5 miliar.

• Alokasi DID tertinggi Rp65,3 miliar.

Kebijakan Dana Transfer Khusus (DTK) Kebijakan Dana Transfer Umum (DTU)

Rp503,6 T

(DTU)

Rp173,4 T

(DTK)

Rp7,5 T (DID)

Rp20,3 T

(Otsus & DIY)

Rp60,0 T

(Dana Desa)

Penyusunan resource

envelope & usulan

kebijakan APBN

Arah Kebijakan & Prioritas

Pembangunan

1

2

Pembicaraan Pendahuluan RAPBN (KEM, PPKF dan RKP)

Penyusunan KEM, PPKF dan Pembi-caraan Pendahuluan

Pembahasan RAPBN, RUU

APBN, Nota Keu, DHP RKA-K/L

dan DHP RDP-BUN

Pengesahan UU APBN

Penetapan Alokasi

Anggaran K/L

Penyusunan Keppres

Rincian ABPP

Penetapan Keppres Rincian ABPP & DHP RDP BUN

Pembahasan RAPBN, RUU APBN, Nota

Keuangan , DHP RKA-K/L dan DHP

RDP-BUN

Persetujuan RUU APBN

5

4

8 9

11

12

13

Penyusunan &

Pengesahan

DIPA

10

14 Pelaksanaan

Trilateral Meeting

Penyusunan RAPBN, RUU

APBN, NK, DHP RKA-K/L dan

DHP RDP-BUN

3

6

7

Penyusunan RKA-K/L

Penyesuaian RKA-K/L

5a 11a

REVIU RKA-K/L

Quality Assurance

Sinergi (Sesuai Undang-Undang )(1) Alur Proses Bisnis Fungsi Penganggaran (Jan – Des)

34

SINERGI (2)

• Pembentukan TEPRA • KSP,

• Setkab,

• Kemenkeu,

• Bappenas,

• BPKP,

• LKPP,

• Kemendagri,

• Dll

• Regulasi dan Forum lainnya

• Berbagai Sistem Aplikasi (SPAN, SIKD, Sismontep, SIRUP, dll)

35

TERIMA KASIH

36