panduan teknis pendampingan masyarakat - ditjen cipta karya

150
Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat KATA PENGANTAR Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SPBM) disusun untuk meningkatkan kemampuan Fasilitator dan Pelaku Program lainnya dalam melaksanakan kegiatan pendampingan masyarakat. Sebagai ’Ujung Tombak’ dalam pelaksanaan program pembangunan yang bertumpu pada sumberdaya, prakarsa, inisiatif dan keswadayaan masyarakat, maka kemampuan dan ketrampilan fasilitator dalam ‘memfasilitasi’ pembelajaran (proses pemberdayaan) masyarakat menjadi ‘kunci keberhasilan’ dalam pelaksanaan program. Berdasarkan pemikiran tersebut serta berkaca dari pelaksanaan program lain yang menggunakan pendekatan yang sama, maka diperlukan sebuah upaya yang serius dan sistematis untuk meningkatkan kapasitas fasilitator sebagai pelaku utama pendampingan masyarakat. Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini memuat penjelasan ringkas konsep Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) terkait dengan prinsip dan pendekatan; komponen program, organisasi pelaksana dan tahapan pelaksanaan; serta sebagian besar dari panduan ini memuat deskripsi tentang prinsip-prinsip pendampingan, teknik fasiltasi, teknik penggunaan media fasilitasi, dan tim building failitator. Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini sebaiknya nanti akan dilengkapi dengan panduan teknis lainnya yang lebih rinci seperti: (i) panduan teknis survei masyarakat, (ii) panduan teknis perencanaan pembangunan sarana sanitasi, (iii) panduan teknis fasilitasi penguatan organisasi pelaksana SPBM, dan lainnya. Tentu masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini karena itu saran dan masukan sangat diperlukan untuk perbaikan dan pegembangan lebih lanjut.

Upload: others

Post on 12-Feb-2022

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis MasyarakatSanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t | i

KATA PENGANTAR

Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SPBM) disusun untuk meningkatkan kemampuan Fasilitator dan Pelaku Program lainnya dalam melaksanakan kegiatan pendampingan masyarakat. Sebagai ’Ujung Tombak’ dalam pelaksanaan program pembangunan yang bertumpu pada sumberdaya, prakarsa, inisiatif dan keswadayaan masyarakat, maka kemampuan dan ketrampilan fasilitator dalam ‘memfasilitasi’ pembelajaran (proses pemberdayaan) masyarakat menjadi ‘kunci keberhasilan’ dalam pelaksanaan program. Berdasarkan pemikiran tersebut serta berkaca dari pelaksanaan program lain yang menggunakan pendekatan yang sama, maka diperlukan sebuah upaya yang serius dan sistematis untuk meningkatkan kapasitas fasilitator sebagai pelaku utama pendampingan masyarakat.

Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini memuat penjelasan ringkas konsep Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) terkait dengan prinsip dan pendekatan; komponen program, organisasi pelaksana dan tahapan pelaksanaan; serta sebagian besar dari panduan ini memuat deskripsi tentang prinsip-prinsip pendampingan, teknik fasiltasi, teknik penggunaan media fasilitasi, dan tim building failitator.

Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini sebaiknya nanti akan dilengkapi dengan panduan teknis lainnya yang lebih rinci seperti: (i) panduan teknis survei masyarakat, (ii) panduan teknis perencanaan pembangunan sarana sanitasi, (iii) panduan teknis fasilitasi penguatan organisasi pelaksana SPBM, dan lainnya.

Tentu masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini karena itu saran dan masukan sangat diperlukan untuk perbaikan dan pegembangan lebih lanjut.

.

���P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

.

���P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis MasyarakatSanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t | iv

DAFTAR ISTILAH

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN Anggaran Pendapatan Belanja Negara

BAPPEDA Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional

BASPK Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan

Bawasda Badan Pengawas Daerah

BKM Badan Keswadayaan Masyarakat

BLM Bantuan Langsung Masyarakat

BOP Biaya Operasional Proyek

BPKP Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

CSIAP Community Sanitation Improvement Action Plan

CTPS Cuci Tangan Pakai Sabun

DJCK Direktorat Jenderal Cipta Karya

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DPIU District Project Implementation Unit

EA Executing Agency

FISSA Financial Statement for Special Account

FGD Focussed Group Discussion

FM Fasilitator Masyarakat

GAP Gender Action Plan

GoI Government of Indonesia

Kemen PU Kementerian Pekerjaan Umum

Kemenkeu Kementerian Keuangan

Kemenkes Kementerian Kesehatan

Kemendiknas Kementerian Pendidikan Nasional

KPA Kuasa Pengguna Anggaran

KPPN Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara

.

�xP a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis MasyarakatSanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t | v

KSM Kelompok Swadaya Masyarakat

LKM Lembaga Keswadayaan Masyarakat

LMK Laporan Manajemen Keuangan

LMP Laporan Manajemen Proyek

LP2K Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

M&E Monitoring dan Evaluasi

MDG Millennium Development Goals

MIS Management Information System

MTPRP Medium-Term Poverty Reduction Plan

MPA Methodology for Participatory Assessment

NPMC National Project Management Consultant (Konsultan Manajemen Pusat)

NTDMT National Training Design and Management Team

O&M Operation and Maintenance

O&P Operasi dan Pemeliharaan

PA Pengguna Anggaran

PAC Public Awareness Campaign

PBM Pembangunan Berbasis Masyarakat

PCMU Project Coordination and Monitoring Unit

PCR Project Completion Report

Pemda Pemerintah Daerah

PJM Pronangkis Program Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan

PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PPHLN Pengelolaan Pinjaman/Hibah Luar Negeri

PHAST Participatory Hygiene and Sanitation Transformation

PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

PPIU Provincial Project Implementation Unit

PPK-PLP Pejabat Pembuat Komitmen – Penyehatan Lingkungan Permukiman

PPM Pengelolaan Pengaduan dan Masalah

PPMS Project Performance Monitoring System

P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM - MP)

.

x�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis MasyarakatSanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t | vi

QPR Quarterly Progress Report (Laporan Triwulanan)

RAB Rencana Anggaran Biaya

RKM Rencana Kegiatan Masyarakat

RPMC Regional Project Management Consultant (Konsultan Manajemen Regional)

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Satker Satuan Kerja

SIM Sistem Informasi Manajemen

SP2D Surat Perintah Pencairan Dana

SP2K Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan

SP3 Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan

SPBM Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

SPM Surat Perintah Membayar

TKK Tim Koordinasi Kabupaten

TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

UPK Unit Pengelola Keuangan

UPL Unit Pengelola Lingkungan

UPS Unit Pengelola Sosial

USRI Urban Sanitation and Rural Infrastructure

WA Withdrawl Application

.

x���P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis MasyarakatSanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t | vii

DAFTAR BACAAN

Buku/Makalah :

1. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Zulkarnaen Nasution. Rajawali Pers. Edisi Revisi. 2001.

2. Modul Panduan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemanfaatan ICT dan Aplikasi Telematika. Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika Departemen Komunikasi dan Informasi. 2006.

3. Monitoring and Evaluation Information and Communication for Development (ICD) Programmes; A Guidelines. Mary Myers. Departemen for International Development/DFID. 2005.

4. Participatory Rural Communication Appraisal; A Handbook. Second edition. Chike Anyaegbunam et.al. Food and Agriculture Organization (FAO) and United Nations. 2004. Research ICT Innovation for Poverty Reduction. Don Slater and Jo Tacchi. UNESCO. 2004.

5. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Prof.Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos.M.Si. Kencana Jakarta. 2006.

Laporan/Dokumen:

1. Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, TNPK – Menko Kesra, 2008

2. Pedoman Teknis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perkotaan (PNPM – MP), Ditjen Cipta Karya, Dept PU, 2009

3. Pedoman Umum Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (Draft), Dit. Bina Program, Ditjen Cipta Karya PU, 2010

4. Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (Draft), Dit. Bina Program, Ditjen Cipta Karya PU, 2010

.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) merupakan salah satu

komponen Program Urban Sanitation and Rural Infrastructure (USRI) yang

diselenggarakan sebagai program pendukung PNPM-Mandiri. Program ini

bertujuan untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

baik secara individu maupun kelompok untuk turut berpartisipasi memecahkan

berbagai permasalahan yang terkait pada upaya peningkatan kualitas kehidupan,

kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.

Mekanisme penyelenggaraan Program Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM)

menerapkan pendekatan pembangunan berkelanjutan berbasis masyarakat

melalui pelibatan masyarakat secara utuh dalam seluruh tahapan kegiatan, mulai

dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan

program sampai dengan upaya keberlanjutan, khususnya dalam hal peningkatan

kualitas prasarana dan sarana sanitasi berbasis masyarakat dalam rangka

mendukung upaya pencapaian target MDG pada 2015, yaitu menurunkan sebesar

separuh dari proporsi penduduk yang belum memiliki akses sanitasi dasar serta

sasaran RPJMN 2010-2014 dalam bidang sanitasi yaitu stop Buang Air Besar

Sembarangan (BABS) dan peningkatan layanan pengelolaan air limbah.

Program SPBM ini dilaksanakan secara bertahap di 1350 kelurahan yang berada

di 34 kabupaten/kota di 5 provinsi terpilih yang sebelumnya menjadi lokasi

pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP), lokasi kelurahan tersebut

telah menerima dana BLM sebanyak 3 kali siklus. Hal ini merupakan perwujudan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 2

dari sinergi diantara program pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah.

Pada pelaksanaan nantinya program ini akan menggunakan lembaga masyarakat

(BKM/LKM) yang sudah ada dan mempunyai rekam jejak dan kinerja yang baik

dalam mengelola program pemberdayaan masyarakat.

Melalui pelaksanaan Program SPBM ini masyarakat akan merencanakan

program, memilih jenis prasarana/sarana sanitasi komunal yang sesuai dengan

kebutuhan, menyusun rencana kerja, melakukan pembangunan konstruksi serta

mengelola dan melestarikan hasil pembangunan.

1.2. Maksud Dan Tujuan

Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat

melalui penyediaan sarana sanitasi komunal berbasis masyarakat khususnya bagi

kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin.

Tujuan Program SPBM adalah:

1. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan sehat

masyarakat.

2. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan lembaga masyarakat dalam

perencanaan dan pembangunan layanan sanitasi yang berkelanjutan.

3. Tersedianya sistem sanitasi komunal yang berkualitas, berkelanjutan dan

berwawasan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

masyarakat.

1.3. Sasaran Dan Ruang Lingkup

Sasaran Program SPBM adalah:

1. Meningkatnya kesadaran sanitasi dan promosi praktik hidup bersih dan sehat

melalui kegiatan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS);

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 3

2. Tersedianya sarana dan prasarana penyehatan lingkungan permukiman

(sanitasi komunal) yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan

masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan;

3. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam penyelenggaraan

prasarana/sarana penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi komunal)

secara partisipatif, transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan

berkelanjutan;

4. Tersusunnya Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation

Improvement Action Plan/CSIAP) yang responsif kepada upaya peningkatan

kualitas sanitasi masyarakat;

5. Meningkatnya kemampuan perangkat pemerintah daerah sebagai fasilitator

pembangunan khususnya di sektor penyehatan lingkungan permukiman;

Ruang Lingkup Program SPBM adalah:

1. Penyediaan prasarana/sarana sanitasi masyarakat meliputi: (i) fasilitas MCK

komunal dan (ii) instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal;

2. Peningkatan kapasitas masyarakat dan pemerintah daerah dalam hal

perencanaan dan pembangunan khususnya terkait dengan upaya penyehatan

lingkungan permukiman berbasis masyarakat.

Kegiatan penyehatan lingkungan permukiman melalui penyediaan sistem sanitasi

komunal berbasis masyarakat dilaksanakan secara terpadu, mengacu pada

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RIPJM), Strategi Sanitasi

Kota/Kabupaten (SSK), PJM Pronangkis (Medium Term Poverty Reduction

Plan/MTPRP) dan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation

Improvement Action Plan/CSIAP) yang telah disusun.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 4

1.4. Prinsip dan Pendekatan

1.4.1. Prinsip

Prinsip dasar Program SPBM adalah:

1. Tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti program akan bersaing

mendapatkan program dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan

untuk melaksanakan sistem sesuai dengan pilihannya.

2. Pengambilan keputusan berada sepenuhnya ditangan masyarakat, peran

pemerintah dan konsultan pendamping hanya sebatas sebagai fasilitator.

3. Masyarakat menentukan, merencanakan, membangun dan mengelola sistem

yang mereka pilih sendiri, dengan difasilitasi oleh konsultan pendamping yang

mempunyai pengalaman dalam bidang teknologi pengolahan limbah dan

pendampingan sosial.

4. Pemerintah berperan memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat, bukan

sebagai pengelola sarana.

Prinsip penyelenggaraan Program SPBM adalah:

1. Dapat diterima; Pemilihan kegiatan dilakukan berdasarkan musyawarah

kelurahan sehingga didukung dan diterima oleh masyarakat. Hal ini berlaku

mulai dari saat pemilihan lokasi dan penentuan solusi teknis (jenis

prasarana/sarana dan pilihan teknologi yang digunakan), penentuan

mekanisme pelaksanaan kegiatan dan pengadaan, serta penetapan

mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan prasarana dan sarana sanitasi

masyarakat.

2. Transparan; Penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan

diketahui oleh semua unsur masyarakat dan perangkat pemerintah daerah

sehingga memungkinkan terjadinya pengawasan dan evaluasi oleh semua

pihak.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 5

3. Dapat dipertanggungjawabkan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada seluruh masyarakat.

4. Berkelanjutan; Penyelenggaraan kegiatan harus dapat memberikan manfaat

kepada masyarakat secara berkelanjutan yang ditandai dengan adanya

pemanfaatan, pemeliharaan dan pengelolaan sarana secara mandiri oleh

masyarakat pengguna.

5. Kerangka Jangka Menengah; Penyelenggaraan dilaksanakan pada

kerangka jangka menengah sebagai dasar upaya peningkatan akses

terhadap pelayanan prasarana dan sarana sanitasi bagi penduduk miskin,

kaum perempuan dan kelompok rentan/ marjinal.

6. Sederhana, Tata cara, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan kegiatan

bersifat sederhana, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh seluruh

stakeholder

1.4.2. Pendekatan

Program SPBM merupakan program pembangunan prasarana dan sarana

sanitasi, dengan pendekatan:

1. Pemberdayaan Masyarakat, artinya seluruh proses implementasi kegiatan

(tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan)

melibatkan partisipasi aktif masyarakat berdasarkan kesamaan kepentingan

dan kebutuhan;

2. Keberpihakan kepada penduduk miskin, kaum perempuan dan kelompok rentan/marjinal, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses maupun

pemanfaatan hasil kegiatan ditujukan kepada kaum perempuan, kelompok

rentan/marjinal dan penduduk miskin/masyarakat berpenghasilan rendah;

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 6

3. Otonomi dan desentralisasi, artinya pemerintah daerah dan masyarakat

bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan program dan keberlanjutan

prasarana/sarana terbangun;

4. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan mulai dari

proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan

pemanfaatan, dengan memberikan kesempatan secara luas partisipasi aktif

dari perempuan, kelompok rentan/marjinal dan penduduk miskin;

5. Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam keberhasilan

pelaksanaan kegiatan, melalui keterlibatan dalam perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan kegiatan serta pemeliharaan hasil kegiatan;

6. Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan

memiliki sinergi dengan program pembangunan yang lain.

7. Penguatan Kapasitas Kelembagaan, artinya pelaksanaan kegiatan

diupayakan dapat meningkatkan kapasitas pemerintah, lembaga masyarakat

dan stakeholder lainnya dalam pelaksanaan pembangunan penyehatan

lingkungan permukiman.

8. Kesetaraan dan keadilan gender, artinya terdapat kesetaraan antara kaum

pria dan dan perempuan dalam setiap tahap pembangunan dan dalam

pemanfaatan hasil kegiatan pembangunan secara adil.

1.5. Komponen Program

Komponen program Sanitasi Sanitasi Perkotaan Berbasi Masyarakat (SPBM)

terdiri dari:

1. Pendampingan Masyarakat

Komponen ini bertujuan memberdayakan masyarakat agar sadar sanitasi dan

merubah perilaku hidup menjadi lebih bersih dan lebih sehat.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 7

Komponen ini meliputi:

i) Sosialisasi program kepada masyarakat secara menyeluruh dan

berkelanjutan.

ii) Fasilitasi masyarakat yang mencakup review identifikasi masalah dan

kebutuhan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, evaluasi

kapasitas masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan serta

proses pengambilan keputusan.

iii) Penguatan kelembagaan dan kapasitas masyarakat dalam upaya

peningkatan penyehatan lingkungan permukiman (sanitasi dan hygiene)

melalui kegiatan kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS.

iv) Pemberdayaan masyarakat dalam penyusunan Rencana Aksi Perbaikan

Sanitasi atau Community Sanitation Improvement Action Plan (CSIAP)

yang responsif terhadap upaya penyehatan lingkungan permukiman.

v) Pendampingan masyarakat dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan

dan pemeliharaan prasarana dan sarana terbangun untuk menjamin

keberlanjutan dan kelestarian hasil kegiatan.

Di tingkat kelurahan sasaran, pelaksanan program akan melibatkan organisasi

masyarakat (Lembaga/Badan Keswadayaan Masyarakat (LKM/BKM) yang

merupakan organisasi masyarakat yang berperan dalam pelaksanaan program

PNPM Mandiri Perkotaan (P2KP).

Program SPBM diprioritaskan untuk memberikan kesempatan secara aktif bagi

masyarakat setempat terutama kaum perempuan, kelompok rentan/marjinal

dan penduduk miskin pada setiap tahapan kegiatan mulai dari identifikasi,

perencanaan dan pengambilan keputusan.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 8

Kegiatan pemberdayaan masyarakat akan melibatkan tim fasilitator yang

terdiri dari fasilitator pemberdayaan sanitasi, fasilitator manajemen dan

fasilitator teknik yang akan bertugas dalam melaksanakan proses

pendampingan mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pembangunan fisik

dan pengelolaan serta pemeliharaan.

2. Pembangunan Sarana Sanitasi komunal Berbasis Masyarakat, melalui penyediaan dana block grant untuk setiap kelurahan sasaran.

Melalui komponen ini akan diberikan dana block grant Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) maksimal sebesar Rp.350 juta (tiga ratus lima puluh juta

rupiah) bagi setiap kelurahan sasaran, yang digunakan untuk penyediaan

prasarana dan sarana sanitasi komunal yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

Sarana sanitasi komunal yang dimaksud adalah sistem sanitasi bersama yang

meliputi :

- Sarana MCK komunal

- Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal

Rincian penggunaan dana BLM adalah: a) maksimal 5% untuk untuk biaya

persiapan, perencanaan dan operasional, b) maksimal 35% untuk biaya upah

dan c) minimal 60% untuk biaya konstruksi.

Dana operasional tidak diperbolehkan dialokasikan sebagai gaji dan hanya

diperbolehkan untuk biaya perjalanan, pembelian alat tulis, materai dan

perlengkapan lainnya serta pelaporan dan dokumentasi.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 9

3. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/ kota).

Komponen peningkatan kapasitas pemerintah daerah ini merupakan rangkaian

kegiatan yang berorientasi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan

tata pemerintahan yang baik (good governance).

Komponen ini meliputi:

i) Pelatihan Perencanaan Partisipatif, meliputi kegiatan

coaching/pelatihan yang difasilitasi oleh RPMC/TAMK terkait dengan

perencanaan partisipatif dan sinergi perencanaan pembangunan top

down dan bottom up serta pengembangan kapasitas bagi perangkat

pemerintah daerah dan masyarakat.

ii) Penguatan kapasitas dalam hal pengelolaan pengaduan dan masalah,

melalui pengembangan unit penanganan pengaduan dan masalah

untuk mengelola pengaduan masyarakat sebagai dukungan

pelaksanaan kontrol sosial masyarakat dalam memantau pelaksanaan

program. Unit penanganan pengaduan dan masalah ini diarahkan

dikembangkan sampai dengan di level kelurahan.

iii) Penguatan kapasitas dalam hal pengelolaan dan pengendalian data

dan pelaporan (Sistem Informasi Manajemen), di tingkat

kota/kabupaten, dengan tujuan agar pemerintah daerah dapat

memantau, mengendalikan dan mengelola perkembangan pelaksanaan

kegiatan program secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan.

.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 1

BAB 2 ORGANISASI PELAKSANA DI TINGKAT MASYARAKAT

2.1. Organisasi Pelaksana SPBM

Penyelenggaraan Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) melibatkan

berbagai komponen pelaksana dan instansi terkait yang berjenjang dari tingkat kelurahan,

kota/kabupaten, provinsi sampai tingkat pusat dengan struktur organisasi tergambar pada

Gambar 2.1. Dalam bab ini, akan dibahas organisasi pelaksana Program SPBM, secara

khusus di tingkat kelurahan di mana fasilitator menjalankan peran dan tugasnya.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 2

Gambar 2.1 Organisasi Pelaksana SPBM

RPMC

Kementrian PU Tim Pengendali PNPM Mandiri

Ditjen Cipta Karya(Executing Agency)

PCMU

Satker PLPPPKNPMC

PPIUSatker PLPPPK PLP Propinsi

Provincial Management Consultant

DPIUSatker PLP

PPK PLP Kota/Kabupaten

District Management Consultant

Tim Teknis Provinsi (Pokja AMPL)

Tim Teknis Kota/Kabupaten (Pokja

AMPL)

Tim Koordinasi Propinsi

Tim Koordinasi Kota/Kabupaten

Tim Koordinasi Kecamatan

(Pokjasan Kec.)

BKM/LKMTim Fasilitator Masyarakat

(Teknis dan Pemberdayaan)

Lurah dan Pokjasan Kelurahan

Kader Masyarakat

KSM Sanitasi dan Masyarakat Penerima Manfaat

Tim Teknis Provinsi (Pokja AMPL)

Tim Koordinasi Propinsi

TINGK

AT PU

SAT

TINGK

AT PR

OPIN

SITIN

GKAT

KEL

URAH

AN

: Garis Pengendalian

: Garis Pelaporan

: Garis Koordinasi

: Garis Pembinaan

TINGK

AT K

OTA/

KABU

PATE

N

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 3

Struktur organisasi di atas menggambarkan susunan pelaksana program SPBM mulai

dari tingkat pusat, propinsi, kabupaten/kota sampai tingkat kelurahan. Dalam struktur

tersebut juga tergambarkan posisi dan peran konsultan dari tingkat pusat, propinsi,

kabupaten/kota, sampai di tingkat kelurahan di mana fasilitator menjalankan peran utama

sebagai pendamping masyarakat.

2.2. Organisasi Pelaksana Tingkat Kelurahan

Kelurahan sasaran merupakan wilayah kerja utama dalam pelaksanaan program SPBM.

Kriteria kelurahan sasaran adalah ; a) kelurahan yang pernah menjadi lokasi sasaran

program PNPM Mandiri Perkotaan, b) telah menerima 3 (tiga) kali siklus dana Bantuan

Langsung Masyarakat (BLM), serta c) memiliki kebutuhan untuk penanganan

permasalahan sanitasi. Pelaksana kegiatan SPBM di tingkat kelurahan adalah sebagai

berikut :

2.2.1. Pemerintah Kelurahan

Pemerintah kelurahan merupakan salah satu pelaku penting dalam pelaksanaan

SPBM. Pemerintah kelurahan, dalam hal ini Lurah antara lain bertugas untuk:

1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Program SPBM di wilayah kerjanya;

2. Menyelenggarakan Rembug Kesiapan Masyarakat (sosialisasi awal) dan

memfasilitasi Rembug Warga selanjutnya;

3. Menjamin dan memfasilitasi keterlibatan kaum perempuan dan penduduk

miskin dalam setiap tahapan kegiatan;

4. Memantau penerapan prinsip-prinsip SPBM;

5. Menjamin kompetisi KSM Sanitasi, melalui forum Rembug Masyarakat

Kelurahan;

6. Memfasilitasi penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/Sanitation

Improvement Action Plan (CSIAP);

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 4

7. Mengetahui dan menyetujui hasil perencanaan dan pelaksanaan tahapan

kegiatan ;

8. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan kegiatan Program SPBM;

9. Menjamin dan memfasilitasi pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas

kegiatan;

10. Menyiapkan sekretariat/posko sebagai pusat informasi serta tempat

berdiskusi di tingkat masyarakat.

11. Turut menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) yang

dibuat oleh BKM/LKM;

12. Memfasilitasi KSM Sanitasi dalam pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan

hasil infrastruktur terbangun;

13. Menerima prasarana/sarana sanitasi terbangun dari pemerintah daerah dan

meneruskan pengelolaannya kepada masyarakat melalui KSM Sanitasi;

14. Membina pelestarian hasil kegiatan dalam tahap paska konstruksi;

15. Mendukung implementasi CSIAP melalui sinkronisasi program dan channeling

ke stakeholders lainnya;

16. Membina KSM Sanitasi sehingga dapat berfungsi secara berkelanjutan.

2.2.2. Kelompok Kerja Sanitasi Kelurahan (Pokjasan Kelurahan)

Kelompok Kerja Sanitasi (Pokjasan) Kecamatan ditetapkan oleh Pokjasan

Kabupaten/Kota dan di lantik oleh Bupati/Walikota sebagai bagian dari Tim Pokja

Sanitasi Kabupaten/Kota (Pokja AMPL).Pokjasan Kelurahan merupakan wadah

koordinasi yang bersifat non struktural bagi pembangunan dan pengelolaan

sanitasi di tingkat kelurahan. Pokjasan kelurahan bertanggung jawab kepada

Pokjasan kecamatan. Pokjasan diketuai oleh lurah dan dibantu Seksi

Pembangunan (Sekretaris Pokjasan kelurahan), bidang perencanaan, bidang

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 5

sosialisasi dan advokasi dan bidang monitoring dan evaluasi, dengan komposisi

masing-masing bidang satu orang koordinator dan satu orang anggota yang

berasal dari masyarakat. Tugas pokok Pokjasan kelurahan adalah

mengoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dalam perwujudan

pengelolaan sanitasi di tingkat kelurahan

Pokjasan kelurahan bertugas antara lain:

1. Menyusun Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi di tingkat kelurahan (Community

Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP) bekerja sama dengan BKM/LKM;

2. Menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk

terlibat dalam pembangunan sanitasi;

3. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan Program SPBMdi

wilayah kelurahan dan melaporkan hasilnya ke Pokjasan

Kecamatan/Kabupaten/Kota.

2.3. Organisasi Pengelola Tingkat Masyarakat

Masyarakat merupakan pelaku utama dalam pelaksanaan program di tingkat

kelurahan, sehingga keberhasilan program ini akan sangat tergantung pada peran

aktif masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan mulai dari proses penyiapan

masyarakat, sosialiasasi, perencanaan, pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan

dan pemeliharaannya.

Pengelolaan Program SPBM di tingkat kelurahan dilaksanakan melalui

organisasi/lembaga masyarakat dan kelompok swadaya masyarakat dengan

didampingi oleh tim fasilitator.

2.3.1. BKM/LKM dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

Sesuai dengan prinsip keterpaduan program, maka dalam pelaksanaan kegiatan

SPBM ini akan menggunakan lembaga masyarakat yang yang sudah ada dan

telah berperan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 6

aktif dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MP), yaitu

Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)/Lembaga Keswadayaan Masyarakat

(LKM) yang ada di lokasi kelurahan sasaran yang memiliki kinerja baik. BKM/LM

adalah penanggung jawab pelaksanaan Program SPBM di tingkat masyarakat.

Komposisi keanggotaan BKM/LKM diharapkan memenuhi syarat minimal 40%

perempuan.

Dalam pelaksanaan kegiatan BKM/LKM akan melibatkan juga Unit Pelaksana

Teknis dibawahnya seperti UPL, UPK dan UPS dan perwakilan masyarakat yang

terlibat dalam Kelompok Kerja Sanitasi Kelurahan (Pokjasan kelurahan).

Secara rinci tugas BKM/LKM dalam Program SPBM adalah:

1. Melakukan penyebarluasan informasi mengenai Program SPBM secara

terus menerus di tingkat masyarakat;

2. Mengidentifikasi permasalahan prasarana dan sarana penyehatan

lingkungan permukiman di tingkat kelurahan;

3. Menyelenggarakan rembug masyarakat kelurahan dan rembug warga;

4. Menjamin dan memfasilitasi keterlibatan kaum perempuan, kelompok

rentan/marjinal dan penduduk miskin dalam setiap tahapan kegiatan;

5. Menyusun Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi (Community Sanitation

Improvement Action Plan) bersama-sama dengan Pokjasan kelurahan;

6. Mereview Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM);

7. Mengajukan CSIAP dan RKM kepada DPIU untuk diverifikasi;

8. Memfasilitasi pembentukan KSM Sanitasi ;

9. Membuka rekening bantuan dana blockgrant sanitasi (rekening dalam

bentuk dual account, antara Ketua dan Bendahara BKM);

10. Menjamin dan memfasilitasi terlaksananya transparansi kegiatan;

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 7

11. Menandatangani kontrak kerja dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

SPBM dengan melampirkan: berita acara dan daftar hadir Rembug

Kesiapan Masyarakat dan Rembug Kelurahan;

12. Melakukan pengajuan pencairan dana kepada PPK dengan lampiran

dokumen hasil pelaksanaan tahapan kegiatan, foto copy buku rekening

bank dan foto copy buku kas umum yang dilengkapi nota/bukti

pengeluaran;

13. Membuat Laporan Buku Kas Umum dan mengumpulkan bukti-bukti

pengeluaran sebagai bagian dari dokumen pencairan dana;

14. Menyusun laporan pencairan dan pengelolaan dana;

15. Memonitor pelaksanaan kegiatan fisik harian;

16. Mengelola pengaduan masyarakat;

17. Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan;

18. Menyelenggarakan rembug kelurahan untuk menyampaikan laporan

kemajuan pelaksanaan kegiatan minimal seminggu sekali;

19. Mempublikasikan laporan kemajuan kegiatan melalui papan informasi yang

dapat diakses oleh semua pihak minimal seminggu sekali;

20. Menyusun laporan akhir/pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan;

21. Menyelenggarakan musyawarah kelurahan untuk menyampaikan laporan

akhir/pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan, dan penggunaan dana,

kemudian menyampaikannya kepada DPIU melalui SatKer kabupaten/kota;

22. Berkoordinasi dengan Tim Pokja Sanitasi (AMPL) di tingkat kelurahan,

kecamatan dan kabupaten/kota.

23. Menyampaikan laporan kepada Tim Pengarah di tingkat kabupaten melalui

Satker Kabupaten/kota;

24. Memfasilitasi penyediaan data dan dokumen pendukung terkait dalam

pelaksanaan audit kegiatan SPBM.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 8

2.3.2. Kelompok Swadaya Masyarakat Sanitasi (KSM Sanitasi )

KSM Sanitasi dibentuk melalui musyawarah masyarakat dengan bentuk dan

susunan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan

minimal 40% kenggotaannya adalah kaum perempuan.

Tugas KSM Sanitasi antara lain :

1. Menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) pembangunan

sarana/prasarana sanitasi, DED, RAB dengan difasilitasi oleh fasilitator,

2. Menyusun rencana pendanaan operasi dan pemeliharaan sebelum

pelaksanaan kegiatan dimulai. Pembiayaan operasi dan pemeliharaan dapat

diperoleh melalui swadaya maupun melalui sumber pendanaan APBD

Kelurahan. Rencana jumlah dana operasional dan pemeliharaan yang harus

dikumpulkan adalah:

Pada saat Pencairan BLM Tahap I, minimal 40% dari rencana

pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun yang besarannya

ditetapkan dalam rembug kelurahan;

Pada saat Pencairan BLM Tahap II, minimal 30% dari rencana

pembiayaan operasi dan pemeliharaan per tahun;

Pada saat Pencairan BLM Tahap III, 30% dari rencana pembiayaan

operasi dan pemeliharaan per tahun

3. Melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan fisik dan keuangan

pembangunan prasarana/sarana sanitasi secara rutin kepada BKM/LKM,

dilengkapi dengan bukti dokumen yang diperlukan,.

4. Melakukan koordinasi dengan Pokjasan kelurahan, BKM/LKM, Kader

Masyarakat dan Fasilitator Masyarakat selama pelaksanaan konstruksi;

5. Menyelenggarakan sistem operasi dan pemeliharaan prasarana/sarana

terbangun;

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 2 | 9

6. Bersama BKM/LKM, Kader Masyarakat, dan Pemerintah Kelurahan

melakukan koordinasi dengan Pokja AMPL, DPIU dan Pemerintah

Kabupaten/kota terkait operasi dan pemeliharaan prasarana/sarana

terbangun;

7. Melaporkan kegiatan operasi dan pemeliharaan serta pengumpulan dan

pengelolaan dana kepada Pemerintahan Kelurahan dan masyarakat.

2.3.3. Kader Masyarakat

Di masing-masing lokasi kelurahan sasaran akan dipilih Kader Masyarakat, yang

berasal dari warga setempat yang memiliki kemampuan mengajak dan

mendorong masyarakat lainnya untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan Program

SPBM.

Tugas dan fungsi Kader Masyarakat antara lain menjadi narasumber yang terkait

dengan kondisi kelurahan, dan bertindak sebagai mediator, pengarah, sekaligus

menjadi motivator bagi masyarakat untuk melaksanakan program SPBM agar

pelaksanaan program di tingkat kelurahan dapat mencapai tujuan dan sasaran

yang diharapkan.

.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 1

BAB 3 TEKNIK PENDAMPINGAN MASYARAKAT

3.1. Pelaku Pendampingan Masyarakat

Fasilitator masyarakat merupakan pelaku utama pendamping pelaksanaan program

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) di tingkat masyarakat

kelurahan. Jumlah Fasilitator disesuaikan dengan jumlah kelurahan sasaran dengan

mempertimbangkan aksesibilitas pendampingan dan kondisi lapangan, dengan jumlah

30% dari total fasilitator adalah perempuan.

Setiap tim Fasilitator terdiri dari 5 (lima) orang untuk menangani kurang lebih 3 (tiga)

kelurahan yang terdiri dari ; 2 (dua) orang fasilitator pemberdayaan sanitasi, 2 (dua) orang

fasilitator teknik dan 1 (satu) orang fasilitator manajemen. Fasilitator mempunyai tugas

mendampingi masyarakat dalam melaksanakan Program SPBM dan penerapan prinsip-

prinsip program.

Fasilitator Pemberdayaan Sanitasi bertanggung jawab dalam: (i) mempromosikan

kesehatan dan perilaku higienis serta sanitasi di level masyarakat dan sekolah melalui

program Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS), (ii) mengoordinasi masukan-masukan

penting untuk peningkatan kebiasaan sanitasi dan perilaku higienis, (iii) mengoordinasi

sumber daya dan masukan untuk promosi/kampanye, pelatihan dan pemantauan sanitasi

dan higienis.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 2

Tugas Fasilitator Pemberdayaan Sanitasi adalah:

1. Mendampingi dan memberdayakan masyarakat khususnya Pokjasan, BKM/LKM

dan KSM Sanitasi dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program

PHBS;

2. Memberikan pelatihan kepada masyarakat, guru, kelompok perempuan mengenai

perubahan perilaku sanitasi dan higienis di lingkungan mereka.

3. Melaksanakan pelatihan lokakarya Participatory Hygiene and Sanitation

Transformation (PHAST) kepada kelompok perempuan (remaja dan laki-laki)

berkolaborasi dengan guru, pekerja kesehatan, pekerja sanitasi, ibu rumah tangga

dan kelompok terkait.

4. Memfasilitasi dan mendukung BKM/LKM dalam penyusunan CSIAP dan

mendukung KSM Sanitasi dalam menyusun rencana pembangunan (RKM) sesuai

dengan panduan dan ketentuan, termasuk mereview rencana tersebut untuk

menjamin bahwa sudah terdapat program PHBS;

5. Menjamin bahwa kelompok penerima manfaat termasuk perempuan, kelompok

rentan dan penduduk miskin sudah dilibatkan pada saat proses persiapan,

perencanaan dan pelaksanaan konstruksi;

6. Memfasilitasi proses penilaian, analisis dan rencana kerja yag dilakukan oleh

BKM/LKM dan KSM dengan menggunakan tahapan PHAST, berkaitan dengan

penyusunan CSIAP dan RKM.

7. Mendukung program Cuci Tangan Pake Sabun (CPTS), mendukung perilaku baik

(good practices) dalam hal pengolahan dan penyimpanan air.

8. Memberi dukungan dan pendampingan kepada guru berkaitan dengan pelaksanaan

program kesehatan sekolah termasuk pemantauan kualitas air, tes kontaminasi,

pembasmian cacing dan kegiatan lainnya;

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 3

9. Memberikan dukungan dan pendampingan kepada tim kesehatan lokal, termasuk

pekerja sanitasi, ibu rumah tangga dan sumberdaya penyehatan masyarakat dan

lingkungan lainnya;

10. Memantau efektifitas kegiatan penyehatan dan sanitasi masyarakat dan sekolah

melalui pemantauan rutin, survey cepat penyakit yang ditularkan melalui air (water

borne diseases) dan membangun kelompok peduli terarah (focussed group) yang

beranggotakan guru, pekerja sanitaisi, ibu rumah tangga dan relawan kesehatan;

11. Mendukung pusat kesehatan masyarakat dan sekolah dalam mempromosikan

program perbaikan sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS);

12. Mendukung kelompok perempuan lokal untuk mempromosikan dan meningkatkan

kesadaran ibu yang mempunyai bayi dan balita berkaitan dengan diare dan penyakit

yang ditularkan melalui air lainnya.

13. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat

Kecamatan dan kelurahan pada setiap tahapan kegiatan;

14. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai

dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada RPMC/TAMK

(Tenaga Ahli Manajemen Kabupaten/kota).

Tugas Fasilitator Teknik adalah ¸:

1. Melakukan sosialisasi dan penyebarluasan program kepada seluruh masyarakat;

2. Melakukan pendampingan dalam rembug kelurahan, rembug warga dan pelatihan

kepada BKM/LKM dan KSM Sanitasi terkait dengan aspek teknis pelaksanaan

program;

3. Mendampingi masyarakat khususnya Pokjasan, BKM, Kader Masyarakat, KSM

Sanitasi dan aparat kelurahan untuk melakukan identifikasi permasalahan sanitasi

dan kebutuhan prasarana/sarana;

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 4

4. Melakukan pelatihan penyusunan administrasi dan pelaporan BKM/LKM dan KSM

Sanitasi;

5. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan CSIAP dan RKM;

6. Melakukan verifikasi terhadap hasil penyusunan CSIAP dan RKM;

7. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan Perencanaan Teknis (Detailed

Engineering Design/DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB);

8. Melakukan verifikasi terhadap dokumen pencairan dana;

9. Melakukan pendampingan teknis dan pengawasan kepada BKM dan KSM Sanitasi

pada saat pelaksanaan pembangunan prasarana/sarana sanitasi;

10. Melakukan pendampingan teknis terhadap KSM Sanitasi dalam penyusunan

mekanisme operasi dan pemeliharaan.

11. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat

Kecamatan dan kelurahan dalam penyelenggaraan program pada setiap

tahapannya;

12. Memberikan masukan dan arahan aspek teknis kepada pengelola kegiatan di

tingkat kelurahan dalam pengendalian dan pelaporan pelaksanaan;

13. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai

dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada TAMK (Tenaga Ahli

Manajemen Kabupaten/kota).

Tugas Fasilitator Manajemen adalah :

1. Melakukan sosialisasi dan penyebarluasan program kepada seluruh masyarakat;

2. Melakukan pendampingan musyawarah desa dan pelatihan kepada BKM/LKM dan

KSM Sanitasi terkait dengan aspek manajemen pelaksanaan program;

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 5

3. Mendampingi masyarakat khususnya Pokjasan, BKM/LKM, Kader Masyarakat, KSM

Sanitasi dan perangkat pemerintahan kelurahan dalam melakukan identifikasi

permasalahan sanitasi;

4. Melakukan penyiapan masyarakat untuk mengikuti sosialisasi, rembug kelurahan

dan pelatihan

5. Melakukan pendampingan dalam hal kelembagaan dan manajemen kegiatan;

6. Pendampingan kepada BKM/LKM/Pokjasan dan KSM Sanitasi dalam menyusun

CSIAP dan RKM;

7. Melakukan pendampingan secara rutin kepada masyarakat desa di wilayah

kerjanya mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan fisik dan laporan

pertanggungjawaban;

8. Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pengelola kegiatan di tingkat

kecamatan dan kelurahan dalam penyelenggaraan program pada setiap

tahapannya;

9. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap tahapan program sesuai

dengan format yang telah ditetapkan dan disampaikan kepada TAMK (Tenaga Ahli

Manajemen Kabupaten/Kota).

Dengan tugas pokok dan tanggungjawab tersebut di atas, maka Fasilitator Program

SPBM harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar sekurang-kurangnya adalah ;

1. Memiliki pengetahuan dan pemahaman fasilitator tentang prinsip-prinsip

pendampingan masyarakat atau fasilitasi pembelajaran masyarakat

2. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan fasilitator tentang teknik-teknik fasilitasi

masyarakat, seperti fasilitasi rembug kelurahan, fasilitasi training untuk masyarakat

dan fasilitasi Fokus Grup Diskusi di tingkat masyarakat

3. Memiliki ketrampilan fasilitator dalam penggunaan media-media pembelajaran

masyarakat, baik media cetak, media informasi maupun media yang bermuatan lokal

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 6

4. Memiliki kemampuan dan ketrampilan fasilitator dalam memfasilitasi pertemuan-

pertemuan untuk pengambilan keputusan di tingkat warga masyarakat.

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat pengetahuan dan kemampuan dasar yang

harus dimiliki oleh Fasilitator SPBM, baik secara individual maupun secara tim.

3.2. Teknik Dasar Pendampingan Masyarakat (Fasilitasi Partisipatif)

3.2.1. Proses Memfasilitasi

Proses Memfasilitasi dalam rangka kegiatan pembelajaran masyarakat seringkali terjadi di

dalam sebuah forum formal. Kepala Desa atau seorang aparat pemerintah dari kabupaten

menjadi pembicara di depan, sementara seluruh warga hanya mendengarkan. Berbeda

situasinya saat bapak-bapak atau ibu-ibu berkumpul dalam kegiatan seperti arisan,

pertemuan RT maupun pertemuan kelompok masyarakat di mana hampir semua orang

ikut melakukan pembicaraan. Begitu juga dalam perkumpulan Posyandu, para ibu yang

membawa balita untuk ditimbang dan diperiksa petugas Puskesmas, terlibat dalam

bincang-bincang mengenai

berbagai penyakit akibat

dimulainya musim hujan atau

lainnya. Tetapi, ketika petugas

Puskesmas menyampaikan

‘penyuluhan kesehatan’ yang

terkait dengan keadaan penyakit

yang menimpa anak-anak dan

balita, semua ibu itu kembali hanya

menjadi pendengar saja. Meskipun

juga ada beberapa yang

berani menanyakan sesuatu

kepada petugas tersebut. Gambar 3.1 : Daur Belajar Orang Dewasa

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 7

Membangun ‘komunikasi dialogis’ dan diskusi dalam proses pembelajaran tentunya

berbeda dengan mengobrol dan berbincang tanpa arah. Di dalam prakteknya, seorang

Fasilitator Masyarakat (FM) perlu keterampilan untuk mengoperasionalkan apa yang telah

digambarkan dalam skema daur belajar orang dewasa di atas. Partisipasi tanpa

keterampilan akan menjadi jargon belaka karena tidak dapat dijalankan di dalam

kenyataan. Keahlian memfasilitasi seringkali disebut juga sebagai ‘seni memfasilitasi’

karena sebenarnya tidak persis sama seperti jenis keterampilan lainnya.

3.2.2. Proses Memfasilitasi untuk Membangun

Pada intinya, baik daur pembelajaran partisipatif maupun proses komunikasi multiarah

bertujuan untuk membangun sebuah dialog di antara fasilitator dengan anggota

masyarakat atau peserta belajar dalam sebuah hubungan kesetaraan. Tidak ada salah

satu pihak yang dianggap menjadi sumber kebenaran atau memiliki otoritas untuk

menentukan baik dan benarnya suatu pemikiran atau gagasan tentang realita kehidupan.

Karena itu, beberapa konsep penting yang perlu dikenal fasilitator dalam melakukan

komunikasi dengan masyarakat, seperti : Persepsi (Citra Diri dan Citra Pihak Lain); Sikap-

nilai; Sikap-perilaku; dan Pendapat (Opini).

Keahlian memfasilitasi merupakan perpaduan antara penguasaan teknik dengan unsur - unsur kreativitas, improvisasi, hubungan antar manusia (human relationship), dan juga keunikan atau karakteristik setiap fasilitator.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 8

Beberapa istilah komunikasi penting bagi seorang fasilitator dalam memahami cara

membangun komunikasi yang efektif dan positif.

BEBERAPA KONSEP PENTING DALAM KOMUNIKASI Persepsi, yaitu tafsiran dari apa yang kita lihat, dengar, cicipi, cium, baui, dan raba, dengan panca indera kita. Ibu: “Aduh, lingkungan di sini kotor sekali, membuat saya tidak betah....” Anak: “Wah, lingkungannya bersih dan rapi, membuat saya nyaman....”

Sikap-nilai, yaitu kecenderungan untuk bereaksi positif atau negatif terhadap sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai dan pengalaman seseorang. Sikap merupakan gabungan antara pemikiran, perasaan, dan anggapan seseorang terhadap suatu hal. Seorang ibu mengomeli gaya pakaian anak remajanya: “Kenapa pakaian anak-

anak jaman sekarang kok tidak sopan...” Anak: “Ibu sih ketinggalan jaman...”

Sikap-perilaku, yaitu kecenderungan untuk menilai positif atau negatif terhadap sesuatu yang didasari oleh nilai-nilai dan pengalaman diri sendiri dan orang lain. Ayah beranggapan menjadi petani seperti dirinya berarti menjadi orang miskin.

Ayah bekerja keras untuk mengirimkan anaknya sekolah sampai perguruan tinggi.

Ibu beranggapan anak perempuan tidak prioritas bersekolah tinggi. Ibu kurang mendukung anak perempuannya masuk perguruan tinggi.

Pendapat (opini), yaitu gagasan yang muncul sebagai hasil pemikiran subyektif seseorang. Pendapat merupakan sikap seseorang dalam bentuk kata-kata. Ayah: “Anak kita terlalu tergantung pada orang tua dan kurang mandiri...” Ibu: “Kita punya anak yang baik, manis dan penurut....”

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 9

3.2.3. Mengalihkan Peran Fasilitator

Dalam bekerja sebagai fasilitator SPBM, pembelajaran dilakukan dalam berbagai bentuk

kegiatan seperti pendampingan dalam rembug kelurahan, rembug warga dan pelatihan

kepada BKM/LKM dan KSM Sanitasi. Kegiatan memfasilitasi yang merupakan tugas

paling rutin seorang fasilitator adalah melakukan pendampingan atau pembelajaran

bersama kelompok. Apa pun kegiatannya, proses fasilitasi yang dikembangkan fasilitator

selalu berorientasi pada proses pembelajaran yang bertumpu pada peserta.

Dalam kerangka ‘Pembangunan Yang Berbasis Masyarakat’ (Community Based

Development) peran fasilitator secara bertahap dikurangi dan diserahkan atau di alihkan

kepada masyarakat. Dengan demikian secara bertahap ‘dominasi’ peran fasilitator dalam

pelaksanaan program juga berkurang dan secara bersamaam peran masyarakat mulai

berkembang. Di sinilah transformasi sosial berjalan sejak proses pembelajaran bisa

diambil alih oleh masyarakat sehingga pembelajaran selanjutnya bisa berjalan dengan

inisiatif sendiri dari masyarakat.

Tugas fasilitator adalah membantu anggota masyarakat dalam pembelajaran

bersama/kelompok untuk menjadikan belajar sebagai kebutuhan sehingga masyarakat

belajar melakukannya sendiri meskipun sudah tidak difasilitasi lagi. Bagi orang yang

Kata fasilitator berasal dari bahasa latin “fasilis” yang artinya: mempermudah. Seperti yang disampaikan pada “Pendahuluan, seorang fasilitator bukanlah penyuluh atau juru penerang (jupen) yang merupakan petugas penyampai informasi dari lembaga formal (pemerintah). Fasilitator adalah orang yang bertugas mengelola proses dialog. Fasilitator ada untuk mendukung kegiatan belajar agar peserta bisa mencapai tujuan belajarnya. Fasilitator mendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan pengalaman dan pikirannya, mengajak peserta dominan untuk mendengarkan. Fasilitator memperkenalkan teknik-teknik komunikasi untuk mendorong partisipasi. Fasilitator menggunakan media yang cocok dengan kebutuhan peserta dan membantu proses belajar/komunikasi menjadi lebih efektif.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 10

melihat belajar sebagai bagian penting dari proses kehidupannya, belajar akan menjadi

kegiatan selama hidup berjalan (long-life learning). Sedangkan dalam kacamata

komunikasi, tugas utama fasilitator adalah memperkuat interaksi sosial yang lebih setara

dan dialogis. Menjadikan ikatan sosial dan kebersamaan sebagai kebutuhan individu: dan

sebaliknya penghargaan terhadap individu sebagai basis kehidupan komunitas.

3.2.3. Mengkaji Peran Fasilitator

Bagi seorang yang terbiasa menyuluh atau menjadi guru, membangun proses

pembelajaran yang partisipatif pada awalnya akan sulit. Apabila memfasilitasi kegiatan

pembelajaran masyarakat, seorang fasilitator tidak perlu selalu harus tahu segala-

galanya. Ada cara mudah untuk melihat peran fasilitator dalam kegiatan pembelajaran

masyarakat, yaitu menggunakan ’Jendela Johari’ berikut ini

Jendela pertama : ‘aku tahu, kamu tahu’. Program SPBM adalah kegiatan

pembelajaran mengenai permasalahan lingkungan dan sanitasi yang ada dalam

keseharian atau kehidupan masyarakat sendiri. Dalam membahas permasalahan

lingkungan dan sanitasi, tugas fasilitator adalah membangun proses dialogis

antara para peserta untuk menanggapi, menganalisis dan mengembangkan

gagasan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya masyarakat. Tugas

pokok seorang fasilitator adalah membangun proses pembelajaran di mana setiap

orang belajar menjadi sumber belajar sekaligus peserta belajar. Peserta yang

suka mendominasi, mulai belajar mendengarkan dari orang lain. Sedangkan

peserta yang pasif dan ‘malu’, mulai belajar untuk menyampaikan pikiran dan

pendapatnya. Demikian juga fasilitator sendiri, selain menjadi sumber belajar juga

sekaligus merupakan peserta belajar, yang selalu tertarik belajar berbagai hal dari

pengalaman para peserta.

Jendela kedua : ‘aku tidak tahu, kamu tahu’. Seorang fasilitator perlu meyakini

bahwa kita selalu bisa belajar dari siapa saja. Apabila meyakini hal itu, fasilitator

bisa mendorong masyarakat untuk mau belajar dari orang lain. Sikap mau belajar

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 11

dari orang lain ini membutuhkan kerendahan hati, apalagi bila belajar dari orang

yang dianggap berpendidikan rendah atau tidak punya pengalaman apa-apa.

Tetapi sesungguhnya setiap orang pasti punya pengalaman yang bisa dibagi.

Setiap orang juga punya pendapat atau pandangan yang bisa dipertukarkan.

Jendela ketiga: ‘aku tahu, kamu tidak tahu’. Sesuai dengan namanya, seorang

fasilitator sebaiknya menguasai pengembangan dan penggunaan media-media

komunikasi dan pembelajaran dalam menjalankan tugas-tugasnya selaku

pengelola program Sanitasi Pembangunan Berbasis Masyarakat (SPBM). Dengan

begitu, seorang fasilitator bertugas juga untuk membelajarkan masyarakat tentang

cara menggunakan berbagai media informasi dan pembelajaran, termasuk

penggunaan berbagai sarana dan sumber belajar kelompok. Komunikasi

pembangunan yang berorientasi pada pendampingan, lebih condong

menggunakan media berbasis masyarakat (media lokal) agar masyarakat

dilibatkan dalam pembuatan media-media program sebagai bagian dari kegiatan

pembelajaran.

Jendela keempat: ‘aku tidak tahu, kamu tidak tahu’. Seorang fasilitator tidak

perlu harus tahu semuanya. Tidak seorang pun yang bisa tahu segalanya. Kita

hanya harus tahu apa yang kita tidak tahu (apa kebutuhan belajar kita). Tidak

semua orang mengetahui bahwa banyak sekali agenda belajar yang penting untuk

meningkatkan kualitas kehidupannya. Tugas seorang fasilitator bukanlah

memberikan sebanyak-banyaknya informasi tentang sanitasi kepada masyarakat,

melainkan membangun kegiatan yang menimbulkan kebutuhan untuk belajar

masyarakat tentang sanitasi. Masyarakat juga sebaiknya tahu sumber belajar

yang tersedia untuk suatu kebutuhan belajar. Seorang fasilitator sebaiknya juga

membelajarkan masyarakat tentang cara belajar dan mengakses sumber belajar

(sumber informasi) yang tersedia termasuk dengan menggunakan media

pendampingan dan juga mencari narasumber yang tersedia.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 12

Box 2 MENGGUNAKAN PENDEKATAN KOMUNIKASI DALAM KEEMPAT JENDELA

Fasilitator masyarakat sebaiknya mendorong peserta untuk menggunakan komunikasi yang positif. Ini berarti menggunakan persepsi (termasuk citra diri dan citra pihak lain); sikap; dan pendapat (opini) secara positif. Berikut ini contoh-contohnya:

Jendela pertama (aku tahu, masyarakat tahu): fasilitator mengajak peserta mendialogkan sesuatu yang sama-sama diketahui, tetapi ternyata terdapat perbedaan pandangan dan pendapat terhadap topik tersebut. Fasilitator mendorong sikap positif terhadap perbedaan pendapat. Fasilitator mengajak peserta saling memahami persepsi dan sikap orang lain.

Jendela kedua (aku tidak tahu, masyarakat tahu): fasilitator mendorong kepercayaan diri peserta bahwa pengetahuannya penting bagi orang lain (mengubah ‘citra diri’ sebagai petani yang bodoh karena tidak sekolah tinggi). Sebaliknya fasilitator perlu mengubah pandangan penyuluh yang beranggapan bahwa teknologi lokal ketinggalan jaman (mengubah ‘citra terhadap orang lain/petani’ sebagai tidak inovatif ).

Jendela ketiga (aku tahu, masyarakat tidak tahu): fasilitator mendorong peserta menerima pendapatnya sebagai alternatif dari pendapatnya sendiri. Fasilitator mendorong peserta untuk memeriksa apakah pengetahuan baru perlu diterapkan atau tidak (butuh atau tidak).

Jendela keempat (aku dan masyarakat sama-sama tidak tahu): fasilitator mendorong pengembangan gagasan inovasi baru dan mencari sumber pengetahuan/informasi ‘luar’ secara selektif (diperiksa dahulu).

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 13

3.2.4. Strategi Dan Teknik Membangun Komunikasi

1) Teknik Fasilitasi Dasar : 5W + 1 H

Berikut ini adalah panduan praktis untuk mengembangkan teknik memfasilitasi proses

pembelajaran agar peserta berpartisipasi aktif. Teknik membangun proses ini sebenarnya

sederhana, dan biasa disebut teknik 5W + 1H (what, who, when, where, why, and how

atau apa, siapa, dimana, mengapa, dan bagaimana). Teknik dasar ini apabila digunakan

secara tepat, akan menolong peserta untuk secara bertahap terlibat dalam kegiatan

pembelajaran secara partisipatif.

Berikut ini adalah langkah-langkah penggunaan teknik dasar 5W + 1 H dalam

memfasilitasi sesuai dengan daur pembelajaran di atas.

Menceritakan/Menguraikan

Fasilitator mengajukan pertanyaan APA (WHAT) terlebih dahulu, sehingga

masyarakat bisa menceritakan pengalamannya.

Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menceritakan

lainnya, misalnya : KAPAN (WHEN) hal itu terjadi? DIMANA (WHERE) hal itu

terjadi? SIAPA (WHO/WHOM) yang terlibat?.

Menjelaskan dan Menganalisis

Apabila diskusi mulai hidup dengan cerita-cerita peserta, fasilitator bisa

melontarkan pertanyaan tentang proses: BAGAIMANA KEJADIAN ITU TERJADI?

Ceritakan prosesnya secara runtut.

Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan analitis: MENGAPA hal itu terjadi

menurut Anda? Apakah Bapak/Ibu yang lain setuju tentang penyebabnya itu?

Apakah akibatnya? Ceritakan alur sebabakibatnya secara jelas.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 14

Fasilitator bisa mengembangkan berbagai cerita kejadian yang sama untuk

membandingkan suatu peristiwa dengan melontarkan pertanyaan: apakah ada

peserta lain yang mengalami kejadian sama? KAPAN? DIMANA? SIAPA?

BAGAIMANA? MENGAPA? Sama seperti di atas, merupakan pertanyaan untuk

menceritakan.

Menarik Kesimpulan

Meskipun kita sedang membahas suatu topik, biasanya akan selalu banyak aspek

menarik yang terkait dengan topik tersebut dan menjadi diskusi yang berkembang

(meluas). Fasilitator mengajak peserta mempersempit pembahasan pada

beberapa hal paling penting/menarik dari topik tersebut dengan melontarkan

pertanyaan: APA HAL-HAL PENTING/MENARIK yang muncul dari

peristiwa/kejadian di atas? (Uraikan setiap hal menarik dalam beberapa kalimat

lugas dan jelas).

Pertanyaan di atas akan membantu peserta membuat kesimpulan mengenai suatu

hal yang baginya penting/menarik dari suatu topik bahasan. Fasilitator

melanjutkan pertanyaan sebagai berikut:

KESIMPULAN APA yang bisa kita tarik dari kejadian/peristiwa tadi? (Rumuskan

dalam bentuk kalimat lugas dan jelas). Setiap peserta boleh merumuskan

kesimpulan dari sudut pandangnya masing-masing sehingga bisa saling

melengkapi.

Menarik Pelajaran

Kemudian peserta diajak mengubah kesimpulan itu menjadi pelajaran-pelajaran

(lesson learneds) atau tanggapan pribadi, dengan melontarkan pertanyaan sbb.:

APA ARTI PENTING dari kejadian/peristiwa itu menurut Anda? Sampaikan

pendapat pribadi masing-masing.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 15

Fasilitator juga bisa mengajak peserta menarik pelajaran-pelajaran (lesson

learneds), dengan melontarkan pertanyaan sbb.: APA PELAJARAN atau HIKMAH

kejadian/peristiwa itu yang dapat Bapak ibu terapkan dalam kehidupan Anda ke

depan? Sampaikan berdasarkan pendapat perorangan.

Mengembangkan Gagasan Penerapan

Kemudian peserta diajak merumuskan gagasan kongkrit: APA TINDAKAN yang

bisa dilakukan untuk menerapkan pelajaran atau hikmah di atas? Sampaikan

berdasarkan pendapat perorangan.

BAGAIMANA cara melakukannya? Uraikan menjadi langkahlangkah untuk

mengkongkritkan gagasan tindakan di atas. Sampaikan berdasarkan pendapat

perorangan.

Teknik fasilitasi sederhana ini dapat dipraktekkan dan dikembangkan oleh fasilitator

dalam mendampingi masyarakat khususnya Pokjasan, BKM, Kader Masyarakat, KSM

Sanitasi dan aparat kelurahan untuk melakukan identifikasi permasalahan sanitasi dan

kebutuhan prasarana/sarana serta rencana kegiatan masyarakat terkait dengan program

SPBM.

2) Strategi Fasilitasi Partisipasi

Strategi pembelajaran adalah pendekatan yang digunakan agar tujuan dan materi belajar

bisa tercapai. Setiap fasilitator dapat merancang proses pembelajarannya masing-

masing, sesuai dengan profil dan karakteristik dari peserta belajarnya. Profil belajar

peserta mencakup antara lain: tingkat pendidikan, kemampuan baca-tulis, latarbelakang

sosial-ekonomi, mata pencaharian, tingkat usia, jenis kelamin, dan sebagainya. Tetapi,

secara umum, strategi pembelajaran itu dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:

Dari materi yang ‘sederhana’ menuju ke yang ‘kompleks (rumit)’

Misalnya : menceritakan tentang pengelolaan sampah yang ada terlebih dahulu,

baru mendiskusikan tata cara pengelolaan sampah yang baik; mulai dari

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 15

Fasilitator juga bisa mengajak peserta menarik pelajaran-pelajaran (lesson

learneds), dengan melontarkan pertanyaan sbb.: APA PELAJARAN atau HIKMAH

kejadian/peristiwa itu yang dapat Bapak ibu terapkan dalam kehidupan Anda ke

depan? Sampaikan berdasarkan pendapat perorangan.

Mengembangkan Gagasan Penerapan

Kemudian peserta diajak merumuskan gagasan kongkrit: APA TINDAKAN yang

bisa dilakukan untuk menerapkan pelajaran atau hikmah di atas? Sampaikan

berdasarkan pendapat perorangan.

BAGAIMANA cara melakukannya? Uraikan menjadi langkahlangkah untuk

mengkongkritkan gagasan tindakan di atas. Sampaikan berdasarkan pendapat

perorangan.

Teknik fasilitasi sederhana ini dapat dipraktekkan dan dikembangkan oleh fasilitator

dalam mendampingi masyarakat khususnya Pokjasan, BKM, Kader Masyarakat, KSM

Sanitasi dan aparat kelurahan untuk melakukan identifikasi permasalahan sanitasi dan

kebutuhan prasarana/sarana serta rencana kegiatan masyarakat terkait dengan program

SPBM.

2) Strategi Fasilitasi Partisipasi

Strategi pembelajaran adalah pendekatan yang digunakan agar tujuan dan materi belajar

bisa tercapai. Setiap fasilitator dapat merancang proses pembelajarannya masing-

masing, sesuai dengan profil dan karakteristik dari peserta belajarnya. Profil belajar

peserta mencakup antara lain: tingkat pendidikan, kemampuan baca-tulis, latarbelakang

sosial-ekonomi, mata pencaharian, tingkat usia, jenis kelamin, dan sebagainya. Tetapi,

secara umum, strategi pembelajaran itu dilakukan dengan teknik-teknik sebagai berikut:

Dari materi yang ‘sederhana’ menuju ke yang ‘kompleks (rumit)’

Misalnya : menceritakan tentang pengelolaan sampah yang ada terlebih dahulu,

baru mendiskusikan tata cara pengelolaan sampah yang baik; mulai dari

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 16

bagaimana sikap dan perilaku masyarakat, penanganan sampah rumah tangga,

sampai pada kemungkinan membangun tempat penampungan sampah sementara

(TPS) dan kemungkinan daur ulang limbahnya.

Dari materi yang ‘cukup dikenal’ ke materi ‘yang baru’

Misalnya: mengajak masyarakat mendiskusikan kegiatan yang dilakukan

pemerintah kelurahan sehari-hari, baru menyampaikan dan mengajak diskusi

tentang pemerintah kelurahan menurut peraturan daerah (perda) tentang

pemerintahan kelurahan yang baru; mulai dari mendiskusikan tugas dan peran ibu

dan bapak sehari-hari sampai memperkenalkan wacana tentang jender dan

kesetaraan hak perempuan.

Dari materi yang ‘mudah’ menuju ke yang ‘sulit’

Misalnya: Mengajak masyarakat belajar keterampilan praktis untuk kebutuhan

keluarga, kemudian mendiskusikan pengembangannya sebagai usaha alternatif

dengan melakukan analisis biaya usaha dan peluang pemasaran. Mulai dari

diskusi kasus-kasus kesehatan ibu dan anak, sampai ke pembahasan kesehatan

reproduktif dan pembahasan kebijakan yang belum kesehatan reproduktif.

Dari materi yang ‘operasional, pengalaman praktis, realita sehari-hari’ menuju ke yang ‘abstrak, konsep, teori’

Misalnya: mengajak masyarakat mendiskusikan suatu sengketa yang terjadi di

kelurahannya, kemudian ditarik ke konsep dan mekanisme penyelesaian

sengketa, bahkan dikaitkan dengan adanya kebijakan mengenai penyelesaian

sengketa secara adat. Mengajak masyarakat mendiskusikan proses pemilihan

kepala desa yang akan/sudah dilaksanakan sampai kepada wacana demokrasi

desa.

Dalam pendampingan program SPBM, teknik-teknik fasilitasi ini perlu dikembangkan oleh

fasilitator khususnya dalam kegiatan seperti mempromosikan kesehatan dan perilaku

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 17

higienis serta sanitasi di masyarakat dan sekolah melalui program Perilaku Hidup Sehat

dan Bersih (PHBS), program Cuci Tangan Pake Sabun (CPTS), mendukung perilaku baik

(good practices) dalam hal pengolahan dan penyimpanan air, dan lainnya.

3) Tips Dalam Memfasilitasi

Di samping teknik dan strategi fasilitasi di atas, fasilitator program SPBM juga perlu

mengenal dan mendalami Tips dalam memfasilitasi sebagai berikut :

Meyakinkan. Fasilitator perlu benar-benar menguasai materi dan proses belajar

yang dikelolanya karena fasilitator harus menentukan arah dan proses belajar.

Dengan begitu, fasilitator harus selalu punya persiapan yang baik, juga memiliki

beberapa alternatif rencana apabila rencana pertama tidak dapat dijalankan.

Bersikap terbuka. Fasilitator membangun suasana yang mendorong proses

saling belajar dan bertukar gagasan dengan membuat semua peserta merasa

diterima dan dianggap penting. Fasilitator membangun kerjasama tim agar peserta

berkontribusi terhadap kegiatan belajar. Fasilitator sendiri harus siap menerima

perbedaan pendapat dan penuh perhatian.

Fokus. Seorang fasilitator akan mendorong setiap peserta untuk berbagi

pengalamannya. Resikonya, pembicaraan bisa melebar kemana-mana. Fasilitator

harus menjaga agar diskusi tetap berada di jalurnya.

Menyadari keterbatasan diri sendiri dan orang lain. Seorang fasilitator yang

baik paham hal-hal apa saja yang bisa dicapai dalam satu kurun waktu, dan apa

saja yang bisa dibahas lain kesempatan. Juga paham gagasan apa yang bisa

diterapkan dan gagasan apa yang tidak praktis.

Selalu belajar mengkalkulasi. Fasilitator selalu tahu, berapa orang peserta yang

berbicara dan berapa yang diam saja. Siapa orang yang mengantuk, suka

meninggalkan ruangan, atau tidak memperhatikan lagi. Fasilitator kemudian

mencari cara untuk mengatasinya.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 17

higienis serta sanitasi di masyarakat dan sekolah melalui program Perilaku Hidup Sehat

dan Bersih (PHBS), program Cuci Tangan Pake Sabun (CPTS), mendukung perilaku baik

(good practices) dalam hal pengolahan dan penyimpanan air, dan lainnya.

3) Tips Dalam Memfasilitasi

Di samping teknik dan strategi fasilitasi di atas, fasilitator program SPBM juga perlu

mengenal dan mendalami Tips dalam memfasilitasi sebagai berikut :

Meyakinkan. Fasilitator perlu benar-benar menguasai materi dan proses belajar

yang dikelolanya karena fasilitator harus menentukan arah dan proses belajar.

Dengan begitu, fasilitator harus selalu punya persiapan yang baik, juga memiliki

beberapa alternatif rencana apabila rencana pertama tidak dapat dijalankan.

Bersikap terbuka. Fasilitator membangun suasana yang mendorong proses

saling belajar dan bertukar gagasan dengan membuat semua peserta merasa

diterima dan dianggap penting. Fasilitator membangun kerjasama tim agar peserta

berkontribusi terhadap kegiatan belajar. Fasilitator sendiri harus siap menerima

perbedaan pendapat dan penuh perhatian.

Fokus. Seorang fasilitator akan mendorong setiap peserta untuk berbagi

pengalamannya. Resikonya, pembicaraan bisa melebar kemana-mana. Fasilitator

harus menjaga agar diskusi tetap berada di jalurnya.

Menyadari keterbatasan diri sendiri dan orang lain. Seorang fasilitator yang

baik paham hal-hal apa saja yang bisa dicapai dalam satu kurun waktu, dan apa

saja yang bisa dibahas lain kesempatan. Juga paham gagasan apa yang bisa

diterapkan dan gagasan apa yang tidak praktis.

Selalu belajar mengkalkulasi. Fasilitator selalu tahu, berapa orang peserta yang

berbicara dan berapa yang diam saja. Siapa orang yang mengantuk, suka

meninggalkan ruangan, atau tidak memperhatikan lagi. Fasilitator kemudian

mencari cara untuk mengatasinya.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 18

Menggunakan waktu secara efektif. Kadang-kadang karena pembicaraan

melebar, waktu yang disediakan menjadi tidak cukup. Seorang fasilitator harus

pandai menjaga agar waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan baik. Hal

ini membutuhkan subyektivitas fasilitator untuk memperhitungkan: agar

penggunaan waktu tidak terlalu kaku, atau sebaliknya terlalu bebas.

Kreatif. Seorang fasilitator adalah seperti seorang seniman, yang

menggabungkan berbagai unsur (dinamika kelompok, penggunaan metode,

penggunaan media) agar tercipta sebuah keharmonisan dalam proses belajar.

Fasilitator adalah "seniman" yang berkreasi dalam menciptakan semangat dan

motivasi belajar peserta.

Pandai membaca situasi. Fasilitator yang baik, tahu betul kapan harus berhenti,

kapan harus menambah kecepatan, dll. Layaknya seorang pengemudi, seorang

fasilitator harus paham rambu-rambu lalulintas agar bisa berkendara secara aman

dan nyaman.

Menghormati dan memberi penghargaan. Fasilitator perlu belajar mengenali

kontribusi seseorang dan kemudian menyatakan penghargaannya. Fasilitator juga

selalu berpandangan positif terhadap semua peserta, menghargai pengetahuan,

pengalaman, tradisi atau kepercayaan yang dianut peserta.

Mengenali kekuatan dan kelemahan pribadi. Fasilitator selalu menganggap

evaluasi belajar sebagai masukan untuk memperbaiki diri. Fasilitator juga

mengenali keberhasilan dan ketidakberhasilan apa yang dicapai dalam kegiatan

belajar yang sudah dilaksanakan.

Tips fasilitasi partisipatif ini penting bagi fasilitator program SPBM, terutama dalam

memfasilitasi kegiatan-kegiatan seperti ; pelatihan lokakarya Participatory Hygiene and

Sanitation Transformation (PHAST) kepada kelompok perempuan (remaja dan laki-laki)

berkolaborasi dengan guru, pekerja kesehatan, pekerja sanitasi, ibu rumah tangga dan

kelompok terkait, pelatihan penyusunan administrasi dan pelaporan BKM/LKM serta KSM

Sanitasi; dan pelatihan lainnya yang menjadi tanggungjawab tim fasilitator.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 19

TIPS FASILITATOR DALAM KOMUNIKASI LISAN Berikut ini adalah tips bagi fasilitator dalam memfasilitasi sebuah proses dialogis yang juga merupakan proses komunikasi multi-arah secara tatap muka (verbal):

Sampaikan pesan dengan makna tunggal agar komunikasi efektif, jelas dan dipahami peserta sesuai dengan maksud kita.

Gunakan cara komunikasi yang baik karena cara berkomunikasi juga penting dalam mengatasi terjadinya perbedaan pendapat dan konflik. Tidak jarang apa yang disampaikan itu penting, tetapi tidak didengarkan orang lain karena caranya tidak sopan.

Sederhanakan bahasa, hindari bahasa teknis dan jargon agar pesan kita tidak diartikan secara berganda. Tidak mengerti bahasa ‘sekolahan’ bukan berarti bodoh.

Gunakan istilah dan bahasa yang cocok dengan tempat dan pesertanya. Berbicara dengan bahasa yang ‘membumi’ dan dipahami orang lain. Gunakan kalimat pendek dan sederhana (jangan berbelit-belit dan ‘sok ilmiah’) tetapi

mengena/memikat. Fokus tetap dijaga agar pembicaraan tidak kesana-kemari. Susunlah kalimat-kalimat kreatif yang bersifat POSITIF dan membangun. Citra Anda

selaku pembicara tercermin dalam kalimat-kalimat yang diucapkan. Pertimbangkan nilai-nilai yang dianut masyarakat/peserta dalam berbicara atau

menyampaikan gagasan. Selalu sampaikan argumentasi dan kerangka logis dari pandangan/pendapat Anda. Buat hal-hal rumit menjadi sederhana. Apabila belum siap membicarakan hal-hal

rumit, tunda saja terlebih dahulu, daripada terjadi miskomunikasi. Lakukan penekanan-penekanan terhadap gagasan atau pengalaman peserta

dengan cara mengutip kembali untuk membangun perasaan dihargai (didengarkan). Hindari menanggapi atau memotong perkataan orang lain dengan kata : TAPI.... Mendorong peserta untuk saling menanggapi. Jangan sibuk memikirkan apa yang akan diucapkan sementara orang lain sedang

bicara. Sebaiknya tidak berdebat, tetapi bertukar pikiran. Membuat proses dialog menjadi menyenangkan bagi para peserta. Jangan menyakiti hati orang lain dengan kata-kata ‘jelek’ (itu bodoh, salah,

ketinggalan jaman, ngawur, dsb). JANGAN PERNAH MENINGGIKAN SUARA! Berbicara jujur dan apa adanya (tidak sok tahu dan ingin tampil ‘pintar’). Hindari terlalu terfokus pada diri sendiri (berbicara tentang diri sendiri). Hindari perdebatan mengenai nilai-nilai. Tidak perlu terlalu banyak hal yang dibicarakan, cukup-cukup saja. Mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan. Mendorongpeserta untuk saling

mendengarkan.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 19

TIPS FASILITATOR DALAM KOMUNIKASI LISAN Berikut ini adalah tips bagi fasilitator dalam memfasilitasi sebuah proses dialogis yang juga merupakan proses komunikasi multi-arah secara tatap muka (verbal):

Sampaikan pesan dengan makna tunggal agar komunikasi efektif, jelas dan dipahami peserta sesuai dengan maksud kita.

Gunakan cara komunikasi yang baik karena cara berkomunikasi juga penting dalam mengatasi terjadinya perbedaan pendapat dan konflik. Tidak jarang apa yang disampaikan itu penting, tetapi tidak didengarkan orang lain karena caranya tidak sopan.

Sederhanakan bahasa, hindari bahasa teknis dan jargon agar pesan kita tidak diartikan secara berganda. Tidak mengerti bahasa ‘sekolahan’ bukan berarti bodoh.

Gunakan istilah dan bahasa yang cocok dengan tempat dan pesertanya. Berbicara dengan bahasa yang ‘membumi’ dan dipahami orang lain. Gunakan kalimat pendek dan sederhana (jangan berbelit-belit dan ‘sok ilmiah’) tetapi

mengena/memikat. Fokus tetap dijaga agar pembicaraan tidak kesana-kemari. Susunlah kalimat-kalimat kreatif yang bersifat POSITIF dan membangun. Citra Anda

selaku pembicara tercermin dalam kalimat-kalimat yang diucapkan. Pertimbangkan nilai-nilai yang dianut masyarakat/peserta dalam berbicara atau

menyampaikan gagasan. Selalu sampaikan argumentasi dan kerangka logis dari pandangan/pendapat Anda. Buat hal-hal rumit menjadi sederhana. Apabila belum siap membicarakan hal-hal

rumit, tunda saja terlebih dahulu, daripada terjadi miskomunikasi. Lakukan penekanan-penekanan terhadap gagasan atau pengalaman peserta

dengan cara mengutip kembali untuk membangun perasaan dihargai (didengarkan). Hindari menanggapi atau memotong perkataan orang lain dengan kata : TAPI.... Mendorong peserta untuk saling menanggapi. Jangan sibuk memikirkan apa yang akan diucapkan sementara orang lain sedang

bicara. Sebaiknya tidak berdebat, tetapi bertukar pikiran. Membuat proses dialog menjadi menyenangkan bagi para peserta. Jangan menyakiti hati orang lain dengan kata-kata ‘jelek’ (itu bodoh, salah,

ketinggalan jaman, ngawur, dsb). JANGAN PERNAH MENINGGIKAN SUARA! Berbicara jujur dan apa adanya (tidak sok tahu dan ingin tampil ‘pintar’). Hindari terlalu terfokus pada diri sendiri (berbicara tentang diri sendiri). Hindari perdebatan mengenai nilai-nilai. Tidak perlu terlalu banyak hal yang dibicarakan, cukup-cukup saja. Mendengarkan, mendengarkan, dan mendengarkan. Mendorongpeserta untuk saling

mendengarkan.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 20

3.3. Teknik Penggunaan Media Dalam Pendampingan Masyarakat

3.3.1. Penggunaan Media Berdasar Model Komunikasi

1) Media Komunikasi Konvensional

Media adalah saluran (“medium”) untuk menyampaikan informasi /pesan dari

komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan). Tujuannya

adalah pesan sampai kepada komunikan (penerima) sesuai dengan yang

dimaksud oleh komunikator (sumber informasi) untuk bisa mempengaruhi

penerima informasi (perubahan perilaku tertentu).

Model komunikasi konvensional menetapkan isi pesan dan media yang

dipergunakan, lebih dalam rangka pencapaian tujuan komunikasi si pemberi

pesan. Proses yang dikembangkan adalah satu arah dengan umpan balik hanya

sebagai cara memeriksa apakah pesan telah diterima dengan baik.

Bisa saja model komunikasi konvensional menggunakan media yang

penggunaannya secara partisipatif, namun hakekatnya tetap sama yaitu

menyampaikan pesan/informasi yang ditetapkan secara sepihak. Misalnya:

menyampaikan materi pengenalan teknologi pertanian baru dengan menggunakan

media poster sebagai bahan diskusi, tetapi bertujuan untuk ’mengarahkan’ peserta

agar menerima teknologi itu. Ini berarti media yang dikembangkan hanya

merupakan alat untuk mengefektifkan ’penyuluhan’ teknologi baru tersebut.

2) Media Komunikasi Partisipatif

Komunikasi dalam paradigma partisipatoris adalah berbagi pengetahuan dan

pengalaman dalam menganalisis masalah, mengidentifikasi penyelesaian, dan

melaksanakannya. Komunikasi bukanlah menginformasikan atau mempromosikan

sesuatu agar publik tertarik, melainkan membangun suatu pemahaman tentang

kehidupan dan lingkungan melalui penggunaan pengetahuan dan informasi yang

relevan.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 21

Tujuan komunikasi bukanlah agar pesan dan informasi pembangunan diterima

masyarakat, melainkan memotret realitas yang perlu diperbaiki melalui proses

pembangunan. Dengan begitu, media digunakan bukan sekedar menyampaikan

informasi, melainkan lebih memprioritaskan pada membangun proses komunikasi

dialogis. Media yang demikian seharusnya memungkinkan masyarakat

berpartisipasi aktif dalam menyampaikan pengalaman, pikiran, dan pendapatnya.

3.3.2. Penggunaan Media Dalam Pembelajaran

1) Media Belajar Konvensional

Media belajar konvensional disebut juga sebagai media mengajar. Pengguna

media mengajar lebih banyak ‘guru’. Media lebih banyak digunakan untuk

memperjelas materi yang ingin disampaikan guru kepada para ‘murid’. Sifat media

yang demikian tidak membangun proses diskusi dan dialog. Walaupun media

digunakan oleh peserta belajar (murid), namun semangat dari penggunaan

medianya adalah untuk membantu transfer pengetahuan dari guru kepada para

murid. Bukan untuk membantu peserta belajar memahami realita kehidupannya,

mengkritisi, dan kemudian mengembangkan kesimpulan dan mengkaitkan antara

suatu teori/konsep dengan realita tersebut.

2) Media Pembelajaran Partisipatif

Merujuk kembali kepada konsep pembelajaran Paulo Freire, media partisipatif

adalah alat yang dirancang untuk membantu peserta belajar menguraikan realita

kehidupannya. Jadi, media lebih banyak digunakan oleh peserta, bukan alat bantu

fasilitator. Fasilitator membantu menyiapkan media yang dapat mempermudah

pembelajaran peserta. Pembelajaran partisipatif sebenarnya mengutamakan

penggunaan media lokal yang dikembangkan oleh peserta belajar sendiri untuk

meningkatkan efektivitas proses pembelajarannya. Apa yang dimaksud dengan

media lokal? Media lokal adalah media yang alat, bahan, dan teknologinya

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 21

Tujuan komunikasi bukanlah agar pesan dan informasi pembangunan diterima

masyarakat, melainkan memotret realitas yang perlu diperbaiki melalui proses

pembangunan. Dengan begitu, media digunakan bukan sekedar menyampaikan

informasi, melainkan lebih memprioritaskan pada membangun proses komunikasi

dialogis. Media yang demikian seharusnya memungkinkan masyarakat

berpartisipasi aktif dalam menyampaikan pengalaman, pikiran, dan pendapatnya.

3.3.2. Penggunaan Media Dalam Pembelajaran

1) Media Belajar Konvensional

Media belajar konvensional disebut juga sebagai media mengajar. Pengguna

media mengajar lebih banyak ‘guru’. Media lebih banyak digunakan untuk

memperjelas materi yang ingin disampaikan guru kepada para ‘murid’. Sifat media

yang demikian tidak membangun proses diskusi dan dialog. Walaupun media

digunakan oleh peserta belajar (murid), namun semangat dari penggunaan

medianya adalah untuk membantu transfer pengetahuan dari guru kepada para

murid. Bukan untuk membantu peserta belajar memahami realita kehidupannya,

mengkritisi, dan kemudian mengembangkan kesimpulan dan mengkaitkan antara

suatu teori/konsep dengan realita tersebut.

2) Media Pembelajaran Partisipatif

Merujuk kembali kepada konsep pembelajaran Paulo Freire, media partisipatif

adalah alat yang dirancang untuk membantu peserta belajar menguraikan realita

kehidupannya. Jadi, media lebih banyak digunakan oleh peserta, bukan alat bantu

fasilitator. Fasilitator membantu menyiapkan media yang dapat mempermudah

pembelajaran peserta. Pembelajaran partisipatif sebenarnya mengutamakan

penggunaan media lokal yang dikembangkan oleh peserta belajar sendiri untuk

meningkatkan efektivitas proses pembelajarannya. Apa yang dimaksud dengan

media lokal? Media lokal adalah media yang alat, bahan, dan teknologinya

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 22

tersedia di masyarakat itu sendiri. Apabila FASILITATOR MASYARAKAT bekerja

di masyarakat yang masih belum tersentuh teknologi media (media cetak, audio,

audio visual, multimedia), FASILITATOR MASYARAKAT dapat mengembangkan

media-media dengan teknologi dijital bersama masyarakat sebagai kegiatan

pembelajaran dan penguatan kapasitas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan dan menggunakan media

dalam memfasilitasi pembelajaran adalah :

Media yang dikembangkan dan dipergunakan dalam fasilitasi tidak boleh

terlalu bersifat memberi informasi dan tidak bersifat instruksional, tetapi lebih

bersifat mengajukan permasalahan yang ada.

Penyajian media yang ada harus diikuti dengan fasilitasi dan pembahasan oleh

para peserta dengan jalan menjawab atau memfasilitasikan berbagai

pertanyaan yang diajukan oleh fasilitator, sesuai dengan siklus belajar

berdasarkan pengalaman :

o Mengalami

o Mengungkapkan pengalaman

o Analisis

o Menarik kesimpulan

o Menerapkan, yang akhirnya menimbulkan pengalaman baru

Peran peserta lebih aktif dalam menggunakan media yang ada sebagai alat

untuk “mengalami dan mengungkapkan pengalaman”. Sedangkan peran

fasilitator lebih untuk menyimpulkan hasil-hasil yang dicapai.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 23

Skema 3.3. Penggunaan Media dalam Daur POD

3.3.3. Persiapan Penggunaan Media Pembelajaran

1) Mengenali Media Pembelajaran

Pelajari dan kuasai materi dan tujuan pembelajarannya, kemudian pilihlah jenis, fungsi

dan cara penggunaan media yang cocok untuk tujuan pembelajaran tersebut.

o Jenis media yang dipergunakan merupakan pilihan format media yang akan

digunakan, apakah akan menggunakan media praktek, poster, buklet, brosur, atau

Fasilitator Masyarakat. Ini akan berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam

menggunakan media, misalnya: media brosur atau buklet kurang tepat digunakan

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 23

Skema 3.3. Penggunaan Media dalam Daur POD

3.3.3. Persiapan Penggunaan Media Pembelajaran

1) Mengenali Media Pembelajaran

Pelajari dan kuasai materi dan tujuan pembelajarannya, kemudian pilihlah jenis, fungsi

dan cara penggunaan media yang cocok untuk tujuan pembelajaran tersebut.

o Jenis media yang dipergunakan merupakan pilihan format media yang akan

digunakan, apakah akan menggunakan media praktek, poster, buklet, brosur, atau

Fasilitator Masyarakat. Ini akan berhubungan dengan kemampuan khalayak dalam

menggunakan media, misalnya: media brosur atau buklet kurang tepat digunakan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 24

untuk khalayak yang terbatas kemampuan membacanya; untuk khalayak ini,

Fasilitator Masyarakat, poster tunggal atau poster seri akan lebih tepat. Selain itu,

pilihan jenis media juga tergantung pada tujuan/fungsi penggunaan media tersebut,

misalnya: buklet biasanya bersifat informasional dan instruksional, komik biasanya

bersifat cerita untuk bahan diskusi kasus, Fasilitator Masyarakat bisa bersifat

dokumenter maupun kasus yang menggugah, dan sebagainya.

o Cara kerja media menyangkut karakteristik media tersebut baik berdasarkan

jenis/format maupun tujuan/fungsi medianya. Misal: poster digunakan untuk diskusi

kelompok; Film ditayangkan sebagai pengantar diskusi kelompok; buklet digunakan

sebagai bahan bacaan untuk dibawa pulang; drama dilanjutkan dengan diskusi

refleksi, dan sebagainya.

Pelajari cara mempergunakan media tersebut dalam keseluruhan proses

pembelajaran. Sebaiknya media itu dicoba terlebih dahulu sebelum dipergunakan

dalam kelompok belajar, terutama media yang memerlukan alat bantu seperti tayangan

slide dan film.

2) Tips Dalam Penentuan Media Belajar

Dalam memilih, menyiapkan dan merancang media belajar, fasilitator perlu menguasai

beberapa hal, yaitu: jenis media, fungsi media, cara membuat, dan cara kerjanya. Dalam

penggunaannya, media yang dipilih perlu memperhatikan karakteristik peserta belajarnya,

terutama tingkat literasi mereka (kemampuan membaca-menulis dan memahami media).

Bagi seorang fasilitator, penting untuk memiliki keterampilan mengembangkan jenis

media yang mudah dibuat sendiri (media by design) meskipun bukannya tidak boleh

menggunakan media jadi yang siap pakai (media to use). Fasilitator dapat mengumpulkan

media dari berbagai sumber dan memanfaatkannya untuk kegiatan pembelajaran

kelompok apabila relevan atau sesuai dengan kebutuhan. Media yang bisa dipersiapkan

atau dibuat secara cepat oleh fasilitator sendiri antara lain:

Lembar penugasan (kelompok/perorangan)

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 25

Lembar kasus/cerita

Lembar praktek (panduan praktek)

Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen

Permainan

Gambar sederhana

Foto-foto (dari arsip foto)

Transparansi (yang sudah diisi)

Kartu metaplan (yang sudah diisi)

Flipchart (yang sudah diisi)

Media yang perlu dikembangkan secara khusus dan dalam pengembangannya bisa

melibatkan peserta belajar, antara lain:

Komik/cerita bergambar

Fotonovela (komik foto)

Poster/poster seri

Fasilitator Masyarakatlm video

Boneka/wayang (puppet-show)

Kaset cerita

Lembar balik bergambar (flipchart)

“Dongeng dijital”

Perhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam

menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan slide, Fasilitator Masyarakat dan

‘dongeng dijital’ dapat disajikan dengan menggunakan layar untuk semua peserta

dalam sebuah kelas belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster serial atau komik

foto (fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok

kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.

Pelajari pro Fasilitator Masyarakat peserta belajar sebagai pertimbangan agar media

yang akan disiapkan benar-benar bisa membantu peserta untuk belajar. Media akan

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 25

Lembar kasus/cerita

Lembar praktek (panduan praktek)

Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen

Permainan

Gambar sederhana

Foto-foto (dari arsip foto)

Transparansi (yang sudah diisi)

Kartu metaplan (yang sudah diisi)

Flipchart (yang sudah diisi)

Media yang perlu dikembangkan secara khusus dan dalam pengembangannya bisa

melibatkan peserta belajar, antara lain:

Komik/cerita bergambar

Fotonovela (komik foto)

Poster/poster seri

Fasilitator Masyarakatlm video

Boneka/wayang (puppet-show)

Kaset cerita

Lembar balik bergambar (flipchart)

“Dongeng dijital”

Perhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam

menggunakan media tersebut. Misalnya, tayangan slide, Fasilitator Masyarakat dan

‘dongeng dijital’ dapat disajikan dengan menggunakan layar untuk semua peserta

dalam sebuah kelas belajar berjumlah 20 - 30 orang, tetapi poster serial atau komik

foto (fotonovela) berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok

kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal.

Pelajari pro Fasilitator Masyarakat peserta belajar sebagai pertimbangan agar media

yang akan disiapkan benar-benar bisa membantu peserta untuk belajar. Media akan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 26

menghambat kegiatan belajar kalau tidak mudah digunakan. Media akan sulit

digunakan kalau tidak cocok dengan karakteristik peserta.

3) Media Belajar Untuk Masyarakat

Salah satu tantangan sebagai fasilitator adalah merancang metode dan media yang

cocok (tepatguna) dengan peserta belajar. Apabila peserta belajar adalah masyarakat

buta huruf (illiterate) atau tingkat bacanya rendah (low-literate), sebaiknya digunakan

media yang:

Tidak terlalu banyak tulisan (tulisannya dikurangi); tulisan sebaiknya hanya untuk

hal-hal pokok saja dan usahakan kalimat-kalimatnya lebih pendek dan memakai

huruf berukuran besar

Gambarnya lebih banyak; gambar menjadi komponen yang utama dalam media

tersebut. Buatlah gambar yang sederhana dan jelas.

Formatnya besar; poster tunggal atau lembar balik akan lebih tepat daripada

buklet, meskipun keduanya mengandung gambar yang banyak.

Visual sesuai dengan kenyataan; sebaiknya tidak menggunakan gambar karikatur

atau gambar yang abstrak. Buatlah gambar yang realistis atau naturalis.

3.3.4. Teknik Menggunakan Media Pembelajaran

Berikut ini adalah contoh-contoh teknik menggunakan media berdasarkan fungsi media

yang berbeda di dalam suatu pembelajaran kelompok, yaitu: sebagai alat berbagi

pengalaman, sebagai alat berbagi peran, sebagai alat penyadaran dan motivasional,

sebagai alat bantu penjelasan, sebagai alat analisis, dan sebagainya. Walau jenis dan

fungsi media berbeda, namun secara umum penggunaan media tetap mengacu pada

daur pembelajaran berbasis pengalaman peserta. Sebaiknya kita menghindari

penggunaan media sebagai bahan ceramah saja.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 27

Suatu media bisa mencakup beberapa fungsi sekaligus, namun biasanya terdapat fungsi

tertentu yang ditonjolkan. Berikut ini adalah contoh-contoh teknik penggunaan media

untuk berbagai fungsi berbeda.

Media sebagai Alat Berbagi Pengalaman (Media Diskusi)

Fasilitator membagikan media kepada kelompok dan menjelaskan cara

menggunakannya sebagai bahan diskusi (misal: media gambar, “fotonovela” atau

komik foto, lembar kasus, dan sebagainya).

Peserta melaksanakan diskusi kelompok dengan menggunakan media tersebut.

Pada saat pleno, kelompok juga menggunakan media untuk menampilkan hasil

kerjanya, misalnya:

o Hasil diskusi ditampilkan dalam bentuk visual (gambar, skema, tabel)

o Hasil analisa kasus dirumuskan di atas flipchart

o Pelajaran-pelajaran ditulis di atas kartu-kartu metaplan, dan sebagainya.

Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi pengalaman adalah media yang bisa

mendorong semua peserta untuk berdiskusi dan bertukar pikiran/informasi (dalam diskusi

kelompok atau pleno).

Media sebagai Alat Berbagi Peran

Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media untuk melaksanakan suatu kegiatan

(tugas tim), misalnya:

o Lembar praktek/kerja kelompok

o Panduan simulasi/bermain peran

o Media untuk melakukan permainan (games)

Peserta menggunakan media untuk melaksanakan suatu kegiatan dan melakukan

pembagian tugas di antara mereka (siapa mengerjakan apa).

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 27

Suatu media bisa mencakup beberapa fungsi sekaligus, namun biasanya terdapat fungsi

tertentu yang ditonjolkan. Berikut ini adalah contoh-contoh teknik penggunaan media

untuk berbagai fungsi berbeda.

Media sebagai Alat Berbagi Pengalaman (Media Diskusi)

Fasilitator membagikan media kepada kelompok dan menjelaskan cara

menggunakannya sebagai bahan diskusi (misal: media gambar, “fotonovela” atau

komik foto, lembar kasus, dan sebagainya).

Peserta melaksanakan diskusi kelompok dengan menggunakan media tersebut.

Pada saat pleno, kelompok juga menggunakan media untuk menampilkan hasil

kerjanya, misalnya:

o Hasil diskusi ditampilkan dalam bentuk visual (gambar, skema, tabel)

o Hasil analisa kasus dirumuskan di atas flipchart

o Pelajaran-pelajaran ditulis di atas kartu-kartu metaplan, dan sebagainya.

Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi pengalaman adalah media yang bisa

mendorong semua peserta untuk berdiskusi dan bertukar pikiran/informasi (dalam diskusi

kelompok atau pleno).

Media sebagai Alat Berbagi Peran

Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media untuk melaksanakan suatu kegiatan

(tugas tim), misalnya:

o Lembar praktek/kerja kelompok

o Panduan simulasi/bermain peran

o Media untuk melakukan permainan (games)

Peserta menggunakan media untuk melaksanakan suatu kegiatan dan melakukan

pembagian tugas di antara mereka (siapa mengerjakan apa).

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 28

Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi peran adalah media yang mendorong

kegiatan bersama (melibatkan sesama peserta atau peserta dengan fasilitator untuk

melaksanakan kegiatan bersama).

Media sebagai Alat Penyadaran/Motivasional

Apabila media akan digunakan peserta, fasilitator menjelaskancara menggunakan

media untuk melakukan suatu kegiatan (poster, role-play, lembar kasus, drama,

permainan). Fasilitator bisa juga menayangkan media yang menggugah (cuplikan

Fasilitator Masyarakat, “dongeng dijital”) untuk dilanjutkan dengan diskusi

pembahasan.

Untuk mengembangkan proses penyadaran, fasilitator mempersiapkan pertanyaan

kunci yang bersifat refleksi sikapnilai (renungan). Peserta menarik pelajaran (lesson

learned) dari kegiatan/media tersebut dan melakukan perenungan bersama.

Untuk mengembangkan proses motivasional, fasilitator menyiapkan pertanyaan kunci

untuk mengembangkan pendapat, gagasan tindakan terhadap situasi nyata yang

mereka alami yang serupa dengan situasi yang ditampilkan dalam media.

Pengertian kunci: Media penyadaran adalah media yang bersifat menggugah perasaan

dan mendorong peserta merefleksi sikap-nilai mereka. Media motivasional adalah media

yang menimbulkan semangat untuk bertindak dan memecahkan masalah yang terjadi

dalam situasi nyata peserta.

Media sebagai Alat Bantu Penjelasan

Fasilitator menggunakan media untuk menjelaskan, misalnya:

o Transparansi atau powerpoint slide untuk menjelaskan materi belajar atau tugas

kelompok (metode ceramah)

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 29

o Flipchart untuk menjelaskan penugasan kepada peserta kartu-kartu metaplan untuk

menjelaskan kesimpulan diskusi pleno, dan sebagainya.

Media juga bisa digunakan oleh peserta untuk menjelaskan sesuatu (misal: gambar,

flipchart, metaplan, transparansi, power point, dan sebagainya).

Fasilitator kemudian meminta semua peserta untuk memberikan tanggapan, masukan,

komentar, atau pertanyaan terhadap penjelasan.

Pengertian kunci: Media sebagai alat bantu adalah media yang bisa digunakan oleh

fasilitator maupun peserta untuk menjelaskan sesuatu pembahasan (presentasi, ceramah,

memberi penjelasan, dan sebagainya).

Media sebagai Alat Analisa Masalah

Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media sebagai bahan diskusi analisis

(misal: media gambar, lembar kasus, panduan role play, format analisa SWOT atau

format analisa pohon masalah, dsb.).

Peserta menggunakan media untuk melakukan analisa masalah, sebab-akibat

masalah, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan pilihan tindakan.

Pengertian kunci: Media analisa masalah digunakan sebagai alat bantu untuk melihat

semua sudut pandang dan faktor yang saling berkaitan terhadap suatu permasalahan.

Media ini harus bisa menggambarkan suatu kerangka atau sistem pemikiran agar mudah

dianalisa.

Media Praktek

Fasilitator menjelaskan tujuan praktek dan berbagai media praktek (alat dan bahan)

apa saja yang digunakan. Media praktek yang diperlukan tentunya tergantung pada

jenis keterampilan yang dilatihkan, misalnya: praktek pembuatan pupuk kandang,

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 29

o Flipchart untuk menjelaskan penugasan kepada peserta kartu-kartu metaplan untuk

menjelaskan kesimpulan diskusi pleno, dan sebagainya.

Media juga bisa digunakan oleh peserta untuk menjelaskan sesuatu (misal: gambar,

flipchart, metaplan, transparansi, power point, dan sebagainya).

Fasilitator kemudian meminta semua peserta untuk memberikan tanggapan, masukan,

komentar, atau pertanyaan terhadap penjelasan.

Pengertian kunci: Media sebagai alat bantu adalah media yang bisa digunakan oleh

fasilitator maupun peserta untuk menjelaskan sesuatu pembahasan (presentasi, ceramah,

memberi penjelasan, dan sebagainya).

Media sebagai Alat Analisa Masalah

Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media sebagai bahan diskusi analisis

(misal: media gambar, lembar kasus, panduan role play, format analisa SWOT atau

format analisa pohon masalah, dsb.).

Peserta menggunakan media untuk melakukan analisa masalah, sebab-akibat

masalah, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan pilihan tindakan.

Pengertian kunci: Media analisa masalah digunakan sebagai alat bantu untuk melihat

semua sudut pandang dan faktor yang saling berkaitan terhadap suatu permasalahan.

Media ini harus bisa menggambarkan suatu kerangka atau sistem pemikiran agar mudah

dianalisa.

Media Praktek

Fasilitator menjelaskan tujuan praktek dan berbagai media praktek (alat dan bahan)

apa saja yang digunakan. Media praktek yang diperlukan tentunya tergantung pada

jenis keterampilan yang dilatihkan, misalnya: praktek pembuatan pupuk kandang,

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 30

praktek pembibitan, praktek pembuatan teras kebun, praktek pembuatan obat

tradisional, dan sebagainya.

Fasilitator menjelaskan langkah-langkah atau prosedur praktek dan penggunaan

berbagai alat dan bahan pada setiap langkah atau tahap kerja.

Fasilitator mendemonstrasikan penggunaan alat/bahan pada setiap langkah praktel

dengan diikuti peserta atau peserta melakukan sendiri setiap langkah dengan

didampingi fasilitator.

Fasilitator mengajak peserta mendiskusikan proses dan hasil praktek: apakah

keterampilan baru ini perlu penyesuaian atau adaptasi dengan kebutuhan atau

keadaan lokal, apakah perlu ujicoba, dan sebagainya.

Pengertian kunci: Media praktek adalah alat bantu untuk belajar keterampilan tertentu,

terutama keterampilan mekanis/penggunaan alat dan prosedur kerjanya. Keterampilan ini

hanya dapat dikuasai apabila dilakukan (dipraktekkan) berkali-kali. Biasanya media

praktek ini satu paket dengan media instruksional (media petunjuk teknis).

Media Berfungsi Tunggal

Fasilitator membagikan media berfungsi tunggal (misalnya: bahan serahan, referensi,

sumber acuan, dan sebagainya.) dan menjelaskan topik (isinya) secara garis besar.

Media bisa dibawa pulang oleh peserta.

Pengertian kunci: Media berfungsi tunggal adalah media yang digunakan peserta secara

mandiri dalam kegiatan belajarnya sendiri.

Tips Penggunaan Media

Kalau media akan digunakan peserta, selalu jelaskan terlebih dahulu bagaimana cara

menggunakannya.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 31

Perhatikan keterjangkauan pandangan peserta terhadap media:

o Jika menggunakan poster tunggal atau poster seri, poster harus dipajang

sedemikian rupa, sehingga setiap peserta dapat melihat gambar atau membaca

tulisannya dengan jelas. Jangan sampai terdapat penghalang, bayangan, atau

pantulan cahaya yang dapat mengganggu pandangan. Poster ditempatkan sebatas

tinggi pandangan mata seluruh peserta, tetapi masih dapat dijangkau oleh penyaji

sendiri.

o Apabila menggunakan brosur, komik, atau buklet, setiap peserta hendaknya dapat

menyimak isi media tersebut secara seksama. Media sebaiknya dipergunakan oleh

kelompok kecil saja.

o Dalam hal pemutaran tayangan slide (sound-slide), usahakan agar gambar yang

ditampilkan pada layar dapat dilihat dengan baik. Harus diperhatikan jarak antara

layar dengan proyektor, sesuai dengan keadaan ruangan. Rekaman suara yang

berasal dari kaset juga harus terdengar dengan jelas.

o Apabila fasilitator menulis sesuatu di atas papan tulis, flipchart, atau metaplan,

ukuran huruf harus tepat (terbaca) dan jenis huruf balok terutama kalau tulisan

tangannya jelek. Kombinasikan penggunaan media supaya peserta mengalami

berbagai hal: mendengar, membaca, menulis, menggambar, menceritakan

/menjelaskan, mengalami/melakukan, dan sebagainya.

3.4. Teknik Bertanya dan Mendengarkan Dalam Pertemuan Warga

Banyak orang berpikir bahwa yang paling diperlukan fasilitator adalah keterampilan

berbicara di depan orang banyak. Memang benar, fasilitator sering berbicara di depan

banyak orang. Misalnya, dengan memberi pengantar atau mengajukan pertanyaan.

Namun, keterampilan terpenting yang perlu dimiliki sebenamya adalah keterampilan

mendengarkan.

Seorang fasilitator yang baik, selain mampu mendengarkan dengan cara yang tepat, juga

mampu mengembangkan proses agar peserta dapat saling mendengarkan. Tidak jarang,

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 31

Perhatikan keterjangkauan pandangan peserta terhadap media:

o Jika menggunakan poster tunggal atau poster seri, poster harus dipajang

sedemikian rupa, sehingga setiap peserta dapat melihat gambar atau membaca

tulisannya dengan jelas. Jangan sampai terdapat penghalang, bayangan, atau

pantulan cahaya yang dapat mengganggu pandangan. Poster ditempatkan sebatas

tinggi pandangan mata seluruh peserta, tetapi masih dapat dijangkau oleh penyaji

sendiri.

o Apabila menggunakan brosur, komik, atau buklet, setiap peserta hendaknya dapat

menyimak isi media tersebut secara seksama. Media sebaiknya dipergunakan oleh

kelompok kecil saja.

o Dalam hal pemutaran tayangan slide (sound-slide), usahakan agar gambar yang

ditampilkan pada layar dapat dilihat dengan baik. Harus diperhatikan jarak antara

layar dengan proyektor, sesuai dengan keadaan ruangan. Rekaman suara yang

berasal dari kaset juga harus terdengar dengan jelas.

o Apabila fasilitator menulis sesuatu di atas papan tulis, flipchart, atau metaplan,

ukuran huruf harus tepat (terbaca) dan jenis huruf balok terutama kalau tulisan

tangannya jelek. Kombinasikan penggunaan media supaya peserta mengalami

berbagai hal: mendengar, membaca, menulis, menggambar, menceritakan

/menjelaskan, mengalami/melakukan, dan sebagainya.

3.4. Teknik Bertanya dan Mendengarkan Dalam Pertemuan Warga

Banyak orang berpikir bahwa yang paling diperlukan fasilitator adalah keterampilan

berbicara di depan orang banyak. Memang benar, fasilitator sering berbicara di depan

banyak orang. Misalnya, dengan memberi pengantar atau mengajukan pertanyaan.

Namun, keterampilan terpenting yang perlu dimiliki sebenamya adalah keterampilan

mendengarkan.

Seorang fasilitator yang baik, selain mampu mendengarkan dengan cara yang tepat, juga

mampu mengembangkan proses agar peserta dapat saling mendengarkan. Tidak jarang,

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 32

kita lebih suka bicara daripada mendengarkan orang lain. Karena itu kita perlu latihan

meningkatkan kemampuan mendengarkan orang lain secara baik. Apakah triks-triks yang

Anda punya untuk bisa melakukan itu? Bab ini akan memaparkan sejumlah teknik dan

triks mengajukan pertanyaan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan

menangkap (mendengarkan) apa yang disampaikan oleh pembicara.

3.4.1. Mengenali Gaya Komunikasi Peserta

Mengamati peserta merupakan hal penting yang harus dilakukan seorang fasilitator.

Fasilitator menganggap keberagaman peserta sebagai situasi yang perlu dihadapi, bukan

sebagai masalah. Setiap peserta memiliki karakteristik dan gaya komunikasi personal

yang berbeda, misalnya:

• Bicara panjang lebar dan berputar-putar;

• Bicara sedikit dan lebih banyak menjadi pendengar;

• Hanya bicara bila ditanya;

• Disertai humor (suka melucu);

• Meledak-ledak (penuh semangat, bersuara keras);

• Bersuara pelan;

• Malu berbicara di depan publik (demam panggung);

• Pintar (banyak teori);

• Komentator (suka 'nyeletuk');

• Suka mengejek;

• Praktis (tidak suka teori);

• Negatif (pesimis);

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 33

• Optimis.

Fasilitator tidak boleh mengkritik karakteristik dan gaya komunikasi individual, melainkan

mendorong sikap positif terhadap perbedaan tersebut. Beberapa karakter yang kurang

mendukung seperti suka mengejek pendapat peserta lain, berkomentar jelek, dan

menentang terus (negatif), tentunya perlu diatasi agar menjadi lebih positif. Apabila

diskusi berjalan baik, cobalah untuk pergi ke luar lingkaran peserta, dan perhatikan

(observasi) dari bangku belakang, bagaimana proses diskusi antar peserta berlangsung.

Akan ada banyak hal yang Anda bisa lihat apabila mata Anda jeli tentang bagaimana

komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal terjadi di dalam forum.

3.4.2. Mendengar dan "Mendengarkan"

Apakah bedanya mendengar dan "mendengarkan"? Apakah bedanya menggambar dan

"menggambarkan"? Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga,

sedangkan mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara yang masuk

ke telinga menjadi lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis

tangan kita dengan pinsil atau alat tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang

kedua adalah menggambarkan bentuk yang lebih bermakna.

Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan

itu membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara.

Ketika si pembicara mengatakan "Saya setuju bahwa…." Maka kita ajukan pertanyaan:

"Apa yang Anda setuju tadi….? Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau

juga mendorong orang lain untuk mendengar secara lebih baik. Apabila terdapat peserta

yang berbicara berputar-putar dan nampak tidak yakin apakah penjelasannya ditangkap

oleh audiens sehingga dia mengulang-ulang dan menjadi bingung sendiri, triks

paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK

yang ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 33

• Optimis.

Fasilitator tidak boleh mengkritik karakteristik dan gaya komunikasi individual, melainkan

mendorong sikap positif terhadap perbedaan tersebut. Beberapa karakter yang kurang

mendukung seperti suka mengejek pendapat peserta lain, berkomentar jelek, dan

menentang terus (negatif), tentunya perlu diatasi agar menjadi lebih positif. Apabila

diskusi berjalan baik, cobalah untuk pergi ke luar lingkaran peserta, dan perhatikan

(observasi) dari bangku belakang, bagaimana proses diskusi antar peserta berlangsung.

Akan ada banyak hal yang Anda bisa lihat apabila mata Anda jeli tentang bagaimana

komunikasi kelompok dan komunikasi interpersonal terjadi di dalam forum.

3.4.2. Mendengar dan "Mendengarkan"

Apakah bedanya mendengar dan "mendengarkan"? Apakah bedanya menggambar dan

"menggambarkan"? Mendengar yang pertama adalah memasukkan suara ke telinga,

sedangkan mendengar yang kedua (mendengarkan) adalah mengolah suara yang masuk

ke telinga menjadi lebih bermakna. Menggambar yang pertama adalah kerja teknis

tangan kita dengan pinsil atau alat tulis di atas kertas, sedangkan menggambar yang

kedua adalah menggambarkan bentuk yang lebih bermakna.

Untuk mendengar secara lebih bermakna, kita dibantu sejumlah pertanyaan. Pertanyaan

itu membuat kita lebih mengerti makna dari pernyataan atau ucapan dari si pembicara.

Ketika si pembicara mengatakan "Saya setuju bahwa…." Maka kita ajukan pertanyaan:

"Apa yang Anda setuju tadi….? Sehingga kita menjadi pendengar yang lebih baik, atau

juga mendorong orang lain untuk mendengar secara lebih baik. Apabila terdapat peserta

yang berbicara berputar-putar dan nampak tidak yakin apakah penjelasannya ditangkap

oleh audiens sehingga dia mengulang-ulang dan menjadi bingung sendiri, triks

paraphrasing diperlukan untuk membantu si pembicara memperjelas GAGASAN POKOK

yang ingin disampaikannya. Itu juga berarti kita mendengarkan si pembicara secara lebih

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 34

baik dan membantu audiens untuk mendengarkan secara lebih baik. Untuk peserta atau

pembicara ang 'pelit' bicara, atau peserta yang kesulitan menyampaikan gagasannya

secara lengkap, triks "drawing people out" diperlukan. Triks ini dimaksudkan untuk

meminta pembicara menjelaskan lagi pernyataannya dan atau mengklarifikasi, serta

merumuskan kembali gagasan pokoknya. Triks "mirroring" serupa tapi tidak sama dengan

paraphrasing, karena menyampaikan kembali pembicaraan peserta tetapi dengan

mengutip kembali kalimatnya secara lengkap. Jadi, fasilitator tidak menggunakan

kalimatnya sendiri melainkan kalimat si peserta (si pembicara) seperti apa adanya.

3.4.3. Trik-Trik Mendengarkan

Triks-1: Membahasakan Kembali (Paraphrasing)

Membahasakan kembali merupakan teknik yang paling penting untuk dipelajari. Teknik

ini merupakan dasar dari teknik lainnya.

Teknik ini bersifat menenangkan, membuat peserta paham bahwa ucapannya

dimengerti orang lain. Terutama digunakan untuk menanggapi jawaban yang berbelit

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 35

dan membingungkan. Bagaimana caranya? Gunakan kalimat sendiri untuk

membahasakan kembali jawaban warga.

Kalau jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek pula. Ika panjang,

bahasakan kembali dengan meringkasnya.

Awali dengan kalimat seperti, "Tadi Ibu mengatakan,.. "

Sesudahnya, perhatikan reaksi orang itu. Sertai dengan kata, misalnya, "Apa itu yang

Ibu maksud ...."

Triks-2: Menarik Keluar (Drawing people out)

Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik keluar gagasan

yang belum dikatakan.

Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan

gagasan. Bagaimana caranya?

Dahului dengan teknik membahasakan kembali. "Tadi bapak mengatakan

Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka, seperti, "Bisa lebih diperjelas?"

Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung

seperti, "Karena…" atau "Jadi,…"

Triks-3: Memantulkan (Mirroring)

Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan katakata warga. Tujuannya,

meyakinkan warga bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya.

Biasanya digunakan bila fasilitator ingin menegaskan bahwa ia tidak memihak.

Teknik ini berguna mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai untuk memfasilitasi

proses curah pendapat. Bagaimana caranya?

Kalau warga mengatakan satu kalimat, pantulkan kata demi kata setepat tepatnya.

Tidak kurang, tidak lebih. Jika lebih dari satu

kalimat, pantulkan kata kata yang penting.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 35

dan membingungkan. Bagaimana caranya? Gunakan kalimat sendiri untuk

membahasakan kembali jawaban warga.

Kalau jawabannya pendek, bahasakan kembali secara pendek pula. Ika panjang,

bahasakan kembali dengan meringkasnya.

Awali dengan kalimat seperti, "Tadi Ibu mengatakan,.. "

Sesudahnya, perhatikan reaksi orang itu. Sertai dengan kata, misalnya, "Apa itu yang

Ibu maksud ...."

Triks-2: Menarik Keluar (Drawing people out)

Karena jawaban warga kurang lengkap, fasilitator perlu menarik keluar gagasan

yang belum dikatakan.

Gunakan teknik ini bila warga mengalami kesulitan menjelaskan

gagasan. Bagaimana caranya?

Dahului dengan teknik membahasakan kembali. "Tadi bapak mengatakan

Lanjutkan dengan pertanyaan terbuka, seperti, "Bisa lebih diperjelas?"

Ada juga cara lain. Setelah peserta selesai bicara sambut dengan kata sambung

seperti, "Karena…" atau "Jadi,…"

Triks-3: Memantulkan (Mirroring)

Fasilitator berfungsi sebagai dinding, yang memantulkan katakata warga. Tujuannya,

meyakinkan warga bahwa fasilitator mendengarkan ucapannya.

Biasanya digunakan bila fasilitator ingin menegaskan bahwa ia tidak memihak.

Teknik ini berguna mempercepat diskusi yang lamban. Sesuai untuk memfasilitasi

proses curah pendapat. Bagaimana caranya?

Kalau warga mengatakan satu kalimat, pantulkan kata demi kata setepat tepatnya.

Tidak kurang, tidak lebih. Jika lebih dari satu

kalimat, pantulkan kata kata yang penting.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 36

Gunakan kata kata warga, bukan kata kata fasilitator.

Kalau dia berkata dengan menggebu gebu, pantulkan dengan nada

bicara tenang.

Tujuan utamanya adalah membangun kepercayaan peserta.

Triks-4: Mengumpulkan Gagasan (Gathering Ideas)

Adalah teknik mendaftar gagasan secara cepat. Hanya untuk mengumpulkan, dan

bukan hendak mendiskusikannya.

Kumpulkan gagasan dengan memadukan teknik membahasakan kembali. Agar lebih

cepat, gunakan terutama teknik memantulkan. Dengan memantulkan ucapan, warga

merasa didengarkan dan mereka akan ikut menyampaikan gagasan secara singkat.

Biasanya dalam 3 sampai 5 kata. Jadi, kita lebih mudah menuliskannya di papan tulis.

Bagaimana caranya?

Awali dengan penjelasan tugas secara singkat. Lakukan curah

pendapat. Kumpulkan gagasan sebanyak banyaknya.

Tuliskan gagasan para peserta, apapun yang mereka katakan, dengan memakai teknik

memantulkan atau teknik membahasakan kembali.

Jika para peserta telah merasa cukup, sudahi proses ini. Berikan penghargaan

terhadap semua pandangan peserta.

Triks-5: Mengurutkan (Stacking)

Adalah semacam teknik menyusun antrian bicara, ketika beberapa orang bermaksud

berbicara pada waktu bersamaan.

Dengan teknik ini, setiap orang akan mendengarkan tanpa gangguan dari orang yang

berebut kesempatan bicara.

Karena setiap orang tahu gilirannya, tugas fasilitator menjadi lebih ringan. Bagaimana

caranya?

Fasilitator meminta mereka yang hendak bicara untuk mengacungkan tangan.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 37

Fasilitator mengurutkan giliran yang akan bicara.

Fasilitator mempersilakan peserta untuk bicara ketika tiba gilirannya.

Sesudah peserta terakhir selesai bicara, fasilitator memeriksa jika ada peserta lain

yang hendak bicara. Jika ada, fasilitator kembali melakukan teknik mengurutkan.

Triks-6: Mengembalikan ke Jalurnya (Tracking)

Bayangkan bila ada lima orang yang ingin membicarakan berbagai akibat dari

penumpukan sampah. Empat orang ingin menghitung biaya pengadaan kereta

pengangkut sampah. Tiga orang tertarik membahas pemanfaatan sampah menjadi

pupuk organik

Biasanya orang menganggap bahwa apa yang ia anggap penting seharusnya terpilih

menjadi topik diskusi. Pada keadaan ini, fasilitator bertugas mengembalikan diskusi ke

jalumya.

Teknik ini akan menenangkan orang yang bingung karena gagasannya tidak

mendapatkan sambutan dari orang lain. Bagaimana caranya?

Mengajak warga untuk kembali pada tema awal.

Menyebutkan gagasan yang muncul dalam diskusi

Tanyakan pada kelompok untuk memeriksa ketepatannya. Berikut adalah contohnya:

"Baiklah, nampaknya ada tiga pembahasan yang sedang berlangsung saat ini.

Pembahasan pertama menyangkut akibat akibat penumpukan sampah. Yang kedua

mengenai peralatan dan kebutuhan biaya. Yang ketiga membahas tentang Pemanfaatan

sampah. Benarkah demikian?" Biasanya teknik ini membuat orang lebih memahami

situasi diskusi. Jika ada yang mencoba menjelaskan bahwa saran dia penting, tunjukkan

perhatian. Namun, jangan bersikap pilih kasih. Tanyakan juga pendapat orang yang lain.

Triks-7: Menguatkan (Encouraging)

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 38

Adalah teknik mengajak orang ikut terlibat dalam diskusi, tanpa membuat mereka

tersiksa karena terpaksa menjadi pusat perhatian.

Dalam diskusi biasanya ada peserta yang hanya duduk dan diam. Diam bukan berarti

malas atau tidak mau tahu. Mereka merasa kurang terlibat. Dengan sedikit dorongan,

temukan sesuatu yang menarik perhatian mereka.

Teknik menguatkan terutama membantu selama tahap awal diskusi, pada saat para

peserta masih menyesuaikan diri. Bagi peserta yang lebih terlibat, mereka tidak

membutuhkan begitu

banyak penguatan untuk berpartisipasi. Bagaimana caranya?

"Siapa lagi yang ingin menyumbangkan gagasan?"

"Sudah ada beberapa pendapat dari perempuan, sekarang mari kita

dengar pendapat dari laki laki."

"Kita sudah mendengar pendapat Ibu Tini tentang prinsip prinsip umum memilih kepala

desa. Adakah yang dapat memberikan contoh tentang pelaksanaan prinsip tersebut?"

"Apakah masalah ini dirasakan oleh semua yang hadir di sini?"

"Mari kita dengar pendapat dari teman teman yang sementara ini belum berbicara"

Triks-8: Menyeimbangkan (Balancing)

Pendapat paling kuat dalam suatu diskusi seringkali datang dari orang yang

mengusulkan topik diskusi. Mungkin ada sebagian peserta yang mempunyai pendapat

lain, tapi belum mau bicara.

Teknik menyeimbangkan membantah anggapan umum bahwa "diam berarti setuju".

Teknik menyeimbangkan gunanya untuk membantu orang yang tidak bicara karena

merasa pendapatnya pasti tidak disetujui banyak orang.

Dengan teknik menyeimbangkan, fasilitator sebenamya menunjukkan bahwa dalam

diskusi orang boleh menyatakan pendapat apapun. Bagaimana caranya?

"Baiklah, sekarang kita mengetahui pendirian dari tiga orang. Adakah yang lain atau

memiliki pendirian berbeda?"

"Ada yang punya pandangan lain?"

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 39

"Apakah kita semua setuju dengan ini?"

Triks-9: Membuka Ruang (Making Space)

Teknik membuka ruang adalah teknik membuka kesempatan kepada peserta yang

pendiam untuk terlibat dalam diskusi.

Dalam setiap diskusi selalu ada yang bicara terus, ada yang jarang bicara. Pada saat

diskusi berlangsung cepat, orang pendiam dan yang berpikir lambat mungkin

mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri.

Ada orang yang tidak mau berperan banyak, karena tidak ingin dianggap ingin menang

sendiri. Ada pula yang ikut dalam diskusi sambil meraba raba apakah ia dapat diterima

atau tidak. Banyak juga yang enggan bicara karena menganggap dirinya bodoh. Maka,

fasilitator perlu membuka ruang partisipasi. Bagaimana caranya?

Amati peserta diskusi yang pendiam. Perhatikan gerak tubuh atau mimik mukanya,

apakah menunjukkan bahwa mereka ada hasrat untuk bicara?

Persilakan mereka untuk bicara: "Apakah ada yang hendak Ibu kemukakan?" "Apakah

Bapak ingin menambahkan sesuatu?" "Kelihatannya anda mau mengatakan sesuatu?

Jika mereka mundur, perlakukan mereka dengan ramah dan segeralah beralih. Tak

seorang pun suka dipermainkan. Setiap orang berhak untuk memilih kapan ia

berpartisipasi.

Jika si pendiam tampaknya ingin bicara, jika perlu, tahan orang lain untuk bicara.

Triks-10: Diam Sejenak (Intentional Silence)

Adalah berhenti bicara selama beberapa detik. Menunggu sejenak agar si pembicara

menemukan apa yang ingin ia katakan.

Banyak orang membutuhkan keadaan tenang untuk mengenali pemikiran atau

perasaannya. Kadang kadang berhenti bicara beberapa detik sebelum mengatakan

sesuatu yang mungkin berisiko. Ada pula yang diam sejenak untuk menyusun

pikirannya.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 40

Gunakan teknik ini jika peserta diskusi terialu mudah berbicara. Teknik ini akan

mengajak mereka untuk berpikir lebih mendalam. Bagaimana caranya?

Hening selama lima detik tampaknya begitu lama. Banyak orang tak sabar dengan

"keheningan" tersebut. Jika fasilitator mampu melakukannya, orang lain pun akan

mampu.

Tetaplah tenang. Pelihara kontak mata pada pembicara.

Jangan berkata apapun. Bahkan tidak juga berdehem atau batuk batuk kecil atau

menggaruk dan menggeleng gelengkan kepala. Tetaplah tenang dan berikan

perhatian.

Jika perlu, angkat tangan untuk memberi isyarat kepada orang orang agar tidak

memecahkan keheningan.

Triks-11: Menemukan Kesamaan Pemikiran Dasar

Teknik menemukan kesamaan pemikiran dasar terutama berguna ketika peserta

diskusi terbelah oleh perbedaan pendapat. Teknik ini dapat memperjelas letak

persamaan dan pertentangan pendapat yang terjadi dalam, diskusi.

Teknik ini dapat membangkitkan harapan. Membuat warga tersadar bahwa meski

saling bertentangan, mereka memiliki kesamaan tujuan. Untuk hal yang dasar mereka

memiliki banyak kesamaan. Bagaimana caranya?

Katakan bahwa kita akan merangkum hal hal yang menjadi perbedaan dan persamaan

di dalam. kelompok diskusi.

Ringkaskan perbedaan perbedaan.

Catat aspek aspek dasar yang sama

Periksa catatan tersebut bersama peserta

3.5. Teknik Mengatasi Masalah Dalam Situasi Fasilitasi

Bayangkan situasi sulit apa yang bisa dihadapi seorang fasilitator program SPBM saat

mengelola kegiatan kelompok atau pertemuan masyarakat? Mulai terjadi salah paham.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 41

Warga mulai jemu, tegang, bingung dan jengkel. Orang yang kesal sukar berpikir jemih.

Perhatian mereka menurun. Sebagian peserta diskusi merasa terpaksa memimpin

pembicaraan tanpa mereka tahu pemecahannya. Ada yang tidak sabar ingin cepat

pulang. Ada pula yang jengkel tapi berusaha untuk tetap tenang. Fasilitator perlu

memahami, situasi pelik lah yang membuat orang bertindak begitu. Karena semua orang

sebenamya ingin bekerjasama. Bukan orangnya yang salah. Jadi, tanganilah keadaan

sulitnya, bukan orangnya.

Dalam situasi sulit, tetaplah bersikap tenang dan cobalah untuk mengatasinya. Sikap

tidak tenang membuat fasilitator melakukan kekeliruan, sehingga membuat keadaan

semakin sulit.

3.5.1. Memperhatikan Karakteristik Peserta

Seorang fasilitator dituntut untuk mengenali karakter peserta belajar, dan mempersiapkan

diri untuk mengembangkan sikap positif peserta terhadap proses dan kegiatan belajar.

Gambaran berikut ini mewakili sejumlah karakteristik peserta belajar yang paling sering

kita temukan di masyarakat.

Ada orang yang merasa tidak mendapat pengetahuan atau hal yang baru dari kegiatan

ini.

Ada juga orang yang pesimis, menganggap materi pelatihan tidak akan banyak

manfaatnya bagi kehidupannya sehari-hari.

Ada orang yang berpikiran empiris, tidak gampang percaya, dan menuntut bukti yang

nyata dan bukan sekedar teori.

Ada orang yang antusias, dan merasa bahwa materi yang diikutinya memberikan

masukan yang sangat bermanfaat bagi dirinya.

Ada orang yang selalu to the point, ingin diberitahu apa yang mesti ia lakukan dan

tidak suka banyak teori.

Juga ada orang yang menuntut untuk dihargai terutama dalam hal pengambilan

keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya, dan cenderung merasa

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 42

tersinggung jika caranya dianggap salah. Seorang FASILITATOR harus bersikap

positif terhadap beragam karakter peserta atau masyarakat dan menanganinya dengan

sabar. Seringkali orang yang antusias belajar, justru tidak tahu bagaimana

menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan dia. Sehingga FASILITATOR harus

menangani peserta seperti ini untuk mengkaitkan hasil belajarnya dengan peningkatan

kualitas hidupnya. Sementara itu, peserta yang merasa 'pintar' dan tidak memperoleh

manfaat dari pembelajaran, bisa saja berbalik menjadi peserta yang mendukung

kelompok apabila FASILITATOR berhasil melakukan pendekatan personal dengannya.

3.5.2. Menangani Situasi Sulit Yang Kerap Dihadapi

Adanya berbagai karakteristik peserta, dapat menimbulkan dinamika kelompok yang

menarik apabila fasilitator dapat mengelolanya dengan baik. Peserta yang sangat

bersemangat, dapat menularkan 'energinya' kepada peserta yang pasif atau 'malumalu'.

Kalau tidak ada peserta yang pendiam, semuanya suka bicara, apa yang akan terjadi?

Keberagaman sebaiknya disikapi secara positif agar berpengaruh baik terhadap situasi

belajar. Jangan sampai sebaliknya, kelompok kita berantakan karena adanya peserta

dominan atau selalu kontra terhadap peserta lainnya. Berikut ini adalah beberapa situasi

sulit yang sering dihadapi seorang fasilitator.

Menangani Peserta yang Selalu Bicara

Ketika ada seseorang terlalu aktif, orang orang lainnya menjadi kurang berpartisipasi.

Seringkali fasilitator mencoba untuk mengendalikan orang tersebut: "Maaf Pak Bobon,

beri kesempatan kepada orang lain untuk bicara." Namun, sebaiknya upaya upaya

fasilitator difokuskan untuk mendorong orang orang yang pasif untuk lebih berpartisipasi.

Mencoba untuk mengendalikan orang yang terlalu aktif mengakibatkan peserta yang lain

kehilangan perhatian.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 43

Menangani Peserta yang Mulai Jemu

Peserta mulai menjadi tidak fokus karena kelelahan, materi diskusi memang berat, atau

kurang menarik. Dalam keadaan ini, fasilitator sebaiknya tidak memaksakan peserta.

Misalnya, "Ayo, kita kembali konsentrasi kepada diskusi kita." Fasilitator sebaiknya

mengajak peserta untuk beristirahat sejenak. Setelah beristirahat, peserta akan dapat

lebih segar berdiskusi kembali.

Menangani Situasi Rendahnya Partisipasi Seluruh Peserta

Fasilitator keliru jika beranggapan bahwa partisipasi peserta rendah karena mereka

sedang berkonsentrasi memperhatikan. Kemudian fasilitator tidak melakukan apapun

untuk mendorong peserta lebih berpartisipasi. Mengubah metode diskusi ke dalam bentuk

lain merupakan salah satu cara meningkatkan kembali partisipasi peserta. Misalnya

dengan melakukan metode curah pendapat atau diskusi kelompok kecil. Menangani

"Debat Kusir" antara Dua Peserta Kadang kadang seseorang menyerang gagasan orang

lain untuk menjelaskan gagasannya sendiri. Banyak waktu akan terbuang jika fasilitator

mencoba menyelesaikan konflik antara keduanya. Libatkan peserta lain. Jadikan masalah

tersebut menjadi masalah bersama. Misalnya dengan melontarkan pertanyaan: "Siapa

lagi yang mempunyai pendapat terhadap masalah ini?" Ingat: Sebaiknya tidak

mencurahkan perhatian terhadap sedikit orang yang terlalu dominan. Beri perhatian lebih

justru pada kelompok peserta yang pasif.

Menangani Peserta yang Diam Saja

"Ibu Indrawati tidak bicara banyak hari ini. Apakah ada pendapat yang ingin Ibu

sampaikan?"

Cara ini mungkin bisa membantu jika peserta tersebut menunjukkan mimik hendak

berbicara tetapi ragu ragu. Namun jika dilakukan terlalu sering, dapat membuat orang

tersebut merasa menjadi sorotan sehingga menarik diri sepenuhnya. Fasilitator dapat

menggunakan metode diskusi kelompok kecil untuk lebih memberi kesempatan peserta

yang malu untuk berbicara.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 44

Menangani Peserta yang Berbisik bisik dan Bersenda Gurau

Fasilitator umumnya tidak mengindahkan perilaku ini dengan harapan akan berhenti

dengan sendirinya. Kadangkala memang berhasil, tapi seringkali malah membuat

suasana semakin parah. Dalam keadaan begini, sambil bercanda, mintalah peserta untuk

berlaku sewajamya. Jika masih berlanjut, pasti ada yang salah dengan situasi belajar.

Pikirkanlah:

• Apakah topik yang dibahas memang kering dan membosankan?

• Apakah peserta membutuhkan istirahat?

• Atau mungkin peserta membutuhkan diskusi dalam kelompokkecil?

Menangani Keterlambatan Para Peserta

Mulailah sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Menunggu berarti menyetujui

keterlambatan. Jika terpaksa, bukalah terlebih dulu diskusi. Kemudian minta kesepakatan

peserta untuk menunda diskusi dan lama waktunya. "Nampaknya belum semua orang

datang. Apakah kita akan

melanjutkan atau menunda beberapa menit hingga peserta lainnya datang? Jika kita akan

menunggu, berapa menit waktu yang akan kita berikan?"

Menangani Peserta yang Mengulang Ulang Pembicaraan

Biasanya orang mengulang-ulang pembicaraan karena merasa pendapatnya tidak

didengarkan. Ringkas sudut pandang orang tersebut hingga dia merasa dipahami.

Tampilkan pandangan yang berbeda dari peserta lainnya dengan pandangan orang yang

bersangkutan.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 45

Menangani Peserta yang Meributkan Urusan "Remeh"

Jika ada peserta yang meributkan urusan "remeh", menasehati peserta yang "buang

buang waktu" itu bukanlah jalan yang terbaik. Ajaklah kelompok untuk kembali ke pokok

permasalahan.

Menangani Peserta yang Segan Terbuka karena Ada Petinggi

Fasilitator bertugas membantu warga agar dapat mengemukakan pikiran dengan leluasa.

Orang sering tidak bicara yang sebenamya karena orang yang disegani (pemuka desa,

pejabat pemerintah) ada di ruang diskusi. Atau mereka segan menanggapi pendapat para

petinggi. Berbicara terus terang berbeda dengan berbicara kasar. Mengatakan hal yang

sesungguhnya memang memerlukan keberanian. Fasilitator bisa menanyakan pada para

peserta tentang hal-hal yang akan mereka katakan jika petinggi tidak berada di dalam

ruangan. Tangggapan peserta akan bermacam macam. Ada yang membela diri. Ada

yang merasa tersadarkan.

Pertimbangkan cara-cara ini:

• Berikan giliran pertama bicara kepada petinggi tersebut.

• Gunakan metode diskusi kelompok kecil.

• Persilakan peserta untuk menuliskan pikiran mereka masing masing.

• Kemudian minta mereka membacakannya.

• Sediakan waktu untuk membahas pendapat dari petinggi.

Menangani Gangguan dari Luar

Setelah harga BBM naik, orang orang merasa perlu mengungkapkan kegelisahan

mereka, tentang beratnya beban biaya sehari hari. Setelah hujan lebat warga merasa

perlu untuk membicarakan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 46

tanggul yang bobol dan banjir yang merendam kebun. Banyak kejadian yang dapat

mengganggu konsentrasi kelompok. Apa yang sebaiknya dilakukan? Banyak Fasilitator

memutuskan untuk mengabaikan "gangguan" tersebut. Sebaiknya luangkan waktu untuk

membicarakan hal itu. Sesudah puas membicarakannya, warga akan kembali ke topik

diskusi.

3.5.3. Teori Topi Berfikir Fasilitator

Teori tentang cara berfikir yang dikembangkan oleh Edward De Bono , bisa kita gunakan

untuk mengatasi situasi sulit. Ada enam 'topi berfasilitatorkir' yang bisa digunakan

seorang fasilitator saat melaksanakan proses pembelajaran. Semua cara berfikir ini perlu

digunakan secara kombinasi secara tepat. Apalagi peserta mulai jemu, gunakan 'topi

hijau' yang kreatif. Apabila peserta acuh tak acuh, gugah emosinya dengan 'topi merah'.

Apabila sebagian besar peserta pasif, gunakan 'topi putih' untuk mengembangkan sharing

pengalaman.

Topi Putih

Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator bersikap terbuka untuk

menerima pengetahuan dan pengalaman orang lain. Fasilitator mendorong peserta untuk

memahami fakta dan kebenaran secara bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta

untuk saling belajar dan menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya ke dalam

topi.

Topi Merah

Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan 'emosi' untuk menggugah

perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan dan "prasangka"

untuk memahami kesulitan atau hambatan yang dirasakan peserta dalam belajar, dengan

tujuan meningkatkan

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 47

keterlibatan peserta.

Topi Hitam

Topi hitam berarti fasilitator bersikap "serius". Fasilitator tidak sertamerta menerima

pendapat atau masukan dari orang lain melainkan bersikap 'menolak' terlebih dahulu,

bersikap ragu-ragu atau hati-hati, kemudian mencari tahu (eksplorasi) lebih jauh. Dalam

mensikapi suatu persoalan, fasilitator menggunakan topi hitam bukan untuk mencari

argumentasi melainkan untuk memperhatikan atau "waspada" terhadap sesuatu hal yang

dianggap negatif. Topi ini bisa berbahaya bila mendominasi atau terlalu sering digunakan.

Topi Kuning

Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berFasilitatorkir positif dalam mengelola

proses pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga berkembang

positif. Fasilitator juga bersikap optimis dalam menghadapi sesuatu persoalan. Kalau topi

hitam mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning mengajak melihat sisi positif.

Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektual) dan membangun kerangka pikir untuk

mengembangkan suatu analisa kritis. Topi kuning yang konstruktif cenderung membuat

gagasan kongkrit agar bisa dilakukan sesuatu yang bermanfaat. Tapi, topi kuning yang

kurang konstruktif cenderung mencari-cari peluang yang ada, bukan mengembangkan

gagasan (seperti topi hijau). Juga cenderung mengarah pada gagasan besar atau 'mimpi'.

Topi Hijau

Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk membangun suasana

belajar (misal membuat trik-triks tertentu, permainan, humor, dan sebagainya). Fasilitator

menghindari cara penilaian (judgement) dan lebih mendorong suatu usaha bertindak

maju. Fasilitator suka mengembangkan alternatif pilihan. Fasilitator juga menggunakan

cara-cara yang "provokatif" untuk mendorong orang lain berFasilitatorkir dengan cara

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 48

baru. Topi hijau juga menjadi simbol untuk orang yang mampu 'mendengarkan' dengan

baik.

Topi Biru

Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap pada 'rel'nya.

Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau dikelola batas-

batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan pembelajaran sebagai

alat kontrol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan pokok-pokok pembelajaran

dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik benang merah pembelajaran.

3.6. Teknik Memfasilitasi Kesepakatan/Kesimpulan

Sebagai seorang Fasilitator Masyarakat, Anda adalah seorang fasilitator pembelajaran.

Pembelajaran adalah suatu jenis pendidikan pembebasan, yaitu pendidikan yang

membuat peserta mengembangkan analisis kritis dan menyusun gagasan tindakan yang

relevan dengan realita hidupnya. Para tiran mendidik orang lain untuk menjadi

“budaknya”: dengan cara membuat orang mematuhi ajarannya seolah-olah kebenaran

dimiliki dirinya sendiri. Sementara itu, fasilitator “pembebas” justru mendorong orang lain

agar menemukan kekuatan dirinya, percaya diri akan kemampuannya untuk menentukan

apa yang terbaik bagi hidupnya sendiri, rendah hati dan menghargai orang lain.

Pendidikan pembebasan adalah pendidikan yang membuat orang terbebas dari rasa

rendah diri dan sebaliknya dari rasa jumawa. Pendidikan pembebasan mendorong

peserta untuk menemukan nilai-nilai hidup adiluhung baik yang bersifat universal maupun

yang berasal dari kearifan lokal : solidaritas, kemanusiaan, toleransi dan penghormatan

terhadap perbedaan, cinta damai, anti kekerasan, kesetaraan, dan sebagainya.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 49

Keterampilan yang dikembangkan adalah keterampilan hidup (life skill) bukan

keterampilan teknis belaka.

3.6.1. Karakter Fasilitator

Fasilitator perlu mengembangkan cara dan teknik-teknik intervensi dalam kegiatan

belajar. Cara intervensi ini akan disesuaikan dengan konsep belajar yang dianutnya:

apakah pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar, atau pengajaran yang

berpusat pada dirinya. Selain itu, fasilitator juga akan mengembangkan cara intervensi

yang berbeda sesuai peran atau tugas yang dibawakannya:

Saat berperan sebagai pengelola kegiatan belajar, fasilitator melakukan intervensi

untuk menyesuaikan kembali arah, proses, tujuan, dan metode belajar;

Saat berperan sebagai pemandu kegiatan belajar, fasilitator melakukan intervensi

untuk mendorong semangat, motivasi, dan kesadaran peserta belajar atas potensi

pribadinya;

Saat berperan sebagai pembebas, fasilitator melakukan intervensi dengan

menggunakan kompetensi keilmuannya untuk mendorong peserta belajar

mengembangkan sikap kritis seperti seorang “ilmuwan” untuk memahami kehidupan

yang kompleks; dalam hal ini fasilitator menjadikan dirinya sebagai model di hadapan

para peserta belajar, yaitu model seorang pembelajar. Dalam kenyataannya, kita

seringkali menemukan berbagai karakter fasilitator dalam memfasilitasi proses belajar,

seperti yang digambarkan di bawah ini. Tetapi, hati-hatilah dalam membedakan hal-hal

berikut ini:

o Fasilitator diam yang berarti tak acuh, atau fasilitator diam yang berarti

menyerahkan keputusan pada peserta belajar;

o Fasilitator memberikan jalan keluar saat peserta membutuhkan narasumber

(masukan), atau fasilitator yang mendominasi semua keputusan.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 50

Skema 3.1 : Karakteristik Fasilitator

3.6.2. Cara Mengembangkan Analisa Bersama

Seorang yang kritis adalah seorang yang mampu melakukan penilaian, untuk bisa

mengambil keputusan, dan menjadi individu yang otonom (bebas, merdeka). Inilah inti

dari pendidikan kritis atau pendidikan pembebasan. Sebagai seorang “pembebas”,

fasilitator perlu memiliki keterampilan analisis yang baik. Tetapi yang paling penting

adalah penguasaan teknik intervensi yang ditujukan untuk memperkuat kemampuan

analisis peserta belajar secara bertahap.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 51

Cara Analisis Contoh-Contoh

Memberi nama (naming) sesuatu

Memberi nama untuk setiap komponen komputer. Misalnya: monitor, keyboard, CPU,

dan sebagainya.

Memberi nama lokal untuk setiap nama berbahasa Inggris.

Memberi nama untuk setiap langkah/kegiatan mengelola kebun. Contoh di Timor:

pembukaan lahan (tafek nono hau ane), membakar lahan (polo nopo), upacara minta

hujan (tsifo nopo), pembersihan lahan (tofa), pesta panen (thai niki bolaif).

Memberi nama untuk suatu benda, misalnya: lopo (balai pertemuan); dsb.

Mendaftarkan (listing) atau mengumpulkan (collecting)

Mendaftarkan istilah-istilah penting yang muncul dalam pengenalan komputer.

Mendaftar topik-topik informasi yang dibutuhkan peserta kelompok.

Mendaftarkan jenis-jenis komoditi yang dikembangkan petani;

Mendaftarkan jenis-jenis kegiatan pengelolaan kebun;

Memberi nilai (scoring)

o Memberi nilai 1 – 10 untuk membandingkan keunggulan sejumlah komiditi (matriks

ranking komoditi);

o Memberi nilai 1 – 10 untuk menilai bobot sejumlah masalah yang dirasakan

masyarakat (matriks prioritas masalah);

o Memberi nilai 1 – 10 untuk membandingkan jumlah kepemilikan

lahan/ternak/kekayaan (wealth ranking); dsb.

Mengurutkan (sequencing)

o Mengurutkan komoditi berdasarkan nilai keunggulannya;

o Mengurutkan kegiatan berdasarkan tahap-tahapnya;

o Mengurutkan kejadian berdasarkan kronologi waktu; dsb.

Membandingkan (comparing)

o Membandingkan keunggulan sejumlah komoditi berdasarkan sejumlah kriteria;

o Membandingkan beban kerja perempuan dengan laki-laki;

o Membandingkan pendapatan dengan pengeluaran; dsb.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 52

Menghitung (counting) dan mengukur

o Menghitung jumlah ternak, luas kebun;

o Menghitung jumlah/berat hasil produksi kebun (bisa menggunakan ukuran lokal);

o Menghitung jumlah pendapatan; dsb.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 53

Tabel 3.1. Teknik Analisis Bersama

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 53

Tabel 3.1. Teknik Analisis Bersama

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 54

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 55

Kita bisa meminjam beberapa teknik analisis yang dikembangkan oleh metodologi

participatory rural appraisal (PRA) atau participatory learning and action (PLA) di dalam

tabel tersebut. Apakah ada cara analisa yang tidak dapat dilakukan oleh seorang yang

tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi? Cobalah periksa pendapat Anda dengan

cermat.

Dua Metode Pengambilan Kesimpulan

Ada dua metode pendekatan analisis dan penarikan kesimpulan (generalisasi) yang kita

dapatkan ’namanya’ dari perguruan tinggi, yaitu metode deduktif dan induktif. Teknik

analisis membandingkan antara jenis-jenis komoditi unggulan menggunakan skor 1-10.

Teknik menggambarkan suatu keadaan sumberdaya alam desa, kemudian didiskusikan.

1) Metode Deduktif

Metode deduktif adalah cara analisis dari kesimpulan umum atau jeneralisasi yang

diuraikan menjadi contoh-contoh kongkrit atau fakta-fakta untuk menjelaskan kesimpulan

atau jeneralisasi tersebut. Misalnya: petani selalu rugu dalam mengembangkan

usahanya. Kemudian dijabarkan fakta-fakta tentang angka-angka produksi dibandingkan

modal usaha, dan sebagainya.

2) Metode Induktif

Metode deduktif adalah kebalikan dari metode deduktif. Contoh-contoh kongkrit dan fakta-

fakta diuraikan terlebih dahulu, baru kemudian dirumuskan menjadi suatu kesimpulan

atau jeneralisasi. Dalam suatu proses pembelajaran, metode induktif paling sering

digunakan. Berbagai cara analisis di atas, digunakan untuk membangun proses diskusi

mulai dari menguraikan realita, membandingkan, mengelompokkan, mencari alur

kejadian, sampai ke analisis sistem pertanian, dilakukan untuk menyusun kesimpulan

umum dari realita masyarakat tersebut.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 56

3.6.4. “Teori Berlian” Fasilitasi Proses Kesepakatan

Pada dasarnya, proses-proses belajar yang partisipatif akan mengembangkan

keterampilan berdemokrasi. Inti dari kegiatan belajar ini adalah mendorong peserta

belajar untuk menyepakati suatu gagasan, keputusan, dan tindakan yang terbaik. Dalam

hal ini, terdapat berbagai tugas seorang fasilitator, yaitu:

Mengembangkan proses yang bisa melatih keterampilan peserta untuk bersepakat

berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi;

Mengembangkan kebiasaan atau kesediaan untuk berbeda pendapat orang lain;

menghormati pandangan orang lain seperti juga dirinya ingin dihargai pendapat dan

pandangannya;

Mendorong peserta untuk menghasilkan kesepakatan secara tepat dan berguna untuk

diterapkan.

3.6.5. Teknik Memfasilitasi Kesepakatan

Gambar berikut ini memperlihatkan sebuah proses pengambilan keputusan, dan

penyusunan kesepakatan yang dilakukan di dalam sebuah forum. Bisa juga proses ini

diakhiri hanya dengan perumusan kesimpulan atau pelajaran-pelajaran pokok dari topik

yang dibahas. Secara umum, seluruh proses ini dibagi ke dalam 3 fase seperti yang

ditampilkan dalam gambar. Apabila topik pembahasan merupakan hal yang baru atau

merupakan topik yang masih membutuhkan pemahaman bersama, maka tahap pertama

perlu mendapatkan porsi yang banyak. Kecuali apabila topik ini sudah sering dibicarakan,

maka proses memasuki fase kedua akan lebih mudah/cepat. Begitu juga memasuki fase

ketiga bisa menjadi sulit apabila forum masih belum dapat memetakan persoalan secara

terorganisir. Bisa jadi, kesepakatan belum bisa dicapai dan pembahasan perlu dilakukan

pada pertemuan berikutnya.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 57

Skema 3.2 : Proses Perumusan Kesimpulan Bersama

Cara Merumuskan Kesepakatan Bersama

Merumuskan kesimpulan dan kesepakatan bisa dilakukan secara bertahap di dalam

proses di atas. Di tengah proses, bisa saja diperlukan kesimpulan mengenai hal-hal yang

telah dibahas (bukan kesimpulan pertemuan atau kesimpulan akhir). Ada beberapa cara

terjadinya perumusan kesimpulan dan kesepakatan di dalam tabel di bawah ini. Cara

pengambilan kesepakatan ini sebaiknya diintervensi oleh fasilitator apabila perlu.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 57

Skema 3.2 : Proses Perumusan Kesimpulan Bersama

Cara Merumuskan Kesepakatan Bersama

Merumuskan kesimpulan dan kesepakatan bisa dilakukan secara bertahap di dalam

proses di atas. Di tengah proses, bisa saja diperlukan kesimpulan mengenai hal-hal yang

telah dibahas (bukan kesimpulan pertemuan atau kesimpulan akhir). Ada beberapa cara

terjadinya perumusan kesimpulan dan kesepakatan di dalam tabel di bawah ini. Cara

pengambilan kesepakatan ini sebaiknya diintervensi oleh fasilitator apabila perlu.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 57

Skema 3.2 : Proses Perumusan Kesimpulan Bersama

Cara Merumuskan Kesepakatan Bersama

Merumuskan kesimpulan dan kesepakatan bisa dilakukan secara bertahap di dalam

proses di atas. Di tengah proses, bisa saja diperlukan kesimpulan mengenai hal-hal yang

telah dibahas (bukan kesimpulan pertemuan atau kesimpulan akhir). Ada beberapa cara

terjadinya perumusan kesimpulan dan kesepakatan di dalam tabel di bawah ini. Cara

pengambilan kesepakatan ini sebaiknya diintervensi oleh fasilitator apabila perlu.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 58

Tabel 3.2 : Teknik Rumusan Kesimpulan Bersama

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 59

3.7. Membangun ‘Team Work’ Fasilitator

Fasilitator Masyarakat dalam program SPBM memiliki tugas untuk melakukan kaderisasi

dengan merekrut para relawan. Bagaimana cara mengembangkan kapasitas para

relawan tersebut? FASILITATOR dapat mengembangkan mekanisme pendampingan

(coaching) atau kerjasama tim dalam membangun kapasitas para relawan FASILITATOR.

Dalam mekanisme pendampingan, para FASILITATOR terjun memfasilitasi suatu

kegiatan sedangkan FASILITATOR melakukan pengamatan dan memberikan masukan-

masukan apabila diperlukan. Sementara itu, dalam kerjasama tim, FASILITATOR dan

para relawan bekerja bersama-sama untuk saling mendukung. FASILITATOR memberi

kesempatan untuk para relawan mengambil bagian dari suatu kegiatan bersama-sama

seperti mekanisme magang.

1) Prinsip-Prinsip Kerjasama Tim Fasilitator

Para relawan terdiri dari kalangan muda maupun tua. Seorang FASILITATOR harus

bersikap rendah hati dan berjiwa besar apabila menjadi satu tim dengan kalangan muda

yang sedang belajar -bahkan terlalu bersemangat belajar sehingga sulit didampingi.

Sebaliknya, FASILITATOR juga perlu mengembangkan triks kerjasama yang nyaman

dengan kalangan tua yang pastinya 'tidak mau' diberitahu. Nah, bagaimana cara

kerjasama tim dengan para relawan ini? Untuk bisa bekerjasama diperlukan adanya

kesamaan persepsi atau pemahaman mengenai tugas dan tanggungjawab tim fasilitator.

Selain itu juga, FASILITATOR bisa mengajak para relawan menyusun prinsip-prinsip

memfasilitasi pembelajaran sebagai acuan bersama. Juga menyusun apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan oleh fasilitator SPBM.

Selain itu, juga perlu dikembangkan prinsip-prinsip bekerjasama sebagai satu tim

fasilitator antara lain:

Mempunyai komitmen dan kepentingan yang sama tentang kegiatan pembelajaran.

Mengembangkan peraturan yang jelas, transparan, dan disepakati bersama.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 60

Mengembangkan proses refleksi dan evaluasi secara berlanjut dan terbuka.

Mampu mengendalikan diri dan menjaga keseimbangan antara emosi, dan pikiran.

Tidak boleh saling mendahului ("adu kehebatan") tetapi harus saling mendukung.

Jangan menyalahkan di hadapan peserta, sebaiknya masukan diberikan pada saat

refleksi dan evaluasi.

Selalu berkonsultasi sebelum memutuskan sesuatu.

Selalu mengusahakan untuk memahami sudut pandang dari pihak lain.

Tetap bersikap terbuka, saling percaya dan membantu.

2) Model Kerjasama Tim Fasilitator

Kerjasama tim fasilitator harus baik dan serasi (kompak). Untuk tim yang sudah sangat

solid, kompak tidak berarti selalu sependapat atau mentabukan perbedaan pendapat di

antara sesama fasilitator. Ada beberapa model kerjasama tim fasilitator (team work),

yaitu:

1. Model bertinju: fasilitator utama dan pendamping sama-sama 'maju' menghadapi

peserta (duet) dengan cara beradu argumentasi dan mendorong peserta untuk ikut

serta dalam 'pertarungan' itu. Cara kerjasama ini sebaiknya dipakai saat peserta

benar-benar siap terlibat dalam "adu tinju". Kalau belum siap, bisa jadi babak-

belur. Kalau peserta siap, diskusi akan sangat dinamis.

2. Model balap sepeda: fasilitator utama dan pendamping sama-sama 'maju'

dengan cara keluar-masuk (kadang-kadang sama-sama maju, kadang-kadang

satu ke depan dan yang satu mundur secara bergantian) sesuai proses yang

berjalan. Pada saat yang tepat, cara kerjasama ini akan mendorong peserta untuk

mengambil bagian dalam adu balap. Artinya, mereka juga ikut terlibat keluar-

masuk dalam proses diskusi sehingga suasana belajar menjadi cair.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 61

3. Model lari estafet: fasilitator utama dan fasilitator pendamping berbagi tugas

secara giliran sesuai kesepakatan dalam persiapan sebelumnya. Cara kerjasama

ini tidak menimbulkan reaksi peserta sehingga bisa digunakan kapan saja.

Sedangkan 2 model kerjasama di atas, bisa mengagetkan peserta bila dilakukan

diawal.

4. Model volley ball: fasilitator utama memfasilitasi proses, sedangkan fasilitator

pendamping memberi 'umpan' (misal melontarkan pertanyaan-pertanyaan kunci)

kepada peserta agar lebih aktif. Cara kerjasama ini cocok dipakai untuk mengkon-

disikan suasana belajar yang partisipatif. Fasilitator tidak lengah dalam menjaga

agar peserta selalu terlibat dalam proses diskusi.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 3 | 62

TIPS MEMBANGUN KERJASAMA TIM FASILITATOR

Apabila FASILITATOR tidak dapat banyak menyampaikan teori atau teknik

fasilitasi kepada relawan kalangan tua, perlu dicari triks yang tidak 'mengajari' secara verbal. Lain dengan relawan muda, kita bisa saja mengembangkan diskusi evaluasi fasilitasi dan mengembangkan gagasan perbaikan.

Mengembangkan kerjasama tim dengan relawan kalangan tua barangkali bisa dimulai dengan memberi contoh langsung dan praktek. FASILITATOR dapat memandu proses pembelajaran terlebih dahulu, kemudian mempersilakan mereka memandu proses berikutnya dengan cara yang sama. Apabila proses dirasakan menjadi kurang interaktif, barulah FASILITATOR masuk dengan melontarkan pertanyaan "umpan" agar diskusi berkembang.

Gunakan model tendem "lari estafet" dan "volley ball" untuk membangun tim fasilitator, sebab cara ini lebih aman. Keberadaan tim fasilitator lainnya "tidak kentara" karena membaur dengan para peserta, sementara fasilitator utama memimpin di depan. Apabila tim sudah mulai solid, bisa coba model tendem yang lebih sulit yaitu "balap sepeda" atau "bertinju".

Selain itu, FASILITATOR dapat menyelenggarakan pelatihan teknik fasilitasi untuk para relawan secara bertahap (misal sebulan 1x) agar proses evaluasi tidak terasa sebagai menilai orang per orang. Dalam pelatihan, peserta -baik tua maupun muda- diminta untuk menilai perkembangan kemampuannya sendiri (self evaluation). Hindari evaluasi yang bersifat saling 'membantai' sehingga menimbulkan perasaan tidak enak, bahkan merusak kerjasama tim.

Kembangkan ciri atau kekuatan fasilitator yang berbeda untuk setiap orang. Setiap orang punya perbedaan karakteristik, sehingga tidak bisa disamakan atau diperbandingkan. Misalnya: ada orang yang humoris sehingga suasana belajar selalu mudah cair; ada orang yang cenderung serius dan mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat. Keberagaman ini sebaiknya menjadi kekuatan tim, bukan pertentangan.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 1

BAB 4 TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN SPBM

UMUM

Kegiatan pendampingan fasilitator dilaksanakan melalui tahapan-tahapan kegiatan. Di

samping penguasaan teknik fasilitasi, fasilitator juga perlu memahami dan menguasai

tahapan pelaksanaan program SPBM di mana teknis fasilitasi yang sudah dikuasai akan

diterapkan. Pelaksanaan Program SPBM dilaksanakan melalui serangkaian tahapan

kegiatan yang saling terkait sebagai berikut.

Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan di tingkat kelurahan adalah:

1. Tahap Persiapan Masyarakat

a. Sosialisasi awal untuk menjelaskan tujuan, prinsip,pendekatan dan mekanisme

program;

b. Pelaksanaan Rembug Warga Kelurahan 1, untuk membentuk Pokjasan

Kelurahan; Penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat untuk

menerima dan melaksanakan program sesuai dengan ketentuan/pedoman; serta

penyusunan jadwal pelaksanaan tahapan kegiatan.

2. Tahap Perencanaan Kegiatan

a. Review PJM Pronangkis

b. Pemetaan Sanitasi Tingkat Kelurahan

c. Penyusunan Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/Community Sanitation

Improvement Action Plan (CSIAP)

d. Rembug Kelurahan 2 (Seleksi lingkungan dan Penetapan CSIAP)

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 2

e. Pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi di RT/RW terpilih

f. Pembentukan KSM Sanitasi di tingkat lokasi

g. Penyusunan RKM oleh KSM Sanitasi (pemilihan teknologi dan jenis sarana,

penyusunan DED, RAB dan Jadwal Pelaksanaan) didampingi oleh fasilitator dan

BKM

h. Penyusunan rencana operasi dan pemeliharaan (O&P)

i. Verifikasi RKM

j. Penyusunan dokumen pencairan dana

3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

a. Penandatanganan kontrak kerja

b. Pelaksanaan Kegiatan Fisik

c. Pengawasan Kegiatan

d. Pelaporan Kegiatan

e. Rembug Pelaksanaan Mingguan

4. Tahap Paska Konstruksi

a. Rembug Warga Paska Konstruksi

b. Serah Terima Sarana Sanitasi

c. Operasi dan Pemeliharaan

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 3

Gambar 4.1. Tahapan Kegiatan Program SPBM di tingkat Masyarakat

Sosialisasi Tk. Kelurahan dan Penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat

Pemetaan Sanitasi

Penyusunan RKM oleh KSM Sanitasi

Paska Konstruksi (Operasi dan Pemeliharaan)

Tahap Persiapan

Tahap Perencanaan

Tahap Operasi dan Pemeliharaan

Tahap Pelaksanaan

BKM/LKM mengirimkan dokumen pencairan dana yang dilengkapi dengan CSIAP dan RKM, serta bukti dana O&P, kepada Satker/PPK

Jika dokumen disetujui selanjutnya dilakukan penandatanganan kontrak (SP3) antara Satker dan BKM/LKM

Pencairan dana dilakukan dalam 3 tahap (40%, 40% dan 20%)

Selanjutnya BKM/LKM menyalurkan dana tersebut ke KSM Sanitasi

KSM Sanitasi melaporkan kemajuan pelaksanaan pekerjaan ke

Pemetaan sanitasi dilakukan di tingkat RT/RW dengan menggunakan metoda EHRA/MPA- PHAST, hasil dari Pemetaan Sanitasi menjadi input penyusunan CSIAP dan RKM

Seleksi lokasi pembangunan sanitasi dilakukan secara demokratis dengan melibatkan seluruh masyarakat dengan melihat prioritas penanganan wilayah rawan sanitaasi tingkat RT/RW

Lokasi yang terpilih selanjutnya melaksanakan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi untuk menentukan titik pembangunan Infrastruktur, membentuk KSM Sanitasi dan KSM tersebut bertugas menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang dilengkapi dengan pilihan teknologi, RAB, DED dan jadwal pelaksanaan kegiatan.

Sosialisasi mengenai tujuan, prinsip, pendekatan dan mekanisme program dan dilanjutkan secara menerus selama pelaksanaan tahapan kegiatan

Penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat dilakukan antara BKM, pemerintahan kelurahan diketahui oleh perwakilan masyarakat dan disaksikan oleh perwakilan pemerintah daerah/Satker

Pembentukan Pokja Sanitasi (Pokjasan) kelurahan dan selanjutnya bersama-sama dengan BKM menyusun Community Sanitation Improvement Action Plan/CSIAP)

BKM menyerahkan infrastruktur terbangun kepada Satker dan selanjutnya Satker menyerahkan sarana tersebut ke pemerintahan kelurahan/masyarakat

KSM Sanitasi bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan O&P

Pelaksanaan Konstruksi

Rembug Kelurahan 1, Pembentukan Pokjasan

Rembug Kelurahan 2 (Seleksi Lingkungan)

Penyusunan CSIAP oleh BKM dan Pokjasan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 4

4.1. TAHAPAN PENYIAPAN WARGA

4.1.1. SOSIALISASI AWAL TINGKAT KELURAHAN

Sosialisasi adalah upaya

memperkenalkan atau

menyebarluaskan informasi mengenai

Program SPBM kepada masyarakat

sebagai penerima program dan

pelaksana kegiatan, serta kepada para

pelaku dan institusi atau lembaga

masyarakat pendukung program di

tingkat kelurahan.

Sosialisasi harus dilakukan melalui serangkaian kegiatan-kegiatan rembug/rapat

atau pertemuan-pertemuan, baik pertemuan kelompok, keagamaan, arisan,

maupun pertemuan-pertemuan lain yang ada di kelurahan, serta melalui

penempelan poster-poster di lokasi kelurahan terpilih. Kegiatan ini juga menjadi

sarana perkenalan FM dengan masyarakat serta melakukan kesempatan bagi FM

untuk melakukan orientasi lapangan.

Kegiatan sosialisasi di tingkat kelurahan dipersiapkan dan dilaksanakan oleh

Lurah, BKM, dan FM.

Tujuan Sosialisasi

Melalui kegiatan sosialisasi yang intensif diharapkan dapat mendorong partisipasi

masyarakat dalam pelaksanakan tahapan program, sehingga kegiatan yang akan

dilaksanakan di kelurahan tidak hanya ditetapkan oleh aparat pemerintah

kelurahan atau tokoh-tokoh masyarakat, namun melibatkan representasi

masyarakat.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 5

Pada kegiatan sosialisasi di tingkat kelurahan ini sekaligus dilaksanakan juga

penandatanganan Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat sebagai bentuk

komitmen masyarakat untuk melaksanakan tahapan program sesuai dengan

ketentuan/pedoman dan prinsi -prinsip pelaksanaan yang ditetapkan.

Narasumber dalam kegiatan sosialisasi tingkat kelurahan adalah FM, pihak

Kecamatan, dan DPIU.

Peserta Sosialisasi Kelurahan

1. Masyarakat umum

2. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat serta

anggota masyarakat secara luas.

3. Pemerintahan Kelurahan, para ketua RT/RW setempat, Pemerintah

Kecamatan.

Format-format untuk pelaksanaan sosialisasi dapat dilihat pada Lampiran Pedoman Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat Format 1.1-1.4

Setelah sosialisasi dilaksanakan, BKM dengan dibantu Lurah dan FM

mempersiapkan Rembug Tingkat Kelurahan I dengan menyebarkan undangan

kepada para Aparat Kelurahan, pengurus RT/RW setempat, Tokoh Masyarakat,

Aparat Kecamatan, dan DPIU.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 6

REMBUG KELURAHAN I

Rembug Kelurahan I adalah gong

permulaan kegiatan di tingkat kelurahan.

Rembug Kelurahan I dipersiapkan dan

dilaksanakan oleh BKM dengan didampingi

oleh Lurah dan FM.

Narasumber dalam kegiatan ini adalah FM,

pihak Kecamatan, dan DPIU.

Tujuan Rembug Kelurahan I:

Rembug Kelurahan bertujuan untuk menegaskan penjelasan prinsip-prinsip dan

mekanisme penyelenggaraan Program SPBM, serta untuk menyamakan

persepsi/pandangan dalam pelaksanaan Program.

Materi yang akan disampaikan pada Rembug Kelurahan I adalah:

1. Penjelasan mengenai prinsip, pendekatan dan mekanisme program;

2. Penjelasan mengenai Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat

3. Penjelasan mengenai tugas dan fungsi Pokjasan kelurahan

Peserta Rembug Kelurahan I:

1. Masyarakat umum

2. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat serta

anggota masyarakat secara luas.

3. Pemerintahan Kelurahan, Para Pengurus RT/RW setempat, Pemerintah

Kecamatan.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 7

Persiapan pelaksanaan Rembug Kelurahan I:

1. BKM dibantu FM memfasilitasi kesepakatan antara Aparat Kelurahan dan

Pengurus RT/RW mengenai waktu dan tempat Rembug Kelurahan

2. BKM dibantu FM menyebarkan undangan kepada Para Pengurus RT/RW,

dengan menuliskan dalam undangan, bahwa pengurus disarankan mengajak

perwakilan masyarakat, dengan mengutamakan kaum perempuan dan

kelompok masyarakat miskin (Format 1.5 Lampiran)

3. BKM dibantu FM mengundang Aparat Desa terkait, Aparat Pemerintah

Kecamatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi

Masyarakat

4. BKM dibantu FM mengundang DPIU, Satker Kota dan Konsultan untuk

bertindak sebagai nara sumber dan sebagai wakil Pemerintah dalam

penandatanganan Kesepakatan Pakta Integritas

5. BKM dibantu FM membantu Aparat kelurahan dalam menyiapkan tempat

pertemuan, peralatan dan materi yang diperlukan;

6. FM menyiapkan Daftar Hadir, membuat Notulensi serta pendokumentasian

kegiatan Sosialisasi dan Penandatangan Pakta Integritas (Format 1.6-1.8 Lampiran).

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 8

Proses Pelaksanaan Rembug Kelurahan I:

1. Perkenalan antara Nara Sumber dengan peserta undangan

2. FM mengedarkan daftar hadir kepada para peserta

3. Nara sumber memaparkan tentang Gambaran Umum, prinsip-prinsip serta

mekanisme pelaksanaan Program SPBM, terutama sistem seleksi kampung

dan proses RPA yang dilaksanakan di tingkat RT/RW

4. Diberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya

5. Penjelasan mengenai pentingnya Surat Pernyataan Kesiapan Masyarakat

6. Pembentukan Pokjasan kelurahan

7. Penyepakatan jadwal pelaksanaan kegiatan berikutnya

8. FM membuat notulensi rapat dan pendokumentasian.

BOX 6.1

CEKLIS PERSIAPAN REMBUG KELURAHAN I

Menyiapkan undangan minimal satu minggu sebelum pelaksanaan pertemuan. Isi undangan menyebutkan waktu, tempat dan tujuan pertemuan secara jelas.

Undangan ditandatangani oleh pihak penyelenggara.

Konfirmasi Pemberitahuan Kehadiran Peserta (minimal 2 hari sebelum pelaksanaan).

Tempat dan peralatan telah tersedia dan cukup memadai.

Konsumsi sesuai perkiraan jumlah peserta

Materi dan Bahan yang akan dibagikan telah tersedia sesuai perkiraan jumlah peserta.

Adakan pertemuan dengan penyelenggara dan penyaji lainnya untuk membicarakan rincian pelaksanaan pertemuan dan peran masingmasing.

Daftar Hadir dan alat pendokumentasian (kamera atau video)

Jadwal Acara

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 9

Catatan

Untuk desa/kelurahan yang pernah mendapatkan bantuan pemberdayaan, dan

pernah melaksanakan rembug–rembug penyiapan masyarakat, maka proses

rembug penyiapan dilakukan dengan menekankan pada:

a. Memperluas jangkauan penyebarluasan informasi pada kelompok lainnya.

b. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan progra-program sebelumnya

terutama pada tingkat partisipasi masyarakatnya.

BOX 6.2 CEKLIS INFORMASI DAN MATERI DALAM REMBUG KELURAHAN Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran Program SPBM Prinsip-Prinsip Program.

Sumber dan Alokasi Dana.

Mekanisme Pencairan Dana.

Para Pelaku Program dan tugas-tugasnya

Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

1. Tahap Penyiapan masyarakat

2. Tahap Perencanaan, ditekankan pada sistem seleksi lingkungan dan penjelasan mengenai Survey Pemetaan Sanitasi

3. Tahap Pelaksanaan Fisik

4. Tahap Pasca Pelaksanaan Fisik

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 10

4.2. TAHAP PERENCANAAN PARTISIPATIF

Tahap perencanaan merupakan lanjutan dari tahapan persiapan. Kegiatan-

kegiatan dalam tahapan ini akan dilakukan di seluruh kelurahan dan di RT atau

RW setempat.

REVIEW PJM PRONANGKIS

Pada awal pelaksanaan, di tingkat kelurahan diadakan review PJM Pronangkis

yang telah disusun oleh BKM pada saat pelaksanaan program PNPM Mandiri

Perkotaan (P2KP). Review ini bertujuan untuk memeriksa apakah hal-hal yang

berkaitan dengan penanganan permasalahan sanitasi telah dicantumkan di dalam

PJM Pronangkis. Selanjutnya melalui pendampingan fasilitator SPBM, dilakukan

revisi PJM Pronangkis untuk menajamkan rencana kegiatan penanganan

permasalahan sanitasi yang akan dilaksanakan masyarakat.

PELAKSANAAN PEMETAAN SANITASI KELURAHAN

Pemetaan Sanitasi Kelurahan

dilakukan untuk melakukan

pengumpulan data dan informasi

mengenai kondisi pelayanan sanitasi

kelurahan, kondisi kependudukan,

sampai dengan permasalahan

sanitasi yang dihadapi sebagai

bahan untuk menyusun CSIAP

Pronangkis dan Rencana Kerja

Masyarakat. Contoh Format dan

petunjuk yang digunakan dalam proses ini dapat dilihat dalam Format 2.1-2.4 Lampiran.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 11

Data dan Informasi yang akan digali melalui Pemetaan Sanitasi Kelurahan ini adalah:

1. Kondisi wilayah, dilakukan dengan membuat peta sederhana kawasan desa,

yang berisi: tata letak tapak, status tanah dan status penguasaan, Peta

Jaringan Sanitasi serta Kondisi Prasarana dan Sarana Sanitasi yang ada,

serta Permasalahan Sanitasi yang ada

2. Kondisi demografi, dilakukan dengan: pengumpulan data dan pemutakhiran

data kependudukan; pengumpulan data sosial masyakarat seperti tingkat

pendidikan, strata ekonomi, dan sebagainya; pengumpulan data permasalahan

kependudukan yang mencakup permasalahan sosial seperti konflik antar

penduduk;

Pemetaan Sanitasi Kelurahan dilaksanakan oleh Pokja Sanitasi BKM bersama

dengan KD dan FM serta relawan masyarakat dari masing-masing RT/RW.

BOX 6. 3

Langkah pelaksanaan Pemetaan Sanitas i Kelu rahan adalah:

1. FM menjelaskan tentang arti penting Pemetaan Sanitasi, dimana melalui hal tersebut dapat diperoleh kondisi sanitasi serta permasalahan yang dihadapi;

2. Menjelaskan format perangkat yang akan digunakan untuk memperoleh data-data yang mencakup pemetaan penduduk miskin, pemetaan batas tapak dan pemetaan infrastruktur sanitasi;

3. Melakukan Pemetaan Batas Tapak (lihat Format 3.19 lampiran 3). Pemetaan dibuat untuk melihat keadaan umum kampung dan lingkungannya yang menyangkut sarana prasarana, keadaan fisik lingkungan, luas dan tata letak lahan-lahan termasuk peruntukkannya, penyebaran daerah permukiman, aliran air, lembaga-lembaga yang ada di desa, sekolah, posyandu, puskesmas.

4. Melakukan Pemetaan Infrastruktur Sanitasi (lihat Format 3.20 lampiran 3). Pemetaan infrastruktur dibuat untuk melihat kondisi infrastruktur sanitasi kelurahan serta akses pelayanan masyarakat terhadap infrastruktur sanitasi. Pada pemetaan infrastruktur sanitasi perlu dipetakan permasalahan masyarakat dalam mengakses pelayanan infrastruktur, seperti penduduk/daerah yang mengalami kekurangan air bersih. Hasil pemetaan infrastruktur diharapkan dapat menggambarkan kondisi dan permasalahan sanitasi yang dihadapi oleh masyarakat secara menyeluruh.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 12

PENYUSUNAN RENCANA AKSI PERBAIKAN SANITASI (COMMUNITY SANITATION ACTION PLAN/CSIAP)

Dari hasil Pemetaan Sanitasi Kelurahan,

kemudian Pokja Sanitasi, KD dan

didampingi oleh FM melakukan identifikasi

permasalahan dan pemetaan kondisi

sanitasi kelurahan. Hasil identifikasi

permasalahan, kemudian dicermati

bersama oleh Pokja Sanitasi dan KD yang

didampingi FM untuk merumuskan kondisi

sanitasi kelurahan, serta menyusun

Rencana Perbaikan Sanitasi di tingkat Kelurahan atau Community Sanitation

Implementation Action Plan (CSIAP).

Penyusunan Rencana Perbaikan Sanitasi dilakukan dengan:

1. Penyusunan daftar identifikasi masalah, yang dilakukan dengan

mengkompilasi data dan permasalahan sanitasi yang kemudian disintesakan.

2. Penentuan daerah-daerah bermasalah, penentuan daerah bermasalah

diidentifikasi dari hasil kompilasi data dan permasalahan sanitasi yang disusun

yang kemudian dinilai skala prioritasnya dengan menggunakan Metoda

Metaplan. Dengan menggunakan metaplan, penentuan daerah penerima

manfaat program dapat dilakukan secara optimal;

Rencana Aksi Perbaikan Sanitasi/CSIAP ini disusun secara partisipatif oleh

Pokjasan Kelurahan dan BKM dengan didukung oleh perwakilan masyarakat,

tokoh masyarakat dan dilakukan konsultasi kepada pemerintah setempat,

masyarakat dan Pokja Sanitasi/AMPL Kabupaten/Kota. Hal yang perlu ditekankan

pada tahap ini adalah bahwa usulan kegiatan yang muncul harus sesuai dengan

Strategi Sanitasi Kabupaten/kota yang telah disusun oleh pemerintah

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 13

kabupaten/kota, dalam hal ini maka masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator

harus berkoordinasi dengan tim Pokja Sanitasi/AMPL tingkat kabupaten/kota.

CSIAP merupakan perencanaan partisipatif jangka menengah, dengan jangka

waktu 3 tahun, mengenai rencana investasi pembangunan sarana sanitasi

komunal, upaya peningkatan kualitas hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat

tingkat kelurahan dari hasil pemetaan sanitasi serta usulan kegiatan

pembangunan skala kecil yang diusulkan oleh kelompok masyarakat. Hasil

pemetaan sanitasi menjadi input penting dalam penyusunan perencanaan ini.

Tata cara penyusunan CSIAP akan dijelaskan lebih lanjut di dalam lampiran

pedoman pelaksanaan.

Hasil dari perumusan masalah kemudian dijadikan bahan dalam Rembug

Kelurahan II.

REMBUG KELURAHAN II

Setelah pemetaan sanitasi dan penyusunan CSIAP, maka tahapan berikutnya

adalah melakukan Rembug Kelurahan II. Kegiatan ini disiapkan oleh BKM dengan

dukungan Kader Masyarakat dan FM.

Rembug Kelurahan II dilaksanakan dalam bentuk diskusi terbuka untuk

merumuskan prioritas titik lokasi penanganan permasalahan sanitasi.

Tujuan Rembug Kelurahan II:

1. Merumuskan prioritas permasalahan yang terdapat di kelurahan;

2. Menentukan titik lokasi penanganan permasalahan;

3. Menentukan jenis infrastruktur yang akan dibangun;

4. Menyusun rencana kegiatan pelaksanaan pembangunan.

Jenis infrastruktur yang akan dibangun harus disesuaikan dengan kriteria teknis

program SPBM.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 14

Proses yang dilakukan dalam Rembug Kelurahan II adalah sebagai berikut:

1. Penjelasan kembali prinsip-prinsip Program SPBM;

2. Pemaparan kondisi dan permasalahan sanitasi kelurahan diperoleh dari hasil

pemetaan sanitasi dan telah disusun di dalam CSIAP;

3. Verifikasi CSIAP oleh seluruh peserta;

4. Paparan FM mengenai Alternatif Solusi Permasalahan, dalam kerangka masa

sekarang dan masa yang akan datang;

5. Peserta rembug kelurahan dibagi ke dalam beberapa kelompok diskusi dimana

masing-masing kelompok tersebut membuat prioritas penanganan

permasalahan (sesuai dengan Format Penentuan Prioritas);

6. Kemudian dilakukan pleno untuk membahas Prioritas Penanganan

Permasalahan;

7. Identifikasi Prioritas Lingkungan Penerima Manfaat berdasarkan skor hasil

pemetaan sanitasi;

8. Penentuan titik lokasi dan jenis infrastruktur yang akan dibangun;

9. Pembuatan Berita Acara Rembug Kelurahan II yang dilakukan oleh BKM dan

dibantu oleh Kader dan FM (Format 2.6 Lampiran ).

Peserta Rembug Kelurahan II

1. Masyarakat umum;

2. Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok/Organisasi Masyarakat serta

anggota masyarakat secara luas.

3. Pemerintahan Kelurahan, Para Pengurus RT/RW setempat, Pemerintah

Kecamatan, Pokjasan.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 15

Rembug Tingkat RT/RW I (Penyiapan Pemetaan RPA)

Tahapan perencanaan di tingkat lokasi

program lokasi titik pembangunan

sarana sanitasi yang telah ditentukan

pada Rembug Kelurahan II

sebelumnya , dimulai dengan Rembug

Warga tingkat RT/RW I.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk

sosialisasi program di titik lokasi, dan

persiapan pelaksanaan Pemetaan Sanitasi dengan RPA.

Rembug warga tingkat RW dilaksanakan dalam bentuk diskusi terbuka yang

diharapkan mampu menentukan waktu, tempat, dan partisipan dalam pelaksanaan

RPA.

Dalam Rembug Warga Tingkat RT/RW, sangat disarankan untuk mengundang FM

atau perwakilan BKM sebagai narasumber dalam pertemuan.

Tujuan Rembug RT/RW I

1. Menyebarluaskan informasi program sampai ke tingkat RT/RW serta

menyampaikan hasil Rembug Kelurahan kepada masyarakat.

2. Merencanakan jadwal dan pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan

metode RPA.

Proses yang dilakukan dalam Rembug Tingkat RT/RW I adalah sebagai

berikut:

1. Penjelasan kembali prinsip-prinsip Program Sanitasi Perkotaandi tingkat

RT/RW

2. Paparan narasumber mengenai sistem seleksi lingkungan/kampung dalam

program, dan pelaksanaan pemetaan sanitasi

3. Peserta musyawarah kemudian menentukan waktu dan pelaksanaan

pemetaan sanitasi dengan metode RPA.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 16

Pelaksanaan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan RPA

Setelah masyarakat menentukan jadwal dan waktu pelaksanaan Pemetaan

Kebutuhan Sanitasi dengan RPA pada Rembug RT/RW I, kemudian

BKM/Pokjasan dibantu FM dan Kader Masyarakat melaksanakan Pemetaan

Sanitasi dengan metode RPA.

RPA merupakan metode yang digunakan untuk melakukan pemetaan kondisi

sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk

memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif,

atau bersama-sama masyarakat.

Alasan penggunaan metode ini adalah :

1. Memposisikan masyarakat sebagai subyek

2. Memberikan ”ruang” kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan

keinginannya

3. Sebagai media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah (grass root

level).

RPA dilakukan setelah kegiatan Rembug Warga tingkat RT/RW I. RPA akan

dilakukan hanya jika ada permintaan dari masyarakat setelah mereka memahami

konsep Program SPBM dalam Rembug Warga Tingkat RT/RW. Hal ini sesuai

dengan pendekatan Demand Responsive Approach (DRA), yaitu permintaan

menjadi salah satu indikator kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi yang

mereka hadapi.

Tujuan Pemetaan Kebutuhan Sanitasi:

Secara umum, tujuan pemetaan sanitasi adalah teridentifikasinya masalah sanitasi

dan keinginan masyarakat untuk memecahkannya atas dasar kemampuan sendiri

yang dilakukan secara partisipatif, sistematis, dan cepat. Tujuan akhirnya adalah

terseleksinya masyarakat yang paling siap untuk implementasi program SPBM.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 17

Untuk menilai kesiapan masyarakat, dengan menggunakan metode RPA akan

diukur 5 (lima) variabel, yaitu :

1. Pengalaman membangun infrastruktur kampung

2. Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi

3. Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi

4. Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sarana

5. Prioritas perbaikan sanitasi.

Kegiatan Pemetaan Sanitasi dilaksanakan oleh KSM dengan didukung oleh kader

masyarakat, perwakilan warga masyarakat.

Penjelasan secara rinci mengenai metode RPA disajikan di dalam pedoman RPA,

CSIAP dan RKM, serta format-format yang dibutuhkan dalam pelaksanaan RPA

dan Penyusunan RKM dapat dilihat pada Format 3.6-3.10 Lampiran.

Dari hasil RPA, KSM dapat menentukan titik yang paling tepat di RT/RW terpilih

yang membutuhkan sarana sanitasi. Setelah itu KSM melanjutkannya dengan

penyusunan RKM.

Untuk lebih jelasnya proses RPA dapat dilihat pada Annek 1 Buku Petunjuk Survey.

Rembug RT/RW II (Penetapan Titik Lokasi Infrastruktur dan Pembentukan KSM)

Setelah titik pelaksaaan Pemetaan RPA, dilaksanakan Rembug RT/RW II untuk

mempresentasikan hasil Pemetaan RPA, serta memilih Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM). KSM beranggotakan warga setempat, terutama yang akan

memanfaatkan sarana sanitasi yang akan dibangun.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 18

Tujuan Rembug RT/RW II

1. Memaparkan hasil Pemetaan Kebutuhan Sanitasi dengan RPA kepada

masyarakat, serta menentukan titik lokasi pembangunan

2. Membentuk KSM

3. Merencanakan jadwal dan pelaksanaan Penyusunan RKM

Proses yang dilakukan dalam Rembug Tingkat RT/RW II adalah sebagai berikut:

1. Paparan kembali oleh narasumber mengenai sistem seleksi

lingkungan/kampung dalam program, dan pelaksanaan pemetaan sanitasi

2. Pemaparan hasil Pemetaan Sanitasi kepada masyarakat

3. Peserta Musyawarah kemudian memilih anggota KSM

4. Peserta musyawarah kemudian menentukan waktu dan pelaksanaan

penyusunan RKM

KSM akan bertanggung jawab selama proses pelaksanaan program, mulai dari

perencanaan (penyusunan RKM dan DED-RAB), pelaksanaan konstruksi, sampai

penyelenggaraan sistem operasi dan pemeliharaan setelah konstruksi selesai.

Selain itu KSM juga berperan dalam kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,

setelah FM tidak bertugas di lokasi. Sehingga dalam membentuk maupun

menyusun organisasinya disesuaikan dengan kepentingan kegiatan-kegiatan

tersebut.

Bentuk dan susunan pengurus sesuai dengan kehendak musyawarah masyarakat,

dan ditetapkan melalui surat keputusan kelurahan yang diketahui oleh kecamatan

setempat. Namun, apabila dibutuhkan, pembentukan/kepengurusan KSM dan

AD/ART KSM dapat dilegalkan melalui notaris setempat.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 19

Contoh Bentuk Kelompok:

Kelompok Pengelola terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Seksi Kontribusi,

Seksi Operasi dan Pemeliharaan, Seksi Kampanye Kesehatan.

Dengan tugas sebagai berikut:

1. Ketua:

- Mengkoordinasikan perencanaan kegiatan pembangunan.

- Memimpin pelaksanaan tugas panitia dan kegiatan rapat-rapat.

2. Sekretaris:

- Menyusun rencana kebutuhan dan melaksanakan kegiatan tata usaha

serta dokumentasi;

- Melaksanakan surat-menyurat;

- Melaksanakan pelaporan kegiatan pembangunan secara bertahap.

3. Bendahara:

- Menerima, menyimpan dan mengeluarkan/membayar sesuai dengan RAB

yang telah ditetapkan;

- Melakukan pengelolaan administrasi keuangan dan pembukuan realisasi

serta laporan pertanggungjawaban keuangan yang dikelola mingguan dan

bulanan.

4. Seksi Tenaga Kerja

- Melakukan inventarisasi tenaga kerja;

- Melakukan rekrutmen tenaga kerja;

- Mengatur tenaga kerja di lapangan;

- Mengatur dan mengkoordinir material yang diperlukan;

- Pengawasan kepada pekerja dan bekerjasama dengan mandor.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 20

5. Seksi Kontribusi:

- Melakukan penarikan kontribusi dari masyarakat berupa uang dan menye-

torkan pada bendahara

6. Seksi Logistik:

- Bertanggung jawab terhadap keamanan material selama pembangunan;

- Membuat laporan tentang keadaan material;

- Mengalokasikan material sesuai dengan kebutuhan pekerjaan konstruksi.

7. Seksi Operasi & Pemeliharaan:

- Mengoperasikan dan memelihara sarana sanitasi yang telah dibangun;

- Bertanggung jawab terhadap hal-hal teknis.

8. Seksi Kampanye Kesehatan:

- Mengorganisir kegiatan kampanye kesehatan di masyarakat;

- Membantu dalam penyuluhan kesehatan masyarakat;

- Melakukan monitoring terhadap upaya penyehatan lingkungan

Catatan :

Untuk sebagai catatan, bahwa mekanisme kerja KSM tercantum dalam Anggaran

Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang disepakati oleh pengurus

KSM dan selu-ruh calon pengguna/penerima manfaat. Sementara, status

pembentukan KSM disahkan dengan Surat Keputusan (SK) Lurah yang diketahui

oleh Camat setempat. Untuk daerah tertentu, pembentu-kan KSM ini perlu

legalitas notaris untuk kepentingan pembukaan rekening masyarakat.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 21

Penyusunan RKM

Rencana kegiatan masyarakat (RKM)

merupakan bukti dokumen resmi

perencanaan perbaikan sanitasi oleh

masyarakat, sekaligus sebagai dasar

untuk pencairan dana/material dari

berbagai stakeholder yang telah

memberikan komitmen. RKM Sanitasi

Perkotaan hanya akan dilakukan oleh

masyarakat yang lingkungannya

terseleksi sebagai titik lokasi pembangunan sarana sanitasi.

Penyusunan RKM dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya semaksimal

mungkin melibatkan masyarakat dalam semua kegiatan yang dilakukan, baik

manajemen maupun teknis. Pekerjaan yang membutuhkan keahlian teknis

diserahkan kepada tenaga ahli, namun tetap melibatkan masyarakat.

Dokumen RKM ini berisi mengenai Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi, Detailed

Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB), Mekanisme dan

Jadwal Pencairan Kontribusi, Konstruksi dan Supervisi, Capacity Building,

Pengoperasian dan Perawatan (O&P), Struktur organisasi KSM SPBM,serta

Penjaminan Sistem.

Dalam penyusunan RKM ini, FM berkewajiban untuk memberikan bimbingan baik

teknis dan manajemen kepada KSM Sanitasi.

a. Rekomendasi Pilihan Sarana Sanitasi

Rekomendasi Pilihan Sarana Sanitasi ini berisikan

1. Latar Belakang yang mendasari Kegiatan, didasarkan pada Hasil Survey;

2. Tujuan dan Sasaran yang hendak dicapai dengan Pelaksanaan

Pembangunan Sarana Sanitasi.;

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 22

3. Manfaat Pekerjaan terhadap warga dan Lingkungan Hidup Desa;

4. Pelaksanaan Pekerjaan, baik yang berhubungan dengan Dana, Waktu,

Pelaksana dan Pelaku-pelaku lain yang mungkin terlibat;

5. Kebutuhan Lahan untuk kegiatan yang diusulkan, serta mekanisme

pelaksanaannya;

6. Mekanisme Pelaksanaan, Pengelolaan dan Pengawasan;

7. Profil Lokasi Sasaran yang menunjukkan Kondisi Awal dan Data

Prasarana Sanitasi setempat;

Untuk komponen-komponen piihan sanitasi telah dibahas pada bab

sebelumnya. Untuk jenis konstruksi yang tidak ada atau lebih rumit harus

mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Satker PLP Kota setempat.

b. Usulan Rencana Operasi dan Pemeliharaan

Operasi dan Pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan

sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala untuk menjaga agar

Prasarana dan Sarana tetap dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.

Pelibatan masyarakat dalam Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan dilakukan

dengan dibentuknya KSM

Tujuan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur Terbangun adalah:

1) Tersedianya Infrastruktur yang tetap Berfungsi dengan Kualitas dan

Umur Pelayanan yang sesuai dengan Rencana.

2) Pemeliharaan yang Tepat Waktu dan Tepat Sasaran, dapat

Menghemat Biaya Pemeliharaan.

3) Tersedianya Organisasi Pengelola yang Aktif dan berfungsi dengan

baik.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 23

Pada Tahap Persiapan Usulan RKM, Rencana Operasi dan Pemeliharaan

Baru disusun sebagai Rencana Awal, mengingat Sedangkan Finalisasi

Rencana Operasi dan Pemeliharaan dibahas dan ditetapkan melalui Rembug

Warga Tingkat RT/RW III sebelum pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi

c. Usulan Rencana Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan

Pada dasarnya Sumber Pendanaan Operasi dan Pemeliharaan adalah Warga

Pemanfaat Infrastruktur dengan berlandaskan gotong royong dan kesadaran

bahwa Pemeliharaan, Perbaikan dan Pengembangan Infrastruktur adalah

Tugas bersama seluruh Warga Pemanfaat, bukan milik Pemerintah atau

Aparat.

Namun, Pembiayaan Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan selain bersumber

dari iuran warga diharapkan didukung oleh APBD.

Pada Tahap Penyusunan RKM, Aspek Pembiayaan Baru disusun pada Tahap

Identifikasi dari Rencana Pembiayaan. Sedangkan secara mendetail terhadap

Aspek Operasi dan Pemeliharaan didiskusikan dalam Rembug Warga Tingkat

RT/RW III.

Contoh Penyusunan Usulan dapat dilihat di (Format 4.1-4.4 Lampiran).

Penyusunan DED dan RAB.

Setelah RKM, Langkah selanjutnya adalah Penyusunan Rencana Teknis dan RAB

yang dilaksanakan oleh BKM, KM dengan dibimbing oleh FM. Hasil dari Kegiatan

ini harus dikonsultasikan dengan Satker PLP dan TAMK.

Pada Tahap ini dilaksanakan:

1. Penyusunan Rencana Teknis; Hasil Penyusunan Rencana Teknis diwujudkan

dalam Dokumen Rencana Teknis dan Gambar Desain Teknis (Format 4.8 Lampiran). Penyusunan Rencana Teknis harus mengacu kepada Petunjuk

Teknis Sanitasi.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 24

2. Penyusunan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB); Hasil Penyusunan RAB

berupa Perhitungan Volume Pekerjaan, (berdasarkan Rencana Teknis yang

telah disusun), harga dari berbagai macam bahan/ material, alat dan tenaga

yang dibutuhkan pada suatu konstruksi (Format 4.9 Lampiran).

Tujuan Kegiatan Penghitungan Rencana Anggaran Biaya adalah untuk

Memprediksi Biaya Pelaksanaan. Melalui Penghitungan RAB dapat diketahui

Taksiran Biaya setiap item/sub kegiatan. Perlu dicatat bahwa taksiran biaya yang dibuat bukanlah biaya sebenarnya. Biaya sebenarnya akan diperoleh

pada saat pelaksanaan. Dalam penyusunan RAB, BKM dan KM dibimbing olehFM

dan TAMK.

Pengajuan Dokumen Rencana Pembangunan

Usulan RKM yang telah difinalisasi dan rencana DED serta RAB tersebut

dikonsolidasikan dalam satu buku, dijilid dengan judul : Dokumen Rencana

Pengajuan.

Dalam dokumen rencana pembangunan, Semua hasil dari Penyusunan RKM,

dikonsolidasikan

1. Profil lokasi

2. Ketersediaan Lahan

3. Penentuan Calon Pengguna

4. Pemilihan Teknologi Sanitasi

5. DED dan RAB

6. Mekanisme Pencairan Dana

7. Rencana Pengelolaan Keuangan Sanitasi Perkotaan(Rekening, Administrasi

pembukuan BLM, Mekanisme pembelanjaan, Laporan keuangan)

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 25

8. Rencana Kerja Masyarakat

- Rencana Konstruksi

- Rencana Kontribusi Masyarakat

- Rencana Pelatihan

- Rencana Operasi dan Pemeliharaan.

Usulan Dokumen Rencana Pembangunan ini diserahkan kepada DPIU disertai

dengan Surat Pengantar Usulan Desa (Format 4.1 Lampiran).

Verifikasi Dokumen Rencana Pembangunan

Verifikasi Dokumen Rencana Pembangunan dilakukan oleh DPIU. Usulan

dokumen harus selaras dengan Rencana Pembangunan Pemerintah Daerah,

Kriteria Teknis yang ada dan Prioritas Pembangunan Daerah, dengan demikian

tidak terjadi Pendanaan Pembangunan yang tumpang-tindih. Pada Verifikasi ini,

dapat dilakukan kunjungan lapangan oleh DPIU untuk mengetahui Situasi dan

Kondisi Lapangan (Format 4.5 Lampiran ). Verifikasi dan asistensi Dokumen

disarankan agar tidak lebih dari 7 hari dihitung sejak masuknya dokumen ke DPIU.

Finalisasi Dokumen Rencana Pembangunan

Finalisasi dilakukan oleh KSM dan Kader

Masyarakat dengan Pendampingan dari

FM dan DPIU.

Finalisasi Usulan RKM/CSIAP dilakukan

untuk Perbaikan dan Pembenahan Usulan

RKM berdasarkan hasil verifikasi oleh

DPIU, terutama apabila ditemukan hal-hal

yang belum sempurna

Setelah dilakukan Finalisasi maka Dokumen Rencana Pembangunan dapat

digunakan untuk pada tahap selanjutnya yaitu Pelaksanaan Fisik.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 26

4.3. Tahap Pelaksanaan Fisik

Tahap pelaksanaan fisik dimulai dengan melaksanakan Rembug Warga Tingkat

RT/RW III, Penandatanganan Kontrak Kerja, dan Pelaksanaan Fisik Infrastruktur.

Dalam pelaksanaan fisik dilakukan supervisi yang terdiri atas pemantauan

kegiatan dan pelaporan. Setelah pelaksanaan fisik infrastruktur selesai dilakukan

penyelesaian kegiatan (finalisasi) dan serah terima hasil infrastruktur.

Dalam melaksanakan kegiatan KSM difasilitasi oleh FM.

Rembug Warga Tingkat RT/RW III

Rembug Warga tingkat RT/RW III

(Rencana Pelaksanaan Pembangunan

Infrastruktur bertujuan untuk

menetapkan rencana pelaksanaan

pembangunan infrastruktur, serta

finalisasi rencana Operasi dan

Pemeliharaan.

Pemaparan Rencana Pelaksanaan Pembangunan

Pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi disepakati secara swakelola (tidak

menggunakan pihak ke-3/kontraktor), kecuali untuk pekerjaan-pekerjaan yang

membutuhkan keahlian atau peralatan tertentu. Sehingga, pelaksanaan

pembangunan dioptimalkan untuk memberikan tambahan pendapatan kepada

masyarakat setempat dengan melakukan efisiensi penggunaan alat berat.

Rencana pelaksanaan pembangunan sarana sannitasi yang disepakati mencakup

besaran upah, jumlah pekerja, calon pekerja, mekanisme pembayaran

upah/material dan rencana pengajuan pencairan secara mendetail.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 27

Finalisasi Rencana Operasi dan Pemeliharaan

Rencana Operasi dan Pemeliharaan yang disepakati meliputi rencana

penyediaan dana yang harus masuk rekening pada saat pencairan dana BLM,

rencana pengumpulan dana/iuran pemeliharaan termasuk besarannya dan

mekanisme penyelenggaraan pemeliharaan infrastruktur. Rencana Operasi dan

Pemeliharaan ini disepakati dan akan dilaksanakan oleh KSM. KSM mulai bekerja

sejak tahap pelaksanaan pembangunan, sebagai pengawas pelaksanaan

kegiatan.

Proses Pelaksanaan Rembug Warga RT/RW III

1. KSM dibantu oleh Kader Masyarakat dan FM menyiapkan materi yang akan

disampaikan di dalam Rembug RT/RW III antara lain mengenai:

a. Mekanisme dan rencana pelaksanaan pembangunan sarana sanitasi;

b. Finalisasi rencana Operasi dan Pemeliharaan serta rencana

pendanaannya;

c. Pembentukan Tim Pengadaan Barang/Jasa;

2. KSM dibantu oleh KM dan FM dan perwakilan BKM melaksanakan Rembug

Warga;

3. Perwakilan BKM sebagai pimpinan musyawarah menjelaskan kembali prinsip-

prinsip penting program terutama tentang perlunya keterbukaan dalam

pengelolaan kegiatan dan adanya hak masyarakat untuk melakukan

pemantauan;

4. Ketua KSM memaparkan rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik

5. Peserta musyawarah menyepakati rencana dan jadual pelaksanaan kegiatan,

yang sebelumnya telah di cek dan (jika diperlukan) dirubah sesuai kondisi

terkini, kemudian memberikan wewenang kepada KSM untuk

melaksanakannya;

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 28

6. Identifikasi tenaga terampil dan pendaftaran calon pekerja untuk pekerjaan

yang akan dilaksanakan sendiri. Calon pekerja harus digolongkan menurut

jenis kelamin. Orang yang tergolong kurang mampu harus mendapatkan

prioritas. Pendaftaran tenaga kerja dapat diteruskan selama pelaksanaan bila

terdapat calon tenaga kerja baru

7. Ketua KSM memaparkan rencana Operasi dan Pemeliharaan kepada warga

8. Peserta musyawarah menyepakati rencana Operasi dan Pemeliharaan serta

rencana pendanaannya dan juga menyepakati pelaksanaan pemeliharaan

infrastruktur terbangun;

9. Peserta menyepakati dana yang harus disiapkan sebesar 25% dari

kebutuhan operasi dan pemeliharaan, sebagai syarat pencairan BLM tahap

pertama;

10. Peserta menyepakati berita acara realisasi sumbangan/swadaya masyarakat

(non-finansial) dan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan

infrastruktur di desa;

11. Ketua KSM menjelaskan kembali dan menyimpulkan pokok-pokok hasil

diskusi Rembug Warga Tingkat RT/RW III.

Penandatanganan Kontrak Kerja

Setelah Rembug RT/RW III,

pelaksanaan ditindaklanjuti dengan

penandatanganan kontrak kerja.

Kontrak Kerja berupa Surat Perjanjian

Pelaksanaan Pekerjaan (SP3) antara

BKM dengan PPK PLP, Satker PLP.

Dalam kontrak kerja, dinyatakan

bahwa pembayaran dilakukan dimuka

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 29

dan selanjutnya mempertimbangkan kemajuan pekerjaan di lapangan yang

dilakukan dalam 3 (tiga) tahap sesuai dengan Mekanisme Pencairan Dana untuk

Pembangunan Swakelola dalam Perpres 54 tahun 2010. Tahap pertama sebesar

40% bisa dicairkan setelah RKM disetujui. Selanjutnya 30% berikutnya dibayarkan

pada saat kemajuan pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 30%, dan

sisanya sebesar 60% dibayarkan pada saat kemajuan pelaksanaan kegiatan

sudah mencapai minimal 72%.

Satker PLP dapat melakukan penangguhan pencairan dana untuk Pencairan

Tahap II dan III jika terjadi penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan dana di

lapangan sampai dengan penyelesaian permasalahan oleh lembaga pengawasan

fungsional (Inspektorat Jenderal dan/atau BPKP). Contoh Surat Kontrak Kerja/Perjanjian dapat dilihat pada Format 7.1 lampiran.

Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan mulai dilakukan segera

setelah Penandatanganan Kontrak.

Proses pembangunan ini dilaksanakan

oleh KSM dengan bimbngan FM, serta

dengan pengawasan BKM.

Proses Pelaksanaan Pembangunan

Infrastruktur meliputi beberapa kegiatan

yang terkait di dalamnya, seperti Perencanaan Pekerjaan, Penyiapan Lokasi,

Pengadaan Material dan Barang, Pelaksanaan Konstruksi, Sewa Alat, dan Jumlah

Tenaga Kerja, Jadwal Waktu Pelaksanaan serta Pengendalian Pengeluaran Dana

oleh Pelaksana. (Contoh Rencana Jadwal Pelaksanaan dilihat pada Format 6.1 Lampiran).

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 29

dan selanjutnya mempertimbangkan kemajuan pekerjaan di lapangan yang

dilakukan dalam 3 (tiga) tahap sesuai dengan Mekanisme Pencairan Dana untuk

Pembangunan Swakelola dalam Perpres 54 tahun 2010. Tahap pertama sebesar

40% bisa dicairkan setelah RKM disetujui. Selanjutnya 30% berikutnya dibayarkan

pada saat kemajuan pelaksanaan kegiatan sudah mencapai minimal 30%, dan

sisanya sebesar 60% dibayarkan pada saat kemajuan pelaksanaan kegiatan

sudah mencapai minimal 72%.

Satker PLP dapat melakukan penangguhan pencairan dana untuk Pencairan

Tahap II dan III jika terjadi penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan dana di

lapangan sampai dengan penyelesaian permasalahan oleh lembaga pengawasan

fungsional (Inspektorat Jenderal dan/atau BPKP). Contoh Surat Kontrak Kerja/Perjanjian dapat dilihat pada Format 7.1 lampiran.

Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Perdesaan mulai dilakukan segera

setelah Penandatanganan Kontrak.

Proses pembangunan ini dilaksanakan

oleh KSM dengan bimbngan FM, serta

dengan pengawasan BKM.

Proses Pelaksanaan Pembangunan

Infrastruktur meliputi beberapa kegiatan

yang terkait di dalamnya, seperti Perencanaan Pekerjaan, Penyiapan Lokasi,

Pengadaan Material dan Barang, Pelaksanaan Konstruksi, Sewa Alat, dan Jumlah

Tenaga Kerja, Jadwal Waktu Pelaksanaan serta Pengendalian Pengeluaran Dana

oleh Pelaksana. (Contoh Rencana Jadwal Pelaksanaan dilihat pada Format 6.1 Lampiran).

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 30

Perencanaan Pekerjaan

Sebelum mulai melaksanakan pekerjaan konstruksi, diperlukan perencanaan

pekerjaan meliputi perencanaan untuk tenaga kerja yang diperlukan, pengadaan

material konstruksi, dan pengusahaan peralatan yang diperlukan. Urutan umum tentang kegiatan yang harus dilaksanakan dan memerlukan perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran Lapangan;

2. Pembersihan lahan,

3. Penyiapan lokasi, sebagai tindak lanjut dari land clearing, dengan pelaksanaan

pemasangan patok benchmark;

4. Pengadaan dan pengelolaan material, yang terkait dengan mekanisme

penyimpanan barang dan pengelolaan bahan dan alat;

5. Kegiatan finishing seperti tindakan perlindungan dari erosi, pembersihan akhir,

dsb

Sebelum membuat rencana kerja, berbagai informasi yang spesifik perlu

dikumpulkan, untuk membuat suatu rencana kerja yang realistis. Tanpa rencana

yang baik dan realistis, sulit untuk membuat estimasi berapa besar material,

peralatan, dan tenaga kerja yang diperlukan dan tersedia. Dan tanpa adanya

rencana kerja akan menghasilkan tenaga kerja yang tidak teratur dan tidak optimal,

sehingga tidak akan mencapai hasil yang diharapkan (baik dalam kualitas dan

kuantitas). Informasi yang diperlukan untuk dapat menyusun rencana kerja

adalah sebagai berikut:

1. Tanggal awal dan tanggal penyelesaian;

2. Volume dan lokasi berbagai jenis pekerjaan yang dilaksanakan;

3. Kebutuhan masukan untuk tenaga kerja, material konstruksi, perkakas;

4. Ketersediaan tenaga kerja, peralatan, perkakas, dan material konstruksi

5. Informasi tentang awal dan akhir musim hujan secara umum.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 31

Manajemen Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang termotivasi dengan baik penting artinya untuk keberhasilan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Peran pengawas penting artinya dalam

memotivasi tenaga kerja.

Ia dapat membantu memotivasi para pekerja dalam berbagai cara:

1. Menciptakan rasa pencapaian dan menunjukkan penghargaan atas pekerjaan

yang dilakukan oleh pekerja;

2. Mendelegasikan tanggung jawab kepada pekerja serta member petunjuk dan

pelatihan kepada pekerja sehingga mereka dapat melaksanakan pekerjaannya

dengan baik.

3. Mengatur dan mengelola pekerjaan dengan cara yang efektif dan efisien, dan

mengkomunikasikan serta berperilaku benar di depan pekerja;

4. Memastikan adanya kondisi kerja yang baik dan pantas di lapangan.

Pengaturan Tenaga Kerja

Pengaturan tenaga kerja di lapangan penting sekali bila kegiatan konstruksi

dilaksanakan dengan menerapkan metode kerja Pembangunan Berbasis

Masyarakat (Community Driven Development). Ada sejumlah hal yang perlu

diperhatikan dalam mengatur tenaga kerja di tapak pekerjaan:

1. Mobilisasi Pekerja. Rencana kerja harus disiapkan jauh sebelumnya agar

penduduk setempat dapat mempersiapkan diri apabila tenaga kerja mereka

diperlukan. Kemudian tenaga kerja yang tersedia harus dipastikan agar

jumlahnya tercukupi untuk pekerjaan yang direncanakan dalam hari atau

minggu tertentu. Mobilisasi tenaga kerja diusahakan di sekitar tapak pekerjaan;

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 32

2. Menetapkan Kelompok Pekerja. Kelompok tenaga kerja dapat disusun untuk

melaksanakan pekerjaan. Tergantung pada jenis dan volume pekerjaan, satu

kelompok terdiri dari 10-25 pekerja. Tiap kelompok harus ada ketua kelompok;

3. Pengaturan Jarak Antar Kelompok Pekerja. Kelompok-kelompok pekerja

sebaiknya tidak bekerja berdekatan satu dengan lainnya. Bila mereka bekerja

terlalu terpisah, ini akan menyulitkan pengawasan. Jarak antara lokasi kerja

berbagai kelompok pekerja sebaiknya diatur sesuai dengan jenis pekerjaan

yang dilaksanakan;

4. Menugaskan kegiatan-kegiatan bagi kelompok pekerja. Agar dapat

menggunakan pengalaman dan ketrampilan yang diperoleh secara optimal,

sebaiknya satu kelompok ditugaskan untuk bekerja terus dalam bidang dan

kegiatan yang sama selama masa konstruksi.

5. Penyeimbangan kelompok. Beban agar kerja dibagi rata antara berbagai

kelompok, dan memberikan kesembangan yang baik dalam pembagian tugas

antara pekerja dalam kelompok tertentu.

6. Menetapkan tugas-tugas harian. Tujuannya untuk memungkinkan agar rata-

rata pekerja menyelesaikan kerja sehari dalam sekitar 75% dari jam kerja

normal. Metode ini hanya digunakan pada tahap awal, untuk selanjutnya

ditentukan melalui percobaan di tempat kerja.

Penyiapan Lokasi

Dalam pelaksanaan Program SPBM dimungkinkan adanya proses pengadaan

lahan, yang dilakukan melalui mekanisme “hibah lahan” (voluntary donation),

dengan merujuk pada ADB Policy on Involuntary Resettlement (1998) and

Operation Manual (2006).

Prinsip dasar yang dianut:

1. Akusisi tanah/lahan atau aset sedapat mungkin diminimalisasi;

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 33

2. setiap penduduk yang terkena pembebasan/pengadaan lahan harus secara

layak memperoleh kompensasi dan rehabilitasi;

3. setiap penduduk diajak berkonsultasi dalam mempersiapkan rencana

pemindahan lahan (resettlement plan/rps) dan dalam pelaksanaannya harus

melibatkan penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan;

4. untuk kasus dimana dampak pembebasan lahan mengakibatkan lebih dari

10% aset ataupun lahan yang dimiliki, maka proyek (RIS-PNPM Mandiri) akan

memberikan kompensasi yang memadai melalui rehabilitasi kepada penduduk

terkena dampak pembebasan lahan dengan demikian penduduk tersebut

dapat memperoleh kembali aset yang sama baik dari standar kehidupan yang

layak, maupun pendapatan;

5. apabila masyarakat telah memutuskan untuk memberikan kontribusi lahan

dalam mendukung pelaksanaan kegiatan, beberapa persyaratan safeguard

yang harus dipenuhi adalah:

- Konsultasi yang memadai dengan para pemilik lahan:

Kepastian bahwa hibah tanah/lahan tidak mempengaruhi standar

hidup dari penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan;

Hibah tanah/lahan dikonfirmasikan sebelumnya secara lisan dan

tertulis, serta tercatat dan diverifikasi oleh pihak independen (LSM

maupun organisasi lain yang berbadan hukum);

Sudah dipersiapkan sistem tindak lanjut keluhan masyarakat;

Mekanisme safeguard terkait dengan pengadaan lahan dibahas

melalui proses pengambilan keputusan sesuai dengan pedoman

pelaksanaan diikuti oleh fasilitator dan konsultan serta

menyebarluaskannya kepada masyarakat;

Penilaian khusus berkaitan perlindungan masyarakat yang berpotensi

menjadi miskin akibat adanya proses pengadaan lahan akan dilakukan

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 34

sejalan dengan penyiapan Subproject Resettlement Plan (RPs),

terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak. Secara khusus

masyarakat yang beresiko menjadi miskin tersebut akan diberikan

pendampingan khusus dalam upaya mempertahankan kondisi sosial

ekonomi mereka;

Harus dipersiapkan mekanisme dengar pendapat (hearing) dan

penyelesaian pengaduan selama persiapan RPs;

Detail dari RPs harus disampaikan (disclosed) kepada penduduk yang

terkena dampak pembebasan lahan dan kelompok masyarakat melalui

musyawarah desa dan dicantumkan dalam format isian ringkasan RPs,

ataupun selebaran yang mudah dimengerti oleh seluruh kelompok

masyarakat, serta diletakkan pada papan pengumuman;

Pelaporan dan pemantauan yang memadai menganai sistem

pengelolaan pemukiman kembali.

- Persyaratan dan Kriteria

Secara umum penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan dari

pelaksanaan proyek dapat memperoleh manfaat/dampak antara lain:

Tidak terjadi penurunan standar hidup;

Hak, dan kepemilikan atas lahan tidak berubah;

Usaha masyarakat tidak mengalami kendala, baik dengan atau tanpa

resettlement.

Penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan secara khusus

dilindungi oleh ADB Social Safeguard Policy. Persyaratan kerangka

resettlement dalam RIS-PNPM-Mandiri adalah:

Penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan tidak

diperbolehkan dari penduduk miskin;

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 35

Penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan yang

dikategorikan miskin tidak terkena dampak negatif (langsung ataupun

tidak langsung) dari adanya proyek. Sedangkan kebutuhan lahan

proyek yang dilakukan dengan hibah ataupun melalui kesepakatan

masyarakat harus dilaporkan dan dicatat secara mendetail termasuk

kondisi sosial ekonomi dan dampak proyek bagi penduduk yang

terkena dampak pembebasan lahan;

Setiap kegiatan pengadaan lahan/pemindahan kembali harus sesuai

dengan kebijakan ADB, dan harus dicatat serta dilaporkan;

Seluruh informasi yang dibutuhkan harus dicantumkan dalam format

pemukiman kembali yang dintegrasikan dalam RKM;

Setiap usulan kegiatan yang memerlukan adanya resettlement plan

harus direview oleh komite khusus bagi ADB dan Pemerintah

Indonesia sebelum proyek/kegiatan dilaksanakan.

Prosedur pemukiman kembali, setelah masyarakat menentukan

kegiatan melalui musyawarah desa, dengan prosedur:

- Identifikasi pengadaan lahan dan dampak sosial ekonomi yang

diakibatkannya;

- Mengadakan konsultasi stakeholder dalam upaya

meminimalisasikan dampak dan mengidentiikasi penduduk yang

terkena dampak pembebasan lahan serta preferensi mereka;

- Pengadaan sensus dari penduduk yang terkena dampak

pembebasan lahan dan inventaris serta pengumpulan data dan

pengukuran terinci (Detailed Measurement Survey/DMS) dari

seluruh aset yang terkena;

- Pengumpulan data sosial ekonomi dari penduduk yang terkena

dampak pembebasan lahan, serta memastikan bahwa tidak terjadi

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 36

penurunan standar hidup dari penduduk yang terkena dampak

pembebasan lahan;

- Melaksanakan survey biaya pengantian (ganti rugi) dari aset yang

diinformasikan kepada penduduk yang terkena dampak

pembebasan lahan;

- Menyediakan informasi proyek/kegiatan dan rencana pemukiman

kembali dalam format sederhana dan mudah dimengerti oleh

seluruh stakeholder;

- Setiap hibah lahan, harus dilakukan konfirmasi secara tertulis

kepada penduduk yang terkena dampak pembebasan lahan dan

diverifikasi oleh pihak independen seperti LSM ataupun institusi

yang legal;

- Menyiapkan resettlement plan dengan informasi yang dibutuhkan

dan jadual pelaksanaannya prosedur penanganan pengaduan,

serta monitoring dan evaluasi;

- Menyampaikan resettlement plan kepada komite safeguard untuk

disetujui sebelum pelaksanaan dan pekerjaan sipil.

- Tanggung Jawab Pelaksanaan

Seluruh organisasi pelaksana Program SPBM bertanggung jawab penuh,

dan implementasinya akan didukung oleh tenaga ahli safeguard di tingkat

kabupaten yang akan mendukung FM yang akan mempersiapkan

kegiatan dan pelaksanaan pelaporan.

Komite Independen akan melakukan review, dan pembiayaan untuk

penugasan kegiatan ini akan didanai dari pendanaan proyek.

Secara rinci, mekanisme LARF secara rinci akan di jabarkan dalam BOX 6.4 di

halaman berikut:

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 37

BOX 6.4 MEKANISME LAR F 1. Dalam perencanaan pembangunan desa akan disepakati ada atau tidak adanya

kebutuhan lahan. 2. Apabila ada kubutuhan lahan, ditawarkan kepada masyarakat apakah lahan tersebut

akan dihibahkan atau tidak (non hibah). a. Lahan Hibah

Apabila lahan yang diperlukan tersebut mendapatkan hibah dari pemilik, maka langkah selanjutnya: Memeriksa status tanah tersebut secara hukum Mengidentifikasi atau menetapkan luasnya lahan Melakukan diskusi dan wawancara dengan pemilik Pengisian formulir / lembar hibah

b. Lahan Non Hibah Apabila lahan yang diperlukan tersebut adalah pengguna lahan tetapi bukan sebagai pemilik lahan (pengelola atau penggarap) perlu dilakukan Ressetlement Framework (RF), maka langkah selanjutnya adalah: Identifikasi pengguna lahan Identifikasi atau penetepan luas lahan Diskusi dan wawancara Pada pelaksanaan Program SPBM apabila ditemukan bahwa pengadaan lahan harus menempuh sistem pengadaan non hibah, sedapat mungkin dilakukan penggantian usulan RKM. Hal ini mempertimbangkan bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka Program SPBM merupakan kegiatan yang sifatnya merupakan prasarana dasar dengan skala komunitas.

3. Apabila penetapan lolasi atau lahan yang diperlukan lebih kecil atau sama dengan 10% dari luas lahan yang ada akan dilanjutkan dengan Land Acquisition (LA), dengan langkah sebagai berikut: Melakukan penetapan lokasi dan luas lahan Melakukan pengukuran Menyusun pelaporan

4. Apabila penetapan lokasi atau lahan hibah yang diperlukan lebih besar dari 10% luas lahan yang ada maka akan dilanjutkan dengan Ressetlement Framework (RF). Langkah selanjutnya adalah melakukan: Identifikasi adanya penurunan tingkat kehidupan masyarakat (hilangnya

penghasilan, pekerjaan dsb) Melakukan musyawarah khusus AP.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 38

Pengadaan Barang/Jasa

Pengadaan material yang akan digunakan dalam pembangunan fisik harus sesuai

dengan spesifikasi teknis dan volume yang telah disepakati dan disetujui dalam

RKM dan RAB. Jika terjadi ketidaksesuaian volume yang diakibatkan oleh kondisi

lapangan maka harus dilakukan revisi/perhitungan kembali terhadap RAB tersebut

dengan meminta persetujuan kepada DPIU/PPK Tingkat Kabupaten.

Dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur, penggunaan alat berat

diupayakan seminimal mungkin dengan mempertimbangkan biaya. Jika konstruksi

yang dibangun membutuhkan alat berat maka harus diperhitungkan tingkat

efesiensi dalam penggunaannya sehingga program ini benar-benar dapat

memberikan pendapatan secara optimal kepada masyarakat.

Mekanisme Pengadaan barang dan Jasa mengacu pada Perpres 54 tahun 2010.

Dalam Perpress disebutkan bahwa pengadaan dengan penunjukan langsung bisa

dilakukan untuk pengadaan barang dengan nilai maksimum 200 juta rupiah. Untuk

Program SPBM, peraturan tersebut diaplikasikan dengen dirinci sebagai berikut,

1. Pengadaan barang yang bernilai kurang dari Rp 5.000.000 (lima juta rupiah)

dapat dibeli langsung kepada penyedia barang dan bukti perikatnya cukup

berupa kuitansi pembayaran dengan materai secukupnya.

2. Untuk pengadaan barang yang bernilai diatas Rp 5.000.000 (lima juta rupiah)

sampai dengan Rp 15.000.000 (lima belas juta rupiah) dapat dilakukan

dengan penunjukan langsung kepada 1 (satu) penyedia barang melalui

penawaran tertulis dari penyedia barang yang bersangkutan, dan bukti

perikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan materai secukupnya.

3. Untuk pengadaan barang yang bernilai di atas Rp 15.000.000 (lima juta

rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000 (lima puluh juta) dilakukan oleh panitia

pengadaan yang berjumlah 3 (tiga) orang yang berasal dari BKM dengan cara

meminta dan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3

(tiga) penyedia barang yang berbeda serta memilih penawaran dengan harga

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 39

terendah, dan bukti perikatannya berupa Surat Perintah Kerja (SPK) dengan

materai secukupnya.

4. Dan untuk pengadaan barang yang bernilai diatas Rp 50.000.000 (lima puluh

juta rupiah) dilakukan oleh panitia pengadaan yang berjumlah 3 atau 5 orang

yang berasal dari BKM dengan cara meminta dan membandingkan sekurang-

kurangnya 3 (tiga) penawaran dari 3 (tiga) penyedia dengan harga terendah,

dan bukti perikatannya berupa Surat Perjanjian dengan materai secukupnya.

Dokumen yang harus disiapkan dalam pembentukan dan pelaksanaan pengadaan

barang/jasa dapat dilihat dalam lampiran.

Pada tahap ini, Fasilitator bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada

panitia dan KSM agar pelaksanaan pengadaan material/sewa alat dapat

dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan sasaran.

Pemantauan dan Pengawasan Pelaksanaan Konstruksi

Tujuan pemantauan adalah untuk memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan

fisik agar sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan. Dilakukan dengan

pengumpulan informasi yang terkait pekerjaan fisik, seperti pengecekan kualitas

material, pemantauan pelaksanaan konstruksi melalui pengukuran progress

harian dan mingguan, pemantauan pemanfaatan dana, pemantauan jumlah

pekerja yang berpartisipasi. Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap

permasalahan dan kesulitan yang dihadapi selama pekerjaan konstruksi, misalnya

kejadian alam seperti cuaca, ataupun bencana alam.

Pengawasan pelaksanaan konstruksi dilaksanakan oleh KPP dan dibantu oleh

FM, KD, PPIU dan DPIU (PPIU dan DPIU melakukan pengawasan dalam tinjauan

langsung yang dilakukan secara berkala). Dalam tahap ini merupakan tahapan

yang penting, untuk itu diharapkan masyarakat secara luas mampu melaksanakan

fungsi kontrol untuk: (a)Pengendalian Mutu; (b)Pengendalian Kuantitas/Volume

Pekerjaan; (c)Pengendalian Waktu; dan (d)Pengendalian Biaya.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 40

a. Pengendalian Mutu

Hal-hal yang terkait dengan pengendalian mutu adalah:

- Penyimpanan Bahan/Material

Bahan-bahan harus disimpan sedemikian rupa untuk menjamin

perlindungan kualitas. Dan bahan-bahan yang disimpan harus ditempatkan

sedemikian rupa sehingga mudah diperiksa oleh pengawas.

- Metode Pengangkutan Material/Campuran

Pengangkutan material harus diatur agar tidak terjadi gangguan di antara

pelaksanaan berbagai pekerjaan. Bila perlu pengawas dapat mengenakan

pembatasan bobot pengangkutan untuk melindungi setiap jalan dan

infrastruktur yang ada di sekitar lokasi.

- Pengujian/Pemeriksaan Material

Material yang akan digunakan harus diinspeksi oleh pengawas. Bila perlu

pengawas dapat melaksanakan pemeriksaan ulang material bahan-bahan

yang telah tersimpan sebelumnya.

b. Pengendalian Kuantitas/Volume

Pengawasan Kuantitas, dilakukan untuk mengecek bahan-bahan/campuran

yang ditempatkan, dipindahkan, atau yang terpasang. Pengawas akan

memeriksa bahan-bahan/campuran berdasarkan atas batas toleransi

pembiayaan.

Setelah pekerjaan memenuhi persyaratan baik kualitas dan peryaratan

lainnya, maka pengukuran kuantitas dilakukan agar kuantitas pekerjaan

benar-benar terukur dengan baik sesuai dengan pembiayaan dan disetujui

oleh DPIU.

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 41

c. Pengendalian Waktu

Di dalam pelaksanaan konstruksi, hubungan antara tenaga kerja, alat berat,

dan jumlah jam per hari dengan waktu pelaksanaan penyelesaian sangat erat.

- Jadual Pelaksanaan

Jadual pelaksanaan yang dibuat BKM dicek oleh DPIU dan TAMK

sebelum pekerjaan dimulai terhadap:

Kelayakan rencana target terhadap kondisi cuaca;

Metode konstruksi yang sistematis dan benar;

Pengendalian waktu oleh pengawas berdasarkan jadwal

pelaksanaan tersebut

Dari jadual pelaksanaan tersebut dijabarkan kedalam target harian,

kemudian di cek terhadap pencapaian target hariannya. Bila target harian

tidak terpenuhi maka selisih volume harus di perogramkan/dikejar untuk

hari berikutnya

Bila dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan konstruksi dapat

diselesaikan sesuai jadual.

- Alat Berat

Jika alat berat dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi, maka:

Kapasitas alat/kombinasi alat harus dihitung lebih dahulu

Bila perlu ditambahkan jumlah alat atau menambah jam kerja alat

- Tenaga Kerja dan Jumlah Jam Kerja

Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan target waktu.

Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga

kerja perlu ditambah atau lembur.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 41

c. Pengendalian Waktu

Di dalam pelaksanaan konstruksi, hubungan antara tenaga kerja, alat berat,

dan jumlah jam per hari dengan waktu pelaksanaan penyelesaian sangat erat.

- Jadual Pelaksanaan

Jadual pelaksanaan yang dibuat BKM dicek oleh DPIU dan TAMK

sebelum pekerjaan dimulai terhadap:

Kelayakan rencana target terhadap kondisi cuaca;

Metode konstruksi yang sistematis dan benar;

Pengendalian waktu oleh pengawas berdasarkan jadwal

pelaksanaan tersebut

Dari jadual pelaksanaan tersebut dijabarkan kedalam target harian,

kemudian di cek terhadap pencapaian target hariannya. Bila target harian

tidak terpenuhi maka selisih volume harus di perogramkan/dikejar untuk

hari berikutnya

Bila dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan konstruksi dapat

diselesaikan sesuai jadual.

- Alat Berat

Jika alat berat dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi, maka:

Kapasitas alat/kombinasi alat harus dihitung lebih dahulu

Bila perlu ditambahkan jumlah alat atau menambah jam kerja alat

- Tenaga Kerja dan Jumlah Jam Kerja

Jadwal kebutuhan tenaga kerja harus disesuaikan dengan target waktu.

Bila kondisi pekerjaan diperkirakan tidak bisa diselesaikan, maka tenaga

kerja perlu ditambah atau lembur.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 42

d. Pengendalian Biaya

Yang perlu di perhatikan dalam pengendalian biaya adalah pengukuran

hasil pekerjaan yang dilakukan dengan akurat dan benar sehingga

kuantitas biaya sesuai dengan gambar rencana

Pemakaian Jasa Kontraktor

Pelaksanaan pekerjaan yang dianggap oleh masyarakat tidak mampu dikerjakan

oleh masyarakat sendiri karena memerlukan keahlian dan peralatan khusus,

setelah dievaluasi secara bersama-sama dengan pihak FM, maka KSM

diperbolehkan untuk melaksanakan beberapa komponen pekerjaan dengan

disubkontrakkan melalui pihak ketiga.

Dalam pelaksanaannya KSM akan melakukan pengawasan terhadap kinerja

subkontraktor dengan dibantu oleh FM. Dalam melakukan pengawasan, KSM juga

akan melakukan pertemuan-pertemuan secara berkala dalam rangka memantau

kemajuan pekerjaan yang telah dicapai oleh subkontraktor/pemasok serta

permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan.

Disamping pelaksanaan pekerjaan sendiri oleh masyarakat, KSM juga dapat

secara langsung melakukan teguran-teguran di lapangan baik lisan maupun

tertulis kepada subkontraktor terhadap kualitas pekerjaan maupun kemampuan

tukang yang tidak memadai.

Setiap kontrak yang selesai dilaksanakan oleh subkontraktor akan diperiksa oleh

KSM terlebih dahulu dan dibantu oleh FM , kemudian akan dievaluasi oleh Tim

penerima barang/jasa yang dibentuk oleh BKM.

Panitia Penerima bertugas melakukan evaluasi atau pengecekan pekerjaan (Cek

List Pekerjaan) yang dikerjakan oleh pihak kedua atau pihak ketiga

(Subkontraktor/Pemasok) sesuai dengan spesifikasi teknis atau Kerangka Acuan

Kerja dalam kontrak.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 43

Pelaporan Kegiatan

Bagian lain dari Pengawasan Pelaksanaan

adalah Pencatatan dan Pendokumentasian

Hasil dan Proses di lapangan. Catatan dan

Dokumentasi ini disusun dalam Bentuk

Laporan, yang harus dibuat secara

sederhana dan seringkas mungkin dan

dilakukan secara berkala.

Hal-hal yang harus dimuat dalam laporan:

1. Laporan Harian (Progress, Pemasukan dan Penggunaan Material dan

Cuaca).

2. Buku Kas, yang mencatat Semua Penerimaan dan Pengeluaran Dana.

3. Pengisian Buku Bimbingan (Instruksi).

4. Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan.

5. Jumlah dan Asal Pekerja dan Penggunaan Material.

6. Kesesuian Waktu Pelaksanaan.

7. Foto yang menggambarkan Kondisi Lapangan (0%; 30%; 60%; 100%).

Secara Terperinci, Format Pelaporan Pengawasan Pelaksanaan (Supervisi)

Konstruksi dapat dilihat pada Format 8.1-8.8 Lampiran. Selain itu, BKM selaku

Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan wajib Melaporkan Kemajuan

Pelaksanaan kepada masyarakat yang disampaikan melalui Forum Rembug

Warga Mingguan dan Papan-papan Informasi di lokasi sasaran secara periodik

setiap dua minggu.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 44

Rembug Warga Pelaksanaan

a. Definisi

Pelaksanaan Rembug Warga Pelaksanaan dilakukan untuk melaporkan dan

membahas mengenai Laporan Pelaksanaan Kegiatan, Kendala-kendala

Pelaksanaan dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik kedepan serta agenda

lainnya yang sekiranya diperlukan.

Rembug warga dilakukan secara rutin 1 (satu) minggu sekali dan hasilnya

disebarluaskan melalui kegiatan penempelan informasi kegiatan.

Dalam pelaksanaanya, BKM serta KM

memaparkan laporan pelaksanaan

kegiatan fisik dan keuangan, laporan

penggunaan material, kendala-kendala

pelaksanaan kegiatan dan rencana

pelaksanaan kegiatan fisik kedepan.

Selain itu, KSM dapat melaporkan

perkembangan pengumpulan dana

operasi dan pemeliharaan.

Pelaksanaan musyawarah desa/rembug warga ini diharapkan dapat menjadi

wadah pemecahan permasalahan serta wadah interaksi masyarakat sebagai

pemilik kegiatan selain sebagai salah satu bentuk transparansi pelaksanaan

dan pengelolaan kegiatan.

b. Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam Rembug Warga Pelaksanaan

1) Mempersiapkan Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang disampaikan oleh

BKM:

- Pelaksanaan Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan Fisik;

- Keuangan;

- Laporan Penggunaan Material

- Kendala-kendala Pelaksanaan Kegiatan

- Rencana Pelaksanaan Kegiatan Fisik Kedepan.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 45

2) Menyimpulkan pokok-pokok untuk Rembug Warga Tingkat RT/RW IV.

Keterbukaan Informasi

a. Maksud

Dalam Rangka mewujudkan Transparansi Pengelolaan Dana Bantuan

Program SPBM, KSM dan BKM berkewajiban menyampaikan Informasi dalam

bentuk Penempelan Papan Informasi dan Pemasangan Papan Proyek.

Penempelan informasi ini dilakukan oleh

BKM yang meliputi informasi tentang RKM,

dan hasil-hasil rembug warga, laporan

kemajuan pelaksanaan kegiatan dan

keuangan, serta informasi-informasi

lainnya. Penempelan informasi melalui

papan pengumuman ditempatkan di lokasi

strategis, misalnya di kantor desa/dusun,

masjid, gereja, balai pertemuan dll, dengan

bentuk dan ukuran yang mudah dibaca oleh masyarakat. Penempelan

informasi dilakukan secara rutin 1 (satu) minggu sekali.

Papan proyek memuat informasi tentang nama pelaksanaan kegiatan, jenis

dan volume infrastruktur yang dibangun, pagu dana untuk setiap jenis

kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Papan proyek ditempatkan di lokasi

kegiatan yang mudah terlihat oleh masyarakat.

b. Langkah-langkah yang perlu disiapkan dalam Keterbukaan Informasi

Menyiapkan Papan Informasi dan Pemasangan Papan Proyek oleh BKM yang

meliputi:

1. Informasi tentang Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM).

2. Hasil Musyawarah Desa dan Rembug Warga.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 46

3. Laporan Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dan Keuangan.

Setelah Pelaksanaan Fisik selesai BKM diwajibkan pula untuk

membuat/mencantumkan Logo PU, ditempatkan di lokasi yang mudah dilihat

dan dapat disesuaikan dengan Kondisi Lapangan.

4.4. TAHAP OPERASI DAN PEMELIHARAAN OLEH MASYARAKAT

Secara Garis Besar Tahap Operasi dan Pemeliharaan Oleh Masyarakat di Tingkat

Desa adalah sebagai berikut:

1. Rembug Warga Tingkat RT/RW IV.

2. Serah Terima Infrastruktur.

3. Operasi dan Pemeliharaan.

Rembug Warga Tingkat RT/RW IV

Rembug Warga Tingkat RT/RW IV bertujuan untuk memberikan informasi hasil

pelaksanaan kegiatan dan hasil pengelolaan dana bantuan oleh BKM kepada

warga lokasi sasaran. Rembug dilaksanakan setelah pelaksanaan fisik selesai

100% atau pada saat batas waktu penyelesaian pekerjaan habis.

Rembug Warga ini merupakan penilaian akhir

SPBM yang akan menjadi dasar dalam

pemeriksaan Inspektorat Jenderal/

BPKP/Bawasda.

Forum ini dipimpin oleh Lurah dengan

mengundang Satker PLP Kota, DPIU,

Pemerintah Kecamatan, KSM, KM, LSM,

Tokoh masyarakat desa, dan warga lokasi

kegiatan dengan perwakilan Pengurus RT/RW.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 47

Dalam Rembug ini, BKM menjelaskan secara rinci dan transparan laporan

pertanggung-jawaba. Materi adalah Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan

(LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai dengan foto-foto

pelaksanaan. Hasil Rembug Warga ini disampaikan kepada pemerintah desa dan

kabupaten.

Laporan pertanggung jawaban terdiri dari 2, jenis tergantung penyelesaiannya:

1. Apabila pekerjaan fisik sudah selesai (mencapai 100%), laporan

pertanggungjawaban BKM terdiri dari Laporan Penyelesaian Pelaksanaan

Kegiatan (LP2K), Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB).

2. Apabila pelaksanaan kegiatan fisik tidak selesai pada waktunya (pada akhir

tahun anggaran belum mencapai 100%) maka laporan pertanggungjawaban

BKM harus terdiri dari Laporan Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya

(RKB), Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK), dan

Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (SP3K).

Pembuatan Laporan Penyelesaian Pelaksanaan kegiatan (LP2K)

Laporan penyelesaian pelaksanaan kegiatan (LP2K) adalah laporan yang

ditandatangani oleh Ketua BKM dan diketahui KM dan FM untuk menyatakan

bahwa seluruh jenis kegiatan telah selesai dilaksanakan (kondisi 100%) serta siap

diperiksa oleh Satker PLP Kota. Kondisi 100% dapat dicapai setelah dilakukan

Testing and Commisioning. Testing and Commisioning dilakukan bersama-sama

Satker PLP Kota, FM, Pemerintah Desa dan KPP.

Pada saat LP2K ditandatangani, seluruh administrasi baik pertanggung-jawaban

dana maupun jenis administrasi lainnya harus sudah dilengkapi dan dituntaskan,

termasuk realisasi kegiatan dan biaya (RKB). Lembar LP2K yang sudah

ditandatangani diserahkan pada FM dengan tembusan kepada Satker Kabupaten

untuk mendapatkan tindak lanjut berupa pemeriksaan di lapangan.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 48

Pembuatan Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB)

KSM bersama KM harus membuat rincian realisasi kegiatan dan biaya berikut

rekapitulasinya dan disetujui Satker Kabupaten. Hal ini sebagai bentuk penjelasan

tentang apa saja yang telah dilaksanakan di lapangan serta penggunaan dana

bantuan BLM.

Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) harus dibuat sesuai dengan kondisi pada saat

LP2K dibuat pelaksanaan di lapangan. Hal-hal yang harus dicatat meliputi harga-

harga satuan, volume, jumlah HOK terserap, besar dan distribusi dana dari setiap

kegiatan di luar infrastruktur seluruhnya. Catatan harus berdasar kepada kondisi

aktual di lapangan dan sesuai dengan catatan pelaporan harian.

Pada prinsipnya pembuatan RKB merekap atau merangkum seluruh catatan

penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan yang dibuat selama pelaksanaan.

Gambar-gambar yang dilampirkan dalam dokumen penyelesaian adalah denah

atau lay out, peta situasi, detail konstruksi dan lain-lain yang juga bagian dari RKB.

Jika terjadi perubahan pada infrastruktur terbangun, dilakukan perubahan pada

gambar dan harus dituangkan dalam berita acara revisi. Format RKB dapat dilihat

dalam Format 10.2 Lampiran

Pembuatan Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K)

Surat pernyataan penyelesaian kegiatan ini berisikan kesanggupan BKM untuk

menyelesaikan kegiatan sampai dengan waktu yang direncanakan, dengan

sepengetahuan Pejabat Pembuat Komitmen dari Satker PLP Kota, Lurah dan

DPIU. Format SP2K dapat dilihat pada Format 10.3 Lampiran.

Jika dalam pemeriksaan di lapangan ditemukan adanya kekurangan dalam

pelaksanaan termasuk dalam hal administrasi maka Satker PLP Kota/DPIU dapat

memberikan kesempatan waktu kepada BKM untuk menyelesaikan kegiatan

konstruksi dan atau melakukan perbaikan.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 49

Pembuatan Berita Acara Status Pelaksanaan Kegiatan (BASPK)

Apabila sampai batas waktu akhir tahun anggaran, ternyata kegiatan

pembangunan infrastruktur belum dapat diselesaikan, atau dana belum disalurkan

seluruhnya, maka Ketua BKM dan FM dengan sepengetahuan Pejabat Pembuat

Komitmen dari Satker Kabupaten, dan Kepala Desa membuat Berita Acara Status

Pelaksanaan Kegiatan (BASPK) sebagai pengganti LP2K. BASPK menunjukkan

kondisi hasil pelaksanaan kegiatan yang dicapai pada saat itu.

Lampiran yang harus dibuat jika muncul BASPK, yaitu realisasi kegiatan dan biaya

hingga saat itu maupun gambar-gambar infrastruktur terbangun hingga saat itu.

Jika pada saat BASPK masih terdapat sisa dana yang belum terserap dari KPPN

maka sisa dana tersebut tidak dapat ditarik kembali dan harus dikembalikan ke

kas negara. Format BASPK seperti pada Format 10.4 Lampiran.

Pembuatan Dokumen Penyelesaian

Dokumen penyelesaian merupakan satu buku yang secara garis besar berisi

tentang laporan pertanggung-jawaban BKM selaku pelaksana program termasuk

rincian realisasi penggunaan biaya oleh KSM dan lampiran pendukung lainnya.

Dokumen dalam lampiran pendukung adalah gambar-gambar infrastruktur

terbangun, laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan serta laporan

kemajuan fisik.

Dokumen tersebut harus sudah dapat diselesaikan oleh BKM bersama FM dan

KM untuk disampaikan kepada Satker Kabupaten selambat-Iambatnya 1 (satu)

minggu sejak tanggal serah terima pekerjaan. Jika sampai batas waktu tersebut

dokumen penyelesaian belum bisa dituntaskan, maka Ketua BKM, FM dan Satker

Kabupaten harus membuat Berita Acara Keterlambatan dan Kesanggupan

penyelesaiannya untuk disampaikan kepada DPIU.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

�0

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 50

Serah Terima Infrastruktur

Serah Terima Hasil Pekerjaan

dilakukan setelah Pembangunan

Infrastruktur di Lapangan selesai

dilaksanakan dan Operasionalisasi

Infrastruktur yang dibangun sudah

sepenuhnya dapat berfungsi dan

bermanfaat.

Serah Terima Pekerjaan dari BKM

kepada KPA (Satker PLP Kota)

dengan sepengetahuan Pemerintah Daerah (Dalam hal ini adalah Pemerintahan

Kota dan Pemerintahan Kelurahan). Selanjutnya Pengelolaan Infrastruktur

Terbangun diserahkan oleh KPA kepada KPP untuk dimanfaatkan, dikelola dan

dilestarikan oleh masyarakat.

Urut-urutan adalah sebagai berikut :

1. BKM menyerahkan sarana kepada KPA

2. KPA mencatatkan infrastruktur kepada KPPN

3. KPA menyerahkannya kepada sarana sanitasi kepada KSM untuk dikelola

secara swadaya, otomatis merubah status aset jadi milik warga.

Operasi dan Pemeliharaan Oleh Masyarakat

Tahap Paska Pelaksanaan Fisik merupakan

upaya oleh masyarakat untuk Menggunakan

dan Memelihara Infrastruktur Fisik yang sudah

diselesaikan secara Optimal dan

berkesinambungan, dengan bimbingan dari

Pemerintah setempat.

��P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 51

Kegiatan Pemeliharaan pada Program SPBM sangat tergantung pada Kemauan

dan Kemampuan Masyarakat dalam Melaksanakan, Menggunakan, dan

Memelihara Infrastruktur yang ada.

Tujuan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan adalah sebagai berikut:

1. Prasarana dan sarana terbangun tetap berfungsi sesuai dengan kualitas dan

umur pelayanan sesuai rencana;

2. Menjamin pemeliharaan yang tepat waktu dan tepat sasaran, serta

penghematan biaya pemeliharaan;

3. Memberikan peluang kepada masyarakat/kelompok masyarakat/lembaga

masyarakat untuk mengoperasikan dan mengoptimalkan aset yang ada

sebagai sumber daya serta meningkatkan kapasitas masyarakat dengan

penciptaan eluang pelatihan teknis maupun non teknis.

Pelestarian

Pelestarian kegiatan merupakan tahapan pasca pelaksanaan yang dikelola dan

merupakan tanggungjawab masyarakat. Namun demikian dalam melakukan

tahapan pelestarian dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip Program SPBM.

Hasil yang diharapkan dari upaya pelestarian kegiatan adalah:

1. Penerapan prinsip-prinsip Program SPBM dalam pelaksanaan pembangunan

secara partisipatif di masyarakat;

2. Jaminan berfungsinya prasarana/sarana sanitasi terbangun secara

berkelanjutan, sebagai upaya peningkatan kualitas hidup dan produktifitas

masyarakat;

3. Tumbuhnya kemampuan masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber

pendanaan untuk pemanfaatan dan pemeliharaan prasaran/sarana

terbangun;

4. Meningkatnya fungsi kelembagaan masyarakat di kelurahan dalam

pengelolaan hasil kegiatan;

5. Tumbuhnya rasa memiliki terhadap hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a tBab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

��

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 4 | 52

Prosedur

KSM harus mengembangkan prosedur, yang akan diikuti dalam pelaksanaannya.

Selain prosedur pelaksanaan, KSM juga perlu untuk, untuk merumuskan

peraturan, yang akan menetapkan hak dan kewajiban anggota dan pengelola,

pemilihan pengurus dan mekanisme pemilihan, mengadakan pertemuan reguler,

dan sebagainya. KSM berkewajiban membuat prosedur-prosedur tersebut secara

rinci, transparan dan menyeluruh, dan didiskusikan kepada masyarakat.

BOX 6.5

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan O&P

Organisasi : oleh KSM Pendanaan : 1. Sebagian dana sudah dikumpulkan sejak awal 2. Dana dari pemanfaatan infrastruktur Mekanisme pendanaan disepakati dalam musyawarah

Pengoperasian 1. Pelatihan operasi prasarana oleh FM kepada tenaga pelaksana; 2. Mekanisme kebutuhan bahan untuk operasi dan tenaga

pelaksana; 3. Penghitungan kebutuhan bahan untuk operasi (kasus untuk

prasarana air minum dan sanitasi; Pemeliharaan 1. Pelatihan pemeliharaan rutin dan berkala oleh FM; 2. Perawatan rutin; 3. Perawatan berkala;

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 1

BAB 5 PENUTUP

Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini diharapkan dapat menjadi pegangan

fasilitator masyarakat Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) dalam

melaksanakan kegiatan pendampingan di tingkat kelurahan. Panduan ini diharapkan juga

dapat menjadi media bagi fasilitator dalam mereplikasi peran dan tanggungjawabnya

sebagai pendamping masyarakat kepada para pelaksana kegiatan di Pokjasan, BKM,

Kader Masyarakat, KSM Sanitasi dan aparat kelurahan serta kelompok perempuan

(remaja dan laki-laki) berkolaborasi dengan guru, pekerja kesehatan, pekerja sanitasi, ibu

rumah tangga dan kelompok yang terkait dengan kegiatan SPBM di tingkat kelurahan.

Pada akhirnya melalui panduan ini diharapkan fasilitator dapat menjalankan tugas, peran

dan tanggungjawabnya dengan baik serta lebih dekat dengan masyarakat yang

didampinginya.

�P a n d u a n Te k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

Bab �

Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat

P a n d u a n T e k n i k P e n d a m p i n g a n M a s y a r a k a t 1 | 1

BAB 5 PENUTUP

Panduan Teknik Pendampingan Masyarakat ini diharapkan dapat menjadi pegangan

fasilitator masyarakat Program Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) dalam

melaksanakan kegiatan pendampingan di tingkat kelurahan. Panduan ini diharapkan juga

dapat menjadi media bagi fasilitator dalam mereplikasi peran dan tanggungjawabnya

sebagai pendamping masyarakat kepada para pelaksana kegiatan di Pokjasan, BKM,

Kader Masyarakat, KSM Sanitasi dan aparat kelurahan serta kelompok perempuan

(remaja dan laki-laki) berkolaborasi dengan guru, pekerja kesehatan, pekerja sanitasi, ibu

rumah tangga dan kelompok yang terkait dengan kegiatan SPBM di tingkat kelurahan.

Pada akhirnya melalui panduan ini diharapkan fasilitator dapat menjalankan tugas, peran

dan tanggungjawabnya dengan baik serta lebih dekat dengan masyarakat yang

didampinginya.

.

.