panduan praktik klinis (penyalahgunaan narkotika) tata laksana

7
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATALAKSANA KASUS INTOKSIKASI (F1x.0) DAN ADIKSI (F1x.2) PADA PENGGUNA NARKOTIKA 1. Pengertian (Definisi) Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi. Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Adiksi berasal dari bahasa Inggris addiction yang berarti ketagihan atau kecanduan (Echols & Shadily, 1975). 2. Anamnesis A. Perubahan Fisik: 1. Pada saat menggunakan: Jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. 2. Bila terjadi kelebihan dosis (overdosis): nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. 3. Saat sedang ketagihan (Sakau): mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. 4. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan. B. Perubahan Sikap dan Perilaku: 1. Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.

Upload: rasty

Post on 07-Jul-2016

235 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

NAAAA

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN PRAKTIK KLINIS (Penyalahgunaan Narkotika) Tata Laksana

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)TATALAKSANA KASUS

INTOKSIKASI (F1x.0) DAN ADIKSI (F1x.2) PADA PENGGUNA NARKOTIKA1. Pengertian (Definisi) Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh

tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi.Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.Adiksi berasal dari bahasa Inggris addiction yang berarti ketagihan atau kecanduan (Echols & Shadily, 1975).

2. Anamnesis A. Perubahan Fisik:1. Pada saat menggunakan: Jalan sempoyongan, bicara pelo

(cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif.2. Bila terjadi kelebihan dosis (overdosis): nafas sesak,

denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal.

3. Saat sedang ketagihan (Sakau): mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun.

4. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.

B. Perubahan Sikap dan Perilaku:1. Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas

sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.

2. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja.

3. Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin.

4. Sering mengurung diri, berlama – lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain.

5. Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain.

6. Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.

7. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

3. Pemeriksaan Fisik dan Status Mental

Pemeriksaan Fisik :Kepala : dalam batas normal

Page 2: PANDUAN PRAKTIK KLINIS (Penyalahgunaan Narkotika) Tata Laksana

Leher : dalam batas normalThorak : dalam batas normalAbdomen : dalam batas normalExtremitas : dalam batas normalPemeriksaan Status MentalPemeriksaan Fisik :Kepala : dalam batas normalLeher : dalam batas normalThorak : dalam batas normalAbdomen : dalam batas normalExtremitas : dalam batas normalPemeriksaan Status Mental1. DEKRIPSI UMUM.- Penampilan : Tidak merawat diri.- Psikomotor : Hipoaktif / hiperaktif- Bicara : Lambat/ cepat- Sikap terhadap pemeriksa : Tidak kooperatif

2. MOOD, AFEK, KESERASIAN, DAN EMPATI- Mood : Depresi / cemas- Afek : Apropriate, tumpul- Keserasian : serasi / tidak serasi- Empati : Tidak dapat diraba rasakan / dapat diraba

rasakan3. GANGGUAN PERSEPSI- Halusinasi : Visual, auditorik- Ilusi : (-)- Depersonalisasi : (-)- Derealisasi : (-/ +)

4. GANGGUAN PIKIRAN :- Bentuk pikiran : Dereisme, Autistik- Arus pikiran : Irelevan, asosiasi longgar- Isi pikiran : (-)

5. FUNGSI KOGNITIF :- Kesadaran :Menurun, berubah- Orientasi : Baik- Daya ingat : Baik- Konsentrasi : Menurun- Pikiran abstrak : (-/ +)- Intelegensi : Berkurang

6. PENGENDALIAN IMPULS : Terganggu/ baik7. DAYA NILAI:- Daya Nilai sosial : Terganggu- Uji daya nilai : Terganggu- Daya nilai realitas : Terganggu

8. TILIKAN- Sadar kalau dirinya sakit dan butuh pengobatan

4. Kriteria Diagnosis 1. Berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu dan cukup berat sehingga mengacaukan hampir seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Page 3: PANDUAN PRAKTIK KLINIS (Penyalahgunaan Narkotika) Tata Laksana

2. Perubahan afek yang disertai peningkatan energi (semangat) sehingga terjadi peningkatan aktivitas yang berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide-ide kebesaran (grandious ide) da terlalu optimis.

5. DiagnosisKerja Intoksikasi (F1x.0) dan Adiksi (F1x.2) pada Pengguna Narkotika

6. Diagnosis Banding Intoksikasi (F1x.0):a. Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan: tingkat dosis zat

yang digunakan (dose-dependent), individu dengan kondisi organik tertentu yang mendasarinya (misalnya insufisiensi ginjal/hati) yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan efek insotsikasi berat yang tidak proporsional

b. Disinhibisi yang ada hubungannya dengan konteks sosial perlu dipertimbangkan (misalnya disinhibisi perilaku pada pesta atau upacar keagamaan).

c. Intoksikasi akut merupakan suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lainsehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau prilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya.

d. Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan kembali ke kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi lainya.

Sindrome Ketergantungan (Adiksi) (F1x.2):a. Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika

ditemukan 3 atau lebih gajala dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:

1. Adanya keinginan kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif

2. Kesulitan dalam mengendalikan prilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan.

3. Keadaan putus zat secara fisiologi ketika penghentian penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat.

4. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan alkohol dan opiat yang dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat takberdaya atau mematikan bagi pengguna-pengguna.

5. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau

Page 4: PANDUAN PRAKTIK KLINIS (Penyalahgunaan Narkotika) Tata Laksana

minat laindisebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya.

6. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karna minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan penggunaan zat. Upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:a. Darah lengkapb. Urine lengkapc. Fungsi hatid. Fungsi Ginjal

Radiologi:1. X-ray

8. Terapi Fase Terapi Detoksifikasi, sering disebut dengan fase terapi withdrawal atau fase terapi intoksikasi. Fase ini memiliki beragam variasi:a. Riwayat inap dan riwayat jalanb. Intensive out-patient treatment, terapi residensi, bome

based detoxification programc. Cold Turkey, terapi simptomatikd. Rapid Detoxification, Ultra rapid detoxificatione. Detoxifikasi dengan menggunakan:a) Kodein dan Ibuprofenb) Klontrex (klonidin dan naltrekson)c) Buprenorfind) Metadon

o Mempertahankan pasien dalam satu periode waktu program terapi yang adekuat merupakan sesuatu yang penting guna menilai apakah terapi cukup efektif atau tidak

o Konseling (perorangan dan /atau kelompok) dan terapi perilaku lain merupakan komponen kritis untuk mendapatkan terapi yang efektif untuk pasien adiksi

9. Edukasi(Hospital Health Promotion)

Penjelasan mengenai perjalanan penyakit,Penjelasan mengenai rencana terapiPenjelasan mengenai tindakanPenjelasan mengenai Rahabilitasi medic

10. Prognosis Advitam : dubia ad bonamAd sanationam : dubia ad malam

Page 5: PANDUAN PRAKTIK KLINIS (Penyalahgunaan Narkotika) Tata Laksana

Ad fungsionam : dubia ad malam11. Kepustakaan 1. Hawari, D. 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan

NAPZA. Edisi ke:2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Available from: https://binham.wordpress.com/2012/04/24/mekanisme-terjadinya-penyalahgunaan-napza/

2. Maslim Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi ke-3. Cetakan ke-3. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; Jakarta. Hal: 23 & 37.

3. Badan Narkotika Nasional, 2008, Pedoman Standar Pelayanan Korban Penyalahgunaan Narkoba , BNN; Jakarta.

4. Sylvia D. Elvira. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Cetakan ke-1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. Hal: 228-243.

5. Maslim Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III dan DSM-5). Cetakan 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; Jakarta. Hal: 64.