panduan penanggulangan kemiskinan - · pdf fileselanjutnya untuk mengatur mekanisme kerja tkpk...
TRANSCRIPT
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5
TIm NasIONal PERCEPaTaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN
BuKu PEgaNgaN REsmI TKPK daERah
PaNduaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN
sEKRETaRIaT WaKIl PREsIdENREPuBlIK INdONEsIa
PaNduaNPENaNggulaNgaN
KEmIsKINaN: BUKU PEGANGAN RESMI TKPK dAERAh
TIm NasIONal PERCEPaTaN PENaNggulaNgaN KEmIsKINaN
sEKRETaRIaT WaKIl PREsIdENREPuBlIK INdONEsIa
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10 i
mOdul PelaTihan TKPKd
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10
Judul: Panduan Penanggulangan Kemiskinan: Buku Pegangan Resmi TKPK Daerah
Foto: cortessy panoramio, wordpress.com
disusun dan diterbitkan oleh:Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TnP2K)
Cetakan Pertama, edisi Pertama (Januari 2011)
hak Cipta dilindungi undang-undang.© 2010 Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TnP2K)
akses : www.tnp2k.wapresri.go.idKritik dan saran : [email protected] : Tim nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Kantor Wakil Presiden Republik indonesia Jl. Kebon sirih no. 35 Jakarta Pusat 10110 Telp. 021-3912812 Fax. 021-3912-511 dan 021-391-2513 e-mail: [email protected] Website: www.tnp2k.wapresri.go.id
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10 i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan,
telah diterbitkan Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan, mengamanatkan dibentuknya Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Nasional (TNP2K) yang diketuai oleh Wakil
Presiden. Selain itu diamanatkan pula pembentukan Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan (TKPK) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai mitra kerja TNP2K.
Selanjutnya untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah, diterbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Buku Panduan Analisis Kemiskinan di Daerah ini merupakan panduan kerja resmi
untuk TKPK Daerah dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Buku panduan ini,
dimaksudkan untuk meningkatkan peran TKPK Daerah agar mampu melakukan: (1)
Analisis kondisi kemiskinan di daerah masing-masing; (2) Penyusunan anggaran
yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan; dan (3) Koordinasi dan pengendalian
program-program penanggulangan kemiskinan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Dr. Ascobat Gani, yang
telah memberikan masukan untuk bidang kesehatan. Selain itu, terima kasih juga
kami sampaikan kepada Tim Decentralize Basic Education (DBE)-USAID yang telah
memberikan masukan untuk bidang pendidikan. Terima kasih disampaikan kepada
SEKRETARIAT WAKIL PRESIDENSEKRETARIAT TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN iii TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANii iiiTIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANii
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan Nasional yang selalu terbuka
untuk melakukan diskusi dalam proses penyusunan buku panduan ini. Kami sampaikan
terima kasih kepada seluruh staf TNP2K yang telah berkontribusi pada penyusunan
panduan ini.
Seperti layaknya buku panduan lain, buku panduan ini bersifat dinamis sebagai
living document, untuk itu sangat terbuka segala masukan bagi penyempurnaan.
Sebagai penutup, kami berharap semoga buku ini bermanfaat bagi seluruh
pemangku kepentingan yang bergerak dalam bidang penanggulangan kemiskinan di
Indonesia.
Jakarta, Januari 2011
Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan
Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan
Selaku Sekretaris Eksekutif Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Dr. Bambang Widianto
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN iii
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANii iii
DAFTAR SINGKATANAKB Angka Kematian Bayi APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APM Angka Partisipasi MurniATS Alat Tulis SekolahBAHP Bahan dan Alat Habis PakaiBappenas Badan Perencanaan Pembangunan NasionalBCG Bacillus Calmette GuerinBNI Bank Negara IndonesiaBOS Biaya Operasional SekolahBOSP Biaya Operasional Satuan PendidikanBPMKS Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota SurakartaBPS Badan Pusat Statistik BRI Bank Rakyat IndonesiaBTN Bank Tabungan NegaraDKI Daerah Khusus IbukotaG-KDP Green Kecamatan Development Program HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency SyndromeIPA Ilmu Pengetahuan AlamIPS Ilmu Pengetahuan SosialJPSBK Jaring Pengaman Bidang Kesehatan KB Keluarga BerencanaKIA Kesehatan Ibu dan AnakKm Kilo MeterKP Kelautan dan Perikanan KUR Kredit Usaha Rakyat MDGs Millennium Development GoalsND Neigbourhood Development NTT Nusa Tenggara TimurPBM Proses Belajar Mengajar PDRB Produk Domestik Regional BrutoPermendiknas Peraturan Menteri Pendidikan NasionalPISEW Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah PKH Program Keluarga HarapanPNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PPAUD Pendidikan dan Perawatan Anak Usia DiniPPIP Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan PPN Perencanaan Pembangunan Nasional PUAP Peningkatan Usaha Agrobisnis PertanianRaskin Beras miskin Rombel Rombongan Belajar RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin RSUD Rumah Sakit Umum DaerahSD/MI Sekolah Dasar/Madrasah IbtidaiyahSMA/MA Sekolah Menengah Atas/Madrasah AliyahSMP/MTs Sekolah Menengah Pertama/Madrasah TsanawiyahSNP Standar Nasional PendidikanSPM Standar Pelayanan MinimumTKPK Tim Koordinasi Penanggulangan KemiskinanTKPKD Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan DaerahTNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan NasionalUMKM Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANiv v TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANiv v
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANiv v
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANiv v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................v
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
BAB II PANDUAN ANALISIS KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH
2.1. Indikator Utama ................................................................................................. 3
2.2. Indikator Pendukung ......................................................................................... 5
2.3. Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat .................................. 6
2.3.1. Analisis Prioritas Bidang ....................................................................... 6
A. Analisis Tren ............................................................................................... 5
A.1. Perbandingan Antar Waktu ............................................................ 6
A.2. Perbandingan Antar Wilayah ......................................................... 8
A.3. Perbandingan dengan Nasional ................................................... 10
B. Analisis Relevansi dan Efektivitas .............................................................11
C. Analisis Keterkaitan .................................................................................. 13
2.3.2. Analisis Penentuan Wilayah Prioritas........................................................... 15
2.3.3. Ringkasan Kesimpulan Analisis ................................................................... 17
A. Menyimpulkan Program Pada Masing-Masing Bidang ............................. 17
B. Menyimpulkan Prioritas Wilayah .............................................................. 17
BAB III PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN YANG EFEKTIF DALAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
3.1. Analisis Anggaran Melihat Kesesuaian Alokasi Dengan Prioritas ................... 20
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANvi vii TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANvi vii
3.2. Analisis Anggaran oleh Pemerintah Daerah Satu Tingkat Di Atasnya
Untuk Melihat Distribusi Anggaran Dari Pemerintah Daerah
di Dalam Wilayahnya ..................................................................................... 21
3.3. Contoh Kasus Analisis Distribusi Anggaran: Bidang Kesehatan ..................... 22
A. Analisis Perkembangan Proporsi Anggaran Bidang Kesehatan Terhadap Total Anggaran 22 B. Analisis Pembiayaan Berdasakan Sumber Pembiyaan 22
C. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Penyelenggara Layanan 23
D. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran 25
E. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Program 26
3.4. Contoh Kasus Analisis Gap: Bidang Pendidikan 27
A. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) 27
B. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Pendidikan Daerah 29
C. Analisis Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah 31
D. Analisis Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan 31
BAB IV PEDOMAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4.1. Pendahuluan ................................................................................................... 35
4.2. Klasifikasi Program Penanggulangan Kemiskinan.......................................... 36
4.2.1 Memperbaiki Program Perlindungan Sosial ........................................ 36
4.2.2 Meningkatkan Akses Pelayanan Dasar ............................................... 37
4.2.3 Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin .................................... 38
4.2.4 Pembangunan yang Inklusif ................................................................ 38
4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional............................................ 39
4.3.1 Program Keluarga Harapan (PKH) ...................................................... 40
4.3.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri ......... 45
4.3.3. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................. 48
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANvi vii
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANvi vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Utama Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat ................................................................................................................... 4
Tabel 2. Relevansi dan Efektivitas Indikator Utama, (Contoh Kasus: Provinsi NTT) ............................................................................ 17
Tabel 3. Kabupaten/Kota Prioritas terkait dengan Indikator Utama dan Indikator Pendukung (Contoh Kasus: Provinsi NTT) ......................................................... 18
Tabel 4. Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008 ........................................................................................................... 23
Tabel 5. Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan, Kabupaten Ende 2008 ........................................................................................................... 24
Tabel 6. Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Kabupaten Ende, Tahun 2009 ......................................................................................................... 25
Tabel 7. Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009 ......................................................................................................... 26
Tabel 8. Standar Biaya Operasi Non-Personalia per Sekolah/Program Keahlian, per Rombongan Belajar, dan per Peserta Didik Menurut Jenjang Pendidikan
Provinsi DKI Jakarta, Tahun 2009 ....................................................................... 28
Tabel 9. Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009 .... 32
Tabel 10. Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009/2010....................................................................................... 40
Tabel 11. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional dan Sasarannya .................... 41
Tabel 12. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan Terkait dengan Kesehatan .................................................................................. 42
Tabel 13. Skenario Bantuan Tunai Bagi Penerima PKH ..................................................... 42
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANviii ix TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANviii ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Indikator Angka Kematian Bayi dan Indikator Pendukungnya ....................... 6
Gambar 2. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur ......................................................... 7
Gambar 3. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008................................................................................. 7
Gambar 4. Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur ............................. 8
Gambar 5. Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ....................................................................... 9
Gambar 6. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), 18Provinsi Nusa Tenggara Timur ................................................... 10
Gambar 7. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008............................................................................... 10
Gambar 8. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur ........................................................11
Gambar 9. Perbandingan Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan Rata-rata Nasional, Tahun 2002-2008. ................. 12
Gambar 10. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, Provinsi Nusa Tenggara Timur............................................................................................. 13
Gambar 11. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008......................................................................... 13
Gambar 12. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator
Pendukung Bidang Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur ................... 14
Gambar 13. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator
Pendukung Bidang Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur .................... 14
Gambar 14. Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi di Bidang Pendidikan Provinsi NTT .............................................................. 15
Gambar 15. Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi di Bidang Kesehatan Provinsi NTT .............................................................. 16
Gambar 16. Distribusi Belanja Sektor Terhadap Total Anggaran (Contoh Kasus: Kota Surakarta) ............................................................................................ 20
Gambar 17. Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni,
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANviii ix
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANviii ix
Provinsi Nusa Tenggara Timur ..................................................................... 21
Gambar 18. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta .......................................... 29
Gambar 19. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta .............. 30
Gambar 20. Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah, Kota Surakarta ............................................................................................ 31
Gambar 21. Perbandingan Pencapaian Proses Verifikasi Program Keluarga Harapan (PKH) Menurut Provinsi ................................................................................ 43
Gambar 22. Persentase Anak Berumur 10-17 Tahun Menurut Jenis Kegiatan, 2009 .................................................................................... 44
Gambar 23. Distribusi Pekerja Anak (Usia 5 -17 Tahun) Menurut Sektor Ekonomi (Jiwa), 2009 ................................................................................... 45
Gambar 24. Komposisi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PNPM Mandiri ............... 46
Gambar 25. Proporsi APBD pada Pembiayaan PNPM Mandiri Menurut Provinsi Tahun 2011 .............................................................................................................. 47
Gambar 26. Jumlah Kredit yang Terserap Menurut Provinsi per 31 Januari 2010 ........... 48
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANx 1
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINANx 1
BAB I PENDAHULUAN
Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, bertujuan untuk meningkatkan efektivitas upaya pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan. Dibentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang merupakan wadah koordinasi di tingkat nasional. TNP2K memiliki tugas untuk melakukan koordinasi lintas pelaku untuk memastikan agar pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana sesuai rencana. Secara lebih rinci, tugas-tugas tersebut di antaranya: 1) Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; 2) Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di Kementerian/Lembaga; dan 3) Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Upaya percepatan penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah pusat. Upaya menyeluruh hingga ke tingkat daerah perlu dilakukan untuk menjaga konsistensi dan efektivitas penanggulangan kemiskinan. BerdasarkanPerpres No. 15 tahun 2010 juga telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota sebagai salah satu mitra kerja TNP2K di tingkat daerah. Selanjutnya, diterbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Dan Kabupaten/Kota, untuk mengatur mekanisme kerja TKPK Daerah.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN2 3 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN2 3
Dalam upaya pelaksanaan percepatan penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat dan daerah perlu dilakukan penguatan kelembagaan di tingkat nasional dan daerah. TKPK Daerah diharapkan mampu melakukan: (1) Analisis kondisi kemiskinan di daerah masing-masing; (2) Penyusunan anggaran yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan; dan (3) Koordinasi dan pengendalian program-program penanggulangan kemiskinan.
Sebagai bagian dari upaya penguatan kapasitas kelembagaan, disusun buku panduan yang berisi petunjuk praktis analisis untuk perencanaan dan perumusan kebijakan/program penanggulangan kemiskinan. Buku panduan ini berisi petunjuk yang bersifat umum, sehingga penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi di daerah masing-masing.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN2 3
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN2 3
BAB II
PANDUAN ANALISIS KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH
Sesuai dengan tugas pokok dan tanggungjawabnya, TKPK Daerah diharapkan
mampu untuk berpartisipasi dalam menentukan arah perencanaan di daerahnya. Dimensi penyusunan kebijakan yang tepat melalui perencanaan dan penyusunan anggaran menjadi hal penting yang harus dilakukan oleh TKPK Daerah.
Untuk menunjang tugas dan tanggungjawab TKPK, pada panduan ini di sampaikan beberapa tahapan dan analisis kondisi kemiskinan serta dukungan anggaran dalam perencanaan penanggulangan kemiskinan. Pada bagian awal bab ini, dibahas mengenai indikator utama dan indikator pendukung untuk menganalisa kondisi kemiskinan di daerah. Pada bagian selanjutnya, beberapa pendekatan analisis kondisi kemiskinan disampaikan untuk dapat dijadikan acuan identifikasi untuk menentukan prioritas-prioritas penanggulangan kemiskinan di daerah. Pada bagian akhir bab ini, disampaikan pendekatan analisis penentuan prioritas wilayah dan dilengkapi dengan ringkasan kesimpulan hasil analisis
2.1. Indikator Utama
Terdapat 5 kelompok indikator yang harus diperhatikan dalam analisis kondisi kemiskinan di daerah, yaitu: (1) Indikator kemiskinan dan ketenagakerjaan; (2) Indikator sektor kesehatan; (3) indikator sektor pedidikan, (4) indikator infrastruktur dasar, dan (5) indikator ketahanan pangan. Setiap kelompok indikator terdiri atas indikator utama dan indikator pendukung. Indikator utama digunakan sebagai ukuran keberhasilan upaya pembangunan di masing-masing kelompok. Tabel 1 menyajikan indikator utama untuk masing-masing kelompok.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5
Tabel 1. Indikator Utama Analisis Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat
Bidang Indikator Utama
Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran
Kesehatan Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu Melahirkan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
Pendidikan Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Melek Huruf Angka Putus Sekolah
Infrastruktur Dasar Akses Sanitasi Layak Akses Air Minum Layak Rasio Elektrifikasi
Ketahanan Pangan Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama
Contoh
Indikator Utama: Angka Kematian Bayi (AKB)
Konsep dan Definisi: Jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Semakin kecil AKB, semakin dibutuhkan upaya besar untuk menurunkannya. Nilai AKB kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 lebih mudah untuk diturunkan.
Kegunaan: Indikator ini terkait langsung dengan kelangsungan hidup anak dan menggambarkan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat anak-anak tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB terkait langsung dengan kehamilan dan pelayanan kesehatan paska melahirkan, dengan demikian program-program untuk mengurangi AKB adalah program baik yang terkait dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus, maupun program pelayanan kesehatan ibu dan anak paska melahirkan. Sehingga, penggunaan AKB relevan untuk memonitor pencapaian target program-program peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak.
Konsep Perhitungan:
AKB = Banyaknya kematian bayi (di bawah 1 tahun) selama tahun tertentu X 1000 Banyaknya kelahiran hidup
Sumber data: BPS (SP, SDKI, Kor Susenas) dan Departemen Kesehatan
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5
2.2. Indikator Pendukung
Indikator pendukung adalah indikator yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan indikator utama. Indikator pendukung digunakan dalam tahapan-tahapan analisis terkait dengan penentuan prioritas kebijakan penanggulangan kemiskinan pada masing-masing kelompok. Indikator pendukung untuk masing-masing kelompok indikator utama harus dirumuskan sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing daerah.
Sebagai contoh, untuk bidang kesehatan, indikator utama adalah angka kematian bayi. Sebagai indikator pendukung dapat digunakan rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk, proporsi angka kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan. Indikator pendukung dipilih karena intervensi pada indikator-indikator pendukung tersebut dapat memperbaiki indikator utama.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN6 7 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN6 7
Perke
2.3. A
Aprioritasanalisis
2.3.1.
A.A.1
Analisispenilaiaindikato
embangan I
Angk
Rasio Dokte
Analisis Ko
Analisis kons bidang ds tren, analis
Analisis P
Analisis T. Perbandins tren pentan terhadapor.
ndikator Uta
ka Kematian Ba
er per 100.000 P
ondisi Kem
disi kemiskdan prioritasis relevans
rioritas Bid
Trenngan Antarting dilakukp pencapa
Co
ama dengan
ayi
Penduduk
miskinan d
kinan dan kas wilayah.si dan efekt
dang
r Waktu kan untuk mian target
ontoh Kas
Gambar 1.n Indikator P
Timur
dan Kesej
kesejahtera. Perumusativitas, dan a
melihat poldan sasar
sus
Pendukungn
Proporsi Kela
Jar
jahteraan
aan rakyat an prioritasanalisis ket
a pergerakan pemban
nya, Provins
ahiran Ditolong
rak Puskesmas
Rakyat
bertujuan us tersebut erkaitan.
kan dari wangunan pad
si Nusa Ten
Tenaga Keseh
s Terdekat
untuk merudilakukan
aktu ke wada masing
ggara
hatan
umuskandengan
aktu dan -masing
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN6 7
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN6 7
Contoh Kasus
Gambar 2. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa
Tenggara Timur
Angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar SD/MI di Provinsi NTT mengalami menurun pada tahun 2003-2006. Sedangkan pada tahun 2006-2009 mengalami peningkatan.
Gambar 3. Perkembangan Angka Kematian Bayi, Provinsi Nusa Tenggara Timur
AKB di Provinsi NTT menurun dari sebesar 51 jiwa/1000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi sebesar 40,1 jiwa/1000 kelahiran hidup pada tahun 2008.
5,26 5,59
4,45
1,50 2,01
3,53 3,49
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pers
en
Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Nusa Tenggara Timur
51,048,7
40,1
30
35
40
45
50
55
60
2002 2006 2008
Jiwa
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN8 9 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN8 9
A.2. Perbandingan Antar Wilayah
Analisis perbandingan antar wilayah dilakukan terhadap indikator. Analisis tersebut penting dilakukan untuk mengetahui posisi/capaian suatu daerah jika dibandingkan dengan daerah lainnya, provinsi, atau nasional. Pengambil kebijakan dapat menilai apakah posisi daerahnya relatif terhadap daerah lain, terhadap rata-rata provinsi, dan terhadap rata-rata nasional.
Selain itu, analisis ini penting untuk membandingkan capaian antar wilayah. Pemerintah provinsi dapat menentukan kabupaten/kota prioritas yang akan diintervensi dalam mendukung upaya pencapaian target yang telah ditentukan. Apabila data memungkinkan, pemerintah kabupaten/kota dapat pula melakukan analisis serupa terhadap kecamatan atau kelurahan di wilayahnya.
Contoh Kasus
Gambar 4. Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut
Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Masih terdapat kesenjangan (disparitas) angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI)antar wilayah di Provinsi NTT. Beberapa wilayah, perlu memperoleh perhatian dan intevensi untuk mengurangi angka putus sekolah. Wilayah-wilayah tersebut di antaranya: Kabupaten Sumba Timur, Lembata, Ende, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
1,48
10,71
0,34 0,36 0,47
2,50
0,45
11,00
1,19
3,58
12,05
0,25 0,63 1,97
5,49
0,17 0,99
1,87
11,34
0,47 1,64
3,49
-
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
Sumb
a Bar
at
Sumb
a Tim
ur
Kupa
ng TTS
TTU
Belu
Alor
Lemb
ata
Flotim
Sikk
a
Ende
Ngad
a
Mang
gara
i
Rote
Ndao
Mang
gara
i Bar
at
SBD
Sumb
a Ten
gah
Nage
keo
Mang
gara
i Tim
ur
Sabu
Raij
ua
Kota
Kupa
ng
Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Kab./Kota Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Nasional
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN8 9
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN8 9
Contoh Kasus
Gambar 5. Perbandingan Angka Kematian Bayi (AKB) Menurut Kabupaten/Kota,
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sebagian besar kabupaten/kota di Provinsi NTT, memiliki AKB di atas rata-rata Provinsi dan rata-rata Nasional. Pemerintah kabupaten/kota, terutama yang memiliki AKB di atas rata-rata provinsi dan rata-rata nasional, perlu melakukan intervensi khusus untuk menurunkan AKB.
50,63
62,94
48,35
41,75
37,10 47
,21
43,19
42,83
37,94
34,41
50,94
40,35
40,52
39,13 44
,30
56,37 59,41
55,72
22,05
40,06
32,2
0
10
20
30
40
50
60
70
SUMBA BARAT
SUMBA TIMUR
KUPANG
TIMOR TENGAH SELATAN
TIMOR TENGAH UTARA
BELU
ALOR
LEMBATA
FLORES TIMUR
SIKKA
ENDE
NGADA
MANGGARAI
ROTE NDAO
MANGGARAI BARAT
SUMBA BARAT DAYA
SUMBA TENGAH
NAGEKEO
MANGGARAI TIMUR
SABU RAIJUA
KOTA KUPANG
Jiwa
AKB Kab./Kota AKB Provinsi NTT AKB Nasional
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10 11 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10 11
A.3. Perbandingan dengan Nasional
Selain melakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, perbandingan terhadap rata-rata nasional dengan menggunakan data antar waktu juga perlu dilakukan.
Contoh Kasus
Gambar 6. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI),
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pada tahun 2003-2009, Angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar SD/MI Provinsi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional.
Gambar 7. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun
2002-2008
Angka kematian bayi (AKB) Provinsi NTT lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Nasional. Walaupun terjadi kecenderungan menurun, AKB tetap lebih tinggi dari rata-rata nasional.
5,26 5,59
4,45
1,50 2,01
3,53 3,49 2,97 2,96 2,97 3,17
2,41 1,81 1,64
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Pers
en
Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional
51,0 48,7
40,143,5
35,632,2
0
10
20
30
40
50
60
2002 2006 2008
Jiwa
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Nasional
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10 11
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN10 11
B. Analisis Relevansi dan Efektivitas
Analisis Relevansi, ditujukan untuk menilai sejauh mana pembangunan yang dijalankan di daerah mendukung sasaran nasional. Analisis relevansi dilakukan dengan membandingkan tren indikator utama kabupaten/kota terhadap trend provinsi dan nasional. Apabila tren suatu indikator provinsi sejalan dengan tren indikator nasional, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan yang dilakukan oleh provinsi mendukung sasaran nasional.
Contoh Kasus
Gambar 8. Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI),
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pada tahun 2006 – 2008, kecenderungan angka putus sekolah SD/MI Provinsi NTT tidak sejalan dengan kecenderungan angka putus sekolah SD/MI tingkat nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode tersebut upaya penurunan angka putus sekolah di Provinsi NTT tidak sejalan untuk mendukung tujuan nasional.
5,26 5,59
4,45
1,50 2,01
3,53 2,97 2,96 2,97 3,17
2,41
1,81
-
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008
Pers
en
Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN12 13 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN12 13
Contoh Kasus
Gambar 9. Perbandingan Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan Rata-rata Nasional, Tahun 2002-2008.
Pada tahun 2002-2009, kecenderungan AKB Provinsi NTT sejalan dengan kecenderungan AKB Nasional. Pada periode tersebut AKB Provinsi NTT memiliki tren yang sama dengan tren nasional yakni mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dengan demikian, selama periode tersebut, upaya untuk menurunkan AKB di Provinsi NTT sejalan untuk mendukung tujuan nasional.
Analisis Efektivitas, ditujukan untuk menilai apakah pembangunan yang dilakukan oleh daerah efektif baik dalam mencapai tujuan nasional maupun tujuan pembangunan daerah. Efektivitas penanggulangan kemiskinan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
51,048,7
40,143,5
35,632,2
20
25
30
35
40
45
50
55
60
2002 2006 2008
Jiwa
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Nasional
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN12 13
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN12 13
Contoh Kasus
Gambar 10. Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pada periode 2003-2010, APM provinsi NTT meningkat dari 96.42 persen pada tahun 2003 menjadi 97.88 persen pada tahun 2008. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa program yang mendukung peningkatan partisipasi sekolah di Provinsi NTT efektif khususnya pada jenjang pendidikan dasar SD dan MI.
Gambar 11. Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008.
Pada periode tahun 2002-2008, AKB Provinsi NTT menurun dari 51 jiwa/1.000 kelahiran hidup menjadi 40,1 jiwa/1.000 kelahiran hidup. Dengan demikian, program-program yang mendukung penurunan angka kamtian bayi (AKB) di Provinsi NTT efektif dan berdampak positif terhadap kualitas kesehatan penduduk, khususnya kesehatan bayi.
C. Analisis Keterkaitan Analisis prioritas bidang dilakukan dengan melihat tren indikator utama dengan
tren indikator pendukungnya. Dengan menggunakan analisis ini diharapkan dapat ditentukan indikator-indikator mana yang perlu diprioritaskan untuk dilakukan intervensi.
88,2790,79 92,00 91,58 91,61 91,72 92,46 92,13
80
82
84
86
88
90
92
94
96
98
100
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pers
en
51,0 48,7
40,1
20
25
30
35
40
45
50
55
60
2002 2006 2008
Jiwa
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi Linear (Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi)
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN14 15 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN14 15
Contoh Kasus
Gambar 12. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Pendidikan
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dari gambar di atas, terlihat bahwa tren indikator utama, yaitu angka putus sekolah, menurun sejalan dengan menurunnya rata-rata jarak rumah tinggal dan sekolah.
Gambar 13. Perbandingan Tren Indikator Utama dengan Tren Indikator Pendukung Bidang Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Dari gambar diatas, terlihat bahwa tren indikator utama, yaitu angka kematian bayi, menurun sejalan dengan menurunnya rata-rata jarak rumah tinggal dan puskesmas, meningkatnya jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan meningkatnya rasio bidan per 100.000 penduduk.
5,265,59
4,45
1,502,01
3,53 3,49
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Angka Putus Sekolah SD/MI (%)
4,16 3,93
2,26
2003 2006 2008
Jarak Sekolah Dasar (SD/MI) (Km)
51,048,7
40,1
2002 2005 2008
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup)
37,3
45,146,2
2002 2005 2008
Kelehiran Ditolong Tenaga Kesehatan (%)
11,55 11,82
10,43
2002 2005 2008
Jarak Puskesmas Terdekat (Km)
48,8 46,7
81,9
2002 2005 2008
Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk)
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN14 15
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN14 15
2.3.2. Analisis Penentuan Wilayah Prioritas
Analisis penentuan wilayah prioritasbertujuan untuk menentukan wilayah mana yang segera memerlukan intervensi berdasarkan pengamatan terhadap indikator utama dan indikator pendukungnya.
Contoh Kasus
Gambar 14. Penentuan Kabupaten/kota PrioritasUntuk Dilakukan Intervensi
Di Bidang PendidikanProvinsi NTT
Dengan menggunakan angka putus sekolah sebagai indikator utama dan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Wilayah prioritas berdasarkan tingginya angka putus sekolah dan jauhnya jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah adalah Kabupaten Sumba Timur. Prioritas kedua adalah wilayah dengan angka putus sekolah tinggi tapi jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sekolah dekat, perlu dilakukan intervensi lebih jauh diluar menurunkan jarak rata-rata antara tempat tinggal dengan sokolah. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Ende, Sumba Barat Daya, Manggarai Barat, dan Nagekeo.
Sumba Barat
KupangTTS
TTU
Sumba Timur
Sumba Barat DayaNagekeo
EndeManggarai BaratManggarai TimurHalmahera TengahAlor
Flores TimurNgadaRote Ndao
Kota Kupang
0
2
4
6
8
10
12
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Jara
k SD/
MI T
erde
kat
Angka Putus Sekolah
PRIORITAS 3
PRIORITAS 1
PRIORITAS 2
PRIORITAS 4
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN16 17 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN16 17
Contoh Kasus
Gambar 15. Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi
Di Bidang KesehatanProvinsi NTT
Dengan menggunakan angka kematian bayi sebagai indikator utama dan kelahiran ditolong tenaga kesehatan sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Terdapat 5 wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukannya intervensi dengan meningkatkan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Manggarai Timur, Halmahera Tengah, Flores Timur, Alor, dan Halmahera Timur.
TTU
LembataFlotim
SikkaNgada
Kota Kupang
BeluEnde
Nagekeo
TTSAlor
ManggaraiRote Ndao
Manggarai Barat
Sumba BaratSumba Timur
KupangSumba Barat Daya
Sumba Tengah
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kelah
iran
Dito
long
Ten
aga K
eseh
atan
Angka Kematian BayiS i 2
PRIORITAS 4
PRIORITAS 2
PRIORITAS 1
PRIORITAS 3
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN16 17
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN16 17
2.3.3. Ringkasan Kesimpulan Analisis
A. Menyimpulkan Program Pada Masing-Masing Bidang Untuk dapat melakukan intervensi yang tepat sasaran, perlu ada
penilaian terkait capaian masing-masing indikator.
Contoh Kasus
Tabel 2. Relevansi dan Efektivitas Indikator Utama
(Contoh Kasus: Provinsi NTT)
No Bidang Indikator Utama Relevan Efektif 1 Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Tingkat Kemiskinan
Tingkat Pengangguran 2 Kesehatan Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Balita n.a n.a Angka Kematian Ibu Melahirkan n.a n.a Prevalensi Balita Kekurangan Gizi
3 Pendidikan Angka Partisipasi Kasar X Angka Partisipasi Murni X Angka Putus Sekolah X Angka Melek Huruf
4 Infrastruktur Dasar Akses Sanitasi Layak X Akses Air Minum Layak X Rasio Elektrifikasi
5 Ketahanan Pangan Perkembangan Harga Beras n.a n.a Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama
n.a n.a
Sumber: Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat (TNP2K), 2010. Keterangan:
Kolom relevan dan efektif diisi dengan: jika relavan atau efektif;
X jika tidak relevan atau tidak efektif
B. Menyimpulkan Prioritas Wilayah Dalam menentukan prioritas wilayah, analisis yang dapat digunakan di
antaranya adalah dengan melihat distribusi antar wilayah maupun penentuan prioritas berdasarkan perbandingan antara indikator utama dengan indikator pendukung yang dapat diintervensi.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN18 19 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN18 19
Contoh Kasus
Tabel 3. Kabupaten/Kota Prioritas terkait dengan Indikator Utama dan Indikator Pendukung
(Contoh Kasus: Provinsi NTT)
Kabupaten Indikator Utama:
AKB Indikator Pendukung: Penolong Kelahiran
Terlatih Prioritas Tinggi Rendah Tinggi Rendah
Sumba Barat 1 Sumba Timur 1 Kupang 1 Timor Tengah Selatan
3
Timor Tengah Utara 4 Belu 2 Alor 3 Lembata 4 Flores Timur 4 Sikka 4 Ende 2 Ngada 4 Manggarai 3 Rote Ndao 3 Manggarai Barat 3 Sumba Barat Daya 1 Sumba Tengah 1 Nagekeo 2 Manggaai Timur n.a n.a n.a n.a n.a Sabu Raijua n.a n.a n.a n.a n.a Kota Kupang 4
Sumber: Kondisi Kemiskinan dan Kesejahteraan Rakyat (TNP2K) danWWFP UN. Keterangan:
Prioritas 1 adalah daerah dengan AKB tinggi dan Kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan Rendah Prioritas 2 adalah daerah dengan AKB tinggi dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan Tinggi Prioritas 3 adalah daerah dengan AKB rendah dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan rendah Prioritas 4 adalah daerah dengan AKB rendah dan kelahiran ditolong oleh Petugas Kesehatan tinggi
Fokus intervensi diberikan kepada daerah yang masuk dalam prioritas 1 dan 2. Di daerah prioritas 1, jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang rendah menyebabkan tingginya AKB. Karena itu, intervensi diarahkan untuk meningkatkan jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Sedangkan di daerah dengan prioritas 2, walaupun jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan relatif tinggi namun AKB masih juga tinggi. Karena itu, dibutuhkan intervensi selain meningkatkan jumlah kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN18 19
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN18 19
BAB III
PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN YANG EFEKTIF DALAM PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
Anggaran pemerintah memegang peranan penting dalam penanggulangan kemiskinan. Alokasi anggaran seharusnya mencerminkan rangkaian prioritas sektoral maupun prioritas wilayah yang dirumuskan dalam analisis sebelumnya. Analisis distribusi anggaran ini akan menunjukkan apakah anggaran pemerintah daerah telah mencerminkan prioritas.
Analisis anggaran dapat dilakukan dalam dua tingkat. Pertama adalah analisis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk melihat kesesuaian alokasi anggaran daerahnya, terkait dengan prioritas yang telah dirumuskan di bagian sebelumnya. Analisis ini akan diuraikan di bagian 3.1. Kedua adalah analisis yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah satu tingkat di atasnya untuk melihat distribusi anggaran dari pemerintah daerah di dalam wilayahnya. Analisis ini akan diuraikan di bagian 3.2.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN20 21 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN20 21
3.1. A
pdap
Alokasi andialokasikmencermiSurakarta
Urusan Rp54.8
Urad
Analisis An
Untukpengeluarandinilai apakaatas analisisprioritas bid
nggaran sektorkan untuk sektnkan alokasi y.
UruRp2
Kesehatan 8M (4.7%)
rusan otda, PUMm keu Rp314.9
(27.3%)
nggaran Me
melihat kesn masing-mah alokasi as prioritas dang yang
Distribus
r pendidikan paor pendidikan yang efektif ba
UP
usan Pek.Umum215.5M (18.7%
M, 9M
elihat Kese
sesuaian almasing sektanggaran tewilayah yadiuraikan
Co
si Belanja SK
aling besar dibsebesar Rp 3
agi penanggula
rusan KelautanPerikanan Rp 19
(1.7%)
m )
esuaian Alo
lokasi anggtor terhadaelah mencerang diuraika
pada Bab
ontoh Kas
Gambar 16Sektor TerhaKota Surakar
bandingkan den394,1 miliar, seangan kemiskin
n Dan 9.2M
okasi Deng
garan dengap total APBrminkan prioan pada Ba2.
sus
.adap Total Arta
ngan anggaranetara 34.1 pernan apabila se
Ur
Urusan Pend394.1M (
gan Priorita
an prioritas,BD. Dari raoritas. Priorab 2.dasar
Anggaran
n untuk urusanrsen APBD. Alktor pendidikan
rusan Pertanian21.8M (1.9%)
didikan Rp 34.1%)
as
, dapat dibuasio terseburitasnya didrkan atas
n lainnya. Angglokasi anggaran merupakan
n Rp )
Urusan LaRp134.5M (
uat rasio ut dapat asarkan analisis
garan yang an tersebut prioritas di
in-lain 11.6%)
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN20 21
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN20 21
3.2. Analisis Anggaran oleh Pemerintah Daerah Satu Tingkat di Atasnya untuk Melihat Distribusi Anggaran dari Pemerintah Daerah di Dalam Wilayahnya
Analisis anggaran perlu pula dilakukan oleh pemerintah provinsi untuk melihat kesesuaian prioritas dan anggaran pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayahnya. Prioritasnya didasarkan atas analisis prioritas wilayah yang diuraikan pada Bab 2.
Contoh Kasus
Gambar 17. Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni,
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pengalokasian anggaran tahun 2010 belum sepenuhnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh: Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan APM relatif tinggi namun anggaran bidang pendidikannya lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendidikan untuk daerah-daerah yang memiliki APM rendah.
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0
20
40
60
80
100
120
Sumb
a Bar
at
Sumb
a Tim
ur
Kupa
ng TTS
TTU
Belu
Alor
Lemb
ata
Flotim
Sikk
a
Ende
Ngad
a
Mang
gara
i
Rote
Ndao
Mang
gara
i Bar
at
SBD
Sumb
a Ten
gah
Nage
keo
Mang
gara
i Tim
ur
Sabu
Raij
ua
Kota
Kupa
ng
Rp (J
uta)
Perse
n
APM SD/MI Kab-Kota Total Anggaran Pendidikan APM SD/MI Provinsi
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN22 23 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN22 23
3.3. Contoh Kasus Analisis Distribusi Anggaran: Bidang Kesehatan
Untuk menggambarkan distribusi anggaran, berikut disampaikan analisis anggaran kesehatan di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam melakukan analisis pembiayaan bidang kesehatan, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
A. Analisis Perkembangan Proporsi Anggaran Bidang Kesehatan terhadap Total Anggaran
Analisis dilakukan dengan membandingkan proporsi alokasi anggaran bidang kesehatan terhadap total pengeluaran APBD atau terhadap PDRB. Untuk daerah-daerah yang tertinggal dalam bidang kesehatan seyogianya ada peningkatan proporsi dari waktu ke waktu.
B. Analisis Pembiayaan Berdasakan Sumber Pembiyaan
Pembiayaan bidang kesehatan dapat berasal dari 2 sumber yaitu (1) pemerintah dan (2) non pemerintah. Analisis ini diperlukan agar pemerintah daerah dapat menyusun insentif agar pembiayaan bidang kesehatan dapat diperoleh dari luar APBD. Sumber-sumber pembiayaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pemerintah a. Pemerintah Pusat: APBN, Jaring Pengaman Bidang Kesehatan (JPSBK),
Bantuan dan Pinjaman Luar Negeri b. Pemerintah Provinsi: APBD Provinsi c. Pemerintah Daerah: APBD Kabupaten /Kota
2. Non Pemerintah a. Perusahaan swasta: biaya kesehatan karyawan b. Biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh Masyarakat c. Asuransi Kesehatan
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN22 23
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN22 23
Contoh Kasus
Tabel 4. Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008
SUMBER PEMBIAYAAN TOTAL (RP) PERSEN PERKAPITA/TH (USD)
Pemerintah 60,015,708,501 84.62% 23.99 SB.1.1 Pemerintah Pusat/Depkes 6,589,237,322 9.29% SB.1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes 310,995,673 0.44% SB.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota 41,737,846,401 58.85% SB.1.4.2 Hibah 10,889,507,505 15.35% SB.1.5.4 Subsidi Premi PNS 488,121,600 0.69%
Non Pemerintah 10,906,505,727 15.38% SB.2.4 Rumah Tangga 10,906,505,727 15.38%
Grand Total 70,922,214,228 100.00% 28.35
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Sumber pembiayaan bidang kesehatan terbesar di Kabupaten Ende pada tahun 2008 adalah dari pemerintah, yaitu sebesar Rp. 60,0 miliar atau hampir 84,62 persen dari total sumber pembiayaan. Sementara pembiayaan dari sektor non pemerintah adalah Rp. 10,9 miliar atau hanya sekitar 15,38 persen.Sementara itu, sumber pembiyaaan terbesar berasal dari pemerintah kabupaten, yaitu Rp. 41,7 miliar atau 58,85 persen dari total pembiayaan bidang kesehatan di Kabupaten Ende.
C. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Penyelenggara Layanan
Penyelenggara layanan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu pemerintah dan non-pemerintah. Contoh penyelenggara layanan kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah a. Dinas Kesehatan Pemerintah provinsi b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota c. RSUD d. Puskesmas e. Laboratorium Kesehatan Daerah f. Fasilitas Kesehatan Pemerintah Lainnya
2. Non-Pemerintah a. Fasilitas Kesehatan Swasta b. Desa Siaga c. Lembaga Swadaya Masyarakat d. Fasilitas Kesehatan Non-Pemerintah Lainnya.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN24 25 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN24 25
Contoh Kasus
Tabel 5. Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan, Kabupaten Ende 2008
PENYEDIA PELAYANAN TOTAL (RP) PERSEN
Pemerintah 60,895,286,146 85.86 PL 1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes 328,002,673 0.46 PL 1.3.1 Dinkes Kabupaten/Kota 34,788,631,905 49.05 PL 1.3.2 RSUD 18,085,298,046 25.50 PL 1.3.4 Puskesmas 763,935,072 1.08 PL 1.3.6 Labkesda 4,608,383,300 6.50 PL 1.3.7 Faskes Pemerintah Lainnya 2,321,035,150 3.27
Non Pemerintah 9,882,063,683 13.93 PL 2.1.9 Faskes Swasta Lainnya 9,663,353,183 13.63 PL 2.3.2 Desa Siaga 9,000,000 0.01 PL 2.3.5 LSM/Organisasi Keagamaan 209,710,500 0.30
PL 3 Tidak Jelas 144,864,400 0.20 Grand Total 70,922,214,228 100.00 Sumber: Ascobat Gani, 2010
Layanan kesehatan di Kabupaten Ende pada tahun 2008 sebagian besar disediakan oleh pemerintah yaitu sebesar 85.86 persen dari total belanja yang dikeluarkan. Sementara itu, sektor non-pemerintah hanya menyediakan sebesar 13,93 persen.Dinas Kesehatan Kabupaten adalah penyedia terbesar dengan menyediakan layanan sebesar 49,05 persen, selanjutnya diikuti oleh RSUD dan laboratorium kesehatan daerah masing-masing 25,50 dan 6,50 persen.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN24 25
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN24 25
D. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Belanja kegiatan di sektor kesehatan diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
(1) Belanja Investasi; (2) Belanja Operasional; dan (3) belanja pemeliharaan.
Beberapa kegiatan yang termasuk dalam mata anggaran investasi adalah: Bangunan, konstruksi, alat medis, pendidikan pegawai dan investasi lainnya. Kelompok belanja operasional. adalah gaji, obat dan bahan medis; bahan non-medis, perjalanan, akomodasi, utilitas dan operasionalisasi lainnya. Sedangkan, kelompok belanja pemeliharaan adalah belanja pemeliharaan gedung, pemeliharaan alat non-medis, pelatihan serta pemeliharaan lainnya.
Contoh Kasus
Tabel 6. Belanja Kesehatan Menurut Mata Anggaran Kabupaten Ende, Tahun 2009
MATA ANGGARAN TOTAL (RP) PERSEN
Investasi 20,242,666,845 28.54 MA.1.2 Bangunan/Konstruksi 12,373,535,965 17.45 MA.1.3 Pengadaan Alat Non-Medis 2,988,366,160 4.21 MA.1.4 Pengadaan Alat medis 4,615,544,380 6.51 MA.1.5 Fellowship Untuk Pendidikan Pegawai 165,000,000 0.23 MA.1.6 Investasi Lainnya 100,220,340 0.14
Operasional 45,650,247,896 64.37 MA.2.1 Gaji/Honorarium 19,993,742,519 28.19 MA.2.2 Obat dan Bahan Medis 17,383,607,437 24.51 MA.2.3 Bahan Non-Medis 1,301,581,490 1.84 MA.2.4 Perjalanan 4,188,635,446 5.91 MA.2.5 Akomodasi 2,207,100,128 3.11 MA.2.6 Utilities (Telepon, Listrik, Air) 208,343,514 0.29 MA.2.7 Biaya Operasional Lainnya 367,237,362 0.52
Pemeliharaan 5,029,299,487 7.09 MA.3.2 Gedung/Konstruksi 2,015,022,700 2.84 MA.3.3 Alat Non-Medis 749,227,100 1.06 MA.3.4. Alat Medis 128,498,887 0.18 MA.3.5 Pelatihan 1,801,350,600 2.54 MA.3.6 Pemeliharaan Lainnya 335,200,200 0.47
Grand Total 70,922,214,228 100.00
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Berdasarkan hasil analisis, lebih dari setengah anggaran sektor kesehatan digunakan untuk kegiatan operasional, yaitu sebesar Rp 45,65 miliar (64,37 persen). Di dalam kelompok belanja operasional, pengeluaran untuk gaji dan obat serta bahan medis memperoleh porsi paling besar. Alokasi belanja untuk investasi yang relatif kecil menunjukkan rendahnya kemampuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Ende.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN26 27 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN26 27
E. Analisis Belanja Kesehatan Menurut Program Menurut program, anggaran belanja kesehatan diklasifikasikan dalam 3
kelompok, yaitu: (1) Program Kesehatan Masyarakat, (2) Program Kesehatan Perorangan, (3) Program Penunjang (Capacity Building).
Contoh Kasus
Tabel 7. Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009
PROGRAM TOTAL (RP) PERSEN
Program Kesehatan Masyarakat 14,997,017,108 21.15 PR 1.1 KIA 1,789,936,829 2.52 PR 1.2 Gizi 529,165,600 0.75 PR 1.3 Immunisasi 250,209,538 0.35 PR 1.5 Malaria 7,147,062 0.01 PR 1.6 HIV/AIDS 107,281,285 0.15 PR 1.7 Penyakit Menular Lain 532,680,000 0.75 PR 1.9 KB 248,927,050 0.35 PR 1.10 Usaha Kesehatan Sekolah 38,465,000 0.05 PR 1.12 Kesehatan Lingkungan 10,649,674,005 15.02 PR 1.13 Promosi Kesehatan 769,817,416 1.09 PR 1.14 Penanggulangan Bencana 28,219,238 0.04 PR 1.15 Surveilans 42,994,085 0.06 PR 1.16 Program Kesehatan Masyarakat Lainnya 2,500,000 0.00
Program Kesehatan Perorangan 25,069,669,749 35.35 PR 2.1 Pelayanan Rajal 927,859,101 1.31 PR 2.2 Pelayanan Ranap 2,159,795,759 3.05 PR 2.3 Pelayanan Rujukan 4,444,890,100 6.27 PR 2.4 Pengobatan Umum (tidak jelas masuk PR 2.1- 2.3) 17,537,124,790 24.73
Program yang Menyangkut Capacity Building/Penunjang 30,855,527,371 43.51 PR 3.1 Administrasi & Manajemen 15,854,286,995 22.35 PR 3.3 Capacity Building 1,401,968,343 1.98 PR 3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur 8,486,541,583 11.97 PR 3.5 Pengawasan (Monitoring dan Supervisi) 81,240,000 0.11 PR 3.6 Obat dan Perbekalan Kesehatan 5,014,666,210 7.07 PR 3.8 Program Capacity Building/Penunjang Lainnya 16,824,240 0.02
Grand Total 70,922,214,228 100.00
Sumber: Ascobat Gani, 2010
Distribusi anggaran program kesehatan masyarakat lebih kecil dibandingkan dengan anggaran program penunjang dan program kesehatan perorangan. Dari keseluruhan anggaran sektor kesehatan, hanya 21,15 persen yang digunakan untuk program kesehatan masyarakat. Anggaran program kesehatan masyarakat yang relatif lebih kecil berpotensi memperlambat pencapaian sasaran pembangunan dan sasaran pencapaian MDGs, khususnya pada bidang kesehatan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN26 27
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN26 27
3.4. Contoh Kasus Analisis Gap: Bidang Pendidikan
A. Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Untuk memberikan ilustrasi analisis gap pembiayaan pendidikan, berikut
disampaikan contoh analisis alokasi anggaran dalam memenuhi kebutuhan standar biaya operasional pendidikan di Kota Surakarta.
Sektor pendidikan merupakan sektor yang memperoleh alokasi anggaran paling besar dibandingkan dengan sektor lainnya, baik dari anggaran pusat (APBN) maupun anggaran daerah (APBD). Salah satu tujuan dari alokasi anggaran pendidikan yang besar adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya pencapaian kualitas tersebut adalah dengan memastikan bahwa pemerintah daerah melakukan perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) dengan mengacu pada standar dan indeks pembiayaan pendidikan sesuai Permendiknas No 69 Tahun 2010.
Perhitungan Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) bertujuan untuk menentukan besarnya biaya operasional sekolah non-personalia agar proses belajar mengajar (PBM) dapat berjalan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Penghitungan BOSP pada awalnya didasarkan pada template yang dikembangkan oleh BSNP dan disesuaikan dengan kondisi dan aspirasi kabupaten/kota. BOSP dinyatakan dalam rupiah per siswa per tahun untuk masing-masing jenjang pendidikan.
Penghitungan BOSP dilakukan dengan menggunakan Jakarta sebagai acuan (lihat Tabel 8). Komponen biaya non-personalia yang digunakan untuk menghitung nilai acuan BOSP Jakarta meliputi biaya untuk:
1. Alat Tulis Sekolah 2. Bahan & Alat Habis Pakai 3. Daya dan Jasa 4. Pemeliharaan & Perbaikan Ringan 5. Konsumsi6. Transportasi7. Asuransi8. Pembinaan siswa 9. Penyusunan data dan laporan 10.Buku11.Investasi ringan/perlengkapan PBM 12.Bantuan Siswa Miskin
Penghitungan standar biaya operasi non-personalia tahun 2009 untuk masing-masing daerah dilakukan dengan mengalikan biaya operasi non-personalia DKI Jakarta dengan indeks masing-masing daerah. Indeks tersebut tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri No 69 Tahun 2010.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN28 29 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN28 29
Contoh untuk perhitungan BOSP di Kota Surakarta ditunjukkan pada Tabel 8. BOSP Surakarta sebesar Rp. 530 ribu/siswa untuk SD-MI dan Rp. 649 ribu/siswa untuk SMP/MTS.
Contoh Kasus
Tabel 8. Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009
No. Sekolah/ Program Keahlian
Biaya Operasi Nonpersonalia1
Indeks Biaya Pendidikan
Kota Surakarta
BOSP Kota Surakarta
(Rp Ribu) (Rp Ribu)
Per Sekolah/ Program Keahlian
Per Rombongan
Belajar
Per Peserta
Didik
Per Sekolah/ Program Keahlian
Per Rombongan
Belajar
Per Peserta
Didik
1. SD/MI 97.440 16.240 580 0,914 89.060 14.843 530
2. SMP/MTs 136.320 22.720 710 0,914 124.596 20.766 649
3. SMA/MA Bahasa 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877
4. SMA/MA IPS 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877
5. SMA/MA IPA 193.920 32.320 1010 0,914 177.243 29.540 923
Sumber: Permendiknas No 69 Tahun 2009.
1 Standar biaya operasi non personalia per sekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per pesertadidik menurut jenjang pendidikan Provinsi DKI Jakarta, tahun 2009.
Contoh untuk perhitungan BOSP di Kota Surakarta ditunjukkan pada Tabel 8. BOSP Surakarta sebesar Rp. 530 ribu/siswa untuk SD-MI dan Rp. 649 ribu/siswa untuk SMP/MTS.
Contoh Kasus
Tabel 8. Perhitungan BOSP Kota Surakarta Berdasarkan Permendiknas No 69/2009
No. Sekolah/ Program Keahlian
Biaya Operasi Nonpersonalia1
Indeks Biaya Pendidikan
Kota Surakarta
BOSP Kota Surakarta
(Rp Ribu) (Rp Ribu)
Per Sekolah/ Program Keahlian
Per Rombongan
Belajar
Per Peserta
Didik
Per Sekolah/ Program Keahlian
Per Rombongan
Belajar
Per Peserta
Didik
1. SD/MI 97.440 16.240 580 0,914 89.060 14.843 530
2. SMP/MTs 136.320 22.720 710 0,914 124.596 20.766 649
3. SMA/MA Bahasa 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877
4. SMA/MA IPS 184.320 30.720 960 0,914 168.468 28.078 877
5. SMA/MA IPA 193.920 32.320 1010 0,914 177.243 29.540 923
Sumber: Permendiknas No 69 Tahun 2009.
1 Standar biaya operasi non personalia per sekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per pesertadidik menurut jenjang pendidikan Provinsi DKI Jakarta, tahun 2009.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN28 29
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN28 29
B. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Pendidikan Daerah Terbatasnya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat untuk sektor
pendidikan dalam bentuk BOS menyebabkan pentingnya peran daerah dalam menyediakan anggaran untuk membiayai pendidikan di daerahnya. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota memiliki peran untuk mendukung pembiayaan pendidikan di wilayahnya. Pemerintah daerah melalui anggaran pendidikan dalam APBD masing-masing dapat mengusahakan kebutuhan pembiayaan untuk memenuhi kekurangan pembiayaan dalam penye-lenggaraan pendidikan dasar di wilayahnya. Ilustrasi untuk Kota Surakarta disampaikan pada Gambar 18.
CONTOH KASUS
Gambar 18. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah
Dasar (SD/MI) Kota Surakarta
Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010
Hasil perhitungan BOSP untuk SD/MI dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 530,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 400.000 per siswa. Sisanya sebesar Rp. 130,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 30.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 100,000 per siswa.
530.000
400.000
30.000
100.000
BOSP Pembiayaan
APBD 2 - BPMKS KOTA
APBD 1 - BOS-P
APBN - BOS
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN30 31 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN30 31
Contoh Kasus
Gambar 19. Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah
Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta
Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010
Hasil perhitungan BOSP untuk SMP/MTS dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 649,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 575.000 per siswa.Sisanya sebesar Rp. 74,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 50.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 24,000 per siswa.
649.000575.000
50.00024.000
BOSP Pembiayaan
APBD 2 - BPMKS KOTA
APBD 1 - BOS-P
APBN - BOS
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN30 31
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN30 31
C
Belanja opsekolah dmengakib
D.
. Analisis Bag
Analisispersoneloleh sekountuk me
prasional gaji pdan belanja opeatkan terbatasn
Analisis SAnalis
tersebut dikependidikapendidik dadari total a
Perbandingian ini meini bertujua(gaji) deng
olah. Informenunjang m
Perbandi
pendidik mengaerasional non-gnya upaya perb
umber Daysis sumber dikarenakanan dalam Aan tenaga kanggaran p
Gaji pendidi245.4 M (67
ngan Proporupakan an
an membangan kompo
masi mengeanajemen b
C
ngan PropoK
mbil porsi terbegaji menjadi tebaikan infrastruk
ya Pendidikdaya pendiporsi angg
APBD kabukependidikapendidikan
k Rp7%)
orsi Belanjanalisis untundingkan koonen biaya enai kompoberbasis se
Contoh Kasu
Gambar 20orsi Belanja Kota Surakar
esar dalam belaerbatas. Belanjaktur sekolah.
k dan Tenadik dan tengaran pendupaten/kota
an dalam andi tingkat
Gaji b
a Operasiok melihat komponen b
operasionanen belanjakolah.
us
.Operasiona
rta
anja sektor pena modal sekola
aga Kependnaga kependdidikan unta adalah yanggaran pen
kabupaten
Os
bukan pendidiRp 18.8(5%)
nal Sekolakomponen biaya operasal non-persa pendidika
al Sekolah
ndidikan, sehingah untuk infras
didikandidikan pentuk gaji peang terbesandidikan lebn dan kota
Operasional nosekolah Rp 30
M(8%)
OperasiR
ModaRp3
ModalRp1
Modal seinfrastr
Rp39.6Mk
ahbelanja pensional seko
sonel yang an dapat dig
gga alokasi belastruktur masih
nting dilakukendidik danar. Komponbih dari >80a. Alat uku
on0.2
ional sekolahRp 18(5%)
l non sekolah3.1 M (1%)
l Sekolah PBM13.2 M (4%)
ekolahrukturM (11%)
ndidikan.olah non
dikelolagunakan
anja modal relatif kecil
kan. Hal tenaga
nen gaji 0 persen ur untuk
M
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN32 33 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN32 33
mendukung pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan diperlukan untuk mendorong anggaran pendidikan yang lebih efisien.
Salah satu analisis yang digunakan untuk mengukur efisiensi adalah Rasio Siwa/Guru dan Rasio Rombongan Belajar/Guru. Pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI), rasio siswa terhadap guru yang ideal sesuai SPM Pendidikan adalah 32 orang siswa/guru. Sedangkan berdasarkan SNP (Standar Nasional Pendidikan) rasio siswa terhadap guru yang ideal adalah 28 orang siswa/guru.
Untuk melakukan analisis rasio siswa terhadap guru diperlukan data jumlah siswa pada setiap jenjang pendidikan, data jumlah guru keseluruhan, dan jumlah rombongan belajar (rombel), seperti ditunjukkan pada Tabel 9.
Contoh Kasus
Tabel 9. Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2009/2010
Kabupaten Jumlah Siswa
Jumlah Rombel
Jumlah Guru
Rasio Siswa / Guru
Rasio Rombel /
Guru KEPULAUAN MENTAWAI 12.311 691 505 24,38 0,73 PESISIR SELATAN 61.593 2.007 3.820 16,12 1,90 SOLOK 50.754 2.275 3.739 13,57 1,64 SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG 53.406 1.306 1.872 28,53 1,43 TANAH DATAR 43.094 1.962 2.965 14,53 1,51 PADANG PARIAMAN 61.520 2.691 3.653 16,84 1,36 AGAM 50.657 2.658 3.904 12,98 1,47 LIMA PULUH KOTO 45.536 2.362 3.577 12,73 1,51 PASAMAN 38.921 1.636 2.271 17,14 1,39 SOLOK SELATAN 21.166 959 1.706 12,41 1,78 DHARMASRAYA 24.274 1.066 1.726 14,06 1,62 PASAMAN BARAT 53.423 2.033 3.742 14,28 1,84 KOTA PADANG 97.211 3.126 5.713 17,02 1,83 KOTA SOLOK 7.210 291 600 12,02 2,06 KOTA SAWAH LUNTO 6.807 352 692 9,84 1,97 KOTA PADANG PANJANG 6.123 219 807 7,59 3,68 KOTA BUKITTINGGI 14.331 600 849 16,88 1,42 KOTA PAYAKUMBUH 14.932 529 904 16,52 1,71 KOTA PARIAMAN 11.037 440 471 23,43 1,07 SUMATERA BARAT 674.306 27.203 43.516 15,50 2,07
Sumber: Statistik Pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional – 2010
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN32 33
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN32 33
Rasio siswa/ guru di Provinsi Sumatera Barat rata-rata adalah 15 orang siswa/guru, lebih rendah dari Standar Nasional Pendidikan sebesar 28 orang siswa/guru maupun Standar Pelayanan Minimum Pendidikan sebesar 32 siswa/guru. Rendahnya rasio siswa/guru menunjukkan adanya kelebihan jumlah guru di Provinsi Sumatera Barat. Rata-rata rasio rombel/guru di Sumatera Barat adalah 2,07. Sementara itu, rasio ideal rombel/guru adalah 1. Tingginya rasio rombel/guru menunjukkan adanya kelebihan guru.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN34 35 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN34 35
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN34 35
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN34 35
BAB IV
PEDOMAN KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
4.1. Pendahuluan
Pengkoordinasian dan Pengendalian program penanggulangan kemiskinan menjadi penting mengingat: Pertama, adanya program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara nasional dan membutuhkan kerja sama antar sektor. Kedua, adanya program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh masing-masing daerah yang merupakan pelengkap bagi program nasional atau merupakan program untuk menjawab permasalahan kemiskinan spesifik di daerah masing-masing. Berbagai program tadi besar kemungkinannya mempunyai sasaran yang sama. Berbagai program tadi dapat pula melibatkan beberapa sektor dalam pelasanaannya. Dengan demikian, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan menjadi kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan. Koordinasi dan pengendalian dimaksudkan agar berbagai program mempunyai sinergi sehingga menjadi lebih efektif, termasuk memastikan program dijalankan sesuai disain.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN36 37 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN36 37
Di masa yang akan datang, TKPK Daerah diharapkan mampu untuk melakukan koordinasi dan pengendalian berbagai program penanggulangan kemiskinan di daerahnya masing-masing. Pemahaman terhadap latar belakang, tujuan, dan sasaran program menjadi sangat penting untuk dapa melakukan sinergi dari berbagai upaya penanggulangan kemiskinan. Uraian di bawah ini mencoba menggambarkan latar belakang, tujuan, dan sasaran berbagai program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara nasional.
4.2. Klasifikasi Program Penanggulangan Kemiskinan
Secara umum penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan meningkatkan pendapatan mereka dan pada saat yang sama mengurangi beban pengeluaran mereka terutama dalam memperoleh pelayanan dasar. Pendapatan dapat ditingkatkan melalui pemberian bantuan sosial atau meningkatkan keterlibatan mereka dalam kegiatan ekonomi. Sedangkan beban pengeluaran seperti pendidikan, kesehatan, air bersih serta sanitasi, dapat dikurangi melalui peningkatan akses terhadap pelayanan dasar.
Untuk mencapai tujuan di atas, Penanggulangan kemiskinan dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan empat prinsip utama:
1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial
Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial bagi penduduk miskin dan rentan. Perlindungan sosial terdiri dari bantuan soaial dan sistem jaminan sosial. Bantuan sosial diberikan kepada mereka yang sangat rentan, seperti mereka yang hidup dalam kemiskinan absolut, cacat, lanjut usia, atau mereka yang hidup di daerah terpencil.
Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN36 37
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN36 37
Sedangkan Perlindungan sosial dimaksudkan untuk membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks) dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan, atau ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak sampai jatuh miskin.
2. Peningkatan Akses Pelayanan Dasar
Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah meningkatkan akses kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Di sisi lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi modal manusia (human capital).
Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap miskin sepanjang hidupnya.
Selain pendidikan, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan kunci investasi modal manusia. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak merupakan unsur penting dalam mencapai derajat kesehatan yang tinggi. Konsumsi air minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN38 39 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN38 39
3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin
Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
Dengan memperhatikan pemberdayaan masyarakat dapat didorong upaya penanggulangan kemiskinan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing. Sehingga, program yang disusun memiliki korelasi dengan kebutuhan masyarakat miskin setempat.
4. Pembangunan yang Inklusif
Pembangunan yang inklusif diartikan sebagai pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat. Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan.
Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim usaha yang kondusif di daerah. Diperlukan kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan, termasuk berbagai kemudahan seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN38 39
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN38 39
Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian akan membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi penting untuk memperkuat ekonomi domestik.
Dalam pelaksanaannya program penanggulangan kemiskinan, dibagi menjadi 3 klaster:
1. Klaster 1 adalah program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah individu atau keluarga. Program penanggulangan kemiskinan klaster 1 ini disebut juga sebagai program Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga (Family Centered Integrated Social Assistance). Bantuan sosial berbasis keluarga mencakup:
a. Pertama, Bantuan langsung kepada keluarga sasaran. Bantuan langsung dapat berupa bantuan langsung tunai bersyarat (Program Keluarga Harapan (PKH) – Conditional Cash Transfer), Bantuan langsung tunai tanpa syarat (UnconditionalCash Transfer), Bantuan langsung dalam bentuk inkind (Beras miskin (Raskin), serta bantuan bagi kelompok masyarakat rentan seperti mereka yang cacat, lansia, yatim/piatu dan sebagainya.
b. Kedua, bantuan pendidikan berupa beasiswa dan pendidikan anak usia dini. c. Ketiga, bantuan kesehatan termasuk pendidikan bagi orang tua berkaitan dengan
kesehatan dan gizi (parenting education) melalui pemberian pelayanan kesehatan yang ditunjuk.
2. Klaster 2 adalah program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah masyarakat atau komunitas. Program penanggulangan kemiskinan klaster 2 ini juga disebut sebagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Tujuan dari program klaster 2 adalah untuk meningkatkan keberdayaan kelompok-kelompok masyarakat agar dapat memaksimalkan fungsinya dalam masyarakat yang pada gilirannya berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan pengangguran. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah salah satu program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
3. Klaster 3 adalah program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya adalah usaha mikro dan kecil. Program penanggulangan kemiskinan klaster 3 ini juga disebut sebagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan akses permodalan dan sumber daya lainnya bagi usaha mikro dan kecil.
4.3. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional
Program penanggulangan kemiskinan dapat dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tabel 10 menyajikan program penanggulangan kemiskinan yang dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah pusat berserta sasarannya.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN40 41 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN40 41
Tabel 10. Program Penanggulangan Kemiskinan Nasional dan Sasarannya
No Program Sasaran
1 Program Keluarga Harapan (PKH) Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
2 Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Rumah Tangga Hampir Miskin, Miskin dan Sangat Miskin
3 Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
4 Program Beasiswa Pendidikan untuk Keluarga Miskin Siswa dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
a. Sekolah Dasar (SD/MI) Siswa SD dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
b. Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Siswa SMP/MTs dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
c. Sekolah menengah Atas (SMA/MA/SMK) Siswa SMA/MA/SMK dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
d. Pendidikan Tinggi (Diploma dan Sarjana) Mahasiswa dari Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin
5 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelompok Masyarakat Umum
a. PNPM Mandiri Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan
b. PNPM Mandiri Perkotaan Kelompok MasyarakatPerkotaan
c. PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus Kelompok Masyarakat Pedalaman, Tertinggal dan Khusus (Bencana, Konflik dll)
d. PNPM Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kelompok Masyarakat Perdesaan
e. PNPM Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah (PISEW) Kelompok Masyarakat Perdesaan
f. PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP) Kelompok Masyarakat Pertanian Perdesaan
g. PNPM Kelautan dan Perikanan (KP) Kelompok Masyarakat Pesisir dan Pelaut
h. PNPM Pariwisata Kelompok Masyarakat Perdesaan Potensial
i. PNPM Generasi Kelompok Masyarakat Perdesaan
j. PNPM Green Kecamatan Development Program (G-KDP) Kelompok Masyarakat Perdesaan
k. PNPM Neigbourhood Development (ND) Kelompok Masyarakat Perkotaan
6 Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
4.3.1. Program Keluarga Harapan (PKH)
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial melalui
pemberian uang tunai kepada rumah tangga sangat miskin (RSTM) dimana sebagai
imbalannya RSTM tadi diwajibkan untuk memeriksakan anggota keluarganya ke Puskesmas
dan/atau menyekolahkan anaknya dengan tingkat kehadiran sesuai ketentuan.
PKH dilaksanakan oleh Kementerian Sosial dengan melibatkan berbagai
kementerian/lembaga seperti: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Kepala Bappenas; Kementerian Kesehatan; Kementerian Pendidikan Nasional;
Kementerian Agama, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Pusat Statistik
(BPS), PT POS Indonesia, dan Bank Rakyat Indonesia.
Manfaat PKH adalah:
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN40 41
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN40 41
1. Dalam jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin
melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin.
2. Dalam jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui:
a. Peningkatan kualitas kesehatan/nutris, pendidikan, dan kapasitas
pendapatan anak di masa depan (price effect anak keluarga miskin)
b. Memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance
effect)
3. Merubah perilaku keluarga miskin untuk memberikan perhatian yang besar kepada
pendidikan dan kesehatan anaknya
4. Mengurangi pekerja anak.
5. Mempercepat pencapaian MDGs (melalui peningkatan akses pendidikan,
peningkatan kesehatan ibu hamil, pengurangan kematian balita, dan peningkatan
kesetaraan jender.
Sebagai program bantuan tunai bersyarat, penerima PKH diharuskan melaksanakan
kewajiban yang berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan:
Tabel 11. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan Terkait dengan Kesehatan
Anggota Keluarga Kewajiban
Memiliki anak usia 0-6 thn 1. Anak usia 0-11 bln harus mendapatkan imunisasi lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B) dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap bulan.
2. Anak usia 6-11 bln harus mendapatkan vitamin A minimal sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun yaitu bulan Februari dan Agustus.
3. Anak usia 12-59 bln perlu mendapatkan imunisasi tambahan dan ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 (tiga) bulan.
4. Anak usia 5-6 thn ditimbang berat badannya secara rutin setiap 3 bulan untuk dipantau tumbuh kembangnya dan atau mengikuti Program Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini (PPAUD/Earty Childhood Care Education) apabila di lokasi/posyandu terdekat terdapat fasilitas PPAUD.
Ibu rumah tangga yang hamil dan/atau nifas
1. Selama kehamilan, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak 4 (empat) kali dan mendapatkan suplemen tablet Fe
2. Ibu melahirkan harus ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Ibu nifas harus melakukan pemeriksaan/diperiksa kesehatannya
setidaknya 2 (dua) kali sebelum bayi berusia 28 hari.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN42 43 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN42 43
Untuk kewajiban terkait pendidikan:
Tabel 12. Persyaratan dan Kewajiban Penerima Program Keluarga Harapan Terkait dengan Pendidikan
Anggota Keluarga Kewajiban
Memiliki anak usia 0-6 thn
1. Didaftarkan ke SD/MI atau SMP/MT’s terbuka 2. Mengikuti kehadiran di kelas minimal 85 persen dari hari sekolah dalam
sebulan selama tahun ajaran berlangsung
Jika keluarga memiliki anak yang berusia 15-18 thn
1. Didaftarkan ke sekolah terdekat atau mengambil pendidikan kesetaraan (Paket A setara SD/MI Paket B setara SMP/MTs (namun belum menyelesaikan pendidikan dasar)
2. Didaftarkan disekolah terdekat, dimana sekolah tersebut memfasilitasi program remedial untuk mempersiapkannya mengikuti pelajaran (apabila yang bersangkutanbekerja/pekerja anak)
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen kesehatan maupun pendidikan:
Tabel 13. Skenario Bantuan Tunai Bagi Penerima PKH
Bantuan Tunai Bantuan Tunai/RTSM/Tahun
Bantuan Tetap 200.000
Benefit untuk RTSM dengan 1. Anak dengan umur dibawah 6 thn dan/atau ibu hamil dan menyusui 2. Setiap anak umur SD (SD/MI) 3. Setiap anak umur SMP (SMP/MTs)
800.000 400.000 80.000
Rata-rata bantuan per RTSM 1.390.000
Bantuanminimal per RTSM 600.000
Bantuan maksimum per RTSM 2.200.000 Catatan: Bantuan per RTSM dibatasi maksimum Rp. 2.200.000 dan jumlah anak maksimum 3. Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6 thn dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah anak. Besar bantuan adalah 16 persen rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Pemberian uang tunai sebaiknya berada antara15-25 persen dari pendapatan rata-rata RTSM per tahun.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN42 43
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN42 43
Tantan
Pertam
PsekolahKedua,pelayanberjalandirencamemad
Kedua,
PJuni, Slambatndijangkaform ve
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pers
enta
se
PR
ngan utam
ma, proses
ermasalahah dan pusk
Kementernan. Ketigan, jumlah
anakan. Kedai.
Perbandin
, pembayar
roses pencSeptember,nya prosesau. PT Po
erifikasi belu
NAD
SUMU
T
RESENTASE BU
ma dalam p
s verifikas
an yang dikesmas merian Sosial a, koordinat
pendampilima, Duku
gan Pencap
ran kepada
cairan danadan Dese
s verifikasi.s yang ber
um sepenuh
SUMB
AR
DKI J
akar
ta
UMIL PR
pelaksana
si belum s
hadapi dalaerasa kebe
terlambator wilayah ng yang
ungan prasa
paian ProsesMe
a RTSM tida
a yang sehember) belu
Permasalartanggungjahnya dapat
Jaa
ta
JABA
R
DIY
ESENTASE BA
aan PKH, a
sepenuhny
am pelaksaratan untuk
dalam mtidak menedibutuhkanarana dan
Gambar 21s Verifikasi enurut Provi
ak tepat wa
arusnya dium dapat ahan lain awab dalammelaksana
DIY
JATI
M
ALITA PR
antara lain
ya dilaksa
anaan verifk melakukaelakukan petap di lokan melebihi
sarana ol
.Program Keinsi
aktu
lakukan 4 dilaksanakialah lokas
m mendistrkannya tep
BAN
TEN
NTB
RESENTASE SD
n:
nakan.
fikasi adalaan verifikaspelatihan vasi. Keemp
jumlah peh Pemeri
eluarga Hara
kali (tepat an. Hal insi RTSM tiibusikan daat waktu.
NTT
KALS
EL
D PRESE
ah: Pertamasi secara kverifikasi bpat, ketika ppendampinntah Daera
apan (PKH)
pada bulani disebabkidak mudaan mengem
SULU
T
GOR
ONTA
LO
ENTASE SMP
a, pihak kontinyu.agi unit programg yang ah tidak
n Maret, an oleh h untuk
mbalikan
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN44 45 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN44 45
Ketiga,
KKementterlaksamempesiswa m
Ssekolahmemenpendidi
, kurangny
Koordinasi aterian Kesana dengaeroleh jaminmiskin.
elain itu, dh anggota Rnuhi passingkan. Teruta
Persen
MenguTa
a koordina
antara instsehatan, sen baik. Aknan keseha
dalam pelaRTSM ke sg grade untuama bagi me
ntase Anak
urus Rumah angga 3%
asi antar in
tansi penduerta Kemekibatnya tidatan untuk
aksanaannyatuan penduk SMP. 2) ereka yang
Berumur 10
stansi pen
ukung yanenterian Tedak semua
orang mis
ya tidak mdidikan. Pe Anak usia menjadi an
Gambar 220-17 Tahun
B
Sekolah 80%
Lainnya 4%
ndukung
g terdiri denaga Kerja anggota skin maupu
udah untunyebabnyasekolah tel
nak jalanan
.Menurut Jen
Bekerja 10%
ari Kemenja dan Trrumah tan
un bantuan
k mengemadalah: 1)
ah lama meatau pekerj
nis Kegiatan
Penganggura3%
nterian Penransmigrasingga pesern pendidika
mbalikan an Kebanyakeninggalkanrja anak.
n, 2009
ran
ndidikan, belum
rta PKH an untuk
nak usia an tidak n satuan
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN44 45
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN44 45
Gambar 23. Distribusi Pekerja Anak (Usia 5 -17 Tahun) Menurut Sektor Ekonomi (Jiwa), 2009
Peran TKPKD dalam melakukan koordinasi dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan menjadi sangat penting, mengingat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melibatkan beberapa kementerian terkait.
4.3.2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
PNPM Mandiri adalah program pembangunan berbasis komunitas atau Community-Driven Development (CDD). Karakteristik pendekatan CDD adalah: 1) Komunitas memiliki kontrol atas keputusan yang diambil dan sumber daya yang digunakan. 2) Masyarakat miskin diperlakukan sebagai pelaku utama (subyek dan mitra) dalam proses pengambilan keputusan. 3) Pemberdayaan terjadi pada saat masyarakat berinteraksi secara saling hormat menghormati, bertoleransi dan terdapat dukungan sosial.
Tujuan umum PNPM Mandiri adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja penduduk miskin secara mandiri. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan ini diantaranya: a) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat termasuk penduduk miskin, kelompok perempuan, dan kelompok lainnya yang selama ini terpinggirkan; b) Meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat; c) Meningkatkan kapasitas pemerintah dalam pelayanan masyarakat terutama masyarakat miskin. d) Menciptakan sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan tinggi, LSM, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli lainnya; e) Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakat; f) Meningkatkan modal sosial masyarakat; g) Meningkatkan inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna, informasi dan komunikasi.
5 - 12 13-14 15-17PEREMPUAN
15 - 17 LAKI-LAKI
Lainnya 16.183 328.118 273.181 320.171Jasa 28.995 210.491 168.323 218.851Perdagangan, Hotel, dan Restoran 123.397 1.139.126 532.564 770.032Industri 72.150 520.036 298.015 421.491Pertanian 433.575 3.999.321 1.484.557 2.318.202
-
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN46 47 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN46 47
Tantan
Pertamterinteg
Kedua,ditingk
APBN.sebesaprovinspersenpembia
(M
gan utama
ma, rencangrasi deng
, kontribuskatkan.
KomposisiKontribusir 17,87 peri dengan pr
dari totaayaan PNPM
Komposis
TOTAL APBMiliar Rp) : 1.84
17.87%
a dalam pel
a pembanan rencana
si pemerint
pembiayaapembiayaa
rsen meruproporsi danl alokasi
M masih me
si Bantuan L
BD43,10
laksanaan
ngunan yana pembang
tah daerah
an PNPM an APBN seakan kontri
na APBD unBLM di d
emiliki ruang
Langsung M
PNPM, ant
ng disusugunan desa
dalam pem
Mandiri 20ekitar 82,13busi pemer
ntuk pembiadaerahnya.g untuk ditin
Gambar 24Masyarakat (
TO(Miliar
tara lain:
un berdasaa yang form
mbiayaan p
011 masih3 persen drintah daeraayaan PNP
Kontribusngkatkan.
4(BLM) PNPM
OTAL APBN r Rp) : 8.470,482.13 %
arkan prinsmal.
program P
mengandaari total peah (APBN). M Mandiri mi pemerint
M Mandiri, T
40
sip PNPM
PNPM masi
alkan pemembiayaan, Masih terdmasih di batah daerah
Tahun 2011
belum
h dapat
mbiayaan sisanya
dapat 26 awah 20 h untuk
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN46 47
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN46 47
Gambar 25 Proporsi APBD pada Pembiayaan PNPM Mandiri Menurut Propinsi, Tahun 2011
Sumber: TNP2K, 2011
Ketiga, akses pembiayaaan untuk usulan kegiatan pemberdayaan ekonomi lokal berbasis masyarakat
Pembiayaan program pemberdayaan masyarakat, hingga tahun 2010, utamanya mengandalkan pembiayaan yang berasal dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Masih terdapat sumber-sumber pembiayaan lain yang belum digali untuk mempercepat pemberdayaan ekonomi lokal berbasis pemberdayaan masyarakat. Beberapa sumber pembiayaan yang dapat diusahakan di antaranya adalah melalui CSR (Corporate Social Responsibility) atau KUR.
Usulan rencana tindak penyempurnaan pelaksanaan PNPM secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Mendorong peningkatan kontribusi Pemerintah Daerah terhadap pembiayaan PNPM Mandiri.
2. Integrasi PNPM Mandiri dengan perencanaan desa/kelurahan untuk menghasilkan perencanaan berbasis masyarakat. Langkah-langkah yang diperlukan diantaranya: a) Menyusun mekanisme penyatuan perencanaan berbasis masyarakat; b) Melakukan pendampingan agar masyarakat desa/kelurahan mampu menyiapkan program jangka menengah desa/kelurahan; c) Menyusun mekanisme agar Program Jangka Menengah Desa/Kelurahan yang disusun melalui proses partisipatif dapat disatukan dengan program jangka menengah reguler; d) Menyusun mekanisme agar aparat desa/kelurahan dapat mengakomodir dan memproses PJM desa/kelurahan sebagai
0
200
400
600
800
1000
1200
Sum
ater
a U
tara
Sum
ater
a B
arat
Ria
uJa
mbi
Sum
ater
a S
elat
anB
engk
ulu
Lam
pung
Ban
gka
Bel
itung
Kep
ulau
an R
iau
DK
I Jak
arta
Jaw
a B
arat
Jaw
a Te
ngah
D.I.
Yog
yaka
rtaJa
wa
Tim
urB
ante
nB
ali
Nus
a Te
ngga
ra B
arat
Nus
a Te
ngga
ra T
imur
Kal
iman
tan
Bar
atK
alim
anta
n Te
ngah
Kal
iman
tan
Sel
atan
Kal
iman
tan
Tim
urS
ulaw
esi U
tara
Sul
awes
i Ten
gah
Sul
awes
i Sel
atan
Sul
awes
i Ten
ggar
aG
oron
talo
Sul
awes
i Bar
atM
aluk
uM
aluk
u U
tara
Pap
ua B
arat
Pap
ua
Mili
ar R
upia
h
TOTAL APBD (Miliar Rp) TOTAL APBN (Miliar Rp)
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN48 49 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN48 49
bahpem
3. Inte
4.3.3.
Tujperekonserta pPertampenjampembiaberfungPengemMandiripenyalu
Tantan
Pertammikro d
Psebesaterserap
Sumber
1.
1.
2.
2.
3.
Milia
r Rup
iahhan musrembangunanegrasi PNP
Program K
juan progrnomian di
perluasan ka, pemerintinan kredit.
ayaan yang gsi menyalumbangan Us, Bank BN
ur.
gan utama
ma, masih dan kecil
enyerapan r Rp. 17,5p. Total deb
Jumla
r: Kementerian
490
1.002
373
0
500
.000
.500
.000
.500
.000
NAD
SUMU
TSU
MBAR
enbang. e) n berbasis m
PM Mandiri d
Kredit Usah
ram KUR sektor riil d
kesempatantah berfung. Kedua, lemdisalurkan
urkan kredit saha bertin
NI, Bank BT
a dalam pel
terdapat r
KUR hingg4 triliun, m
bitur yang m
ah Kredit yan
n Koordinator
570
308
616
159
604
SUMB
ARRI
AUJA
MBI
SUMS
ELBE
NGKU
LULA
MPUN
G
Realisa
Menyusunmasyarakatdengan fasi
ha Rakyat (
adalah mdalam rang
n kerja. Pegsi membanmbaga penjoleh perbakepada UMdak sebagaTN, Bank
laksanaan
uang untu
a Januari 2masih sekitamemperoleh
ng telah Terse
Perekonomia
604
112
52
677
2.089
LAMP
UNG
KEPR
IBA
NBEL
DKI J
KTJA
BAR
asi Penyaluran
n mekanismt melalui insilitas pembi
(KUR)
meningkatkagka penanglaksanaan ntu dan mejaminan be
ankan. KetihMKM dan Kai lembaga Syariah Ma
Kredit Usa
uk meningk
2010 masih ar 45,24 peh KUR adala
Gambar 26erap Menuru
an, 2010.
2.509
277
2.496
357
380
JATE
NGD.
I. YOG
YAJA
TIM
BANT
EN BALI
n KUR
me pengenstrumen PNiayaan dilua
an akseleraggulangan dprogram Kndukung pe
erfungsi sebha, perbankoperasi. PTpenjaminanandiri dan
aha Rakyat
katkan pen
dapat ditingersen atauah 2.444.13
.t Provinsi (Pe
380
218
223 38
0
376
BALI
NTB
NTT
KALB
ARKA
LTEN
GKA
LSEL
Rata-ra
dalian pelaPM Mandir
ar APBN/AP
asi pengemdan penge
KUR memilielaksanaanbagai penjamkan sebagaiT. Askrindo n. SedangkaBank Buko
t, antara lai
nyerapan k
gkatkan. Dasekitar Rp
39 unit usah
er 31 Januari
648
373
237
243
945
KALS
ELKA
LTIM
SULU
TSU
LTEN
GSU
LSEL
ata Nasional
aksanaan priPB
mbangan kntasan kemiki 3 pilar
n pemberianmin atas kri penerima dan Perum
kan Bank BRopin sebag
in adalah:
kredit oleh
ari total plafp 7,94 triliuha.
i 2010)
174
106
99 118
74
SULT
RAGO
RONT
ALO
SULB
ARMA
LUKU
MALU
T
program
kegiatanmiskinanpenting.
n berikut redit dan jaminan
m Sarana RI, Bank gai bank
h usaha
fon KUR un yang
74 104 152
MALU
TIR
JA B
ARAT
PAPU
A
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN48 49
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN48 49
Kedua, masih terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran kredit ke berbagai sektor yang potensial.
Sektor-sektor potensial seperti sektor pertanian dan industri pengolahan merupakan sektor-sektor yang berpotensi untuk peningkatan penyaluran kredit. Hingga Januari 2010 alokasi pembiayaan disektor pertanian sebesar 15,23 persen (Rp 2,67 Triliun); dan sektor industri pengolahan 2,26 persen (Rp 396,17 Miliar). Sedangkan sektor yang memperoleh alokasi pembiayaan cukup dominan ialah sektor perdagangan, hotel dan restoran 70.23 persen dari total alokasi sebesar Rp 17,54 Triliun.
Peran TKPKD dalam melakukan koordinasi dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan menjadi sangat penting, mengingat pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan melibatkan beberapa kementerian terkait.
Panduan Penanggulangan KemisKinan: BuKu Pegangan Resmi TKPK daeRah
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5 TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN4 5
sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan KemiskinanKantor Wakil Presiden Republik Indonesia Jl. Kebon sirih No. 35 Jakarta Pusat 10110
Telp. 021-3912812Fax. 021-3912-511 dan 021-391-2513
E-mail: [email protected]: www.tnp2k.wapresri.go.id
sEKRETaRIaT WaKIl PREsIdENREPuBlIK INdONEsIa
PANdUAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN: BUKU PEGANGAN RESM
I TKPK dAERAh