panduan bagi penulis - simdos.unud.ac.id filedan nama instansi/institusi, alamat korespondensi...

20

Upload: ngothuy

Post on 10-Aug-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PANDUAN BAGI PENULIS

Ketentuan Umum

1. Naskah yang dikirim merupakan naskah asli/orisinil dan belum pernah diterbitkan

(Naskah dari mahasiswa untuk penyelesaian tugas akhir dalam level S1, S2, S3 minimal

berasal dari naskah seminar yang telah disahkan/Acc oleh tim penguji dan pembimbing,

sedangkan untuk penulis lain naskah disesuaikan dengan aturan ilmiah yang berlaku

umum)

2. Lingkup ejurnal ini memuat hal-hal yang menyangkut dunia peternakan dalam bentuk

hasil penelitian, kajian pustaka dan/atau gagasan dengan topik aktual.

3. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang

ditentukan

4. Penulis mengirim 2 (dua) eksemplar naskah ke redaksi yang dilengkapi dengan softcopy

(berupa CD) atau naskah dapat pula dikirim via email dalam bentuk program Microsoft

Word.

5. Naskah dan Softcopy (CD) dikirim kepada:

Redaksi eJournal Peternakan Tropika

d.a Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Gedung Agrokompleks Lantai 1 Kampus UNUD Denpasar Jl. P.

B. Sudirman Denpasar, Bali

Telp. 0361-222096 / HP. 081338791005

Email: [email protected]

Email: [email protected]

Standar Penulisan

1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word dengan jarak 1.5 spasi kecuali

Judul, Abstrak, Judul Tabel, Judul Gambar, dan lampiran yang diketik 1 spasi. Naskah

dicetak pada kertas ukuran A4, dengan huruf Time New Roman berukuran 12 point;

margin atas dan margin kiri berukuran 3 cm, sedangkan margin kanan dan margin

bawah berukuran 2,5 cm.

2. Judul dari Makalah, Abstrak, Abstract, bab (Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil

dan Pembahasan, Simpulan dan Saran, Ucapan Terima Kasih), dan Daftar Pustaka

ditulis dengan Huruf Kapital. 12 point (Bold). Font Time New Roman.

3. Nama Penulis, Sub Bab, Institusi, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya. ditulis dengan

diawali dengan Huruf Kapital. 12 point. Time New Roman. Institusi penulisan tidak di

Bold, sedangkan Nama Penulis, Sub Bab, Judul Tabel/Gambar/Ilustrasi lainnya,

penulisan di Bold

4. Naskah ditulis maksimum 20 halaman dan setiap halaman diberi nomor secara

berurutan.

5. Naskah hasil penelitian disusun dengan urutan judul, nama penulis dan nama instansi,

alamat korerspondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam bahasa Inggris dan

Bahasa Indonesia), pendahuluan, metode (sosial ekonomi) atau materi dan metode

(eksakta), hasil dan pembahasan, simpulan (+ saran), ucapan terima kasih, dan daftar

pustaka.

Sedangkan naskah kajian pustaka/gagasan aktual disusun dengan urutan judul, nama penulis

dan nama instansi/institusi, alamat korespondensi (email dan No. Telpon/HP), abstrak (dalam

bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), pendahuluan, masalah dan pembahasan, ucapan terima

kasih, dan daftar pustaka.

TATA CARA PENULISAN NASKAH

1. JUDUL, harus singkat, spesifik dan informatif yang menggambarkan isi naskah,

maksimal 20 kata. Untuk kajian pustaka, dibelakang judul agar ditulis: Suatu kajian

Pustaka. Untuk gagasan Aktual, dibelakang judul agar ditulis: Suatu Gagasan Aktual.

Judul ditulis dengan hurup kapital. Time New Roman berukuran 12 point (Bold), jarak

1 (satu) spasi dan terletak ditengah-tengah tanpa titik.

2. Nama Penulis, ditulis nama lengkap tanpa gelar akademis. Artikel yang ditulis oleh

Mahasiswa melibatkan juga pembimbing dan/atau orang yang terlibat dengan

penelitian/artikel yang ditulis. Sedangkan penulis dari kalangan umum, penulis

mencerminkan pemilik dari artikel/penelitian/gagasan yang akan dimuat. Penulisan

nama penulis pertama artikel dimulai dari nama utama yang akan dimuat, diikuti

dengan pendukung (nama urutan kelahiran/marga/dll) sedangkan penulisan nama

penulis ke-2 dan selanjutnya disusun sesuai dengan urutan nama bersangkutan. Nama

utama ditulis utuh, sedangkan nama pendukung disingkat dengan satu huruf/singkatan

umum yang berlaku.

3. Nama Lembaga/Instansi/Institusi, nama lembaga/institusi ditulis secara lengkap

disertai alamat.

4. Alamat Korespondensi (No. Telpon dan email), No. Telp dan alamat email yang

ditulis adalah yang aktif untuk memudahkan komunikasi terkait artikel yang akan

dipublikasikan

5. ABSTRAK, ditulis dalam Bahasa Indonesia (ABSTRAK) dan Bahasa Inggris

(ABSTRACT). Abstrak ditulis dalam 1 (satu) paragraf yang berisikan tujuan

penelitian, metode, hasil dan simpulan. Abstrak tidak lebih dari 250 kata. diketik satu

spasi

6. Kata Kunci (key Word), diketik miring, maksimal 5 kata yang merupakan kata-kata

utama dari artikel, 1 (dua) spasi setelah abstrak + 12 pt setelah abstrak.

7. PENDAHULUAN. Berisi latar belakang permasalahan, fakta/data dari pustaka

mendukung, solusi/alternative solusi serta tujuan penulisan. Dalam mengutip pendapat

orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Udayana (2005); Quan et

al. (2002)

8. MATERI DAN METODE. ditulis lengkap dan terperinci terutama desain penelitian.

Metode pelaksanaan penelitian mengikuti acuan yang berlaku dengan mencantumkan

sumbernya.

9. HASIL DAN PEMBAHASAN. Menyajikan uraian hasil penelitian dan pembahasan

hasil secara jelas dan komprehensif

Ilustrasi (Tabel, Grafik, Histogram, Sketsa, Gambar)

a. Judul Tabel, grafik, histogram, sketsa, dan/atau gambar diberi nomor urut, judul

singkat tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ditulis menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 12 point (Bold), awal kata menggunakan hurup

kapital (kecuali kata penghubung), dengan jarak 1 (satu) spasi

b. Isi Tabel/Ilustrasi lain ditulis dengan Font Time New Roman 11 - 12 point

(disesuaikan dengan ukuran/isi table). Isi item Tabel/Ilustrasi lain yang

disingkat/istilah khusus dapat diisi notasi baik berupa huruf/angka yang

selanjutnya wajib diberi keterangan terkait notasi tersebut

c. Keterangan Tabel/Ilustrasi ditulis dari disebelah kiri bawah menjulur ke kanan (bisa

dipisah setiap notasi atau menjalur terus untuk kesemua notasi), menggunakan

huruf Times New Roman berukuran 11 point, dengan jarak 1 (satu) spasi + 6 pt

setelah Ilustrasi. Penulisan tanda atau notasi untuk data yang dianalisis dengaan

analisis statistik menggunakan superskrip berbeda pada baris/kolom yang sama

yang menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) atau berbeda sangat nyata (P<0,01)

d. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan

dengan tanda koma ( , ), untuk bahasa Inggris digunakan titik ( . ).

e. Grafik, gambar dan Foto:

- Grafik dibuat dalam program excel

- Gambar baik berupa gambar biasa/foto harus tajam dengan resolusi tinggi

f. Satuan pengukuran menggunakan sistem internasional (SI)

g. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring. Istilah asing/khusus diberi

tanda petik

10. SIMPULAN DAN SARAN (bila diperlukan). ditulis secara singkat dan jelas

11. UCAPAN TERIMA KASIH. disampaikan kepada berbagai pihak yang

membantu sehingga penelitian/artikel dapat dihasilkan, misalnya pemberi

gagasan, pemilik proyek/penyandang dana, dll

12. DAFTAR PUSTAKA. Memuat nama pengarang yang dirujuk dalam naskah,

disusun menurut abjad pengarang dan tahun penerbitan. Untuk buku dicantumkan

semua nama penulis, tahun, judul buku, penerbit dan tempat. Untuk jurnal

dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor

publikasi dan halaman. Artikel dalam buku dcicantumkan nama penulis, tahun,

judul tulisan, editor, judul buku, penerbit dan tempat. Artikel internet

dicantumkan nama penulis, tahun dibuat, judul tulisan, alamat web, waktu akses.

VOLUME VI NO.1 TAHUN 2018

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN BOBOT BADAN SAPI BALI DI BALAI

PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK

(BPTU-HPT) DENPASAR Hilalah N., I N. Ardika, D. A. Warmadewi 1-11

VARIASI NILAI HERITABILITAS BOBOT BADAN SAPI BALI DI

BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN

TERNAK (BPTU-HPT) DENPASAR Setiawan H., D. A. Warmadewi, I G. L. Oka 12-21

EVALUASI POPULASI BAKTERI PELARUT FOSFAT (BPF) PADA

NON RHIZOSFIR DAN RHIZOSFIR TANAMAN GAMAL, LAMTORO

DAN TURI DI LAHANKERING PADA MUSIM HUJAN Widnyana I G., I W. Suarna, S. A. Lindawati 22-36

MANAJEMEN PRODUKSI BROILER PARENT STOCK DI PT. JAPFA

COMFEED INDONESIA Tbk. POULTRY BREEDING DIVISION

PUPUAN 1 Dewi N. M. A. K., M. Dewantari, I G. Suarta 37-53

PENGARUH PEMBERIAN RANSUM MENGANDUNG TEPUNG KULIT

BUAH NAGA (Hylocereus undatus) YANG DIFERMENTASI DENGAN

KHAMIR Saccharomyces cerevisiae TERHADAP PENAMPILAN AYAM

KAMPUNG UMUR 2-8 MINGGU Okstrada I K., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 54 - 64

HUBUNGAN ANTARA PENERAPAN PANCA USAHA PETERNAKAN

BABI DENGAN TINGKAT PENDAPATAN PETERNAK PLASMA PADA

POLA KEMITRAAN PT. CHAROEN POKPHAND DI BALI Sadhu A. T. T., N. W. T. Inggriati, N. Suparta 65-82

VARIASI UKURAN TUBUH DAN BOBOT BADAN SAPI BALI JANTAN

PADA UMUR 8 BULAN DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL

DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENPASAR Puspitasari D. R., I N. Ardika, N. M. S. Sukmawati 83-89

Seroprevalensi dan Deteksi Antigen Virus Newcastle Disease (ND) Pada

Ayam Buras di Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat Hamdani Y., G. A. Y. Kencana 90-104

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Saccharomyces spp. GB-7 dan

GB-9 DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR AYAM

LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU Astawa I G., I G. N. G. Bidura, A. A. P. P. Wibawa 105-117

KARKAS AYAM KAMPUNG UMUR 11 MINGGU YANG DIBERI

RANSUM DENGAN TINGKAT PROTEIN YANG BERBEDA Nugraha G. A., I M. Nuriyasa, A. W. Puger 118 – 128

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR DAUN MENGKUDU

(Morinda citrifolia) MELALUI AIR MINUM TERHADAP KULITAS

FISIK TELUR AYAM LOHMANN BROWN UMUR 22-30 MINGGU Suarjana I P., N. W. Siti, I G. N. G. Bidura 129-139

PENGARUH TEPUNG KULIT BUAH NAGA YANG DIFERMENTASI

DENGAN Saccharomyces cerevisiae DALAM RANSUM TERHADAP

PERFORMA BROILER UMUR 5 MINGGU Syamsi B., G. A. M. K. Dewi, M. Wirapartha 140-149

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PETERNAKAN ITIK

PETELUR MOJOSARI DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN INTENSIF

(Studi Kasus Pada UD. Sinar Harapan di Desa Kedawung, Kabupaten Blitar,

Jawa Timur) Isadora T., B. R. T. Putri, I W. Sukanata 150-160

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM YANG

BERBEDA TERHADAP DIMENSI TUBUH BABI BALI JANTAN LEPAS

SAPIH Galang K. I P., I K. Sumadi, I N. T. Ariana 161-171

EEFK SUBSTITUSI PUPUK UREA DENGAN PUPUK BIOSLURRY DAN

SLURRY KOTORAN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI RUMPUT Heteropogon contortus Tifani A. A., I W. Suarna, N. M. Witariadi 172-183

KECERNAAN NUTRIEN RANSUM DENGAN KANDUNGAN PROTEIN

DAN ENERGI BERBEDA PADA SAPI BALI DARA Valentina F. D., I W. Suarna, N. N. Suryani 184-197

eeee----JournalJournalJournalJournal

Peternakan Peternakan Peternakan Peternakan Journal of Tropical Animal Science

email: eeee----journal journal journal journal

FAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUDFAPET UNUD

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK

GB-9 DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR

AYAM LOHMANN BROWN

Astawa. I G.

PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, UniversE-mail:

Telur adalah salah satu bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi. Kualitas

telur dipengaruhi oleh kualitas internal dan eksternal telur. Salah satu upaya yang dilakukan

dalam meningkatkan kualitas telur ayam yaitu dengan cara penambahan bahan probio

dalam ransum. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

probiotik Saccharomyces spp.

Lohmann Brown umur 40-48 minggu selama 12 minggu di Desa Dajan Peken, Tab

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam yang diberi

ransum basal tanpa menggunakan probiotik sebagai kontrol (A). ayam yang dib

dengan penambahan 0,3%

dengan penambahan 0,3%

dalam penelitian ini adalah berat telur, berat putih telur, berat kuning te

telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang diberi ransum dengan penambahan

0,3% probiotik Saccharomyc

penambahan 0,3% probiotik

berpengaruh nyata terhadap berat telur, berat putih telur, berat kuning telur dan berat kulit

telur. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 0,3% probiotik

Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb

minggu dapat meningkatkan kualitas fisik telur yang meliputi berat telur, persentase kuning

telur, dan persentase kulit telur, tetapi menurunkan perse

Kata kunci ; Kualitas fisik telur, Lohmann

THE EFFECT OF PROBIOTICS S

GIVEN INTO RATION TO THE PHYSICAL QUALITY OF EGG

LOHMANN BROWN OF CHICKENS AT 40 TO 48 WEEKS

Egg in one of the food contains high

content. One of the efforts to increase egg quality is improving ration given to the chicken,

such as probiotic supplementation. This research purpose was to find out the effect of

probiotics Saccharomyces spp.

Lohmann Brown chicken the age of 40 to 48 weeks.

weeks in Dajan Peken, Tabanan, Bali. The randomized complete design (RAL) with three

treatments and six replicates were used in a the research. Those

without supplementation of

Submitted Date: March 3, 2018 Editor-Reviewer Article;: I Made Mudita

JournalJournalJournalJournal

Peternakan Peternakan Peternakan Peternakan TropikaTropikaTropikaTropikaJournal of Tropical Animal Science

email: [email protected]

email: [email protected]

105

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Saccharomyces

DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR

AYAM LOHMANN BROWN UMUR 40-48 MINGGU

G., I G. N. G. Bidura, dan A. A. P. P. Wibawa

PS. Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jl. PB. Sudirman,mail: [email protected]. 082247003316

ABSTRAK

Telur adalah salah satu bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi. Kualitas

telur dipengaruhi oleh kualitas internal dan eksternal telur. Salah satu upaya yang dilakukan

dalam meningkatkan kualitas telur ayam yaitu dengan cara penambahan bahan probio

dalam ransum. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

Saccharomyces spp. Gb-7dan Gb-9 dalam ransum terhadap kualitas fisik telur ayam

48 minggu selama 12 minggu di Desa Dajan Peken, Tab

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam yang diberi

ransum basal tanpa menggunakan probiotik sebagai kontrol (A). ayam yang dib

0,3% probiotik Saccharomyces spp. Gb-7 (B), ayam yang diberi ransum

0,3% probiotik Saccharomyces spp. Gb-9 (C). Variabel yang diamati

dalam penelitian ini adalah berat telur, berat putih telur, berat kuning te

telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang diberi ransum dengan penambahan

Saccharomyces spp. Gb-7 (B) dan ayam yang diberi ransum dengan

probiotik Saccharomyces spp. Gb-9 (C) menunjukkan hasil

berpengaruh nyata terhadap berat telur, berat putih telur, berat kuning telur dan berat kulit

telur. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 0,3% probiotik

7 dan Gb-9 dalam ransum ayam Lohmann Brown pa

minggu dapat meningkatkan kualitas fisik telur yang meliputi berat telur, persentase kuning

telur, dan persentase kulit telur, tetapi menurunkan persentase putih telur

Kata kunci ; Kualitas fisik telur, Lohmann Brown, Probiotik, Saccharomyc

THE EFFECT OF PROBIOTICS Saccharomyces spp Gb

GIVEN INTO RATION TO THE PHYSICAL QUALITY OF EGG

BROWN OF CHICKENS AT 40 TO 48 WEEKS

ABSTRACT

Egg in one of the food contains high nutrition. Egg quality is very important duc to its

content. One of the efforts to increase egg quality is improving ration given to the chicken,

such as probiotic supplementation. This research purpose was to find out the effect of

s spp. Gb-7 and Gb-9 given into ration to the physi

Lohmann Brown chicken the age of 40 to 48 weeks. This research was carried out for 12

weeks in Dajan Peken, Tabanan, Bali. The randomized complete design (RAL) with three

treatments and six replicates were used in a the research. Those treatments were ration

without supplementation of Saccharomyces spp. (A), ration with supplementation of 0,3%

Accepted Date: : I Made Mudita dan I W. Wirawan

TropikaTropikaTropikaTropika

Universitas Universitas Universitas Universitas

UdayanaUdayanaUdayanaUdayana

accharomyces spp. GB-7 dan

DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK TELUR

48 MINGGU

Wibawa

itas Udayana, Jl. PB. Sudirman, Denpasar HP. 082247003316

Telur adalah salah satu bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi. Kualitas

telur dipengaruhi oleh kualitas internal dan eksternal telur. Salah satu upaya yang dilakukan

dalam meningkatkan kualitas telur ayam yaitu dengan cara penambahan bahan probiotik ke

dalam ransum. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

dalam ransum terhadap kualitas fisik telur ayam

48 minggu selama 12 minggu di Desa Dajan Peken, Tabanan, Bali.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan. Perlakuan tersebut ialah ayam yang diberi

ransum basal tanpa menggunakan probiotik sebagai kontrol (A). ayam yang diberi ransum

7 (B), ayam yang diberi ransum

9 (C). Variabel yang diamati

dalam penelitian ini adalah berat telur, berat putih telur, berat kuning telur, serta berat kulit

telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam yang diberi ransum dengan penambahan

7 (B) dan ayam yang diberi ransum dengan

9 (C) menunjukkan hasil yang

berpengaruh nyata terhadap berat telur, berat putih telur, berat kuning telur dan berat kulit

telur. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 0,3% probiotik

dalam ransum ayam Lohmann Brown pada umur 40-48

minggu dapat meningkatkan kualitas fisik telur yang meliputi berat telur, persentase kuning

tase putih telur.

Brown, Probiotik, Saccharomyces spp

Gb-7 AND Gb-9

GIVEN INTO RATION TO THE PHYSICAL QUALITY OF EGG

BROWN OF CHICKENS AT 40 TO 48 WEEKS

Egg quality is very important duc to its

content. One of the efforts to increase egg quality is improving ration given to the chicken,

such as probiotic supplementation. This research purpose was to find out the effect of

9 given into ration to the physical quality of egg

This research was carried out for 12

weeks in Dajan Peken, Tabanan, Bali. The randomized complete design (RAL) with three

treatments were ration

(A), ration with supplementation of 0,3%

Accepted Date: March 15, 2018

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 106

Saccharomyces spp. Gb-7 (B), and ration with supplementation 0,3% Saccharomyces spp.

Gb-9 (C). The variables observed were the egg weight, white egg weight, egg yolk weight,

and egg shell weight. The study result showed that ration with supplementation of 0,3%

Saccharomyces spp. Gb-7 (B) and ration with supplementation 0,3% Saccharomyces spp. Gb-

9 (C) significantly different (P<0,05) on the weight of the egg, the weight of egg

white, the weight of egg yolk, and the weight of egg shell. Based on the result above it can be

concluded that the effect of 0.3 % probiotics Saccharomyces spp. Gb-7 or Gb-9 in rations

Lohmann Brown chicken at the age of 40-48 weeks can increase the physical quality of the

egg which weight of egg, percentage of egg yolk, percentage of egg shell, and but has

decrease percentage of white egg.

Keywords: Quality of Physical The Chicken Egg, Lohmann Brown, Probiotic,

Saccharomyces Spp.

PENDAHULUAN

Peranan telur dalam kehidupan masyarakat sangat penting karena banyak mengandung

zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Selain sebagai sumber protein yang

mengandung asam amino esensial, telur juga merupakan sumber mineral, lemak, dan vitamin.

Keunggulan telur sebagai peroduk peternakan yang kaya gizi juga merupakan suatu kendala

karena termasuk bahan pangan yang mudah rusak. Kerusakannya dapat berupa kerusakan

fisik, kerusakan kimia, dan kerusakan yang disebabkan oleh serangan mikroba melalui pori-

pori kerabang telur. Sifat mudah rusak tersebut disebabkan kerabang telur mudah pecah,

retak, dan tidak dapat menahan tekanan yang sangat besar pada penumpukan dalam kerat

telur.

Telur adalah salah satu bahan makanan yang mengandung nilai gizi tinggi karena

mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia seperti protein

dengan asam amino yang lengkap dan berimbang, vitamin, lemak, mineral dan mempunyai

daya cerna yang tinggi (Sirait, 1996). Menurut Sudaryani (2003), telur merupakan produk

peternakan yang memberikan sumbangan terbesar bagi tercapainya kecukupan gizi

masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi yang cukup sempurna karena mengandung zat-

zat gizi yang sangat baik dan mudah dicerna. Telur ayam mempunyai bentuk fisik bulat

sampai lonjong dengan ukuran yang berbeda-beda, tergantung jenis hewan, umur dan sifat

genetiknya.

Kualitas telur adalah istilah umum yang menentukan baik tidaknya kualitas internal dan

eksternal telur. Kualitas internal mengacu pada putih telur (albumin), kebersihan dan

viskositas, kantong udara, bentuk kuning telur dan warna kuning telur. Kualitas eksternal

difokuskan pada kebersihan kulit, tekstur permukaan, kulit, dan keutuhan telur. Komposisi

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 107

fisik dan kualitas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ayam, umur, musim,

penyakit, lingkungan, dan pakan yang diberikan serta sistem pemeliharaan (North dan Bell,

1990). Kuantitas dan kualitas pakan yang diberikan sangat menentukan terhadap peroduksi

dan kualitas telur baik secara fisik/eksternal maupun secara kimiawi/internal. Untuk

menentukan kualitas telur perlu diperhatikan dua faktor yaitu kualitas bagian luar meliputi

berat telur, keadaan kerabang telur, berat jenis telur, dan indeks telur, sedangkan kualitas

bagian dalam yaitu keadaan albumin (putih telur), keadaan dan warna kuning telur serta

proporsi bagian-bagian telur (Heuser et al., 1952).

Penurunan kualitas telur terjadi karena adanya penguapan air dan gas-gas seperti

karbondioksida (CO2), amonia (NH3), nitrogen (N2), dan hydrogen sulfida (H2S) dari dalam

telur melalui pori-pori kerabang. Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas telur ayam

adalah keadaan kesehatan ternak. Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas telur

ayam dapat dilakukan dengan cara penambahan bahan probiotik ke dalam ransum karena

probiotik memiliki kandungan mikroba hidup yang diberikan sebagai suplemen makanan

dengan tujuan memperbaiki kesehatan dan perkembangan mikroba. Manfaat penggunaan

probiotik melalui pakan ayam mampu meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan,

mencegah radang usus dan diare, meningkatkan produksi telur dan memperbaiki kualitas

telur. Menurut Kompiang (2009), probiotik juga dapat mempertahankan kulitas telur dengan

menjaga kesehatan ternak serta meningkatkan penyerapan mineral dan asam amino.

Pemanfaatan khamir selulolitik (Saccharomyces spp) yang diisolasi dari kolon ayam

kampung (Saccharomyces spp. Gb-7dan Gb-9) sebagai sumber probiotik pada ayam

diharapkan mampu memberi pengaruh baik bagi ternak, diamana Saccharomyces spp.mampu

mendegradasi serat kasar dengan baik sehingga mampu meningkatkan daya cerna dan

efisiensi pakan. Menurut Sudirman (2011), disamping sumber mikroba yang menentukan

aktivitas pencernaan serat, juga sangat ditentukan oleh tepatnya dosis inokulum mikroba,

keseragaman jenis, dan populasi mikroba yang digunakan. Pemberian kultur mikroba kolon

ayam kampung kepada ayam diharapkan dapat menimbulkan efek sinergistik antara spesies

kolon ayam kampung dengan mikroba saluran pencernaan ayam Lohmann Brown.

Probiotik dapat diberikan secara oral pada hewan dalam bentuk tablet, cairan ataupun

dalam bentuk pasta (Hardiningsih dan Nurhidayat, 2006). (Bidura et al.,2008) menyatakan

bahwa adanya probiotik dalam ransum akan dapat meningkatkan penyerapan zat makanan.

Menurut Arslan dan Saattci (2004), penambahan probiotik pada ransum mempunyai dampak

positif terhadap pertumbuhan, produksi telur, efisiensi penggunaan pakan, mampu

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 108

menetralisir toksin yang dihasilkan bakteri patogen, menghambat pertumbuhan bakteri

patogen dengan mencegah kolonisasi di dinding usus halus.

Penelitian Malik (2013) tentang penggunaan probiotik (1, 2, dan 3%) dalam

ransumlayermenunjukkan bahwa penggunaan probiotik sampai 3% berpengaruh nyata

terhadap konsumsi ransum ayam petelur periode layertetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi telur dan berat telur. Penggunaan probiotik sampai 3% memberikan nilai ekonomis

yang menguntungkan dengan menurunnya nilai konversi ransum.

Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya dilakukan penelitian untuk mengkaji

pengaruh pemberian 0,3% probiotik Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 dalam ransum

terhadap kualitas fisik telur ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu.

MATERI DAN METODE

Ayam

Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam petelur “Lohmann Brown”

dengan umur 40-48 minggu, dengan berat badan yang homogen (1.658,35 g, ± 30,65 g).

Ayam diperoleh dari peternak ayam petelur setempat.

Kandang dan Perlengkapan

Kandang yang digunakan adalah kandang battery koloni yang terbuat dari bilah bambu

sebanyak 18 buah. Ukuran setiap petak kandang adalah panjang 50 cm, lebar 50 cm, dan

tinggi 40 cm. Susunan kandang bertingkat dan memanjang sebanyak 8 petak, pada setiap

petak berisi 2 ekor ayam. Tiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat

air minum yang terbuat dari pipa paralon dengan volume 1,5 liter.

Probiotik

Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah probiotik Sacchoromyces spp.

Gb-7 dan Gb-9 yang merupakan hasil penelitian Bidura et al. (2015). Sacchoromyces spp.

Gb-7 dan Gb-9 merupakan hasil isolasi dari kolon ayam kampung yang potensial sebagai

probiotik serta mempunyai kemampuan mendegradasi serat kasar (aktivitas CMC-ase). Kedua

probiotik tersebut di berikan sebanyak 0,3% ke dalam ransum.

Ransum dan Air Minum

Ransum yang diberikan dalam penelitian ini adalah ransum yang disusun dengan

menggunakan bahan, seperti jagung kuning, konsentrat komersial untuk ayam petelur, dedak

padi, dan mineral mix. Lebih rinci tersaji pada Tabel 1 dan hasil perhitungan zat-zat makanan

lebih rinci tersaji pada Tabel 2 yang direkomendasikan menurut Scott et al. (1982). Air

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 109

minum yang diberikan selama penelitian ini diambil dari perusahaan air minum (PAM)

setempat.

Tabel 1 Komposisi bahan pakan dalam ransum ayam Lohmann Brown umur 40-48 minggu

Bahan pakan (%) Perlakuan

1)

A B C

Jagung kuning

KLS 362)

Dedak padi

Probiotik Sc Gb-7

Probiotik Sc Gb-9

50

35

15

0

0

50

35

14,7

0,3

0

50

35

14,7

0

0,3

Total % 100 100 100

Keterangan: 1). Ayam yang diberikan ransum tanpa probiotik Sacchoromyces spp. sebagai kontrol (A),

ayam yang diberikan probiotik Sacchoromyces spp. Gb-7 sebanyak 0,3% (B), ayam

yang diberikan probiotik Sacchoromyces spp. Gb-9 sebanyak 0,3% (C). 2). Konsentrat ayam petelur yang diperoduksi oleh Pt. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Unit

Sidoarjo - divisi pakan ternak Jl. H.R.M. Mangundiprojo – Sidoarjo dan mempunyai

Energi Metabolisme (kkl/kg): 2960, Protein Kasar: 36%, Lemak Kasar: 4%, Serat

Kasar: 6%, Kalsium: 10%, dan phospor: 1,1%.

Tabel 2 Komposisi zat-zat gizi dalam ransum ayam Lohmann Brown umur40-48 minggu1)

Keterangan:

1). Perhitungan berdasarkan tabel zat makanan menurut Scott et al. (1982).

2). Ayam yang diberikan ransum tanpa probiotik Sacchoromyces spp. sebagai kontrol (A),

ayam yang diberikan probiotik Sacchoromyces spp. Gb-7 sebanyak 0,3% (B), ayam

yang diberikan probiotik Sacchoromyces spp. Gb-9 sebanyak 0,3% (C).

3). Standar Scott et al. (1982)

4). Standar Morrison (1961)

Alat-alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital dengan

kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 gram, Timbangan tricle brand dengan kapasitas 100 gram

dengan kepekaan 0,1 gram, kalkulator, kerat telur, meja kaca, dan alat tulis. Plastik sebagai

alas mencampur ransum dan ember kecil sebagai wadah ransum yang sudah di campur.

Kandungan zat gizi Perlakuan

2)

Standar3)

A B C

Energi Metabolisme (kkal/kg)

Protein Kasar (%)

Lemak Kasar (%)

Serat Kasar (%)

Kalsium (%)

Phospor (%)

2979,5

18

5,3

4,9

3,528

0,76

2974,61

17,964

5,261

4,864

3,527

0,755

2974,61

17,964

5,261

4,864

3,527

0,755

2900

18,00

5-104)

3-84)

3,4

0,35

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 110

Metode

Tempat dan Lama penelitian

Penelitian dilaksanakan di kandang milik peternak di Banjar Pande, Desa Dajan Peken,

Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Penelitian ini dilaksanakan selama 3

bulan mulai dari persiapan sampai penyusunan laporan.

Rancangan Percobaan

Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan tiga macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap perlakuan menggunakan 2

ekor ayam Lohmann Brown dengan berat badan homogen, masa bertelur yang relatif sama

dan jumlah ayam yang digunakan sebanyak 36 ekor. Ketiga perlakuan yang akan dicobakan

adalah:

1. Ayam yang diberi ransum basal tanpa menggunakan probiotik sebagai kontrol (A)

2. Ayam yang diberi ransum dengan penambahan 0,3% probiotik Saccharomyces spp.

Gb-7 (B)

3. Ayam yang diberi ransum dengan penambahan 0,3% probiotik Saccharomyces spp.

Gb-9 (C)

Pencampuran Ransum

Pencampuran ransum dilakukan dengan cara menimbang masing-masing bahan

penyusun ransum sesuai dengan kebutuhannya. Penimbangan dimulai dari bahan yang

komposisinya lebih banyak, kemudian ditebarkan secara merata dan berbentuk lingkaran

diatas lantai. Untuk penambahan setiap bahan pakan ditumpuk sesuai urutan penimbangan.

Bahan yang telah ditumpuk secara teratur kemudian dicampur merata sampai homogen.

Ransum yang telah jadi (homogen) lalu dimasukkan ke dalam ember plastik dan diberikan

kode sesuai dengan perlakuan, pencampuran ransum dilakukan satu minggu sekali untuk

kebutuhan pakan dalam satu minggu.

Proses pencampuran probiotik ke dalam ransum

Dalam proses pencampuran probiotik ke dalam ransum, terlebih dahulu ambil dari

masing-masing probiotik Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 yang akan digunakan lalu

ditimbang dari masing-masing probiotik sebanyak 3 g dan ambil ransum yang sudah jadi dan

ditimbang sebanyak 1.000 g. Setelah itu campurkan probiotik sebanyak 3 g dengan ransum

yang sudah di timbang sebanyak 1.000 g lakukan pencampuran sampai homogen, dan ransum

siap diberikan pada ayam.

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 111

Variabel yang diamati

Variable yang diamati dalam penelitian ini adalah:

a. Berat telur: Berat telur ditentukan dengan cara menimbang telur utuh dengan

menggunakan timbangan digital, jumlah semua berat telur dibagi dengan banyaknya

telur yang di timbang, dan penimbangan telur dilakukan setiap hari.

b. Persentase putih telur: Persentase putih telur diperoleh dengan cara menimbang

putih telur yang telah dipisahkan dari kuning telur. Adapun persentase putih telur

didapatkan dengan rumus:

Persentase putih telur = ����� ��� �����

����� ����� x 100%

c. Persentase kuning telur: Persentase kuning telur diperoleh dengan cara menimbang

kuning telur yang telah dipisahkan dengan putih telur. Adapun persentase kuning

telur didapatkan dengan rumus:

Persentase kuning telur = ����� �� � �����

����� ����� x 100%

d. Persentase kulit telur: Persentase kulit telur diperoleh dengan cara menimbang kulit

telur dengan menggunakan timbangan tampa menghilangkan lapisan tipisnya yang

ada di dalam kulit telur. Adapun persentase kulit telur didapatkan dengan rumus:

Persentase kulit telur = ����� ���� �����

����� ����� x 100%

Analisis statistik

Data dianalisis dengan sidik ragam, apabila diantara perlakuan menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata (P<0,5) dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan

Torrie, 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat telur

Hasil penelitian menunjukkan rataan berat telur ayam Lohmann Brown umur 40-48

minggu yang diberi ransum tanpa menggunakan probiotik (A) yaitu 54.62 g (Tabel 3). Rataan

berat telur ayam Lohmann Brown yang diberi probiotik Saccharomyces spp.Gb-7 (B) dan

probiotik Saccharomyces spp.Gb-9 (C) yang masing-masing adalah 0,82% dan 0,82% nyata

lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan perlakuan A. Ayam yang diberikan perlakuan C

memiliki rataan 0,01% tidak nyata lebih tinggi(P>0,05) dibandingkan perlakuan B.

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 112

Tabel 3. Pengaruh pemberian probiotik Saccharomyces spp. Gb-7 dan Gb-9 terhadap kualitas

fisik telur (berat telur, persentase putih telur, persentase kuning telur, dan persentase

kulit telur) ayam Lohman Brown umur 40-48 minggu.

Variabel Perlakuan

1)

SEM2)

A B C

Berat telur (g/btr) 54.62a3)

55.07b

55.07b

0,118

Komposisi fisik telur (% berat telur):

• Putih telur (%) 65.00a

63.43b

63.17b

0,089

• Kuning telur (%) 24.90a

25.80b

25.93b

0,055

• Kulit telur (%) 10.10a

10.77b

10.90b

0,051

Keterangan:

1) Ayam yang diberikan ransum tanpa probiotik Sacchoromyces spp. sebagai kontrol (A),

ayam yang diberikan probiotik Sacchoromyces spp. Gb-7 sebanyak 0,3% (B), ayam

yang diberikan probiotik Sacchoromyces spp. Gb-9 sebanyak 0,3% (C).

2) SEM : “Standard Error of the Treatment Means”

3) Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang

nyata (P<0,05)

Berat telur pada penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pada perlakuan yang

diberikan 0,3% probiotik Saccharomyces spp.Gb-7(B) atau pada perlakuan yang diberikan

0,3% probiotik Saccharomyces spp.Gb-9(C) dibandingkan dengan perlakuan (A) kontrol.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan probiotik Saccharomyces spp.Gb-7 dan

Saccharomyces spp.Gb-9dapat meningkatkan berat telur karena probiotik dapat meningkatkan

kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum (Bidura et al., 2016), sehingga penyerapan

zat-zat makanan meningkat yang akan mampu meningkatkan kualitas produksi telur, salah

satunya berat telur. Hal ini sependapat dengan Nasution dan Adrizal (2009) yang menyatakan

bahwa zat gizi makanan yang memengaruhi berat telur adalah protein dan asam amino pada

ransum.Menurut Wahyu (1992), faktor terpenting yang memengaruhi ukuran telur adalah

protein dan asam amino, karena sekitar 50% bahan kering telur mengandung protein sehingga

penyediaan asam amino dalam sintesis protein sangat diperlukan untuk memproduksi telur.

Suprapti (2002) menyatakan bahwa berat telur ditentukan oleh beberapa hal, antara lain oleh

faktor keturunan, ransum, sistem pemeliharaan, iklim, air minum, dan umur ayam.

Suplementasi probiotik nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan

ransum, serta menurunkan kadar kolesterol tubuh (Bidura et al., 2014). Suryani dan Bidura

(1999) menyatakan bahwa suplementasi 0,50% ragi dalam ransum dapat meningkatkan

produksi telur dan efisiensi penggunaan ransum.

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 113

Persentase putih telur

Rataan penelitian menunjukkan bahwa persentase putih telur ayam Lohmann Brown

umur 40-48 minggu yang diberi ransum tanpa menggunakan probiotik (A) yaitu 65%

(Tabel 3). Rataan persentase berat putih telur ayam Lohmann Brown yang diberi probiotik

Saccharomyces spp.Gb-7 (B) dan probiotik Saccharomyces spp.Gb-9 (C) yang masing-

masing adalah 2,42% dan 2,82% nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan

perlakuan A. Ayam yang diberikan perlakuan C memiliki rataan 0,41% tidak nyata lebih

rendah (P>0,05) dibandingkan perlakuan B.Persentase berat putih telur pada penelitian ini

menunjukkan bahwa terjadi penurunan pada perlakuan yang diberikan 0,3% probiotik

Saccharomyces spp.Gb-7(B) dan pada perlakuan yang diberikan 0,3% probiotik

Saccharomyces spp.Gb-9(C) dibandingkan dengan perlakuan (A) kontrol. Pada penelitian

ini berat putih telur mengalami penurunan karena pada penelitian ini terjadi peningkatan

pada berat kuning telur, sehingga berat putih telur mengalami penurunan. Hal ini

sependapat dengan Campbell et al. (2003) yang menyatakan bahwa bobot telur berkaitan

erat dengan komponen penyusunnya yang terdiri atas putih telur 58%, kuning telur 31%

dan kerabang telur 11%. Berat putih telur juga dipengaruhi oleh kepadatan albumen,

semakin padat albumen maka putih telur yang didapatkan semakin berat. Selain itu juga

dipengaruhi asupan nutrien yang dibutuhkan untuk pembentukan telur (protein, mineral,

vitamin). (Bidura et al.,2008) menyatakan bahwa adanya probiotik dalam ransum akan

dapat meningkatkan penyerapan zat makanan. Di samping itu probiotik dapat

meningkatkan kecernaan zat-zat makanan, seperti di laporkan juga oleh Candrawati et al.

(2014) bahwa suplementasi khamir Saccharomyses sp. yang diisolasi dari feses sapi bali

nyata dapat meningkatkan kecernaan zat-zat makanan dalam saluran pencernaan ayam.

Persentase kuning telur

Rataan penelitian menunjukkan bahwa persentase kuning telur ayam Lohmann

Brown umur 40-48 minggu yang diberi ransum tanpa menggunakan probiotik (A) yaitu

24,90% (Tabel 3). Rataan persentase berat kuning telur ayam Lohmann Brown yang di

beri probiotik Saccharomyces spp.Gb-7 (B) dan probiotik Saccharomyces spp.Gb-9 (C)

yang masing-masing adalah 3,61% dan 4,13% nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan

dengan perlakuan A. Ayam yang diberikan perlakuan C memiliki rataan 0,50% tidak nyata

lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan perlakuan B.Persentase berat kuning telur pada

penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada perlakuan yang diberikan

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 114

0,3% probiotik Saccharomyces spp.Gb-7(B) dan pada perlakuan yang diberikan 0,3%

probiotik Saccharomyces spp.Gb-9(C) dibandingkan dengan perlakuan (A) kontrol. Hal

ini terjadi karena dipengaruhi oleh berat telur yang diperoleh dari hasil penelitian.

Semakin tinggi berat telur yang diperoleh maka semakin tinggi juga persentase berat

kuning kuning telur. Hal ini didukung oleh pendapat Triyuwanta (2002) yang menyatakan

bahwa berat kuning telur dipengaruhi oleh berat telur, yaitu ayam yang mempunyai berat

telur berat akan mempunyai kuning telur lebih berat. Berat telur dapat mempengaruhi

berat kuning telur yang dihasilkan, karena kuning telur merupakan komponen telur yang

menyusun 30-40% telur keseluruhan (Li Chan et al.,1995). Tugiyanti dan Iriyanti (2012)

menyatakan bahwa berat kuning telur dipengaruhi oleh perkembangan ovarium, berat

badan ayam, umur saat mencapai dewasa kelamin, kualitas dan kuantitas pakan, penyakit,

lingkungan, dan konsumsi pakan. Agro et al. (2013) menyatakan bahwa asam lemak yang

banyak terdapat pada kuning telur adalah linoleat, oleat, dan stearat yang berfungsi untuk

peningkatan berat kuning telur.

Persentase kulit telur

Rataan penelitian menunjukkan bahwa persentase kulit telur ayam Lohmann Brown

umur 40-48 minggu yang diberi ransum tanpa menggunakan probiotik (A) yaitu 10,10%

(Tabel 3). Rataan persentase berat kulit telur ayam Lohmann Brown yang diberi probiotik

Saccharomyces spp.Gb-7 (B) dan probiotik Saccharomyces spp.Gb-9 (C) yang masing-

masing adalah 6,60% dan 7,94% nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan

perlakuan A. Ayam yang diberikan perlakuan C memiliki rataan 1,25% tidak nyata lebih

tinggi (P>0,05) dibandingkan perlakuan B.Persentase berat kulit telur pada penelitian ini

menunjukkan terjadi peningkatan pada perlakuan yang diberikan 0,3% probiotik

Saccharomyces spp.Gb-7(B) dan pada perlakuan yang diberikan 0,3% probiotik

Saccharomyces spp.Gb-9(C) dibandingkan dengan perlakuan (A) kontrol. Tebal kulit telur

berhubungan dengan berat kulit telur, yaitu kulit (kerabang) yang tebal akan berpengaruh

terhadap berat kulit telur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cooper and Johnston (1974),

yaitu bila tebal kulit telur meningkat, maka persentase berat kulit telur meningkat pula.

Piao et al. (l999) menyatakan bahwa ragi sebagai sumber probiotik dalam ransum nyata

dapat meningkatkan retensi mineral, kalsium, fosfor, dan mangan yang sangat erat sekali

kaitannya dalam proses pembentukkan kulit telur.

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 115

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian 0,3% probiotik

Saccharomyces spp. Gb-7 atau Gb-9 dalam ransum ayam Lohmann Brown pada umur 40-

48 minggu dapat meningkatkan kualitas fisik telur yang meliputi berat telur, persentase

kuning telur, dan persentase kulit telur, tetapi menurunkan persentase putih telur.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr.

A. A. Raka Sudewi, Sp.S dan Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana Dr. Ir. Ida

Bagus Gaga Partama, MS yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas yang diberikan

pada penulis di Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

DAFTAR PUSTAKA

Agro, L. B., Tristiarti dan I. Mangisah. 2013. Kualitas ayam arab petelur fase 1 dengan

berbagai level azolla microphylla. Animal Agricultural Journal. Vol. 2(1): 445-447.

Arslan, C. dan M. Saattci. 2004. Effect of probiotic admininstation either as feed additive or

by drinking water on performance and blood parameters of japanesse quail. Arch.

Geflugelk. 68 : 160 – 163.

Bidura, I.G.N.G., L. G. Sumardani, T. I. Putri, dan I. B.G Pertama. 2008. Pengaruh pemberian

ransum terfermentasi terhadap pertambahan berat badan, karkas, dan jumlah lemak

abdomen pada itik bali. Jurnal Pengembangan Peternakan TropisVol. 33 (4) : 274-281

Bidura, I. G. N. G., D. P. M. A. Candrawati, and D.A. Warmadewi 2014. Implementation of

Saccharomyces spp.S-7 isolate (Isolated from manure of bali cattle) as a probiotics agent

in diets on performance, blood serum cholesterol, and ammonia-N concentration of

broiler excreta. International Journal of Research Studies in Biosciences (IJRSB) Vol. 2

(8): 6-16.

Bidura, I. G. N. G., D. P. M. A. Candrawati and D. A. Warmadewi. 2015. Selection of

khamir Saccharomyces spp. Isolated from colon of native chickens as a probiotics

properties and has CMC-ase activity. Journal of Biological and Chemical Research Vol.

32 (2) : 683-699.

Bidura, I. G. N. G., D. P. M. A. Candrawati and D. A. Warmadewi. 2016. Implementasi on

diet of probiotic Saccharomyces spp. Gb-7 and Gb-9 isolated from colon of native

chickens on performance and cholesterol serum of broiler. Journal of Biological and

Chemical Research Vol. 33 (2): 793-803.

Campbell, J.R., K.M. Douglas., and K.L. Campbell., 2003. The Biology, Card andProduction

of Domestic Animal. Mc Graw- Hill Companies. Inc.Publication. J. Anim Sci Pg 292.

Candrawati. D.P.M.A, Warmadewi. D.A, and Bidura.I.G.N.G. 2014. “Kulturion

ofSaccharomyces spp. From manure of beef cattle as a probiotics peopertis and has

CMC-ase activity to improve nutrien quality of rice bran”. J . Biol. Chem.Research. Vol.

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 116

31, No 1 : 39-52.

Cooper, J. B. and W. E. Johnston. 1974. Albumen quality and shell thickness as affected by

time of egg gathering. Poult. Sci. , 53 ; 1519-1521.

Hardiningsih, R., dan N. Nurhidayat. 2006. Pengaruh pemberian pakan hiperkolestrol emia

terhadap bobot badan tikus putih wistar yang diberi bakteri asam laktat.Jurnal

Biodiversitas7 (2) : 127 – 130.

Havenaar, R., & Huis, I. 1992. Probiotic: A General View, In Wood, B. J. B. (Ed.). The

Lactic Acid Bacteria in Healthand Disesase, pp. 151-170. London: Alsevier Applied

Science.

Hegar, B. 2007. Mikroflora saluran cerna pada kesehatan anak. Jurnal Kesehatan dan Farmasi.

Jakarta: Dexa Media.

Heuser, G. F., G. O. Hall dan J. H. Broucker. 1952. Polutry Management. J. B. Lippincontt

Company, Chicago Philadelphia. New York.

Jin, L. Z., Y. W. Ho., N. Abdullah and Jalaludin. 1997. Probiotics in poultry: Modes of action.

World Poultry Sci. J. 53 (4): 351-368.

Kompiang, I. P. 2009. Pemanfaatan mikroorganisme sebagai probiotik untuk meningkatkan

produksi ternak unggas di indonesia. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 2 (3):

117—191

Li Chan, E. C. D., W. D. Powrie, and S. Nakai. 1995. The Chemistry of eggs and egg product.

in:egg science and technology W. J. Stadelman and D.J. Cotteril (ed). 4th

ed. The Haworth

Press Inc, New York.

Malik, A. 2013. Pengaruh penggunaan probiotik pada ransum terhadap produktivitas dan nilai

ekonomi ayam petelur periode layer. Universitas Muhammadiyah. Malang. http:// pet

Umum.ac.id/en/umm-news-2618, Diakses 15 Maret 2017

Morrison, F. B. 1961. Feed and feeding. Abridged 9 th Ed. The Morrison Publs. Co.

arrangeville, Ontario, Canada.

Nasution, S., dan Adrizal. 2009. Pengaruh pemberian level protein-energi ransum

yangberbeda terhadap kualitas telur ayam buras. Seminar nasional teknologipeternakan

dan veteriner. Fakultas Peternakan, Universitas Andalas. Padang.

Nort, M. O. and D. D. Bell. 1990. Comersial chicken production manual. The 4th Ed. Avi

Publishing Company Inc. Westport, Connecticut.

Piao, X. S., Han, I. K., Kim, J. H., Cho, W. T., Kim, Y. H., and Liang, C. 1999. Effects of

kemzyme, phytase, and yeast supplementation on the growth performance and pullution

reduction of broiler chicks. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 12 (1): 36 – 41

Scott, M.L., Neisheim M.C. and Young R.J. l982. Nutrition of the chickens. and ed.

Publishing by: M. L. Scott and Assoc. Ithaca, New York.

Sirait, C. H. 1996. Telur dan pengolahannya. Pusat penelitian dan pengembangan peternakan.

Bogor.

Steel, R. G. D. and J.H. Torre. 1989. Principle and Procedure of Statistics. Mc. Graw Hill

Book Co. Inc., New York.

Astawa et al., Peternakan Tropika Vol. 6 No. 1 Th. 2018: 105 - 117 Page 117

Sudaryani, T. 2003. Kualitas telur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudirman. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan feses kerbau sebagai

pengganti cairan rumen. http:www.ugm.ac.id/index.phppage=rilis&artukel645

Suprapti, M. L. 2002. Pengawetan Telur. Yogyakarta : Kanisius.

Suryani, N.N. dan Bidura I. G.N. G. l999. Pengaruh penambahan ragi tape dalam ransum

terhadap produksi telur ayam Lohmann Brown. Majalah Ilmiah Peternakan. Fapet Unud.

2 (l): 10-14.

Triyuwanta. 2002. Telur dan Produksi Telur. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Tugiyanti, E. dan N. Iriyanti. 2012. Kualitas eksternal telur ayam petelur yang mendapat

ransum dengan penambahan tepung ikan fermentasi menggunakan isolat prosedur

anti histamin. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 1 No. 2. http://journal.ift.or.id/files

/E.%20Tugiyanti12-4447.pdf

Wahyu, Y. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.