pandu budiman linda waty zen -...

16
VALUASI EKONOMI KAWASAN EKOWISATA BERBASIS KONSERVASI PADANG LAMUN DI DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Pandu Budiman Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Linda Waty Zen Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Diana Azizah Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi ekosistem padang lamun di kawasan konservasi perairan daerah Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dan mengetahui cara pengembangan kawasan ekowisata berbasis konservasi padang lamun di Desa Malang Rapat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dan wawancara. Pengamatan terhadap nilai ekonomi padang lamun dilakukan dengan menggunakan pendekatan responden nelayan sebanyak 45 orang dan pengamatan pengunjung ekowisata sebanyak 35 responden. Hasil Pengamatan terhadap penilaian ekonomi ekosistem padang lamun di Desa Malang Rapat diperoleh Nilai Manfaat Langsung (DUV) sebesar Rp 47.015.136.000/tahun (86,4 %), Nilai Manfaat Tidak Langsung (IUV) sebesar Rp 2.304.000.000/tahun (4,2 %), Nilai Manfaat Pilihan (OV) sebesar Rp 371.328.015/tahun (0,68 %), Nilai Manfaat Keberadaan (EV) sebesar Rp 47.786.667/tahun (0,09 %) dan Nilai Manfaat Warisan (BV) sebesar Rp 4.701.513.600/tahun (8,64 %). Nilai Total Ekonomi (TEV) di Desa Malang Rapat diperoleh sebesar Rp 54.439.764.281/tahun. Nilai biaya total perjalanan pengunjung dari Tanjung Pinang Rp 8.285.000 /kunjungan dan biaya rata-rata Rp 236.715/orang. Pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan yang diterapkan untuk pengembangan kawasan ekowisata Desa Malang Rapat dan memberikan pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya melestarikan padang lamun Kata Kunci : Desa Malang Rapat,Valuasi Ekonomi, Ekowisata, Konservasi Padang Lamun

Upload: dangkiet

Post on 19-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

VALUASI EKONOMI KAWASAN EKOWISATA BERBASIS KONSERVASI PADANG

LAMUN DI DESA MALANG RAPAT KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN

RIAU

Pandu Budiman

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Linda Waty Zen

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Diana Azizah

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi ekosistem padang lamun di

kawasan konservasi perairan daerah Desa Malang Rapat Kabupaten Bintan Kepulauan Riau dan

mengetahui cara pengembangan kawasan ekowisata berbasis konservasi padang lamun di Desa

Malang Rapat. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dan wawancara.

Pengamatan terhadap nilai ekonomi padang lamun dilakukan dengan menggunakan pendekatan

responden nelayan sebanyak 45 orang dan pengamatan pengunjung ekowisata sebanyak 35

responden.

Hasil Pengamatan terhadap penilaian ekonomi ekosistem padang lamun di Desa Malang

Rapat diperoleh Nilai Manfaat Langsung (DUV) sebesar Rp 47.015.136.000/tahun (86,4 %), Nilai

Manfaat Tidak Langsung (IUV) sebesar Rp 2.304.000.000/tahun (4,2 %), Nilai Manfaat Pilihan

(OV) sebesar Rp 371.328.015/tahun (0,68 %), Nilai Manfaat Keberadaan (EV) sebesar Rp

47.786.667/tahun (0,09 %) dan Nilai Manfaat Warisan (BV) sebesar Rp 4.701.513.600/tahun (8,64

%). Nilai Total Ekonomi (TEV) di Desa Malang Rapat diperoleh sebesar Rp

54.439.764.281/tahun. Nilai biaya total perjalanan pengunjung dari Tanjung Pinang Rp 8.285.000

/kunjungan dan biaya rata-rata Rp 236.715/orang.

Pengelolaan berbasis masyarakat merupakan salah satu pendekatan pengelolaan yang

diterapkan untuk pengembangan kawasan ekowisata Desa Malang Rapat dan memberikan

pemahaman pada masyarakat tentang pentingnya melestarikan padang lamun

Kata Kunci : Desa Malang Rapat,Valuasi Ekonomi, Ekowisata, Konservasi Padang Lamun

Page 2: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Economic Valuation of Conservation Based Ecotourism Area of Seagrass in the Malang

Rapat Village Bintan Regency of Riau Island

Pandu Budiman

Student of Aquatic Resource Management Department, FIKP UMRAH,

[email protected]

Linda Waty Zen

Lecturer of Aquatic Resource Management Department, FIKP UMRAH, [email protected]

Diana Azizah

Lecturer of Aquatic Resource Management Department, FIKP UMRAH,

[email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine economic value of seagrass ecosystems in

conservation rural areas Malang Rapat village Bintan regency of Riau Islands and to investigate

the development of ecotourism area based on seagrass conversation in malang Rapat Village. The

method used in this research is of survey and interview. There are 45 respondent for observations

assessment of the economic valuation of seagrass and there are 35 respondent for observation

visitors ecotourism.

This study found that of Total Economic Value (TEV) in the Malang Rapat consistef

Direct Use Value (DUV) was Rp 47.015.136.000/year (86,4 %), Indirect Use Value (IUV) was Rp

2.304.000.000/year (4,2 %) , Option Value (OV) was Rp 371.328.015/year (0,68 %), Existence

Value (EV), was Rp 47.786.667/year (0,09 %) and Bequest Value (BV) was Rp

4.701.513.600/year (8,64 %). Total Economic Value (TEV) in the Malang Rapat village was Rp

54.439.764.281/year. The total traveling cost of traveler from Tanjung Pinang Rp 8.285.000/visit

and the average cost Rp 236.715/person.

Community based management is one approach in order to development of poor rural

ecotourism meeting and to provide insight to the public community awareness for the importance

of conserving seagrass ecosystem.

Keywords: Malang Rapat Village, Economic Value, Ecotourism, Seagrass Conservation

Page 3: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

I. PENDAHULUAN

Kabupaten Bintan merupakan salah

satu Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau

yang terdiri dari 240 pulau-pulau kecil serta

memiliki sumberdaya pesisir dan laut yang

sangat potensial (DKP, 2007). Di Kabupaten

Bintan terdapat Kawasan Konservasi Laut

Daerah (KKLD) yang secara keseluruhan

mempunyai luas 472.905 Ha, yang terdiri

dari Kawasan Pesisir Timur Kecamatan

Gunung Kijang dan Kecamatan Bintan

Timur seluas 356.905 Ha (SK Bupati

No.36/VIII/2007). Pengelolaan kawasan

konservasi laut diperlukan zonasi tertentu

untuk menunjang mata pencaharian

masyarakat, maupun kegiatan lainnya sesuai

dengan azas kelestarian. Pengelolaan yang

dilakukan harus didasari pada tiga aspek

konservasi, yaitu perlindungan ekosistem

penyangga kehidupan, pengawetan plasma

nutfah dan pelestarian ekosistem.

Dilihat dari potensinya, lamun

merupakan salah satu sumberdaya pesisir

dan laut yang sangat potensial dan

mempunyai nilai produktivitas primer yang

tinggi (Kordi, 2011). Berdasarkan SK

No.36/VIII/2007 Bappeda Kabupaten Bintan

2007 tentang KKLD Kabupaten Bintan,

salah satu kawasan konservasi komunitas

padang lamun terdapat di Desa Malang

Rapat. Desa Malang Rapat hampir

keseluruhan masyarakatnya adalah nelayan

yang memanfaatkan ekosistem padang

lamun baik ekologi maupun ekonomi.

Adapun upaya untuk memperoleh

valuasi ekonomi yang akurat terhadap

sumberdaya dan lingkungan yang

sesungguhnya yakni harus ada kebijakan

untuk menyempurnakan pengelolaan

sumberdaya dan lingkungan. Menurut

Hadad (2012) dalam Agustina (2014),

valuasi ekonomi merupakan komponen

penting dalam perencanaan dan pengelolaan

sumberdaya pesisir laut karena mengaitkan

dimensi-dimensi ekonomi dan ekologi.

Dilihat dari potensinya, lamun

merupakan salah satu sumberdaya pesisir

dan laut yang sangat potensial dan

mempunyai nilai produktivitas primer yang

tinggi. Sebagai sebuah ekosistem yang

berada di pesisir maupun laut, padang lamun

memiliki fungsi ekologi yang tidak bisa

tergantikan. Adapun fungsi ekologi

ekosistem padang lamun diantaranya

sebagai habitat (tempat hidup) berbagai

biota-biota laut, tempat pemijahan

(spawning ground), tempat pengasuhan

(nursey ground), tempat pembesaran

(rearing ground), dan tempat mencari

makan (feeding ground) dari berbagai biota

laut (Kordi, 2011).

Disamping itu, ekosistem padang

lamun memiliki fungsi ekonomi yang dapat

dilihat dari berbagai biota laut yang bernilai

ekonomi tinggi seperti ikan, teripang, kima,

siput, bulu babi dan sebagainya. Selain itu,

lamun merupakan salah satu sumber pangan

dan obat-obatan penting bagi kehidupan

manusia (Kordi,2011). Secara ekonomi,

kegiatan wisata bahari memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap

pertumbuhan suatu Negara. Sektor

pariwisata menurut beberapa perkiraan telah

menjadi kegiatan usaha terbesar di dunia

Page 4: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

lebih lanjut dikatakan bahwa ekowisata

menyumbangkan peran ekonomi secara

makro dan mikro.

Dilihat dari manfaat dan fungsi lamun

baik secara ekologi maupun ekonomi maka

perlu adanya kajian mengenai valuasi

ekonomi kawasan ekowisata berbasis

konservasi padang lamun di KKPD Desa

Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau. Penelitian ini dapat

memberikan data dan informasi baik

masyarakat mengenai keadaan ekosistem

lamun agar masyarakat dapat ikut

memperhatikan dan menjaga ekosistem

padang lamun.

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada

bulan April-Juli 2016 di Kawasan

Konservasi Padang Lamun Desa Malang

Rapat Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan

Riau Metode penentuan titik sampling

menggunakan metode purposive sampling,

yaitu penentuan responden masyarakat

nelayan dilakukan berdasarkan tujuan

tertentu dan untuk menentukan jumlah

sampel pengunjung dengan menggunakan

kuota sampling dimana jumlah sampel telah

ditentukan sebelum melakukan penelitian.

Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yakni GPS,

kamera digital, kalkulator dan alat tulis.

Bahan yang digunakan yaitu lembaran

kuesioner.

C. Sumber Pengambilan Sampel

Sumber data yang digunakan pada

penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang

di dapatkan secara langsung dari lokasi

penelitian melalui observasi, wawancara

maupun dokumentasi yang terkait dengan

tujuan penelitian seperti wawancara melalui

kuisioner dan kemudian data yang telah

didapat diolah untuk mencari hasil dari

penelitian. Data sekunder merupakan data

pendukung data primer yang diperoleh dari

literatur-literatur maupun instansi terkait

yang mendukung penelitian yang

berhubungan dengan permasalahan yang

dikaji.

D. Metode Pengupulan Data

1. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini

adalah pengumpulan data dengan cara

menanyakan secara langsung kepada

masyarakat nelayan dan masyarakat di

sekitar kawasan wisata, dengan pedoman

pertanyaan yang disusun secara sistematik

sebelumnya. Wawancara tersebut dilakukan

secara langsung yang dilakukan kepada

responden melalui kuisioner.

Metode pengambilan sampel

dilakukan secara sengaja (purposive

sampling) Metode purposive merupakan

metode yang memberikan kesempatan

Page 5: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

kepada peneliti untuk menentukan sendiri

sampel yang diambil karena ada

pertimbangan tertentu seperti masyarakat

nelayan dengan memanfaatkan padang

lamun untuk menangkap biota, sehingga

sampel diambil tidak secara acak tapi

ditentukan sendiri oleh peneliti.

a. Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu:

Wisatawan yang mengunjungi kawasan

ekowisata konservasi padang lamun. Untuk

menentukan jumlah sampel pengunjung

dengan menggunakan kuota sampling

dimana jumlah sampel telah ditentukan

sebelum melakukan penelitian. Sampel

responden dilakukan dengan observasi

lapangan dengan melihat jumlah pengunjung

setiap minggu sehingga didapat 35

responden. Ketetangan :

-Minggu ke-1 didapat 33 pengunjung

-Minggu ke-2 didapat 37 pengunjung

∑= 33 + 37 = 70 ÷ 2

∑ = 35 responden

Masyarakat yang berada di kawasan wisata

konservasi padang lamun yaitu masyarakat

pemilik usaha ekonomi dan nelayan (RTP).

Sampel responden masyarakat pengelola dan

nelayan yakni menggunakan metode

purposive sampling, jumlah responden

nelayan sebanyak 45 orang.

b. Kuesioner

Kelompok pertanyaan kuesioner

mengenai :

1.Pengetahuan responden mengenai Padang

Lamun.

2.Pemanfaatan Padang Lamun di lokasi

Konservasi.

3.Tanggapan responden terhadap wilayah

konservasi Padang Lamun.

5.Tanggapan responden terhadap

pengeluaran ekonomi dengan adanya

kawasan konservasi padang lamun.

2. Observasi

Observasi adalah pengambilan data

dengan cara pengamatan langsung di

lapangan untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang kondisi atau keadaan

objek kajian dengan cara mengunjungi

seluruh kawasan wisata dan melihat

keseluruhan kondisi kawasan secara

langsung, baik kondisi fisik, sarana dan

prasarana, aktifitas pengunjung serta

sumberdaya manusia pengelolaannya

Observasi dilakukan di Desa Malang Rapat

kawasan konservasi Padang Lamun. Lokasi

yang dijadikan tempat penelitian ini yakni di

zonasi kawasan konservasipadang lamun

Desa Malang Rapat tepat berada di zona

pemanfaatan.

Zona Pemanfaatan merupakan zona

yang sumberdayanya hanya dapat

dimanfaatkan secara tidak langsung. Zona

pemanfaatan mempunyai fungsi sebagai

penyangga habitat dan ekosistem penting

(zona inti dan zona perikanan berkelanjutan)

agar keseimbangan tetap terjaga. Zona

pemanfaatan mempunyai fungsi yakni

sebagai tempat perlindungan habitat dan

populasi sumberdaya ikan, pariwisata dan

rekreasi (DKP, 2007).

Page 6: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

E. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk

menyederhanakan data ke dalam bentuk

yang lebih mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Metode analisis data yang

akan digunakan dalam penelitian ini dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Daftar Teknik Pengumpulan Data

dan Metode Analisis

Metode Analisis

Analisis Valuasi Ekonomi

Analisis Deskriptif

1. Valuasi Ekonomi

Nilai ekonomi suatu sumberdaya

padang lamun dibagi menjadi nilai

penggunaan dan nilai non penggunaan. Nilai

penggunaan dibagi menjadi dua, yaitu nilai

manfaat langsung dan nilai manfaat tidak

langsung. Nilai non penggunaan dibagi

menjadi tiga, yang meliputi nilai manfaat

pilihan, nilai manfaat keberadaan dan nilai

manfaat warisan.

a. Nilai Manfaat Langsung (Direct

Use Value)

Nilai manfaat langsung adalah nilai

yang dihasilkan dari pemanfaatan

sumberdaya secara langsung. Nilai manfaat

langsung padang lamun dihitung dengan

persamaan (Susana et al., 2011 dalam

Agustina, 2014) yaitu:

DUV =∑

Dimana:

DUV = Manfaat langsung

(direct use value)

DUVi = Manfaat langsung ke- i

DUV1 = Manfaat penangkapan

ikan

DUV2 = Manfaat penangkapan

kerang

DUV3 = Manfaat penangkapan

kepiting

DUV4 = Penangkapan udang

n = Jumlah jenis pemanfaatan

I = Jenis pemanfaatan ke- i

Hasil tangkapan, harga jual dan

biaya operasional pengelolaan, ikan, kerang

kepiting, dan udang di dapat dari hasil

kuisioner dan wawancara terhadap nelayan

yang melakukan penangkapan secara

langsung di daerah tersebut.

Nilai manfaat langsung

pengelolaan, ikan, kerang, kepiting, dan

udang di hitung berdasarkan jumlah hasil

tangkapan pertahun dikalikan dengan harga

jual.

Nilai ikan = (T x H) – B

(Rp/ha/th)

Dimana:

T = Tangkapan ikan (kg/ha/th)

H = Harga jual (Rp/kg)

B = Biaya operasional (Rp)

Nilai manfaat langsung diperoleh dari

rumus sebagai berikut (Widiastuti, 2011):

Nilai Ekonomi Perikanan

= rente ekonomi (ikan, kerang, kepiting,

udang) x jumlah RTP

= (Penerimaan - (Laba layak - Laba kotor) x

jumlah RTP

Dimana : Penerimaan = hasil tangkapan ×

jumlah RTP

Page 7: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Laba kotor = penerimaan – biaya

operasional

Laba layak = discount rute × biaya

operasional

Rente ekonomi = penerimaan – (laba

layak – laba kotor)

b. Nilai Manfaat Tidak Langsung

(Indirect Use Value)

Menggunakan teknik pendekatan

Contingent Valuation Method (CVM) yaitu

teknik valuasi yang didasarkan pada survei

dimana keinginan menerima atau WTA

(Willingness To Accept), jika terjadi

kerusakan atau penurunan atas sumberdaya

(padang lamun). Penilaian ini diperoleh

langsung dari responden yang diungkapkan

secara lisan maupun tertulis (Fauzi, 2004).

Membuat hipotesis pasar terhadap

sumberdaya yang akan di evaluasi.

Mendapatkan nilai lelang melalui

teknik permainan lelang (bidding

game).

Menghitung rataan WTP.

Memperkirakan kurva lelang.

Mengagretkan data dengan

mengalikan rataan WTP dengan

jumlah RTP.

c. Nilai Manfaat Pilihan (Option

Value)

Nilai manfaat pilihan yaitu nilai

ekonomi yang diperoleh dari potensi

pemanfaatan langsung maupun tidak

langsung dari sumberdaya. Menurut

Ruitenbeek (1991) dalam Agustina (2014),

besarnya nilai cadangan keanekaragaman

hayati adalah sebesar US$ 15/ha/tahun.

Dalam hal ini untuk padang lamun

menggunakan metode benefit transfer, yaitu

dengan cara menilai perkiraan benefit dari

tempat lain lalu benefit ini ditransfer untuk

memperoleh perkiraan yang kasar mengenai

manfaat dari lingkungan (Agustina, 2014).

Kemudian untuk mengetahui nilai manfaat

pilihan ini diperoleh dengan persamaan

(Widiastuti, 2011) yaitu :

Option Value = luas padang lamun

(Ha) x nilai keanekaragaman hayati

Luas padang lamun diperoleh dari

metode digitasi yaitu pemetaan

menggunakan software arcview 3.3 dan citra

spot Pulau Bintan, kemudian melakukan

cross check di lapangan menggunakan

Global Possition System (GPS) agar tidak

terjadi error atau bias yang terlalu jauh.

d. Nilai Manfaat Keberadaan

(Existence Value)

Nilai manfaat keberadaan dihitung

menggunakan teknik pengukuran langsung

dengan menanyakan kepada masyarakat

mengenai kesediaan mereka membayar

(willingness to pay) barang dan jasa yang

dihasilkan oleh sumber daya alam (Fauzi,

2004). Metode yang digunakan adalah

Contigent Valuation Method (CVM).

(Adrianto et al., 2007).

Penilaian ini diperoleh langsung dari

responden yang diungkapkan secara lisan

maupun tertulis (Fauzi, 2004) antara lain:

Membuat hipotesis pasar terhadap

sumberdaya yang akan di evaluasi.

Mendapatkan nilai lelang melalui

teknik permainan lelang (bidding

game).

Page 8: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Menghitung rataan WTP.

Memperkirakan kurva lelang.

Mengagretkan data dengan

mengalikan rataan WTP dengan

jumlah RTP.

e. Nilai Manfaat Warisan (Bequest

Value)

Nilai warisan ekosistem padang

lamun yang dimiliki tidak dapat dinilai

dengan pendekatan nilai pasar. Oleh karena

itu, nilai warisan dapat dihitung dengan

pendekatan perkiraan. Sehubungan dengan

hal tersebut maka diperkirakan bahwa nilai

warisan tidak kurang 10% dari manfaat

langsung (Ruitenbeek, 1991 dalam

Marhayana, 2012). Dengan rumus sebagai

berikut:

BV= 10% x Total Nilai Manfaat

Langsung

Nilai warisan tidak kurang dari

10% mengacu pada teori Ruitenbeek yang

memperkirakan bahwa nilai warisan tidak

kurang dari 10%, sedangkan total nilai

manfaat langsung di dapat dari hasil

perhitungan dari nilai manfaat langsung

(Direct Use Value).

f. Nilai Ekonomi Total (Total

Economic Value)

Nilai Ekonomi Total adalah NET atau

Total Economic Value (TEV) Total nilai

ekonomi yang dimiliki suatu sumberdaya.

Dapat ditulis dengan persamaan matematis

sebagai berikut (CSERGE, 1994 dalam

Irmadi, 2004) :

TEV = (DUV +IUV + OV) + (EV+ BV)

Dimana :

TEV = Nilai ekonomi total

DUV = Nilai manfaat langsung

DUV1 = Manfaat penangkapan

ikan

DUV2 = Manfaat penangkapan

kerang

DUV3 = Penangkapan kepiting

DUV4 = Penangkapan udang

IUV = Nilai manfaat tidak

langsung (Dapat dillihat

dari fungsi padang

lamun yaitu sebagai

tempat pemijahan, daerah

asuhan, dan mencari

makan biota)

OV = Nilai pilihan

EV = Nilai Keberadaan

BV = Nilai warisan

Direct Use Value adalah nilai

ekonomi yang diperoleh dari

pemanfaatan langsung sebuah

sumberdaya atau ekosistem

seperti Penangkapan ikan,

penambangan batu karang.

Indirect Use Value adalah nilai

ekonomi yang diperoleh dari

pemanfatan tidak langsung

sebuah sumberdaya atau

ekosistem, seperti nursery

ground, produksi primer,

natural barrier dan pariwisata

dari suatu sumberdaya.

Option Value adalah nilai

ekonomi yang diberikan oleh

masyarakat atas adanya pilihan

untuk menikmati barang dan

jasa dari sumberdaya dimasa

depan merupakan nilai

Page 9: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

pemeliharaan sumberdaya

untuk memanfaatkan

sumberdaya yang masih

tersedia untuk masa yang akan

datang, nilai ini mengandung

makna ketidakpastian. Jika kita

yakin akan preferensi dan

ketersediaan sumberdaya alam

dimasa mendatang, maka nilai

pilihan akan nol, atau

sebaliknya, maka nilai pilihan

positif.

Exsistence Value Nilai adalah

nilai ekonomi yang diberikan

atas keberadaan atau

terpeliharanya sumberdaya

alam dan lingkungan

meskipun ekosistem atau

sumberdaya itu dimanfaatkan

atau tidak oleh masyarakat.

Bequest Value adalah nilai

ekonomi yang diberikan oleh

generasi kini dengan

menyediakan atau mewariskan

sumberdaya untuk generasi di

masa depan.

F. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif ini adalah suatu

metode dalam meneliti status manusia, suatu

objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

yang akan datang. Metode deskriptif

menurut Whitney (1960) dalam Nazir

(2003), merupakan pencarian fakta dengan

interpretasi yang tepat. Selain itu, metode

deskriptif ini memilki tujuan membuat

deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Valuasi Ekonomi (Total Economi

Value)

1. Manfaat langsung (Direct Use

Value)

Dari hasil penelitian di lapangan didapat

total nilai manfaat langsung yaitu Rp

4.701.513.600/bulan dan Rp

47.015.136.000/tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa biota-biota yang berassosiasi di

ekosistem lamun di Desa Malang Rapat

sangat banyak dan berlimpah. Dengan

demikian, nilai manfaat langsung di Desa

Malang Rapat sangat banyak dimanfaatkan

oleh masyarakat nelayan dan mendukung

perekonomian secara berkelanjutan

(sustainable).

2. Manfaat Tidak Langsung(Indirect

Use Value)

Dari hasil penelitian di Desa Malang

Rapat didapat nilai manfaat tidak langsung

(Indirect Use Value) dari setiap nelayan

yaitu Rp 1.200.000/bulan atau Rp

12.000.000/tahun, maka diperoleh nilai

manfaat tidak langsung sebesar Rp

2.304.000.000/tahun. Jumlah nelayan di

Desa Malang Rapat berjumlah 192 jiwa.

Jumlah nelayan ini mencakup nelayan

kelong, nelayan laut lepas dan nelayan tepi

pantai, dikarenakan pada umumnya sebagian

biota-biota yang hidup di laut hanya

memijah, bertelur dan dijadikan tempat

Page 10: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

mencari makan di kawasan padang lamun,

namun setelah besar sebagian ikan tersebut

berpindah ke laut lepas. Selain itu, bahwa

dengan nilai manfaat tidak langsung di Desa

Malang Rapat tersebut memiliki penilaian

tersendiri bagi ekologi lamun sehingga

potensi padang lamun (seagrass bads)

sangat memungkinkan untuk

keberlangsungan biota-biota yang

berasosiasi disekitarnya. Nilai manfaat tidak

langsung tersebut adalah nilai yang akan

diberikan kepada masyarakat nelayan

sebagai pengganti dari nilai kerusakan

ekosistem padang lamun.

G. Manfaat Pilihan (Options Value)

Nilai manfaat pilihan diartikan

sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat

atas adanya pilihan untuk menikmati barang

dan jasa dari sumberdaya alam di masa yang

akan datang (Ruitenbeek, 1991 dalam

Agustina, 2014). Penilaian terhadap nilai

pilihan mengacu pada rumus Widiastuti

(2011) didapat dengan mengalikan luas area

padang lamun (Ha) terhadap nilai cadangan

keanekaragaman hayati (padang lamun) di

Desa Malang Rapat. Luas padang lamun

yang diperoleh dari seluruh luas area padang

lamun Desa Malang Rapat yakni 1.871

hektar (Ha) atau 18.710.000 m2dan besarnya

nilai keanekaragaman hayati adalah sebesar

15 US$/ha/tahun (nilai tukar rupiah tanggal

9 Juni 2016 yaitu Rp 13.231). Menurut

Wahyuningsih (2015), Hasil perhitungan

nilai kerapatan pada stasiun 1 memiliki

kerapatan jenis lebih tinggi, stasiun 2

memiliki kerapatan jenis sedang dan stasiun

3 memiliki kerapatan jenis 3 lebih sedikit.

Hal ini menunjukkan pada stasiun 1 dan 2

kondisi lamun baik.

Nilai manfaat pilihan merupakan nilai

ekonomi yang diperoleh dari potensi

pemanfaatan langsung maupun tidak

langsung dari sumberdaya, berdasarkan hasil

dari penelitian didapat nilai manfaat pilihan

sebesar Rp 371.328.015/tahun (nilai tukar

rupiah tanggal 9 Juni2016 yaitu Rp. 13.231).

Nilai tukar, waktu dan tempat sangat

mempengaruhi nilai manfaat pilihan.

Semakin tinggi nilai tukar dan besarnya

luasan padang lamun di Desa Malang Rapat

maka diperoleh nilai manfaat pilihan dan

sebaliknya semakin kecil luas padang lamun

maka akan semakin kecil pula nilai manfaat

pilihan yang didapat. Kesadaran masyarakat

nelayan akan pentingnya ekosistem padang

lamun untuk masa mendatang tanpa merusak

dan menjaga ekologi demi pengelolaan yang

berkelanjutan (sustainable) harus tetap

ditingkatkan, peduli dan sadar akan

pentingnya padang lamun demi masa yang

mendatang. Disamping itu, nelayan padang

lamun di Desa Malang Rapat mengunakan

alat tangkap yang ramah lingkungan seperti

bubu, pancing dan jaring. Jika dimasa akan

datang ekosistem padang lamun tetap terjaga

dengan baik, maka ini akan sangat

berdampak positif bagi perkembangan

ekowisata di Desa Malang Rapat. Selain

bermanfaat bagi peningkatan penghasilan

masyarakat nelayan juga bermanfaat bagi

pengunjung wisata yang berasosiasi dengan

padang lamun.

Page 11: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

H. Manfaat Keberadaan (Existence

Value)

Hasil penelitian didapat nilai rata-rata

nilai keberadaan yaitu sebesar Rp

24.888.889/org/bulan atau Rp

248.888.889/orang/tahun kemudian dikali

dengan jumlah RTP sebanyak 192 orang

masyarakat nelayan di Desa Malang Rapat,

sehingga di dapat jumlah nilai manfaat

keberadaan ekosistem padang lamun di Desa

Malang Rapat yaitu sebesar Rp

47.786.667/tahun. Nilai ini menunjukkan

kesanggupan nelayan membayar dan

kesadaran mereka karena telah

memanfaatkan sumberdaya yang ada.

Nelayan di Desa Malang Rapat memberikan

nilai manfaat keberadaan dengan

membayarnya kepada kelompok nelayan

Desa Malang Rapat. Setiap bulannya

membayar uang kas yang dipergunakan dan

dikelola untuk keberlanjutan perekonomian

nelayan dan keberlanjutan pengelolaan hasil

tangkap nelayan.

Kesadaran masyarakat akan betapa

pentingnya mengelola padang lamun

sangatlah penting untuk ditingkatkan,

dengan adanya pengelolaan padang lamun di

Desa Malang Rapat akan sangat

berpengaruh terhadap pendapatan nelayan

setempat. Selain itu, kondisi lamun yang

baik akan sangat bagus untuk perkembangan

ekowisata Desa Malang Rapat karna kondisi

lamun yang baik akan menarik wisatawan

untuk melakukan kegiatan wisata di daerah

ini terutama di kawasan konservasi padang

lamun.

I. Manfaat Warisan (Bequest Value)

Dari hasil penelitian di Desa Malang

Rapat, diperoleh dari 10% x total nilai

manfaat langsung diperoleh manfaat warisan

sebesar Rp 4.701.513.600/orang/tahun. Nilai

ini menunjukkan kepedulian mereka

terhadap anak cucu mereka di masa akan

datang dan disertai dengan kepedulian

mereka menjaga ekosistem padang lamun

secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Dengan pengelolaan yang baik dan

tepat suatu daerah konservasi dapat di

manfaatkan sesuai dengan pembagian zona

keperuntukannya. Peran masyarakat sangat

penting di dalam keberhasilan pengelolaan

dan pemanfaatan di suatu tempat secara

berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat

dan matapencaharian bidang pariwisata

dapat dijadikan solusi dalam

mengurangi tekanan terhadap sumberdaya

hayati laut.

J. Total Nilai Ekonomi (Total

Economic Value)

Dari hasil penelitian di Desa Malang

Rapat diperoleh nilai ekonomi total (TEV)

yaitu sebesar Rp 54.439.764.281/tahun.

Nilai ini lebih besar dibandingkan dengan

nilai ekonomi total Desa Malang Rapat

berdasarkan hasil penelitian dari

(Wahyuningsih, 2015) diperoleh nilai

ekonomi total Desa Malang Rapat sebesar

Rp44.356.746.178,00,-/tahun, meningkatnya

nilai ekonomi total Desa Malang Rapat ini

menunjukkan bahwa Desa Malang Rapat

masih memiliki nilai padang lamun baik

dilihat dari segi ekologinya maupun

ekonominya.

Page 12: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Ekosistem padang lamun di Desa

Malang Rapat baik, dengan kondisi padang

lamun yang baik maka nilai ekonomi akan

semakin tinggi, karna ekosistem padang

lamun merupakan tempat bermain, tempat

tinggal dan sebagai tempat mencari makan

bagi sebagian biota perairan, sebaliknya jika

ekosistem padang lamun rusak maka dapat

menyebabkan berkurangnya pendapatan

masyarakat karena masyarakat sumber

matapencarian berasal dari hasil tangkapan

dari biota yang ada disekitar padang lamun.

Rusaknya ekosistem padang lamun di

Desa tersebut disebabkan kurangnya

pengetahuan masyarakat akan fungsi

ekosistem padang lamun itu sendiri. Hal ini

dibuktikan dengan hasil wawancara yang

menunjukkan nilai manfaat langsung lebih

besar dari pada nilai ekonomi yang lain,

sedangkan keinginan masyarakat untuk

menyumbang jika terjadi kerusakan sangat

kecil dan tidak seimbang. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai ekonomi

ekosistem padang lamun di Desa Malang

Rapat sangat tinggi dan mendukung untuk

dijadikan tempat mata pencaharian ekonomi

masyarakat secara berkelanjutan serta dapat

dijadikan desa binaan disektor perikanan dan

berkelanjutan demi kesejahteran masyarakat

di Desa Malang Rapat dengan melihat,

mempertimbangkan, dan mempertahankan

kondisi ekologinya seperti keterkaitan antara

ekosistem lamun dengan ekosistem

mangrove dan terumbu karang. Selain itu,

tingginya nilai ekonomi ekosistem padang

lamun akan sangat berdampak positif bagi

perkembangan ekowisata di Desa Malang

Rapat terutama di kawasan konservasi

padang lamun dan berpotensi menarik

wisatawan untuk berasosasi dengan padang

lamun.

B. Nilai Ekonomi Wisata Malang

Rapat

Penentuan nilai ekonomi untuk suatu

kawasan wisata dilakukan secara tidak

langsung dengan pendekatan metode biaya

perjalanan (travel cost method). Pendekatan

ini untuk menilai manfaat yang diberikan

dengan adanya suatu kawasan wisata hutan,

danau, pantai, dan sebagainya (Bambang,

2009).

nilai total biaya perjalanan ke Obyek

wisata padang lamun Desa Malang Rapat

yaitu sebesar Rp 8.285.000 /kunjungan yang

didapat dari 35 responden, rata-rata

pengunjung berasal dari Tanjung Pinang

untuk menikmati wisata padang lamun. Data

biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh

responden dalam melakukan kegiatan wisata

menurut total biaya perjalanan, maka

diperoleh nilai rata-rata biaya perjalanan

Wisata padang lamun adalah sebesar Rp

236.715/orang.

Kondisi ini dapat dilihat dari kecilnya

biaya perjalanan rata-rata yang dikeluarkan

pengunjung dari Tanjung Pinang, keadaan

ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata

merupakan suatu barang dan jasa yang

bersifat ekonomis. Keadaan ini juga

berhubungan dengan permintaan wisata

dimana jika semakin tinggi biaya perjalanan

yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk

menuju suatu obyek wisata, maka

pengunjung memiliki kecenderungan untuk

Page 13: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

memilih obyek wisata alternatif dengan

biaya perjalanan yang lebih rendah (Fanita,

2012).

Berdasarkan perhitungan nilai ekonomi

ini, dapat dilihat bahwa keberadaan Obyek

Wisata Padang Lamun memiliki daya tarik

yang sangat besar untuk dikunjungi oleh

para wisatawan. Nilai tersebut dapat

meningkat dengan dilakukannya

pembenahan dan peningkatan obyek wisata

ini dari berbagai aspek, mulai dari aspek

internal tempat wisata ini seperti pelayanan

dan fasilitas serta aspek eksternalnya seperti

aksesibilitas menuju lokasi, publikasi dan

dukungan dari pemerintah kota maupun

masyarakat setempat. Sehingga dengan

demikian, permintaan rekreasi yang tinggi

akan selalu diperlihatkan dari keberadaan

obyek wisata ini yang pada akhirnya kondisi

tersebut dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi Desa Malang Rapat itu sendiri.

VI. PENUTUP

A. Kesimpulan

Nilai ekonomi total ekosistem padang

lamun yang dilihat dari berbagai nilai di

Desa Malang Rapat yaitu sebesar Rp

54.439.764.281/tahun. Nilai manfaat

langsung merupakan nilai tertinggi sebesar

Rp 47.015.136.000/tahun atau 86,4% dari

nilai ekonomi total Desa Malang Rapat dan

nilai terendah yaitu nilai manfaat keberadaan

yaitu sebesar Rp 47.786.667/tahun atau

0,09%. Biaya total perjalanan yang

dikeluarkan pengunjung dari Tanjung

Pinang sebesar Rp 8.285.000/kunjungan dan

biaya rata-rata Rp 236.715/orang.

Kawasan Ekowisata Desa Malang

Rapat harus dikelola dengan sangat baik

karena dengan keindahannya banyak

menarik pengunjung untuk datang di

kawasan wisata ini, sehingga harus

diterapkan beberapa aturan untuk membuat

kawasan ini tetap terjaga keasliannya.

Terjaganya kelestarian ekosistem padang

lamun di Desa Malang Rapat sangat

berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah

pengunjung dan perekonomian masyarakat

setempat untuk itu perlu adanya peran serta

pemerintah dan masyarakat untuk bekerja

sama dalam melestarikan ekosistem padang

lamun di KKPD.

Pengelolaan berbasis masyarakat

merupakan salah satu pendekatan

pengelolaan yang diterapkan untuk

pengembangan kawasan ekowisata Desa

Malang Rapat sebagai dasar pengelolaannya

dan memberikan pemahaman pada

masyarakat tentang pentingnya melestarikan

padang lamun untuk dimasa yang akan

datang dengan didukung supportpemerintah

untuk mengatur kebijakan yang tepat dan

berkelanjutan demi terjaganya keindahan

ekowisata alam terutama di KKPD Desa

Malang Rapat.

B. Saran

Berdasarkan penelitian terkait dengan

valuasi ekonomi ekosistem padang

lamun di KKPD Desa Malang Rapat,

maka diharapkan dapat dikaji lebih

lanjut mengenai pengelolaan ekosistem

padang lamun di Desa Malang Rapat

untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat setempat.

Page 14: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Perlu juga dikaji lebih lanjut terkait

dengan data pengunjung ekowisata di

Desa Malang Rapat karena belum

akuratnya data pengunjung untuk

kawasan Kabupaten Bintan khususnya

Desa Malang Rapat.

Jika dilihat dari nilai manfaat langsung

yang tinggi maka perlu adanya kajian

mengenai keberlangsungan

pemanfaatan ekosistem padang lamun

untuk dijadikan tempat zonasi

pemanfaatan hasil perikanan di KKPD

Desa Malang Rapat.

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, M.H. 2000. Struktur dan Fungsi

pada Komunitas Lamun. Jurnal

Oseana Volume XXV Nomor 3:

9-17

Azkab, M.H. 1988. Pertumbuhan dan

produksi lamun, Enhalus

acoroides di rataan terumbu di pari

Pulau Seribu. Dalam: P30-LIPI,

Teluk Jakarta: Biologi, Budidaya,

Oseaografi, Geologi dan perairan.

Jakarta: Balai Penelitian Biologi

Laut, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Oseanologi-LIPI.

Agustina, L. 2014. Struktur Komunitas dan

Valuasi Ekonomi Ekosistem

Padang Lamun di Kawasan

Konservasi Laut Daerah Desa

Berakit Bintan. Skripsi: UMRAH,

Tanjungpinang

Adrianto. 2007. Metode Valuasi Ekosistem

Sumberdaya Alam. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan

Lautan.Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Bappeda Kabupaten Bintan, 2007.

Keputusan Bupati Bintan Nomor :

36/VIII/2007 Tentang Kawasan

Konservasi laut Daerah Kabupaten

Bintan. Kabupaten Bintan

Barbier EB, Acfeman M, Knowler D. 1997.

Economic Valuation of Wetlands:

a guide for policymakers and

planners”. Ramsar Convention

Burau, IUCN. Geneva.

Bengen, D. G. 2001. Pedoman teknis

pengenalan dan pengelolaan

ekosistem mangrove.Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan –

Institut Pertanian Bogor.

Bakosurtanal.2005. Pedoman Penyusunan

Neraca dan Valuasi Ekonomi

Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.

Pusat Survei Sumberdaya Alam

Laut BAKOSURTANAL Cibinong

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber.

2006. Perencanaan Ekowisata:

Dari Teori ke Aplikasi. PUSPAR

UGM dan Penerbit

Andi.Yogyakarta.

Fanita. Analisis Permintaan obyek Wisata

Pemandian Air Panas Kalianget,

Page 15: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Kabupaten Wonosobo dengan

Pendekatan Travel Cost. Skripsi S1,

Program Sarjana Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Diponegoro

Tahun 2012

Fauzi, A. 2004. Ekonomi Sumber Daya

Alam dan Lingkungan. PT

GramediaPustaka Utama. Jakarta.

Fauzi ,2006. Ekonomi sumberdaya

alam.PT.Gramedia pustaka.

Utama, Jakarta.

Fandelli, C dan Mukhlison. 2000.

Pengusahaan Ekowisata. Fakultas

Kehutanan Universitas Gadjah

Mada dan Unit Konservasi

Sumberdaya Alam

D.I.Yogyakarta.Yogyakarta.

Hartog, C.D. 1977. Structur, Function. And

Classification in Seagrass

Ecosystem: A Scientific Perspective

(eds. Mc.Roy and Helfferich).

Marcel Dekker Inc.p.53-87.

Hufschmidt.MM. 1987. Lingkungan, Sistem

Alami, dan Pembangunan –

PedomanPenilaian Ekonomis.

Terjemahan : Sukanto

Reksohadiprodjo. Gadjah Mada

University Press.Yogyakarta.

Indah, P.P. 2011. Profil Desa Malang Rapat

Kabupaten Bintan, Kepulauan

Riau.

Irmadi. 2004. Neraca dan valuasi ekonomi

sumberdaya hutan mangrove.

http://perpustakaan.big.go.id/lib/car

ipustaka.php?kategori=4&jenis=11

&kata kunci=irmadi%20Nahib/

diakses 19 April 2016

Terrados, J. and C.M. Duarte. 2003.

Southeast Asian Seagress

Ecosystem Under Stress:have we

omproved?

Kantor Desa Malang Rapat Kabupaten

Bintan.2004.Profil Kantor Desa

Malang Rapat Kabupaten Bintan

Tahun 2004. Kabupaten Bintan.

Kordi, K.M. Ghufran, 2011. Ekosistem

lamun (seagrass). PT: Rineka

cipta. Jakarta Kurnia,.

Nybakken J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu

pendekatan ekologis.

Diterjemahkan oleh : M. Eidman,

D. G. Bengen, Malikusworo, dan

Sukristiono. Marine Biology an

Ecological Approacch. PT.

Gramedia, Jakarta.

Munangsihe, M. 1993. Environmental

Economics and Sustainable

Development.World Bank

Environment Paper Number 2.

Marhayana, 2012. Manfaat Ekonomi

Ekosistem Mangrove Di Taman

Page 16: Pandu Budiman Linda Waty Zen - jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · menyumbangkan peran ekonomi secara makro dan mikro. Dilihat

Wisata Perairan Padaido

Kabupaten Biaknumfor, Papua.

Skripsi. Unhas makassar.

McNeely, J.A., 1992. Ekonomi dan

Keanekaragaman Hayati.

Mengembangkan dan

Memanfaatkan Perangsang

Ekonomi untuk Melestarikan

Sumberdaya Hayati.Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta

Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial Dan

Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di

Teluk Bakau Kepulauan Riau.

Nazir. 2003. Metode Penelitian, Penerbit

PT. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Pearce, D., and Moran, D. 1994. The

Economic Value of Biodiversity.

Earthscan Publications Limited.

London, UK.

Raharjo, Y. 1996. Community Based

Management di Wilayah Pesisir

secara Terpadu.Pusat Kajian Pesisir

dan Lautan, Institut Pertanian

Bogor.

Supriharyono. 2009. Konservasi ekosistem

sumberdaya hayati. Pustaka

pelajar.Yogyakarta.

Suzana, B.O., Jean Timban, Rine Kaunang

dan Fandi Ahmad. 2011.

ValuasiEkonomi Sumberdaya

HutanMangrove di Desa Palaes

KecamatanLikupang Barat

Kabupaten MinahasaUtara. ASE

Vol 7 nomor 2; 29-38

Tietenberg, T. 2001. Environtmental

Economic Policy 3rd

edition.Addison Wesley.

Widiastuti, A. 2011. Kajian nilai ekonomi

produk dan jasa ekosistem lamun

sebagai pertimbangan dalam

pengelolaannya. Tesis:Universitas

Indonesia

Wahyuningsih, D.S. 2015. Komunitas dan

Valuasi Ekonomi Ekosistem

Padan Lamun di Kawasan

Konservasi Perairan Desa Malang

Rapat Kabupaten Bintan

Kepulauan Riau.