pandangan tokoh-tokoh protagonis dan … · 3.2.2 pandangan tokoh ayah terhadap aborsi dalam ......
TRANSCRIPT
PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS DAN ANTAGONIS
TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI
KARYA IDAYU KRISTANTI TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Disusun Oleh EKA SUMARYATI
NIM : 044114008
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
ii
iii
iv
SKRIPSI INI DIPERSEMBAHKAN KEPADA:
• Tuhanku Yesus Kristus
• Keluargaku yang tercinta, Bapak Usram Santosa, Ibu Sutarmi, dan Adik Wawan
• Elifas yang kusayangi dan semua orang yang kukasihi dan mengasihiku
• Kampusku yang keren
• Semua penghuni bumi Indonesia yang menolak adanya praktek aborsi karena anak yang
diberikan Tuhan merupakan berkah dan titipanNya yang harus dijaga bukan dibunuh.
v
MOTTO
SABAR, BERUSAHA, DAN SELALU BERDOA
YAKIN BAHWA TUHAN SELALU IKUT BERKARYA DALAM HIDUP KITA
SEGALA SESUATUNYA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA
GOD BLESS U ALL
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 Maret 2009
Penulis,
(Eka Sumaryati)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Eka Sumaryati Nomor Mahasiswa : 044114008
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : ”PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS DAN ANTAGONIS TERHADAP ABORSI DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : Maret 2009 Yang menyatakan,
(Eka Sumaryati)
viii
ABSTRAK
Sumaryati, Eka. 2009. ”Pandangan Tokoh-Tokoh Protagonis dan Antagonis Terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi karya Idayu Kristanti: Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi Strata I. Yogyakarta: Prodi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pandangan tokoh-tokoh
protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti. Peneliti menganalisis latar, tokoh dan penokohan dalam cerita dan kemudian mengkaji bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dalam menyikapi permasalahan aborsi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan secara struktural dan pendekatan Sosiologi Sastra. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu menganalisis fakta-fakta dan menjelaskan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, diakhiri dengan penyajian hasil analisis data.
Hasil dalam penelitian ini, yaitu (1) analisis sruktural meliputi tokoh, penokohan, dan latar, (2) analisis sosiologi sastra meliputi pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi.
Dalam cerita novel Aborsi karya Idayu Kristanti terdapat tokoh-tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis meliputi tokoh Melodi, Ibu Melodi, Kania Ephipania, Firdaus Malik, Denis Deo, dan Lenvin. Mereka adalah tokoh yang menolak adanya praktik aborsi. Tokoh antagonis meliputi Firdaus, Ayah Melodi, dan Dokter Sanusi. Mereka adalah tokoh yang menyetujui adanya praktik aborsi. Tokoh-tokoh tersebut terikat pada cerita yang sama yaitu yang mempermasalahkan aborsi dengan penggambaran latar tempat, latar waktu, dan latar sosial yang detil, sedangkan secara sosiologi mereka adalah tokoh-tokoh yang memiliki pandangan sendiri-sendiri yang pada akhirnya menyebabkan mereka untuk menyetujui atau menolak adanya praktik aborsi. Analisis sosiologi sastra menghasilkan rumusan pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi. Pandangan tokoh-tokoh protagonis terhadap aborsi yaitu sebagai berikut; (i) aborsi itu bukanlah jalan satu-satunya untuk memecahkan masalah; (ii) aborsi itu merupakan pembunuhan; (iii) aborsi itu hanya membuat sedih; (iv) aborsi itu membahayakan nyawa; (v) aborsi itu tindakan yang berdosa; (vi) aborsi itu merampas hak hidup ciptaan Tuhan.
Pandangan tokoh-tokoh antagonis terhadap aborsi yaitu sebagai berikut: (i) aborsi itu dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga; (ii) aborsi itu merupakan satu-satunya jalan keluar yang terbaik; (iii) aborsi dilakukan untuk menjaga keutuhan keluarga; (iv) aborsi dilakukan untuk menjaga persahabatan.
Berdasarkan pandangan tokoh-tokoh dalam menyikapi aborsi, terungkap bahwa aborsi merupakan tindakan yang lebih sering merugikan kaum perempuan. Aborsi dilihat dari sisi manapun akan meninggalkan luka di hati para korbannya. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya cocok ditinjau secara psikologis.
ix
ABSTRACT
Sumaryati, Eka. 2009. ” Point of view of Protagonist and Antagonist
Character about Abortion in Novel ”Aborsi” by Idayu Kristanti: Literature Sociology Observed”. Bachelor degree Thesis. Jogjakarta: Indonesian Literature Program Study, Literature Faculty, Sanata Dharma University.
This research examines about what is the opinion of the protagonist and
antagonist characters concerning abortion in novel ”Aborsi” by Idayu Kristanti. The researcher analyzes the setting, character, and characterization in that story then examines what is the opinion of the protagonist and antagonist characters in abortion problem. The approach that is used in this research is structural approach and literature sociology approach. The method that is descriptive analysis. It is a method that is done by analyzing and explaining the facts. The data collecting method is done by literature study and the final step is present the result of the data analyze.
The result of this research are (1) structural, that are plot, character, and setting analyses, (2) literature sociology that discusses the opinion of the protagonist and antagonist characters about abortion. In novel ”Aborsi” by Idayu Kristanti, there are protagonist and antagonist characters. The protagonis characters are Melodi, Melodi’s Mother, Kania Ephipania, Firdaus Malik, Denis Deo, and Lenvin. These characters disagree with the abortion practice.The antagonist character are Firdaus, Melody’s Father, and Doctor Sanusi. They agree with the abortion practice. All characters are bound in the sane story that make a problem out of abortion by a detail description f place, time, and social setting. However, sociologically they have their own opinions that make them agree or disagree with abortion practice. The analyze literature sociology result point of view of the protagonist and antagonist characters’ concerning abortion. Point of view of protagonist characters about abortion are: (i) abortion is not the only way to solve a problem; (ii) abortion is a killing; (iii) abortion can make sadness; (iv) abortion is dangerous for someone’s soul; (v) abortion is asinful act; (vi) abortion seizes the living right of God’s creatures.
The analyze of the antagonist characters’ opinion are: (i) abortion is done to keep the family’s name good; (ii) abortion is the best way to solve the problems; (iii) abortion is done to keep the family’s wholeness; (iv) abortion is done to keep a friendship. Base on those characters’ opinion about abortion, it is revealed that abortion is an harmful act especially for woman. Abortion will leave a wound in the heart of someone who have done it for the next research, it is better to observe this novel psychologically.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas
akhir untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra di
Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Program Studi Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma. Skripsi yang disusun penulis berjudul ”Pandangan
Tokoh-Tokoh Protagonis dan Antagonis Terhadap aborsi dalam novel Aborsi
karya Idayu Kristanti Tinjauan Sosiologi Sastra”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses persiapan hingga penyelesaian
penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.
Berdasarkan hal tersebut, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dekan Fakultas Satra
2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum dan S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum selaku dosen
pembimbing. Terima kasih atas perhatian dan kesabarannya sehingga
skripsi ini akhirnya terselesaikan.
3. Bapak Usram dan Ibu Tarmi, kedua orang tuaku yang selalu memberi
dukungan doa, semangat, dan segala bentuk dukungan lainnya sehingga
proses penyususan skripsi ini berjalan dengan lancar. Terima kasih atas
pesan-pesannya semoga ini bisa membahagiakan bapak dan ibu.
4. Adik Wawan, adikku yang cakep yang selalu bantu dalam doa.
xi
5. Mas Elifas, atas komputer yang aku pakai untuk menulis skripsi juga
bantuan doa dan kasih sayangnya yang memberiku kekuatan.
6. Dosen-dosen Sastra Indonesia atas bimbingan dan pengajaran yang
diberikan. Pak Ari, Pak San, Pak Heri, Pak Yapi, dan Bu Tjandra.
7. Seluruh keluarga besar Universitas Sanata Dharma yang tidak pernah
membuat kampusku sepi.
8. Keluarga besar Mbah Apuk yang selalu menemaniku dan mendukungku.
9. Teman-teman seperjuanganku di angkatan ’04 dan semua angkatan di
Sastra Indonesia. I love U all, my friends”.
10. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu kelancaran proses
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang disusun ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis bersedia dengan terbuka menererima masukan,
kritik, dan saran terhadap skripsi ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan
dapat menjadi bahan kajian lebih lanjut. Terimakasih
Penulis,
Eka Sumaryati
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………. iii
PERSEMBAHAN ................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
ABSTRACT .............................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................... 7
1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................ 7
1.6 Landasan Teori ............................................................... 8
1.6.1 Teori Struktural ................................................... 8
1.6.2 Sosiologi Sastra ................................................... 12
xiii
1.6.3 Pandangan ........................................................... 14
1.6.4 Aborsi .................................................................. 14
1.7 Metode Penelitian .................................................................. 16
1.8 Sumber Data .......................................................................... 17
1.9 Sistematika Penyajian ........................................................... 17
BAB II ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR TERHADAP
ABORSI DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU
KRISTANTI................ ............................................................... 18
2.1 Tokoh dan Penokohan .......................................................... 18
2.1.1 Tokoh Protagonis .................................................. 20
2.1.2 Tokoh Antagonis ................................................... 36
2.2 Latar ..................................................................................... 43
2.2.1 Latar Tempat ........................................................ 43
2.2.2 Latar Waktu .......................................................... 47
2.2.3 Latar Sosial ........................................................... 50
BAB III ANALISIS PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS
DAN ANTAGONIS TERHADAP ABORSI DALAM
NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI ..................... 55
3.1 Tokoh Protagonis ................................................................... 57
3.1.1 Pandangan Tokoh Melodi terhadap Aborsi dalam
Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ...................... 57
xiv
3.1.2 Pandangan Tokoh Ibu Melodi terhadap Aborsi
dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ............. 66
3.1.3 Pandangan Tokoh Kania Ephipania terhadap
Aborsi dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ..... 69
3.1.4 Pandangan Tokoh Firdaus Malik terhadap Aborsi
dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ............. 71
3.1.5 Pandangan Tokoh Lenvin terhadap Aborsi
dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ................. 75
3.2 Tokoh Antagonis ........................................................................ 82
3.2.1 Pandangan Tokoh Farid terhadap Aborsi dalam
Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ............................ 82
3.2.2 Pandangan Tokoh Ayah terhadap Aborsi dalam
Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ............................ 87
3.3.3 Pandangan Tokoh Dokter Sanusi terhadap Aborsi
dalam Novel Aborsi Karya Idayu Kristanti ................ 91
BAB IV PENUTUP ............................................................................ 97
4.1 Kesimpulan ..................................................................... 97
4.2 Saran ............................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 103
BIOGRAFI ................................................................................................. 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra pada dasarnya adalah hasil dari cipta karya manusia yang
memaparkan tentang hidup dan kehidupan. Dengan bahasa sebagai mediumnya,
sastra menampilkan gambaran kehidupan manusia yang mencakup hubungan
antara masyarakat dengan orang seorang, antara manusia, dan juga antara
peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam batin seseorang sering menjadi kajian sastra. Sastra adalah pantulan
hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat (Damono, 1978 :
1).
Karya sastra sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Karya sastra
tidak lepas dari dunia yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan semua itu
mempengaruhi terciptanya hubungan antara pencipta karya sastra dengan pesan
yang akan disampaikan oleh pengarang, agar dapat diterima oleh masyarakat.
Pada umumnya, orang sepakat menyatakan bahwa sastra dipahami sebagai
satu bentuk kegiatan manusia yang tergolong pada karya seni yang menggunakan
bahasa sebagai bahan. Sastra terwujud sebagai sarana komunikasi dengan
penikmatnya atau pembacanya. Pada intinya, sastra itu adalah sebagai cerminan
masyarakat karena menampilkan kehidupan manusia (Jabrohim, 2003 : 10-11).
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah kegiatan seni. Salah satu batasan
“sastra” adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak, ada segi estetisnya.
2
Bahasa yang digunakan mempunyai fungsi ekspresif. Karyanya disebut karya
yang imajinatif (Wellek dan Warren. Trj. Melani Budianta, 1990 : 3-11).
Karya sastra menurut ragamnya dibedakan atas prosa, puisi, dan drama.
Cerita rekaan merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa atau cerita fiksi.
Karya sastra memang bersifat dulce et utile; menyenangkan dan bermanfaat.
Demikian cerita rekaan sebagai suatu karya sastra seharusnya menarik dan
menimbulkan rasa ingin tahu. Semua cerita rekaan ada kemiripan dengan sesuatu
dalam hidup ini karena bahannya diambil dari pengalaman hidup. Pengalaman ini
dapat berupa pengalaman langsung, yaitu pengalaman yang dialami secara
langsung oleh pengarang, dapat juga berupa pengalaman tak langsung, yaitu
pengalaman orang lain yang secara tak langsung sampai kepada pengarang
(Sudjiman, 1988 : 11-13).
Mengacu dari situlah maka novel Aborsi karya Idayu Kristanti bisa
dikatakan suatu bentuk prosa atau cerita fiksi. Cerita yang dipaparkan di dalamnya
mencerminkan realitas kehidupan masyarakat. Dalam hal ini, karya Idayu
Kristanti menyuguhkan kisah tentang fenomena aborsi sekarang yang sering
terjadi di Indonesia.
Menurut hukum-hukum yang berlaku, aborsi atau pengguguran janin
termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus Criminalis”,
yang menerima hukuman adalah ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan
atau dukun yang membantu melakukan aborsi orang-orang yang membantu
terlaksananya aborsi.(http://www.aborsi.org/hukum-aborsi.htm).
3
Perdebatan aborsi di Indonesia akhir-akhir ini semakin ramai, karena
dipicu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa. Banyak orang bertanya mengapa tidak boleh
melakukan aborsi? Apa salahnya melakukan aborsi?. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa masyarakat mengetahui adanya dokter-dokter tertentu atau klinik-klinik
tertentu yang sering melakukan aborsi. Oleh karena sering melakukan aborsi
mereka dianggap sebagai para pelaksana aborsi yang sah. Padahal menurut Kode
Etik Kedokteran Indonesia (kodeki), KUHP, dan Undang-undang Kesehatan,
aborsi dilarang karena alasan apa pun kecuali ada terdapat indikasi medis,
sehingga praktik aborsi seperti yang selama ini berlangsung, sebenarnya adalah
praktik ilegal (CB. Kusmaryanto, 2002 : xiv-xv).
Masalah aborsi di Indonesia masih menjadi kontroversi. Walaupun sudah
ada undang-undang yang melarang tindak aborsi, namun hal itu masih terjadi dan
kerap dijumpai di kalangan masyarakat, bisa dilakukan oleh siapa saja apa pun
status sosial dan ekonominya. Aborsi merupakan proses pengeluaran janin secara
paksa sebelum janin tersebut dapat hidup di luar kandungan.
Novel Aborsi karya Idayu Kristanti ini menggambarkan tentang sebuah
pembunuhan janin dan penyelamatan janin dari bahaya aborsi. Melodi adalah
tokoh yang mengalami aborsi. Melodi menjalin hubungan secara diam-diam
dengan Farid, karena Farid sudah beristri. Walaupun Farid sudah beristri, ia
sangat mencintainya hingga ia hamil. Setelah mengetahui Melodi hamil, Farid
tidak mau bertanggungjawab dengan alasan lebih mementingkan keluarganya.
Farid menyuruh Melodi untuk mengaborsi kandungannya tetapi Melodi tidak mau
4
mengugurkan kandungannya dengan alasan tidak mau mengulangi kesalahan yang
kedua kalinya. Melodi kecewa, ia meninggalkan Farid dan keluar dari
pekerjaannya. Melodi pulang ke rumah dengan harapan dapat melanjutkan
kehamilannya dengan tenang. Namun, Ayah Melodi tidak mau menerima
kehamilan Melodi yang statusnya tidak jelas. Ayah Melodi pun menyuruh Melodi
untuk mengaborsi kandungannya. Melodi sedih dan tetap memohon agar Ayah
tidak mengaborsi kandungannya. Tetapi Ayah Melodi merasa malu dan diam-
diam membawa Melodi ke sebuah klinik untuk aborsi dengan alasan
memeriksakan kesehatan kandungan Melodi. Ayah bersekongkol dengan Dokter
Sanusi untuk mengaborsi kandungan Melodi. Akhirnya Ayah dan Dokter Sanusi
berhasil mengaborsi kandungan Melodi. Setelah Melodi tahu bahwa bayinya
hilang, ia sangat sedih dan merasa bersalah dan dari perasaan bersalah itulah ia
memiliki motivasi untuk melindungi semua janin dan anak yang tak diinginkan
oleh orangtuanya. Melodi sangat membenci aborsi dengan alasan apapun. Tokoh
Melodi juga menjadi penasihat bagi teman-teman atau orang-orang yang sudah
mengalami aborsi atau akan melakukan aborsi. Setelah menjalani hidup baru ia
pergi mencari kerja disebuah kota, di sana ia bertemu dengan seorang teman yang
akan melakukan aborsi, namanya Kania. Kania juga hamil di luar nikah, ia
disuruh mengaborsi kandungannya oleh Firdaus kekasihnya. Firdaus menyuruh
aborsi dengan alasan belum ingin terikat pernikahan. Melodi tahu dan ingin
mencegah perbuatan Firdaus. Melodi pun menolong Kania agar ia tidak
melakukan aborsi, dengan penuh kesabaran Melodi menghibur dan memberi saran
agar Kania tidak melakukan aborsi. Selain memberikan nasehat pada Kania,
5
Melodi juga memberikan nasehat pada Firdaus agar sadar dan membatalkan
aborsi. Melodi tetap optimis menyelamatkan bayi Kania, agar ia dapat menebus
semua kesalahannya pada masa lalu, dan ternyata Melodi pun berhasil. Melodi
berhasil menyelamatkan bayi Kania dengan bantuan Lenvin, teman dalam dunia
mayanya. Menurut tokoh Farid, ia menganggap aborsi itu sah-sah saja, selama
masih berupa janin ia boleh di aborsi. Berbeda lagi dengan tokoh Ayah Melodi,
apapun akan dilakukan untuk menutupi aib keluarga. Ia melakukan aborsi
terhadap Melodi karena malu terhadap masyarakat, mempunyai cucu yang tidak
punya ayah bahkan ayahnya tidak mau bertanggung jawab. Dalam novel ini
terdapat banyak pandangan tokoh terhadap aborsi.
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis pandangan tokoh terhadap
aborsi dalam novel Aborsi. Dalam novel ini terdapat tokoh-tokoh yang pro dan
kontra terhadap aborsi. Penulis akan menganalisis tokoh-tokoh yang berkaitan
dengan aborsi dan menganalisis bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis
dan antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti.
Idayu Kristanti melalui karyanya ini menjelaskan beragam pendapat
tentang aborsi, pandangan mengenai aborsi, alasan-alasan menolak dan
menyetujui aborsi. Aborsi dalam kenyataannya banyak dilakukan oleh lapisan
masyarakat. Dalam karyanya yang berjudul Aborsi inilah, Idayu Kristanti benar-
benar menolak adanya praktek aborsi sehingga terlihat dalam ceritanya. Idayu
menyajikan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dalam ceritanya. Idayu
mengangkat tokoh perempuan sebagai tokoh yang tersakiti. Tokoh perempuan
6
merupakan sasaran dari tindakan aborsi, bagaimana tokoh bersikap dalam
menanggapi masalah aborsi.
Penulis memiliki pandangan yang sama dengan penulis novel Aborsi ini
dalam menyikapi masalah aborsi, menolak dengan tegas praktek aborsi dengan
alasan apa pun. Penulis ingin agar di Indonesia ini menindak dengan tegas praktek
aborsi. Dalam bentuknya yang paling sederhana. Hal inilah yang membuat penulis
tertarik untuk menjadikan novel Aborsi karya Idayu sebagai bahan kajian
penelitian. Apalagi di Indonesia saat ini praktek aborsi masih terus terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang akan dibahas dalam
penelitian hanya dibatasi dan ditekankan pada permasalahan dibawah ini:
1.2.1 Bagaimanakah tokoh, penokohan dan latar dalam novel Aborsi karya
Idayu Kristanti?
1.2.2 Bagaimana pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap
aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian masalah ini
adalah untuk
1.3.1 Mendeskripsikan analisis tokoh, penokohan dan latar dalam novel Aborsi
karya Idayu Kristanti.
7
1.3.2 Mendeskripsikan dan menganalisis pandangan tokoh-tokoh protagonis dan
antagonis terhadap aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini tidak hanya untuk kepentingan penulis semata, tetapi
penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian karya sastra Indonesia
terutama karya-karya yang mengangkat tema mengenai aborsi. Hasil pendekatan
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pendekatan analisis karya sastra
berdasar pada sosiologi sastra. Penelitian ini juga bermanfaat untuk menambah
wawasan tentang permasalahan aborsi yang dalam hal ini fenomena tersebut bisa
diangkat kedalam sebuah karya sastra.
1.5 Tinjaun Pustaka
Novel Aborsi adalah novel pertama dari Idayu Kristanti. Ia saat ini
menjaga rutinitasnya di sebuah bank swasta. Pada akhirnya menulis menjadi salah
satu ekspresi kejenakaannya. Menulis membantunya berkembang menjadi pribadi
yang lebih ekstrovert (Kristanti, 2002 : 160).
Sejauh pengamatan penulis, novel ini belum pernah diulas secara khusus
dalam seminar, penelitian, maupun dalam tulisan-tulisan. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk menjadikan novel Aborsi sebagai bahan kajian penelitian dengan
pendekatan sosiologi sastra. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh
dan mendalam mengenai permasalah aborsi yang masih menjadi kontroversi.
8
Ajaran mengenai aborsi dalam abad pertengahan tidak mengalami
perubahan yang berarti karena memang sejak awal mula Gereja, aborsi selalu
dipandang salah dan mendapatkan hukuman sebagai pembunuhan. Dari sejarah ini
kita bisa belajar sesuatu yang sangat menarik. Meskipun dunia di sekitar Gereja
Purba tumbuh dan berkembang, membiarkan dan melegalkan aborsi, tetapi Gereja
sejak semula menentang keras aborsi itu. Penentangan ini terjadi secara konsisten
dan terus-menerus. Tidak pernah terjadi dalam sejarah gereja di mana aborsi itu
dipandang sebagai sesuatu yang legal dan diperbolehkan( CB. Kusmaryanto, 2005
: 41-43).
Aborsi dalam ajaran gereja ditolak dengan alasan apapun. Seperti Idayu
Kristanti, menolak dengan tegas tindak aborsi, hal ini dapat dilihat dari novel
Aborsi yang ia tulis. Dalam novel tersebut ia juga menuliskan saat bergabung
dalam Komunitas Anti Aborsi.
1.6 Landasan Teori
Teori ini menggunakan teori struktural dan sosiologi sastra. Teori sturktural
untuk membahas tokoh, penokohan dan latar, sedangkan teori sosiologi sastra
untuk mengkaji pandangan tokoh-tokoh terhadap aborsi.
1.6.1 Teori Stuktural
Teori struktural merupakan sebuah pendekatan yang mengkaji unsur-unsur
pembangun karya sastra. Nurgiyantoro (1995:36) menyebutkan bahwa karya
sastra merupakan unsur yang terdiri dari bagian-bagian yang bermakna. Struktur
9
karya sastra menyarankan pada pengertian hubungan antara unsur (instrinsik)
yang bersifat timbal balik, saling menguntungkan, saling mempengaruhi yang
secara bersamaan membentuk kesatuan yang utuh. Unsur instrinsik itu sendiri
terdiri dari tokoh, penokohan, latar, tema, alur, dan gaya. Dalam penelitian ini,
lebih ditekankan unsur instrinsik tokoh, penokohan, dan latar mengingat ketiga
unsur tersebut sangat dominan dalam novel yang akan diteliti. Di samping itu
dengan meneliti tokoh, penokohan, dan latar akan membantu penulis dalam
mencari pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis yang terdapat dalam
novel Aborsi karya Idayu Kristanti.
1.6.1.1 Tokoh
Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan
dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia,
tetapi dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan (Sudjiman,1988 :
16). Semua unsur cerita rekaan termasuk tokohnya, bersifat rekaan semata-mata.
Tokoh itu di dalam dunia nyata tidak ada. Boleh jadi ada kemiripannya dengan
individu tertentu di dalam hidup ini; artinya, ia memilih sifat yang sama dengan
seseorang yang kita kenal di dalam hidup kita. Memang supaya tokoh dapat
diterima pembaca, ia hendaklah memilih sifat-sifat yang dikenal pembaca, yang
tidak asing baginya, bahkan yang mungkin ada pada diri pembaca itu (Sudjiman,
1998 : 17).
Tokoh-tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan
berdasarkan dari sudut pandang dan tinjauannya, antara lain:
10
1. Tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh tambahan pemunculan dalam keseluruhan cerita lebih sedikit, tidak terlalu penting, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung ataupun tidak langsung (Nurgiyantoro, 1995:176).
2. Tokoh protagonis dan tokoh antagonis Tokoh protagonis berhubungan dengan tokoh-tokoh lain, sedangkan tokoh-tokoh itu sendiri tidak semua berhubungan satu dengan yang lain (Sudjiman, 1988:16). Tokoh protagonis juga menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan hararapan-harapan kita (Nurgiyantoro, 1995:178). Tokoh antagonis merupakan penyebab terjadinya konflik (Nurgiyantoro, 1995:176). Tokoh yang merupakan penentang utama dari protagonis disebut antagonis (Sudjiman, 1988:19).
Dalam penelitian ini digunakan sudut pandang tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.
1.6.1.2 Penokohan
Menurut Sudjiman (1988:23), penokohan merupakan penyajian watak dan
penciptaan tokoh. Penokohan merupakan gambaran ciri-ciri lahir dan sifat serta
sikap batin. Sikap batin ini dapat diartikan juga sebagai watak. Yang dimaksud
dengan watak adalah kualitas tokoh, kualitas nalar dan jiwanya yang
membedakannya dengan tokoh lain. Penokohan dapat mengungkap makna niatan
si pengarang sebagai pencipta tokoh (Sudjiman, 1988:28). Penokohan menunjuk
pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah
cerita. Menurut Jones (dalam Nurgiyantoro, 1998 : 165), penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.
11
Dalam penelitian ini akan dianalisis unsur penokohan karena dengan
menganalisis unsur penokohan tersebut dapat ditemukan keterkaitan antara tokoh-
tokoh dengan pandangannya terhadap aborsi.
1.6.1.3 Latar
Latar atau setting menurut Hudson via Sudjiman (1988 : 44) membedakan
latar sosial dan latar fisik/latar material. Latar sosial mencakup penggambaran
keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan,
cara hidup, kebiasaan dan lain-lain yang melatari peristiwa. Adapun yang
dimaksud dengan latar fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bangunan,
daerah, dan sebagainya.
Menurut Kenney via Sudjiman (1988 : 44) latar secara terperinci meliputi
penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan sampai kepada
perincian perlengkapan sebuah ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari-hari,
para tokoh; waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya;
lingkungan agama, moral, intelektual, sosial, dan emosional para tokoh.
Latar memberikan informasi situasi (ruang dan tempat) sebagaimana
adanya. Latar juga berfungsi sebagai proyeksi keadaan batin para tokoh; latar
menjadi metafor dari keadaan emosional dan spiritual tokoh (Sudjiman, 1988 :
44).
Berdasarkan pemaparan tentang latar diatas, dapat disimpulkan bahwa
latar itu mencakup tentang tempat kejadian cerita, penggambaran masa sejarahnya
yaitu kapan waktu kejadiannya atau latar waktu; dan bagaimana latar sosialnya
12
yang mencakup latar keluarga, budaya, ekonomi, pendidikan, agama, dan
sebagainya.
1.6.2 Sosiologi Sastra
Sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu socius dan social, yang berarti
’teman’, ’berteman, berserikat’. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup
bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang
menguasai kehidupan itu. Oleh karena itu, sosiologi dengan sendirinya meliputi
atau sedikitnya rapat bertalian dengan ilmu-ilmu masyarakat lainnya seperti ilmu
hukum, ekonomi, ilmu jiwa, antropologi, dan ilmu lainnya. Hal ini menyebabkan
sosiologi dikenal sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia
sebagai anggota golongan atau masyarakatnya dengan ikatan-ikatan adat,
kebiasaan, kepercayaan atau agama, tingkah laku serta kebudayaan yang meliputi
segala kehidupannya. Sosiologi mendasarkan pelajarannya kepada hubungan
manusia dalam golongan dan antara golongan dengan golongan antar masyarakat
yang terdiri dari masyarakat di kota besar dan di pedesaan beserta peralihannya,
yaitu anggota masyarakat desa yang tinggal di kota (Shadily, 1984 : 1-13).
Sastra dipahami sebagai satu bentuk kegiatan manusia yang tergolong
pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai bahan. Sastra terwujud
sebagai sarana komunikasi dengan penikmatnya atau pembacanya. Pada intinya,
sastra itu adalah sebagai cerminan masyarakat karena menampilkan kehidupan
manusia (Jabrohim, 2003 : 10-11).
13
Meskipun sosiologi dan sastra adalah dua hal yang berbeda, namun dapat
saling melengkapi. Hal ini dipahami karena objek sosiologi adalah manusia dan
sastra pun demikian. Sastra adalah ekspresi kehidupan manusia yang tak lepas
dari akar masyarakatnya. Pada intinya sastra merupakan cermin dari masyarakat
(Endraswara, 2003: 78).
Hubungan antara sastra dan masyarakat dalam ilmu sastra disebut
Sosiologi Sastra. Sosiologi Sastra adalah suatu telaah sosiologis terhadap suatu
karya sastra. Sosiologi Sastra merupakan satu telaah sastra yang objektif dan
ilmiah tentang manusia dalam masyarakat dan tentang sosial serta tentang proses
sosialnya (Semi, 1989: 52). Menurut Damono, Sosiologi Sastra merupakan sebuah
pendekatan yang menganggap sastra sebagai lembaga sosial yang diciptakan oleh
sastrawan yang juga bagian dari anggota masyarakat (2002 : 2).
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, sosiologi dan sastra memiliki
persamaan dan saling berkaitan satu sama lain. Manusia dan masyarakat adalah
salah satu dunia dari sosiologi dan sastra. Sosiologi adalah ilmu yang mengkaji
masyarakat beserta isinya, sedangkan sastra merupakan cerminan dari masyarakat.
Dengan demikian sebuah karya sastra bisa dikaji secara sosiologi yaitu dikenal
dengan tinjauan sosiologi sastra. Dalam hal ini novel Aborsi karya Idayu Kristanti
dapat dikatakan sebagai bentuk karya sastra sosiologis karena cerita yang
dipaparkan merupakan cerminan kehidupan masyarakat.
14
1.6.3 Pandangan
Pandangan berarti pengetahuan atau pendapat. Pandangan hidup berarti
konsep yang dimiliki seorang atau golongan dalam masyarakat yang bermaksud
menanggapi dan menerangkan segala masalah di dunia ini.(KBBI, 1988: 643).
Pandangan hidup sepadan dengan sikap hidup. Sikap merupakan
perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan pada pendirian; pendapat atau
keyakinan (KBBI, 1988: 838).
Dari hasil teori di atas dapat kita simpulkan bahwa pandangan hidup
merupakan pendapat seseorang berdasarkan pada pendirian dalam menanggapi
segala sesuatu.
1.6.4 Aborsi
Aborsi (abortion) = berasal dari kata bahasa Latin abortio ialah
pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara prematur pada umur janin itu belum
bisa hidup di luar kandungan. Secara medis janin dapat hidup di luar kandungan
pada umur 24 minggu. Secara medis aborsi berarti pengeluaran kandungan
sebelum berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian; sedangkan
pengeluaran janin sesudah berumur 24 minggu dan mati tidak disebut aborsi tetapi
pembunuhan bayi (infanticide). Sedangkan dalam terminologi moral dan hukum,
aborsi berarti pengeluaran janin sejak adanya konsepsi sampai dengan
kelahirannya yang mengakibatkan kematian (C.B Kusmaryanto, 2005 : 15-16).
Aborsi yaitu menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah ”abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan
15
sel telur dan sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Ini adalah
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh. Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu:
1. aborsi spontan/alamiah.
Aborsi spontan berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan
disebabkan kurang baiknya kualitas sel telur dan sperma.
2. aborsi buatan/sengaja.
Aborsi buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan
28 minggu sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana abosi (dalam hal ini dokter, bidan atau
dokter beranak).
3. aborsi terapeutik/medis.
Aborsi terapeutik/medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh calon ibu yang sedang
hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau mempunyai
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu
maupun janin yang di kandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan
medis yang matang dan tidak tergesa-gesa
http://www.aborsi.org/definisi.htm
Dari hasil pemaparan pengertian aborsi di atas, aborsi dapat disimpulkan
sebagai tindakan kekerasan karena dengan paksa mengeluarkan janin yang belum
dapat hidup di luar kandungan. Dengan kata lain aborsi dapat dikatakan sebagai
tindak pembunuhan terhadap janin (anak) yang masih terdapat di dalam
kandungan.
Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan teori aborsi sengaja,
yaitu aborsi yang memang dilakukan secara sengaja oleh si ibu atau pelaku untuk
16
menggugurkan kandungannya. Dalam penelitian penulis juga tidak menemukan
adanya aborsi lain, hanya ada aborsi yang dilakukan dengan disengaja.
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dan Sosiologi Sastra.
Pendekatan struktural adalah pendekatan yang membatasi diri pada penelaahan
karya itu sendiri. Telaah berdasarkan segi intrinsik meliputi tokoh, penokohan,
latar, tema, alur, dan gaya (Nurgiyantoro, 1995 : 36). Dalam penelitian ini, lebih
ditekankan unsur instrinsik tokoh, penokohan, dan latar. Pendekatan sosiologis
adalah pendekatan yang bertolak bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat ( Semi, 1989 : 46).
1.7.2 Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Secara etimologis,
deskripsi dan analisis mempunyai arti menguraikan. Namun demikian, metode
analisis tidak hanya menguraikan tetapi memberi pemahaman dan penjelasan
(Ratna, 2004 : 53). Penelitian ini dilakukan dengan cara memaparkan fakta-fakta
yang disusul dengan penjelasan.
1.7.3 Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi
pustaka. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan
17
permasalahan penelitian. Data-data tersebut kemudian diklasifikasikan dan dikaji
berdasarkan kriteria rumusan masalah hingga menemukan jawaban permasalahan.
Tahap akhir adalah penyajian hasil analisis data.
1.8 Sumber Data
Judul Buku : Aborsi
Penulis Novel : Idayu Kristanti
Tebal : 160 halaman
Penerbit : Pinus Yogyakarta
Tahun Terbit : 2006
1.9 Sistematika Penyajian
Penelitian ini disajikan kedalam empat bab. Bab I merupakan bab yang
berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.
Bab II merupakan bab yang berisi hasil analisis tokoh, penokohan dan latar dalam
novel Aborsi karya Idayu Kristanti. Bab III merupakan bab yang berisi hasil
analisis pandangan tokoh-tokoh protagonis dan antagonis terhadap aborsi dalam
novel Aborsi karya Idayu kristanti. Bab IV merupakan bab yang berisi kesimpulan
dari hasil analisis data dan saran yang diakhiri dengan daftar pustaka.
18
BAB II
ANALISIS TOKOH, PENOKOHAN, DAN LATAR TERHADAP ABORSI
DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI
Pada bab ini penulis akan mengemukakan analisis unsur-unsur tokoh,
penokohan, dan latar pada novel Aborsi karya Idayu Kristanti. Analisis dilakukan
dengan memperhatikan dan mengkaji unsur-unsur pembangun struktur novel.
Tokoh, penokohan dan latar merupakan unsur pembangun karya sastra. Di sini
ditekankan unsur tokoh, penokohan, dan latar dengan tujuan untuk mempermudah
memahami karya sastra novel Aborsi.
2.1 Tokoh dan Penokohan
Menurut Sudjiman (1988 : 16), tokoh adalah individu rekaan yang
mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh
pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat pula berwujud binatang atau
benda yang diinsankan. Menurut Nurgiyantoro (1995: 176), tokoh-tokoh cerita
dapat dibedakan kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut
pandang dan tinjauannya. Penokohan menurut Sudjiman (1988 : 23), penokohan
adalah penyajian watak dan penciptaan tokoh.
Dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti terdapat beberapa tokoh yang
membentuk peristiwa dalam cerita. Tokoh-tokoh dapat dibedakan dalam beberapa
jenis penamaan berdasarkan dari sudut pandang dan tinjauannya. Dalam
penelitian ini penulis akan memaparkan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Aborsi
19
dan menganalisis tokoh-tokoh yang berkaitan dengan aborsi. Tokoh yang ada
dalam novel Aborsi meliputi tokoh protagonis, antagonis, dan tokoh tambahan.
Tokoh protagonis dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti yaitu terdapat
beberapa tokoh. Tokoh protagonis yaitu Melodi, digambarkan sebagai tokoh
protagonis wanita karena ia merupakan tokoh yang menjadi korban aborsi. Ia
merupakan tokoh korban paksa aborsi oleh ayahnya sendiri. Ibu Melodi,
merupakan tokoh protagonis karena ia tidak menyetujui tindakan aborsi. Ibu
mencoba melindungi Melodi dari aborsi yang diinginkan oleh Ayah. Denis Deo,
sahabat masa kecil Melodi. Denis mencoba membantu Melodi untuk menyelidiki
apa yang sebenarnya terjadi pada kandungan Melodi sehingga diaborsi. Kania
Ephipania, ia menolak aborsi dan mencoba melindungi kandungannya dari
bahaya aborsi. Ia berhasil mempertahankan kandungannya sampai bayinya terlahir
dengan selamat. Firdaus Malik, ia menolak aborsi dengan alasan keselamatan
Kania. Ia takut Kania mengalami bahaya-bahaya pasca-aborsi jika melakukan
aborsi. Lenvin, termasuk tokoh protagonis karena ia menolak tindakan aborsi.
Lenvin merupakan korban aborsi, ia dilahirkan secara paksa oleh ibunya. Tokoh
antagonis yaitu Farid, termasuk tokoh antagonis karena menyetujui adanya
aborsi. Farid adalah tokoh yang menyakiti Melodi. Ayah Melodi, ia adalah pelaku
aborsi. Ia merupakan penyebab terjadinya aborsi pada kandungan Melodi. Dokter
Sanusi, sebagai tokoh antagonis karena ia pelaku aborsi. Dokter yang telah
mengaborsi kandungan Melodi. Selain tokoh protagonis dan antagonis juga
terdapat tokoh tambahan.
20
2.1.1 Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang menampilkan sesuatu yang sesuai
dengan pandangan dan harapan-harapan kita. Tokoh protagonis yang akan
dianalisis yaitu, tokoh Melodi, Ibu Melodi, Kania Ephipania, Lenvin, Denis Deo,
dan Firdaus Malik.
2.1.1.1. Melodi
Tokoh Melodi termasuk tokoh wanita protagonis. Hal ini dikarenakan
tokoh inilah yang paling banyak diceritakan. Tokoh Melodi adalah korban tindak
aborsi, karena kandungannya diaborsi secara paksa oleh ayahnya sendiri.
Tokoh Melodi digambarkan sebagai tokoh yang cantik, menarik dan
berpola pikir modern. Dia penyayang dan lembut, peduli terhadap sahabatnya
dibuktikan saat ia menjaga Kania yang sedang mengalami kebimbangan. Hal ini
dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
(1) Wanita dengan nama GENTA , damn... sangat mempesona! Mengapa Tuhan begitu sempurna menciptakannya? Tidak adil...Ia begitu cantik, menarik, berpola pikir modern namun tak lepas dari sisi sensitif manusiawi. Dia begitu penyayang dan lembut (hlm.156).
(2) Sepeninggal Kania, aku tak mampu kembali melanjutkan mimpiku. Aku
memikirkan Kania. Menyadari aku mulai menyayanginya. Aku sangat peduli perubahan Kania yang menjadi sangat pemurung akhir-akhir ini (hlm.92).
(3) Kania yang tangisannya sudah mereda kembali tersedu. Ia mengatupkan
mukanya di atas meja. Aku memeluknya erat memberi kekuatan (hlm.94). (4) HARI ini Kania tidak masuk kerja. Sebelum berangkat kerja, aku
meninggalkan banyak pesan untuknya. Aku wanti-wanti Kania jangan melakukan tindakan apapun. Aku menyarankan agar ia beristirahat (hlm.96).
Tokoh Melodi adalah tokoh korban paksa aborsi. Ia tokoh yang disakiti
oleh kekasihnya, Farid. Setelah mengetahui Melodi hamil, Farid tidak mau
21
bertanggungjawab. Melodi kecewa dengan Farid yang tanpa pikir panjang
menyuruhnya untuk aborsi. Walaupun Melodi kecewa, ia tetap mencintai Farid.
Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
(5) Aku lebih terluka dibandingkan Farid karena aku yang mengalami. Karena proses itu tengah terjadi di dalam tubuh ini (hlm.11).
(6) Aku menanti keputusan dari bibirnya dengan membisu. Kuharap keputusan
yang senada dengan harapku. Keputusan yang... ” Kamu harus menggugurkannya, Mel.” (hlm.12).
(7) Dan aku masih sangat mencintainya hingga detik ini...walau ia tidak menginginkan darah dagingnya sendiri (hlm.22).
Selain dikecewakan oleh kekasihnya, ia juga dikecewakan oleh Ayah.
Ayah tidak mau menerima kehamilan Melodi. Ayah telah mengaborsi kandungan
Melodi secara paksa dengan membohongi Melodi. Melodi sangat sedih telah
kehilangan bayinya hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
(8) ABORSI. ABORSI! Tidak adakah jalan lain? Keputusan ayah membuatku lunglai untuk kedua kalinya. Sama seperti ketika aku mendengar kalimat yang sama dari Farid. Aku kira ayah akan lebih bijaksana mengambil solusi. Memberikan kedamaian untuk ibu serta solusi dan dukungan untukku (hlm. 22).
(9) Ayah melakukan persetujuan dengan Dokter Sanusi...ayah telah membuat persetujuan tanpa ibu dan aku tahu (hlm.47)
(10) Aku menyesal. Jadi ini adalah jawaban ketidak nyamananku berada di
klinik Dokter Sanusi. Aku menyesal telah membiarkan semua ini terjadi. Aku menangis meraung-raung (hlm. 40).
Tokoh Melodi digambarkan sebagai seorang wanita yang sangat mencintai
kekasihnya (Farid) meskipun ia telah dikecewakan namun ia sabar dan tak mau
menyalahkan Farid. Melodi mencoba untuk tegar. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut ini:
22
(11) Tiba-tiba saja aku tidak mengenal pria yang sangat kucintai, yang kini berdiri mematung dihadapanku ini (hlm.11).
(12) Aku memang sudah gila, Farid...
Jangan salahkan cinta yang kutanam dan tumbuh di ladang yang tak dapat kita tuai bersama. Salahkan aku yang mencintaimu. Dan tak perlu salahkan dirimu yang mencintai perawan seperti aku (hlm.15).
Tokoh Melodi digambarkan sebagai tokoh yang mandiri, pekerja keras,
tegas dalam berpendirian, percaya diri dan sedikit arogan. Hal tersebut dapat
dilihat dalam kutipan berikut ini:
(13) Kehidupan dengan ritme yang padat. Perkerjaan yang menumpuk. Lembur. Pulang malam. Kau tidak punya saudara disana. Tidak ada yang menjagamu. Kamu terlalu memaksakan diri untuk jadi mandiri, Anakku. Ayah tahu kau terlalu keras hati untuk tidak bergantung pada orang lain (hlm.21).
(14) “Kalau Ayah malu dengan kehamilan ini, lebih baik aku pergi,” kataku
lirih tapi tegas (hlm.25). (15) “Pergi menjalani pilihan hidupku, Ayah. Aku sedikit punya tabungan.
Aku punya ketrampilan dan pengalaman bekerja (hlm.25). (16) “Kikis sedikit jiwa aroganismu, Mel. Kamu terlalu terbiasa bisa. Tapi ada
saat-saat kau membutuhkan orang lain,” kata Denis Deo lagi (hlm.55).
Tokoh Melodi pintar dan selalu menjadi anak kebanggaan orang tuanya,
jeli selalu ingin tahu kejanggalan yang terjadi pada dirinya saat ia mengalami
keguguran. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(17) Satu-satunya putri yang membanggakan dan berprestasi karena mampu menyelesaikan kuliah tepat waktu dan dengan hasil yang terbaik. Bekerja mapan di perusahaan besar di ibu kota. Lalu pulang membawa kehancuran (hlm.23).
(18) Dari obrolan yang terjadi saat pemeriksaan dengan Dokter Sanusi, aku
menangkap ada sesuatu yang tidak beres. Aku mencoba menyelidik (hlm.43).
23
Tokoh Melodi masih trauma untuk jatuh cinta lagi. Melodi memiliki
pekerjaan yang mapan dan penghasilan yang tetap. Ia juga memiliki suami yang
tampan dan mencintainya luar dalam. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kutipan
berikut ini:
(19) Tuhan jangan buat aku jatuh cinta padanya! Benarkah ada cinta pada pandangan pertama? (hlm.59).
(20) Aku menyetujui tapi sisi hatiku yang lain mengutuk. Betapa bodohnya aku membiarkan diriku terseret pada pesonanya. Ayolah Melodi, bangunlah dari pingsan panjangmu. Sudah terlalu lena kau biarkan Firdaus memikatmu...tapi rasa itu tetap tak mau pergi. (hlm.72).
(21) Dia memiliki pekerjaan yang mapan dan penghasilan tetap yang mampu
mencukupi kebutuhannya. Ia memiliki suami yang tampan dan mencintainya luar dalam (hlm.156).
Dari kutipan (1) sampai (21) di atas, dapat disimpulkan bahwa secara fisik
tokoh Melodi adalah tokoh seorang wanita yang cantik dan menarik. Melodi
termasuk tokoh yang berpola pikir modern. Melodi penyayang, lembut dan peduli
terhadap sahabatnya (1)-(4). Melodi adalah korban yang disakiti, ia kecewa
karena Farid tidak mau bertanggungjawab atas kehamilannya (5). Melodi sedih
karena setelah Farid mengetahui kehamilannya, ia disuruh aborsi (6). Walaupun
Melodi kecewa pada Farid, ia tetap mencintainya dan tidak bisa menghilangkan
rasa cintanya pada Farid (7). Melodi tokoh yang dikecewakan untuk kedua
kalinya, kehamilannya tidak disetujui oleh ayahnya. Ayah tidak ingin punya cucu
yang tidak jelas asal-usulnya. Ayah menyuruh Melodi untuk mengaborsi
kandungannya. Ayah melakukan persetujuan dengan Dokter Sanusi untuk
mengugurkan kandungan Melodi dengan membohongi Melodi dan Ayah berhasil
mengaborsi kandungan Melodi. Melodi sangat kecewa dengan sikap Ayah,
24
Melodi sangat sedih ketika mengetahui kandungannya telah diaborsi (8-10).
Melodi sangat mencintai kekasihnya walaupun ia telah dikecewakan. Melodi tidak
mau menyalahkan siapapun, ia sadar telah mencintai pria yang telah beristri dan
menyalahkan dirinya sendiri (11-12). Tokoh Melodi seorang pekerja keras,
bekerja siang dan malam karena ia berusaha untuk selalu mandiri. Melodi tidak
ingin merepotkan kedua orang tuanya maupun orang lain (13). Melodi tegas dan
percaya diri dalam melakukan sesuatu tetapi ia sedikit arogan. Melodi tidak ingin
mengaborsi kandungannya walaupun Ayah tetap bersikeras memaksanya. Melodi
memilih pergi meninggalkan rumah demi menyelamatkan kandungannya, dengan
bermodal ketrampilan yang Melodi miliki, ia yakin dapat meneruskan hidupnya
(14)-(16). Dalam keluarganya, Melodi menjadi anak kebanggaan orang tuanya
karena ia pintar. Melodi berhasil menyelesaikan kuliah tepat waktu kemudian
bekerja di perusahaan terbesar di ibukota (17). Selain itu, Melodi jeli karena ia
berhasil menyelidiki dengan di bantu oleh Denis sahabatnya. Melodi menyelidiki
apa yang sebenarnya terjadi terhadap kandungannya, sehingga diharuskan untuk
aborsi dan ternyata dugaannya benar bahwa semua itu telah direncanakan oleh
Ayah. Ayah telah bersekongkol dengan Dokter Sanusi (18). Karena pengalaman
masa lalunya yang pahit, Melodi menjadi trauma untuk cepat jatuh cinta lagi.
Padahal Melodi sudah menyukai seorang pria yaitu Firdaus tetapi Melodi tetap
mencoba untuk menghapus cintanya (19) dan (20). Namun, pada akhirnya Melodi
menemukan seorang pria tampan yang mencintainya luar dalam yaitu Denis Deo
sahabat masa kecilnya sendiri dan mereka akhirnya hidup bahagia bersama (21).
25
2.1.1.2 Ibu Melodi
Tokoh Ibu dalam novel ini digolongkan penulis dalam tokoh protagonis.
Hal ini dikarenakan tokoh Ibu memiliki penampilan sesuai dengan pandangan-
pandangan kita.
Secara fisik, tokoh ibu digambarkan sebagai sosok wanita yang sudah tua.
Memiliki tangan yang mulai mengeriput, rambut legam dan matanya mulai sayu.
Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini.
(22) Aku merasakan tangannya yang mengeriput mengusap pipiku. Menyibak anak-anak rambutku. Mengiris-iris pilu rasa dalam hatiku. Wajahnya terlihat lebih renta dari sebelum masalah ini terkuak. Rambutnya masih saja legam di usianya yang lebih dari setengah abad. Matanya yang sayu memancarkan kasih (hlm.24).
Tokoh Ibu digambarkan sebagai tokoh yang lembut dan penuh kasih
sayang. Terlihat saat ibu memeluk Melodi. Ibu sangat menyayangi Melodi. Hal ini
dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(23) Ibu, wanita paling lembut yang pernah kukenal selama hidupku hanya menangis mengharap mampu menahanku untuk tak jauh darinya (hlm.43-44).
(24) Melihatku, ia datang menghampiri dan memelukku dengan penuh kasih.
Ibu membimbing dan mendudukan aku di tepi ranjang (hlm.24). Tokoh Ibu selalu menjadi penengah atau jembatan ketidak cocokan Melodi
dengan ayah. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(25) “Yah,” kita bisa minta tolong Dik Sanusi untuk merawat Melodi kan? Iya kan, Yah?” ibu menjadi jembatan antara bekunya hatiku dan hati ayah (hlm.29).
Tokoh Ibu perhatian dan sayang terhadap Melodi, ibu tidak ingin
kandungan Melodi digugurkan. Hal ini terlihat saat ibu memilih solusi lain selain
aborsi yaitu menyuruh orang lain mengadopsi anak Melodi setelah lahir nanti. Ibu
26
tidak ingin Melodi mengalami bahaya pasca-aborsi. Hal ini dapat ditunjukan
dalam kutipan berikut ini:
(26) Kita tetap akan mempertahankan kehamilanmu dan membiarkan seseorang mengadopsi anak itu setelah lahir nanti,” bujuk ibu lembut (hlm.26).
(27) Ibu mendekat dan memelukku.
“Ibu tunggu di luar ya, Sayang. Ibu harap semuanya baik-baik saja. Ibu percaya Dokter Sanusi akan melakukan yang terbaik,” ibu mencium kedua pipi dan keningku (hlm.32).
(28) Ibu marah karena bukannya ayah mencemaskan kesehatanku, tetapi malah sibuk mencari laki-laki yang menodai putri tunggalnya (hlm.42).
Dari kutipan (22) sampai (28) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh Ibu
adalah seorang wanita yang sudah tua. Secara fisik tangannya sudah mulai
mengeriput, memiliki rambut legam dan mata yang mulai sayu (22). Sifat Ibu
lembut dan penuh kasih sayang, ibu sangat menyayangi Melodi. Walaupun
sedikit kecewa dengan Melodi namun ibu tetap menyayanginya (23) dan (24).
Saat Ayah dan Melodi bertengkar soal kandungan Melodi, Ibu selalu menjadi
penengah antara kerasnya hati ayah dan Melodi (25). Ibu memilih meneruskan
kandungan Melodi dan menyuruh orang lain untuk mengadopsinya (26). Ibu
khawatir dengan kondisi Melodi. Ia menemani Melodi untuk memeriksakan
kandungannya (27). Tokoh Ibu tidak menyetujui kandungan Melodi diaborsi
karena takut Melodi mengalami bahaya-bahaya yang akan terjadi pasca-aborsi dan
berpengaruh pada kondisi kesehatan Melodi. Ibu mencemaskan kesehatan Melodi
(28).
27
2.1.1.3 Denis Deo
Tokoh Denis Deo termasuk dalam tokoh protagonis. Tokoh Denis Deo ini
juga mempengaruhi penceritaan dalam novel. Tokoh Denis memiliki pandangan-
pandangan yang sama dengan kita.
Tokoh Denis Deo adalah sahabat dekat Melodi sejak kecil. Denis baik,
banyak akal, kekanak-kanakan, suka menggoda, kreatif dan usil. Denis sangat
peduli terhadap Melodi. Dikatakan baik terbukti saat dia mau menolong Melodi
untuk menyediki yang sebenarnya terjadi terhadap kandungannya. Hal ini dapat
ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(29) DENIS Deo, sahabat jiwa, sahabat erat...(hlm.45). (30) Usil, banyak akal, kekanak-kanakan, suka menggoda, kreatif tapi juga
sangat melindungi. Beberapa teman pernah menjodohkan kami (hlm.54). (31) Ditemani seorang sahabat, aku mengikuti kepergian Ayah. Aku bisa saja
pergi sendiri tapi tentu ayah akan segera mengetahui bahwa aku mengikutinya dari belakang. Tapi menggunakan mobil Denis Deo, sahabatku itu, perhatian ayah dapat di belokkan (hlm.45).
Secara fisik, tokoh Denis Deo digambarkan sebagai seorang pria yang
tampan. Denis Deo memiliki rambut lebat berwarna hitam dan legam. Selain itu,
Denis juga bertubuh atletis. Tubuh besar, tinggi dan kekar. Hal ini dapat di
tunjukan dalam kutipan berikut ini:
(32) Kini, setelah dewasa, Denis Deo menjelma menjadi pria yang sangat
tampan, menurut banyak orang. Rambutnya yang hitam legam dan lebat cocok untuk model iklan sampo. Ditunjang dengan tubuhnya yang atletis. Sekilas Denis Deo mirip dengan Samuel Rizal dengan rambut sedikit panjang (hlm.54).
(33) Tubuh Denis Deo yang tinggi , besar dan kekar selalu menjadi pelindung
tubuhku yang mungil dan kurus (hlm.49).
28
Denis Deo penuh pengertian dan selalu menghibur Melodi saat Melodi
sedih karena mengetahui bahwa ayahnya bersekongkol dengan Dokter Sanusi.
Denis sedih karena melihat sahabatnya sedih kandungannya telah diaborsi. Denis
sahabat yang suportif. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(34) Sahabatku itu membiarkanku melepaskan semua bebanku lewat air mata. Sesekali tangannya yang kekar merapatkan pelukannya. Dengan jemarinya, ia mengusap punggungku lembut (hlm.48).
(35) Inilah yang aku suka dari Denis Deo. Dia seorang sahabat yang selalu
supportif. Denis Deo selalu memiliki kalimat-kalimat sugestif yang sangat positif. Itu juga yang membuatnya selalu terlihat bahagia (hlm.130).
Denis Deo juga mau mencintai Melodi walaupun Denis tahu kalau Melodi
pernah mengalami masa lalu yang sangat pahit. Ia benar-benar tulus mencintai
Melodi. Denis pun menikahi Melodi dan mereka hidup bahagia. Hal ini dapat
ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(36) Dan kalau kamu mau, aku ingin mengubah hubungan pertemanan kita. Kalau kamu punya perasaan yang sama denganku, aku ingin menikah denganmu (hlm.136).
(37) Matanya bening indah melekat dan menusuk jauh di dasar hatiku.
Ketulusan kasih sayangnya tak pernah kuragukan (hlm.137). (38) “Genta Melodi, aku mencintaimu.”
Aku juga, hmmm... Aku rasa, aku juga mencintaimu... “Maukah kamu menikah denganku?” Sesederhana inikah menyatakan jawaban : “”Yes. I do.”(hlm.140-141).
Dari kutipan (29) sampai (38) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
Denis Deo adalah sahabat Melodi pada masa kecil (29). Ia adalah seorang tokoh
yang baik, banyak akal, kekanak-kanakan, suka menggoda, kreatif dan usil (30).
Denis Deo sangat peduli terhadap Melodi karena ia sudah menganggap Melodi
29
sebagai saudaranya sendiri. Denis peduli terhadap Melodi terbukti saat ia mau
membantu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap kandungan Melodi
sampai diharuskan diaborsi (31). Secara fisik, tokoh Denis Deo adalah seorang
pria yang tampan, berambut hitam legam. Selain itu, Denis Deo juga bertubuh
atletis, tinggi besar dan kekar (32) dan (33). Mengetahui Melodi sedih karena
kandungannya diaborsi oleh ayahnya, Denis selalu menghibur dan memberikan
suport kepada Melodi (34) dan (35). Denis mencintai Melodi, ia ingin mengubah
pertemanan dan menikahi Melodi. Denis mau mencintai Melodi secara tulus dan
akhirnya ia menikahi Melodi dan mereka hidup bahagia (36)-(38).
2.1.1.4 Kania Ephipania
Tokoh Kania Ephipania termasuk dalam tokoh protagonis. Tokoh Kania
Ephipania menyebabkan Melodi dan Firdaus Malik berkonflik. Tokoh Kania juga
mengalami konflik dengan dirinya sendiri.
Tokoh Kania adalah seorang pegawai di perusahaan Bonafit, ia adalah
rekan kerja Melodi. Secara fisik, tokoh Kania Ephipania adalah seorang tokoh
wanita yang mungil dengan energi besar, memiliki wajah yang manis, bola mata
yang besar, bibir bulat penuh, dan memiliki kebiasaan menguncir rambut dikuncir
ekor kuda. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(39) Kania sudah bekerja di Pinastika Production selama tiga tahun (64). (40) KANIA EPHIPANIA
Perempuan mungil dengan energi besar. Wajahnya yang manis, bola mata besar, bibir bulat penuh, dan rambut yang sering dikuncir ekor kuda (hlm.64).
30
Tokoh Kania memiliki hobi makan, mendengarkan musik dan olah raga.
Kania cinta hidup sehat. Selain itu, Kania juga jago masak. Hal ini dapat
dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
(41) Kami doyan makan. Kami doyan musik...Pertemanan kami betul-betul
bersih. Kami doyan olah raga. Kami berdua cinta hidup sehat. Setiap Selasa dan Jumat berenang. Rabu senam aerobic (hlm.64-65).
(42) Sebagai balasannya, Kania yang jago masak sering jadi koki pribadi
(hlm.65).
Tokoh Kania adalah korban paksa aborsi. Ia disuruh mengaborsi
kandungannya. Kania merasa sedih karena kekasihnya tidak mau
bertanggungjawab atas kehamilannya. Kania selalu murung dan tidak mau
berangkat kerja. Kania mengalami depresi sampai-sampai ia ingin bunuh diri
karena bingung menghadapi masalahnya dengan Firdaus. Hal ini dapat ditunjukan
dalam kutipan berikut ini:
(43) Kania menangis semakin keras. “Farid...menginginkan... aborsi...” (hlm.109).
(44) HARI ini kania tidak masuk kerja (hlm.96). (45) Aku membayangkan hal-hal buruk terjadi pada Kania. Aku
menemukannya tertidur di meja dapur. Di tangannya terdapat sebotol obat-obatan (hlm.105).
Tokoh Kania sedikit tertutup dan mengalami depresi saat mengetahui
hamil dan disuruh aborsi oleh Frdaus kekasihnya. Kania mencoba bunuh diri
tetapi niatnya diurungkan karena ia takut berdosa. Hal ini dapat ditunjukan dalam
kutipan berikut ini:
(46) Pacar, yang tak pernah diceritakannya padaku. Memang agak aneh, sekian lama pertemananku dan Kania, tapi kami tak pernah menceritakan hubungan pribadi kami dengan seseorang (hlm.92).
31
(47) “Aku...takut... bunuh diri. Tadi aku sempat berpikir untuk menelan
semua obat itu, Mel. Tapi aku takut dosa. Kenyataanya, aku memang orang yang berdosa. Aku perempuan kotor. Aku tidak bisa menjaga diri. Semuanya sudah berakhir.” (hlm.108).
Akhrirnya Kania menyadari bahwa perbuatannya salah. Ia akhirnya dapat
hidup bahagia dengan kekasihnya karena Firdaus mau bertanggungjawab atas
kehamilannya. Hal ini dapat ditunjukan pada kutipan berikut ini:
(48) Firdaus menyampaikan pada Kania tentang solusi yang aku tawarkan tentang pengadopsian itu. Tapi Kania memutuskan untuk tetap merawat sendiri bayinya. Ia menginginkannya. Kania rela keluar dari Pinasthika demi keluarga kecil mereka (hlm.120).
Dari kutipan (39) sampai (48) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
Kania Ephipania adalah karyawan dan rekan kerja Melodi di perusahaan Pinastika
(39). Secara fisik, Kania digambarkan sebagai seorang wanita yang mungil
dengan energi besar, memiliki wajah yang manis, bola mata yang besar, bibir
bulat penuh, dan memiliki kebiasaan menguncir rambut dikuncir ekor kuda (40).
Tokoh Kania memiliki hobi makan, mendengarkan musik, olah raga dan
memasak. Kania cinta hidup sehat (41) dan (42). Kania adalah korban paksa
aborsi, ia sangat sedih dan mengalami depresi. Ia tidak mau berangkat kerja. Kaia
sedih karena ia disuruh mengaborsi kandungannya oleh Firdaus. Kania mengalami
depresi hingga ia hampir melakukan bunuh diri, tapi niatnya diurungkan karena ia
takut berdosa (43-45). Kania juga memiliki sifat yang tertutup dan jarang terbuka
dengan orang lain bahkan dengan teman dekatnya yang sudah berteman cukup
lama ia tidak mau cerita tentang dirinya (46). Kania adalah korban paksa aborsi, ia
hampir melakukan bunuh diri karena depresi saat mengetahui dirinya hamil
karena Firdaus menyuruhnya untuk mengaborsi kandungannya (47). Namun, hal
32
itu dapat dicegah setelah Melodi menasehati dan memberitahu bahaya-bahaya
pasca-aborsi. Melodi juga menasehati Firdaus agar mau bertanggung jawab.
Setelah Melodi memberikan solusi, akhirnya Kania mau untuk melanjutkan
kehamilannya dan Firdaus pun mau bertanggung jawab (48).
2.1.1.5 Firdaus Malik
Tokoh Firdaus Malik termasuk dalam tokoh protagonis. Tokoh Firdaus
Malik menyebabkan konflik antara Kania dan Melodi. Tokoh Firdaus Malik juga
berkonflik dengan dirinya sendiri.
Secara fisik, tokoh Firdaus Malik adalah seorang pria yang tampan, seksi,
penuh wibawa, dan mempesona. Selain itu, Firdaus Malik juga memiliki dada
yang kekar berkulit putih. Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
(49) Aku belum pernah bertemu orang setampan pria di hadapanku ini. Aku mengakui ketampanan Tom Cruise. Aku mengagumi keseksian Brad Pitt. Aku menikmati kewibawaan Pierce Brosnan. Tapi pria ini kolaborasi dari ketiganya (hlm. 58).
(50) Ketika kubuka mata aku mendapati pemandangan yang sangat indah.
Sebuah dada kekar dengan kulit putih bersih terpapar di pupil mataku. Senyum mengembang di sudut bibirnya (hlm.77).
(51) “Dia kepala pimpinan cabang, Mel. Biasanya setiap enam bulan sekali
confirm laporan ke kantor pusat untuk koordinasi (hlm.60).
Tokoh Firdaus Malik senang bercanda, dia juga pandai merayu wanita.
Hal ini dapat dibuktikan dalam kutipan berikut ini:
(52) “Pinastika Production, selamat siang. Dengan Melodi, ada yang bisa saya bantu?” sapaku di telepon. “Disini Pinastika production juga. Selamat siang juga. Di situ Melodi, di sini Memori,” serangkai tawa renyah terdengar di seberang. Guyonan yang garing banget...(hlm.63).
33
(53) “Justru sebaliknya, aku tertarik padamu.” “Come on!stop this fucking joke!” “I am serious! Aku tertarik padamu sejak pertama kali melihatmu (hlm.74).
(54) “Katakan padaku Melodi, apakah kau merasakan getaran ketika ku pegang tanganmu, seperti ini. “ia mempererat genggaman tangannya. “Atau ketika ku sentuh pipimu. Seperti ini. Dan lehermu...(hlm.74).
Firdaus Malik membuat Kania mengalami konflik dengan dirinya sendiri,
saat Firdaus menyuruh mengaborsi kandungan Kania. Firdaus juga mengalami
konflik dengan Melodi, saat Melodi melarang Firdaus untuk mengaborsi
kandungan Kania. Melodi menasihati Firdaus, dan Firdaus pun mengalami
kebimbangan antara takut dan ingin mengaborsi kandungan Kania. Akhirnya,
Firdaus sadar dan mau bertanggung jawab menikahi Kania. Hal ini dapat di
buktikan dalam kutipan berikut ini:
(55) Kania menangis semakin keras. “Farid... menginginkan... aborsi...” (hlm.109).
(56) “Kamu jangan menakutiku, Mel!” Firdaus menatapku dengan tatapan
nanar. Aku tak menyangka mendapati reaksi spontannya mendengar kalimatku terakhir. Aku sengaja memaparkan segala sesuatu yang telah kudapatkan hasil browsing di internet tentang aborsi... Firdaus termenung. Tatapanya kosong menembus gelas yang digenggamnya (hlm.117).
(57) Kukabarkan padanya lewat email, Firdaus akan segera menikahi Kania Firdaus menyampaikan pada Kania tentang solusi yang aku tawarkan tentang pengadopsian itu. Tapi Kania memutuskan untuk tetap merawat sendiri (hlm.120).
Dari kutipan (49) sampai (57) di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
fisik tokoh Firdaus Malik adalah seorang pria yang tampan, seksi, penuh wibawa.
Firdaus pria mempesona memiliki dada kekar dan berkulit putih. Ia adalah kepala
pimpinan cabang di perusahaan Pinasthika tempat Melodi bekerja (49)-(51).
34
Firdaus Malik senang bercanda dan pandai merayu wanita, terlihat saat ia merayu
Melodi. Firdaus juga menyukai Melodi, ia tetap merayu dan berharap Melodi mau
menjadi kekasihnya (52)-(54). Firdaus Malik membuat Kania panik dan
mengalami depresi karena di suruh mengaborsi kandungannya (55). Firdaus pun
mengalami konflik dengan Melodi mengenai rencana aborsi Kania karena Melodi
menghalangi rencana Firdaus. Melodi menasehati Firdaus agar mau
bertanggungjawab dan membatalkan niatnya untuk mengaborsi kandungan Kania.
Melodi juga mencoba memaparkan segala resiko mengenai bahaya pasca-aborsi
kepada Firdaus (56). Akhirnya, Firdaus Malik sadar setelah Melodi menjelaskan
bahaya pasca-aborsi dan Firdaus mau bertanggung jawab menikahi Kania (57).
2.1.1.6 Lenvin
Tokoh Lenvin termasuk dalam tokoh pria protagonis. Di samping karena
dia adalah korban aborsi dia juga bekerja sebagai konsultan anti-aborsi. Tokoh
Lenvin memiliki pandangan-pandangan yang sama dengan kita.
Tokoh Lenvin adalah sahabat Melodi dalam dunia maya. Ia adalah
seorang konsultan anti aborsi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(58) Salam persahabatan, Genta! Aku telah menerima emailmu. Maaf agak lama merespon email darimu (hlm.102).
(59) Aku menggunakan nama depanku, Genta, dalam dunia mayaku....Solusi yang Lenvin berikan untuk surat-surat yang masuk ke kotak suratnya menggugah simpatiku. Kalimatnya berbeda dengan beberapa konsultan lainnya (hlm.103).
Secara fisik, tokoh Lenvin digambarkan sebagai seorang pria yang
memiliki tubuh cacat dengan sepasang kaki kecil tak bertulang, dan dua lengan
35
yang kekar. Lenvin adalah korban aborsi. Hal ini dapat ditunjukan dalam
kutipan berikut ini:
(60) Walau dengan kedua kaki kecil tak bertulang. Mungkin akibat obat-obat yang dikonsumsi ibu waktu itu. Tetapi aku mempunyai dua lengan kekar yang mampu menopang tubuhku. Tuhan melengkapi tubuh rapuhku dengan jiwa yang sempurna (hlm.158).
(61) Walau ibu yang mengandung aku berusaha membunuhku dengan
memakan sebanyak-banyaknya nanas muda yang bukannyamembuatku mati, tapi hanya membuatnya sakit perut. Lalu ibuku berusaha memukul-mukul perutnya, yang berisi aku, supaya aku mati (hlm.157).
Walaupun ia cacat, namun ia sabar dan tabah. Ia bersyukur masih di beri
kesempatan untuk hidup oleh Tuhan. Lenvin tidak mau mengeluh. Hal ini dapat
ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(62) Tuhan Maha Pengasih, walau aku tidak diberinya tubuh yang sempurna, tetapi jiwaku cukup sempurna untuk merasakna kasih dan hadiratnya (hlm.158).
(63) Aku adalah di antara semua manusia yang paling diberkati secara
melimpah (hlm.158). (64) Aku selalu bersyukur atas nikmat berkat dan indah karunia Tuhan atas
hidupku yang sangat berharga. Aku seorang yang diberkati (hlm.157).
Lenvin tinggal di Yayasan. Lenvin orang yang mandiri, ia berusaha untuk
tidak bergantung kepada orang lain. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan
berikut ini:
(65) Aku dikirim ke yayasan. Disinilah aku menemukan banyak ibu baru. Beberapa ayah baru. Tapi seiring perjalanan hidup yang menempaku, siapapun ayah dan ibu bagiku, hidup ini membentuk diriku menjadi ayah dan ibu bagi hatiku sendiri. Aku selalu berusaha mandiri. Dan aku mampu mandiri (hlm.158).
(66) Walau kehilangan kali ini terlalu dalam bagiku, melalui saluran maya
sebagai forum berdiskusidan beretorika. Tempat kita memadu argumen, berbagi pujian dan dorongan semangat untuk hidup (hlm.158).
36
(67) Aku jatuh hati pada setiap tulisan dan keluhannya. Tentang sahabat yang hendak aborsi. Keluhan-keluhan yang sama kuhadapi tiap hari. Kadang kurasakan jenuh seiring dengan panggilan hati untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang harus mati bukan pada saatnya. Tapi sekali membaca email dari Genta ada sesuatu yang menyeruduk meminta perhatian lebih (hlm.151)
Dari kutipan (58) sampai (67) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
Lenvin adalah sahabat Melodi dalam dunia maya. Mereka berkomunikasi dengan
mengirim email. Lenvin selalu memberikan informasi tentang aborsi kepada
Melodi (58) dan (59). Lenvin adalah tokoh korban aborsi. Ia dilahirkan secara
paksa oleh ibunya. Oleh karena itu ia cacat, ia hanya memiliki tubuh dengan
sepasang kaki kecil tak bertulang, dan dua lengan yang kekar. Walau demikian ia
sabar dan tabah. Ia bersyukur masih di beri kesempatan untuk hidup oleh Tuhan.
Lenvin sangat mensyukuri hidupnya yang sekarang walau ia tidak memiliki tubuh
yang sempurna namun ia memiliki jiwa yang sempurna (60)-(64). Lenvin tidak
mau dikasihani terus, ia ingin mandiri dan ingin pula membantu orang lain. Walau
hanya lewat dunia maya ia bergabung menjadi konsultan anti aborsi membantu
orang-orang yang ingin melawan aborsi. Ia yakin kalau hidupnya berguna dan
bisa membantu orang lain, menyelamatkan jiwa-jiwa yang harus mati bukan pada
saatnya, terutama membantu Melodi untuk menggagalkan niat aborsi Kania (65)-
(67).
2.1.2 Tokoh Antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang pandangan-pandangannya tidak
sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan kita. Tokoh antagonis yang akan
dianalisis yaitu, tokoh Firdaus Malik, Ayah dan Dokter Sanusi.
37
2.1.2.1 Farid
Tokoh Farid termasuk dalam tokoh pria antagonis. Tokoh Farid inilah
yang menyebabkan tokoh Melodi berkonflik. Melodi berkonflik dengan Farid dan
orang tuanya. Selain itu, tokoh Farid juga berkonflik dengan dirinya sendiri.
Secara fisik, tokoh Farid digambarkan sebagai seorang tokoh pria yang
tampan dan lembut. Hal itu ditunjukan lewat kutipan berikut ini:
(68) Pria tampan di hadapanku berdiri kaku menatapku dengan tatapan tegang. Ia menahan nafasnya dengan berat (hlm.11).
(69) Farid, kekasihku yang lembut. Yang membuatku jatuh cinta sejak
pertamakali aku mengenalnya (13).
Farid adalah seorang pria matang penuh kharisma, memiliki gaya bicara
yang hangat dan senyum yang damai, Farid bekerja sebagai pimpinan perusahaan
Bonafid. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan berikut ini:
(70) Farid, pria matang penuh kharisma, sebagai pimpinan perusahaan. Saat itu aku tahu, aku telah jatuh cinta padanya. Senyumnya yang damai, suaranya yang berat dan menyenangkan, dan cara bicaranya yang hangat (hlm.13).
Tokoh Farid digambarkan juga sebagai tokoh pria yang tidak setia karena
ia selingkuh, menjalin cinta secara diam-diam dengan Melodi sampai Melodi
hamil. Padahal Farid sudah memiliki istri dan dua orang anak. Hal ini dapat
ditunjukan dalam kutipan berikut ini.
(71) Itu pula mengapa hubungan cinta kami yang rahasia terasa sempurna. Selama menjalin hubungan dengannya, tak ada satupun karyawan yang mengetahui kisah asmara yang terjalin ini. Kami tahu, kami bermain api. Tapi kami bermain dengan rapi (hlm.14).
(72) ”AKU PUNYA KELUARGA, MEL! APA KATA ISTRI DAN DUA
ANAKKU DI RUMAH NANTI? (hlm.15).
38
(73) ”Aku akan bertanggungjawab, ”katanya kemudian membuat senyumku merekah. Hatiku bersorak. Aku tahu tahu Farid memiliki hati yang lembut dan tidakakan tega melukaiku maupun janin yang sedang bertumbuh di dalam tubuhku (hlm.14).
Farid juga memiliki konflik terhadap dirinya sendiri, ia ingin bertanggung
jawab atas kehamilan Melodi tetapi Farid tidak bisa menikahinya karena ia sudah
berkeluarga. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(74) “Maafkan aku, Sayang, maafkan aku membentakmu. Bukan maksudku melukai hatimu. Aku yang sudah gila. Aku tergila-gila padamu. Aku mencintaimu. Aku hanya tak bisa menikahimu. Gugurkan kandunganmu, dan kita masih tetap bisa mencintai seperti yang lalu,” bisiknya kemudian berulang-ulang (hlm.16).
(75) Farid terpekur dihadapanku. Aku tahu, masih ada perang batin yang
bergejolak dalam hatinya. Dan kuharap perang antara nurani dan ego dalam dirinya dimenangkan oleh nurani, sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan harapanku (hlm.14).
Walaupun Farid egois dan tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan
Melodi, tetapi ia perhatian. Farid mengirim uang secara diam-diam ke rekening
Melodi untuk biaya hidup Melodi dan anaknya. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
kutipan berikut ini:
(76) Aku mendapatkan uang pesangon untuk bekal hidupku kemudian nanti. Dan di belakang hari, ternyata Farid juga mentransfer sejumlah uang yang sangat besar ke rekening tabunganku (hlm.17).
Dari kutipan (68) sampai (76) di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
fisik tokoh Farid ini adalah seorang pria yang tampan dan lembut (68) dan (69). Ia
seorang pria yang matang dan penuh kharisma, bekerja sebagai pimpinan
perusahaan tempat Melodi bekerja (70). Di sana ia bertemu dengan Melodi dan
menjalin cinta secara diam-diam. Farid pria yang tidak setia ia sudah beristri dan
39
mempunyai dua orang anak tapi selingkuh dengan Melodi sampai Melodi hamil
(71)-(73). Farid bingung, ia ingin bertanggung jawab dengan menikahi Melodi
tetapi tidak mungkin karena ia sudah beristri. Karena takut perselingkuhannya
diketahui maka ia menyuruh Melodi untuk mengaborsi kandungannya. Farid pun
mengalami konflik dengan dirinya sendiri (74) dan (75). Walaupun Farid tidak
mau bertanggung jawab untuk menikahi Melodi, tapi secara diam-diam ia
mengirim uang dengan jumlah yang cukup besar ke rekening Melodi untuk biaya
hidup Melodi dan anaknya sendiri yang sedang dikandung Melodi (76).
2.1.2.2 Ayah Melodi
Tokoh Ayah termasuk dalam tokoh antagonis. Tokoh Ayah merupakan
pelaku aborsi. Tokoh Ayah mempengaruhi alur dan banyak diceritakan. Tokoh
Ayah juga menyebabkan konflik antara Ibu, Ayah dan Melodi. Konflik juga
terjadi pada diri Ayah sendiri.
Secara fisik, tokoh Ayah digambarkan sebagai seorang pria yang gagah
dengan postur tubuh yang tinggi besar dan sehat. Ayah adalah orang yang rajin
olah raga. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(77) Ayah adalah lelaki gagah dengan tubuh tinggi besar dan selalu sehat. Olah raganya sederhana saja, jalan kaki mengelilingi kampung setiap pagi hari selama kurang lebih satu jam (hlm.25).
Selain itu, Ayah juga memiliki raut wajah yang tegas, dan berwibawa.
Tokoh ayah memiliki sifat yang keras, dan disiplin. Hal ini dapat ditunjukan
dalam kutipan berikut ini:
40
(78) Ayah memiliki raut wajah yang tegas dan berwibawa. Ayah adalah tipikal orang tua pada jamannya. Keras, tegas, berwibawa dan disiplin (hlm.25).
Menurut Ayah, apa yang ia anggap baik merupakan hal yang baik pula
bagi orang lain. Ayah tidak peduli pendapat orang lain. Ayah merupakan pria
yang memiliki sifat egois. Terbukti saat ia memutuskan aborsi terhadap Melodi.
Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(79) Ayah selalu mempertahankan apa yang ia anggap baik. Yang terbaik baginya adalah yang terbaik bagi semuanya, sayangnya aku juga mewarisi sifat keras itu (hlm.25).
(80) “DAN SOLUSI IBU? AYAH SUNGGUH TIDAK YAKIN DENGAN
YANG KAMU PIKIR, BU! MAU DITARUH DIMANA MUKA KITA, HAH? AYAH MASIH BERPIKIR SEHAT, MELODI! (hlm.28).
(81) AYAH INGIN YANG TERBAIK UNTUKMU. LAKUKAN SEKALI
INI, NURUT SAMA AYAH. LAKUKAN APA YANG TERPIKIR AYAH SEBAGAI SOLUSI,” Ayah masih berkata-kata penuh api (hlm.28).
Tokoh Ayah selalu berusaha melakukan hal yang ia anggap baik,
menurutnya aborsi adalah hal yang baik oleh karena itu ia mencari cara agar dapat
mengaborsi kandungan Melodi. Sampai ia berbohong dan bersekongkol dengan
sahabatnya yaitu Dokter Sanusi. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut
ini:
(82) Ayah menjelaskan semuanya.... Seandainya aku meneruskan kehamilanku akan dapat membahayakan kesehatanku. Dokter Sanusi meminta persetujuan ayah untuk mengambil jalan yang terbaik untuk kesehatanku (38).
(83) Ayah tidak tahu siapa ayah bayimu. Ayah bingung, Mel. Ayah merasa masih berhak atas dirimu selama kau belum menikah. Aku sayahmu. Aku ingin yang terbaik untukmu, Anakku.” (hlm.39).
41
Dari kutipan (77) sampai (83) di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
fisik tokoh Ayah gagah memiliki postur tubuh yang tinggi besar dan sehat (77).
Selain itu, Ayah memiliki raut wajah tegas dan berwibawa (78). Mengenai sifat,
Ayah memiliki sifat yang keras dan disiplin. Ayah selalu berpikir bahwa apa yang
ia anggap baik merupakan hal yang terbaik pula bagi orang lain. Ia egois karena
tidak pernah peduli terhadap pendapat orang lain (79)-(81). Menurut Ayah,
mengaborsi kandungan Melodi adalah jalan yang baik maka ia berusaha mencari
cara agar dapat melakukannya. Akhirnya Ayah berhasil mengaborsi kandungan
Melodi dengan membohonginya. Ayah berbohong bahwa kandungan Melodi
berbahaya, maka langkah yang terbaik mengaborsi kandungannya. Ayah telah
bersekongkol dengan Dokter Sanusi dimana dokter adalah sahabat Ayah sendiri
(82) dan (83).
2.1.2.3 Dokter Sanusi
Tokoh Dokter Sanusi adalah termasuk tokoh antagonis. Dokter Sanusi
adalah pelaku aborsi. Dokter Sanusi menggugurkan kandungan Melodi. Ia
membohongi Melodi bahwa akan memeriksa kandungannya.
Secara fisik, Dokter Sanusi digambarkan sebagai seorang dokter dengan
tubuh besar. Memiliki rambut keriting dan kulit legam tapi bersih. Selain itu,
Dokter Sanusi juga memiliki senyum yang menawan, hidung yang bangir dan
mata yang tajam. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(84) Dokter Sanusi adalah seorang dokter dengan tubuh sebesar dan setinggi ayah. Rambutnya keriting. Kulitnya legam tapi bersih. Senyumnya menawan dengan hidung mencuat menantang langit. Bangir. Matanya tajam menatapku ( hlm.31-32).
42
Dokter Sanusi ramah, dan akrab terhadap Ayah Melodi karena mereka
sudah bersahabat sejak lama. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(85) Dokter Sanusi menyambut kami dengan ramah. Rupanya ayah telah mengabarkan kedatangan kami semalam (hlm.32).
(86) Terakhir, ia menjabat serta memeluk penuh keakraban pada ayah.
Mereka sudah bersahabat sejak lama (hlm.23).
Dokter Sanusi tidak profesional dalam bekerja. Terbukti saat ia
membohongi Melodi untuk mengaborsi kandungannya. Ia memberikan anestesi
terhadap kandungan Melodi. Padahal ibu hamil tidak boleh diberi anestesi. Dokter
Sanusi melakukan praktek ilegal. Hal ini dapat ditunjukan dalam kutipan-kutipan
berikut ini:
(87) “Ayo kita mulai saja, ” katanya kemudian. Sebentar nanti kami akan melakukan anestesi ringan untuk memeriksa kandunganmu. Kamu tidak keberatan, kan?” tanya Dokter Sanusi simpatik (hlm.32).
Dari kutipan (84) sampai (87) di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh
Dokter Sanusi adalah seorang dokter dengan tubuh tinggi besar, berambut
keriting, kulitnya legam tapi bersih. Selain itu, Dokter Sanusi juga memiliki
senyum yang menawan, hidung bangir serta tatapan mata yang tajam (84). Dokter
Sanusi adalah sahabat Ayah sejak lama oleh karena itu ia ramah terhadap keluarga
ayah Melodi (85-86). Dokter Sanusi adalah pelaku aborsi. Ia melakukan mala-
praktek. Hal ini di buktikan saat ia melakukan pengguguran terhadap kandungan
Melodi di klinik pribadinya. Dokter Sanusi melakukan aborsi dengan cara
membohongi Melodi, ia memberikan anestesi terhadap kandungan Melodi
sehingga menyebabkan keguguran (87).
43
2.2 Latar
Latar dalam sebuah cerita biasanya meliputi latar tempat, latar waktu, dan
latar sosial. Dalam novel ini yang paling dominan adalah latar waktu.
2.2.1 Latar Tempat
Latar tempat dalam novel ini berada di Jakarta, khususnya di perusahaan
Bonafid, hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
(88) Jakarta, Akhir September 2004......(hlm.11). (89) Aku masih ingat, setahun yang lalu aku bertemu muka dengan Farid di
sini, di perusahaan idaman ku ini. Sejak kuliah aku sudah mengincar untuk bekerja di sini. Perusaaah Bonafid yang bergengsi (hlm.13).
Selain di Jakarta latar tempat novel ini terjadi di Mojotengah yaitu di rumah
Melodi. Latar tempat di rumah Melodi meliputi kamar tidur Melodi, kamar orang
tua Melodi, di ranjang. Hal tersebut dapat di lihat dalam kutipan berikut ini:
(90) Mojotengah, Oktober 2004 Kepulanganku disambut dengan penuh kebahagiaan oleh ayah dan ibu. Pelukan ayah dan air mata kerinduan ibu. Aku sungguh-sungguh menikmati kedamaian yang hilang selama kurang lebih tujuh tahun dalam hidupku yang penuh keriuhan dan hingar bingar metropolitan (hlm.19).
(91) Malam itu aku tak bisa tidur. Mataku terlalu lelah untuk menangis. Tapi
tak juga kelelahan ini mampu mengantarku ke gerbang mimpi. Dalam kesunyian malam, telingaku menangkap isak tangis dari kamar sebelah (hlm.23).
(92) Aku bangkit dari tidurku. Aku ketuk pintu kamar mereka. Ternyata tidak
dikunci. Aku melihat ayah berdiri menghadap tembok dengan rokok disela jari dan asap deras mengepul dari mulutnya. Ibu duduk terpekur disisi ranjang. Melihatku, ia datang menghampiri dan memelukku dengan penuh kasih. Ibu membimbing dan mendudukan aku ditepi ranjang (hlm.24).
44
Latar tempat novel ini juga terjadi di klinik Dokter Sanusi. Hal tersebut
dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
(93) Klinik Dokter Sanusi semacam rumah sakit bersalin yang ditanganio oleh beberapa perawat. Dokter Sanusi sendiri hanya berada di klinik itu tiap hari Sabtu dan Minggu (hlm.31).
Latar tempat juga terjadi di halaman rumah kosong, di atas pohon mangga.
Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut ini:
(94) Di halamannya yang super luas itu ditanami bermacam pohon buah. Ada rambutan, kelengkeng, manggis, kweni (sejenis mangga dengan daging buahnya yang berserat), jambu, dan masih banyak lagi. Favorit kami adalah pohon mangga dengan buah yang sangat lebat. Pohon kekar dengan cabang yang nyaman diduduki, kami betah berlama-lama diatasnya. Sering kami membawa pisau dan memetik serta mengupas dan memakannya langsung dari atas pohon (hlm.50).
Latar tempat terjadi di dalam mobil Denis Deo, saat Denis menemani
Melodi untuk menyelidi Ayahnya.. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan
berikut ini:
(95) Dalam mobil Denis Deo aku melepas semua emosiku. Kemarahanku. Kekecewaanku. Kesedihanku. Kehilanganku.....(hlm.48).
Latar tempat terjadi di terminal dan di dalam bis. Di terminal, saat Melodi
ingin pergi mencari pekerjaan dan diantar oleh Denis. Hal tersebut dapat
ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(96) Diiringi pelukan dan ciuman penuh cinta dari ibu dan tatapan yang tak dapat terdefinisikan dari ayah, aku diantar Denis Deo sampai terminal. Ada sebongkah harapan yang menyenangkan untuk menyambut hari baru (hlm.55).
(97) Aku menatapnya dengan perasaan campur-campur. Bahagia. Haru. Biru.
Aku menggenggam secarik kertas kecil dari tangannya. Aku masih menatap Denis Deo dari jendela sampai kelokan jalan memudarkan sosoknya (hlm.56).
45
Latar tempat novel ini terjadi di Surabaya. Meliputi perusahaan Pinastika
Production, Sunday cafe, di dalam mobil Melodi, tempat clubbing, dan warnet.
Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(98) Surabaya, Juni 2005 Aku belum pernah bertemu orang setampan pria di hadapanku ini. Aku mengakui.......(hlm.58).
(99) “Pinastika Production, selamat siang. Dengan Melodi, ada yang bisa saya bantu?” sapaku di telepon. “Disini Pinastika Production juga. Selamat siang juga. Disitu Melodi, disini Memori,”...(hlm.63).
(100) AC mobil kupasang maksimal. Lagu jazz lembut mengiringi perjalanan kami menuju Sunday Cafe yang hanya buka setiap Minggu pagi sampai sore hari dengan menu-menu makanan ringan (hlm.69).
(101) Kania sedang tidak berada dirumah. Kania menginap disalah satu
teman setelah sebelumnya clubbing. Aku terlalu lelah. Lagi pula hari hujan(hlm.76).
Latar tempat juga terjadi di paviliun Melodi, tempat tinggal Melodi saat
bekerja di Surabaya. Meliputi dapur, kamar mandi, di luar pintu kamar mandi,
kamar tidur, dan di sofa bed. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut
ini:
(102) Pernah seharian penuh dihari Minggu Firdaus menjadi teman kencanku karena Kania sedang pulang ke Sukabumi. Tempat kost ini berupa Paviliun yang memungkinkan Firdaus mengeksplorasi setiap sudut rumahku, kecuali kamar pribadiku. Dengan sigap ia membantuku di dapur (hlm.73).
(103) Firdaus masuk ke kamar mandi cukup lama. Aku berinisiatif
meminjamkannya kaos oblong yang cukup besar untuk ukuran tubuhnya (hlm.77).
(104) “ FIRDAUS, LEPAS SAJA KAOSMU LALU CUCI DAN
KERINGKAN DI MESIN CUCI. KAMU SEMENTARA PAKAI KAOSKU,” kataku setengah berteriak di luar pintu kamar mandi (hlm.77).
(105) Aku terkesiap mendapati Firdaus terlelap di sofa bed di ujung kamar
tidurku. Ya Tuhan,....(hlm.78).
46
Latar tempat novel ini juga terjadi di paviliun Kania. Meliputi kamar tidur,
sudut dapur, dan meja dapur. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut
ini:
(106) Beberapa malam terakhir ini aku memaksa menemani tidurnya. Kini, aku yang lebih sering tidur di paviliunnya. Aku kuatir sesuatu terjadi padanya (hlm.91).
(107) Sampai suatu malam ketika aku terlelap disandingnya, HP Kania
berdering. Kania yang ternyata belum terlelap, segera meraihnya. Awalnya ia berbicara dengan berbisik. Lalu ia keluar dari kamar. Aku meneruskan tidurku (hlm.91-92).
(108) Ternyata Kania berada disana. ‘Berdua’ ia mojok di udut dapur dengan
seseorang di seberang. Aku tak berkomentar,...(hlm.92). (109) Aku membayangkan hal-hal buruk terjadi pada Kania. Aku
menemukannya tertidur di meja dapur. Di tangannya terdapat sebotol obat-obatan (hlm.105).
Latar tempat novel ini juga terjadi di warnet, saat Melodi mencari
informasi tentang aborsi. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(110) Malam itu aku pulang dari warnet sangat larut. Aku merasa tubuhku sangat lelah. Aku ingin segera menenggelamkan tubuhku dalam selimut dan bantal yang empuk (hlm.104-105).
Latar tempat terjadi di Yayasan. Saat Lenvin di kirim ke Yayasan untuk
dirawat.. Latar tempat juga terjadi di kuburan, saat ibu Lenvin dikuburkan. Hal ini
dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(111) Tuhan mengirim orang-orang untuk mengurus hidupku. Ibu dikuburkan. Aku dikirim ke yayasan (hlm.158).
47
2.2.2 Latar Waktu
Latar waktu dalam novel ini adalah akhir September tahun 2004. Hal
tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(112) Jakarta, akhir September 2004
Pria tampan di hadapanku berdiri kaku menatapku dengan tatapan tegang. Ia menahan napasnya...(hlm.11).
Latar waktu terjadi pada bulan Oktober tahun 2004 dan Juni tahun 2005.
Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(113) Mojotengah, Oktober 2004
Kepulanganku disambut dengan penuh kebahagiaan oleh ayah dan ibu (hlm.19).
(114) Surabaya, Juni 2005 Aku belum pernah bertemu orang setampan pria di hadapanku ini. Aku mengakui...(hlm. 58).
Latar waktu juga terjadi pada bulan Mei tahun 2006, tanggal 13, 14 dan
16. Saat Melodi berkenalan pertama kali dengan Lenvin. Melodi membaca email
dari Lenvin dan bertanya lebih banyak mengenai aborsi serta solusinya. Hal
tersebut dapat ditunjukan dala kutipan berikut ini:
(115) 13 Mei Salam persahabatan , Genta! Aku telah menerima emailmu (hlm.102).
(116) 13 Mei Lenvin, pada usia berapa sesungguhnya janin memiliki nyawa? (hlm.103).
(117) 14 Mei Tolong, Lenvin! Bagaimana aku harus meyakinkan sahabatku untuk tidak melakukan aborsi?Aku tetap survive mempertahankan bahwa ia tidak boleh melakukan aborsi (hlm.104).
48
(118) 16 Mei Tuhan tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan kita untuk mengatasinya. Ingat: aborsi bukanlah JALAN KELUAR! Aborsi hanya akan membuat masalahnya semakin besar (hlm.104).
Latar waktu terjadi pada bulan Mei tahun 2006, tanggal 20 dan 22. Saat
Lenvin mengirim email kepada Melodi. Lenvin membujuk Melodi untuk
bergabung ke dalam komunitas anti aborsi tetapi Melodi menolaknya. Hal tersebut
dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(119) 20 Mei Mereka ingin mengenalmu lebih dekat. Atau lebih tepatnya, mengajakmu bergabung dengan kami. Semangatmu kami butuhkan disini untuk mengajak sahabat-sahabat yang lain untuk menentang praktek aborsi ilegal. Bagaimana, tertarik? (hlm.121).
(120) 22 Mei Lenvin, Sahabatku Terus terang aku tertarik dengan tawaran teman-teman disana. Tapi aku tak cukup percaya diri untuk menjadi salah satu pemberi solusi atau sekedar pemberi semangat dalam komunitas resmi kalian (hlm.121).
Latar waktu terjadi pada bulan Agustus tahun 2006, tanggal 25 dan 31.
Kemudian latar waktu terjadi pada bulan Sepember tanggal 8 dan 9. Saat Melodi
mengirim email kepada Lenvin untuk bertemu dan memberitahukan hari ulang
tahun serta dirinya dimasa lalu. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan
berikut ini:
(121) 25 Agustus Dear Lenvin Kau belum membalas emailku. Kau juga belum menjawab pertanyaanku. Aku ingin bertemu denganmu. Ada yang harus aku bicarakan denganmu (hlm.137).
(122) 31 Agustus Lenvin, Sahabatku. Kau marah padaku karena aku mengharap pertemuan? Ataukah terlalu banyak kesibukanmu sehingga tak sempat membuka dan membalas emailku? (hlm.137).
49
(123) 8 September Dear Lenvin. Besok adalah hari ulang tahunku. Ada seseorang hendak melamarku. Dia pria yang sangat baik (hlm.137).
(124) 9 September Lenvin yang baik, Pernahkah aku cerita mangapa aku menolak bergabung dalam forum kalian! Aku tak cukup percaya diri. Aku seorang pendosa. Inilah rahasia hidup yang kupendam dalam diam. Hanya padamu aku rela membukanya kembali. Lenvin, aku pernah mengugurkan bayiku...(hlm.139).
Latar waktu terjadi pada bulan Juni tahun 2007 tanggal 9 dan Desember
tanggal 1. Saat Lenvin mengirim email kepada Melodi memberitahukan mengapa
ia menolak bertemu sebelum Melodi menikah dan mereka pun sepakat untuk
bertemu disebuah cafe. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini :
(125) 09 Juni Karena biasanya orang yang akan menikah selalu mengalami masa-masa kebimbangan... Kalau memang dia pria yang baik dalam hidupmu dan benar-benar mencintaimu, terima dia sebagai pasanganmu. Setelah itu aku akan menemuimu. Jadi aku bisa menjaga sikap pada seseorang yang berstatus sebagai istri orang (hlm.140).
(126) Saat ini aku berdiri di front desk sunview Cafe di jantung kota Jakarta. Menebar pandang ke seluruh sudut mencari sosok manusia dengan kriteria yang telah disepakati. 01 Desember Temui aku di sunview Cafe. 10 Dec, 01.00 Lunch time. Dress-code warna biru. No reservation (hlm.144).
Latar waktu terjadi pada pagi hari saat tokoh Melodi memeriksakan
kandungannya di klinik dan pada pukul dua dini hari saat tokoh Firdaus datang
menemui Kania. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(127) Pagi itu klinik dokter Sanusi sepi. Masih sangat sepi. Hanya ada dua orang perawat yang menyiapkan alat-alat medis dan seorang pesuruh yang membersihkan lantai...(hlm.31).
50
(128) Beberapa jam kemudian laki-laki tampan penuh pesona itu sudah tiba di depan paviliun Kania. Jam menunjukan pukul dua dini hari. Aku membukakan pintu untuknya (hlm.110).
Latar waktu terjadi pada siang hari pukul 11.25 saaat Kania mengajak
Melodi untuk makan siang dan Minggu siang saat Kania dan Melodi pergi ke cafe
untuk makan siang. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(129) “PAGI, Nona Manis? Ini sudah jam sebelas lebih. Aku mau mengajakmu
makan siang. Ada apa denganmu? Kamu sakit?” Aku terperanjat. Spontan melihat jam dinding yang menunjukan angka 11.25 (hlm.79-80).
(130) Ada kejadian siang ini. Hari minggu ini tidak seperti biasa. Suhu udara panas luar biasa. Aku mengajak Kania untuk makan siang diluar (hlm.69).
Latar waktu juga terjadi pada malam hari. Saat Melodi mendengar ibunya
menangis karena kecewa dengan Melodi dan saat Melodi pulang dari warnet. Hal
tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(131) Dalam kesunyian malam, telingaku menangkap isak tangis dari kamar sebelah. Ayah dan ibu sedang berdiskusi. Aku tahu mereka sedang membicarakan aku (hlm.23).
(132) Malam itu aku pulang dari warnet sangat larut. Aku merasa tubuhku
sangat lelah (hlm.105).
2.2.3 Latar Sosial
Latar sosial dalam novel ini adalah masyarakat modern. Hal ini dibuktikan
dengan adanya dokter pribadi Ayah, mobil mewah, istilah-istilah asing, dan
perbedaan status sosial, Hal tersebut dapat ditunjukan dalam kutipan berikut ini:
(133) Dokter Sanusi berpraktek di rumah sakit terbesar di Semarang. Tapi demi aku hari ini Dokter Sanusi berada di klinik pribadinya ini (hlm.31).
51
(134) Menu empek-empek dan buble tea menjadi tujuanku. AC mobil kupasang maksimal. Lagu jazz lembut mengiring perjalanan kami menuju Sunday cafe (hlm.69).
(135) Malam itu aku hangout out sendiri. Aku sengaja datang sendirikarena
satu-satunya teman clubbing yang mengasyikan sedang menjalani ‘karantina’. Yah , maksudku Kania. Tentu saja Kania yang sedang dalam kondisi hamil besartidak mungkin ikut aku nongkrong di cafe menjadi perokok pasif, right (hlm.123).
(136) Saat itu ayah Denis Deo menjadi orang terkaya di desaku......
Tapi kekayaan ayah tidak dapat ditandingkan dengan kekayaan keluarga Denis Deo yang sangat berlimpah. Tapi bagaimanapun, ayah lebih terpandang terbukti ketika pemilihan kepala desa, ayahlah yang terpilih (hlm.49).
Latar sosial masyarakat modern juga ditunjukan dengan gaya hidup yang
modern. Gaya hidup yang modern itu misalnya selalu hidup sehat, pergi ketempat-
tempat hiburan, suka musik yang berkelas. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam
kutipan berikut ini:
(137) Pertemanan kami betul-betul bersih. Kami doyan olahraga. Kami berdua cinta hidup sehat. Setiap Selasa dan Jumat berenang. Rabu senam aerobic (hlm.65).
(138) Setiap week end aku dan Kania hang out mencoba tempat-tempat
clubbing baru. Sekedar menikmati live music. Tanpa rokok tanpa alkhohol (hlm.65).
(139) Shoot the Moon-Norah Jones mengalun lembut. Suara Kania yang jernih
terdengar senandung ringan (hlm.70).
Latar sosial modern juga ditunjukan dengan adanya fasilitas yang mewah
seperti paviliun, mesin cuci, menggunakan alat komunikasi dan teknologi. Hal
tersebut ditunjukan dalam kutipan berikut:
(140) Aku tinggal di sebuah rumah kontrakan berbentuk paviliun yang terdiri dari rumah-rumah kecil. Maksudku, semacam kamar tapi memiliki fasilitas yang lengkap. Ada kamar dalam, ruang tamu, ruang tengah dan dapur (hlm.65).
52
(141) “FIRDAUS, LEPASKAN SAJA KAOSMU LALU CUCI DAN KERINGKAN DI MESIN CUCI. KAMU SEMENTARA PAKAI KAOSKU,” kataku setengah berteriak di luar pintu kamar mandi (hlm.77).
(142) Ponsel mungilku bergetar, tanpa nada. Nomor Genta (hlm.152). (143) Siang itu aku browsing web-site tentang aborsi (hlm.96). (144) Aku menyelusuri situs tentang aborsi (hlm.97).
Setelah menganalisis latar, penulis dapat menyimpulkan bahwa latar dalam
novel Aborsi meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat
dibagi menjadi tiga tempat yaitu di Jakarta, Mojotengah, dan Surabaya. Latar
tempat yang berkaitan dengan aborsi yaitu di Jakarta, dimana Jakarta merupakan
ibu kota dan tempat pergaulan yang bebas. Seperti di Perusahaan Bonafit, tempat
Melodi bekerja. Tokoh Melodi menjalin hubungan dengan Farid hingga Melodi
hamil di luar nikah, yang mengakibatkan aborsi. Mojotengah, merupakan desa
yang masih kental dengan adat dan norma-norma masyarakat. Melodi telah
melanggar norma masyarakat, yaitu hamil di luar nikah, agar tidak dicemooh oleh
masyarakat Ayah menyuruh Melodi untuk mengaborsi kandungannya. Di klinik
Dokter Sanusi, di mana Melodi diaborsi paksa oleh Dokter Sanusi. Surabaya,
hampir sama seperti di Jakarta, merupakan kota besar di mana banyak terdapat
pergaulan bebas. Seperti tokoh Kania yang menjalin hubungan dengan Firdaus
hingga menyebabkan Kania hamil dan Firdaus menyuruhnya untuk aborsi.
Latar waktu, yang berkaitan dengan aborsi yaitu pagi, malam, dan tgl 13
Mei. Latar waktu yang berkaitan dengan aborsi seperti waktu pagi hari di klinik
Dokter Sanusi masih terlihat sepi dan Dokter mengaborsi kandungan Melodi.
Malam, saat Melodi di warnet mencari informasi tentang aborsi serta saat Ayah
53
dan Ibu mencari solusi untuk kandungan Melodi. Tanggal 13 Mei, Melodi
berkenalan dengan Lenvin lewat internet. Melalui Lenvin, Melodi dapat
mengetahui lebih banyak informasi tentang aborsi. Latar sosial, masyarakat
modern terdapat mobil pribadi, internet, klinik pribadi. Terlihat pada Dokter
Sanusi yang memiliki klinik pribadi, klinik tempat Melodi diaborsi.
Berdasarkan hasil analisis di dalam Bab II ini, diketahui bahwa cerita
dalam novel Aborsi, disajikan Idayu Kristanti dalam satu penceritaan yang
berkaitan dengan aborsi dimana penceritaan tersebut terfokus pada semua tokoh.
Setiap tokoh memiliki peran masing-masing, terdapat tokoh protagonis, tokoh
antagonis, dan tokoh tambahan.
Penulis dalam kajiannya terhadap novel Aborsi karya Idayu Kristanti
memfokuskan permasalahan pada pandangan-padangan tokoh terhadap aborsi.
Dalam novel Aborsi terdapat banyak tokoh dan peneliti memaparkan semua tokoh
tetapi hanya tokoh-tokoh yang berkaitan dengan aborsi yang akan dianalisis dalam
bab berikutnya.
Di samping menyajikan tokoh dan penokohan yang lengkap, Idayu
Kristanti juga membuat latar cerita yang detail, mulai dari latar tempat dan waktu
sampai penggambaran latar sosial tokoh-tokohnya. Latar-latar inilah yang
merupakan media di mana tokoh-tokoh dapat tergambarkan dengan lengkap.
Penggambaran latar tempat dan waktu yang sangat detail tersebut sengaja
dibuat untuk mempermudah para pembaca memahami cerita dalam novel Aborsi.
Pembaca akan lebih tertarik jika latar tempat dapat digambarkan secara detail
karena proses penceritaan tidak monoton hanya di beberapa tempat saja.
54
Latar tempat dan waktu yang disajikan secara detail membuat pengkisahan
tokoh-tokoh bisa terwujud karena dalam latar tempat dan latar waktu mendukung
proses cerita. Latar tempat berfungsi untuk menjelaskan bagaimana keseharian
para tokoh yang hidup di kota Jakarta, Surabaya, dan Mojotengah. Latar tempat
memberi kenyataan bahwa aborsi erat hubungannya dengan keseharian hidup
manusia, aborsi sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia walaupun hal itu
masih dilakukan secara tertutup. Kenyataan inilah yang membuat latar tempat
menjadi sarana pengungkapan realita tersebut.
Latar waktu dalam kaitannya dengan kajian peneliti dimaksudkan untuk
menggambarkan bagaimana di waktu-waktu tersebut, tokoh-tokoh dalam Aborsi
menjalani kehidupan mereka terutama kehidupan yang berkaitan dengan aborsi.
Sama halnya dengan fungsi latar tempat dan latar waktu, penggambaran
latar sosial berfungsi untuk menjelaskan tentang kehidupan masing-masing tokoh
tersebut. Kehidupan para tokoh yang berkaitan dengan aborsi. Dalam novel
Aborsi terdapat kehidupan manusia yang anti-aborsi dan pro-aborsi dimana
terdapat pelaku dan korban aborsi. Masing-masing tokoh dihadapkan dalam
permasalahan yang sama yaitu aborsi.
55
BAB III
ANALISIS PANDANGAN TOKOH-TOKOH PROTAGONIS DAN
ANTAGONIS TERHADAP ABORSI
DALAM NOVEL ABORSI KARYA IDAYU KRISTANTI
Pada bab ini penulis akan mengemukakan pandangan-pandangan tokoh
protagonis, antagonis, dan tambahan terhadap aborsi pada novel Aborsi karya
Idayu Kristanti. Berdasarkan hasil analisis tokoh, penokohan, dan latar dalam bab
II, diketahui bahwa tokoh-tokoh dalam novel Aborsi memiliki pandangan-
pandangan yang berbeda terhadap aborsi. Dalam bab ini, akan dibahas
pandangan-pandangan tokoh protagonis, antagonis, dan tambahan yang berkaitan
dengan aborsi.
Melodi, Ibu Melodi, Kania Ephipania, Firdaus Malik, Denis Deo dan
Lenvin adalah termasuk tokoh protagonis. Tokoh antagonis yaitu Farid, Ayah
Melodi, dan Dokter Sanusi. Sedangkan, tokoh tambahan yaitu Gadis, Orang Tua
Gadis, John Keith dan Winarsih. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran dan watak
yang berbeda. Perbedaan inilah yang mempengaruhi sikap mereka dalam
memandang aborsi.
Aborsi sudah terjadi di mana-mana baik di masyarakat kelas bawah
sampai masyarakat kelas atas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi
salah satu faktor terjadinya aborsi. Peralatan medis yang semakin canggih
menjadikan orang tidak takut lagi akan gagalnya aborsi dan bahaya yang akan
terjadi pasca-aborsi. Selain itu banyak terdapat tempat untuk aborsi walaupun
56
tempatnya tersembunyi.. Walaupun ada sebagian perempuan yang melakukan
aborsi tetapi tidak sedikit pula perempuan yang menentang tindakan tersebut.
Kalangan perempuan secara umum juga kurang setuju terhadap aborsi.
Perempuan yang melakukan aborsi biasanya tidak memiliki pengetahuan tentang
aborsi, mereka kurang tahu bahaya-bahaya pasca-aborsi dan kurang mengerti apa
arti aborsi yang sebenarnya.
Ada orang yang membuat kriteria teknik hanya berdasarkan kegunaannya
untuk meningkatkan mutu hidup manusia, terutama menjadikan hidup manusia
menjadi semakin nyaman dan enak. Meskipun hal itu benar, tetapi kualitas hidup
manusia tidak bisa dipakai sebagai ukuran tertinggi untuk mengukur segala
sesuatu. Ukuran macam ini justru akan menjadi ancaman bagi kehidupan itu
sendiri sebab dengan ukuran itu orang akan dengan mudah sampai pada
kesimpulan bahwa hidup yang penuh penyakit, tua renta, atau yang belum
berbentuk (janin) merupakan hidup yang tidak berkualitas dan oleh karena itu
layak untuk dihentikan saja, baik dengan cara aborsi, pembunuhan atau eutanasia
(CB. Kusmaryanto, 2005:132-133).
Tokoh protagonis, antagonis, dan tambahan memiliki watak dan
penokohan yang berbeda dihadapkan dalam permasalahan yang sama, yaitu
berhadapan dengan permasalahan aborsi. Tokoh protagonis Melodi, Ibu Melodi,
Kania Ephipania, Firdaus Malik, dan Lenvin, mereka adalah tokoh-tokoh yang
menolak adanya tindakan aborsi. Tokoh yang menyetujui tindakan aborsi yaitu
Ayah, Farid, dan Dokter Sanusi mereka adalah tokoh antagonis. Sedangkan, tokoh
tambahan yaitu Gadis, Orang Tua Gadis, John Keith dan Winarsih, mereka adalah
57
tokoh yang mendukung tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis,
antagonis, dan tambahan memiliki alasan tersendiri mengapa mereka menyetujui
atau menolak tindakan aborsi, dan di dalam bab inilah analisis pandangan mereka
terhadap aborsi akan dipaparkan.
3.1 Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang sesuai dengan jalan ceritanya. Tokoh
protagonis adalah tokoh yang pandangan-pandangannya sesuai dengan pembaca.
Tokoh protagonis dalam novel Aborsi yang akan dianalisis adalah Melodi, Ibu
Melodi, Lenvin, Kania Ephipania. Pandangan mereka mengenai aborsi akan
dianalisis berikut ini.
3.1.1 Pandangan Tokoh Melodi terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya
Idayu Kristanti
Melodi adalah tokoh yang memiliki karakter tegas dan mandiri. Ia berasal
dari Mojotengah. Ia bekerja di Jakarta sebagai karyawan di salah satu perusahaan
ternama. Di sana Melodi bertemu dengan Farid dan mereka menjalin hubungan
secara diam-diam, sampai pada akhirnya Melodi hamil.
Melodi lahir dari keluarga elit dan orang tua yang selalu mendidik dengan
tegas. Oleh karena itu, Melodi selalu mandiri dan tegas dalam mengatasi masalah-
masalah dalam kehidupannya. Karakter yang dimiliki oleh Melodi ini yang
mempengaruhi pandangannya terhadap aborsi.
58
Melodi berpandangan bahwa aborsi bukanlah jalan satu-satunya untuk
memecahkan suatu masalah. Melodi adalah korban paksa aborsi. Ia kecewa
dengan Farid karena tidak mau bertanggungjawab, tetapi menyuruh Melodi untuk
mengaborsi kandungannya. Melodi menolak dengan tegas tawaran Farid. Sikap
Farid membuat Melodi sedih dan kecewa (145).
Melodi bingung harus bersikap apa karena Farid tidak mau bertanggung
jawab. Melodi memiliki pemikiran yang dewasa, ia tidak memaksa Farid untuk
bertanggungjawab. Melodi memilih membesarkan anaknya sendiri dari pada
disuruh memusnahkan bayinya. Melodi tetap menolak tawaran Farid. Ia berpikir
bahwa aborsi bukanlah jalan yang baik, dengan hati yang sabar dan percaya diri
Melodi tetap melanjutkan kehamilannya tanpa Farid. Ia yakin dapat menjadi ibu
sekaligus ayah bagi anaknya (146).
(145) ”Aborsi bukan jalan satu-satunya, Farid,” sayatku pilu. Kecewa dengan keputusannya yang tanpa pikir panjang. ”Kita...kita memang belum siap dengan kehadirannya. Tapi ia sudah ada disini. Ia hadir disini sebagai wujud nyata cinta kita, Farid. Aku ingin kau juga menginginkannya.” Farid diam. Merunduk. Tatapannya kosong. Beku. ”Kalau kau tidak menginginkannya...,” kataku parau. ”Aku akan membesarkannya sendiri,” tegarku (hlm.13).
(146) ”Baiklah. aku tidak memaksamu menikahiku, Farid. Kalau memang kau
tidak bisa, aku akan membesarkannya seorang diri. Tapi jangan paksa aku memusnahkannya. Aku tetap akan menjaga dia yang tumbuh di dalam sini.”
”Tidak mungkin, Mel. Dia butuh ayah.”
”Aku bisa menjadi ibu sekaligus ayah baginya, ”lirihku berusaha tegar (hlm.16).
Melodi memiliki pandangan bahwa aborsi sama dengan pembunuhan.
Melodi tidak ingin membunuh anaknya sendiri. Melodi sangat terluka karena
sikap Farid. Melodi berusaha memberitahu Farid bahwa aborsi sama dengan
59
pembunuhan. Aborsi akan membunuh anaknya sendiri yang masih berupa janin.
Walaupun Farid memaksa Melodi untuk mengaborsi kandungannya, Melodi tetap
menyadarkan Farid. Melodi menyadarkan Farid dengan sedikit panik, berharap
pada agar Farid mau menerima kehamilannya (147-148).
(147) ”Kamu mau menjadi pembunuh, Farid?” erangku luka. ”Pembunuh anakmu sendiri? Anak yang kini ada dalam rahimku?”
(148) ”Aku tidak akan menggugurkan bayi ini. Aku tidak mau membunuh
anakku sendiri. INI ANAK KITA, FARID!ANAK KITA!” kataku setengah berteriak panik mendapati harapan yang mulai berada di sisi kenyataan lalu kembali rapuh terperosok dalam keputusasaan (hlm.14).
Melodi mencoba mencari kedamaian, ia pulang ke rumah untuk bertemu
dengan kedua orang tuanya berharap orang tuanya mau menerima kehamilannya.
Namun, apa yang diharapkan Melodi salah, orang tuanya kecewa terutama Ayah.
Ayah sangat marah dan tanpa pikir panjang ia menyuruh Melodi untuk segera
mengaborsi kandungannya. Melodi sangat sedih karena selain Farid, Ayah juga
mengharapkan kandungannya untuk diaborsi. Melodi tetap bersikeras untuk
menyelamatkan anaknya dari usaha pembunuhan. Melodi memohon sampai
menangis pada ayahnya agar Ayah mau mengubah keputusannya. Ia rela
melakukan apa saja asalkan tidak mengugurkan kandungannya. Melodi tidak
ingin menggugurkan kandungannya karena menggugurkan kandungan berarti
membunuh anaknya sendiri (149-151).
(149) Kepulanganku disambut dengan penuh kebahagiaan oleh ayah dan ibu...Namun kebahagiaan dan nostalgia di kampung kelahiranku ini tidak terlalu lama bisa aku nikmati...Ayah yang mulai curiga ada yang tidak beres dengan tubuhku (19-20).
(150) ...yang utama aku harus menyelamatkan anakku dari usaha pembunuhan
yang hendak dilakukan oleh ayah dan eyangnya (hlm.26).
60
(151) Kali ini aku menangis. Aku mengiba. Aku meratap. Apapun akan kulakukan asal tidak membunuhnya. Aku tidak mau membunuhnya!!! Berharap ayah mengubah keputusannya (hlm.23).
Demi hidup sebuah nyawa, Melodi rela meninggalkan kekasihnya dan
pekerjaanya. Melodi berpendapat bahwa untuk menolak aborsi membutuhkan
suatu pengorbanan. Melodi kecewa dengan keputusan Farid yang tanpa pikir
panjang menyuruhnya untuk aborsi. Pendapat Melodi dan Farid sudah berbeda,
diantara mereka sudah tidak ada lagi kesamaan. Hati Melodi sudah rapuh dan
sedih karena sikap Farid. Melodi tidak ingin bertengkar terus karena pendapatnya
sudah berbeda. Ia memilih pergi melanjutkan hidupnya. Dengan hati yang berat
Melodi rela meninggalkan kekasih yang sangat dicintainya demi menyelamatkan
kandungannya. Melodi bekerja satu perusahaan bersama Farid, dari pada Melodi
sakit hati bertemu dengan Farid maka ia mengundurkan diri dari perusahaan.
Melodi senang dapat bekerja di Bonafit, tapi demi melanjutkan kehamilannya ia
rela mengorbankan pekerjaannya. Melodi rela meninggalkan kekasihnya, memilih
membesarkan anaknya sendiri, dan mengundurkan diri dari pekerjaanya. Semua
itu Melodi lakukan untuk menolak aborsi, ia ingin menyelamatkan bayinya dari
tindak aborsi. (152-53).
(152) ”Farid, kupikir hubungan kita berakhir disini saja. Kamu sudah mengambil keputusan, begitu juga aku. Dan keputusan kita berseberangan. Aku akan membesarkannya seorang diri. Kau dapat melanjutkan hidupmu dan aku dengan hidupku. Jadi, tolong jangan pernah hubungi aku lagi,” aku bangkit berdiri dengan segala kekuatan yang berhasil kuhimpun diatas kerapuhan hatiku (hlm.16-17).
(153) Itulah terakhir kalinya aku bertemu dengan Farid karena setelah
pertemuan terakhir itu aku mengundurkan diri dari pekerjaan yang sudah kutekuni selama kurang lebih satu tahun ini (hlm.17).
61
Melodi merupakan tokoh yang percaya diri dan berani menghadapi segala
sesuatu. Karakter inilah yang mempengaruhi Melodi untuk tetap berani menolak
aborsi. Menurut Melodi, menolak aborsi tidak hanya membutuhkan pengorbanan
tetapi juga membutuhkan suatu keberanian.
Setelah meninggalkan kota Jakarta yang semakin sumpek, Melodi memilih
pulang kerumahnya di Mojotengah. Setelah Ayah mengetahui kehamilan Melodi,
Ayah menyuruh Melodi untuk segera mengaborsi kandungannya. Walaupun Ayah
memaksa untuk mengaborsi kandungannya, Melodi tetap berani menolaknya.
Melodi berani meninggalkan rumah dan menjalani hidup sendiri. Ia yakin dapat
menjalani hidup sendiri dengan sedikit keterampilan dan pengalaman bekerja
(154-155). Melodi berani mengakui bahwa ia telah salah langkah, dan ia berani
menanggung semua resikonya. Melodi berani meninggalkan rumah karena tidak
ingin Ayah mengaborsi kandungannya dan keluarganya ikut menanggung malu
perbuatan Melodi (156).
(154) Aku kembali ke rumah Rumah di desa kecil bernama Mojotengah yang sejuk dengan hawa dingin dan udara yang masih bersih. Sangat bersih. Udara yang tidak bisa aku dapatkan di Jakarta ini yang sudah sumpek dengan asap, keringat dan jiwa-jiwa yang kotor (hlm.18).
(155) ”Pergi menjalani pilihan hidupku, Ayah. Aku sedikit punya tabungan aku
punya keterampilan dan pengalaman bekerja. Itulah satu-satunya modal untuk menggenapi pilihan hidup yang akan aku jalani bila Ayah berkeras untuk membunuh janin yang tumbuh dalam rahimku (hlm.25).
(156) ”Aku tidak malu dengan kehamilan ini. Oke. Memang aku telah salah
langkah. Aku melanggar aturan norma masyarakat. Aku belum menikah. Aku hamil. Tapi aku siap dengan segala resikonya! Bahkan kalau aku harus menanggung malu, aku akan jalani! Kalau ayah dan ibu malu dengan keadaanku, aku akan pergi jauh untuk menghindarkan cemoohan orang terhadap ayah dan ibu...(hlm.27).
62
Melodi memandang aborsi sebagai suatu tindakan yang merampas hak
seorang ibu. Melodi tetap bersikeras mempertahankan kandungannya. Ia tidak
mau orang lain merenggut bayinya. Bayi yang dikandungnya merupakan sebuah
permata yang sangat berarti. Melodi sangat kecewa dengan sikap Ayah yang
dengan mudah memutuskan untuk mengaborsi kandungannya. Melodi merasa
bahwa Ayah tidak berhak memutuskan apa yang terjadi pada kandungannya.
Setelah mengetahui kandungannya telah diaborsi, Melodi menangis dan
menyalahkan Ayah. Melodi sedih kehilangan bayinya. Ayah telah merenggut hak
Melodi, hak seorang ibu. Bagi Melodi mempertahankan kandungannya
merupakan hak seorang ibu, jadi tidak ada orang lain yang berhak atas
kandungannya kecuali Melodi sendiri (157-158).
(157) Aku akan tetap memperjuangkan anakku. Dia adalah permataku dan hak seorang ibu untuk mempertahankan harta miliknya (hlm.30).
(158) AYAH TIDAK BERHAK MEMUTUSKAN APA YANG TERJADI
PADA TUBUHKU! AKU MENGINGINKAN BAYI ITU, AYAH!” aku menangis histeris. Menyalahkan ayah. Menyalahkan dunia. Menyalahkan kepergian Demetrius. Aku merasa ayah telah merenggut hakku yang paling hakiki. Hak seorang calon ibu mempertahankan hidup seorang bayi dalam kandungan! (hlm.38-39).
Melodi memandang aborsi sebagai tindakan yang telah merampas
cintanya. Mempertahankan bayinya berarti segala-galanya bagi Melodi. Bayi yang
di kandung Melodi merupakan cintanya. Melodi sangat mencintai kekasihnya
walaupun Farid tidak mau bertanggung jawab ia tetap mencintainya. Melodi
menolak aborsi karena ia tidak ingin kehilangan bayinya, tanda cintanya dengan
Farid. Mempertahankan bayinya adalah mempertahankan cintanya kepada Farid.
63
Melodi meninggalkan Farid dan meninggalkan semua kenangan yang
berhubungan dengannya. Namun, Melodi tidak mau memusnahkan bayinya (159).
(159) Yang pasti, yang aku ingin semua tahu : mempertahankan bayiku ini berarti segalanya! Juga berarti mempertahankan cintaku pada Farid. Kalau ia tidak ada, aku akan kehilangan segala-galanya. Cintaku. Faridku. Hidupku. Masa lalu yang terbungkus rapi. Masa lalu yang terbungkus rapi (hlm.34).
Setelah kehilangan bayinya karena dibohongi oleh Ayah, Melodi
mengalami depresi. Ia ingin pergi meninggalkan rumah untuk melupakan masa
lalunya. Ia ingin pergi dari rumah untuk mengobati luka hatinya. Melodi bertemu
dengan sahabat yang bingung dengan kandungannya karena disuruh aborsi.
Melodi teringat dengan masa lalunya, dan ingin menebus kesalahnya dengan
menyelamatkan bayi sahabatnya. Ia pun rajin mencari informasi dan solusi
tentang kegiatan aborsi dan pencegahannya. Kadang Melodi bingung dengan apa
yang harus dilakukannya. Melodi kurang yakin dapat mencegah sahabatnya, tetapi
dengan bantuan Lenvin lewat email, Melodi menjadi yakin dapat
mempertahankan bayi sahabatnya (160-162).
(160) SESAMPAI di rumah , tekadku semakin bulat. Keluar dari rumah adalah satu-satunya jalan untuk mengobati luka batinku (hlm ).
(161) Aku sadar, aku harus menyelamatkan sahabatku. Sekarang atau
terlambat. Dan setidaknya satu nyawa lagi melayang. Aku semakin rajin mencari informasi dan solusi tentang kegiatan aborsi dan pencegahannya (hlm.97).
(162) Tolong, Lenvin!
Bagaimana aku harus meyakinkan sahabatku untuk tidak melakukan aborsi? Aku tetap survive mempertahankan bahwa ia tidak boleh melakukan aborsi (hlm.104).
Melodi tetap berusaha menasihati Kania agar tidak mengaborsi
kandungannya. Selain menasihati Kania, ia juga menasihati Firdaus. Melodi
64
memberitahu tentang bahaya-bahaya yang akan terjadi pasca-aborsi, dengan
harapan Firdaus sadar dan mau bertanggung jawab. Melodi menasihati Firdaus
dengan semangat dan penuh keyakinan. Semua informasi tentang aborsi yang ia
dapat dari internet telah ia sampaikan, dengan harapan Firdaus mengerti bahwa
aborsi bukanlah jalan keluar yang baik. Melodi tetap berusaha mencegah agar
Kania tidak mau melakukan aborsi, Melodi berpikir bahwa aborsi hanya akan
membahayakan keselamatan Kania sendiri. Akhirnya, Melodi berhasil mencegah
Kania dan Firdaus melakukan aborsi. mereka pun menikah dan hidup bahagia
(163-164).
(163) ”Aku juga takut, Firdaus. Aku takut bila Kania melakukan aborsi, dia
mengalami salah satu dari akibat itu. Ia sangat mencintaimu, Firdaus. dan kau tega membiarkannya mengalami resiko yang mungkin muncul pacsa aborsi?” (hlm.118-119).
(164) Seiring terselesaikannya masalah Firdaus dan Kania, hubunganku dengan
Lenvin makin akrab. Kukabarkan padanya lewat email, Firdaus akan segera menikahi Kania (120).
Setelah melihat beberapa sikap-sikap yang dilakukan Melodi dalam
menyikapi tindakan aborsi, dapat disimpulkan bahwa Melodi menolak aborsi
dengan alasan apapun. Akan tetapi, karena dibohongi dan di jebak oleh ayahnya,
Melodi pun melakukan aborsi. Melodi adalah korban paksa aborsi oleh Ayahnya
sendiri. Pada ahkirnya Melodi kecewa dan sedih karena tidak bisa menyelamatkan
bayinya.
Aborsi yang dialami Melodi membuat dirinya sedih dan terluka. Menurut
Melodi aborsi bukanlah jalan satu-satunya untuk memecahkan suatu masalah.
Aborsi hanya akan membuat masalah semakin besar. Perasaannya terluka saat
mengetahui Farid tidak mau bertanggungjawab tetapi menyuruh Melodi untuk
65
mengaborsi kandungannya. Melodi memilih jalan lain dengan cara membesarkan
anaknya sendiri dari pada memusnahkannya (145).
Aborsi dipandang Melodi sebagai tindakan pembunuhan. Pembunuhan
terhadap sebuah janin/bayi yang tidak berdosa. Melodi tetap berupaya agar dapat
menyelamatkan bayinya. Melodi menyadarkan Farid, memberitahukan bahwa
melakukan aborsi sama dengan menjadi seorang pembunuh. Farid akan
membunuh anak yang merupakan darah dagingnya sendiri (147-148).
Melodi menolak aborsi dengan pengorbanan. Ia rela berkorban
meninggalkan kekasihnya dan mengorbankan pekerjaanya. Semua itu ia lakukan
demi mempertahankan kandungannya (152-153).
Selain membutuhkan pengorbanan, untuk menolak aborsi juga
membutuhkan keberanian. Melodi berani menolak tawaran Farid dan Ayah untuk
mengaborsi kandungannya. Melodi juga berani menanggung semua resiko yang
akan terjadi pada dirinya (155-156).
Melodi memandang aborsi sebagai suatu tindakan yang merampas hak
seorang ibu yang paling hakiki. Tidak ada orang lain yang dapat memutuskan apa
yang akan terjadi terhadap kandungan Melodi. Meskipun Ayah dan Farid adalah
orang yang paling dekat, mereka tidak berhak atas kandungan Melodi (157-158).
Melodi juga memiliki pandangan bahwa melakukan aborsi sama halnya
dengan merampas cintanya. Bayi yang di kandung Melodi merupakan bukti
cintanya kepada Farid. Kehilangan bayinya, maka Melodi juga akan kehilangan
cintanya. Melodi akan kehilangan segala-galanya (159).
66
Aborsi bagi Melodi merupakan tindakan yang harus dicegah. Aborsi dapat
membahayakan nyawa si ibu dan janin, oleh karena itu aborsi harus dicegah. Ia
merasa bersalah karena tidak dapat menjaga kandungannya hingga ia kehilangan
bayi yang sangat dicintainya. Melodi pun ingin menebus kesalahannya dengan
mencegah sahabatnya yang akan mengaborsi kandungannya. Melodi berusaha
sebisa mungkin untuk menyelamatkan bayi Kania. Melodi tetap optimis
mempertahankan kandungan Kania, dengan bantuan Lenvin, akhirnya Melodi
berhasil mencegahnya. Firdaus mau bertanggung jawab menikahi Kania dan
mereka hidup bahagia (161-162).
3.1.2 Pandangan Tokoh Ibu Melodi terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi
Karya Idayu Kristanti
Tokoh Ibu juga merupakan tokoh protagonis. Ibu tidak setuju dengan
tindakan aborsi. Ibu memiliki hati yang lembut dan sayang terhadap anaknya yaitu
Melodi. Ibu tidak ingin melihat Melodi sedih dan terluka. Karakter yang dimiliki
oleh Ibu ini yang mempengaruhi pandangan tentang aborsi.
Ibu tidak tahu kalau suaminya mengaborsi kandungan Melodi. Ibu kecewa
terhadap sikap Ayah yang egois, mengaborsi kandungan Melodi secara diam-
diam. Ibu selalu mencemaskan kondisi kesehatan Melodi. Ibu bingung, dan hanya
bisa menangis melihat kondisi Melodi. Ibu selalu marah pada Ayah karena Ayah
tidak pernah peduli terhadap Melodi. Tetapi, Ayah sibuk mencari lelaki yang
menodai putri tunggalnya (165-167).
(165) Ayah sudah membuat persetujuan tanpa ibu dan aku tahu, Dokter Sanusi akan mengakhiri kehamilanku (hlm.47).
67
(166) ”Kau sudah siuman, anakku? Syukurlah, Puji Tuhan, ibu memelukku dengan air mata yang seperti tiada habisnya (hlm.36).
(167) Ibu tiada hari tanpa meributkan kelakuan ayah yang menyelidik siapa
pelaku ’pemerkosaan’ atau apapun namanya yang mengakibatkan kehamilanku. Ibu marah karena bukannya ayah mencemaskan kesehatanku tetapi sibuk mencari laki-laki yang menodai putri tunggalnya (hlm.42).
Ibu memandang bahwa aborsi bukanlah jalan satu-satunya karena masih
ada jalan lain yaitu dengan mengadopsikan si bayi setelah ia lahir. Menawarkan
bayinya kepada orang lain yang mau mengadopsinya Ibu sangat sayang terhadap
Melodi, oleh karena itu ia mencoba solusi lain. Ibu tetap ingin melindungi
kandungan Melodi dengan menawarkan pendapatnya. Setelah Ibu membujuk
Ayah, akhirnya Ayah setuju dengan solusi yang ditawarkan yaitu setuju untuk
mempertahankan kehamilan Melodi. Setelah bayinya lahir, akan mencari ibu asuh
yang mau mengadopsi bayinya, dengan begitu si bayi dapat terselamatkan.(168-
169).
(168) Aku memasang telinga lekat-lekat. Ayah tetap pada keputusan semula. Ibu menawar dan menimbang-nimbang untuk tetap mempertahankan kehamilanku dengan pertimbangan akan ada yang mengadopsi anakku setelah ia lahir (hlm.24).
(169) Kita akan sama-sama menjaganya sampai lahir. kemudian kita akan
mencari ibu asuh yang mau mengadopsinya. lalu kau bisa melanjutkan hidupmu. Menemukan seorang laki-laki yang mencintaimu dengan tulus,” ibu tetap pada solusi yang menurutnya terbaik (hlm.29).
Ibu juga memandang bahwa aborsi bukanlah jalan satu-satunya karena ada
jalan lain yaitu dengan cara menikah dengan orang lain. Ibu memberikan solusi
kepada Melodi untuk menikah dengan orang yang ia cintai dari pada disuruh
aborsi oleh Ayah. Semua itu Ibu lakukan demi keselamatan si bayi dan Melodi.
Tetapi Melodi menolak tawaran ibu karena Melodi tidak malu dengan
68
kehamilannya dan ia ingin membesarkan anaknya sendiri. Ibu tidak marah dengan
pilihan Melodi karena ibu sangat sayang terhadap Melodi (170).
(170) ”Atau kamu mau menerima usul lain, hmm...kamu menikah dengan seseorang?” sahut Ibu lagi Menikah... dengan... seseorang... yang... tidak... aku... kenal... demi... menghindarkan... rasa... malu... TIDAK AKAN TERJADI !!! (hlm.27).
Aborsi dipandang Ibu sebagai tindakan yang dapat membahayakan si janin
dan si Ibu. Ibu tidak ingin kandungan Melodi diaborsi karena dapat
membahayakan kesehatan Melodi. Ibu sangat sayang terhadap Melodi, dan ia
tidak ingin Melodi mengalami bahaya-bahaya yang akan terjadi pasca-aborsi
(171).
(171) Ibu mencemaskan kesehatan dan keselamatanku pasca aborsi. terimakasih, ibu. Air mata yang sudah mengering di pipiku mulai mengalir dan membasahi lagi (hlm. 24).
Setelah melihat beberapa sikap-sikap yang dilakukan Ibu dalam menyikapi
aborsi, dapat disimpulkan bahwa Ibu menolak tindakan aborsi. Ibu berusaha
mencegah aborsi akan tetapi ia gagal karena Ayah telah membohonginya.
Aborsi dipandang Ibu bukan sebagai jalan satu-satunya karena ada jalan
lain yaitu mengadopsikan si bayi setelah ia lahir. Ibu tetap mempertahankan
pendapatnya kepada Ayah agar mau menerima pendapatnya. Semua itu Ibu
lakukan demi kebahagiaan Melodi (168-169).
Ibu menganggap aborsi bukanlah sebagai jalan satu-satunya karena dapat
juga dengan cara menikah dengan orang lain yang mencintainya. Ibu tetap
berusaha mempertahankan pendapatnya agar kandungan Melodi dapat
diselamatkan (170).
69
Ibu juga memandang aborsi sebagai tindakan yang dapat membahayakan.
Aborsi dapat membahayakan keselamatan si janin dan si ibu itu sendiri. Dengan
membantu Melodi dalam menolak aborsi, Ibu menghindarkan Melodi dari bahaya
(171).
3.1.3 Pandangan Tokoh Kania Ephipania terhadap Aborsi dalam Novel
Aborsi Karya Idayu Kristanti
Kania Ephipania adalah gadis keturunan Sunda. Dia adalah sahabat dan
teman kerja Melodi di perusahaan Pinasthika. Kania hamil di luar nikah dengan
Firdaus kekasihnya. Kania bingung karena Firdaus tidak mau bertanggung jawab.
Hampir saja ia melakukan aborsi karena bingung dan sakit hati. Firdaus menyuruh
agar kandungannya di aborsi. Tapi karena bantuan Melodi, ia tidak melakukan
aborsi.
Kania memiliki karakter periang dan selalu ceria. Tapi setelah ia hamil di
luar nikah dan disuruh aborsi, ia menjadi pemurung. Kania menjadi stres dan
hampir bunuh diri, tetapi dengan bantuan Melodi, ia dapat meneruskan
kehamilannya.
Setelah menjalin hubungan lama dengan Firdaus, akhirnya Kania hamil.
Kania sedih karena Firdaus tidak mau bertanggungjawab tetapi menyuruhnya
aborsi. Selain kecewa, hati Kania juga pilu mendengar ucapan Firdaus. Kania
bingung menghadapi masalahnya (172)
(172) Kania kembali menangis. Aku memeluknya. ”Ia ingin aborsi, ”katanya pilu.
70
Tawaran aborsi menjadikan Kania semakin sedih dan murung, tidak ada
lagi wajah cantiknya. Aborsi membuat Kania mengalami konflik dengan dirinya.
Firdaus membuat Kania mengalami konflik batin, ia mencoba bunuh diri tetapi ia
takut bunuh diri. Kania takut dirinya berdosa (173-174).
(173) Kania, Kania...Wajahnya basah oleh air mata. Tidak ada lagi wajah cantiknya yang selalu ceria. Kini diganti dengan wajah tirus tak terurus (hlm. 109).
(174) ”Baru kali ini, Mel. Aku takut, Mel!”
”Sebenarnya apa yang kamu takutkan, Nia?” ”MEL, KAMU BISA SEDIKIT EMPHATY TIDAK SIH? TENTU SAJA AKU TAKUT DENGAN KEADAANKU INI. AKU TAKUT BUNUH DIRI. AKU TAKUT DOSA. AKU MEMANG BERDOSA. AKU BENCI DIRIKU. AKU TAKUT...AKU TAKUT, MEL...!!! Kania kembali menangis tersedu (hlm.108).
Kania memandang aborsi adalah tindakan yang berdosa oleh karena itu ia
tidak jadi bunuh diri. Kania mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri,
akibat tawaran aborsi Firdaus. Kania mencoba bunuh diri karena ia bingung.
Kania merasa takut dengan kehamilannya, ia takut berdosa. Kania sangat
membenci dirinya sendiri karena tidak dapat menjaga diri, ia merasa dirinya kotor
oleh karena itu ia mencoba untuk bunuh diri (175).
(175) ” Aku...takut...bunuh diri. Tadi aku sempat berpikir untuk menelan semua obat itu, Mel. Tapi aku takut dosa. Kenyataanya, aku memang orang yang berdosa. Aku perempuan kotor. Aku tidak bisa menjaga diri. Semuanya sudah berakhir.’ (hlm.108).
Dilihat dari sikap-sikap Kania, diketahui bahwa awal mulanya Kania
menginginkan aborsi dengan cara bunuh diri. Kania sadar karena telah di beritahu
oleh Melodi.
71
Kania memandang bahwa aborsi merupakan tindakan yang berdosa. Ia
tahu bahwa ia telah salah langkah dan berdosa. Ia tidak ingin berdosa lagi dengan
mengaborsi kandungannya dengan cara bunuh diri (175).
3.1.4 Pandangan Tokoh Firdaus Malik terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi
Karya Idayu Kristanti
Firdaus adalah seorang pria tampan, mempesona dan berkulit putih. Ia
adalah pimpinan cabang di perusahaan Pinastika. Ia memiliki sifat usil, suka
menggoda wanita. Firdaus adalah kekasih Kania tetapi secara diam-diam ia juga
mencintai Melodi. Firdaus tetap berusaha untuk mendapatkan Melodi. Ia termasuk
pria yang tidak setia. Karakter inilah yang mempengaruhi pandangan Firdaus
terhadap aborsi.
Firdaus sudah tiga tahun menjalin hubungan dengan Kania secara diam-
diam. Firdaus tidak tahu kalau kekasihnya hamil. Bahkan setelah mengetahui
Kania positif hamil, Firdaus dengan mudah menawarkan agar Kania mengaborsi
kandungannya. Firdaus mempunyai kenalan yang dapat melakukannya dengan
baik. Ia berpikir aborsi mudah dilakukan dan tanpa beresiko (176-177).
(176) “Maafkan aku tak pernah jujur padamu, Mel. Aku dan Farid sudah menjalin hubungan sejak tiga tahun yang lalu. Sejak aku masuk kerja. Sejak pertama kali aku melihatnya. Begitu juga katanya, sejak pertama kali melihatku. Farid tidak ingin teman-teman tahu hubungan kami (hlm. 106).
(177) “Aku sudah menawarkan dia solusi,. Aku punya kenalan yang dapat
melakukannya dengan aman, Mel. Tapi dia tidak mau. Bahkan sejak tahu positif hamil Kania tidak mau menemuiku. Ia menutup diri. Ia tidak mau dihubungi. Kupikir ia butuh waktu untuk berpikir jadi yah... kubiarkan saja begitu.” (hlm. 112-113).
72
Firdaus memandang aborsi itu dapat dilakukan jika belum ingin terikat
pernikahan. Firdaus tidak ingin terikat pernikahan karena masih ingin bekerja. Ia
tidak mau meninggalkan pekerjaannya yang sudah mapan, apalagi sebagai kepala
pimpinan. Dengan alasan belum ingin terikat pernikahan, ia menyuruh Kania
untuk menggugurkan kandungannya. Jika Kania mau mengaborsi kandungannya
maka Farid dapat melanjutkan pekerjaanya (178-179).
(178) Aku pernah menanyakan tentang kepastiannya menikahiku. Tapi itu menjadi perdebatan yang panjang. Salah satu dari kami harus keluar dari pekerjaan. Farid tentu tidak mau meninggalkan posisinya yang sudah mapan ( hlm.107).
(179) “ Ia ingin aborsi,” katanya pilu.
Aku merasa ada sesuatu yang menohok jantungku. A-B-O-R-S-I !!! Satu kata lagi ... “Dia belum ingin terikat pernikahan (hlm.95).
Firdaus memandang bahwa aborsi dapat dilakukan jika usia kandungan
belum berusia empat bulan. Kandungan yang belum berusia empat bulan berarti
belum berupa janin, selama masih berupa janin berarti ia belum bernyawa.
Firdaus tetap memberikan alasan agar Kania mau melakukan aborsi (180).
(180) Lagi pula belum ada empat bulan,” kata Kania di sela isaknya.
“ Katanya,... kalau belum berusia empat bula,... ini belum berupa janin. Dia... belum... bernyawa. Farid... ingin aborsi,” kata Kania terpatah-patah karena isak tangis yang ditahannya (hlm.95).
Banyak yang melakukan aborsi membuat Firdaus berpandangan bahwa
aborsi dapat saja dilakukan. Firdaus mengetahui bahwa bukan hanya wanita yang
belum menikah saja yang melakukan aborsi tetapi para istri-istri yang sudah
menikah juga melakukan aborsi. Banyak juga para dokter yang punya ijin untuk
73
melakukan aborsi. Firdaus tetap mengutarakan berbagai pendapatnya agar Kania
mau melakukan aborsi (181-182).
(181) “Tapi banyak yang melakukan aborsi dan baik-baik saja, “ Firdaus masih berkeras dengan pendapatnya (hlm. 115).
(182) “Banyak juga para istri-istri yang melakukan aborsi karena belum
menginginkan kehadiran bayi. Banyak juga dokter yang mau melakukannya. Mereka punya ijin untuk itu.” (hlm.115)
Tetapi setelah mendengar nasehat dan cerita Melodi mengenai aborsi dan
bahaya-bahaya pasca-aborsi, Firdaus agak sedikit takut untuk melakukan aborsi.
Firdaus tidak mau mendengar penjelasan Melodi lagi, karena ia tidak tega
mendengarnya. Firdaus merasa sangat bersalah jika tetap menyuruh Kania aborsi.
Firdaus takut kalau Kania akan mengalami bahaya-bahaya seperti yang Melodi
ceritakan kepadanya. Firdaus sadar dan mengurungkan niatnya untuk mengaborsi
kandungan Kania. Firdaus tahu bahwa aborsi merupakan tindakan yang salah.
Firdaus pun mau bertanggungjawab dan menikahi Kania. Mereka hidup bahagia,
bayi Kania dapat terselamatkan dari aborsi (183-185).
(183) Firdaus terdiam sambil menggenggam erat gelas air mineral yang mtelah mengantikan kopi instant cream-nya. Kuperhatikan air dalam gelas itu berguncang- guncang mengikuti gerakan gemetar jemari Firdaus (hlm. 116-117).
(184) Sudah...sudah, cukup, Melodi! Kamu membuatku takut.”...
Firdaus termangu. Terjeda cukup lama (hlm.118).
(185) ...Firdaus akan segera menikahi Kania,. Firdaus menyampaikan pada Kania tentang solusi yang aku tawarkan (hlm.120).
Setelah melihat sikap-sikap tokoh Firdaus, dapat disimpulkan bahwa pada
mulanya Firdaus menyetujui adanya aborsi. Tapi setelah mendengar cerita dan
74
nasehat Melodi ia mau mengurungkan niatnya untuk mengaborsi kandungan
Kania.
Sebelum mendengarkan penjelasan Melodi tentang aborsi, Firdaus
menyetujui adanya aborsi. Aborsi menurut Firdaus dapat dengan mudah dilakukan
dengan aman. Firdaus menawarkan aborsi pada Kania setelah mengetahui Kania
hamil (177).
Aborsi dipandang oleh Firdaus bahwa aborsi dapat dilakukan jika belum
ingin terikat pernikahan. Firdaus tidak ingin terikat pernikahan karena masih ingin
bekerja. Oleh karena itu ia menyetujui aborsi (178).
Firdaus memandang aborsi dapat dilakukan selama janin itu belum berusia
empat bulan. Sebelum berusia empat bulan berarti belum berupa janin dan
sebelum berupa janin maka ia belum memiliki nyawa dan boleh diaborsi (180).
Firdaus memandang aborsi dapat dilakukan karena banyak yang
melakukannya. Menurtnya aborsi bukan hanya dilakukan oleh wanita yang belum
menikah saja tetapi para itrsi yang sudah menikah juga melakukannya. Hal ini
yang membuat Firdaus setuju dengan adanya aborsi (181-182).
Firdaus mengurungkan niatnya dan sadar bahwa melakukan aborsi adalah
salah. Firdaus sadar dan mengurungkan niatnya untuk mengaborsi kandungan
Melodi, setelah ia mendengarkan cerita Melodi, cerita tentang aborsi dan bahaya-
bahayanya. Aborsi membuat Firdaus takut, takut menyakiti Kania. Firdaus takut
kalau Kania akan mengalami bahaya-bahaya seperti yang Melodi ceritakan. Oleh
karena itu Firdaus mau bertanggungjawab dan menikahi Kania. Mereka pun hidup
bahagia (183-185).
75
3.1.5 Pandangan Tokoh Lenvin terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya
Idayu Kristanti
Lenvin merupakan anak yatim, ibunya meninggal saat mengaborsi Lenvin.
Lenvin adalah korban aborsi, sejak kecil diasuh di salah satu yayasan. Walaupun
memiliki tubuh cacat namun ia tetap bersyukur. Tubuh cacat tidak menjadikan
Lenvin manja tetapi sebaliknya ia bersikap mandiri. Lenvin tidak ingin dikasihani
terus oleh orang lain. Lenvin mencoba untuk menolong orang lain lewat
komunitas anti aborsi. Karakter yang dimiliki oleh Lenvin ini yang mempengaruhi
pandangan tokoh terhadap aborsi.
Lenvin korban aborsi, ibunya mengkonsumsi makanan yang tidak baik
untuk kandungan yang menjadikan Lenvin cacat. Lenvin selamat dari aborsi, ia
lahir ke dunia dengan tubuh yang catat. Aborsi menurut Lenvin merupakan hal
yang menyakitkan. Menyakitkan secara fisik dan batin. Akibat aborsi, Lenvin
menjadi seorang yang cacat. Tetapi ia tetap bersyukur dan yakin bahwa Tuhan
memberinya jiwa yang sempurna. Akibat aborsi, Lenvin kehilangan ibunya,
Lenvin selalu mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri. Ia ingin merasakan
kasih orangtua namun Lenvin tetap sabar dan merasa cukup merasakan kasih
Tuhan (186-187).
(186) Bukannya aku tak percaya diri. Aku selalu bersyukur atas nikmat berkat dan indah karunia Tuhan denga hidupku yang sangat berharga. Aku seorang yang terberkati. Walau ibu yang mengandung aku berusaha membunuhku dengan memakan sebanyak-banyaknya nanas muda yang bukannya membuatku mati, tapi hanya membuatnya sakit perut (hlm.157).
(187) Ibu menyakiti tubuhnya untuk menyakitiku.Tapi aku tahan sakit. Setelah
usahanya yang kesekian kali membuatku terlahir di dunia dengan paksa. Aku hidup, ibu mati. Tuhan maha pengasih, walau aku tidak
76
diberiNya tubuh yang sempurna, tetapi jiwaku cukup sempurna untuk merasakan kasih dan hadirat-Nya (hlm.158).
Lenvin memiliki pandangan terhadap aborsi yaitu tidak ada alasan apapun
yang tepat untuk melakukan aborsi. Lenvin tidak pernah setuju dengan adanya
aborsi. Menurutnya setiap orang yang akan melakukan aborsi pasti mencari
alasan-alasan yang tepat untuk menutupi kesalahannya. Lenvin mencoba
memberitahu kepada Melodi bahwa aborsi bukanlah tindakan yang tepat untuk
dilakukan. Pasti ada jalan lain untuk menghadapi suatu masalah selain aborsi
(188).
(188) Genta, setiap orang yang ingin melakukan aborsi selalu mencari alasan yang tepat untuk menutupi rasa bersalahnya. Tetapi sesungguhnya tidak ada alasan apapun yang ’TEPAT” untuk melakukan aborsi (hlm.103).
Aborsi yang pernah ia alami menjadikannya optimis untuk menolong para
bayi yang hendak diaborsi. Lenvin ikut bergabung dalam komunitas anti-aborsi.
Lewat situs internet ia dapat memberitahu kepada semua orang arti aborsi dan
memberitahu cara mengatasi aborsi. Seperti yang dilakukan kepada Melodi,
Lenvin juga membantu memberi semangat agar Melodi tetap optimis mencegah
sahabatnya melakukan aborsi (189-190).
(189) Semangatmu kami butuhkan di sini untuk mengajak sahabat-sahabat yang lain untuk menentang praktek aborsi ilegal. Bagaimana, tertarik? (hlm.121).
(190) Jangan berhenti memberi suport bagi sahabatmu. Dia membutuhkan
kamu. Bila saatnya kau tak mampu lagi mendampinginya, atau mungkin kau sudah tak lagi menemukan jalan keluar bagi sahabatnya, hubungi kami (hlm.102).
77
Aborsi di pandang oleh Lenvin bukanlah sebagai jalan keluar tetapi akan
menambah masalah tersebut semakin besar. Aborsi hanya akan menambah
masalah semakin banyak. Seperti, masalah kesehatan mengalami beberapa kanker,
aborsi juga dapat membahayakan nyawa si pelaku karena aborsi yang dilakukan
mengalami ke gagalan. Seperti yang dialami oleh ibu Lenvin, ia meninggal karena
memaksakan diri untuk mengaborsi Lenvin (191-193).
(191) Ingat: aborsi bukanlah JALAN KELUAR! Aborsi hanya akan
membuat masalahnya semakin besar (hlm. 104). (192) Wanita yang pernah melakukan aborsi memiliki kemungkinan besar
untuk menderita beberapa penyakit kanker. Kanker payu dara, kanker leher rahim,...(hlm.118).
(193) Setelah usahanya yang kesekian kali membuatku terlahir di dunia dengan
paksa. Aku hidup, ibu mati (hlm. 157-158).
Lenvin memandang aborsi sebagai tindakan merampas hak hidup. Lenvin
tidak ingin ciptaan Tuhan nyawanya ditentukan oleh manusia. Kita tidak berhak
menentukan hidup dan mati ciptaan Tuhan. Sekecil apa pun mahkluk itu ia berhak
untuk hidup. Sama halnya dengan janin yang ada dalam kandungan, janin juga
berhak untuk hidup. Aborsi berarti merampas hak hidup si janin sebagai ciptaan
Tuhan. Oleh karena itu Lenvin tidak setuju dengan tindakan aborsi (194).
(194) Janin adalah ciptaan Tuhan. Sekecil apapun, dia berhak hidup. Manusia tidak berhak menentukan hidup atau mati atas segala ciptaan Tuhan, bukan? Pada usia 1 bulan janin sudah memiliki jaringan saraf dan pada hari ke 24 jantungnya sudah mulai berdetak (hlm.103).
Lenvin merupakan korban pembunuhan yang selamat. Dari masa lalu yang
di alaminya, Lenvin mencoba untuk memberitahu bahwa orang yang melakukan
aborsi adalah seorang pembunuh. Pembunuhan terhadap janin yang tidak berdosa.
78
Selain membayahakan nyawa, aborsi juga bisa membahayakan kesehatan seperti
penyakit kanker, infeksi pada rahim yang akan merugikan si pelaku sendiri (195).
(195) Jika sahabat anda sempat berpikir untuk melakukan aborsi, dia bukan saja akan menjadi pembunuh tetapi juga akan mengalami berbagai masalah kesehatan kandungan, seperti infeksi, kanker rahim, dan kemandulan permanen. Efek samping lain bagi para pelaku aborsi adalah stres dan mimpi buruk selama bertahun-tahun dalam hidupnya (hlm.104).
Dengan melihat beberapa sikap-sikap yang dilakukan Lenvin terhadap
aborsi, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya Lenvin menolak tindakan aborsi.
apalagi Lenvin sudah pernah mengalami bagaimana menderitanya diaborsi.
Lenvin memandang aborsi sebagai tindakan yang menyakitkan.
Menyakitkan secara fisik maupun batin. Lenvin merasa kesakitan saat ibunya
meremas-remas dirinya dalam kandungan. Menyakitkan secara batin karena ia
tidak dapat melihat ibunya dan merasakan kasih sayang seorang ibu (187).
Lenvin memiliki pandangan terhadap aborsi yaitu tidak ada alasan apapun
yang tepat untuk melakukan aborsi. menurutnya setiap orang mencari alasan
sendiri-sendiri untuk menutupi kesalahannya. Lenvin menolak aborsi dengan
tegas. Tidak ada alasan apapun yang tepat untuk aborsi (188).
Aborsi juga membuat Lenvin mampu untuk dapat optimis. Optimis untuk
menolong para bayi yang hendak diaborsi dengan merelakan diri untuk bergabung
dalam komunitas anti aborsi. Lenvin memberi semangat kepada Melodi untuk
tetap optimis mencegah sahabatnya melakukan aborsi (189).
Lenvin memandang bahwa aborsi bukanlah sebagai jalan keluar tetapi akan
menambah masalah tersebut semakin besar. Aborsi tidak akan menyelesaikan
masalah tetapi menambah masalah semakin banyak (191).
79
Lenvin memandang aborsi sebagai tindakan yang merampas hak hidup
ciptaan Tuhan. Tindakan ini tidak baik karena manusia tidak berhak menentukan
hidup dan mati seseorang. Hanya Tuhan yang berhak melakukannya bukan
manusia (194).
Aborsi dipandang oleh Lenvin sebagai tindakan pembunuhan. Orang yang
melakukan aborsi akan menjadi seorang pembunuh. Pembunuhan terhadap janin
atau bayi yang belum dapat berteriak minta pertolongan dan kasihan. Aborsi
merupakan tindakan yang sangat sadis karena membunuh seorang mahkluk hidup
yang tidak berdosa (195).
3.1.6 Pandangan Tokoh Denis Deo terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi
Karya Idayu Kristanti
Denis Deo adalah sahabat Melodi pada masa kecil. Ia adalah seorang
tokoh yang baik, dan sayang terhadap Melodi. Denis peduli terhadap Melodi, ia
mau membantu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap kandungan
Melodi sampai diharuskan diaborsi Ia mau mencintai Melodi tulus. Karakter
inilah yang mempengaruhi pandangannya terhadap aborsi.
Denis mau mencintai Melodi, ia sangat sedih melihat Melodi diaborsi. Ia
menolong Melodi untuk menyelidiki Ayah. Denis mencari tahu apakah Ayah telah
berencana dengan Dokter Sanusi untuk menggugurkan kandungannya (196).
(196) Denis Deo mengikuti ayah dengan tindakan tanpa kentara sementara aku menunggu dengan cemas di dalam mobil. Sekembali dari dalam klinik, Denis Deo mengabarkan kepastian pembicaraan ayag dengan Dokter Sanusi (hlm.45).
80
Aborsi membuat Denis resah dan bingung. Denis membantu menyelidiki
Ayah, setelah ia tahu ia pun bingung ingin menyampaikannya pada Melodi. Denis
kecewa setelah mengetahui Ayah yang telah melakukan aborsi terhadap
kandungan Melodi (197).
(197) Beralih dia menatapku dan pandangan lurus kedepan. Kosong Entahlah., mungkin memilah kalimat yang tepat untuk disampaikan. Berkali menarik dan membuang nafas resah (hlm.45).
Denis bingung ingin menyampaikan bahwa Ayahlah yang telah mengaborsi
kandungan Melodi. Denis tidak ingin permusuhan Melodi dan Ayah makin
meruncing. Setelah mengetahui Ayahlah yang mengaborsi kandungan Melodi,
Melodi pun semakin marah pada Ayah. Melihat itu semua, Denis berpikir bahwa
aborsi hanya dapat memperburuk keadaan (198).
(198) ” Aku tidak mau hal buruk terjadi padamu Mel, aku tidak mau perang dingin kamu dengan ayah kamu semakin meruncing ” (hlm. 46).
Denis Deo memandang aborsi sebagai tindakan yang membuat orang yang
dicintainya sedih. Denis sangat mencintai Melodi. Ia tahu Melodi sedih karena
kandungannya diaborsi. Denis tidak ingin melihat Melodi sedih, ia mencoba
menghibur Melodi (199-200).
(199) Sahabatku itu membiarkanku melepaskan semua bebanku lewat air mata. Sesekali tangannya yang kekar merapatkan pelukannya. Dengan jemarinya, ia mengusap punggungku lembut (hlm.48).
(200) Inilah yang aku suka dari Denis Deo. Dia seorang sahabat yang selalu
supportif. Denis Deo selalu memiliki kalimat-kalimat sugestif yang sangat positif. Itu juga yang membuatnya selalu terlihat bahagia (hlm.130).
Aborsi dipandang Denis Deo sebagai hal yang menyakitkan karena ia
kehilangan orang yang dicintainya. Setelah Melodi mengetahui ayahnya yang
81
melakukan aborsi, ia pergi meninggalkan rumah. Melodi menghilang, ia tidak
mau memberitahu keberadaannya. Denis merasa kehilangan Melodi (201-202).
(201) ” Aku pergi, De,” pamitku. ” Be careful, my mate!” (hlm.55).
(202) ”Wajar dong aku pikir kamu enggak mau mengenalku lagi. Kamu tidak pernah menghubungiku. Bahkan kamu tidak simpan nomorku di nomor barumu” (hlm.128).
Aborsi tidak membuat cinta Denis Deo berkurang. Denis telah mengetahui
masa lalu Melodi tetapi ia tetap mencintainya. Denis pun menikahi Melodi dan
mereka hidup bahagia (203-204).
(203) Aku tidak memaksamu, Mel. Tapi aku sekarang tahu sendiri. dan kalau kamu mau, aku ingin mengubah pertemanan kita. Kalau kamu punya perasaan yang sama denganku, aku ingin menikah denganmu.” (hlm. 136).
(204) Lagu cinta yang mengiringi pernikahanku dan Denis Deo masih
terngiang di telingaku. Aku sudah menjadi Nyonya deo seminggu yang lalu (hlm.143).
Dengan melihat beberapa sikap-sikap yang dilakukan Denis Deo terhadap
aborsi, dapat disimpulkan bahwa Denis tidak menyetujui tindakan aborsi. Denis
memandang aborsi hanya dapat membuat orang resah. Denis menjadi resah karena
mengetahui Melodi diaborsi oleh ayah (197).
Denis Deo memandang aborsi sebagai hal yang dapat memperburuk
keadaan. Setelah melihat keadaan Melodi dan Ayah yang selalu bermusuhan
karena masalah aborsi, Denis jadi berpikir bahwa aborsi hanya dapat
memperburuk keadaan (198).
Aborsi dipandang Denis Deo sebagai tindakan yang membuat orang sedih.
Denis melihat Melodi sedih karena kandungannya telah diaborsi (199).
82
Aborsi dipandang oleh Denis Deo sebagai hal yang membuat ia menjadi
kehilangan. Denis Deo kehilangan Melodi, orang yang dicintainya. Melodi pergi
meninggalkan rumah karena kecewa pada Ayah yang telah mengaborsi
kandungannya (201).
3.2 Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh yang memiliki pandangan-pandangan
berbeda dengan kita. Tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan konflik.
Tokoh antagonis meliputi Farid, Ayah, dan Dokter Sanusi. Pandangan mereka
mengenai aborsi akan dianalisis berikut ini.
3.2.1 Pandangan Tokoh Farid terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya
Idayu Kristanti
Farid adalah seorang pria yang memiliki kharisma. Ia bekerja sebagai
pimpinan cabang perusahaan Bonafit, di perusahaan inilah ia bertemu dengan
Melodi dan menjalin hubungan secara diam-diam hingga Melodi hamil. Farid
adalah pria yang tidak setia. Farid sudah berkeluarga dan memiliki dua orang
anak, tetapi ia selingkuh dengan Melodi hingga Melodi hamil. Farid sangat
mencintai Melodi, ia tidak ingin kehilangan Melodi. Farid juga tidak ingin
keluarganya mengetahui perselingkuhannya dengan Melodi. Oleh karena itu,
Farid menyetujui aborsi, menurutnya aborsi sah-sah saja untuk di lakukan. Hal
inilah yang mempengaruhi pandangan Farid terhadap aborsi.
83
Farid bingung setelah mengetahui Melodi hamil. Ia tidak tahu apa yang
harus ia lakukan. Farid ingin bertanggungjawab dengan menikahinya tetapi ia
tidak bisa karena ia telah menikah. Menurutnya aborsi dapat dilakukan jika pihak
pria tidak dapat bertanggung jawab. Farid sangat mencintai Melodi tetapi ia tidak
dapat bertanggung jawab atas kehamilan Melodi. Farid tetap menyuruh Melodi
untuk menggugurkan kandungannya (205).
(205) Kamu harus menggugurkannya... Kalimatnya mendengung diseluruh ruang telinga dan hatiku Menggugurkannya... Bukan ini jawaban yang kupinta darimu, Farid. ” Kamu tahu Mel, aku tidak bisa...,” Farid menghela napas panjang (hlm.12).
Farid mengalami konflik batin, ia ingin bertanggungjawab tapi tidak bisa,
sedangkan disisi lain ia merasa kasihan terhadap Melodi. Farid terpaksa menyuruh
Melodi untuk mengaborsi kandungannya dengan berbagai alasan (206).
(206) Farid duduk termangu menatap ketegaranku dengan ragu. Lalu ia menunduk lagi lebih lama. Aku tahu ada perang hati di sana (hlm.13).
Farid tetap memaksa Melodi dengan memberikan alasan-alasannya agar
Melodi mau melakukan aborsi. Farid memandang aborsi dapat dilakukan jika
masih berupa embrio dengan alasan belum memiliki nyawa (207).
(207) ”Anak itu belum berupa janin, Mel. Dia masih berupa embrio.” ”Tapi ia sudah bertumbuh di sini, Farid, pekikku kering sambil mengelus perutku yang masih tipis (hlm.12).
Farid tidak ingin kehilangan keluarganya, tetapi disisi lain Farid juga tidak
ingin kehilangan Melodi. Jalan satu-satunya yang dapat Farid ambil adalah
dengan aborsi. Farid tetap berusaha membujuk Melodi agar mau mengaborsi
kandungannya. Semua itui ia lakukan dengan alasan untuk kebaikan semuanya. Ia
84
hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Ia tidak memikirkan Melodi
yang sedih karena sikapnya (208).
(208) ”untuk kebaikan semuanya, Mel”. ”Aku tidak mau melakukannya.” ”Hanya itu satu-satunya jalan yang bisa kita ambil, Sayang.” (hlm.13).
Pandangan Farid mengenai aborsi yaitu bahwa aborsi dapat dilakukan
untuk menjaga keutuhan keluarganya. Farid memang sudah berkeluarga tetapi ia
selingkuh dengan Melodi. Farid takut jika mepertahankan kandungan Melodi
maka ia kehilangan keluarganya. Oleh karena itu, Farid memaksa Melodi untuk
aborsi. Farid sedikit marah karena Melodi tidak mau mendengarkan solusinya,
dengan sedikit merayu Farid tetap memaksa Melodi (209)
(209) ”AKU PUNYA KELUARGA, MEL! APA KATA ISTRI DAN DUA ANAKKU DI RUMAH NANTI? TIDAK MUNGKIN AKU MENIKAHIMU DALAM KONDISI SEPERTI INI! LALU BAGAIMANA NANTI DENGAN MEREKA? PIKIR DONG, MEL! HAL TERBAIK YANG BISA DILAKUKAN ADALAH MENGGUGURKAN KANDUNGAN ITU (hlm.15).
Farid memandang bahwa aborsi dilakukan agar ia dapat melanjutkan
hubungannya dan dapat mencintai Melodi lagi. Farid sedikit merayu agar Melodi
mau mengugurkan kandungannya, tetapi Melodi tetap menolak. Farid sedikit
egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Menurutnya ia dapat bertanggung
jawab dengan mencarikan tempat aborsi yang aman sehingga Farid tetap bisa
mencintai tanpa diketahui oleh siapapun. Aborsi dipandang sebagai jembatan
untuk melanjutkan cintanya kepada Melodi (210-211).
(210) AKU BERJANJI AKAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS ATAS SEGALA SESUATU YANG AKAN TERJADI KEMUDIAN. AKU
85
TETAP AKAN MENCINTAIMU. AKU TIDAK AKAN PERNAH BISA BERHENTI MENCINTAIMU, MELODI. (hlm.15).
(211) Gugurkan kandunganmu, dan kita masih tetap bisa mencintai seperti
yang lalu, ” bisiknya kemudian berulang-ulang. Farid menyesal dengan kalimat menyudutkan yang keluar dari bibirnya. ”Maafkan aku, ...aku tak bisa berpikir jernih.” (hlm.16).
Farid memandang bahwa dengan melakukan aborsi berarti ia dapat melanjutkan
kehidupan yang baru tanpa diganggu oleh kehadiran seorang anak. Kehamilan
hanya akan menghambat hidup. Farid mencoba membujuk Melodi agar mau
mengaborsi kandungannya (212).
(212) KAMU MASIH TETAP BISA MELANJUTKAN HIDUPMU TANPA DIRECOKI DENGAN SEORANG ANAK (hlm.15).
Farid bingung menghadapi Melodi karena menolak aborsi. Farid pun
sedikit marah dan memaksa Melodi terus. Pandangan lain Farid mengenai
dilakukannya aborsi, yaitu agar dapat melanjutkan karier. Farid terus berusaha
mencari alasan agar Melodi mau mengaborsi kandungannya. Menurutnya, Melodi
masih muda, jadi melakukan aborsi tidak masalah. Farid tidak mau menikahi
Melodi. Farid menganggap bahwa aborsi merupakan solusi yang terbaik (213).
(213) KAMU MASIH MUDA. KAMU MASIH BISA MENGEJAR KARIER. HIDUPMU MASIH PANJANG. MENIKAHIMU, BUKAN CARA YANG BAIK UNTUK MENJADI SOLUSI. GILA KAMU MEMAKSAKU MENIKAH DENGANMU. AKU TIDAK BISA. AKU TIDAK BISA!” Farid berteriak-teriak kalap (hlm.15).
Walaupun Farid tidak mau bertanggungjawab, ia tetap peduli dan sayang
pada Melodi. Terbukti saat ia mengirimkan sejumlah uangnya yang cukup besar
ke rekening Melodi untuk biaya hidup Melodi dan anaknya. Farid tetap
memperhatikan dan peduli terhadap keadaan dan kondisi Melodi (214).
86
(214) Dan di belakang hari, ternyata Farid juga mentransfer sejumlah uang yang sangat besar ke rekening tabunganku (hlm. 17).
Dilihat dari analisis sikap-sikap Farid, diketahui bahwa Farid merupakan
tokoh yang menyetujui adanya aborsi. Farid memandang aborsi sah-sah saja
dilakukan jika pihak pria tidak bisa bertanggungjawab ( 205).
Aborsi bagi Farid dapat dilakukan jika masih berupa embrio. Farid
menganggap janin yang masih berupa embrio belum memiliki nyawa. Mengaborsi
janin yang belum bernyawa berarti bukanlah hal yang berdosa (207).
Farid memiliki pandangan bahwa aborsi merupakan satu-satunya jalan
dan untuk kebaikan semuanya. Kebaikan untuk kelanjutan hubungannya dengan
Melodi agar tidak ada yang mengetahui perselingkuhannya (208).
Farid memandang bahwa aborsi dapat dilakukan untuk menjaga keutuhan
keluarganya. Farid tidak ingin kehilangan keluarganya hanya karena anak yang
dikandung Melodi. Farid lebih mementingkan keluarganya dibanding Melodi
(209).
Aborsi dipandang sebagai jembatan agar dapat melanjutkan hubungan.
Farid tidak ingin hubungannya dengan Melodi berakhir gara-gara kehadiran
seorang anak. Farid tetap menyuruh Melodi aborsi agar ia dapat berhubungan
dengan Melodi dan mencintai Melodi terus (210-211).
Farid memandang aborsi dapat dilakukan untuk melanjutkan hidup.
Kehamilan hanya akan menghambat hidup seseorang jika belum menikah. Aborsi
merupakan solusi yang tepat untuk dilakukan. Farid menganggap bahwa dengan
87
aborsi maka Melodi dapat melanjutkan hidupnya tanpa direcoki dengan seorang
anak (212).
Aborsi bagi Farid dapat dilakukan dengan alasan agar dapat melanjutkan
karier. Farid melihat Melodi masih muda, ia tidak ingin karier Melodi hilang gara-
gara Melodi hamil. Aborsi tetap dipaksakan oleh Farid agar Melodi dapat
melanjutkan kariernya (213).
3.2.2 Pandangan Tokoh Ayah terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi Karya
Idayu Kristanti
Ayah berasal dari keluarga kelas atas. Ayah memiliki keluarga yang
terpandang dan di hormati oleh masyarakat, terbukti saat pemilihan kepala desa
Ayahlah yang terpilih.
Ayah adalah seorang lelaki yang memiliki pendirian tegas. Ayah selalu
berpendapat bahwa apa yang dilakukan olehnya dan menurutnya baik adalah hal
yang baik pula bagi orang lain. Ayah memiliki sifat yang egois dan keras kepala.
Karakter inilah yang mempengaruhi pandangan terhadap aborsi.
Ayah curiga saat melihat tingkah laku Melodi yang berbeda. Ayah
mengetahui ada sesuatu yang beda dengan tubuh Melodi. Setelah mengamati
Melodi, Ayah pun sangat kecewa setelah mengetahui Melodi hamil (215-216).
(215) Namun ayahlah yang kemudian mengajukan pertanyaan ’itu’ pertama kali. Ayah mulai curiga ada yang tidak beres dengan tubuhku (hlm.20).
(216) ” Bukan ini yang Ayah dan Ibu harapkan, Anakku. Tentu bukan pula
yang kau harapkan?” sesal ayah (hlm.21).
88
Ayah semakin marah kepada Melodi karena tidak mau memberitahu siapa
ayah dari bayi yang dikandungnya. Tanpa berpikir panjang lagi, Ayah
memutuskan untuk segera mengaborsi kandungan Melodi. Ayah memandang
bahwa aborsi merupakan hal yang terbaik. Ayah tidak peduli pendapat Melodi
atau pun Ibu. Ayah tetap ingin melakukan solusinya, solusinya nerupakan hal
yang terbaik pula bagi orang lain. Ayah tetap memaksa Melodi untuk
mnggugurkan kandungannya (217-220).
(217) ”KATAKAN NAMANYA MEL! DIA HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERBUATANNYA! SIAPA LAKI-LAKI ITU? PACARMU? DIA HARUS MENIKAHIMU. KATAKAN!” ayah berteriak panik (hlm. 20).
(218) ”DAN SOLUSI IBU? AYAH SUNGGUH TIDAK YAKIN DENGAN
YANG KAMU PIKIR BU! MAU DITARUH DIMANA MUKA KITA, HAH? AYAH MASIH BERPIKIR SEHAT...(hlm. 28)
(219) AYAH INGIN YANG TERBAIK UNTUKMU LAKUKAN SEKALI
INI, NURUT SAMA AYAH. LAKUKAN APA YANG TERPIKIR AYAH SEBAGAI SOLUSI, ” Ayah masih berkata-kata penuh api (hlm. 28).
(220) ” Gugurkan saja,” suara ayah seperti pisau yang membelah hatiku
(hlm.21-22).
Aborsi dipandang Ayah dapat dilakukan jika anak dalam kandungan tidak
memiliki status yang jelas. Ayah berusaha mencari tahu siapa yang menghamili
Melodi, tetapi Melodi tidak mau mengatakannya. Ayah pun memiliki kesimpulan
sendiri bahwa Melodi telah diperkosa. Ayah berasal dari keluarga yang
terpandang, ia tidak menginginkan bayi yang dikandung oleh Melodi. Ia tidak
ingin memiliki seorang cucu yang tidak jelas asal usulnya. Oleh karena itu, ayah
menyuruh Melodi untuk mengaborsi kandungannya (221-222).
89
(221) Aku tak mampu menjawab. Dalam hati aku sudah bertekad tidak akan membawa Farid dalam permasalahan ini. Niatku sudah bulat. Tidak akan ada lagi Farid dalam hidupku (hlm. 20).
(222) ”KAMU MAU MENGANDUNG BENIH PEMERKOSA DALAM
RAHIMMU ITU? MAU JADI APA DIA BESOK JIKA BESAR? AYAH TIDAK MAU PUNYA CUCU YANG TIDAK JELAS,” ayah kembali meradang (hlm.22).
Ayah tidak ingin Melodi memiliki seorang anak yang tidak memiliki ayah.
Ayah menyetujui aborsi apabila anak yang ada dalam kandungan tidak memiliki
seorang ayah. Anak tidak boleh dilahirkan jika tidak memiliki orang tua yang
tidak lengkap. Ayah terus mendesak Melodi agar mau mengugurkan
kandungannya. Ayah segera mencari tempat aborsi yang aman. Ayah memutuskan
sendiri tanpa menunggu Melodi dan Ibu menyetujui pendapatnya (223-224).
(223) ”Lalu siapa yag akan menjadi ayahnya kelak kalau ia lahir? (hlm.22-23). (224) ”Besok kita cari tempat aborsi yang aman, ”ayah memutuskan (hlm. 22).
Aborsi dapat dilakukan untuk memperbaiki nama baik keluarga. Ayah
tidak ingin menerima cemoohan masyarakat dan Ayah tidak mau dianggap oleh
masyarakat sebagai orang tua yang telah gagal mendidik anaknya. Dengan
melakukan aborsi, maka nama baik Ayah dan keluarga tidak tercemar. Ayah dan
keluarga akan terbebas dari cemoohan masyarakat (225-226).
(225) Apa kata masyarakat melihatmu hamil tanpa suami? Pikirkan Ayah dan Ibu, Melodi! (hlm.23).
(226) ”Selama sembilan bulan kita akan menulikan telinga dari cemoohan
tetangga kemudian menganggung malu seumur hidup sebagai orang tua yang gagal mendidik anak,” desis ayah dingin (hlm.29).
Ayah memiliki seorang sahabat dokter, Ayah meminta bantuan kepada
Dokter Sanusi agar mau mengaborsi kandungannya. Dengan alasan ingin
memeriksakan kandungannya, Ayah mengajak Melodi untuk pergi ke klinik
90
Dokter Sanusi. Ayah dan Dokter Sanusi telah memiliki rencana untuk mengaborsi
kandungan Melodi (227-228).
(227) Tapi demi aku, hari ini dokter Sanusi berada di klinik pribadinya ini (hlm.31).
(228) Terakhir, ia menjabat serta memeluk penuh keakraban pada ayah.
Mereka sudah bersahabat sejak lama (hlm. 32).
Aborsi dianggap sebagai satu-satunya jalan oleh Ayah. Ayah melakukan
rencana dengan Dokter Sanusi untuk mengaborsi kandungan Melodi. Ayah dan
Dokter Sanusi berhasil melakukan aborsi. ayah melakukan persetujuan dengan
Dokter Sanusi tanpa Ibu dan Melodi tahu (229-231).
(229) Satu-satunya jalan keluar adalah aborsi. Ayah akan cari dokter yang bisa melakukannya dengan aman.” (hlm.23).
(230) Ayah sudah membuat persetujuan tanpa ibu dan aku tahu, Dokter Sanusi
akan mengakhiri kehamilanku (hlm. 47).
(231) P-E-N-D-A-R-A-H-A-N-? Aku mendekap perutku. Ada rasa nyeri memutar di seluruh rongga dinding rahimku (hlm.37).
Dilihat dari analisis sikap-sikap Ayah, diketahui bahwa Ayah merupakan
pelaku aborsi. Ayah telah menjebak Melodi dengan alasan ingin memeriksa
kandungannya. Tanpa Ibu dan Melodi tahu Ayah telah bersekongkol dengan
Dokter Sanusi.
Aborsi dipandang oleh Ayah sebagai hal yang terbaik. Ayah sudah
mencoba untuk bertanya kepada Melodi siapa ayah dari bayinya tetapi Melodi
tetap tidak mau memberitahu. Ayah marah dan langsung memilih jalan
penyelesaian sendiri. Aborsi adalah jalan yang terbaik bagi Ayah (219-220).
91
Aborsi dipandang Ayah dapat dilakukan, jika anak dalam kandungan tidak
memiliki status yang jelas. Ayah sudah bertanya berulang kali kepada Melodi
tentang siapa ayah dari bayi yang ada di dalam kandungannya, tetapi tidak
menemukan jawaban. Ayah memiliki kesimpulan sendiri bahwa Melodi telah
diperkosa. Ayah tidak ingin mempunyai seorang cucu dengan status yang tidak
jelas. Oleh karena itu, Ayah memaksa Melodi untuk aborsi (222).
Ayah memandang aborsi dapat saja dilakukan jika anak yang akan lahir
tidak memiliki seorang ayah. Anak tidak boleh dilahirkan jika tidak memiliki
orang tua yang tidak lengkap (223).
Ayah memandang aborsi sebagai jalan untuk memperbaiki nama baik
keluarga. Ayah merupakan orang yang terpandang di desanya. Ayah tidak ingin
menerima cemoohan masyarakat dan Ayah tidak mau menanggung malu dan
dianggap sebagai orang tua yang telah gagal mendidik anaknya (226).
Aborsi menurut Ayah adalah satu-satunya jalan keluar. Jalan keluar untuk
memecahkan permasalahan yang sedang dialami oleh Melodi. Ayah tidak peduli
dengan pendapat Ibu dan Melodi. Menurutnya apa yang dipikir Ayah harus
dilakukan, dan dengan berbagai cara Ayah lakukan agar dapat mengaborsi
kandungan Melodi. Ayah pun berhasil melakukannya (229).
3.2.3 Pandangan Tokoh Dokter Sanusi terhadap Aborsi dalam Novel Aborsi
Karya Idayu Kristanti
Dokter Sanusi memiliki tubuh tinggi besar. Rambutnya keriting. Kulitnya
hitam legam namun bersih, Dokter Sanusi termasuk dalam golongan masyarakat
kelas elit. Ia bekerja sebagai seorang dokter di salah satu rumah sakit terbesar di
92
Semarang. Ia juga membuka praktek sendiri di klinik pribadinya. Ayah
merupakan sahabat Dokter Sanusi. Mereka bersahabat sejak kecil. Dokter sangat
menghormati Ayah. Karakter inilah yang mempengaruhi pandangan Dokter
Sanusi terhadap aborsi.
Dokter Sanusi memiliki pandangan dilakukannya aborsi, untuk membantu
sahabatnya sendiri. Dokter Sanusi melakukan aborsi karena disuruh oleh Ayah.
Dokter pun tidak tega melihat nama baik sahabatnya tercemar gara-gara Melodi
hamil. Dengan bujukan Ayah, akhrinya Dokter mau menolongnya (232-233).
(232) Dokter Sanusi masih berdiri di pintu sambil berkata ’Percaya sama aku, Mas, aku masih memegang janji kita. Mungkin dia yang menjebakmu, Mas.’ Begitu” (hlm.47).
(233) ”Aku sudah berjanji pada ayahmu. Aku akan melakukan yang terbaik
untukmu. Dan cucunya,” kata Dokter Sanusi lagi sambil menepuk perutku untuk yang ketiga kalinya (hlm.33).
Dokter Sanusi mau melakukan aborsi terhadap kandungan Melodi dengan
cara berbohong. Dokter memberikan anestesi kepada kandungan Melodi, tidak
lama kemudian Melodi mengalami pendarahan dan keguguran. Dokter Sanusi
berhasil mengaborsi kandungan Melodi. Dokter telah menyalah gunakan
pekerjaannya untuk mengaborsi kandungan (234-235).
(234) ”Ayo kita mulai saja, katanya kemudian. ”Sebentar kami akan melakukan
anestesi ringan untuk memeriksa kandunganmu (hlm. 32). (235) ”TAPI BAGAIMANA BISA SEMUA INI TERJADI? PASTI KARENA
ANESTESI DOKTER SANUSI. AYAH HARUS MELAPORKAN ADANYA MALAPRAKTEK DI SINI! TIDAK BENAR SEORANG WANITA HAMIL DIBERIKAN ANESTESI UNTUK MEMERIKSAKAN KANDUNGANNYA, ” teriakku mengerang (hlm.39).
93
Setelah menganalisis sikap Dokter Sanusi, dapat disimpulkan bahwa
Dokter Sanusi merupakan pelaku aborsi. Dokter telah melakukan praktik ilegal.
Aborsi dipandang Dokter Sanusi dapat dilakukan untuk membantu
sahabatnya, membantu memulihkan nama baik sahabatnya. Dokter mau
melakukan aborsi karena tidak ingin kehilangan sahabatnya. Dokter tidak ingin
nama baik keluarga sahabatnya tercemar, oleh karena itu ia mau melakukan aborsi
(232-233).
Berdasarkan hasil analisis bab III, diketahui bahwa terdapat tokoh
protagonis dan tokoh antagonis. Mereka memiliki pandangan sendiri-sendiri
terhadap aborsi. Ada tokoh yang menerima aborsi ada pula tokoh yang menolak
dengan tegas tindakan tersebut. Mereka memiliki alasan-alasan tersendiri
mengenai aborsi mengapa mereka setuju dan menolak tindakan aborsi.
Tokoh protagonis merupakan tokoh yang menolak dengan tegas adanya
aborsi. Melodi berasal dari keluarga yang berstatus sosial tinggi. Ia adalah seorang
wanita yang pandai dan berpendidikan tinggi. Melodi menolak aborsi karena ia
tidak ingin membunuhan anaknya sendiri, ia sangat mencintai anaknya. Walau
Melodi menolak aborsi, tetapi ia ia melakukan tindakan aborsi. Ia melakukan
aborsi tanpa sadar, karena ia di bius saat memeriksakan kandungannya di klinik
Dokter Sanusi.
Melihat anaknya sedih, Ibu menolak aborsi. Menurutnya aborsi bukanlah
jalan keluar satu-satunya. Ibu sangat sayang terhadap Melodi, oleh karena itu Ibu
tidak ingin sesuatu terjadi pada Melodi. Ibu takut jika aborsi akan membahayakan
94
keselamatan Melodi. Menurutnya, aborsi dapat membahayakan nyawa dan janin
yang berada dalam kandungan Melodi.
Berbeda dengan Melodi, Kania bingung dan kecewa mengetahui dirinya
hamil. Kania hampir bunuh diri. Tapi setelah dinasehati oleh Melodi akhirnya ia
sadar dan tidak melakukan aborsi. Kania berpandangan bahwa aborsi merupakan
tindakan yang berdosa.
Firdaus pada awalnya menyetujui tindakan aborsi, tetapi setelah
mendengarkan penjelasan mengenai aborsi dari Melodi, akhirnya ia sadar dan
menolak aborsi. Firdaus menolak aborsi lebih kepada keselamatan Kania, ia tidak
ingin nyawa Kania terancam akibat melakukan aborsi.
Lenvin merupakan tokoh korban tindak aborsi. Ia pernah mengalami masa
lalu yang menyedihkan. Oleh karena itu, Lenvin menolak tindakan aborsi karena
melihat masa lalunya, bahwa aborsi merupakan tindakan yang menyakitkan. Ia
menolak aborsi karena tidak ingin bayi-bayi mengalami nasib yang sama dengan
dirinya. Cacat akibat diaborsi.
Ada pun tokoh antagonis, tokoh yang menyetujui tindakan aborsi. Seperti
Farid, ia menyetujui aborsi karena tidak dapat bertanggungjawab. Farid
menyetujui aborsi lebih kepada alasan untuk menjaga keutuhan keluarganya.
Ayah merupakan orang terpandang di desanya. Ayah menyetujui aborsi
karena ia ingin menjaga nama baik keluarganya. Ayah tidak ingin dicemooh oleh
masyarakatnya gara-gara kehamilan Melodi yang tidak jelas. Ayah lebih
mementingkan nama baik keluarganya dari pada keselamatan dan perasaan
Melodi.
95
Dokter Sanusi menyetujui aborsi lebih kepada persahabatan. Ia rela
melakukan aborsi demi membantu sahabatnya untuk menutupi aib. Dokter Sanusi
rela melakukannya hanya untuk membantu keluarga sahabatnya.
Tokoh-tokoh protagonis dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti yaitu
Melodi, Ibu Melodi, Kania, Lenvin dan Firdaus Malik merupakan tokoh yang
menolak adanya praktek aborsi. Mereka memandang bahwa aborsi bisa terjadi
pada siapa saja. Aborsi merupakan tindakan yang lebih sering merugikan
perempuan karena mereka yang mengalami. Perempuan yang akan mengalami
akibat-akibat yang terjadi pasca-aborsi. Mereka menolak aborsi karena aborsi
merupakan tindakan yang salah, dimana aborsi merupakan tindakan pembunuhan.
Pembunuhan terhadap mahkluk yang tidak berdosa.
Tokoh antagonis dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti, yaitu Farid,
Ayah, dan Dokter Sanusi. Mereka memandang bahwa aborsi dapat dilakukan
untuk menutupi aib dan mementingkan nama baiknya. Aborsi dilakukan untuk
menutupi aib di mata masyarakat dan sahabat-sahabatnya. Aborsi merupakan
tindakan yang menguntungkan laki-laki, karena mereka tidak mengalaminya.
Pembunuhan adalah tindakan yang melanggar norma, sedangkan aborsi
sama dengan pembunuhan. Jadi, dapat dikatakan bahwa melakukan aborsi sama
dengan melanggar norma. Aborsi dilihat dari sisi manapun pastilah salah karena
aborsi merenggut nyawa mahkluk kecil yang tidak berdosa. Aborsi sama halnya
dengan merampas hak hidup ciptaan Tuhan.
Tindakan aborsi pastilah akan meninggalkan luka di hati para pelaku.
Bukan hanya luka fisik tetapi luka batin. Setiap orang yang akan melakukan
96
aborsi, mengalami konflik batin. Seorang ibu tidak akan pernah lupa terhadap
anaknya meski mereka terpaksa melakukannya. Mereka akan selalu ingat dan
menyesal telah melakukan aborsi, dimana penyesalan itu tidak akan terobati
dengan cara apa pun.
97
BAB IV
PENUTUP
Bagian penutup ini berisi tentang kesimpulan. Kesimpulan merupakan
jawaban dari permasalahan dalam objek penelitian yang dipecahkan melalui
analisis dalam Bab II dan Bab III.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis Bab II dan Bab III disimpulkan bahwa novel
Aborsi karya Idayu Kristanti bertemakan tentang aborsi. Unsur instrinsik yang
digunakan dalam meneliti novel aborsi yaitu tokoh, penokohan, dan latar.
Dalam novel ini terdapat tokoh-tokoh protagonis, antagonis dan tokoh
tambahan. Tetapi yang diteliti hanya tokoh-tokoh protagonis dan antagonis yang
memiliki pandangan-pandangan terhadap aborsi. Tokoh protagonis yang memiliki
pandangan terhadap aborsi yaitu Melodi, Ibu Melodi, Firdaus Malik, Kania
Ephipania dan Lenvin. Mereka adalah tokoh-tokoh yang menolak adanya aborsi.
Tokoh antagonis yang memiliki pandangan terhadap aborsi yaitu Ayah, Farid, dan
Dokter Sanusi, mereka adalah para tokoh yang menyetujui adanya aborsi. Dalam
analisis penokohan diperoleh kesimpulan bahwa masing-masing tokoh memiliki
penggambaran watak yang berbeda dan memiliki pandangan yang berbeda pula
terhadap aborsi.
Dalam menganalisis latar digunakan tiga unsur pokok, yaitu latar tempat,
latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjukan pada tempat atau lokasi
98
terjadinya peristiwa yang diceritakan. Latar waktu berhubungan dengan kapan
terjadinya sebuah peristiwa. Latar sosial menunjukan pada perilaku kehidupan
tokoh atau pun masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam cerita.
Dalam novel Aborsi peneliti menganalis unsur tokoh, penokohan dan latar.
Tokoh protagonis dan antagonis dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti adalah
tokoh-tokoh yang berkaitan dengan permasalahan aborsi. Latar kehidupan dan
sifat mereka yang berbeda mempengaruhi pandangan mereka tentang
permasalahan aborsi yang mereka hadapi.
Melodi adalah korban paksa aborsi. Melodi memiliki beberapa pandangan
terhadap aborsi yaitu sebagai berikut: (i) aborsi dipandang Melodi bukanlah jalan
satu-satunya untuk memecahkan masalah karena aborsi hanya akan menambah
masalah semakin besar dan rumit; (ii) Melodi memandang aborsi sebagai tindakan
pembunuhan; (iii) aborsi hanya membuat dirinya sedih dan menderita; (iv) aborsi
membuat dirinya takut untuk jatuh cinta lagi; (v) aborsi membuat dirinya peduli
terhadap orang lain dan para bayi; (vi) aborsi dipandang oleh Melodi sebagai
suatu tindakan yang sangat sulit untuk ditolaknya; (vii) Melodi memandang aborsi
sebagai tindakan yang merampas hak seorang ibu yang paling hakiki untuk
melindungi anaknya; (viii) aborsi dipandang Melodi sebagai tindakan yang telah
merampas cintanya; (ix) Melodi memandang aborsi sebagai tindakan yang harus
dicegah; (x) menurut Melodi untuk menolak aborsi membutuhkan keberanian; (xi)
aborsi membutuhkan pengorbanan.
Ibu Melodi juga memiliki beberapa pandangan terhadap aborsi yaitu
sebagai berikut: (i) Ibu memandang bahwa aborsi itu tidak baik dilakukan karena
99
dapat membahayakan si janin dan ibunya; (ii) Ibu memandang aborsi hanya
membuat dirinya cemas; (iii) aborsi membuat dirinya menjadi semakin peduli
terhadap Melodi; (iv) Ibu memandang aborsi bukanlah sebagai jalan satu-satunya
karena bisa dilakukan dengan jalan lain yaitu menikah dengan orang lain; (v)
aborsi bukanlah jalan satu-satunya karena bisa dengan jalan lain yaitu
mengadopsikan si bayi.
Kania awalnya menyetujui tindakan aborsi, tetapi ia sadar dan akhirnya
menolak aborsi. Kania memiliki pandangan-pandangan terhadap aborsi yaitu
sebagai berikut: (i) aborsi dipandang Kania sebagai tindakan yang berdosa; (ii)
Kania memandang aborsi sebagai tindakan yang salah.
Firdaus Malik menyetujui adanya aborsi, tapi setelah mendengar
penjelasan Melodi ia menjadi menolak aborsi. Pandangan-pandangan Firdaus
mengenai aborsi sebagai berikut: (i) aborsi menurut Firdaus dapat dengan mudah
dilakukan dengan aman; (ii) Firdaus memandang aborsi dapat dilakukan jika
belum ingin terikat pernikahan; (iii) aborsi dipandang sebagai solusi yang terbaik;
(iv) Firdaus memandang aborsi dapat dilakukan selama janin itu belum berusia
empat bulan; (v) aborsi dipandang Firdaus dapat dilakukan karena banyak yang
melakukannya; (vi) Firdaus memandang aborsi sebagai tindakan yang salah; (vii)
aborsi dipandang Firdaus sebagai tindakan yang dapat membahayakan nyawa.
Setelah mengalami pengalaman yang menyakitkan, diaborsi secara paksa
oleh ibunya, Lenvin memiliki beberapa pandangan terhadap aborsi yaitu sebagai
berikut: (i) Lenvin memandang aborsi sebagai tindakan yang menyakitan; (ii)
Lenvin memandang aborsi itu tidak dapat dilakukan dengan alasan apapun; (iii)
100
aborsi dipandang Lenvin mampu membuat dirinya optimis; (iv) aborsi dipandang
Lenvin bukanlah sebagai jalan keluar tetapi akan menambah masalah tersebut
semakin besar; (v) Lenvin memandang aborsi sebagai tindakan pembunuhan.
Denis Deo memiliki beberapa pandangan terhadap yang namanya aborsi
yaitu sebagai berikut: (i) aborsi dipandang sebagai tindakan yang dapat membuat
orang resah dan sedih; (ii) Denis memandang aborsi sebagai hal yang dapat
memperburuk keadaan; (iii) aborsi dipandang oleh Denis sebagai hal yang
membuat ia kehilangan.
Farid menyetujui adanya aborsi dengan alasan sudah beristri. Farid
memiliki beberapa pandangan terhadap aborsi yaitu sebagai berikut: (i) aborsi
dipandang Farid sebagai sesuatu yang sah-sah saja dilakukan jika pihak pria tidak
dapat bertanggungjawab; (ii) Farid memandang aborsi dapat dilakukan jika masih
berupa embrio; (iii) Farid memiliki pandangan bahwa aborsi merupakan jalan
satu-satunya dan untuk kebaikan semuanya; (iv) Farid memandang aborsi dapat
dilakukan untuk menjaga keutuhan keluarganya; (v) aborsi dipandang Farid
sebagai jembatan agar dapat melanjutkan hubungan dengan Melodi; (vi) Farid
memandang aborsi dapat dilakukan untuk melanjutkan hidup; (vii) aborsi
dipandang Farid dapat dilakukan untuk melanjutkan karier.
Ayah juga memiliki beberapa pandangan dalam menyikapi aborsi yaitu
sebagai berikut: (i) Ayah memandang bahwa aborsi merupakan hal yang terbaik;
(ii) Ayah memandang bahwa aborsi dapat dilakukan jika anak dalam kandungan
tidak memiliki status yang jelas; (iii) aborsi dipandang Ayah dapat dilakukan jika
anak yang akan lahir tidak memiliki seorang ayah; (iv) Ayah memandang aborsi
101
sebagai jalan untuk memperbaiki nama baik keluarga; (v) aborsi dipandang Ayah
sebagai satu-satunya jalan keluar.
Dokter Sanusi yang bekerja sebagai seorang dokter yang seharusnya
menyelamatkan nyawa tetapi malah membunuh. Pandangan-pandangan Dokter
Sanusi terhadap aborsi sebagai berikut: (i) Dokter Sanusi memandang aborsi dapat
dilakukan untuk membantu memulihkan nama baik sahabatnya; (ii) aborsi
dipandang Dokter Sanusi dapat dilakukan demi sebuah persahabatan.
Melodi dan Kania Ephipania adalah contoh pembuktian bahwa dilihat dari
sisi manapun aborsi adalah tindakan yang merugikan perempuan. Aborsi secara
umum membuat kehidupan perempuan tidak tenang. Melodi dan Kania memiliki
perjuangan yang berbeda untuk mengatasi masalah dalam membebaskan diri dari
aborsi.
4.2 Saran
Objek kajian mengenai pandangan tokoh protagonis, antagonis, dan
tambahan tentang aborsi dalam novel Aborsi karya Idayu Kristanti ini, dalam
penelitian selanjutnya dapat dikaji secara psikologi karena secara tidak langsung
praktek aborsi berakibat pada pskikis kaum perempuan. Hal ini dikarenakan
perempuan banyak yang merasa dipaksa untuk melakukan aborsi. Oleh karena itu
aborsi dapat menyebabkan konflik batin di hati para pelakunya.
Aborsi selalu menjadikan perempuan sebagai korban karena luka sekecil
apapun akan muncul akibat tindakan laki-laki yang menyebabkan adanya aborsi
dalam kehidupan mereka. Laki-laki yang melegalkan adanya praktek aborsi
102
kurang memperhatikan perasaan perempuan sehingga konflik yang dialami
perempuan hanya tersimpan di dalam batin. Hal ini terlihat bahwa dilihat dari sisi
mana pun aborsi akan merugikan pihak perempuan karena aborsi hanya dapat
terjadi pada kaumperempuan saja.
103
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi Djoko. 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra Epistimologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Jabrohim. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widya.
Kristanti, Idayu,2006. Aborsi. Yogyakarta : Pinus.
Kusmaryanto SCJ, CB. 2002. Kontroversi Aborsi. Jakarta : Grasindo.
Kusmaryanto SCJ, CB. 2005. Tolak Aborsi. Yogyakarta : Kanisius.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pusat
Pelajar.
Semi, Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa Bandung.
Shadily, Hassan. 1984. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : PT. Bina
Aksara
Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita rekaan. Jakarta : Pustaka Jaya.
104
Wellek, Renne dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Trj. Melani
Budianta. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1988. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Balai Pustaka.
http://www.aborsi.org/hukum-aborsi.htm (download 16 Mei 2008).
http://www.google.com/ (download 15 Mei 2008).
105
BIOGRAFI
Eka Sumaryati lahir di Cilacap, 18 November 1985, Karang Tawang,
Nusawungu, Jawa Tengah. Pendidikan yang dijalaninya dimulai dari
SD Negeri Karang Tawang (1992), SLTP Negeri II Nusawungu
(1998), SMA Stella Duce III Bantul (2001), sampai dengan menjadi
mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma di
Yogyakarta (2004). Penulis pernah bekerja di Jeges Accecoris Shop, Gejayan (2007),
tentor di Lembaga Bimbingan Belajar Brilliant, Kalasan (2007). Selama di Universitas,
penulis pernah aktif dalam kegiatan kampus yang mendukung kreatifitas. Tulisannya
pernah di publikasikan dalam Warta Kampus. Penulis juga pernah aktif dalam majalah
Gereja Kerasulan Baru, menulis pengalaman kepercayaan dan berita-berita gereja, sampai
saat ini penulis masih aktif.
Penulis bercita-cita ingin menjadi seorang jurnalis dan pengajar sehingga dapat
membanggakan dan membahagiakan keluarga.