pandangan hidup masyarakat jawa
DESCRIPTION
artikel menarik untuk memahami budaya ramuan kepercayaan jawa + hindu+budha + islam . sehingga unsur jawa tetap menang tanpa unsur pendatang merasa dikalahkan.TRANSCRIPT
PANDANGAN HIDUP
MASYARAKAT JAWA
sumber buku :
Unsur religius dalam sastra jawa hal. 5 -10.
penulis : djojosantosa, B.A.
penerbit aneka ilmu semarang, cetakan tahun 1986
artikel ini ketik oleh:
Edy Pekalongan
2009
Buku Karya Edy Pekalongan
Buku Anahata , Motivasi Inspirasi . ISBN 978 – 602 – 19498 – 1-8.
Buku ini mengajak pembaca mengolah perasaannya menjadi seluas samudra sehingga
memiliki sifat kuat, tenang dan damai. Memahami bahwa sesungguhnya terlahir sebagai
manusia adalah karunia yang luar biasa, gunakanlah kesempatan ini untuk belajar
memahami tujuan penciptaan anda di planet bumi ini, bukan hanya sekedar menghabiskan
usia dengan makan, minum, sex, mencari uang, mengurus keluarga dan tidur. Dalam diri
manusia ada keistimewaan, hanya tidak semua manusia mengetahuinya dan
mengembangkannya.
Buku ini akan memotivasi anda agar berani menjadi diri sendiri dan menginspirasi anda agar
berani bertindak mewujudkan cita cita.
Harga : 77 ribu rupiah
Info Kunjungi :
http://edypekalongan.blogspot.com/2011/12/karyaku-untuk-indonesia-2012.html
Pandangan Hidup Masyarakat Jawa
masyarakat jawa ialah masyarakat yang sikap hidupnya mendasarkan kepada adat istiadat tatacara
jawa. Yaitu suatu adat tatacara hidup yang diwariskan oleh Linuhungnya sejak berabad
abad lamanya. dalam pergaulan setiap harinya masyarakat tersebut menggunakan bahasa ibu
bahasa jawa. yaitu salah satu bahasa daerah di nusantara yang termasuk rumpun bahasa melayu
Polynesia atau Ostronesia yang juga sering disebut nusantara. 9) masyarakat ini menempati daerah
asal bagian tengah dan bagian timur pulau jawa secara bergerombol atau berkelompok. Mata
pencahariannya bercocok tanam, berburu dan mencari ikan.
1. sebelum pengaruh hindu budha
berdasarkan hasil penyelidikan para cerdik cendikia, kurang lebih 3000 tahun sebelum yesus kristus
lahir, terjadilah imigran gelombang pertama dari china selatan menyebar ke asia tenggara. kemudian
diikuti oleh imigran imigran berikutnya yang menempati kepulauan nusantara. Gelombang yang
kemudian ini menempati bagian tengah dan bagian timur pulau jawa dan selanjutnya
dianggap menjadi nenek moyang orang jawa. imigran inilah yang kemudian menjadi cikal bakal
masyarakat jawa. 10) didalam menanggapi alam lingkungan hidupnya, masyarakat jawa memandang
bahwa benda benda sekelilingnya mempunyai daya hidup dan mempunyai kekuatan yang
berpengaruh terhadap hidup dan kehidupannya. Pengaruh baik maupun pengaruh jelek yang
menguntungkan maupun yang merugikan, yang membahagiakan maupun yang menyengsarakan.
Selain itu masyarakat jawa mempunyai keyakinan bahwa roh nenek moyang setelah kematiannya,
tetap bersemayan di sekitar tempat tinggalnya dan dianggap masih aktif mengayomi keluarga yang
ditinggalkan. jalan pikiran yang serupa menimbulkan sikap hidupnya berusaha untuk selalu ingin
mengikatkan dirinya dengan segala kekuatan yang dianggap mempunyai daya pengaruh terhadap
hidup dan kehidupannya sehari hari.
adapaun caranya bertindak dengan sikap hormat dan memuji yang diujudkan dengan menempatkan
sesajian di tempat tempat tertentu yang berupa makanan, pakaian, bunga bunga-an dan lain
sebagainya. demikian juga membunyikan puji pujian, menari nari dan
seterusnya, singkat kata mengadakan selamatan. Dikandung maksud agar selalu terjalin adanya
keterikatan yang mutlak hingga dapat menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan sepanjang
kehidupannya. pandangan hidup semacam itu dilestarikan dan dikembangkan dari generasi ke
generasi. sehingga generasi generasi berikutnya menalurikan secara alamiah melaksanakan adat
tatacara yang serupa sepanjang masa.
ini adalah pandangan hidup asli masyarakat jawa. sekalipun masalah tersebut hingga sekarang belum
diadakan penyelidikan secara menyeluruh, mendalam dan tuntas, namun uraian sepintas
tentang masyarakat jawa tersebut sebelum kehadiran pengaruh agama hindu dan budha di bagian
tengah dan bagian timur pulau jawa, itu sudah dapat di pergunakan sebagai ancer ancer penjajakan
bahwa pada jaman itu masyarakat jawa telah mempunyai benih kepercayaan yang dengan tulus di
yakini tentang kekuatan gaib yang terdapat di dalam sesuatu yang berada di luar jangkauan pikir
manusia dan yang selalu disuhun suhun. karena dipandang dapat mendatangkan rasa tentram dan
rasa bahagia terhadap kehidupan pribadi, keluarga dan kulawangsanya.
2. Pengaruh Hindu dan Budha
kiranya disadari bahwa akibat pergaulan sesama bangsa. Pengaruh agama hindu dan Budha terhadap
masyarakat jawa pada jaman dahulu nampak demikian besar dan mendalam. Terbukti sisa sisa
peninggalan pengaruhnya di negara kita hingga sekarang masih dapat dinikmati dan diminati. Contoh
yang jelas adalah adanya peninggalan yang berbentuk candi, prasasti prasasti, pustaka, peradaban
dan lain sebagainya. dari sejumlah peninggalan itu dapat di kaji dan dianalisa sejauh mana tanggapan
masyarakat linuhung jawa jaman dahulu terhadap pandangan hidup peradabannya.
sekalipun belum diketahui dengan jelas kapan kehadiran agama hindu dan budha yang kemudian
merembes ke dalam peradaban masyarakat jawa, atas dasar bukti diketemukannya sebuah
peninggalan yang berupa patung yang diperkirakan lebih tua umurnya, dapat diperhitungkan bahwa
sebelum abad ke V Masehi, pengaruh agama Hindu dan Budha tersebut telah dirasa ada. 11) patung
dan candi berkat pengaruh agama HIndu dan Budha. itu merupakan alat merenung untuk
mendapatkan kecerahan nurani. di tempat itulah para pemeluk agama baru atau para pendeta itu
melaksanakan meditasi peningkatan diri dengan sesuatu yang mempunyai kekuatan yang serba
maha dan yang tidak dapat dijangkau oleh kemampuan manusia yang bagaimanapun juga dalam
rangka mencapai ketentraman dan kebahagiaan sebagaimana di paparkan di dalam candi tersebut.
Apakah itu sang budha, Shiwa, Wisnu dan lain lain ataukah dewa dewa penguasa jagat raya yang lain
lagi. Bagi masyarakat jawa yang mempunyai sikap terbuka dan toleran terhadap semua yang baru,
memandang bahwa patung dan candi tersebut dianggap sebagai sarana juga untuk memuja nenek
moyang yang telah
meninggal. sehingga kehadiran agama baru tersebut tidak di tentang tetapi dengan rela hati bahkan
dipadukan dengan keyakinan aslinya. Maka tidak aneh apabila ada beberapa candi yang kemudian di
bangun diatas bukit atau perbukitan, karena semenjak semula tempat suci pemujaan arwah
linuhungnya pada waktu sebelum kedatangan agama baru di tempatkan di teras teras atas. di lain
pihak candi juga di pergunakan untuk memakamkan jenasah raja raja. karena menurut pandangan
hidup masyarakat jawa pada saat itu, raja dianggap menjadi sumber dan pusat kekuatan gaib yang
memancarkan daya kekuatannya kesegala penjuru alam sekitarnya.
dan berkat pengaruh raja itulah maka negara menjadi aman dan sejahtera. Dengan demikian maka
walaupun agama baru itu tidak terang terangan ditolak, tetapi gagasan masyarakat jawa yang aseli
juga tidak dimusnahkan, Dilibatkan di dalamnya justru menjadi dasar yang kokoh melestarikan tradisi
nenek moyangnya.
Malah karena toleransinya itu, yang semula kedua agama di tanah airnya berlainan pandang, oleh
masyarakat jawa tidak di perlakukan berbeda. Diproses untuk dijadikan satu, dinasionalisir bahwa
kedua duanya sama bobot dan sama bermanfaatnya bagi hidup dan kehidupan. kenyataan ini
sebagai bukti dapat dikemukakan tentang pribadi Kertanegara jaman kerajaan singasari.
Raja yang tersohor di dalam lembaran sejarah nasional itu, dimakamkan sebagai shiwa- Budha.
padahal selagi hayatnya dipandang sebagai titisan wisnu.
3. Pengaruh agama islam
agama islam masuk ke pulau jawa dibawa oleh para pedagang muslim dari gujarat dan persia. 12)
Para mubalig agama islam merasa kesulitan menembus kerajaan Jawa. Karena kebudayaan
masyarakat jawa telah tinggi tarafnya. 13) masyarakat jawa telah menganut pandangan hidup jawa-
hindu-budha yang kuat dan telah berlaku berabad abad lamanya.
Namun dengan sikap keterbukaan dan toleransinya itu, agama islampun masih pula diterima dengan
senang hati ke haribaan jiwanya untuk memperkaya peradabannya. sebagaimana proses penerimaan
agama hindu dan budha pada abad abad sebelumnya, agama islampun juga dikunyah dan
dilumatkan dengan pandangan hidup aslinya yang telah dikuatkan dengan anasir hindu dan budha.
Sekalipun masyarakat jawa telah berganti haluan melaksanakan upacara upacara menurut tatacara
Islam, seperti halnya upacara upacara pada bulan bulan besar, Sura, Mulud, Rajab dan lain lainnya,
masyarakat jawa selalu mengaitkan dengan tata - upacara aslinya. Yakni: Slametan dan nyadran,
menghormat arwah nenek moyang dalam rangka mendapat barkah.
Demikian pula tentang sikapnya terhadap bulan puasa, bagi umat islam diwajibkan berpuasa selama
satu bulan penuh seperti yang diperintahkan oleh allah yang maha agung yang terdapat di dalam
kitab suci al qur'an surat al baqarah ayat 183, 14) masyarakat jawa walaupun ada yang tidak
menjalankan rukun agama islam secara lengkap, namun pada umumnya taat sekali berpuasa setiap
bulan siam tersebut.
Adat tersebut dianggap sejalan dengan tirakat dalam tatacara warisan linuhungnya. bahkan selain
puasa pada bulan ramadhan, masih pula ada yang menjalankan puasa secara khidmat pada hari
kelahiran anak anaknya dan lain sebagainya. kebiasaan lain yang senada dalam melestarikan petuah
nenek moyangnya yaitu : mutih, ngebleng, ngorowt, patigeni dan.. bertapa, yang didalam ajaran
agama islam tidak diwajibkan.
Naluri tatacara yang lain ialah kebiasaan mengunjungi makam nenek moyang limuhungnya. Acara ini
merupakan kewajiban yang penting bagi masyarakat jawa. Makam itu merupakan tempat yang
paling baik dan keramat untuk memohon pertolongan. karena tempat tersebut dianggapnya tempat
yang gaib untuk berkomunikasi dengan roh roh linuhungnya. 15 ) biasanya dilaksanakan menjelang
akhir bulan ruwah dan pada akhir bulan puasa atau tepat pada hari raya idul fitri, hari yang termasuk
hari besar agama islam.
Pada saat saat itu makam nenek moyang linuhungnya dibersihkan, ditaburi bunga bunga dan
dibacakan doa doa. Tak lupa pula membakar kemenyan. itu semua adalah buktyi bahwa pandangan
hidup yang diwarisi dari linuhung jawa tidak mudah lenyap, meskipun telah dilanda oleh pandangan
hidup dari agama manca negara, hindu , budha, dan islam berabad abad lamanya.
Agama agama baru tersebut diolah sedemikian rupa sehingga menjadi milik pribadi masyarakat jawa
sebagai jati diri jawa yang selanjutnya diturunkan kepada anak cucu canggah - wareng. pada galibnya
yang dianggap sebagai panutan agama islam ialah para waliyullah yang kemudian sering dijuluki
sunan. 16) Contohnya: Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan kalijaga, Sunan ngampel, Sunan gunung
jati, Sunan Tembayat, Sunan geseng dan lain lain sebagainya.
Di antara sekalian waliyyulah itu yang paling terkenal dikalangan masyarakat jawa ialah sunan
kalijaga. terkenal bukan saja sebagai penyebar islam seperti yang diajarka oleh nabi muhammad
saw., tetapi juga karena tersohor sebagai pembaharu wayang kesenian tradisional masyarakat jawa
yang dianggap keramat.
Sunan kalijaga juga menjadi lambang agama islam di jawa yang bersifat sinkritis. yaitu campuran
islam, animisme, hinduisme dan budhisme.17) sedangkan nabi muhammad saw. penghormatannya
di tempatkan didalam penyususnan silsilah yang dibuatnya sebagaimana terdapat di dalam buku
pustakaraja susunan R. Ngabehi Ranggawarsita.
Yaitu bahwa dewa dewa, raja raja dan para nabi itu berasal dari satu keturunan yang ialah nabi adam
as. Ini berarti keturunan dewa dewa, raja raja jawa dipadukan dengan keturunan Nabi.18) Hal itu
memang disengaja oleh sang pujangga kerajaan tersebut demi kerukunan dan perdamaian.
berpegang sekelumit uraian diatas, dapat dimaklumi bahwa masyarakat jawa selalu berusaha untuk
menyelaraskan dirinya dengan kekuatan alam lingkungan dalam rangka mencapai hayuning bawana
atau kedamaian dunia. Adapun caranya ialah wajib memelihara dan memperbaiki adat tatacara yang
hidup dalam masyarakat. Dengan landasan bahwa diluar kekuatan dan kekuasaan manusia ada
sumber kekuatan dan kekuasaan yang maha hebat, ialah : Pangeran Ingkang Maha Agung. Tuhan
seru sekalian alam.
catatan:
9) Slamat Mulyana, Prof. Dr., Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara,
P.N. Balai Pustaka, Jakarta,1964, hal. 138
10) Franz Magnis Suseno, Etika Jawa, penerbit P.T. Gramedia, Jakarta,1984, halaman 21
11) Harun Hadiwijono, Dr., Agama Hindu dan Budha, BPK Gunung Mulia, Jakarta,1982, halaman 83
12) Koentjaraningrat, Prof. Dr., Kebudayaan Jawa,Balai Pustaka, Jakarta, 1984, halaman 48
13 ) Harahap, A.S., Sejarah Penyiaran agama Islam di Asia Tenggara, T.B. Islamiyah, Medan,1951,
halaman 28
14) ...
15) Partini, Sikap Orang Jawa tengah Terhadap makam,
Prisma No. 2, pebruari 1979, halaman 28
16) ...
17) Subardi, S., Islam di Indonesia Prisma No. Ekstra,1978,halaman 68
18) Efendi Zarkasi, Drs. H., Unsur Islam dalam wayang, Penerbit PT. Alma'Arif, Bandung,1977,
halaman 84.
Penutup
komentar silahkan melalui email :
edy_pekalongan @yahoo.co.uk
semoga bermanfaat.