pancasila sebagai cita (desita, 35)
TRANSCRIPT
![Page 1: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/1.jpg)
PANCASILA SEBAGAI CITA-CITA LUHUR BANGSA
OLEH:
DESITA NURRAMADHANI
105070304111002
UNVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN ILMU GIZI KESEHATANMALANG 2010
![Page 2: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/2.jpg)
I. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar, bangsa yang telah merdeka
selama puluhan tahun. Setelah dijajah selama kurang lebih 3,5 abad lamanya,
Indonesia akhirnya mampu tegak berdiri menjadi merdeka. Saat menyusun
kemerdekaan tersebut, bangsa Indonesia tidak berhenti berjuang melawan
ketidakadilan.
Setelah melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan akhirnya bangsa
Indonesia telah mencapai ambang kemerdekaan. Para tetua negara Indonesia
mencari dasar negara, mencari suatu dasar di atas apa negara ini akan dibangun.
Pancasila akhirnya diputuskan untuk menjadi dasar negara yang mendasari
seluruh persoalan hukum dan persoalan yang ada di Indonesia.
Pancasila sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 juga mendasari cita-cita
luhur bangsa Indonesia. Yang mana harus capai oleh bangsa ini ketika telah
merdeka. Para tokoh pendiri Indonesia telah merumuskan segala cita-cita ini
setelah melalui rapat yang panjang dan melalui banyak perundingan hingga
tercapai suatu rumusan tentang cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia
ketika merdeka.
Cita-cita luhur bangsa Indonesia semestinya menjadi dasar pembangunan
negara ke arah yang semestinya, membentuk Indonesia yang lebih baik dan lebih
makmur di masa depan sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Semestinya kita sebagai penerus bangsa tidak melupakan cita-cita luhur tersebut
dan mulai melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya demi Indonesia yang
![Page 3: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/3.jpg)
lebih baik dan lebih maju di masa depan sebagaimana dicita-citakan oleh para
pendiri bangsa.
II. Permasalahan
Negara adalah perwujudan sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial
(Notonagoro, 1975).1 Sehingga semestinya negara dapat memenuhi segala cita-
cita rakyatnya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Indonesia memang baru berdiri selama 65 tahun lamanya. Masih kalah
dibandingkan dengan Republik China dan Jepang yang telah ribuan tahun berdiri
dan sekarang menjadi raksasa Asia. Indonesia masih harus banyak belajar dari
negara lain untuk menjadi negara besar.
Masalah yang kita hadapi sekarang adalah, Indonesia belum bisa mencapai
cita-cita luhur yang telah dirumuskan sejak 65 tahun yang lalu. Padahal, cita-cita
luhur tersebut adalah hal dasar yang harus kita capai sebelum menjadi bangsa
yang besar.
Cita-cita luhur bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila sebagaimana
termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945, adalah:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial
Dalam penjabaran tersebut telah jelas bahwa cita-cita luhur bangsa
Indonesia sejatinya adalah untuk bangsa Indonesia sendiri. Dari bangsa Indonesia
1. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Prof Dr H Kaelan, MS & Drs. H Achmad Zubaidi, Msi. Yogyakarta: Paradigma. Halaman 39.
![Page 4: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/4.jpg)
untuk bangsa Indonesia. Jika kita lihat kenyataannya dalam kehidupan sekarang
ini, Indonesia masih belum sepenuhnya meyakini dan meresapi cita-cita luhur
bangsa Indonesia tersebut.
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Indonesia memiliki cita-cita untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia secara utuh. Tidak hanya
segolongan orang tertentu yang memiliki kekuasaan. Melindungi berarti
memberikan jaminan. Jaminan ini dapat berupa kedudukan hukum yang setara
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada kenyataannya, jaminan akan kedudukan hukum yang setara ini
tidaklah dilakukan dengan semestinya. Masih banyak rakyat miskin yang
dengan mudahnya masuk penjara lantaran masalah sepele dan mereka sangat
susah untuk keluar dari penjara karena proses yang berbelit-belit. Namun, para
koruptor yang telah menyengsarakan begitu banyak jiwa dapat bebas dan
melenggang tenang dari jeratan hukum. Begitu sebagian kecil orang ‘berduit’
yang dengan mudahnya terbebas dari sanksi hukum karena aparat kita begitu
mudah goyah melihat suap.
Melindungi juga berarti memberikan dukungan penuh pada warga
negara yang berada di negeri orang. Pada kenyataannya banyak Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang tidak mendapat jaminan hukum dan pada akhirnya
menjadi korban kekerasan di luar negeri.
Para pelajar yang menuntut ilmu di luar negeri hendaknya juga
mendapatkan perlindungan dan jaminan yang layak. Pada tahun 2009, seorang
pelajar Indonesia terbunuh di Nanyang University di Singapura. Banyak yang
![Page 5: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/5.jpg)
tidak percaya mahasiswa tersebut bunuh diri seperti yang dikonfirmasi oleh
polisi disana. Banyak yang menduga bahwa hasil skripsi mahasiswa tersebut-
lah yang memicu terjadinya pembunuhan terhadap mahasiswa tersebut.
Sayangnya, pemerintah kita sedang sibuk berkampanye pada saat kasus itu
sedang berjalan, sehingga tanggapan mereka pun sangat minim. Padahal
seorang mahasiswa berprestasi sedang menjadi korban pembunuhan yang
mengenaskan dan menjadi korban pemfitnahan di negeri orang.
Kejadian seperti ini sangat memiriskan hati, karena dalam UUD 1945
telah jelas disebutkan tentang perlindungan warga negara, dan kenyataannya
sangat bertolak belakang dengan cita-cita tersebut.
2. Memajukan kesejahteraan umum
Bagaimana dengan meningkatkan kesejahteraan umum? Warga negara
Indonesia ada yang makmur dan ada yang miskin. Masalah yang kita hadapi
sekarang, lebih banyak yang berada di garis kemiskinan dengan yang berada di
atas garis kemakmuran. Jenjang perbedaan diantara keduanya sangat jauh,
ibaratnya ada yang bisa membeli mobil sampai satu toko, adapula yang
mencari nasi saja sangat susah. Padahal, negara kita adalah negara yang gemah
ripah loh jinawi.
Semestinya Indonesia bisa dengan mudah memajukan kesejahteraan
rakyat dengan memanfaatkan segala kekayaan yang ada. Akan tetapi
pemanfaatan tersebut sangat jarang dilakukan. Kita lebih sering
mengeksploitasi dibandingkan dengan memanfaatkan sehingga jangka waktu
pemanfaatannya pun sangat singkat.
![Page 6: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/6.jpg)
Contoh kecil mengenai eksploitasi yang kita lakukan adalah pengerukan
pasir Pantai Geger di Bali pada tahun 2008 untuk dijual ke luar negeri demi
menambah anggaran daerah. Contoh lainnya adalah keterpusatan kemakmuran
yang hanya ada di Jawa saja, tetapi kemiskinan yang paling parah pun terjadi di
Jawa. Banyak penduduk kita yang tempat hidupnya tidak merata.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
Bicara tentang kemakmuran, kita pada akhirnya akan menyinggung
tentang pendidikan. Jika dalam pembukaan undang-undang dasar telah
disebutkan bahwa kita memiliki cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, maka seharusnya pendidikan bukanlah sesuatu yang sulit untuk
dicapai. Tetapi pada kenyataannya, pendidikan masih sangat sulit dicapai. Ada
kesenjangan yang sangat jauh antar rakyat Indonesia. Ada yang mampu
menyelesaikan pendidikannya hingga keluar negeri, hingga mencapai gelar
profesor. Namun, ada pula yang tamat SD pun tak sanggup karena biaya yang
menjulang. Tentu saja, ini adalah masalah yang sangat besar dan PR besar bagi
seluruh generasi penerus bangsa.
Tampak bahwa negara belum mampu mengupayakan pendidikan yang
merata bagi setiap penduduk. Pendidikan kian menjadi barang mahal yang
hanya bisa dibeli dan dinikmati oleh orang yang punya uang. Alokasi dana
sebesar 20 persen dari APBN untuk bidang pendidikan juga belum terealisasi
dengan baik. Ujung dari semua itu adalah terjadinya problem kebodohan yang
dialami oleh penduduk miskin yang jumlahnya cukup besar.
Alokasi dana sebesar 20 persen dari APBN untuk bidang pendidikan
perlu direalisasikan secepatnya, tentunya dengan diawasi secara ketat supaya
![Page 7: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/7.jpg)
tidak terjadi korupsi dalam pelaksanaannya. Dengan realisasi 20 peren dana
APBN untuk pendidikan diharapkan akan membawa manfaat yang besar
terutama bagi rakyat miskin yang selama ini tidak bisa menikmati pendidikan
formal. Sehingga, pendidikan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh
masyarakat.
Hal ini penting karena kunci kemajuan sebuah bangsa terletak pada
kemajuan mutu pendidikannya.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial
Dalam Posisi Indonesia di dunia sungguh sangat lemah, dapat kita lihat
dari Timor Timur, Pulau Sipadan dan Ligitan yang lepas dari Indonesia adalah
contoh dari lemahnya posisi kita. Contoh lainnya adalah betapa mudahnya TKI
mendapat perlakuan kasar dari majikannya di luar negeri seolah tidak melihat
melihat mereka sebagai manusia yang layak dihargai, ini menunjukkan bahwa
mereka tidak membawa kewibawaan karena negara mereka tidak memiliki
posisi yang kuat di dunia.
III. Pembahasan
Sebagaimana disampaikan Bung Karno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni
1945 di dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan, beliau dengan tegas
berkata:
“Kita hendak mendirikan sebuah negara ‘semua buat semua’. Bukan buat
satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun
golongan kaya, tetapi semua buat semua.”2
2. Kumpulan Kursus tentang Pancasila oleh Presiden Soekarno di Istana Negara. 1986. Jakarta : Penerbit IdayuHalaman 142-143.
![Page 8: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/8.jpg)
Pidato tersebut disampaikan berkenaan dengan sidang untuk menentukan
dasar negara Indonesia. Setelah dasar pemikiran yang disampaikan Bung Karno
tentang persatuan tersebut terbentuklah suatu dasar negara yang akhirnya akan
kita sebut Pancasila.
Dengan dasar pemikiran Bung Karno telah jelas bahwa Indonesia dibentuk
bukan untuk golongan tertentu. Sehingga semestinya seluruh cita-cita bangsa ini
dapat dicapai bagi semua golongan bukan hanya bagi satu golongan tertentu
seperti yang sekarang ini terjadi saat ini.
Jika kita meyakini dan meresapi kata-kata bung Karno diatas, maka kita
akan mengerti bahwa negara ini semestinya milik seluruh rakyat Indonesia, bukan
hanya milik golongan tertentu. Sehingga semestinya perlindungan adalah milik
segenap bangsa, bukan hanya golongan tertentu.
Perlindungan hukum hanya bisa diciptakan jika seluruh aparat hukum tidak
mudah terkena suap, jika penegak hukum kita memiliki mental baja yang
menjunjung tinggi keadilan. Perlindungan warga negara di luar negeri juga sangat
penting kita junjung tinggi untuk memberikan rasa aman dan jaminan yang
menyeluruh.
Kemakmuran pun semestinya adalah milik seluruh bangsa ini. bukan hanya
milik golongan tertentu yang mewariskannya pada sebagian golongan tertentu,
bukan disebarkan pada segenap bangsa ini. Bagaimana mengatasinya? Dengan
pembangunan yang merata dan sesuai dengan cita-cita Pancasila, sebagaimana
Pidato Kenegaraan Presiden pada Tanggal 16 Agustus 1983:
![Page 9: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/9.jpg)
“Pembangunan masyarakat modern acapkali membawa kecenderungan
terbenturnya kepentingan antar golongan dalam masyarakat. Kecenderungan ini
dapat kita hindari dengan mengamalkan Sila Persatuan Indonesia.”3
Dengan berdasarkan dengan Sila Persatuan Indonesia, selanjutnya
pembangunan akan lebih merakyat dan lebih merata tanpa ada golongan yang
merasa lebih diuntungkan. Jikalau kita bisa memanfaatkan seluruh kekayaan yang
ada dan menggunakan seluruh SDM serta SDA yang tersedia, maka kesejahteraan
bukanlah mimpi lagi untuk diwujudkan.
Kemakmuran dapat kita wujudkan dengan pemerataan penduduk dan
pembangunan yang lebih merata. Dengan begitu seluruh rakyat di Indonesia
mendapat manfaat dengan merata. Dengan pembangunan yang merata, pendidikan
juga akan merata di setiap tempat di Indonesia.
Untuk mengatasi kedudukan Indonesia yang tidak kuat di hadapan
internasional, Indonesia harus bisa mengadakan diplomasi yang lebih kuat lagi
dan meningkatkan kedudukan ekonomi di kancah Internasional.
IV. Kesimpulan dan saran
Pancasila telah memberikan corak yang khas pada bangsa Indonesia yang
akan membedakan dengan bangsa yang lain. Kemungkinan tiap-tiap sila secara
terlepas dari yang lain bersifat universal juga dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
Tetapi kelima sila yang tidak terpisah-pisahkan menjadi ciri khas bangsa
Indonesia.4
Dengan demikian, cita-cita luhur bangsa Indonesia harus segera diwujudkan
karena Pancasila merupakan ciri khas kita. Jika kita tidak mewujudkan cita-cita
luhur bangsa ini, maka ciri khas kita pun akan segera luntur. Kita juga tidak
3. Manusia Indonesia, Manusia Pancasila. 1984. Kohar Hari Sumarno, SH. Ghalia Indonesia. Halaman 105.4. Pancasila (Tinjauan dari Aspek Filsafat). 1991. Drs Achmad Fauzi. Malang: Lembaga Penerbitan & Publikasi FIA UB. Halaman 33.
![Page 10: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/10.jpg)
mampu menjadikan negara ini sesuai dengan keinginan para pendiri bangsa yang
telah meneteskan banyak keringat dan darahnya demi mendapatkan Indonesia
yang merdeka.
Saran penulis adalah sebaiknya seluruh rakyat Indonesia terutama
pemerintah segera mengingat kembali cita-cita luhur yang belum juga terwujud
dengan baik ini. Sehingga Indonesia yang diharapkan oleh para pendiri bangsa
segera terwujud.
![Page 11: Pancasila Sebagai Cita (Desita, 35)](https://reader037.vdokumen.com/reader037/viewer/2022100415/5572109e497959fc0b8d72cb/html5/thumbnails/11.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauzi, Drs Achmad. 1991. Pancasila (Tinjauan dari Aspek Filsafat). Malang: Lembaga Penerbitan & Publikasi FIA UB.
2. Kaelan, H. & Drs. H Achmad Zubaidi, Msi. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Yogyakarta: Paradigma. Halaman 39.
3. Noname. 1986. Kumpulan Kursus tentang Pancasila oleh Presiden Soekarno di Istana Negara. Jakarta : Penerbit Idayu
4. Sumarno, Kohar Hari. 1984. Manusia Indonesia, Manusia Pancasila. Ghalia Indonesia.