pancasila ppt

Upload: iphe-lovened

Post on 20-Jul-2015

160 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

HANIFAH CHOIRUNNISA (I0111050) MILA NATA PURNAMA (I0111068)

Kualitas penduduk Indonesia yang masih bervariasi antarpropinsi dan jauh tertinggal dari negara Asia Tenggara yang lain seperti Malaysia dan Thailand yang dapat diamati dari angka indeks pembangunan manusia (IPM); Persebaran penduduk Indonesia juga masih belum merata. Sebagian besar penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa (58 persen). Hal ini berakibat pada perbedaan kepadatan penduduk yang sangat mencolok di beberapa propinsi seperti DKI Jakarta dengan 14,5 ribu penduduk per km2, sedangkan di Irian Jaya hanya 5 penduduk per km2 dan hal itu mengakibatkan sulitnya pelaksanaan program pembangunan yang lebih merata dan memperberat daya tampung lingkungan.

Peningkatan kualitas penduduk yang meliputi peningkatan kualitas keagamaan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial-budaya, dan peningkatan kualitas aspek kependudukan lainnya; Pengendalian pertumbuhan dan kuantitas penduduk; Pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk sehingga penduduk tidak terkonsentrasi pada wilayah-wilayah tertentu.

Adanya krisis ekonomi dan moneter yang disertai dengan krisis multidimensional semakin mendorong timbulnya masalah-masalah kemasyarakatan yang meliputi konflik sosial dan bencana alam; kemiskinan yang berakibat pada ketidaksejahteraan kelompok rentan; dan penyalahgunaan narkotika, obat, dan bahan berbahaya (narkoba). Selain itu terjadinya konflik sosial di beberapa wilayah Indonesia, terutama di propinsi-propinsi D.I. Aceh dan Maluku sudah pada tahap yang mengkhawatirkan, dan mengancam integrasi dan kesatuan bangsa Indonesia. Masalah kesejahteraan sosial lain yang menonjol adalah keterlantaran, kecacatan, anak jalanan dan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan hasil Susenas 1998, jumlah anak terlantar tercatat sebanyak 3,9 juta yang terdiri dari 1,1 juta balita dan 2,8 juta anak usia 6-18 tahun, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar tercatat sekitar 3,5 juta jiwa.

Penguatan ikatan sosial dan integrasi bangsa serta penanganan masalah pengungsi sebagai akibat konflik sosial dan bencana alam; Mempertahankan jangkauan dan kualitas pelayanan sosial yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah; Penanggulangan penyalahgunaan narkoba, termasuk rehabilitasi sosial; Pendirian Pusat Informasi dan Layanan Masyarakat yang antara lain ditujukan untuk mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang makin berkembang.

Meningkatnya angka pengangguran dan membengkaknya jumlah penduduk miskin mengakibatkan terjadinya penurunan derajat kesehatan dan gizi masyarakat. Gejala itu tampak pada timbulnya berbagai kasus gizi buruk pada kelompok umur bawah lima tahun yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas generasi mendatang. Kecenderungan meningkatnya masalah kecacatan yang disebabkan baik oleh kelahiran, kecelakaan maupun rudapaksa. Kejadian bayi lahir cacat masih kurang mendapat perhatian khusus terutama dalam pelayanan khusus tumbuh kembangnya, sehingga hak-hak untuk hidup mandiri dan berkualitas belum terjamin Angka kesakitan beberapa penyakit menular cenderung meningkat, seperti penyakit malaria, tuberculosis (TB), demam berdarah (DBD) dan HIV/AIDS. Akibat dari penyakit TB setiap tahunnya tercatat penderita sekitar 583 ribu orang dan menyebabkan kematian sekitar 140 ribu orang.

Memberikan pelayanan kesehatan dasar dan kebidanan serta rujukannya bagi keluarga miskin; Pelayanan perbaikan gizi bagi ibu hamil; Meningkatkan upaya pemberantasan penyakit menular dan kesehatan lingkungan; Revitalisasi Posyandu; Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JPKM) dengan menggali potensi sumber daya masyarakat untuk membayar premi.

Dalam pembangunan pendidikan dijumpai berbagai masalah antara lain: (1) Masih rendahnya angka partisipasi pendidikan pada jenjang pendidikan menengah dan tinggi; (2) Masih rendahnya mutu pendidikan; (3) Belum mantapnya sistem pendidikan nasional terutama menyangkut kelembagaan dan manajemen pendidikan; (4) Masih belum meratanya pendidikan di Indonesia.

Mencegah meningkatnya angka putus sekolah untuk mempertahankan angka partisipasi pendidikan serta menjaga penyelenggaraan mutu pendidikan; Melanjutkan upaya perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan; Meningkatkan manajemen pendidikan baik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi yang mengarah pada otonomi dan desentralisasi.

Kemampuan bangsa menghasilkan barang dan jasa masih sangat tergantung pada teknologi yang diperoleh melalui lisensi dari negara-negara maju, sehingga perkembangan daya saingnya menjadi sangat terbatas. Ketergantungan terhadap lisensi juga menghambat perkembangan struktur produksi yang mengaitkan kegiatan produksi di usaha besar dengan kegiatan produksi di usaha kecil dan menengah yang menyebabkan pendalaman rantai nilai semakin tidak terbentuk secara efektif. Hal ini merupakan salah satu penyebab rapuhnya kekuatan produksi nasional dalam menghadapi krisis.

Mendayagunakan sumberdaya iptek dalam mengatasi dampak krisis dengan mengoptimalkan infrastruktur dan sumberdaya riset dan teknologi; Penyusunan kebijakan strategis (Jakstra) serta prioritas utama nasional (PUNAS) di bidang riset dan teknologi; Pembenahan di bidang perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HaKI).

Di bidang pendidikan, akses dan peluang perempuan terhadap kesempatan memperoleh pendidikan lebih kecil dari laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh lebih banyaknya perempuan berumur 10 tahun ke atas yang buta huruf (14,1 persen) dibandingkan laki-laki (6,3 persen) dan relatif lebih rendahnya rasio siswa perempuan pada sekolah dasar hingga menengah atas (61 persen) dibandingkan laki-laki (68 persen). Di bidang ekonomi dan ketenagakerjaan, peluang yang dimiliki perempuan untuk bekerja dan berusaha serta akses terhadap sumberdaya ekonomi masih relatif lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini tercermin dari rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan (43,5 persen) dibandingkan dengan TPAK laki-laki (72,6 persen)

Di bidang hukum, kesadaran jender di kalangan penegak hukum masih relatif rendah dan jumlah penegak hukum yang menangani kasus-kasus ketidakadilan bagi perempuan masih relatif sedikit. Di bidang politik, peran dan kedudukan perempuan masih sangat rendah, khususnya dalam proses pengambilan keputusan di lembaga-lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif. Hal ini selanjutnya menyebabkan kurang terakomodasinya aspirasi dan kepentingan perempuan dalam pembangunan bangsa secara keseluruhan.

Di bidang pendidikan, salah satu upaya untuk meningkatkan rasio siswa perempuan pada tingkat sekolah dasar hingga menengah atas; Di bidang kesehatan, terutama dalam rangka menurunkan angka kematian ibu melahirkan (AKI), telah dikembangkan Rumah Sakit Sayang Ibu di seluruh propinsi; Dalam hal ketenagakerjaan, telah diupayakan perlindungan bagi pekerja perempuan yang seringkali mendapat ancaman dan perlakuan negatif, antara lain melalui pembentukan Pusat Pelayanan Informasi bagi Tenaga Kerja Wanita di Bandara SoekarnoHatta Jakarta dan Bandara Juanda Surabaya; Di bidang hukum, terus dilakukan upaya untuk menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang diskriminatif terhadap perempuan atau bias jender.

Dari segi tata nilai, bangsa Indonesia merupakan bangsa yang agamis. Agama yang dianut dapat menjadi potensi positif untuk kemajuan bangsa, namun di sisi lain dapat menjadi sumber konflik yang menimbulkan perpecahan dan disintegrasi. Keadaan tersebut pada tahun-tahun terakhir dialami oleh bangsa Indonesia khususnya di Maluku, Aceh, dan beberapa wilayah Kalimantan, Sulawesi, serta Nusa Tenggara Barat. Apabila ditelusuri lebih mendalam sumber utama timbulnya konflik antar umat beragama tersebut tidak selalu murni dari sisi agama, tetapi dari sisi lain seperti masalah ekonomi, politik dan perebutan kekuasaan.

Peningkatan keimanan, ketakwaan kerukunan umat beragama; Peningkatan peranserta umat beragama; Peningkatan pendidikan agama keagamaan; Peningkatan pelayanan keagamaan; Ibadah haji.

dan

dan

Perhatian dalam bidang kesenian dan sastra, serta ekspresi kebebasan dalam seni mencipta, dan jangkauan layanan perpustakaan untuk memasyarakatkan budaya membaca dan menulis, termasuk pemasyarakatan penggunaan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional masih belum optimal. Sementara itu derasnya arus budaya asing melalui film, musik, dan sebagainya telah menimbulkan dampak terhadap perubahan perilaku kehidupan masyarakat dan pergeseran nilai budaya bangsa. Di sisi lain, pelestarian kebudayaan nasional masih belum didukung sepenuhnya oleh segenap potensi bangsa .

Mengembangkan dan membina kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang bersumber dari warisan budaya luhur bangsa yang mengandung nilai universal; Merumuskan nilai-nilai kebudayaan Indonesia sebagai rujukan sistem nilai terhadap totalitas kehidupan; Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya untuk menghadapi tantangan di masa depan; Mengembangkan bidang kesenian dan sastra, serta ekspresi kebebasan dalam seni mencipta, dan jangkauan layanan perpustakaan untuk memasyarakatkan budaya membaca dan menulis; Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat.

Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, kualitas pemuda yang jumlahnya hampir 30 persen dari seluruh penduduk Indonesia masih perlu ditingkatkan karena masih terdapat sekitar 1,4 juta pemuda yang buta huruf, termasuk 1,2 juta pemuda yang tidak dan belum pernah sekolah.Masalah lainnya adalah banyaknya pemuda yang terjerat penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA), yang secara tidak langsung akan menghancurkan masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Memberdayakan pemuda sebagai salah satu prioritas dan andalan pembangunan bangsa Indonesia, yaitu sebagai kekuatan sosial budaya dalam kerangka nation and character building; Menciptakan kondisi dan prasyarat bagi upaya pemberdayaan pemuda antara lain melalui: pengembangan kebijakan dan pranata hukum yang mendukung pemberdayaan pemuda, penciptaan iklim yang sehat dan kondusif bagi tumbuh kembang dan peningkatan partisipasi pemuda dalam pembangunan, serta pemberian jaminan perlindungan dan peran semua pihak bagi tersalurkannya aspirasi, apresiasi dan partisipasi pemuda dalam tatanan kehidupan masyarakat; Memantapkan koordinasi, keterpaduan dan kerjasama dari semua unsur yang terkait dengan pembangunan pemuda.

Dewasa ini olah raga belum sepenuhnya membudaya di dalam masyarakat, yaitu belum dilakukan secara benar dan teratur serta belum menjadi kebiasaan hidup dari sebagian besar penduduk. Selain itu semakin banyaknya sarana dan prasarana olah raga yang telah diubah fungsinya menjadi sarana dan prasarana untuk kegiatan selain olah raga, menyebabkan masyarakat semakin kehilangan kesempatan untuk berolah raga secara baik dan teratur.

Peningkatan jumlah bibit olahragawan; Pemberdayaan organisasi olah raga dalam rangka penyelenggaraan kejuaraan olah raga dan peningkatan prestasi olah raga; Peningkatan peran masyarakat, dunia usaha dan lembaga pendidikan dalam penyelenggaraan kegiatan dan kejuaraan olah raga serta peningkatan prestasi olah raga; Peningkatan profesionalisme kegiatan olah raga.