pak fauzi klinik
DESCRIPTION
syalalalalalalaTRANSCRIPT
E. SEORANG APOTEKER PENANGGUNG JAWAB HARUS MELAKUKAN
PENGURUSAN IZIN KLINIK PPK UNTUK BPJS, TERMASUK PELAYANAN
KEFARMASIAN.
PERATURAN YANG TERKAIT
1.Undang-undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
2.Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3.Peraturan pemerintah nomor 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian
5.Peraturan menteri kesehatan no 09 tahun 2014 tentang klinik
6.Keputusan menteri kesehatan nomor 364/menkes/sk/iii/2003 tentang laboratorium
kesehatan;
7. Peraturan menteri kesehatan nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada
jaminan kesehatan nasional
Permenkes no. 889/menkes/per/v/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja
tenaga kefarmasian.
Persyaratan Registrasi
Pasal 7
untuk memperoleh STRA, apoteker harus memenuhi persyaratan:
1. Memiliki ijazah apoteker;
2. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
3. Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker;
4. Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki
Surat izin praktik; dan
5. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
Profesi.
Bagian Keempat
Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi
Surat permohonan STRA harus melampirkan:
1. Fotokopi ijazah apoteker;
2. Fotokopi surat sumpah/janji apoteker;
3. Fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku;
4. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin Praktik;
5. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika Profesi; dan
6. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
7. Ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
Bagian kedua
Tata cara memperoleh SIPA, SIKA, dan SIKTTK
Permohonan sipa atau sika harus melampirkan:
1. Fotokopi stra yang dilegalisir oleh kfn;
2. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan
3. Dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas
4. Produksi atau distribusi/penyaluran;
5. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan
6. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua)
lembar;
PERIJINAN
Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin dari pemerintah daerah
kabupaten/kota setelah mendapatkan rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota
setempat. Dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setelah klinik memenuhi ketentuan persyaratan klinik dalam
peraturan ini.
Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:
1. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat;
2. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecuali untuk kepemilikan perorangan;
3. identitas lengkap pemohon;
4. surat keterangan persetujuan lokasi dari pemerintah daerah setempat;
5. bukti hak kepemilikan atau penggunaan tanah atau izin penggunaan bangunan untuk
penyelenggaraan kegiatan bagi milik pribadi atau surat kontrak minimal selama 5
(lima) tahun bagi yang menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan;
6. dokumen upaya pengelolaan lingkungan (ukl) dan upaya pemantauan lingkungan
(upl);
7. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur organisasi kepengurusan, tenaga
kesehatan, sarana dan prasarana, dan peralatan serta pelayanan yang diberikan;
8. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. izin klinik diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
dengan mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa
berlaku izinnya.
SYARAT-SYARAT PENGAJUAN IZIN KLINIK
1. surat permohonan
2. fc akte notaris (bila pemohon badan hukum) danfc ktp (bila perorangan)
3. fc ijin gangguan (ho )
4. fc status bangunan dantanah
5. gambar denah situasi/ denah lokasi
6. gambar denah tindakan (termasuk ruang tindakan)
7. daftar ketenagaan
8. surat penunjukan dan kesanggupan (semua tenaga)
9. daftar peralatan medis dan non medis
10. daftar tarif
11. surat pernyataan tunduk peraturan yang berlaku bermaterai rp.6.000,-
12. rekomendasi puskesmas setempat
13. Surat pernyataan mampu membina peran serta masyarakat setempat dalam
pembangunan kesehatan di lingkungannya.
14. fc kerjasama pengelolaan limbah medis
15. surat pernyataan ipal
16. data dokter penanggung jawab
17. daftar riwayat hidup dokter penanggung jawab
18. fc ijasah str,sip semua dokter
19. surat ijin atasan langsung jika penanggung jawab pns
20. data tenaga paramedic dan tenaga lainnya
21. fc ijasah sik,sia
22. fc ijin lama (bilaperpanjangan)
23. foto 4x6 sebanyak2 lembar
24. rekomendasi puskesmas setempat
25. surat pernyataan mampu membina peran serta masyarakat setempat dalam
pembangunan kesehatan di lingkungannya.
26. fc kerjasama pengelolaan limbah medis
27. surat pernyataan ipal
28. data dokter penanggung jawab
29. daftar riwayat hidup dokter penanggung jawab
30. fc ijasah str,sip semua dokter
31. surat ijin atasan langsung jika penanggung jawab pns
32. data tenaga paramedic dan tenaga lainnya
33. fc ijasah sik, sia
34. fc ijin lama (bila perpanjangan)
35. foto 4x6 sebanyak2 lembar
Peraturan Menteri Kesehatan No 09 Tahun 2014 Tentang Klinik
Bagian Keenam Kefarmasian
Pasal 21
(1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi.
(2) Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian wajib memiliki
apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sebagai penanggung jawab atau
pendamping.
Pasal 22
(1) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan apoteker.
(2) Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melayani resep dari dokter Klinik
yang bersangkutan, serta dapat melayani resep dari dokter praktik perorangan maupun Klinik
lain.
Pasal 23
Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis pecandu narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya wajib memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
KERJA SAMA DENGAN BPJS
BAB III Kerja Sama Fasilitas Kesehatan Dengan Bpjs Kesehatan Bagian Kesatu Umum
Pasal 4
(1) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengadakan kerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
(2) Kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan melalui perjanjian kerja sama.
(3) Perjanjian kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan dilakukan antara
pimpinan atau pemilik Fasilitas Kesehatan yang berwenang dengan BPJS Kesehatan.
(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali atas kesepakatan bersama.
Pasal 5
(1) Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan.
(2) Selain ketentuan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS
Kesehatan dalam melakukan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan juga harus
mempertimbangkan kecukupan antara jumlah Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta
yang harus dilayani.
Bagian Kedua Persyaratan, Seleksi dan Kredensialing
Untuk Klinik Pratama atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja
(SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
3. Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
5. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
6. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan
Nasional.
E. Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan
1. Pelayanan Obat
a. Prosedur pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
2) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
3) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di puskesmas, klinik dan
apotek jejaring.
4) Apoteker di puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan menyerahkan obat
kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Jika di Puskesmas belum memiliki
Apoteker pelayanan obat dapat di lakukan oleh tenaga teknis kefarmasian dengan pembinaan
apoteker dari dinas kesehatan kabupaten/kota.
5) Apoteker di Klinik dan Apotek melakukan pengkajian resep, menyiapkan dan
menyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian informasi obat. Apabila di
Klinik tidak memiliki apoteker maka tidak dapat melakukan pelayanan obat.
6) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.