pajak kelompok 6

40
PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Pengertian PPh Pasal 21 Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang disingkat PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan orang pribadi. B. Pemotong PPh Pasal 21 (KEP-545/PJ/2000) : 1 ) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dan bukan pegawai. 2 ) Bendaharawan Pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan. 3 ) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun. 4 ) Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas. 5 ) Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan (rapat, sidang, seminar, work shop, pendidikan khusus, pertunjukan, olah raga, dll). 6 Yayasan, organisasi massa, perkumpulan atau PERPAJAKAN – kelompok 6 1

Upload: satria-mahayasa

Post on 28-Jun-2015

356 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. Pengertian PPh Pasal 21

Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang disingkat PPh Pasal

21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

B. Pemotong PPh Pasal 21 (KEP-545/PJ/2000) :

1) Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai

dan bukan pegawai.

2) Bendaharawan Pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,

dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

3) Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan

pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.

4) Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan

sehubungan dengan jasa, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan

bebas.

5) Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan

pelaksanaan suatu kegiatan (rapat, sidang, seminar, work shop, pendidikan

khusus, pertunjukan, olah raga, dll).

6) Yayasan, organisasi massa, perkumpulan atau organisasi lain yang

membayarkan gaji, upah, honorarium dan imbalan lain sehubungan dengan

pekerjaan, jasa atau kegiatan.

Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan,

penyetoran, dan pelaporan pajak adalah badan atau organisasi internasional yang

tidak termasuk subjek pajak penghasilan. Badan atau organisasi internasional yang

tidak termasuk subjek pajak penghasilan diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan RI No. 601/KMK.03/2005.

C. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21) :

1. Penghasilan yang Sifatnya Teratur :

    - Gaji

    - Penghasilan yang melekat dengan gaji

PERPAJAKAN – kelompok 6 1

Page 2: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

    - Tunjangan-tunjangan

    - Beasiswa

    - Hadiah/penghargaan

    - Premi asuransi yang dibayar pemberi kerja, termasuk iuran jamsostek

berupa : iuran jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan

pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk iuran jaminan hari tua tidak

dimasukkan sebagai penghasilan karyawan, karena pengenaan pajaknya

akan dilakukan pada saat penerimaan uang tujangan hari tua/tabungan

hari tua.

    - Penghasilan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2. Penghasilan yang Sifatnya Tidak Teratur :

    - Jasa produksi

    - Tantiem, yaitu bagian keuntungan yang diberikan kepada direksi dan

komisaris yang didasarkan pada suatu prosentase/jumlah tertentu dari

laba perusahaan setelah kena pajak.

    - Gratifikasi

    - Tunjangan cuti

    - Tunjangan hari raya

    - Tunjangan tahun baru

    - Premi tahunan

    - Penghasilan lain

3. Upah :

 - Upah harian

 - Upah mingguan

 - Upah satuan

 - Upah borongan

4. Rabat/komisi penjualan yang diterima oleh Distributor MLM/Direct Selling

dan kegiatan sejenis.

5. Uang tebusan pensiun, Uang tabungan hari tua, Uang tunjangan hari tua, uang

pesangon

6. Honorarium, uang saku, hadiah, penghargaan, komisi, beasiswa.

7. Imbalan kepada tenaga ahli : pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,

notaris, dan penilai.

PERPAJAKAN – kelompok 6 2

Page 3: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

8. Imbalan lain-lain, yang diterima oleh kolportir iklan, pengawas, jasa

kepanitiaan, peserta sidang/rapat, tenaga lepas, penemu pesanan, penemu

langganan, peserta perlombaan, seniman, olahragawan, pengajar, penerjemah,

moderator, pemberi jasa komputer, telekomunikasi, fotografi, dan pemasaran,

petugas asuransi, peserta pelatihan/pemagangan/pendidikan.

D. Bukan Obyek Pemotongan PPh Pasal 21 (KEP-545/PJ/2000)

1. Pembayaran klaim asuransi dari perusahaan asuransi, baik asuransi kesehatan,

asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, maupun asuransi

beasiswa.

2. Imbalan dalam bentuk natura, kecuali : yang diberikan oleh bukan subyek

pajak, diberikan di daerah terpencil, atau diberikan oleh pemerintah.

3. Iuran pensiun yang dibayar pemberi kerja kepada dana pensiun, iuran taspen

yang dibayar pemberi kerja kepada Badan Penyelenggara Taspen, iuran

THT/tunjangan hari tua yang dibayar pemberi kerja kepada dana pensiun,

iuran jamsostek yang dibayar pemberi kerja kepada Badan Penyelenggara

Jamsostek. (pengenaan pajaknya akan dilakukan pada saat penerimaan uang

pensiun atau tunjangan hari tua).

4. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja

5. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun

yang diberikan oleh Pemerintah.

6. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

E. Pengurangan Yang Diperbolehkan

Untuk menghitung besarnya PPh Pasal 21 yang terutang kepada penerima

penghasilan tertentu sebagai wajib pajak orang pribadi dalam negeri diberikan

pengurangan-pengurangan sebagai berikut:

1. Besarnya penghasilan neto pegawai tetap ditentukan berdasar penghasilan

bruto dikurangi dengan:

Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai tetap

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3 Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan

bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun

atau Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan.

PERPAJAKAN – kelompok 6 3

Page 4: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pensiunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan

bruto, setinggi-tingginya Rp. 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu

rupiah) setahun atau Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan.

2. Besarnya Penghasilan Kena Pajak dari seorang pegawai dihitung berdasar

penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Adapun jumlah dari PTKP menurut Undang-undang No 36 Tahun 2008 yang

jumlahnya adalah sebagai berikut :

Setahun Sebulan

a. untuk diri pegawai Rp 15.840.000 Rp 1.320.000

b. tambahan untuk pegawai

yang kawin

Rp 1.320.000 Rp 110.000

c. tambahan untuk setiap

anggota keluarga sedarah

dan semenda dalam garis

keturunan lurus, serta

anak angkat yang

menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling

banyak 3 (tiga) orang

Rp 1.320.000 Rp 110.000

3. Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah

hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP

selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang

menjadi tanggungan sepenuhnya sebagaimana dimaksud dalam point 2 (b).

Contoh perhitungan PPh Pasal 21

PERPAJAKAN – kelompok 6 4

Page 5: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

Tukul Arwana pegawai pada perusahaan PT Empat Mata, menikah tanpa anak,

memperoleh gaji sebulan Rp. 2.000.000,00. PT Empat Mata mengikuti program

Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar

oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0,50% dan 0,30% dari gaji. PT

Empat Mata menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari

gaji sedangkan Once Dewo membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari

gaji setiap bulan. Disamping itu PT Empat Mata juga mengikuti program pensiun

untuk pegawainya.

PT Empat Mata membayar iuran pensiun untuk Tukul Arwana ke dana pensiun, yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp.

70.000,00, sedangkan Tukul Arwana membayar iuran pensiun sebesar Rp. 50.000,00.

Perhatikan, perhitungan untuk mengetahui berapa besarnya pajak (penghasilan) yang

harus dipotong PT Empat Mata untuk satu bulannya.

Gaji sebulan 2.000.000

Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 10.000

Premi Jaminan Kematian 6.000

Jumlah

Penghasilan Bruto2.016.000

Pengurangan :

1. Biaya Jabatan 100.800

2. Iuran Pensiun 50.000

3. Iuran Jaminan Hari Tua 40.000

Jumlah Pengurangan 190.800

Penghasilan Neto Sebulan 1.825.200

Penghasilan Neto Setahun 21.902.400

PTKP

- Diri WP Sendiri 13.200.000

- Status Kawin 1.200.000

Jumlah PTKP 14.400.000

Penghasilan Kena Pajak Setahun 7.502.400

Pembulatan 7.502.000

PERPAJAKAN – kelompok 6 5

Page 6: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

PPh Pasal 21 Setahun 375.100

PPh Pasal 21 Sebulan 31.258

PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

A. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 22

PPh Pasal 22 merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan

pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, instansi atau

lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lain, berkenaan dengan

pembayaran atas penyerahan barang; dan badan-badan tertentu baik badan

pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau

kegiatan usaha di bidang lain.

PPh Pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau

pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. Pemungutan PPh Pasal 22 ada yang

bersifat final dan tidak final. Jika pemungutan PPh pasal 22 bersifat final maka

jumlah pajak yang telah dibayar dalam tahun berjalan tersebut dapat dikreditkan

dari total PPh terutang pada akhir tahun saat pengisian Surat Pemberitahuan

Tahunan.

B. Pemungut PPh Pasal 22 dan Obyek Yang dipungut

1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;

2. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun

Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang;

3. BUMN dan BUMD, yang melakukan pembelian barang yang dananya berasal dari

belanja negara (APBN) dan/atau belanja daerah (APBD), kecuali badan-badan

tersebut pada butir 4;

4. Bank Indonesia (BI), Badan Penyehatan dan Perbankan Nasional (BPPN), Badan

Urusan Logistik (BULOG) PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), PT Perusahaan

Listrik Negara (PLN), PT Garuda Indonesia, PT Indosat, PT Krakatau Steel,

Pertamina, dan bank-bank BUMN, atas pembelian barang yang dananya bersumber

dari APBN maupun non-APBN;

5. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri rokok,

industri kertas, industri baja, dan industri otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala

Kantor Pelayanan Pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri;

PERPAJAKAN – kelompok 6 6

Page 7: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

6. Pertamina serta badan usaha selain Pertamina yang bergerak di bidang bahan bakar

minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya

7. Industri dan Eksportir sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan,

yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, atas pembelian bahan-bahan untuk

keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul

Sejak tanggal 1 Mei 2001, Bulog tidak lagi ditunjuk sebagai Pemungut PPh 22

atas penyaluran gula pasir dan tepung terigu  (SE-13/PJ.43/2001)

C. Obyek PPh Pasal 22

1. PPh Pasal 22 atas Belanja Negara (APBN atau APBD) 

2. PPh Pasal 22 Impor (254/KMK.03/2001 Jo 392/KMK.03/2001 Jo

236/KMk.03/2003 Jo SE-13/PJ.43/2001)

3. PPh Pasal 22 atas Produk-Produk Tertentu ( 450/KMK.04/1997 Jo

SE-16/PJ.43/1998 )

a. Gula Pasir dan Tepung Terigu Bulog

b. Produk Migas dari Pertamina dan Premix dari Perusahaan Penyedia

Premix

c. Produk Semen, Baja, Otomotif, Rokok, dan Kertas.

D. Tidak Dikenakan Pemotongan PPh Pasal 22 (254/KMK.03/2001 Jo

392/KMK.03/2001 Jo 236/KMK.03/2003 Jo SE-13/PJ.43/2001)

1. Impor barang atau penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan

Peraturan Perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.

2. Impor barang yang dibebaskan dari bea masuk, yaitu terdiri dari :

- Barang perwakilan negara asing dan pejabatnya yang bertugas di Indonesia

berdasarkan asas timbal balik.

- Barang untuk keperluan badan internasional dan pejabatnya yang bertugas

di Indonesia yang dinyatakan sebagai bukan subyek pajak.

- Barang untuk musium, kebun binatang, dan tempat sejenis untuk

kepentingan umum

- Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, agama, sosial, dan

kebudayaan.

- Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

- Barang untuk keperluan tuna netra dan penyandang cacat lainnya

- Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer, suku cadang untuk keperluan

pertahanan dan keamanan negara

PERPAJAKAN – kelompok 6 7

Page 8: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

- Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah 

untuk kepentingan umum

- Peti mati atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah.

- Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.

- Barang pindahan

- Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkutan, pelintas batas,

barang kiriman (sampai nilai pabean tertentu).

- Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi

keperluan pertahanan dan dan keamanan negara;

- Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi

Nasional (PIN);

- Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, dan kapal

angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan,

kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat

keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan

Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional;

- Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau

alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan

yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga

Nasional;

- Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau

pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT Kereta

Api Indonesia;

- Peralatan yang digunakan untuk Penyediaan data batas dan photo udara

wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional

Indonesia;

3. Impor sementara yang semata-mata untuk diekspor kembali

4. Pembayaran oleh Bendaharawan Pemerintah (beban APBN/APBD) atas

pembelian barang/jasa yang nilainya paling banyak Rp 1.000.000,00 (tanpa

penerbitan SKB).

5. Pembayaran oleh Bendaharawan Pemerintah (beban APBN/APBD) atas

pembelian bahan bakar minyak, listrik, telepon, gas, air PAM, benda-benda

pos (tanpa penerbitan SKB).

PERPAJAKAN – kelompok 6 8

Page 9: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

6. Emas batangan yang diproses untuk menghasilkan barang perhiasan emas

untuk tujuan ekspor.

7. Pembayaran/pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor

Perbendaharaan dan Kas Negara (tanpa SKB).

8. Impor kembali (re-impor) atas barang-barang yang telah diekspor atau barang

yang diimpor kembali untuk perbaikan, pengerjaan dan pengujian sepanjang

memenuhi syarat yang ditentukan oleh Dirjen Bea dan Cukai. 

9. Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG 

E. Impor Barang untuk Kegiatan yang PPhnya Final (SE-28/PJ.43/1998)

- Atas impor barang yang digunakan untuk kegiatan/jasa yang atas imbalannya

semata-mata dikenakan PPh Final tidak dikenakan PPh Pasal 22 Impor. Oleh

karena itu, wajib pajak agar meminta SKB kepada KPP setempat atas impor

barang yang bersangkutan.

- Apabila di kemudian hari diketahui bahwa atas impor barang dimaksud

dimanfaatkan untuk kegiatan yang penghasilannya bukan merupakan obyek

PPh final, maka PPh pasal 22 yang terutang akan ditagih berikut sanksi

bunganya.

PPh 22 atas Industri dan ekportir sektor Kehutanan, Perkebunan, Pertanian dan

Perikanan

Hasil Kehutanan, Perkebunan, Pertanian dan Perikanan (Keputusan Dirjen Pajak :

KEP - 523/PJ./2001 jo KEP - 25/PJ/2003

Badan usaha industri dan ekportir yang bergerak dalam sektor perhutanan,

perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunjuk oleh Kantor Pelayanan Pajak

wajib melakukan pemungutan pajak penghasilan pasal 22 atas pembelian bahan-bahan

berupa hasil perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan untuk industri dan

ekspor dari pedagang pengumpul sebesar 0,5% (setengah persen) dari harga

pembelian sebelum PPn.

Contoh Perhitungan PPh 22 :

PERPAJAKAN – kelompok 6 9

Page 10: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

PT ABC membeli getah karet dari seorang pedagang pengumpul seharga Rp.

2.000.000 tidak termasuk PPn. Dengan demikian maka PT ABC wajib memungut PPh

22 dengan perhitungan sbb :

Harga Pembelian                                                              Rp. 2.000.000

PPn                                                                                       Rp.    200.000

PPh 22 yang wajib dipungut 0,5% x Rp. 2.000.000             Rp.     10.000

Maka PT ABC akan membayar kepada pedagang pengumpul sebesar Rp. 2.190.000

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

A. Pengertian PPh Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 mengatur mengenai pemotongan pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap yang berasal dari modal, penyertaan modal, penyerahan jasa, atau

penyelenggaraan kegiatan, selain yang dipotong pajak penghasilan pasal 21.

B. Pemotong PPh Pasal 23 :

PPh Pasal 23 merupakan salah satu jenis uang muka PPh yang dibayar selama

tahun berjalan oleh Wajib Pajak dalam negeri dan BUT melalui sistem

pemotongan oleh pihak lain.

1. Badan Pemerintah

2. Subyek Pajak Badan dalam negeri

3. Penyelenggara kegiatan

4. Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan perusahaan luar negeri

5. Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Dirjen

Pajak, yaitu :

a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT (kecuali Camat), pengacara,

konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.

b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan

pembukuan atas pembayaran berupa sewa.

C. Obyek Pemotongan PPh Pasal 23 :

1 Dividen (Pasal 4 ayat 1 huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000)

2 Bunga (Pasal 4 ayat 1 huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000)

3 Royalti

4 Hadiah dan penghargaan selain yang telah dikenakan PPh Pasal 21

PERPAJAKAN – kelompok 6 10

Page 11: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

5 Bunga simpanan anggota koperasi

6Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (tidak

termasuk sewa tanah dan/atau bangunan, karena telah dikenakan PPh Final

berdasarkan (Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996)

7Imbalan sehubungan dengan  jasa teknik, jasa manajemen, jasa kostruksi, jasa

konsultan, dan jasa lain (KEP-170/PJ/2002), selain jasa yang telah dipotong PPh

Pasal 21

Untuk Jasa konstruksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang memenuhi

kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang dikeluarkan oleh

Lembaga yang berwenang, serta yang mempunyai nilai pengadaan sampai

dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dikenakan PPh Final

(Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000)

D. Perkiraan Penghasilan Neto Atas Penghasilan Berupa Sewa dan Jenis-Jenis

Jasa Lain yang Dikenakan PPh Pasal 23 (KEP-170/PJ/2002)

 NO. JENIS PENGHASILAN PERKIRAAN

PENGHASILAN

NETO

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta khusus kendaraan angkutan

darat.

20%

dari jumlah bruto

tidak termasuk

PPN

2. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan

lain sehubungan dengan persewaan tanah dan

atau bangunan yang telah dikenakan Pajak

Penghasilan yang bersifat final berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 dan

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan

penggunaan harta khusus kendaraan angkutan

darat.

40%

dari jumlah bruto

tidak termasuk

PPN

NO. JENIS PENGHASILAN/JASA PERKIRAAN

PERPAJAKAN – kelompok 6 11

Page 12: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

PENGHASILAN

NETO

1. a. Jasa profesi.

b. Jasa konsultan, kecuali konsultan

konstruksi.

c. Jasa akuntansi dan pembukuan.

d. Jasa penilai.

e. Jasa aktuaris.

50%

dari jumlah

brutotidak

termasuk PPN

2. a. Jasa teknik dan jasa manajemen

b. Jasa perancang/ desain:

 - Jasa perancang interior dan jasa

perancang pertamanan;

 - Jasa perancang mesin dan jasa perancang

peralatan;

 - Jasa perancang alat-alat transportasi/

kendaraan;

 - Jasa perancang iklan/ logo;

 - Jasa perancang alat kemasan.

c. Jasa instalasi/ pemasangan:

 - Jasa instalasi/ pemasangan mesin, listrik/

telepon/ air/ gas/ AC/ TV kabel, kecuali

dilakukan Wajib Pajak yang ruang

lingkup dan pekerjaannya di bidang

konstruksi dan mempunyai izin/

sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

 - jasa instalasi/ pemasangan peralatan;

d. Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan:

 - Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan

mesin, listrik/ telepon/ air/ gas/ AC/ TV

kabel

 - Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan

peralatan;

 - Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan

40%

dari jumlah

brutotidak

termasuk PPN

PERPAJAKAN – kelompok 6 12

Page 13: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

alat-alat transportasi/ kendaraan;

 - Jasa perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan

bangunan, kecuali yang dilakukan oleh

Wajib Pajak yang ruang lingkup

pekerjaannya di bidang konstruksi dan

mempunyai izin/ sertifikasi sebagai

pengusaha konstruksi;

e. Jasa pengeboran (jasa drilling) di bidang

Penambangan minyak dan gas bumi

(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk

usaha tetap.

f. Jasa penunjang di bidang penambangan

migas.

g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di

bidang penambangan selain migas.

h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan

bandar udara.

i. Jasa penebangan hutan, termasuk land

clearing.

j. Jasa pengolahan/ pembuangan limbah.

k. Jasa maklon.

l. Jasa rekruitmen/ penyediaan tenaga kerja.

m. Jasa perantara.

n. Jasa di bidang perdagangan surat-surat

berharga, kecuali yang dilakukan oleh BEJ,

BES, KSEI dan KPEI.

o. Jasa kustodian/ penyimpanan/ penitipan,

kecuali yang dilakukan KSEI dan tidak

termasuk sewa gudang yang telah dikenakan

PPh final berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 29 Tahun 1996.

p. Jasa telekomunikasi yang bukan untuk

umum.

PERPAJAKAN – kelompok 6 13

Page 14: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

q. Jasa pengisian sulih suara (dubbing) dan

atau mixing film.

r. Jasa pemanfaatan informasi di bidang

teknologi, termasuk jasa internet.

s. Jasa sehubungan dengan software komputer,

termasuk perawatan, pemeliharaan dan

perbaikan.

3. Jasa pelaksanaan konstruksi, termasuk jasa

perawatan/ pemeliharaan/ perbaikan bangunan,

jasa instalasi/ pemasangan mesin, listrik/ telepon/

air/ gas/ AC/ TV kabel, sepanjang jasa tersebut

dilakukan Wajib Pajak yang ruang lingkup

pekerjaannya di bidang konstruksi dan

mempunyai izin/ sertifikasi sebagai pengusaha

konstruksi.

13 1/3%

dari jumlah

brutotidak

termasuk PPN

4. a. Jasa perencanaan konstruksi.

b. Jasa pengawasan konstruksi

26 2/3 %

dari jumlah bruto

tidaktermasuk PPN

5. a. Jasa pembasmian hama dan jasa

pembersihan.

b. Jasa Catering.

c. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang

pembayarannya dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

10%

dari jumlah

brutotidak

termasuk PPN

Yang dimaksud dengan jasa penunjang di bidang penambangan migas, jasa

penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas, jasa

penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara, jasa maklon dan jasa

telekomunikasi yang bukan untuk umum

1. Yang dimaksud dengan Jasa Penunjang di bidang Penambangan Migas

sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf f Lampiran II Keputusan ini adalah

jasa penunjang di bidang penambangan migas dan panas bumi berupa :

PERPAJAKAN – kelompok 6 14

Page 15: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

a. jasa penyemenan dasar (primary cementing), yaitu penempatan bubur

semen secara tepat di antara pipa selubung dan lubang sumur;

b. jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing), yaitu penempatan bubur

semen untuk maksud-maksud :

penyumbatan kembali formasi yang sudah kosong;

penyumbatan kembali zona yang berproduksi air;

perbaikan dari penyemenan dasar yang gagal;

penutupan sumur;

c. jasa pengontrolan pasir (sand control), yaitu jasa yang menjamin bahwa

bagian-bagian formasi yang tidak terkonsolidasi tidak akan ikut

terproduksi ke dalam rangkaian pipa produksi dan menghilangkan

kemungkinan tersumbatnya pipa;

d. jasa pengasaman (matrix acidizing), yaitu pekerjaan untuk memperbesar

daya tembus formasi dan menaikkan produktivitas dengan jalan

menghilangkan material penyumbatan yang tidak diinginkan;

e. jasa peretakan hidrolika (hydraulic), yaitu pekerjaan yang dilakukan dalam

hal cara pengasaman tidak cocok, misalnya perawatan pada formasi yang

mempunyai daya tembus sangat kecil;

f. jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing), yaitu jasa yang

dikerjakan untuk menghilangkan cairan buatan yang berada dalam sumur

baru yang telah selesai, sehingga aliran yang terjadi sesuai dengan tekanan

asli formasi dan kemudian menjadi besar sebagai akibat dari gas nitrogen

yang telah dipompakan ke dalam cairan buatan dalam sumur;

g. jasa uji kandungan lapisan (drill stem testing), penyelesaian sementara

suatu sumur baru agar dapat mengevaluasi kemampuan berproduksi;

h. jasa reparasi pompa reda (reda repair);

i. jasa pemasangan instalasi dan perawatan;

j. jasa penggantian peralatan/ material;

k. jasa mud logging, yaitu memasukkan lumpur ke dalam sumur;

l. jasa mud engineering;

m

.

jasa well logging & perforating;

n. jasa stimulasi dan secondary decovery;

o. jasa well testing & wire line service;

PERPAJAKAN – kelompok 6 15

Page 16: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

p. jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yang berkaitan dengan drilling;

q. jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling;

r. jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling;

s jasa lainnya yang sejenisnya di bidang pengeboran migas.

2. Yang dimaksud dengan Jasa Penambangan dan Jasa Penunjang di bidang

Penambangan Selain Migas sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf g

Lampiran II Keputusan ini adalah semua jasa penambangan dan jasa

penunjang di bidang pertambangan umum berupa :

a. jasa pengeboran;

b. jasa penebasan;

c. jasa pengupasan dan pengeboran;

d. jasa penambangan;

e. jasa pengangkutan/ sistem transportasi, kecuali jasa angkutan umum;

f. jasa pengolahan bahan galian;

g. jasa reklamasi tambang;

h. jasa pelaksanaan mekanikal, elektrikal, manufaktur, fabrikasi dan

penggalian/ pemindahan tanah;

i. jasa lainnya yang sejenis di bidang pertambangan umum.

3. Yang dimaksud dengan Jasa Penunjang di bidang Penerbangan dan Bandar

Udara sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf h Lampiran II Keputusan ini

adalah jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara berupa :

a. bidang Aeronautika, termasuk:

Jasa Pendaratan, Penempatan, Penyimpanan Pesawat Udara dan Jasa

lainnya sehubungan dengan pendaratan pesawat udara;

Jasa penggunaan Jembatan Pintu (Avio Bridge);

Jasa Pelayanan Penerbangan;

Jasa Ground Handling, yaitu pengurusan seluruh atau sebagian dari

proses pelayanan penumpang dan bagasinya serta kargo, yang diangkut

dengan pesawat udara, baik yang berangkat maupun yang datang,

selama pesawat udara di darat;

Jasa penunjang lainnya di bidang aeronautika.

b. Bidang Non-Aeronautika, termasuk:

PERPAJAKAN – kelompok 6 16

Page 17: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

Jasa boga, yaitu jasa penyediaan makanan dan minuman serta

pembersihan pantry pesawat;

Jasa penunjang lainnya di bidang non-aeronautika.

4. Yang dimaksud dengan Jasa Maklon sebagaimana dimaksud pada angka 2

huruf k Lampiran II Keputusan ini adalah semua pemberian jasa dalam rangka

proses penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya

dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), sedangkan spesifikasi,

bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau bahan penolong/ pembantu

yang akan diproses sebahagian atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa,

dan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa.

5. Yang dimaksud dengan Jasa Telekomunikasi Yang Bukan Untuk Umum

sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf p Lampiran II Keputusan ini

adalah semua kegiatan penyediaan dan atau pelayanan jasa telekomunikasi

yang sifat, bentuk, peruntukan dan pengoperasiannya terbatas hanya untuk

kalangan tertentu saja, dalam arti tidak dapat melayani/ digunakan secara

bebas oleh umum, termasuk:

a. Jasa komunikasi satelit (VSAT);

b. Jasa interkoneksi;

c. Sirkit Langganan;

d. Sambungan Data Langsung;

e. Sambungan Komunikasi Data Paket;

f. Jasa telekomunikasi yang bukan untuk umum lainnya.

E. Bukan Obyek Pemotongan PPh Pasal 23 (Pasal 23 Undang- Undang Nomor

17 Tahun 2000) :

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank

2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha

dengan hak opsi (capital lease).

3. Dividen yang dibayarkan atau terutang kepada Perseroan Terbatas (PT),

Koperasi, Yayasan atau sejenisnya, BUMN/BUMD, yang merupakan

wajib pajak dalam negeri dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan berkedudukan di Indonesia, sepanjang :

a. Dividen tersebut berasal dari cadangan laba yang ditahan

PERPAJAKAN – kelompok 6 17

Page 18: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

b. Dalam hal penerima dividen adalah perseroan terbatas, BUMN, dan

BUMD, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen

paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus memiliki

usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut

4. Bunga obligasi yang dibayar atau terutang kepada reksa dana selama 5

tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

5. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh Koperasi kepada

angotanya.

6. Bunga simpanan Koperasi yang tidak melebihi batas tertentu yang

ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Rp 240.000,00) yang dibayar oleh

Koperasi kepada anggotanya.

F. Saat Terutangnya PPh Pasal 23

Berdasarkan PP No. 138 Tahun 2000, saat terutangnya PPh Pasal 23 adalah saat

yang terjadi lebih dahulu antara pembayaran atau terutangnya penghasilan.

Saat pembayaran adalah saat dilakukannya pemindahbukuan dana suatu pihak

kepada pihak lain, sedangkan saat pengakuan terutangnya penghasilan adalah saat

dilakukannya pemindahbukuan dana dari akun harta ke akun hutang.

Saat terutangnya penghasilan antara lain :

1. Pada saat jatuh tempo, seperti : bunga dan sewa;

2. Saat tersedia untuk dibayarkan, seperti : gaji dan dividen;

3. Saat yang ditentukan dalam kontrak/perjanjian atau faktur, seperti : royalti,

imbalan jasa teknik/jasa manajemen/jasa lainnya;

4. Saat tertentu lainnya.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 23

Pada tanggal 10 May 2008, PT. Sukses Gemilang, membagikan dividen masing-

masing Rp 10,000,000 kepada 20 pemegang sahamnya. Atas dividen yang dibagikan,

PT. Sukses Gemilang wajib memungut PPh Pasal 23

a). Dari sisi pemotong:

Berapa besarnya PPh Pasal 23 yang harus di potong? Bagaimana cara mencatat

pembagian dividen tersebut? Bagaimana prosedur pemotongan, pencatatan dan

PERPAJAKAN – kelompok 6 18

Page 19: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

pelaporan PPh Pasal 23-nya? Bagaimana pengaruhnya terhadap PPh Pasal 25 dan 29

PT. Sukses Gemilang?

b). Dari sisi yang terpotong:

Apa yang harus dilakukan?, apa pengaruh PPh Pasal 23 terhadap PPh Pasal 25 dan

PPh Pasal 29 pihak yang terpotong?

Jawaban :

Tarif PPh Pasal 23 atas dividen adalah 15% (baca kembali FAQ), sehingga

besarnya PPh Pasal 23 yang dipotong kepada masing-masing pemegang saham

dihitung dengan formula:

PPh Pasal 23 = Tarif x Jumlah Bruto = 15% x 10,000,000

PPh Pasal 23 = Rp 1,500,000

Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = 20 x Rp 1,500,000

Total PPh Pasal 23 yang dipotong (untuk 20 orang) = Rp 30,000,000

Atas pembagian dividen tersebut, PT. Sukses Gemilang:

1). Pada tanggal 10 May 2008, melakukan pencatatan atas pembagian dividen dan

pemotongan PPh Pasal 23, dengan jurnal:

[Debit]. Dividen = Rp 200,000,000 (Jumlah bruto x 20)

[Credit]. Cash = Rp 170,000,000 (Total Bruto – PPh Pasal 23)

[Credit]. Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000

2). Pada tanggal 10 May 2008, melakukan pemotongan dan menerbitkan bukti

pemotongan PPh Pasal 23 atas dividen yang diterima oleh pemegang saham masing-

masing sebesar Rp 1,500,000 kepada keduapuluh penerima dividen.

3). Pada penutupan buku Tanggal 30 May nanti, di neraca PT. Sukses Gemilang

akan muncul: Dividen (pengurang retained earning) sebesar Rp 200,000,000 di sisi

Pasiva, pada kelompok equity, dan Utang PPh Pasal 23 sebesar Rp 30,000,000 di sisi

aktiva lancar (current asset). Itulah disebut “saat pengakuan PPh Pasal 23 terhutang”

(baca kembali FAQ).

PERPAJAKAN – kelompok 6 19

Page 20: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

4). Pada tanggal 10 June 2008 (latest) menyetorkan PPh Pasal 23 (yang telah

dipungut olehnya) ke kas negara melalui bank persepsi (disebut “Saat penyetoran”),

dan atas penyetoran tersebut dicatat dengan jurnal:

[Debit]. Utang PPh Pasal 23 = Rp 30,000,000

[Credit]. Cash = Rp 30,000,000

Dengan jurnal di atas, maka Utang PPh pasal 23 menjadi nol, dan akumulasi cash-out

adalah Rp 200,000,000 (sama dengan pengakuan dividen-nya: Rp 170,000,000 telah

dicatat tanggal 10 May dan Rp 30,000,000 telah dicatat tanggal 10 June 2008).

5). Tanggal 10 June 2008 (latest), melaporkan SPT Masa PPh Pasal 23 disertai:

a). Daftar pemotongan

b). Bukti Pemotong masing-masing 1 copy

c). SSP atas setoran yang telah dilakukan melalui bank persepsi.

PPH PASAL 26

A.  Pengertian PPh Pasal 26

Pajak Penghasilan yang diperoleh wajib pajak luar negeri (orang pribadi maupun

badan), selain bentuk usaha tetap dalam PPh pasal 26 adalah pajak atas

penghasilan yang bersumber dari Indonesia. Penerima penghasilan yang dipotong

PPh pasal 26 berdasarkan Keputusan ini adalah orang pribadi yang tidak

bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari

dalam jangka waktu 12 bulan serta badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk

usaha tetap.

B. Pemotong PPh Pasal 26

1 Badan Pemerintah

2 Subyek pajak dalam negeri

3 Penyelenggara kegiatan

4 Bentuk Usaha Tetap

5 Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran

PERPAJAKAN – kelompok 6 20

Page 21: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap

C. Obyek dan Tarif PPh Pasal 26 :

1) Dividen

2) Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan

jaminan pengembalian utang

3) Royalti, sewa, dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta

4) Imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan

5) Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun

6) Pensiun dan pembayaran berkala lainnya.

7) Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia

8) Laba Neto

9) Penghasilan berupa premi asuransi yang dibayarkan kepada perusahaan

asuransi di luar negeri, yaitu :

Saat Terutang, Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan SPT Masa Pajak

Penghasilan Pasal 26

1. PPh Pasal 26 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir

bulan terutangnya penghasilan, tergantung yang mana terjadi lebih dahulu.

2. Pemotong PPh Pasal 26 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 26

rangkap 3 (tiga):

- Lembar pertama untuk Wajib Pajak luar negeri;

- Lembar kedua untuk Kantor Pelayanan Pajak;

- Lembar ketiga untuk arsip Pemotong

3. PPh Pasal 26 wajib disetorkan ke bank Persepsi atau Kantor Pos dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP), paling lambat tanggal 10 (sepuluh)

bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.

4. SPT Masa PPh Pasal 26, dengan dilampiri SSP lembar kedua, bukti

pemotongan lembar kedua dan daftar bukti pemotongan disampaikan ke KPP

setempat paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

PERPAJAKAN – kelompok 6 21

Page 22: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

Contoh perhitungan PPh Pasal 26

1. Richard Mark (menikah dengan 2 orang anak-K/2) bekerja sebagai konsultan pada

Hotel Melia Jakarta dengan gaji sebulan sebesar US $ 10,000.00. Richard mulai

bekerja pada tanggal 5 September 2006 dan berakhir awal Juli 2007 (berada kurang

dari 183 hari dalam 12 bulan berturut-turut). Kurs yang berlaku pada bulan Maret

2007 menurut Keputusan Menteri Keuangan adalah Rp 8.750,00 untuk US $1.00.

Hitunglah PPh pasal 26.

Jawab:

PPh pasal 26 yang dipotong oleh Hotel Melia untuk Richard Mark pada bulan

Maret 2007 adalah:

20% x US $ 10,000.00 x Rp 8.750,00 = Rp 17.500.000,00.

2. Karyawan telah menerima gaji sejak Feb 2008, sementara Workpermit baru akan

jadi bulan juni. Ingat yang jadi patokan adalah ”berapa lama tenaga kerja asing-nya

sudah tinggal di Indonesia (selama : 183 hari)”.

Jika sudah menerima gaji sejak bulan february, menurut sistem penggajian di

Indonesia (biasanya jasa pekerjaan diserahkan oleh pekerja dahulu, baru kemudian

perusahaan wajib membayar Gaji), maka diasumsikan tenaga kerja asingnya

berada di Indonesia sejak 01 January 2008 masa tinggal tenaga kerja asingnya akan

mencapai 183 hari pada akhir 01 July 2008.

Untuk itu, atas gaji yang diterimanya dari January s/d June 2008, akan dikenakan

PPh Pasal 26 (Bukan PPh Pasal 21).

Misal: Gaji bulanannya adalah USD 3,000

PPh Pasal 26, Masa January 2008 (asumsi kurs : 1 USD = Rp 9,000).

Pendapatan berupa gaji: USD 3,000 x 9000 = Rp 27,000,000

PPh Pasal 26 = Pendapatan Bruto x 20%

PPh Pasal 26 = Rp 27,000,000 x 20% = Rp 5,400,000 (dipotong)

Atas gaji yang dibayarkan & pemotongan PPh Pasal 26 tanggal 01 February 2008,

diakui dengan jurnal:

[Debit]. Payroll Expense = Rp 27,000,000

[Credit]. Cash = Rp 21,600,000

[Credit]. PPh Pasal 26 = Rp 5,400,000

Saat Penyetoran PPh Pasal 26 ke bank (misal: 09 Feb 2008), dicatat dengan jurnal:

PERPAJAKAN – kelompok 6 22

Page 23: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

[Debit]. PPh Pasal 26 = Rp 5,400,000

[Credit]. Cash = Rp 5,400,000

Demikian seterusnya hingga bulan June (pembayaran gaji 01 July 2008). Mulai

masa July 2008 (pembayaran gaji 01 August 2008) baru akan dihitung dan

dipotong sebagaimana perhitungan PPh Pasal 21.

PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL

A. Pemotong PPh Final :

1) Badan Pemerintah

2) Subyek Pajak Badan dalam negeri

3) Penyelenggara kegiatan

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan perusahaan luar negeri

5) Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang ditunjuk oleh Dirjen

Pajak, yaitu :

a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, PPAT (kecuali Camat), pengacara,

konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas.

b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan

pembukuan atas pembayaran berupa sewa.

B. Jenis-jenis dan Obyek Pemotongan PPh Pasal 23 :

Pajak Penghasilan atas Bunga, Sewa dan Imbalan Jasa Konsultan dan Jasa

Konstruksi yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PPh Pasal 4 ayat 2)

Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan menyebutkan, bahwa:

"Atas penghasilan berypa bunga deposito, dan tabungan-tabungan lainnya,

penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek penghasilan

dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu

lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pemotongan PPh ini tidak dilakukan terhadap:

1. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di

Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

2. Bunga deposito dan tabungan serta Serifikat Bank Indonesia, sepanjang

jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak

PERPAJAKAN – kelompok 6 23

Page 24: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan

merupakan jumlah yang terpecah-pecah.

3. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh

dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan

rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah

sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

5. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh

bukan Subjek Pajak.

Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga atau Diskonto Obligasi

yang Dijual di Bursa Efek

Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto

obligasi yang dijual di bursa efek diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 6

Tahun 2002. Menurut PP No. 6 tahun 2002, atas penghasilan yang diterima Wajip

Pajak berupa bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan/atau

dilaporkan di bursa efek dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Bunga dan diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dibawah

ini, Tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat fmal:

1 . Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Ind.

2. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan;

3. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM),

selarna 5 (lima) tahun peftama sejak pendirian atau pemberian izin usaha;

Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau

bangunan diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996 sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2002. Menurat ketentuan

tersebut penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh yang

PERPAJAKAN – kelompok 6 24

Page 25: Pajak Kelompok 6

PAJAK DIPOTONG/DIPUNGUT OLEH PIHAK LAIN

bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah adalah sebesar 10% baik atas

penghasilan yang diterima oleh Wajib Pajak badan maupun orang pribadi dari

jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan.

Usaha Jasa Konstruksi dan Jasa Konsultan

Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi

dan jasa konsultan diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 140 Tahun 2000.

Menurut PP No. 140 tahun 2000, atas penghasilan Wajib Pajak badan yang

bergerak di bidang :

jasa pelaksanaan konstruksi

jasa perencanaan konstruksi

jasa pengawasan konstruksi

jasa konsultan (selain konsultan hukum dan konsultan pajak)

yang memenuhi kualifikasi sebagai usaha kecil berdasarkan sertifikat yang

dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang serta mempunyai nilai pengadaan

sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), dikenakan PPh yang

bersifat final.

Pajak Penghasilan Atas Hadiah Undian

Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa hadiah undian diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 132 Tahun 2000. Menurat ketentuan peraturan tersebut

penghasilan berupa undian dengan nama dan dalarn bentuk apapun dipotong atau

dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.

PERPAJAKAN – kelompok 6 25