pajak internasional.pptx

22
Prosedur Penerapan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Kelompok : Yulia Novita Sari 125020305111013 Ainun Nisa 125020306111002 Gracias Sheilla G.R 125020306111003 Tania Fristylia 125020306111004

Upload: atika-harish-nurfitriani

Post on 26-Sep-2015

220 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Prosedur Penerapan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

Prosedur Penerapan Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaKelompok :Yulia Novita Sari 125020305111013Ainun Nisa 125020306111002Gracias Sheilla G.R 125020306111003Tania Fristylia 125020306111004

Ketentuan Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaKetentuan tentang hal hal yang menjadi ruang lingkup (scope provision) Ketentuan yang mengatur tentang definisi dari istilah yang ada dalam tax treatyKetentuan yang mengatur tentang hak pemajakan suatu negara atas suatu penghasilan (subtantive provision)Ketentuan yang memberikan eliminasi atau keringanan pajak bergandaKetentuan yang mengatur tentang pencegahan upaya penghindaran pajak Ketentuan lainnya seperti non-diskriminasi, diplomat, teritorial ekstensiKetentuan saat dimulainya dan berakhirnya suatu tax treatyTahapan Prosedur Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerson Covered Tahap PertamaKonsep Person dan Resident

Pengertian Person Orang pribadi (individual)Badan (company) Badan Hukum (body corporate)Entitas dalam bentuk apapun yang diperlakukan sebagai badan hukum untuk tujuan perpajakanKumpulan orang pribadi atau badan yang merupakan satu kesatuan

Pengertian ResidenResident atau subjek dalam negeri yang berhak untuk menggunakan suatu perjanjian penghindaran pajak adalah yang memiliki pajak terutang atas pajak penghasilan yang diterima dari dalam dan luar negeri

Kegunaan ResidenMenentukan subjek pajak yang dicakup dalam perjanjian penghindaran pajak berganda.Untuk menghilangkan pemajakan berganda yang diakibatkan adanya subjek pajak dalam negeri rangkap (dual resident)Untuk menghilangkan pemajakan berganda yang diakibatkan oleh pemajakan yang dilakukan oleh negara domisili dan negara sumber atau tempat beradaTie Breaker RulePada Pasal 4 ayat 1 Perjanjian Penghindaraan Pajak Berganda tidak mendefinisikan tentang resident.Pasal 4 ayat (2) dan (3) Perjanjian Penghindaraan Pajak Berganda adalah bahwa dalam rangka untuk mencegah terjadinya pemajakan berganda, subjek pajak hanya boleh menjadi resident di satu negara. Penentuan subjek pajak orang pribadi yang menjadi subjek pajak dalam negeri di 2 (dua) NegeriWhere by reason of the provisions of paragraph an individual is a resident of both Contracting States,then his status shall be determined as follows : He shall be deemed to be a resident only of the State in which he maintains his a permanent home: if he has a permanent home available to him in both Contracting States or in neither of Contracting States, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State with which his personal and economic relations are closer(center of vital interest): If the State in which he has his center of vital interests cannot be determined, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State in which he has an habitual abode. If he has an habitual abode in both Contracting States or in neither of the Contracting States, he shall be deemed to be a resident of the Contracting State which he is citizen; If he is a netizen of both Contracting states or of neither Contracting States, the competent authorities of the Contracting States shall settle the question by mutual agreement.

( Pasal 4 Ayat (2) OECD Model 2008)Penentuan Status Subjek Pajak Dalam Negeri Antara Model OECD dan Perjanjian penghindaran pajak berganda Indonesia-Amerika Serikat

Subjek Pajak Orang PribadiTidak mempunyai tempat tinggal tetapOECDModel 2008Habitual AbovePerjanjian penghindaran pajak berganda Indonesia-Amerika SerikatVital InterestPenentuan Subjek Pajak Badan yang menjadi pajak dalam negeri di dua negara.Pasal 4 ayat (3) OECD Model 2008 :Where by reason of the provisison of paragraph 1 a person other than an individual is a resident of both Contracting State, then it shall be deemed to be a resident only of the Contracting States in which its place of effective management is situatedTaxed covered tahap pertamaMenentukan apakah objek pajak yang dipersengketakan termasuk dalam perjanjian objek pajak yang dicakup.Contoh :Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda Indonesia-Korea In respect of the operation of ships and aircraft in international traffic carried on by an enterprise of a Contracting State, that enterprise, if an enterprise of a Contracting State, that enterprise of Indonesia, shall also be extempt fro the value added tax in Korea and, if enterprise of Korea, shall also b eextempt from any similar to the value added tax in Korea which may be here after imposed in Indonesia

Territory atau State Covered Tahap PertamaTerritory atau yurisdikasi pemajakan sangat penting untuk menentukan apakah subjek pajak merupakan resident dari negara yang mengadakan perjanjian penghindaran pajak berganda.

Definisi Istilah Tahap KeduaPEMBAGIAN HAK PEMAJAKAN DALAM PASAL-PASAL SUBSTANTIF (TAHAP KE TIGA)Mutual Agreement Procedure (MAP)Tahap Ke LimaPasal 25 ayat (1)1. Subjek pajak dapat mengajukan prosedur persetujuan bersama (MAP) apabila dikenakan pajak atau akan dikenakan pajak yang tidak sesuai dengan ketentuan P3B.2. Tanpa memperhatikan proses keberatan atau banding yang disediakan oleh ketentuan domestik dari negara yang mengadakan perjanjian3. Diajukan kepada negara dimana subjek pajak terdaftar sebagai subjek pajak DN4. Ditujukan kepada otoritas yang diberi wewenang (competent authority)5. Harus dilakukan dalam waktu 3 tahun sejak pemberitahuan pertama

Pasal 25 ayat (2)Pihak yang diberikan otoritas untuk melakukan MAP akan berusaha untuk menyelesaikan klaim yang diajukan oleh subjek pajak dengan sebaik mungkin. Akan tetapi, pihak otoritas tidak harus mengambil suatu putusanSetiap putusan yang dicapai akan dilaksanakan tanpa memperhatikan pembatasan yang diatur dalam ketentuan domestik di negara yang mengadakan perjanjian3. Tidak ada jangka waktu kapan MAP harus diselesaikanPasal 25 ayat (3)Pihak yang diberikan otoritas untuk melakukan MAP harus semaksimal mungkin melakukan interpretasi atas ketentuan yang ada dalam P3B melalui MAPPihak yang diberikan otoritas juga dapat melakukan konsultasi bersama dalam rangka menghilangkan pemajakan berganda dalam kasus yang tidak dicakup oleh P3B