padang hijau menuju dunia kemilau.docx

Upload: maisyah-nelzima

Post on 08-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengelolaan Sampah sebagai Salah Satu Cara Atasi Pemanasan Global

Maisyah NelzimaBP 0810311023

Apakah anda sering mengeluh atau mendengar keluhan dari orang-orang di sekitar tentang cuaca kota Padang yang semakin panas? Atau, tentang curah hujan yang tidak menentu akhir-akhir ini? Kalau ya, anda tidak salah, karena memang data-data menunjukkan bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan bahwa suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar 0,6C pada abad ke-20 dibandingkan suhu pada tahun 1750, saat awal proses industrialisasi. Angka 0,6C tampaknya memang merupakan perubahan yang kecil. Namun perubahan kecil itu mulai menimbulkan dampak yang merugikan bagi kehidupan kita. (Jhamtani & Lisa, 2007). Begitu pula di Indonesia. Suhu rata-rata tahunan menunjukkan peningkatan 0,3C sejak tahun 1990. Musim hujan datang lebih lambat, lebih singkat, namun curah hujan lebih intensif sehingga meningkatkan risiko banjir. Pada 2080, diperkirakan sebagian Sumatera dan Kalimantan menjadi 10-30% lebih basah pada musim hujan; sedangkan Jawa dan Bali 15% lebih kering. (Jhamtani & Lisa, 2007). Inilah yang disebut dengan pemanasan global. Bagaimana pemanasan global dapat terjadi? Menurut Haneda (2004), pemanasan global terjadi karena efek rumah kaca yang berlebihan di atmosfer bumi. Hal ini terjadi akibat terganggunya komposisi gas-gas rumah kaca (GRK) utama seperti CO2 (Karbon dioksida), CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hidroflorokarbon), PFCs (Perflorokarbon) and SF6 (Sulphur hexaflorida) di atmosfer. Darimana gas-gas tersebut dapat dihasilkan? GRK dapat dihasilkan baik secara alamiah (seperti letusan gunung berapi, kebakaran hutan, peternakan, dan bernafas) maupun dari hasil kegiatan manusia (kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik, transportasi, dan lainnya). Namun, sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan komposisi GRK di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan ke angkasa sebagai hasil sampingan dari aktifitas manusia. Hal ini dimulai sejak teknologi industri ditemukan pada abad 18, manusia banyak menggunakan bahan bakar primer seperti minyak bumi, gas maupun batubara untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Energi dapat diperoleh jika minyak tersebut dibakar lebih dahulu. Dari proses pembakaran tersebut keluarlah gas-gas rumah kaca. Menurut Jhamtani dan Lisa (2007), GRK terdiri dari beberapa unsur, di antaranya : Karbon dioksida (CO2), dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil (seperti minyak bumi, gas bumi dan batubara) untuk mendapatkan energi, selain kebakaran hutan dan lahan. Nitroksida (N2O), dihasilkan dari penggunaan pupuk kimia pada pertanian. Metana (CH4) dihasilkan dari pembusukan sampah yang tidak dikelola dengan baik, sawah tergenang, ternak dan gas daerah rawa.Bagaimana GRK berperan dalam efek rumah kaca dan merubah iklim bumi? GRK memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang-gelombang atau radiasi balik yang dipancarkan Bumi yang bersifat panas, sehingga suhu atmosfer Bumi makin meningkat. Berada di bumi yang diliputi gas-gas tersebut bagaikan didalam rumah kaca yang selalu lebih panas di banding suhu udar diluarnya. Hal itulah yang menyebabkan gas-gas tersebut dinamakan gas rumah kaca dan pengaruh terkenalnya dikenal dengan nama efek rumah kaca yang selanjutnya menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim. (Shogren & Toman, 2000)Menurut Jhamtani dan Lisa (2007), perubahan iklim akan berdampak pada kehidupan manusia seperti: Ketahanan Pangan Terancam Produksi pertanian tanaman pangan dan perikanan akan berkurang akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air, kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi jadwal panen dan jangka waktu penanaman. Peningkatan suhu 10C diperkirakan menurunkan panen padi sebanyak 10%. Dampak Lingkungan Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat perubahan iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem (fragmentasi ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca panas,menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah di enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20% muka bumi. Risiko Kesehatan Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit baru dan bisa memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB memperkirakan bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah menyebabkan kematian150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria, diare, dan demam berdarah diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti Indonesia. Air Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama di daerah tropik kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik akibat musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan. Ekonomi Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10 atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim. Dampak sosial, budaya dan politikBencana terkait perubahan iklim akan meningkatkan jumlah pengungsi di dalam suatu Negara maupun antar negara. Proses mengungsi ini membuat orang menjadi miskin dan tercerabut dari akar sosial dan budaya mereka, terutama hubungan dengan tanah leluhur dan kearifan budaya mereka. Di sisi lain, krisis pangan, air dan sumberdaya, serta peningkatan jumlah pengungsi akan menimbulkan konflik horizontal sehingga bisa memicu konflik politik di dalam negara maupun antar Negara.Bagaimana cara mengatasi hal ini? Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan pengelolaan dan daur ulang sampah. Sampah akan selalu dihasilkan setiap tahun, dan kebanyakan sampah ditumpuk begitu saja. Padahal, sampah yang ditumpuk dapat mengeluarkan salah satu gas rumah kaca, yaitu gas metan (CH4). Sampah kertas pun misalnya, jika dapat didaur ulang dapat mengurangi penebangan pohon yang bermanfaat dalam menanggulangi pemanasan global.(Permatasari, 2010) Berdasarkan sumbernya sampah terbagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu:1) sampah organik atau sampah yang dapat diurai (degradable)contohnya daun-daunan, sayuran, sampah dapur dll2) sampah anorganik atau sampah nyang tidak terurai (undegradable) contohnya botol, kaleng dll

Kita dapat memaksimalkan pengelolaan sampah ini, khususnya di Kota padang, dengan peraturan dan sosialisasi pemisahan tempat sampah, organik dan non organik. Jika dimulai dari pemisahan sampah rumah tangga hingga tempat pengumpulan sampah di Kota Padang, maka pemanfaatan dan perlakuaan terhadap sampah-sampah tersebut akan semakin mudah, dan menjadi salah satu cara efektif mengatasi pemanasan global di samping cara-cara lain yang sudah diterapkan pemerintah kota.

Kepustakaan:Haneda. Hubungan efek Rumah Kaca Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. 2004. http://climatechange.menlh.go.id (22 Maret 2011)Jhamtani, Hira dan Kadek Lisa. Ketika Selimut Bumi Makin Tebal. 2007. http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CEEQFjAG&url=http%3A%2F%2Fwww.wisnu.or.id%2Fv2%2FID%2Fpdf%2FFactsheet%2520CC_I.pdf&rct=j&q=kenaikan%20suhu%20bumi%20Panel%20on%20Cimate%20Change%20&ei=EhSJTf-ILcrMcMbKkagM&usg=AFQjCNHJ2iH4cghdbWW5Y0HxFkfkaB1Aqg&cad=rja (23 Maret 2011)Permatasari, Indah Dwi. 2010. Pemanfaatan Sampah Sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan Global. http://nokiagreenambassador.kompasiana.com/2010/04/04/pemanfaatan-sampah-sebagai-upaya-mengurangi-pemanasan/ (23 Maret 2010)Shogren, Jason dan Michel Toman. Climate Change Policy. 2000. Resources for the Future: Washington DC