packaging

Upload: garnish-nur-septyaning-baity

Post on 16-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Packaging

TRANSCRIPT

PROTOKOL PENELITIAN

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengemasan

1. Pengertian

a. Pengemasan merupakan teknik suatu industri untuk pertahanan, pelindung, dan untuk memfasilitasi atau sebagai sarana penjualan dan pendistribusian hasil pertanian, industri, dan produk makanan (Gordon, 1993).

b. Menurut The Packaging Institute International mendifinisikan kemasan merupakan pelindung, yang bisa berupa tas, box, botol, gelas, kaleng dan lain-lain yang berfungsi sebagai pelindung, pertahanan, komunikasi, pemeliharaan, dan petunjuk (Gordon, 1993).

c. Pengemasan merupakan suatu cara dalam memberikan kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian membutuhkan pemikiran dan perhatian yang biasanya diketahui (Hartono, 1993).

d. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau dibungkusnya (Elisa, 2006).

2. Fungsi KemasanMenurut Gardon, fungsi kemasan antara lain :

a. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran

b. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.

c. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.

d. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan..e. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.f. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan syrup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.

g. Menambah daya tarik calon pembeli

h. Sarana informasi dan iklan

i. Memberi kenyamanan bagi pemakai.Pengemasan yang baik dapat mencegah penularan bahan pangan oleh organisme organisme yang berbahaya. Teknik distribusi dan penjualan yang salah dapat merusak pengolahan dan pengemasan yang baik dari bahan pangan (Buckle, 1993).

3. Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Beberapa Cara yaitu :

a. Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Frekuensi Pemakaian antara lain :

1) Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai. Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-daunan, karton dus minuman sari buah, kaleng hermetis.

2) Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip), contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup. Penggunaan kemasan secara berulang berhubungan dengan tingkat kontaminasi, sehingga kebersihannya harus diperhatikan.

3) Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain. Penggunaan kemasan untuk kepentingan lain ini berhubungan dengan tingkat toksikasi.b. Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Struktur Sistem Kemas (Kontak Produk dengan Kemasan) antara lain :

1). Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.

2). Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.

3). Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

c. Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Sifat Kekakuan Bahan Kemasan, antara lain :

1. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.

2. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.

3. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.

d. Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Sifat Perlindungan terhadap Lingkungan, antara lain :

1) Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis. Kemasan hermetis dapat juga memberikan bau dari wadah itu sendiri, misalnya kaleng yang tidak berenamel.

2) Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi, karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.

3) Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

e. Klasifikasi Kemasan Berdasarkan Tingkat Kesiapan Pakai (Perakitan)

1) Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.

2) Wadah siap dirakit atau wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Keuntungan penggunaan wadah siap dirakit ini adalah penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan ukuran.

4. Syarat syarat kemasan

Menurut Gordon, syarat syarat kemasan untuk makanan yaitu :

a. Harus dapat melindungi produk dari kotoran dan kontaminasi sehingga produk tetap bersih.

b. Harus dapat melindungi dari kerusakan fisik, perubahan kadar air , gas, dan penyinaran (cahaya).

c. Mudah untuk dibuka/ditutup, mudah ditangani serta mudah dalam pengangkutan dan distribusi.

d. Efisien dan ekonomis khususnya selama proses pengisian produk ke dalam kemasan.

e. Harus mempunyai ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan norma atau standar yang ada, mudah dibuang dan mudah dibentuk atau dicetak.

f. Dapat menunjukkan identitas, informasi dan penampilan produk yang jelas agar dapat membantu promosi atau penjualan.

g. Mempunyai keseimbangan yang tetap jika kontak dengan makanan atau tidak menimbulkan reaksi kimia, biokimia, dan mikrobiologi.

h. Mempunyai komposisi yang alami sehingga tidak mengkontaminasi makanan.

i. Aman digunakan pada kondisi yang berbeda, misalnya aman pada suhu ruang maupun aman jika digunakan pada suhu dingin.

5. Jenis Kemasan

Menurut Buckle dkk (1997), terdapat kelompok kelompok kemasan antara lain:

a. Kaleng kaleng logam dan kemasan yang bagian tutupnya diperkuat dengan logam.

b. Botol botol dan stoples gelas.

c. Kemasan plastik dengan bermacam - macam bentuk yang kaku atau agak kaku.

d. Tabung tabung yang tahan rusak kalau jatuh, baik terbuat dari logam maupun plastik.

e. Kotak yang dibuat dari kertas tebal dan karton yang kaku dan dapat dilipat.

f. Kemasan dari paper-pulp dengan bermacam macam bentuk.

g. Pengemas yang fleksibel terbuat dari kertas, paper board, plastik tipis, foils, laminats yang digunakan untuk ,membungkus, kantung, amplop, sachet, pelapis luar dan lain lain.

6. Bahan bahan kemasan :

Pengelompokan dasar dari bahan bahan pengemas yang digunakan untuk bahan pangan menurut Buckle dkk (1997), yaitu :

a. Logam seperti lempeng timah, baja bebas timah, alumunium.

b. Gelas

c. Plastik, termasuk beraneka ragam plastik tipis, yang berlapis laminates dengan plastik lainnya, kertas atau logam (alumunium)

d. Kertas,paperboard, fibreboard.

e. Lapisan (laminate) dari satu atau lebih bahan bahan diatas.

Jenis kemasan yang sering dijumpai untuk produk makanan yaitu dari jenis plastik karena lebih mudah dibawa dan mempunyai bermacam-macam bentuk. Jenis dan kegunaan plastik Anonimous, 2005), antara lain :

a. Poletilene yaitu jenis plastik yang banyak diproduksi. Kira kira 90% digunakan sebagai plastik pembungkus (karung, kantong kresek, trash bag, dan lain - lain).

b. Polietilene yaitu untuk botol, krat botol, dan tutup botol

c. Polyethylene Terephthalate (PET) yaitu untuk botol minuman ringan, peralatan dapur

d. Polietilene yaitu untuk kemasan margarin, pelapis dan penutup botol, pembungkus kue, bungkus coklat, kemasan makanan siap saji.

e. Polistiren yaitu untuk tempat yoghurt, plastik bening, tutup botol, penutup makanan.

f. Acrylonitrile Butadiene Stirene (ABS) yaitu untuk tudung saji dan kemasan margarine.

g. Styrofoam yaitu untuk tempat makanan, kotak telur, dus makanan.

h. Polivinil Klorida (PVC) yaitu untuk penutup makanan, pak untuk kue, botol sirup, botol minyak goreng, botol, dan gelas alumunium, dan clingfilm (Anonimous, 2005).

B. Kemasan Styrofoam

Styrofoam merupakan kemasan dari busa polystyrene. Styrofoam pertama kali dikenalkan di US pada tahun 1954. Styrofoam merupakan nama dagang, nama aslinya yaitu busa polystyrene. Polystyrene merupakan isolator yang baik tapi mudah rusak, kemudian McIntire mencoba untuk membuat isolator baru dengan mengkombinasikan styrene dengan isobutylene, cairan volatile (M. Bellis, 2007 ; M. Sulchan dan Endang Nur W, 2007).

Styrofoam masih tergolong keluarga plastik karena terbuat dari Polistyren. Plastik pada bahan styrofoam tersusun dari polimer, yakni rantai panjang dari satuan-satuan yang lebih kecil yang disebut monomer (bahan pembentuk plastik). Suatu kemasan bisa dikatakan aman bila polimer dalam kemasan tersebut tidak mengkontaminasi makanan dan bisa melindungi makanan sampai makanan tersebut dikonsumsi konsumen (J.W.Nicholson, 1997 ; M. Sulchan dan Endang Nur W, 2007).

Gambar 1. Macam Macam Bentuk Kemasan Styrofoam

Pada istilah pengemasan, migrasi biasanya digunakan untuk mendeskripsikan perpindahan substansi dari kemasan ke makanan. Substansi yang berpindah ke makanan tersebut sebagai akibat dari kontak atau interaksi antara makanan dan kemasan. Migrasi dapat terjadi bila antara makanan dan jenis kemasan saling mendukung terjadinya migrasi, sebagai contoh yaitu interaksi antara plastik dengan jus buah, dan lain - lain. Migrasi diklasifikasikan menjadi tiga, klas I yaitu system non migrasi dengan atau tanpa adanya makanan, klas II migrasi bebas yaitu tidak tergantung adanya pengaruh makanan tapi bila terjadi kontak dengan makanan mempercepat terjadinya migrasi, dan klas III migrasi yang dipengaruhi oleh makanan (Gordon, 1993).

Pada kemasan styrofoam, monomer-monomer dapat berpindah atau bermigrasi ke dalam makanan dan selanjutnya berpindah ke tubuh yang mengkonsumsinya. Bahan bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker. Semakin tinggi suhu makanan yang dikemas dalam styrofoam, semakin cepat terjadi perpindahan (Didinkaem, 2007).

C. Styrene

Styrene atau bisa disebut polystyrene adalah jenis polimer yang banyak digunakan untuk berbagai macam peralatan karena relatif murah, mempunyai berbagai macam warna, jernih, kaku, dan tahan bocor. Monomer dari styrene merupakan turunan dari benzene (J.W.Nicholson, 1997).

Jika ethylene dan benzene direaksikan bersama sama akan membentuk ethylbenzene, kemudian dengan proses dehidrogenasi akan membentuk styrene. Styrene mempunyai sifat larut dalam alkohol, keton, ester, aromatik, clorinasi hidrokarbon, beberapa minyak (Gordon, 1993).

6300 C

+ C2H4

H2C CH3 HC = CH2

Ethilbenzene

Styrene

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Styrene

Apabila manusia sering kontak dengan styrene maka akan terkena efek toksik dari styrene, diantaranya akan mempengaruhi sistem neurology dan psikologi. Level styrene pada kemasan makanan dilaporkan antara 60-2250 ppm. Monomer styrene akan bermigrasi bila kontak dengan makanan. Pada penelitian terjadi migrasi sebesar 6,3 ppb styrene pada kemasan yang berisi air, kopi, teh dengan kondisi suhu air di atas 65,60C (Gordon,1993).

Dalam buku Mengenali Potensi Racun Plastik dalam Makanan, lembaga konsumen Taiwan menyatakan kadar maksimal styrene pada makanan yaitu kurang dari 400 ppm. Kemasan styrofoam yang menggunakan polystyrene bisa dikenali dengan adanya angka 6 atau huruf PS pada bawah kemasan.

Terjadinya migrasi styrene ke makanan telah terbukti. Besarnya migrasi styrene pada makanan telah dilaporkan yaitu antara 60 2250 ppm. Pada penggunaan air, kopi, dan teh rata rata migrasi styrene dari gelas styrofoam pada keadaan suhu air panas lebih dari 65,60 C yaitu 6,3 ppb (Gordon, 1993).

Menurut WHO Regional Office for Europe, Copenhagen, Denmark, 2000 pengaruh styrene bagi manusia antara lain :a. Mengiritasi dan mempunyai efek toksik.

Styrene dapat menyebabkan gejala iritasi pada mata, tenggorokan, dan sistem pernafasan pada konsentrasi 10-100 ppm (43-426 mg/m3).

b. Berpengaruh pada sistem sensory

Styrene bisa berpengaruh pada sistem sensory pada ambang batas 0,0016 ppm (70 g/m3).

c. Berpengaruh terhadap sistem sarafPada konsentrasi 50 ppm (213 mg/m3) dapat mengyebabkan gejala lemas, sakit kepala, nausea, fatigue, malaise, ketegangan.

Efek yang ditimbulkan oleh styrene tidak bisa langsung terasa karena sifatnya akumulatif yaitu akan terasa setelah 10-15 tahun kemudian. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh tidak larut dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urine maupun feses (kotoran). Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu munculnya kanker dan pengaruh lainnya seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

7