p vi sistem distribusi obat di indonesia kuliah(1)

9
1 Sistem Distribusi Obat di Indonesia BPOM dalam mengawal obat Visi: Obat dan makanan terjamin aman, bermutu dan berkhasiat Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan Masyarakat Pemerintah Pelaku Usaha Lintas Sektor Legal Badan POM Prinsip Dasar Pengawasan Obat dan Makanan TUJUAN PENGAWASAN Melindungi Masyarakat dari : Obat dan Makanan yang berisiko terhadap Kesehatan Masyarakat Sistim Pengawasan Obat dan Makanan ( SISPOM ) dilaksanakan dalam rangka menjamin : agar Obat dan Makanan Aman, bermanfaat dan bermutu RUANG LINGKUP KERJASAMA LEGAL ILEGAL SARANA/ JALUR PROD /DISTR LEGAL ILEGAL PRODUK Badan POM II. Produk legal/terdaftar (mis. Obat keras) disalurkan/ didistribusikan oleh sarana distributor/Pengecer yang tidak berwenang IV • Obat Palsu, Produk Ilegal NAPZA diproduksi ilegal di Jalur Ilisit POLRI > BPOM BPOM POLRI BPOM POLRI I. Produk legal/terdaftar diproduksi oleh produsen legal III. Produk ilegal/tidak terdaftar disalurkan oleh sarana distributor/Pengecer legal/ terdaftar Mak/ Prod. Import tidak terdatar di supermarket SISTEM DISTRIBUSI OBAT IDEAL SARANA PENYALURAN ( PBF ) SARANA PELAYANAN ( TOKO OBAT) RUMAH SAKIT/KLINIK (TANPA APOTEKER) SARANA PRODUKSI /DISTRIBUTOR SARANA PELAYANAN (INSTALASI FARMASI, PRAKTEK BERSAMA) SARANA PELAYANAN (APOTEK) CATATAN : DISTRIBUSI OBAT KERAS DISTRIBUSI OBAT BEBAS

Upload: noor-dedhy

Post on 26-Nov-2015

182 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

distribusi obat

TRANSCRIPT

  • 1Sistem Distribusi Obat diIndonesia

    BPOM dalam mengawal obat

    { Visi:z Obat dan makanan terjamin aman,

    bermutu dan berkhasiat

    { Misi:z Melindungi masyarakat dari obat dan

    makanan yang beresiko terhadapkesehatan

    Masyarakat

    Pemerintah

    Pelaku Usaha

    Lintas Sektor

    LegalBadan POM

    Prinsip DasarPengawasan Obat dan Makanan

    TUJUAN PENGAWASANMelindungi Masyarakat dari :

    Obat dan Makanan yang berisiko terhadapKesehatan Masyarakat

    Sistim Pengawasan Obat dan Makanan ( SISPOM ) dilaksanakan

    dalam rangka menjamin :agar Obat dan Makanan

    Aman, bermanfaat dan bermutu

    RUANG LINGKUP KERJASAMA

    LEGAL ILEGALSARANA/

    JALUR PROD/DISTR

    LEGAL

    ILEGAL

    PRODUK

    Badan POM

    II. Produk legal/terdaftar(mis. Obat keras) disalurkan/didistribusikan oleh saranadistributor/Pengecer yang tidak berwenang

    IV Obat Palsu, Produk Ilegal NAPZA diproduksi ilegal di

    Jalur Ilisit

    POLRI > BPOMBPOM POLRI

    BPOM POLRI

    I. Produk legal/terdaftardiproduksi oleh produsen legal

    III. Produk ilegal/tidak terdaftardisalurkan oleh saranadistributor/Pengecer legal/terdaftar

    Mak/ Prod. Import tidak terdatardi supermarket

    SISTEM DISTRIBUSI OBAT IDEAL

    SARANAPENYALURAN

    ( PBF )

    SARANA PELAYANAN

    ( TOKO OBAT)

    RUMAH SAKIT/KLINIK(TANPA APOTEKER)

    SARANA PRODUKSI /DISTRIBUTOR

    SARANAPELAYANAN

    (INSTALASI FARMASI,PRAKTEK BERSAMA)

    SARANA PELAYANAN

    (APOTEK)

    CATATAN :DISTRIBUSI OBAT KERAS

    DISTRIBUSI OBAT BEBAS

  • 2PENARIKAN KEMBALI

    PENYIMPANAN

    PENGADAAN & PENYALURAN

    DOKUMENTASI

    PERSONALIA

    Merupakan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik

    ASPEK ASPEK CDOB

    SK Ka Badan POM No :HK 00.05.3.2522 Tahun 2003 :tentang Penerapan Pedoman Cara Distribusi Obat Yang Baik Good Distribution Practice

    { Cara Distribusi Obat yang Baikz Standar distribusi obat yang baik

    diterapkan untuk memastikan bahwakualitas produk yang dicapai melaluiCDOB dipertahankan sepanjang jalurdistribusi

    SARANA DISTRIBUSI

    Sistem Jaminan MutuObat

    Sistem JaminanKeabsahan Obat

    Pengamanan Lalu-lintasDistribusi(TL pelanggaranSecara obyektif,cepatdan tepat)

    PRINSIP-PRINSIP CDOB PERSONALIA- Kompeten- Profesional

    SISTEM JAGA MUTU- Sumber pengadaan- Kondisi penyimpanan- Hindari kontaminasi

    DOKUMENTASI- SOP yang mantap- Pencatatan (mudah telusur)- Pelaporan- Inspeksi diri

    CDOB

    PENERAPAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK (CDOB) SESUAI PERATURAN PER U U- AN

    Perlindungan masyarakat atasobat yang beredar

    ( Q,S & E)

    Standar QA post-Market

    AUDIT KOMPREHENSIF

    PRINSIP CDOB

    { Menjamin keabsahan dan mutu obatagar obat yang sampai ke konsumenadalah obat yang aman, efektif dandapat digunakan sesuai indikasinya.

    { Menjamin agar produk obat tidakkeluar ke jalur ilicit:Napza: tidak ke ilicitBahan Kimia Obat : tidakditambahkan ke jamu

    PP 72/1998, Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

    { BAB I KETENTUAN UMUM z Pasal 1z Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian

    kegiatan penyaluran atau penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, atau pemindahtanganan

    { BAB IV PEREDARAN z Peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan terdiri dari

    penyaluran dan penyerahanz dilaksanakan dengan memperhatikan upaya pemeliharaan

    mutu sediaan farmasi dan alat kesehatanz Setiap pengangkut sediaan farmasi dan alat kesehatan

    diperlukan kelengkapan dokumen{ Dokumen pengangkutan{ Ijin Edar{ Uji Mutu

    PP 72/1998, Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

    { BAB IV PEREDARANz Penyaluran:

    { Penyaluran sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang telah memiliki izin

    z Penyerahan{ Penyerahan sediaan farmasi dan alat

    kesehatan dilakukan untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan.

    { dalam pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan : z a. resep dokter;

    b. tanpa resep dokter.

  • 3{ Pabrik Farmasi dapat menyalurkan hasil produksinya langsung ke PBF, Apotik, Toko Obat dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. (Permenkes 918/Menkes/Per/X/1993)

    { Apotik dilarang membeli atau menerima bahan baku obat selain dari PBF Penyalur Bahan Baku Obat PT. Kimia Farma dan PBF yang akan ditetapkan kemudian. (Permenkes 287/Menkes/SK/XI/76 ttg Pengimporan, penyimpanan dan penyaluran bahan baku obat)

    DISTRIBUSI OBAT PENYALURAN NARKOTIKA

    PBF Kimia Farma lain

    Apotek

    Rumah Sakit

    Sarana Pelayanan Pemerintah

    ULS (UNIT LOGISTIK SENTRAL)

    KIMIA FARMA

    PENYALURAN PSIKOTROPIKA

    PBF lain

    Apotek

    Rumah Sakit

    Sarana Pelayanan Pemerintah

    PBF

    PENYERAHAN (RESEP DOKTER)

    Apotek lain

    Rumah Sakit

    Puskesmas

    Balai Pengobatan, dokter-dokter, pasien pengguna

    HANYA KE PASIEN PENGGUNA

    LANJUTAN

    Peraturan Perundangan-Udangantentang

    Pedagang Besar Farmasi

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PERUNDANG-UNDANGAN

    a. Ordonansi Obat KerasNo.419 tanggal 22 Desember 1949

    b.UU No. 22/1997 tentang Narkotikac. UU No 5/1997 tentang Psikotropika

  • 4PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    d. S.K. Menkes tanggal 28 Januarino.809/Ph/64/b Peraturan tentangPenyaluran Obat Keras oleh PBF( berlaku 1 Februari 1964 )

    > Surat Pesanan Apotik harus ditandatangani Apoteker> Pesanan PBF : oleh Apoteker/Asisten Apoteker> Larangan Penjualan Dari PBF ke dokter langsung

    kecuali mempunyai surat ijin menyimpan obatsesuai SK Menkes tgl 8 Juli 1962 No.33148/Kb/176 (telah diubah dg SK Menkes No.3987/A/SK/73

    > tidak diperkenankan menjual obat langsungkepada dokter, dokter gigi dan dokter hewan )

    PERUNDANG-UNDANGANPENGADAAN dan

    PENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    e. Permenkes TentangPedagang Besar Farmasi No.163/Kab/B/Vii/73 tanggal16 Agustus 1972

    > Menjual /menyerahkan bungkus asli> tidak boleh menjual eceran> dilarang menyimpan dan memperdagangkan obat

    Narkotika apabila tidak memiliki ijin khusus> tidak boleh melayani Resep> Penyerahan obat bebas terbatas disertai tanda

    peringatan

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    f. Permenkes tentang PenyaluranObat Produk Farmasi Asing

    > tidak dibenarkan menyalurkan langsung obatyang diproduksinya

    > menyalurkan melalui PBF > dapat menunjuk perusahaan yang belum

    memiliki ijin untuk mendapatkan izin

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    g. SK Menkes No.3987/A/SK/73

    > tidak diperkenankan menjual obatlangsung kepada dokter, dokter gigidan dokter hewan

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    h. SK Menkes No: 4278/A/SK/72

    > Melarang pengimporan, distribusi,penyimpanandan pemakaian obat tidak terdaftar

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    i. Permenkes No: 918/Menkes/Per /X/1993 tentang PBF

    > Pabrik Farmasi dapat menyalurkan hasil produksinya langsung ke PBF, Apotik , Toko Obat dan sarana pelayanan kesehatan lainnya ( untuk Obatkeras , psikotropika dan narkotika sesuai ketentuan )

    > pengadaan dari sumber yang sah berdasarkan per-uu -an yg berlaku> dilarang menjual perbekalan farmasi secara eceran, baik ditempat

    kerjanya atau ditempat lain > dilarang melayani resep dokter> dilarang Pengadaan dan penyaluran narkotika dan psikotropika tanpa

    ijin khusus

  • 5PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    j. Kep Menkes No: 1191 /Menkes/SK/1X/2002tentang Perubahan PermenkesNo: 918/Menkes/Per/X/1993Tentang Pedagang Besar Farmasi

    > ketentuan tentang pengadaan dan penyaluran tidakada perubahan sesuai dengan permenkesNo.918/Menkes/Per/X/1993

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    k. Permenkes 287/Menkes/SK/XI/76 ttgPengimporan, penyimpanan dan penyaluranbahan baku obat

    > Apotik dilarang membeli atau menerima bahan bakuobat selain dari PBF Penyalur Bahan Baku Obat PT. Kimia Farma dan PBF yang akan ditetapkan kemudian

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    l. Permenkes tentang Pengimporan,Penyimpanan dan Penyaluran Bahan Baku Obat No: 287/Menkes/SK/XI/76

    > PBF yang tidak memiliki ijin penyalur bahan bakuobat dilarang menerima, menyimpan dan menyalurkanbahan baku obat .

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    m. UU N0: 23/ tahun 92 tentangKesehatan

    > Psl 63 : Pekerjaan Kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi dan pelayanan dilakukanoleh Tenaga yang mempunyai keahlian dankewenangan

    PENGADAAN danPENYALURAN

    PBF

    PERUNDANG-UNDANGAN

    n.SK Menkes No: 02049/A/SK/APVII/87 ttg:Penyaluran Vaksin ubtuk saranaYankes dan dokter

    Psl 2. Distributor vaksin dapat menyalurkan vaksinlangsung kpd sarana Pelayanan Kesehatan dan Praktekdokter Swasta .

    Psl 3 Penyaluran vaksin hanya diizinkan untuk sarana Pelayanan Kes. danPraktek dokter Swasta yg mempunyai sarana penyimpanan vaksin

    Psl 3 : PBF yg menyalurkan vaksin kpd sarana Yankes dan Praktek dokterwajib membimbing ttg cara-cara penyimpanan yg tepat bagi setiap vaksin ygdisalurkan

    Penyimpangan Sistem PeredaranObat

  • 6JENIS PENYIMPANGANSarana Distribusi

    APOTIKP A N E L

    KehadiranP.Jawab

    Dokumentsitidak tertib

    DAFTAR GKE TO

    WILAYAH OPERASI

    ULAHSALESMAN

    PASOKANTDK RESMI

    OBATEXPIRED

    TEMUAN PENYIMPANGAN OLEH BPOM

    DISTRIBUTOR

    KLINIK

    TO

    PRIBADI

    MANTRI

    DOKTER

    PBFSUB DIST.

    FAKTA : SISTEM DISTRIBUSI DAN DEVIASINYA

    APOTIK RUMAH SAKIT

    INDUSTRI FARMASIINDUSTRI FARMASI

    PBF

    ?

    PEMUTIHAN

    OBAT PALSU

    ??

    ?

    ? D0KTER

    DISTRIBUTOR

    PEMUTIHAN

    ADALAH TINDAKAN DIMANA SUATU BADAN USAHA

    ( APOTIK, RUMAH SAKIT, ATAU BAHKAN PBF )

    MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENERIMA SEJUMLAH

    BARANG ( OBAT ) YANG SESUNGGUHNYA TIDAK

    PERNAH DITERIMANYA.

    Pel.ins.dist.obat / 05-2004 / tp

    Penyimpangan Yang Biasa dilakukan PBF

    { PBF Distributor biasanya mendelegasikanpenyimpangan pendistribusian obatnya kepadaPBF Sub Distributor (Sub Distributor mendapatdiscount untuk tujuan ini

    { PBF Distributor dan PBF Sub Distributor memakaiApotik Panel untuk menyamarkan penyimpangandistribusi obat disebut sebagai PEMUTIHAN

    { Bekerja sama dengan Apotik Panel untukmendapatkan omzet di dokter, klinik, RS tanpaapoteker, toko obat

    { Memanipulasi penerima obat yang tidak berhakdengan cara memanipulasi penerima data

    { Cara yang lazim dipakai adalah seolahmengirim obat ke uotlet X, tetapi obatnyadikirim ke outlet Y (umumnya ke dokter/tokoobat)

    { Salesman dengan sengaja mengirimpesanan yang salah berupa jumlah obatyang lebih banyak dari yang dipesan apotik, atau obat yang tidak dipesan oleh apotik.

    { Obat-obat yang dikembalikan apotik, biasanya dibayar secara TUNAI olehsalesman lalu dijual oleh salesman ketempat lain (dokter/toko obat)

    APOTIK PANEL

    Adalah Apotik yang bekerja sama denganPBF dalam mendistribusikan obat keraskepada pihak-pihak yang diinginkan olehPBF yaitu :{ Dokter{Rumah Sakit tanpa Apoteker{Poliklinik atau klinik tanpa apoteker{Paramedis{Toko Obat{Perorangan atau Freelancer

  • 7INDUSTRI FARMASI P B F

    A P O T I K

    DOKTER KLINIK

    TOKO OBAT

    MR

    1. PENAWARAN

    2. PEMESANAN

    3. PENYAMPAIAN

    4. PEMESANANRESMI

    5. PENJUALAN

    6. PENJUALAN DAN PENAGIHAN

    APOTIK PANELAPOTIK PANEL TIPE 1

    Medical Representative (MR) mencari order, Apotik aktifmengirim obat danmelakukanpenagihan, PBF memberi BACK UP

    P B F

    A P O T I K

    DOKTER & KLINIK

    3. PEMESANANRESMI

    4. PENJUALAN

    1. PENAWARAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL TIPE 2

    2. PESANAN

    5. PENGIRIMAN &PENAGIHAN

    Pel.ins.dist.obat / 05-2004 / tp

    Salesman apotikmencari order , mengirim obat danmelakukan penagihan, PBF memberi BACK UP

    Medical Representatif (MR) pabrik mencari order, PBF mengambil alih tugas apotik seluruhnya dalam mengirim danmelakukan penagihan, apotik pasif total

    INDUSTRI FARMASI P B F

    A P O T I K

    DOKTER KLINIK

    TOKO OBAT

    MR

    1. PENAWARAN

    2. PEMESANAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL TIPE 3 1. SP APOTIK2. FAKTUR

    APOTIK3. STEMPEL

    APOTIK FAKTUR PBF

    OBAT KERAS

    Medical Representatif (MR) pabrik mencari order, PBF mengambil alih sebagian tugas apotik dalammengirim obat dan melakukan penagihan

    INDUSTRI FARMASI P B F

    A P O T I K

    DOKTER KLINIK

    TOKO OBAT

    MR

    1. PENAWARAN

    2. PEMESANAN

    APOTIK PANEL

    APOTIK PANEL TIPE - 4

    1. SP APOTIK2. FAKTUR

    APOTIK

    FAKTUR PBF

    OBAT KERAS

    STEMPELAPOTIK

    Tinjauan Hak Dokter atasPenyimpanan Obat

    { Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteranz Pasal 35 ayat 1z Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat

    tanda registrasi mempunyai wewenang melakukanpraktik kedokteran sesuai pendidikan dankompetensi yang dimiliki yang terdiri atas :

    z huruf i : { Menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang

    diizinkanz huruf j :

    { Meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidakada apotik

    Tinjauan Hak Dokter atasPenyimpanan Obat

    { Penjelasan pasal{ Pasal 35 ayat 1 huruf i

    Ketentuan ini dimaksudkan untukmemberikan kewenangan bagi dokter dandokter gigi untuk menyimpan obat selainobat suntik sebagai upaya untukmenyelamatkan pasien.Obat tersebut diperoleh dokter ataudokter gigi dari apoteker yang memilikiizin untuk mengelola apotek. Jumlah obatyang disediakan terbatas pada kebutuhanpelayanan

  • 8Tinjauan Hak Dokter atas Penyimpanan Obat(Analisa Kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta)

    Mengacu:{ Lampiran XV Surat edaran bersama MenKes dan Kepala Badan

    Administrasi Kepegawaian Negara No. 614/Men Kes/E/VIII/1997 danNo. 16/SE/1987 tanggal 2 Agustus 1987 untuk daerah terpencil, rawan, pemukiman baru dan perbatasan

    { Permenkes RI No. 385/Menkes/Per/V/1989 tentang pelaksanaan MasaBakti dan izin praktik bagi dokter/dokter gigi pasal 26 ayat (1) dan (2)

    { SK Menkes RI No. 323/Menkes/SK/V/1997 tentang pemberian izinpenyimpanan psikotropika berupa obat bagi dokter di daerah terpencil

    Di DIY tidak terdapat Daerah TerpencilKeberadaan Surat Izin Menyimpan Obat (SIMO) tidakberlaku lagi

    Tinjauan Hak Dokter atas Penyimpanan Obat(Analisa UU & peraturan lainnya)

    Mengacu:{ Permenkes RI No. 1 th 1988 tentang Masa bakti dan praktik

    dokter dan dokter gigi: pasal 12 ayat (b){ UU RI No. 5 th 1997 tentang Psikotropika: pasal 14 ayat 5 { UU RI No. 22 th 1997 tentang Narkotika: pasal 23 ayat (4)

    Dokter dan dokter gigi dilarang memberikan ataumeracik obat kecuali suntikanUntuk daerah yang belum ada Apoteknya padahalmasyarakat/tenaga kesehatan sangat memerlukan obat didaerah tersebut maka diberikan kesempatan seluas-luasnya peran serta masyarakat untuk mendirikan Apotek

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat

    { Sanksi administratifz Pemerintah berwenang mengambil tindakan

    administratif terhadap{ Tenaga kesehatan{ Sarana kesehatan yaitu berupa pencabutan

    izin atau izin lain yang diberikan

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat

    { Sanksi administratifz PP 72/1998, Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat

    Kesehatan (Pasal 72){ Peringatan secara tertulis{ Larangan mengedarkan untuk sementara waktu{ Perintah penarikan produk yg tdk memenuhi Syarat

    Mutu, Keamanan, Kemanfaatan { Perintah Pemusnahan; jika terbukti tidak Memenuhi

    Syarat Mutu, Keamanan dan Kemanfaatan{ Pencabutan sementara atau Pencabutan tetap Izin

    usaha industri, izin edar atau izin lain yg ditetapkan

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat

    { Sanksi (dasar hukum)z Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419)z UU No. 1/1946 tentang Peraturan Hukum Pidana

    (KUHP)z UU No. 23/1992 tentang Kesehatanz UU No. 5/1997 tentang Psikotropikaz UU No. 22/1997 tentang Narkotikaz UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumenz PP No. 72/1998 tentang Pengamanan Sediaan

    Farmasi dan Alat Kesehatan

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419){ Pasal 12 (ayat 1)

    z Hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan atau dendasetinggi-tingginya 5000 gulden dikenakan kepada:{ Mereka yang melanggar peraturan-peraturan larangan yang

    dimaksudkan dalam Pasal 3, 4 dan 5{ Pedagang kecil yang diakui berdagang berlawanan dgn ayat-ayat

    khusus yg ditentukan pada surat izinnya atau bertentangan dgnperaturan umum yg dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5)

    { Pedagang Besar yg diakui berdagang bertentangan dgn syarat-syarat yg dimaksudkan dalam Pasal 7 ayat (4)

    { Mereka yg berdagangan bertentangan dgn ketentuan-ketentuanpada Pasal 8 ayat (1)

    { Mereka yg berdagang bertentangan dgn peraturan-peraturan ygdikeluarkan oleh Sec. V. St. sesuai dgn Pasal 8 ayat (2);

    { Mereka yg tidak mentaati ketentuan-ketentuan dalam Pasal 6 ayat(7); Pasal 7 ayat (6) atau Pasal 9 ayat (1) dan (3)

  • 9Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(Ordonansi Obat Keras (St. 1949 No. 419)

    { Pasal 12 ( ayat 2 ) z Obat-obat keras dengan mana atau terhadap mana

    dilakukan dapat dinyatakan disita{ Pasal 12 ( ayat 3 )

    z Jika tindakan tindakan yang dapat dihukumdijalankan oleh seorang Pedagang Kecil atauPedagang Besar yang diakui maka sebagaitambahan perdagangan dalam obat keras dapatdilarang untuk jangka waktu setinggi tingginya 2 tahun

    { Pasal 12 ( ayat 4 ) z Tindakan-tindakan yang dapat dihukum dalam pasal

    ini dianggap pelanggaran

    { Pasal 386z Barang siapa menjual, menawarkan atau

    menyerahkan barang makanan, minumanatau obat-obatan yang diketahui bahwa itudipalsu, dan menyembunyikan hal itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.

    z Bahan makanan, minuman atau obat-obatanitu dipalsu, jika nilainya atau faedahnyamenjadi kurang karena sudah dicampurdengan sesuatu bahan lain.

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(KUHP)

    { Pasal 80 ayat (4) huruf b;z Barang siapa dengan sengaja memproduksi dan atau

    mengedarkan sediaan farmasi berupa obat atau bahan obat yang tidak memenuhi syarat Farmakope Indonesia dan atau bukustandar lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1); dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahundan pidana denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratusjuta rupiah) Sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan obatharus memenuhi syarat Farmakope Indonesia atau buku standarlainnyaPasal 40 ayat (1);

    { Pasal 81 ayat (2) huruf c; z Barang siapa dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi dan

    atau alat kesehatan tanpa izin edar sebagaimana dimaksud dalamPasal 41 ayat (1); dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 140.000.000,00 (seratus empat puluh juta rupiah)

    z Pasal 41 ayat (1); { Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah

    mendapat izin edar

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan)

    { Pasal 82 huruf d z Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan

    dengan sengaja melakukan pekerjaan kefarmasiansebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

    z Pasal 63 z Pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi,

    distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi harusdilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyaikeahlian dan kewenangan untuk itu

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan)

    { Pasal 84 angka 5z Barang siapa menyelenggarakan sarana kesehatan yang

    tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 58 ayat (1) atau tidak memiliki izinsebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dipidanadengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun danatau pidana denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) Sarana kesehatan tertentu yang diselenggarakan masyarakat harus berbentuk badanhukum Pasal 58 ayat (1)

    z Pasal 59 ayat (1) z Semua penyelenggaraan sarana kesehatan harus memiliki

    izin

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan)

    { Denda Rp.10.000.000 ( sepuluh juta ) jikaz Produksi tanpa menerapkan CPOBz Pengangkutan tanpa dokumen pengangkutanz Impor SF dan alkes tanpa dokumen Lulus pengujianz Mengedarkan dg kerusakan kemasanz Mengiklankan SF and Alkes yang penyerahannya

    harus dgn Resep , kecuali diklankan pada media cetak ilmiah kedokteran atau media cetak ilmiahfarmasi

    Sanksi dalam rangka medukung sistemdistribusi obat(UU No. 23 Th 1992 tentang Kesehatan atau( PP 72 /98 psl 79)