interkasi obat dalam distribusi

Upload: endangwulansari

Post on 01-Mar-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    1/26

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Secara umum suatu interaksi obat dapat digambarkan sebagai suatu interaksi

    antara suatu obat dan unsur lain yang yang dapat mengubah kerja salah satu atau

    keduanya, atau menyebabkan efek samping tak diduga. Pada prinsipnya interaksi obat

    dapat menyebabkan dua hal penting. Yang pertama, interaksi obat dapat mengurangi

    atau bahkan menghilangkan khasiat obat. Yang kedua, interaksi obat dapat

    menyebabkan gangguan atau masalah kesehatan yang serius, karena meningkatnya

    efek samping dari obat- obat tertentu. Risiko kesehatan dari Interaksi obat ini sangat

    bervariasi, bisa hanya sedikit menurunkan khasiat obat namun bisa pula fatal.

    bat yang ada saat ini sangat efektif dan sangat berkhasiat. Interaksi yang

    terjadi merupakan masalah yang besar. Sangatlah sulit bagi seorang dokter atau

    apoteker yang sibuk untuk meluangkan !aktu memantau interaksi obat bagi tiap

    pasien, !alaupun dokter atau apoteker yang bersangkutan sedang mencari berbagai

    kemugkinan interaksi. "isa kita simak masalah ini dan kenyataan bah!a banyak

    pasien menerima pengobatan ganda termasuk pengobatan sendiri serta banyak dokter

    sendiri tidak menyadari interaksi berbahaya pada umumnya, dapatlah anda bayangkan

    ga!atnya masalah ini.

    #i antara berbagai faktor yang mempengaruhi respons tubuh terhadap

    pegobatan terdapat faktor interaksi obat. bat dapat berinteraksi dengan makanan, $at

    kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. %ntuk itu, dalam makalah

    ini akan dibahas mengenai interaksi obat dalam distribusi yang meliputi !aktu

    transport obat dalam darah serta efek-efek yang diberikan dari obat-obat yang

    berinteraksi.

    1.2 Tujuan Penulisan

    &dapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah '

    (. )engetahui bagaimana interaksi obat yang terjadi se!aktu transport dalam darah.

    *. )engetahui jenis-jenis interaksi obat dalam pemberian dua atau lebih jenis obat

    yang bermanfaat atau yang berbahaya.

    +. )engetahui golongan obat apa saja yang dapat berinteraksi dengan golongan obat

    lain jika digunakan secara bersamaan.

    1

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    2/26

    . )engetahui permasalahan dan pemecahan dari interaksi obat yang terjadi pada

    distribusi dalam darah.

    1.3 Manfaat Penulisan

    #iharapkan dapat memanfaatkan pengetahuan dari macam macam interaksi

    obat dan penyebabnya, sehingga dalam penggunaan dua obat atau lebih dapat

    dikombinasi dengan baik dan bermanfaat. #engan demikian, pemecahan masalah dari

    efek negatif pemberian kombinasi obat dapat dihindari jika berbahaya dan tidak

    menimbulkan efek kronis pada pasien.

    BAB II

    TINJAUAN PUTA!A

    2.1 Definisi Interaksi "#at

    &pa yang dimaksud dengan interaksi obat secara singkat dapat dikatakan

    interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya. /erja obat yang

    diubah dapat menjadi lebih atau kurang aktif. Richard 0arkness, (121.

    Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat 3drug-

    related problem4 yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat yang

    dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika

    farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu

    2

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    3/26

    atau lebih $at yang berinteraksi 3Piscitelli, *5564. #ua atau lebih obat yang diberikan

    pada !aktu yang sama dapat berubah efeknya secara tidak langsung atau dapat

    berinteraksi. Interaksi bisa bersifat potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat

    lainnya, atau adakalanya beberapa efek lainnya 3"78 62, *5514.

    #i dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat

    di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,

    metabolisme 3biotransformasi4, dan eliminasi. #alam proses tersebut, bila berbagai

    macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain

    itu, obat juga dapat berinteraksi dengan $at makanan yang dikonsumsi bersamaan

    dengan obat.

    Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

    interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamikadalah interaksi antar obat 3yang diberikan berasamaan4 yang bekerja pada reseptor

    yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi

    farmakokinetik adalah interaksi antar dua atau lebih obat yang diberikan bersamaan

    dan saling mempengaruhi dalam proses )9 3absorpsi, distribusi, metabolisme,

    dan eliminasi4 sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat

    dalam darah.

    2.2 Jenis $ jenis Interaksi "#at

    Pada dasarnya interaksi obat dapat digolongkan menjadi + 3tiga4 macam,

    yaitu ' interaksi secara 8armasetik, interaksi secara farmkokinetik dan interaksi secara

    farmakodinamik.

    1. Interaksi se%ara &ar'asetik

    )erupakan reaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan atau

    disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. )isalnya ' interaksi antara obat

    dengan larutan infus I: yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya

    emulsi atau terjadi pengendapan, Rifampicin Isonia$id 3I704 "ila digerusbersamaan akan menurunkan aktivitas I70 karena sifat rifampicin yang

    higroskopis. I70 mengalami penurunan aktivitas maka kedua obat harus

    diberikan terpisah.

    "entuk interaksi secara fisika dapat berupa ' terjadinya perubahan kelarutan dan

    terjadinya penurunan titik beku. Sedangkan interaksi secara kimia dapat berupa

    tejadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama

    proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan.

    2. Interaksi se%ara &ar'ak(kinetik

    3

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    4/26

    Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorpsi,

    distribusi metabolisme atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma obat

    kedua meningkat atau menurun. &kibatnya terjadi peningkatan toksisitas atau

    penurunan efektivitas obat tersebut. 38armakologi dan ;erapi 9disi 6, *5(*4

    Interaksi 8armakokinetik meliputi '

    a. Interaksi pada absorbsi obat

    (4 9fek perubahan p0 gastrointestinal

    bat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif tergantung pada

    apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut lemak yang tidak terionkan.

    &bsorpsi ditentukan oleh nilai p/a obat, kelarutannya dalam lemak, p0

    isi usus dan sejumlah parameter yang terkait dengan formulasi obat.

    Sebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung lebih besar

    terjadi pada p0 rendah daripada pada p0 tinggi 3Stockley, *5524.*4 &dsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplek

    &rang aktif dimaksudkan bertindak sebagai agen penyerap di dalam usus

    untuk pengobatan overdosis obat atau untuk menghilangkan bahan

    beracun lainnya, tetapi dapat mempengaruhi penyerapan obat yang

    diberikan dalam dosis terapetik. &ntasida juga dapat menyerap sejumlah

    besar obat-obatan. Sebagai contoh, antibakteri tetrasiklin dapat

    membentuk khelat dengan sejumlah ion logam divalen dan trivalen,

    seperti kalsium, bismut aluminium, dan besi, membentuk kompleks yang

    kurang diserap dan mengurangi efek antibakteri 3Stockley, *5524.

    +4 Perubahan )otilitas

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    5/26

    b. Interaksi pada distribusi obat

    (4 Interaksi ikatan protein

    Setelah absorpsi, obat dengan cepat didistribusikan ke seluruh tubuh oleh

    sirkulasi. "eberapa obat secara total terlarut dalam cairan plasma, banyak

    yang lainnya diangkut oleh beberapa proporsi molekul dalam larutan dan

    sisanya terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Ikatan obat

    dengan protein plasma bersifat reversibel, kesetimbangan dibentuk antara

    molekul-molekul yang terikat dan yang tidak. 0anya molekul tidak terikat

    yang tetap bebas dan aktif secara farmakologi 3Stockley, *5524.

    *4 Induksi dan inhibisi protein transport obat

    #istribusi obat ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis, dibatasi

    oleh aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein. Protein ini secara

    aktif memba!a obat keluar dari sel-sel ketika obat berdifusi secara pasif.

    bat yang termasuk inhibitor transporter dapat meningkatkan penyerapan

    substrat obat ke dalam otak, yang dapat meningkatkan efek samping =7S

    3Stockley, *5524.

    c. Interaksi pada metabolisme obat

    (4 Perubahan pada metabolisme obat)eskipun beberapa obat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk tidak

    berubah dalam urin, banyak diantaranya secara kimia diubah menjadi

    senya!a lipid kurang larut, yang lebih mudah diekskresikan oleh ginjal.

    >ika tidak demikian, banyak obat yang akan bertahan dalam tubuh dan

    terus memberikan efeknya untuk !aktu yang lama. Perubahan kimia ini

    disebut metabolisme, biotransformasi, degradasi biokimia, atau kadang-

    kadang detoksifikasi. "eberapa metabolisme obat terjadi di dalam serum,

    ginjal, kulit dan usus, tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh en$im yang

    ditemukan di membran retikulum endoplasma sel-sel hati. &da dua jenis

    reaksi utama metabolisme obat. Yang pertama, reaksi tahap I 3melibatkan

    oksidasi, reduksi atau hidrolisis4 obat-obatan menjadi senya!a yang lebih

    polar. Sedangkan, reaksi tahap II melibatkan terikatnya obat dengan $at

    lain 3misalnya asam glukuronat, yang dikenal sebagai glukuronidasi4

    untuk membuat senya!a yang tidak aktif. )ayoritas reaksi oksidadi fase I

    dilakukan oleh en$im sitokrom P65 3Stockley, *5524

    5

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    6/26

    *4 Induksi 9n$im

    /etika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu terus

    dilakukan peningkatan dosis seiring !aktu untuk mencapai efek hipnotik

    yang sama, alasannya bah!a barbiturat meningkatkan aktivitas en$im

    mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme dan ekskresinya

    3Stockley, *5524.

    +4 Inhibisi 9n$im

    Inhibisi en$im menyebabkan berkurangnya metabolisme obat, sehingga

    obat terakumulasi di dalam tubuh. "erbeda dengan induksi en$im, yang

    mungkin memerlukan !aktu beberapa hari atau bahkan minggu untuk

    berkembang sepenuhnya, inhibisi en$im dapat terjadi dalam !aktu *

    sampai + hari, sehingga terjadi perkembangan toksisitas yang cepat. >alur

    metabolisme yang paling sering dihambat adalah fase I oksidasi oleh

    isoen$im sitokrom P65. Signifikansi klinis dari banyak interaksi inhibisi

    en$im tergantung pada sejauh mana tingkat kenaikan serum obat. >ika

    serum tetap berada dalam kisaran terapeutik interaksi tidak penting secara

    klinis 3Stockley, *5524.

    4 8aktor genetik dalam metabolisme obatPeningkatan pemahaman genetika telah menunjukkan bah!a beberapa

    isoen$im sitokrom P65 memiliki polimorfisme genetik, yang berarti

    bah!a beberapa dari populasi memiliki varian isoen$im yang berbeda

    aktivitas. =ontoh yang paling terkenal adalah =YP*#?, yang sebagian

    kecil populasi varian aktivitas rendah dan dikenal sebagai metabolisme

    lambat. Sebagian lainnya memiliki iso en$im cepat atau metabolisme

    ekstensif. /emampuan yang berbeda dalam metabolisme obat-obatan

    tertentu dapat menjelaskan mengapa beberapa pasien berkembang

    mengalami toksisitas ketika diberikan obat sementara yang lain bebas dari

    gejala 3Stockley, *5524.

    64 Interaksi isoen$im sitokrom P65 dan obat yang diprediksi

    Siklosporin dimetabolisme oleh =YP+&, rifampisin menginduksi

    isoen$im ini, sedangkan ketokona$ol menghambatnya, sehingga tidak

    mengherankan bah!a rifampisin mengurangi efek siklosporin sementara

    ketokona$ol meningkatkannya 3Stockley, *5524.

    6

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    7/26

    d. Interaksi pada sekresi obat

    (4 Perubahan p0 urin

    Pada nilai p0 tinggi 3basa4, obat yang bersifat asam lemah 3p/a +-@,64

    sebagian besar terdapat sebagai molekul terionisasi larut lipid, yang tidak

    dapat berdifusi ke dalam sel tubulus dan karenanya akan tetap dalam urin

    dan dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, basa lemah dengan nilai p/a @,6

    sampai (5.6. #engan demikian, perubahan p0 yang meningkatkan jumlah

    obat dalam bentuk terionisasi, meningkatkan hilangnya obat. 3Stockley,

    *5524

    *4 Perubahan ekskresi aktif tubular renal

    bat yang menggunakan sistem transportasi aktif yang sama di tubulus

    ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal ekskresi. Sebagai contoh,

    probenesid mengurangi ekskresi penisilin dan obat lainnya. #engan

    meningkatnya pemahaman terhadap protein transporter obat pada ginjal,

    sekarang diketahui bah!a probenesid menghambat sekresi ginjal banyak

    obat anionik lain dengan transporter anion organik 3&;s4. 3Stockley,

    *5524

    +4 Perubahan aliran darah renal&liran darah melalui ginjal dikendalikan oleh produksi vasodilator

    prostaglandin ginjal. >ika sintesis prostaglandin ini dihambat, ekskresi

    beberapa obat dari ginjal dapat berkurang. 3Stockley, *5524

    3. Interaksi &ar'ak()ina'ik

    Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang

    memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama.

    Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat-

    obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama. Interaksi ini biasanya dapat

    diprediksi dari pengetahuan tentang farmakologi obat-obat yang berinteraksi

    3"78 62, *5514.

    a. Interaksi aditif atau sinergis

    >ika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan

    bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan

    SSP, jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar

    obat 3misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain4, dapat menyebabkan

    7

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    8/26

    mengantuk berlebihan. /adang-kadang efek aditif menyebabkan toksik

    3misalnya aditif ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan

    perpanjangan interval A;4 3Stockley, *5524.

    b. Interaksi antagonis atau berla!anan

    "erbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat dengan kegiatan

    yang bertentangan satu sama lain. )isalnya kumarin dapat memperpanjang

    !aktu pembekuan darah yang secara kompetitif menghambat efek vitamin /.

    >ika asupan vitamin / bertambah, efek dari antikoagulan oral dihambat dan

    !aktu protrombin dapat kembali normal, sehingga menggagalkan manfaat

    terapi pengobatan antikoagulan 3Stockley, *5524.

    2.3 Penatalaksanaan Interaksi "#at

    Bangkah pertama dalam penatalaksanaan interaksi obat adalah !aspada

    terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan

    obat lain. /emudian dinilai apakah interaksi yang terjadi bermakna klinis dan

    ditemukan kelompok-kelompok pasien yang beresiko mengalami interaksi obat.

    Bangkah berikutnya adalah memberitahu dokter dan mendiskusikan berbagai langkah

    yang dapat diambil untuk meminimalkan berbagai efek samping yang mungkin

    terjadi.

    Startegi penatalaksanaan interaksi obat dapat dilakukan dengan cara'

    (4 )enghindari kombinasi obat yang berinteraksi.

    >ika resiko terjadinya interaksi obat lebih besar dari manfaatnya, maka harus

    dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti.

    *4 Penyesuaian #osis

    >ika hasil interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat, maka perlu

    dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi

    kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis diperlukan pada

    saat mulai atau menghentikan penggunaaan obat yang menyebabkan interaksi.

    +4 )emantau pasien

    /eputusan dari memantau atau tidak memantau tergantung dari faktr seperti

    karaterisik pasien, penyakit lain yang di derita pasien, !aktu mulai menggunakan

    obat yang menyebabkan interaksi, dan !aktu timbulnya reaksi interaksi obat.

    4 )elanjutkan pengobatan seperti sebelumnya dengan modifikasi

    >ika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang

    optimal, atau bila interaksi tersebut tidak bermakna secara klinis.

    8

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    9/26

    2.* Definisi Distri#usi

    #istribusi obat adalah proses-proses yang berhubungan dengan transfer

    senya!a obat dari satu lokasi ke lokasi lain di dalam tubuh. #istribusi merupakan

    perjalanan obat ke seluruh tubuh. Setelah senya!a obat memasuki sistem sirkulasi

    melalui absorpsi atau injeksi, senya!a tersebut akan didistribusikan ke seluruh tubuh.

    Setelah melalui proses absorpsi, obat akan di distribusikan keseluruh tubuh

    melalui sirkulasi darah. Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga

    ditentukan oleh sifat fisika kimianya. bat yang mudah larut dalam lemak akan

    melintasi membran sel, terdistribusi ke dalam sel, sedangkan obat yang tidak larut

    dalam lemak akan sulit menembus membran sel, sehingga distribusinya terbatas,

    terutama dicairan ekstra sel. #istribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein

    plasma, hanya obat bebas yang dapat berdifusi dan mencapai keseimbangan. #erajat

    ikatan obat dengan protein plasma ditentukan oleh afinitas obat 3 /emampuan obat

    untuk mengikat reseptor4 terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sedikit.

    2.+ &akt(r, &akt(r -ang 'e'engaru/i )istri#usi

    Proses distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor '

    (. Pengikatan protein plasma

    bat terikat dalam protein plasma dalam taraf yang bervariasi. Ikatan protein pada

    obat akan mempengaruhi intensitas kerja, lama kerja dan eliminasi bahan obat

    sebagai berikut' bagian obat yang terikat pada protein plasma tidak dapat berdifusi

    dan pada umumnya tidak mengalami biotransformasi dan eliminasi. >adi hanya

    obat obat bentuk bebas saja yang akan mencapai tempat kerja dan berkhasiat.

    *. /elarutan obat dalam lipid 3yaitu, apakah obat tersebut larut dalam jaringan

    lemak4/elarutan lipid merupakan taraf larutnya obat di dalam jaringan lemak tubuh.

    ;ubuh secara kimia!i tersusun dari sejumlah kompartemen cairan dan jaringan

    lemak. Sebagian besar obat didistribusikan ke seluruh kompartemen cairan dalam

    tubuh, dan kemudian akan diteruskan ke dalam jaringan lemak dalam taraf yang

    besarCkecil. ;araf penyebaran obat ke seluruh tubuh disebut volume distribusi.

    +. Sifat keterikatan obat

    9

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    10/26

    "eberapa obat memiliki karakteristik pengikatan yang tidak la$im. =ontoh'

    tetrasiklin terikat dengan tulang dan gigi.bat anti-malaria klorokuin dapat terikat

    dengan retina orang de!asaCjanin.

    . &liran darah ke dalam organ dan keadaan sirkulasi

    Sebagian jaringan tubuh menerima pasokan darah yang lebih baik daripada

    lainnyaD contoh' aliran darah ke dalam otak jauh lebih tinggi daripada aliran darah

    ke tulang. /ondisi sirkulasi darah ini menentukan distribusi obat. Sirkulasi darah

    diutamakan pada jantung, otak, dan paru-paru. /arena volume sirkulasi terbatas,

    obat akan terdapat pada konsentrasi tinggi di dalam jaringan yang bisa

    dijangkaunya.

    6. /ondisi penyakit

    =ontohnya, gagal ginjal dan kegagalan fungsi hati akan mengganggu kemampuan

    tubuh dalam mengeliminasi sebagian besar obat. bat juga akan menumpuk

    dalam tubuh jika pasien mengalami dehidrasi. >ika terjadi penumpukan obat, efek

    sampingnya akan semakin berat. /eadaan lain yang dapat mempengaruhi

    distribusi obat meliputi' gagal jantung, syok, penyakit tiroid, penyakit

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    11/26

    adiposa, ruang antar sel, dan lain-lain. bat yang terikat ini berperan sebagai

    cadangan dan bila obat bebas telah termetabolisme, terakumulasi dalam jaringan

    lain atau tereksresi, maka tambahan atau pasokan obat berasal dari pelepasan

    ikatan tersebut. #engan demikian terjadi proses ke-setimbangan dinamik yang

    terus menerus dengan bagian obat yang tetap berada dalam keadaan bebas.

    B. Interaksi )ala' ikatan r(tein las'a

    "anyak obat terikat pada protein plasma, obat yang bersifat asam terutama

    pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada asam E(-glikoprotein.

    leh karena jumlah protein plasma terbatas, maka terjadi kompetisi antara obat

    obat yang bersifat basa untuk berikatan dengan protein yang sama. ;ergantung

    dari kadar obat dan afinitasnya terhadap protein plasma, maka suatu obat dapat

    digeser dari ikatanya dengan protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan kadar

    obat bebas menimbulkan peningkatatan efek farmakologiknya. &kan tetapi

    keadaan ini hanya berlangsung sementara karena peningkatan kadar obat bebas

    juga meningkatkan eliminasinya sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang

    baru dimana kadar obat total menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti

    sebelumnya 3mekanisme kompensasi4.

    Interaksi dalam ikatan protein ini, meskipun banyak terjadi, tetapi yang

    menimbulkan masalah dalam klinik hanyalah yang menyangkut obat dengan sifat

    berikut untuk obat yang di geser '

    (. )empunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma 3minimal 26F4 dan

    volume distribusi yang kecil 3G 5,(6 BCkg4 sehingga pergeseran sedikit saja

    akan meningkatkan kadar obat bebas secara bermaknaD ini berlaku terutama

    untuk obat bersifat asam, karena kebanyakan obat berifat basa volume

    distribusi sangat luas.

    *. )empunyai batas keamanan yang sempit sehingga peningkatan kadar obat

    bebas tersebut dapat mencapai kadar toksik.

    9fek toksik yang serius telah terjadi sebelum kompensasi diatas tersebut

    terjadi, misalnya terjadi pendarahan pada antikoagulan oral, hipoglikemia pada

    anti diabetic oralD atau eliminasinya mengalami kejenuhan, misalnya penitoin,

    salisilat dan dikumarol, sehingga peningkatan kadar obat bebas tidak segera

    disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya. Interaksi ini lebih nyata

    dengan hipoalbuminemia, gagal ginjal atau penyakit yang berat akibat

    11

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    12/26

    berkurangnya albumin plasma ikatan obat bersifat asam dengan albumin, serta

    menurunya eliminasi obat.

    "agi obat penggeser yang dapat menimbulkan pergeseran protein yang

    bermakna adalah yang bersifat sebagai berikut '

    (. "erikatan dengan albumin di tempat ikatan yang sama dengan obat yang

    dapat digeser 3site I atau site II4 dengan ikatan yang kuat.

    *. Pada dosis terapi kadarnya cukup tinggi untuk mulai menjenuhkan tempat

    ikatanya pada albumin sebagai contoh, fenilbuta$on akan menggeser

    !arfarin 3ikatan protein 11F, :dH5,( BCkg4 dan tolbutamid 3ikatan protein

    1?F, :dH5,(* BCkg4.

    8aktor faktor yang mempengaruhi konsentrasi protein plasma '

    (. Sintesis protein

    *. /atabolisme protein+. #istribusi albumin antara ruang intra dan ekstra vaskuler

    . 9liminasi protein plasma yang berlebihan terutama albumin

    6. Perubahan kualitas protein plasma afinitas obat terhadap protein berubah

    =ontoh penyakit hatiCginjal kualitas protein plasma berubah kapasitas

    protein plasma terhadap obat berubah.

    8aktor faktor yang mempengaruhi ikatan protein plasma '

    (. Sifat fisikokimia obat

    *. /onsentrasi obat dalam tubuh

    +. >umlah protein plasma

    . &finitas antara obat dengan protein6. /ompetisi obat dengan $at lain pada ikatan protein

    ?. /ondisi patofisiologis penderita

    2. Prinsi Trans(rt "#at )i )ala' aliran )ara/

    Interaksi dalam mekanisme distribusi 3kompetisi dalam ikatan protein plasma4.

    #istribusi adalah proses pengiriman $at-$at dalam obat kepada jaringan dan sel-sel

    target. Proses ditribusi dipengaruhi oleh sistem sirkulasi tubuh, jumlah $at yang dapat

    terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau sel tujuan dari obat tersebut. /etika

    obat didistribusikan di dalam plasma kebanyakan berikatan dengan protein 3terutama

    albumin4.

    )olekul protein sangat besar dibandingkan dengan molekul obat dan dapat

    megandung lebih dari satu tipe tempat pengikatan untuk obat. "ila obat berikatan

    dengan plasma protein seperti albumin, maka molekulnya menjadi sangat besar

    sehingga sulit untuk berdifusi. bat-obat yang lebih besar dari 25F berikatan dengan

    protein dikenal sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi protein. Salah satu

    contoh obat yang berikatan tinggi dengan protein adalah dia$epam ' yaitu ' 12F

    12

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    13/26

    berikatan dengan protein, aspirin 1F berikatan dengan protein, tolbutamid 1?F

    berikatan dengan protein.

    "agian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan bagian obat selebihnya yang

    tidak berikatan dapat bekerja bebas. 0anya obat-obat yang bebas atau yang tidak

    berikatan dengan protein yang bersifat aktif dan dapat menimbulkan respons

    farmakologik. #engan menurunnya kadar obat bebas dalam jaringan, maka lebih

    banyak obat yang berada dalam ikatan dibebaskan dari ikatannya dengan protein

    untuk menjaga keseimbangan dari obat yang dalam bentuk bebas. >ika ada dua obat

    yang berikatan tinggi dengan protein diberikan bersama-sama maka terjadi persaingan

    untuk mendapatkan tempat pengikatan dengan protein, sehingga lebih banyak obat

    bebas yang dilepaskan ke dalam sirkulasi. 0al ini menyebabkan obat yang

    mempunyai pengikatan terhadap plasma protein yang tinggi dapat mengurangi

    seluruh bersihan obat. #emikian pula sebaliknya, kadar protein rendah menurunkan

    jumlah tempat pengikatan protein, sehingga meningkatkan jumlah obat bebas dalam

    plasma. >ika hal tersebut terjadi, maka dapat terjadi kelebihan dosis.

    13

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    14/26

    BAB III

    PEMBAHAAN

    3.1 (nt(/ Interaksi "#at Dala' Pr(ses Distri#usi Trans(rt Dala' Dara/4

    "eberapa contoh obat yang berinteraksi di dalam proses distribusi yang

    memperebutkan ikatan protein adalah sebagai berikut '

    N(

    .

    "#at "#jek

    A4

    "#at

    Presiitan

    B4

    Mekanis'e

    Interaksi

    Efek5 aki#at -g

    )iti'#ulkan

    Penanganan

    1. 6arfarin &enil#uta7(n,

    ksifenbuta$on,

    Salisilat,

    klofibrat,

    fenitoin,

    sulfinipira$on,

    asam

    mefenamat

    bat " menggeser

    obat & dari ikatannya

    dengan protein

    plasma efekC

    toksisitas obat & J

    /edua obat ini terikat

    kuat pada protein

    plasma. 7amun,

    fenilbuta$on

    memiliki afinitas

    yang lebih besar,

    sehingga mampu

    mengeser !arfarin

    dan meningkatkan

    jumlah atau kadar

    !arfarin bebas

    Pendarahan ;erapi yang

    menggunakan obat ini

    hendaknya dihindari.

    14

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    15/26

    meningkat.

    2. 6alfarin !l(ral/i)rat )etabolit utama dari

    kloralhidrat adalah

    asam trikloro asetat

    yang sangat kuatterikat pada protein

    plasma. /loralhidrat

    mendesak !arfarin

    dari ikatan protein

    plasma

    )eningkatkan

    respon koagulan

    ;erapi pemberian obat

    tidak boleh bersamaan,

    #igunakan obt

    hypnotik yang lain ,bila terlihat adanya

    interaksi, diganti

    dia$epam atau

    flura$epam

    3. 6alfarin i'eti)in =imetidin terikat ole

    sitokrom P-65

    sehingga

    menurunkan aktivitasen$im mikrosom hati,

    sehingga obat lain

    akan terakumulasi

    bila diberikan

    bersama =imetidin.

    )eningkatkan

    Respon

    antikoagulan

    interaksi ini yaitu dapat

    dilakukan dengan

    pemeriksaan nilai I7R

    3International7ormali$ed Ratio4

    secara rutin dan bila

    mungkin mengurangi

    dosis Karfarin.

    *. &ntikoalgulan

    36arfarin4

    Metr(ni)a7(l )etronida$ol

    menghambat

    metabolisme

    !arfarin, juga

    meningkatkan

    hypoprotrombinemia

    9fek antikoagulan

    meningkat,

    akibatnya resiko

    pendarahan

    meningkat.

    Sebaiknya kombinasi

    obat tersebut dihindari.

    "ila digunakan pasien

    harus dimonitor ,

    apakah efek

    antikoagulan

    meningkat pada a!al

    pemberian

    metronida$ole, sampai

    saat penghentian.

    "iasanya dosis

    antikoagulan diperkecil

    dahulu pada saat

    memulai terapi dengan

    obat lain, tersebut, dan

    baru ditingkatkan lagi

    setelah pengobatan

    dengan obat itu selesai.

    +. 6arfarin All(urin(l 9fek !arfarin J atau

    antikoagulan J

    Pendarahan J #iamati apakah terjadi

    hypoprotrombinaemia

    bila terjadi

    15

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    16/26

    hypoprotrombinaemia

    pada saat pemberian

    antikoagulan dengan

    allopurinol pada a!al

    atau beberapa saat

    setelah pemberian obat

    tersebut, di stop dulu

    pemberian !arfarin

    dan dosis !arfarin

    disesuaikan..

    0. ;olbutamid8

    kl(rr(a'i)

    &enil#uta7(n8

    oksifenbuta$on,

    salisilat

    Pemberian

    klorpropamid

    dengan

    8enilbuta$on akan

    meningkatkan

    distribusi dari

    /lorpropamid. 0al

    ini dikarenakan

    didalam darah

    senya!a obat dari

    klorpropamid

    berinteraksi dengan

    protein plasma,

    sehingga senya!a

    asam akan

    berikatan dengan

    albumin dan yang

    basa berikatan

    dengan E(-

    glikoprotein,

    sehingga

    klorpropamid dan

    fenilbuta$on bersaing

    beriktatan dengan

    protein plasma,

    sehingga proses

    distribusi dari

    fenilbuta$on akan

    terhambat.

    0ipoglikemia #osis antikoagulan

    diperkecil.

    16

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    17/26

    . Met(treksat alisilat8

    Sulfonamid

    bat " menggeser

    bat & dari ikatannya

    dengan protein

    plasma

    efekCtoksisitas bat

    &J

    Salisilat menggeser

    )etrotreksat dari

    ikatannya dengan

    albumin dan

    menurunkan

    sekreseinya ke dalam

    nephron oleh

    kompetisi dengan

    anion secretory

    carrier.

    Pansitopenia

    Pansitopenia

    adalah

    pengurangan

    signifikan jumlah

    eritrosit, semua

    jenis sel darah

    putih, dan

    trombosit di

    sirkulasi darah.

    >ika ikatan obat-

    albumin subnormal,

    maka dosis obat pada

    pemberian

    single dose harus kecil

    bat yang memiliki

    afinitas tinggi terhadap

    albumin dan memiliki

    :d kecil maka dosis

    obat pada pemberian

    kronik harus

    disesuaikan

    9. &enit(in &enil#uta7(n,

    oksifenbuta$on,

    salisilat

    bat " menggeser

    bat & dari ikatannya

    dengan protein

    plasma

    efekCtoksisitas bat

    &J

    ;oksisitas

    8enitoin J

    "ila dimungkinkan

    hindarkan penggunaan

    keduanya.

    :. Antik(agulan ;ifa'i%in )enurunkan

    bioavailabilitas

    rifampicin

    /adar obat dalam

    darah menurun,

    efek antikoagulan

    dapat berkurang

    Rifampicin diberikan

    beberapa jam sebelum

    sediaan tersebut.

    1

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    18/26

    )eskipun obat-obatan berikatan dengan banyak makro-molekul, pengikatan

    ke protein plasma la$im terjadi. #ari protein plasma ini albumin yang terdiri dari 6F

    total protein mengikat paling banyak jenis obat. bat-obat yang bersifat asam biasanya

    mengikat albumin, sementara obat-obatan yang bersifat basa berikatan dengan E-

    glikoprotein dan lipoprotein. "anyak senya!a endogen steroid, vitamin dan ion mineral

    berikatan dengan globulin.

    3.2 Pe'#a/asan Ta#el

    1. 6alfarin $ &enil#uta7(n

    6arfarin adalah golongan obat antikoagulan untuk mencegah terjadinya

    pembekuan darah. Karfarin merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan

    tromboemboli sistemik pada anak-anak 3bukan neonatus4 setelah heparinisasi a!al.

    Karfarin mempengaruhi sintesis:itamin-/ yang berperan dalam pembekuan darah

    sehingga terjadi deplesi faktor II, :II, IL dan L. Ia bekerja di hati dengan

    menghambat karboksilasi vitamin / dari protein perkursornya.

    &enil#uta7(nadalah obat anti-inflamasi non-steroid 3&I7S4 yang bekerja sebagai

    anti-inflamasi melalui penghambatan en$im siklooksigenase dan penghambatan

    terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti prostaglandin.

    Mekansi'e Interaksi "#atn-a '

    8enilbuta$on dapat menggeser !arfarin 3ikatan protein 11F, :d H 5,( lCkg4 dan

    tolbutamid 3ikatan protein 1?F, :d H 5,(* lCkg4, sehingga kadar plasma !arfarin

    dan tolbutamid bebas meningkat. Selain itu fenilbuta$on juga menghambat

    metabolisme !arfarin dan tolbutamid. 38armakologi dan ;erapi 9disi 6, *5(*4.

    /edua obat ini terikat kuat pada protein plasma, tetapi fenilbuta$on memiliki

    afinitas lebih besar, sehingga mampu menggeser !arfarin dan dalam jumlahCkadar

    !arfarin bebas meningkat sehingga aktivitas antikoagulan meningkat dan terjadi

    resiko pendarahan.

    Penanganan, sebaiknya penanganan terapi yang menggunakan obat ini !ajib

    untuk dihindari.

    2. 6alfarin $ !l(ral/i)rat

    6arfarin merupakan antikoagulan oral. Bebih dari 15F dari !arfarin terikat

    pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa volume

    distribusinya kecil 3ruang albumin4, jika albumin plasma rendah maka

    18

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    19/26

    obat bebas dari !arfarin ini akan meningkat, oleh karenanya ia disebut

    obat dengan indeks terapi sempit 3/at$ung, *55D >affer, "ragg, *55+4.

    !l(ral/i)rat adalah aldehida yang terikat dengan air, menjadi alkohol. 9fek bagi

    pasien-pasien yang gelisah, juga sebagai obat pereda pada penyakit saraf hysteria.

    "erhubung cepat terjadinya toleransi dan resiko akan ketergantungan fisik dan

    psikis, obat ini hanya digunakan untuk !aktu singkat 3(-* minggu4 3;jay, *55*4.

    Mekanis'e Interaksi "#at )etabolit utama dari kloralhidrat adalah asam

    triklorasetat yang sangat kuat terikat pada protein plasma. /loralhidrat mendesak

    !arfarin dari ikatan protein sehingga meningkatkan respon antikoagulan.

    Penanganan

    Sebaiknya pola terapi yang menggunakan kombinasi obat ini hedaknya dihindari,

    jika sangat terdesak pemberian !arfarin dengan kloralhidrat diberikan dengan

    interval !aktu. Selain itu, digunakan obat hypnotik yang lain , bila terlihat adanya

    interaksi, diganti dia$epam atau flura$epam.

    3. 6arfarin )an i'eti)in

    6arfarin merupakan antikoagulan oral. Bebih dari 15F dari !arfarin terikat

    pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa volume

    distribusinya kecil 3ruang albumin4, jika albumin plasma rendah maka

    obat bebas dari !arfarin ini akan meningkat, oleh karenanya ia disebut

    obat dengan indeks terapi sempit 3/at$ung, *55D >affer, "ragg, *55+4.

    i'eti)in merupakan antihistamin penghambat reseptor 0istamin 0* yang

    berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan lambung. Simetidin

    menghambat reseptor 0*secara selektif dan reversible, bioavailabilitas simetidin

    sekitar @5 F sama dengan pemberian I: atau Im ikatan protein plasma hanya *5

    F. =imetidin terikat ole sitokrom P-65 sehingga menurunkan aktivitas en$im

    mikrosom hati, sehingga obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama

    =imetidin. =ontohnya' !arfarin, fenitoin, kafein, fenitoin, teofilin, fenobarbital,

    karbama$epin, dia$epam, propanolol, metoprolol dan imipramin. 3Interaksi bat,

    Retno

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    20/26

    !arfarin memiliki entang terapi yang sempit dan penggunaan anti koagulan yang

    berlebihan dapat menyebabakan perdarahan yang serius.

    Penanganan untuk interaksi ini yaitu dapat dilakukan dengan pemeriksaan nilai

    INR (International Normalized Ratio) secara rutin dan bila mungkin mengurangi

    dosis Karfarin. Pilihan lain dapat menggunakan antagonis 0* lain seperti

    Ranitidin yang tidak berinteraksi dengan Karfarin. 3Interaksi bat, 0eni Suprapti4.

    *. Antik(agulan )an Metr(ni)a7(l

    Antik(agulansia adalah at-$at yang dapat mencegah pembekuan darah dengan

    jalan menghambat pembentukan fibrin.

    Metr(ni)a7(loral atau infus I: memperkuat efek antikoagulan oral sehingga

    memperpanjang !aktu protrombin.

    Mekansi'e Inteaksi "#at > antikoagulan dan metronida$ol menimbulkan efek

    antikoagulan dapat meningkat. 3Interaksi bat, Richard 0arkness. (124

    Penanganan >Pemakaian metronida$ol bersama antikoagulan sebaiknya dihindari

    sebisa mungkin. >ika metronida$ol digunakan pada pasien yang menerima

    antikoagulan oral, !aktu protrombin harus dimonitor dan dosis antikoagulan harus

    disesuaikan dengan dosis metronida$ol. Sebaiknya kombinasi obat tersebut

    dihindari. "ila digunakan pasien harus dimonitor, apakah efek antikoagulan

    meningkat pada a!al pemberian metronida$ole, sampai saat penghentian. "iasanya

    dosis antikoagulan diperkecil dahulu pada saat memulai terapi dengan obat lain,

    tersebut, dan baru ditingkatkan lagi setelah pengobatan dengan obat itu selesai.

    +. 6afarin )an All(urin(l

    6arfarin merupakan antikoagulan oral. Bebih dari 15F dari !arfarin terikat

    pada albumin plasma, yang mungkin menjadi penyebab kenapa volume

    distribusinya kecil 3ruang albumin4, jika albumin plasma rendah maka

    obat bebas dari !arfarin ini akan meningkat, oleh karenanya ia disebut

    obat dengan indeks terapi sempit 3/at$ung, *55D >affer, "ragg, *55+4.

    All(urin(l bekerja terhadap katabolisme purin, tanpa mengganggu biosistesis

    purin. &llopurinol menurunkan produksi asam urat dengan menghambat reaksi

    biokimia sesaat sebelum pembentukan asam urat.

    Mekanis'e Interaksi "#at > &llopurinol menghambat metabolisme hati, dari

    !arfarin 3antikoagulan4, sehingga efek antikoagulan akan meningkat.

    20

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    21/26

    Penanganan > #iamati apakah terjadi hypoprotrombinaemia, bila terjadi

    hypoprotrombinaemia pada saat pemberian antikoagulan dengan allopurinol pada

    a!al atau beberapa saat setelah pemberian obt-obt tersebut ,di stop dulu pemberian

    antikoagulan, dan dosis antikoagulan disesuaikan.

    0. !l(rr(a'i) )an &enil#uta7(n

    !l(rr(a'i) > /lorpropamid digunakan untuk mengobati diabetes tipe *

    3kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan normal dan

    karena itu tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam darah4, terutama pada

    penderita diabetes yang tidak dapat dikontrol dengan diet saja. /lorpropamid

    menurunkan gula darah dengan merangsang pankreas mensekresi insulin dan

    membantu tubuh untuk menggunakan insulin secara efisien. pankreas harus dapat

    bekerja memproduksi insulin agar obat dapat bekerja. /lorpropamid tidak

    digunakan untuk mengobati diabetes tipe ( 3kondisi dimana tubuh tidak

    memproduksi insulin dan karena itu tidak dapat mengendalikan kadar gula dalam

    darah4. /lorpropamid memiliki !aktu paruh +* jam dan dimetabolisme pada hepar

    secara lambat. /urang lebih *5-+5F terdapat dalam urine tanpa perubahan.

    &enil#uta7(n > 8enilbuta$on memiliki efek sebagai anti inflamasi kuat, dan biasa

    diresepkan untuk terapi jangka pendek gout artritis dan artritis rhematoid akut.

    #erivat pyra$olidin ini mirip dengan rumus inti dengan fena$on. 9fek anti-

    inflamasi fenilbuta$on untuk penyakit atritis reumatoid dan sejenisnya

    sama kuat dengan salisilat, tetapi efek toksiknya berbeda. 9fek analgesik terhadap

    nyeri yang sebabnya nonreumatik lebih lemah dari salisilat. 8enilbuta$on

    memperlihatkan retensi natrium klorida yang nyata, disertai dengan pengurangan

    diuresis dan dapat menimbulkan udem. 8enilbuta$on memperlihatkan efek

    urikosurik ringan dengan menghambat reabsorpsi asam urat melalui tubuli.

    Mekanis'e Interaksi > Pemberian klorpropamid dengan 8enilbuta$on akan

    meningkatkan distribusi dari /lorpropamid. 0al ini dikarenakan didalam darah

    senya!a obat dari klorpropamid berinteraksi dengan protein plasma, sehingga

    senya!a asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa berikatan

    dengan E(-glikoprotein, sehingga klorpropamid dan fenilbuta$on bersaing

    beriktatan dengan protein plasma, sehingga proses distribusi dari fenilbuta$on akan

    terhambat.

    Penanganan >sebaiknya untuk dosis antikoagulannya diperkecil.

    . Met(treksat )an alisilat

    21

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    22/26

    Met(treksat > Pengobatan untuk neoplasma trofoblatik, leukemia, psoriasis,

    reumatoid artritis, termasuk terapi poliartikular juvenile reumatoid artritis 3>#R4D

    karsinoma payudara, karsinoma leher dan karsinoma kepala,karsinoma paru,

    osteosarkoma, sarcoma jaringan lunak, karsinoma saluran gastrointestinal,

    karsinoma esofagus, karsinoma testes, karsinoma limfoma.

    Mekanis'e Interaksi "#at > bat " menggeser bat & dari ikatannya dengan

    protein plasma efekCtoksisitas bat &J. Salisilat menggeser )etrotreksat dari

    ikatannya dengan albumin dan menurunkan sekreseinya ke dalam nephron oleh

    kompetisi dengan anion secretory carrier. 3Interaksi bat, 0eni Suprapti4

    Efek >9fek )etotreksat ditingkatkan oleh Salisilat, 9fek meningkatkanCtoksisitas

    contohnya Pansitopenia. 38armakolofi dan ;erapi, 9disi :. *5564.

    Pengobatan bersama dengan 7S&I# telah menghasilkan supresi sum-sum tulang

    berat, anemia aplastik dan toksisitas pada saluran gastrointestinal. NAID ti)ak

    #(le/ )igunakan sela'a 'enggunakan 'et(treksat dosis sedang atau tinggi

    karena dapat meningkatkan level metotreksat dalam darah 3dapat menaikkan

    toksisitas4. Salisilat bisa meningkatkan level metotreksat, bagaimanapun

    penggunaan salisilat untuk profilaksis dari kejadian kardiovaskular tidak mendapat

    perhatian.

    Penanganan > >ika ikatan obat-albumin subnormal, maka dosis obat pada

    pemberian single dose harus kecil. bat yang memiliki afinitas tinggi terhadap

    albumin dan memiliki :d kecil maka dosis obat pada pemberian kronik harus

    disesuaikan.

    2. &enit(in Dan &enil#uta7(n

    &enit(in merupakan obat epilepsi, fenitoin menstabilkan membran sel saraf

    terhadap depolarisasi dengan cara mengurangi masuknya ion ion natrium dalam

    neutron pada keadaan istirahat atau selama depolarisasi. 8enitoin juga menekan

    dan mengurangi infulks ion kalsium selama depolarisasi dan menekan

    perangsangan sel msaraf yang berulang ulang. &bsorbsi oral fenitoin lambat,

    tetapi sekali diabsorbsi distribusinya cepat dan

    konsentrasi fenitoin dalam otak yang tinggi.

    &enil#uta7(n > 8enilbuta$on adalah obat anti-inflamasi non-steroid 3&I7S4 yang

    bekerja sebagai anti-inflamasi melalui penghambatan en$im siklooksigenase dan

    penghambatan terhadap pembentukan mediator inflamasi, seperti prostaglandin.

    22

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    23/26

    8enilbuta$on memiliki kemampuan untuk menghambat en$im yang memetabolisir

    obat lain dikenal sebagai penghambat en$im 3en$yme inhibitor4. &kibat dari

    penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar obat dalam darah

    dengan segala konsekuensinya, oleh karena terhambatnya proses eliminasi obat.

    Mekanis'e Interaksi "#at' Pengikatan fenitoin oleh protein, terutama oleh

    albumin plasma kira kira 15F. rang sehat dan !anita pemakai obat

    kontrasepsi oral, fraksi bebasnya kira kira (5F, sedangkan diketahui bah!a efek

    farmakologi fenitoin hanya bergantung dari bentuk bebasnya. Pasien dengan

    penyakit ginjal, penyakit hati atau penyakit hepatorenal dan neonatal fraksi

    bebasnya rata rata diatas (6F. Pada pasien epilepsi fraksi bebas berkisar

    antara 6,2-(*,?F

    #istribusi obat ke berbagai bagian tubuh ternyata tidak sama, misalnya konsentrasi

    fenitoin di otak ternyata (-+ kali dari konsentrasi di plasma. Interaksi antara

    fenitoin dan fenilbuta$on terikat dengan protein plasma, sehingga akan

    terjadi kompetisi untuk mengikat albumin, tergantung afinitas terhadap albumin

    mana yang lebih kuat. /eadaan ini akan mengakibatkan peningkatan bentuk

    bebas dari fenitoin, akibat ikatan dengan albumin diduduki oleh fenilbuta$on.

    :olume distribusi fenitoin lebih berkurang ?F dari berat badan tapi sekitar

    tujuh kali lebih besar bila dihitung dengan kadar obat bebas. Kaktu

    paruh pemberian fenitoin peroral (2-* jam sedangkan mencapai kadar

    optimal adalah 6-(5 hari.

    :. Antik(agulan )an ;ifa'i%in

    Antik(agulan > adalah at-$at yang dapat mencegah pembekuan darah dengan jalan

    menghambat pembentukan fibrin.

    ;ifa'i%in > Rifampisina adalah antibiotika oral yang mempunyai aktivitas

    bakterisida terhadap )ycobacterium tuberculosis dan )ycobacterium leprae.

    )ekanisme kerja rifampisina dengan jalan menghambat kerja en$im #7&-

    dependent R7& polymerase yang mengakibatkan sintesa R7& mikroorganisme

    dihambat. %ntuk mempercepat penyembuhan dan mencegah resistensi kuman

    selama pengobatan, rifampisina sebaiknya dikombinasikan dengan antituberkulosis

    lain seperti I70 atau 9tambutol. #engan antibiotika lain rifampisina tidak

    menunjukkan resistensi silang.

    Mekanis'e Interaksi "#at > Rifampicin dapat menginduksi en$im

    mikrosomosal, sehingga mempercepat inaktivasi beberapa macam obat lain, seperti

    23

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    24/26

    obat antikoagulan oral golongan kumarin, obat kontrasepsi oral. Sehingga /adar

    obat dalam darah menurun, efek antikoagulan dapat berkurang.

    Penanganan >sebaiknya jangan diberikan obat secara berbarengan.

    1

  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    25/26

    BAB I=

    PENUTUP

    *.1 !esi'ulan

    Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan

    interaksi yang terjadi antara obat yang dikonsumsi secara bersamaan. 9fek - efeknya

    bisa meningkatkan atau mengurangi aktivitas, atau menghasilkan efek baru yang tidak

    dimiliki sebelumnya. Pada interaksi obat melibatkan dua jenis obat yaitu ' bat objek.

    &dalah obat - obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi C efeknyadipengaruhi oleh obat lain. bat presipitan. adalah obat yang dapat mempengaruhi

    atau mengubah aksi efek obat lain.

    #istribusi merupakan perjalanan obatke seluruh tubuh. Proses ini dipengaruhi

    oleh ' Pengikatan protein plasma, kelarutan obat dalam lipid 3yaitu, apakah obat

    tersebut larut dalam jaringan lemak4, sifat-keterikatan obat, aliran darah ke dalam

    organ dan keadaan sirkulasi, stadium dalam siklus kehidupan, misalnyakehamilan,

    masa bayi, kondisi penyakit, misalnya preeklampsia atau gagal jantung.

    Prinsip #istribusi obat yang mendasari adalah interaksi dalam ikatan protein

    plasma, serta transport obat di dalam plasma.

    DA&TA; PUTA!A

    &nonim. *55@. 8armakologi. "P/ Penabur. >akarta.

    25

    http://rachmadrevanz.com/2011/bagaimana-tubuh-menghadapi-obat-iv.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/eliminasi-atau-klirens-pada-obat.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/efek-obat-pada-seseorang.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/eliminasi-atau-klirens-pada-obat.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/efek-obat-pada-seseorang.htmlhttp://rachmadrevanz.com/2011/bagaimana-tubuh-menghadapi-obat-iv.html
  • 7/25/2019 Interkasi Obat Dalam Distribusi

    26/26

    )utschler, 9., (126, #inamika bat 8armakologi dan ;oksikologi, 22-1+, Penerbit

    I;", "andung

    #epartemen /esehatan Republik Indonesia. Informatorium bat 7asional Indonesia

    *555. >akarta' "adan Penga!asan bat dan )akanan. *555

    #epartemen farmakologi dan ;erapeutik. 8armakologi dan ;erapi 9disi :. >akarta '

    8akultas kedokteran-%niversitas Indonesia. *55@

    Prof. #r. 9lin Yulinah Sukandar, &pt, dkk. Iso 8armakoterapi. P; IS8I Penerbitan '

    >akarta

    0arkness Richard, R. P0. (12. Interaksi bat. Penerbit I;" ' "andung

    Syamsudin. Interaksi bat /onsep #asar dan /linis. Penerbit %niversitas Indonesia '

    >akarta

    Ira, ktaviani. *5(*. &spek 8armakokinetika /linik bat- bat yang digunakan pada

    pasien sirosis hati di "angsal interne RS %P #R. ).#jamil Padang Periode ktober

    *5((- >anuari *5(*. Padang.

    Suprapti 0erni, Interaksi bat. 8akultas /edokteran %niversitas Kijaya /usuma.

    Surabaya.