pendahuluanrepository.unissula.ac.id/9027/4/file 4_bab i.pdf · 2017. 12. 14. · melakukan...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Nasib suatu negara semakin ditentukan oleh kekuatan persaingan global
dalam dunia seperti ini, keputusan-keputusan operasi, investasi dan
pendanaan pembiayaan diwarnai oleh implikasi-implikasi internasional.
Dengan banyaknya keputusan yang berasal dari data-data akuntansi
mengenai isu-isu akuntansi internasional sangat penting untuk memperolah
interpretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis
internasional dengan kata lain, saat ini akuntansi telah berkembang dalam
tahap masa kedewasaannya menjadi suatu aspek integral dari bisnis dan
keuangan global perusahaan dituntut juga untuk mampu menciptakan atau
meningkatkan nilai perusahaan serta mampu untuk mengelola faktor-faktor
produksi yang ada secara efektif dan efisien agar tujuan perusahaan untuk
memperoleh laba yang maksimal dan optimal tercapai. Oleh karena itu
perusahaan juga dituntut untuk mampu meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan dengan meningkatkan kualitas laporan keuangan yang disajikan
perusahaan sehingga membantu investor dalam pengambilan keputusan
investasi.
Laporan keuangan merupakan media yang digunakan untuk mengetahui
kondisi keuangan suatu perusahaan dan kinerja perusahaan yang akan
berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan.
Menurut Martani (2012:8) menyatakan bahwa informasi keuangan yang
dihasilkan oleh proses akuntansi disebut laporan keuangan. Laporan
keuangan juga menyediakan informasi mengenai bagaimana pihak
manajemen menggunakan sumberdaya perusahaan yang dipercayakan
kepadanya. Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek, struktur modal,
distribusi aktiva, struktur pendapatan dan biaya perusahaan. Dalam hal ini
manajemen tidak hanya bertanggungjawab atas pemeliharaan dan penjagaan
sumberdaya perusahaan, tetapi juga atas penggunaan yang efisien serta
dapat menghasilkan keuntungan. Publikasi laporan keuangan kepada publik
merupakan salah satu konsekuensi bagi perusahaan yang telah mencatatkan
sahamnya di bursa saham. Keterlambatan penerbitan laporan keuangan
perusahaan go public akan sangat mempengaruhi investor.
Motivasi perusahaan mencatatkan sahamnya di lantai bursa secara
umum adalah untuk melakukan perluasan usaha, meningkatkan modal dasar
perusahaan, memperbaiki struktur hutang dan kombinasi diantaranya. Setiap
negara memiliki standar akuntansi keuangan sendiri yang menjadi pedoman
karena merupakan konsensus yang mengatur tentang pencatatan tentang
sumber-sumber ekonomi, kewajiban, modal, hasil, biaya dan perubahannya
dalam bentuk laporan keuangan. Standar akuntansi ini merupakan masalah
penting dalam profesi dan semua pemakai laporan yang memiliki
kepentingan terhadapnya. Oleh karena itu mekanisme penyusunan standar
akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kepuasan kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan. Namun yang perlu diingat bahwa standar akuntansi ini akan
terus-menerus berubah dan berkembang sesuai perkembangannya dan
tuntunan masyarakat. Kenyataan yang ada bahwa standar akuntansi disetiap
negara dalam perkembangannya fleksibel terhadap standar akuntansi
keuangan dunia karena berbagai pertimbangan penting. Hal ini tidak
mungkin dihindari karena hubungan ekonomi internasional yang telah
berkembang pesat, mau tidak mau setiap negara khususnya Indonesia
melakukan adopsi atau yang lebih dikenal dengan konvergensi standar
akuntansi keuangannya dengan standar keuangan internasional (IFRS).
Pengungkapan dan penyajian informasi merupakan suatu upaya
fundamental untuk menyediakan informasi mengenai laporan keuangan bagi
pengguna laporan keuangan. Dalam pengungkapan dan penyajian informasi
tersebut dibutuhkan sebuah aturan atau standar. Standar akuntansi secara
umum diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh sanksi-sanksi
untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui, 2006).
Standar akuntansi yang berkualitas sangat penting untuk pengembangan
kualitas struktur pelaporan keuangan global. Standar akuntansi yang
berkualitas terdiri dari prinsip-prinsip komprehensif yang netral, Menurut
Juan (2013:9) laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan bertujuan
untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengambilan
keputusan bisa menyangkut dalam bidang manajerial, keputusan operasional
jangka pendek maupun jangka panjang, dan keputusan dalam struktur modal
perusahaan.
Tuntutan konsumen yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi
informasi, maka pengelolaan perusahaan secara efisien merupakan syarat
mutlak untuk dapat terus bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien
akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan
perusahaan yang kurang efisien. Efisiensi perusahaan bukan hanya
merupakan ukuran perbandingan antara output yang dihasilkan dengan input
yang baik tetapi bagaimana manajemen mengelola sumberdaya yang ada
dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output yang optimal.
Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika
dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat
menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah.
Perusahaan go public dengan kinerja yang baik akan meningkatkan nilai
return saham perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya tentu saja ini
akan menjadi kabar dan informasi yang diharapkan para investor.
Harapan investor selain memperoleh dividen adalah kenaikan harga
saham, karena dengan kenaikan harga saham maka investor akan
mendapatkan keuntungan dari capital gain. Kinerja perusahaan go public
dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di lantai bursa, kinerja saham
yang baik adalah jika kenaikan harganya di atas atau paling tidak sama
dengan tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten
yang dapat menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan
tanggapan positif dari investor kinerja pelaporan keuangan sebelum IFRS.
IFRS merupakan jawaban atas permasalahan akan kredibilitas dan
transparansi pelaporan keuangan yang harus lebih ditingkatkan.
Permasalahan ini terlihat dari krisis keuangan yang dilanda beberapa
negara-negara Asia pada tahun 1997 krisis ini disebut dengan “financial
meltdown” yang secara langsung mempengaruhi Thailand, Malaysia, Korea
Selatan, Indonesia, Hongkong, Singapura serta terjadinya goncangan yang
besar pada tahun 2001 yakni Enron merestatement laporan keuangan karena
adanya accounting error. Masalah ini telah membuat dunia
mempertanyakan standar akuntansi yang lebih baik yang bisa menghasilkan
informasi keuangan yang dapat dipercaya. IFRS (InternasionalFinancial
Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur
keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa
laporan keuangan internperusahaan untuk periode-periode yang
dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang: (1) Menghasilkan transparansi bagi para pengguna
dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan, (2) Menyediakan
titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS, (3)
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna (Gamayuni, 2009). Indonesia merupakan negara yang masih
dalam tahap transisi pada peraturan IFRS.
Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada
Desember 2007. Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap
dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2012 (BAPEPAM–LK, 2010).
Pemerintah Indonesia sangat mendukung program konvergensi PSAK ke
IFRS. Hal ini sejalan dengan kesepakatan antara negara-negara yang
tergabung dalam G20 yang salah satunya adalah untuk menciptakan satu set
standar akuntansi yang berkualitas yangberlaku secara internasional. IFRS
merupakan jawaban atas kebutuhan standaryang dapat dibandingkan dengan
negara lain, SAK Indonesia merupakan SAK lokal yang sulit untuk
dibandingkan dengan SAK negara lain.Standar akuntansi Indonesia sebelum
konvergensi merupakan standar yangfleksibel yang memungkinkan adanya
pemberlakuan metode-metode akuntansiyang berbeda pada setiap
perusahaan. Standar yang fleksibel ini menimbulkankemungkinan terjadinya
accounting creative dan manajemen laba, Pengaruhadopsi IFRS pada
manajemen perusahaan yaitu; persyaratan akan item-itempengungkapan
akan semakin tinggi, dengan mengadopsi IFRS manajemenmemiliki
akuntabilitas yang tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporankeuangan
perusahaan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
perusahaan,karena laporan keuangan perusahaan tersebut menghasilkan
informasi yang lebih relevan, krusial dan akurat. Serta, laporan keuangan
perusahaan akan lebih mudahdipahami, dapat diperbandingkan dan
menghasilkan informasi yang valid untukaktiva, hutang, ekuitas, pendapatan
dan beban perusahaan.
Sebelum konvergensi ke IFRS standar akuntansi di Indonesia
menggunakan US GAAP yang dirumuskan oleh FASB. US GAAP
merupakan standar yang rules based (berbasis aturan). Standar yang
berbasis aturan akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar
perusahaan dan antar waktu, namun di sisi lain mungkin kurang relevan
karena ketidakmampuan standar merefleksi kejadian ekonomi entitas yang
berbeda antar perusahaan dan antar waktu. Standar berbasis aturan juga
akan mengakibatkan munculnya standar-standar akuntansi untuk industry
tertentu misalnya akuntansi penyelenggaraan jalan tol, akuntansi koperasi,
akuntansi kehutanan, akuntansi perbankan. Padahal secara prinsip terdapat
kesamaan untuk standar akuntansi tersebut dari sisi pengakuan pendapatan
dan pengakuan aset. Semakin banyak aturan, maka aturan tersebut akan
semakin memiliki banyak celah untuk dilanggar.
(Kartikahadi, 2010) Suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya standar
yang berlaku secara internasional. Negara tersebut hanya membuat agar
standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar
akuntansi internasional. Mengingat standar akuntansi tidak terlepas dari tata
hukum, social, ekonomi dan budaya suatu Negara maka pengertian
konvergensi ke IFRS lebih masuk akal untuk harmonisasi
(Kartikahadi,2010). Konvergensi standar akan menghapus perbedaan
tersebut perlahanlahan dan bertahap sehingga nantinya tidak akan ada lagi
perbedaan antara standar negara tersebut dengan standar yang berlaku
secara internasional.
Mengadopsi IFRS akan membantu investor dalam mengestimasikan
investasi pada perusahaan berdasarkan data-data laporan keuangan
perusahaan pada tahun sebelumnya, dengan semakin tingginya tingkat
pengungkapan suatu perusahaan makaberdampak pada rendahnya biaya
modal perusahaan. Pengaruh yang terakhir adalah rendahnya biaya untuk
mempersiapkan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Berbeda dengan US GAAP yang berbasis aturan standar akuntansi
IFRS berbasis prinsip. Pengaturan pada tingkat prinsip akan meliputi segala
hal dibawahnya. Namun kelemahannya, akan dibutuhkan penalaran,
judgement, dan pemahaman yang cukup mendalam dari pembaca aturan
dalam menerapkannya. Standar semacam ini konsisten dengan tujuan
pelaporan keuangan untuk dapat menggambarkan kejadian yang
sesungguhnya di perusahaan. Standar berbasis prinsip memberi keunggulan
dalam hal memungkinkan manajer memilih perlakuan akuntansi yang
merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya,
meskipun hal sebaliknya dapat terjadi. Standar berbasis prinsip
memungkinkan manajer, anggota komite audit, dan auditor menerapkan
judgment profesionalnya untuk lebih fokus pada merefleksi kejadian atau
transaksi ekonomi secara substansial, tidak sekedar melaporkan transaksi
atau kejadian ekonomi sesuai dengan standar.
IFRS mensyaratkan pengungkapan berbagai informasi tentang risiko
baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan
harus sejalan dengan data/informasi yang dipakai untuk pengambilan
keputusan yang diambil oleh manajemen. Return dapat berupa return
realisasian yang telah terjadi (realized return) atau return ekspektasian
(expected return) yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di
masa mendatang. Return realisasian dihitung menggunakan data historis.
Return realisasian penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Dalam konsep investasi jika hanya mengkaji return saja
tidaklah lengkap. Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan. Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi
dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Van Horne dan
Wachowics, Jr (1992) mendefinisikan risiko sebagai variabilitas return
terhadap return yang diharapkan. Risiko yang diukur dengan ukuran ini
mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari
rata-ratanya.
Konsep perataan laba mengasumsikan bahwa investor adalah orang
yang menolak risiko (Fudenberg dan Tirole, 1995), sehingga investor lebih
menyukai aliran laba yang stabil. Secara teoritis, perilaku investor demikian
ini menyebabkan manajemen melakukan perataan laba. Perataan laba juga
merupakan perilaku rasional yang dilakukan oleh manajer (agent), yaitu
untuk lebih mementingkan kepentingan dirinya. Maka motivasi yang
memengaruhi kebijakan manajer atas kebijakan yang diambilnya adalah
untuk memaksimalkan kepentingannya, karena manajer percaya bahwa
penilaian pasar mendasarkan pada angka akuntansi yang mereka hasilkan.
Michelson et al. (2000) memberikan bukti bahwa perusahaan yang
melakukan perataan laba secara signifikan memiliki rata-rata kumulatif
abnormal return yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang
tidak melakukan perataan laba. Chen (2012) telah membuktikan bahwa
perusahaan dengan kondisi perataan laba yang lebih, akan cenderung untuk
memiliki return yang lebih pula. Martinez dan Castro (2011) membuktikan
bahwa perusahaan perata laba memiliki tingkat risiko pasar lebih rendah
dibanding perusahaan bukan perata laba, dan abnormal return perusahaan
perata laba signifikan lebih tinggi daripada perusahaan bukan perata laba.
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Garizi et al. (2011)
memberikan hasil bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan rata-rata return
antara perusahaan perata laba dan bukan perata laba.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menargetkan pengadopsian IAS dan
IFRS oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang akan
selesai pada tahun 2010 dan mulai menerapkannya pada tahun 2012. Proses
adopsi dibagi dalam 3 tahap yaitu tahap adopsi, tahap persiapan dan tahap
implementasi. Pada tahap pertama yaitu adopsi seluruh IFRS ke dalam
PSAK yang ditargetkan selesai pada tahun 2010. Tahap persiapan yaitu
penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang
sudah mengadopsi seluruh IFRS yang akan dilaksanakan pada tahun 2011.
Pada tahun 2012 merupakan tahap implementasi yaitu penerapan PSAK
yang sudah mengadopsi seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang
memiliki akuntabilitas publik. Menurut Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 4
tingkat :
1. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan
menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut
gunakan.
2. Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI
pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS
namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS
yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced (konvergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan
hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang
disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan
standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada
penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan
transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga
mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan
globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta
dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional
yang berlaku sama di semua negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi
bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang
berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan
keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair„ (IFRS framework
paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan
keuangan global yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar
dunia (global market) sehingga investor asing tertarik untuk menanamkan
modalnya di perusahaan.
Teori Agency berfokus pada dua individu yaitu principal dan agen yang
masing-masing pihak yaitu agen dan principal berusaha untuk
memaksimalkan kepentingan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan konflik
kepentingan diantara principal dan agen (Scott, 1997:240). Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya
sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Smith, 1984).
Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh
(full disclosure) akan mengurangi tingkat asimetri informasi
(ketidakseimbangan informasi) ketidakseimbanagan informasi antara
manajer dengan pihak pengguna laporan keuangan. Asimetri informasi
adalah kondisi dimana manajer mempunyai informasi superior
dibandingkan dengan pihak lain. Oleh karena itu manajer akan melakukan
diysfunctional behavior dengan melakukan perataan laba terutama jika
informasi tersabut terkait dengan pengukuran kinerjamanajer. Jadi dapat
disimpulkan kondisi informasi asimetri inilah yang merupakan kondisi
yangdibutuhkan untuk dilakukannya manajemen laba. Dengan kata lain
tingkat pengungkapan memilikihubungan negatif dengan manajemen laba
hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehSiregar dan Bachtiar
(2003) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan manajemen
labacenderung mengungkapkan informasi lebih sedikit dalam laporan
keuangannya agar tidak terdeteksi. Perusahaan dengan tingkat
pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen laba
dansebaliknya, disisi lain berkembangnya IFRS dalam artian
mengkonvergensi peraturan yang ada sebelumnya maka ada banyak
perubahan dalam hal manajemn laba.
Kurang ketatnya pengawasan yang diberikan untuk perusahaan
terkadang menjadi boomerang dan tidak bisa diterima oleh investor atau
pihak yang terlibat, kinerja dengan terintregasi dengan baik dan sehat dapat
mengurangi dan mencegah terjadinya manajemen laba yang terkadang
menjadi kebiasaan buruk mendai pengaruhnya, namun meskipun
pengawasan sudah dilakukan secara demikian tidak menutup kemungkinan
perilaku manajemen laba bisa terjadi pada industri ini karena permintaaan
dalam intern perusahaan juga nengamini. Salah satu bentuk dari manajemen
laba adalah perataan laba (income smoothing) penerapan IFRS juga
bertujuan untuk mengurangi pengaruh negatif kesehatan ekonomi menjadi
tujuan utamanya.
Perhatian utama untuk menggambarkan kinerja atau
pertanggungjawaban manajemen terhadap perusahaan yang dikelolannya
pada umumnya terpusat pada laba akuntansi dan juga membantu pemilik
perusahaan (pemegang saham) ataupun pihak lain dalam melakukan
penaksiran atas earning power perusahaan dimasa mendatang oleh Ida P,
Eko H, dan Margani P. (2011), dalam hal tersebut juga laba menjadi bahan
yang pokok untuk mengukur kinerja manajemen dalam lingkup lebih luas.
Mengenai reaksi pasar terhadap penerapan IFRS di Eropa, penelitian ini
telah memberikan bukti empiris bahwa IFRS telah membuat perusahaan-
perusaahan lebih mudah untuk dibandingkan yang mana hal ini akan
membuat pengalokasikan modal menjadi efisien (Armstrong et
al.(2008))Studi-studi empiris sebelumnya menyatakan bahwa adopsi IFRS
secara mandatory berkaitan dengan likuiditas pasar dan penurunan biaya
modal (cost of capital) perusahaan. Selain itu penggunaan praktik akuntansi
yang sama di berbagai negara akan memudahkan penilaian investor.
Penaksiran kinerja atau pertanggungjawaban manajemen terhadap
perusahaan yang dikelolanya pada umumnya terpusat pada laba akuntansi.
Laba akuntansi juga membantu pemilik perusahaan (pemegang saham)
ataupun pihak lain dalam melakukan penaksiran atas earning power
perusahaan di masa mendatang. Laba akuntansi dikatakan relevan jika
angka laba tersebut mampu mencerminkan perubahan return saham yang
terdapat pada pasar sehingga hal itu menyatakan bahwa laba akuntansi
tersebut mempunyai informasi yang berguna bagi para pemegang saham.
Informasi tersebut menyebabkan para pemegang saham bereaksi dan
menyebabkan perubahan return saham (Haryanto, 2012). Jika laba yang
dihasilkan tidak stabil atau terus berfluktuasi, maka kinerja manajer akan
dipertanyakan dan akan berakibat buruk bagi nama baik perusahaan,
demikian pendapat, Thomas Jeanjeana dan herve Stolowya (2008), dalam
penelitian mereka menganalisis apakah pengenalan wajib standar IFRS
berdampak pada kualitas laba, hasilnya bahwa frekuensi manajemen laba
tidak menurun setelah pengenalan IFRS Bahkan meningkat di Perancis dan
tetap stabil di Inggris dan Australia. Secara keseluruhan, temuan ini
menunjukkan bahwa beralihnya ke IFRS bukan faktor utama perbaikan
dalam hal kualitas laba. Penelitian Ball et al. (2003) penerapan IFRS sebagai
sumber global akan menghasilkan laporan keuangan yang mempunyai
tingkat kredebilitas tinggi.
Konvergensi IFRS, jika negara tersebut menggunakan IFRS, berarti
negara tersebut telah mengadopsi pelaporan keuangan global sehingga
memudahkan pasar dunia untuk mengetahui dengan sama dan paham.
IFRS terhadap retrun saham adalah bahwa Perbedaan standar akuntansi
akan menjadi hambatan investasi antar Negara, ketika terdapat keseragaman
standar akuntansi maka investor di Negara lain akan memudahkan
investor/calon investor, kreditur/calon kreditur memahami laporan keuangan
perusahaan. Dari sisi akuntansi akan konvergensi ke IFRS meningkatkan
kualitas pelaporan laporan keuangan ke pasar modal. Webster dan
Thompson (2005) menguji kualitas laba dari perusahaan kanada yang
terdaftar di Bursa Efek Kanada dan Amerika dimana perusahaan Kanada
yang menggunakan standar akuntansi yang principal based mempunyai
kualitas akrual yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan Amerika yang
US GAAP yang rules based. Barth et.al (2008) menemukan bahwa
perusahaan yang menggunakan standar akuntansi keuangan internasional
menunjukkan tingkan perataan laba dan manajemen laba dan mempunyai
korelasi yang tinggi antara laba akuntansi dan harga saham dan return.
Lantto (2007), meneliti apakah IFRS menaikkan kegunaan informasi
akuntansi di Finlandia, dengan melakukan survey pada manajer, analis
laporan keuangan dan auditor hasil penelitian menyatakan bahwa baik
auditor, manajer dan analis berpendapat bahwa laporan keuangan yang
disusun berdasarkan IFRS dapat diandalkan.dan relevan.
Namun demikian terdapat banyak studi empiris yang menyatakan
sebailknya Goncharov dan Zimmerman (2003) menganalisis tingkat
earnings management menggunakan discretionary accrual pada perusahaan
yang laporan keuangannya menggunakan IAS, German GAAP dan US
GAAP, menemukan bahwa tingkat earnings management pada perusahaan
yang laporan keuangannya menggunakan IAS dan German GAAP adalah
relative sama sedangka earning management pada tingkat yang lebih rendah
pada perusahaan yang menggunakan US GAAP. Leuz (2003)
membandingkan asymetri informasi dan likuiditas pasar dari perusahaan di
Jerman yang menggunakan IAS dan US GAAP, menemukan bahwa Bid ask
spred dan volume perdagangan saham antara perusahaan yang
menggunakan IAS dan US GAAP tidak berbeda secara signifikan. Zhou
et.al meneliti apakah perusahaan Cina setelah mengadopsi IAS mempunyai
kualitas.
Mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang
dari rata-ratanya, adopsi standar akuntansi mengharuskan informasi menjadi
berkualitas tinggi, transparan dan dapat diperbandingkan. Sulit untuk
membandingkan informasi keuangan seluruh dunia tanpa seperangkat
standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang umum. Penggunaan
seperangkat standar akuntansi berkualitas tinggi akan memberikan fasilitas
investasi dan pengambilan keputusan ekonomis lainnya melewati lintas
batas, meningkatkan efisiensi pasar, dan mengurangi biaya untuk
peningkatan modal. IFRS semakin menjadi perangkat standar akuntansi
yang diterima secara global yang memenuhi kebutuhan dunia, dengan
semakin bertambahnya pasar modal global yang terintegrasi. PSAK 50 dan
55 merupakan penerapan IFRS pada laporan keuangan industri perbankan
ditujukan agar industri ini menjadi lebih transparan dalam menyajikan
laporan kinerjanya. Hal ini diharapkan agar industri perbankan semakin
strategis dan menarik bagi investor karena mereka menjadi lebih mudah
dalam memahami kinerja perbankan.
Penelitian terdahulu telah menemukan alasan bahwa perusahaan yang
telah menerapkan IFRS akan mengalami kenaikan likuiditas pasar,
menurunkan biaya modal, dan menaikkan penilaian ekuitas (Daske et al.,
2008). Daske et al. (2011) menemukan bukti bahwa “serious” adopters
IFRS akan memiliki dampak yang signifikan pada biaya modal dan
likuiditas pasar dibandingkan “label” adopters. Loureiro dan Taboada
(2012) menyatakan bahwa perusahaan yang mengadopsi IFRS
keinformatifan harga sahamnya semakin meningkat. Demikian juga,
Armstrong et al. (2008) yang telah menyimpulkan bahwa investor-investor
di negara Eropa memberikan respon positif terhadap perusahaan yang telah
menerapkan IFRS, karena mereka telah merasakan keuntungan dari adopsi
standar ini, yang antara lain laporan keuangan menjadi lebih berkualitas
karena informasi asimetri dan risiko informasi yang semakin rendah IFRS
telah menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan karena
pengungkapannya dilakukan lebih detail dan terperinci sehingga dapat
membantu pengguna laporan keuangan untuk mendapatkan informasi yang
lebih relevan. Kualitas laporan keuangan yang semakin baik ini akan
direspon positif oleh para pengguna, khususnya para investor (Armstrong et
al., 2008) karena mereka menjadi lebih mudah dalam memahami kinerja
perusahaan dan diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengestimasi
tingkat return dan risiko investasi yang dilakukannya.
Kepercayaan nilai suatu saham oleh investor sangat dipengaruhi oleh
kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Jika prospek suatu
perusahaan publik dalam kondisi kuat dan baik, maka harga saham
perusahaan tersebut diperkirakan akan merefleksikan kekuatannya
(Puspitaningtyas, 2012). Kepercayaan investor ini sangat bermanfaat bagi
perusahaan, karena semakin banyak investor yang percaya terhadap
perusahaan, maka keinginan untuk berinvestasi pada perusahaan ini akan
semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham dari suatu
perusahan maka dapat menaikkan harga saham tersebut, karena harga saham
di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran.
Apabila harga saham yang tinggi dapat dipertahankan maka kepercayaan
investor terhadap investor akan semakin tinggi (Zuliarni, 2012). Keadaan ini
dapat menjanjikan tingkat pengembalian (return) yang lebih tinggi dan
risiko saham lebih minimal karena realisasi outcome yang diterima tidak
menyimpang dari outcome yang diharapkan.
Penilitian ini mereplika pada penelitian IdaPuspitarini W, Eko
Haryanto, Margani Pinasti. 2012 dan kawan kawan tetngan apakah ada
perbedaan atau tidak terkait Pencarian perbedaan pengaruh dari
pengkonvergensian IFRS di Indonesia ada tidaknya perbedaan return dan
resiko saham, perataan laba dengan mengacu pada semua perusahaan yang
ada dalam daftar atau menjadi anggota BEI (www.idx.ac.id ) ditahun 2009-
2014.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan bahan yang diangkat sebagai pemicu sejauh mana
permasalahan atau celah, dalam latar belakang serta tinjauan-tinjauan yang
menjadi perbandingan dalam topik yang diangkat juga pengembangannya
maka dapat ditemukan berbagai permasalahan-permasalahan yang musti
diterjemahkan dalam kaitannya tentang IFRS maka dapat ditemukan yaitu;
1. Apakah ada perbedaan return saham sebelum dengan sesudah
penerapan IFRS di Indonesia?
2. Apakah ada perbedaan resiko saham sebelum dengan sesudah
penerapan IFRS di Indonesia?
3. Apakah ada perbedaan perataan laba sebelum dengan sesudah
penerapan IFRS di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah;
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan dengan menguji secara empiris
ada tidaknya perbedaan return saham antara perusahaan yang telah
menerapkan IFRS dan perusahaan manufaktur yang belum menerapkan
IFRS.
2. Untuk menguji secara empiris mengetahui apakah ada perbedaan resiko
saham antara perusahaan yang telah menerapkan IFRS dengan
perusahaan yang belum menerapkan IFRS.
3. Untuk menguji secara empiris mengetahui apakah ada perbedaan
perataan laba antara perusahaan yang telah menerapkan IFRS dengan
perusahaan yang belum menerapkan IFRS.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada
beberapa pihak, yaitu:
1. Manfaat bagi pembaca yaitu memberikan pengetahuan dan wawasan
mengenai faktor konvergensi IFRS yang berpengaruh atau tidak
terhadap return dan resiko saham, serta perataan laba.
2. Manfaat bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan
sebagai wacana memberikan informasi terutama penelitian ini sebagai
refernsi untuk penelitian yang sejenis terhadap pelaku ekonomi atau
dalam tahap study serta dalam perjalanannya bisa bermanfaat bagi
pengembangan hal-hal yang berkaitan dengan topik diatas.
3. Manfaat bagi akademis, sebagai wacana pada literatur-literatur
terdahulu mengenahi pengaruh konvergensi IFRS terhadap return dan
resiko saham, serta perataan laba.