p 1 12 anies nursobah
DESCRIPTION
Kedudukan dan peranan antara ulama dan umara menjadi penting dalam masyarakat. Keduanya harus terjalin kerjamasama yang baik dalam proses dakwah Islamiyyah, sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam segala asfek kehidupannya, sekaligus mengantarkan umat ke arah kesejateraan dan kebahagian, lahir dan batin, baik secara individual maupun sosial dengan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh Swt. Kerjasama yang baik antara ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya. Pertama, Pola komunikasi ulama dan umara dalam kegiatan takmir mesjid adalah Terjalinnya komunikasi secara efektif; silaturahmi, konsultasi, musyawarah, rencana program, koordinasi, strukturisasi, pembinaan DKM, dan evaluasi program. Kedua, Pola komunikasi ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid; kegiatan dakwah, penyuluhan, pembinaan dan semacamnya. Ketiga, Kesadaran beragama masyarakat terhadap kegiatan takmir mesjid adalah partisipasi aktif masyarakat dalam membangun, memelihara sarana-prasarana mesjid dan mengikuti kegiatan dakwah termasuk kegiatan sosial, penyuluhan, dan lain-lain. Agar pola komunikasi ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya lebih optimal, maka disarankan adanya penelitian lebih lanjut, sehinggga permasalahan akan lebih jelas dan ditemukan adanya solusi dari berbagai kekurangan dan hambatan yang ada.TRANSCRIPT
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 1/12
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
POLA KOMUNIKASI ULAMA DAN UMARA DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN
BERAGAMA MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN TAKMIR MESJID
DI KECAMATAN BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA
Oleh : ANIS NURSOBAH, S.Ag, M.Kom.I
ABSTRAK
Kedudukan dan peranan antara ulama dan umara menjadi penting dalam
masyarakat. Keduanya harus terjalin kerjamasama yang baik dalam proses dakwah
Islamiyyah, sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, untuk menumbuhkan
kesadaran masyarakat terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam segala
asfek kehidupannya, sekaligus mengantarkan umat ke arah kesejateraan dan kebahagian,
lahir dan batin, baik secara individual maupun sosial dengan terwujudnya masyarakat yang
adil dan makmur berdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh Swt. Kerjasama yang baik
antara ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melaluikegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya. Pertama , Pola
komunikasi ulama dan umara dalam kegiatan takmir mesjid adalah Terjalinnya komunikasi
secara efektif; silaturahmi, konsultasi, musyawarah, rencana program, koordinasi,
strukturisasi, pembinaan DKM, dan evaluasi program. Kedua , Pola komunikasi ulama dan
umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir
mesjid; kegiatan dakwah, penyuluhan, pembinaan dan semacamnya. Ketiga, Kesadaran
beragama masyarakat terhadap kegiatan takmir mesjid adalah partisipasi aktif masyarakat
dalam membangun, memelihara sarana-prasarana mesjid dan mengikuti kegiatan dakwah
termasuk kegiatan sosial, penyuluhan, dan lain-lain. Agar pola komunikasi ulama dan umara
dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid dikecamatan Bungursari kota Tasikmalaya lebih optimal, maka disarankan adanya penelitian
lebih lanjut, sehinggga permasalahan akan lebih jelas dan ditemukan adanya solusi dari
berbagai kekurangan dan hambatan yang ada.
Kata kunci : Pola Komunikasi, Kesadaran Beragama, Kegiatan Takmir Masjid
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Dalam konteks Islam, naluri
beragamamerupakan kebutuhan manusia,yang dikenal dengan istilah fitrah yakni
potensi keagamaan atau ketuhanan, yakni
adanya kecenderungan kuat untuk
beragama sebagai pedoman dan tuntunan
hidupnya. Hal ini didasarkan pada Al-Quran
sebagai sumber utama ajaran Islam, yaitu
termaktub dalam surat Ar-Rum ayat 30
yang artinya : “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama
Alloh, tetaplah atas fitrah manusia sesuaidengan fitrahnya itu ....”
Dengan demikian, maka jika
potensi manusia itu diarahkan dan
dikembangkan melalui aktifitas dakwah
Islamiyyah, maka potensi itu akan munculdan dapat diarahkan terhadap agama
Islam, dari mulai memahami, meyakini
hingga mengamalkannya dalam kehidupan
individu maupun sosial.
Dakwah adalah aktifitas para da’i
dalam mengajak, membimbing, membina
dan mengarahkan manusia terhadap
ajaran Islam, agar dapat dipahami, diyakini
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari, baik dalam konteks akidah, ibadahmaupun muamalah.
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 2/12
2
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
Pengertian dakwah meliputi segala
tindakan untuk meluruskan pikiran dan
tindak-tanduk manusia menurut ajaran
Islam. Ungkapan ini senada dengan
ungkapan Abdul Hamid bin Badis,
berkaitan dengan dakwah Islamiyah
“bahwa semua pembelajaran ilmu,
penjelasan argumen Islam dan
menyebarluaskan nilai – nilai kebaikan,
majelis – majelis ta’lim dan tadzkir, amr
ma’ruf nahy munkar ucapan dan amal
sebagai teladan serta mengutus da’i ke
berbagai kalangan. semuanya merupakan
hakikat dari substansi dakwah. Dalam
aspek hukum (Islam), berdakwah adalah
kewajiban setiap muslim dan muslimat
yang mukalaf sesuai dengan kadarkemampuannya, Sehingga dakwah dapat
dilakukan oleh siapa saja, laki-laki maupun
perempuan, dimana dan kapan saja dan
dengan cara (Metode) yang beraneka
ragam, agar terus menyeru atau mengajak
sesama agar istiqomah menjalankan nilai-
nilai ajaran Islam dalam segala asfek
kehidupan, baik menyangkut ibadah ritual
maupun ibadah sosial, serta dilaksanakan
secara kaffah.Perlu dicatat, bahwa secara
tekstual ajaran Islam mencakup segala
asfek kehidupan, yaitu aspek akidah,
ibadah ritual dan asfek ibadah sosial, yang
termaktub dalam Al-Quran dan Hadist
sebagai way of life (pedoman hidup) bagi
manusia, menuju kehidupan yang baik,
harmonis dan dinamis, bahagia dan
sejahtera lahir dan batin, di dunia maupun
di akhirat.
Untuk itulah dalam rangka
mewujukan keberlangsungan dakwah
secara efektif dan tepat sasaran,
diperlukan orang-orang muslim/muslimat
yang ahli di bidang agama, mampu dan
cerdas dalam berdakwah, serta menjadi
panutan umat.
Dalam kaitan ini ulama yang di
kenal sebagai ahli agama, memiliki peranan
penting dalam proses pelaksaan dakwahdengan berbagai bentuknya, metode, dan
media dakwah yang sesuai dengan kondisi
dan situasi sebagai objek dakwahnya.
Begitu pula umara (pemerintah), Yang
memiliki kedudukan yang sangat stragis di
masyarakat.
Ulama pada hakikatnya adalah
penerus dakwah para nabi dan nabi besar
Muhammad Saw.yang menyeru kepadatauhid dan menegakan amar-ma’rup dan
nahyi munkar di bawah panji-panji agama
Alloh yakni agama Islam.Rosul bersabda :
yang artinya : “ ulama adalah pewaris para
nabi.”.
Di sisi lain, disamping ulama
sebagai juru dakwah, juga mereka adalah
pemimpin umat yang harus mampu
membimbing dan membina umat serta
menjadi suri tauladan bagi mereka dalammengamalkan nilai-nilai ajaran Islam di
segala asfek kehidupan, bahkan harus
mampu mengatasi segala persoalam yang
dihadapi umat baik secara individu
maupun sosial.
Apalagi dengan umara
(pemerintah) yang memiki kedudukan yang
strategis, harus senantiasa memiliki
komitment kuat terhadap agama (Islam)
dalam hal kebijakan, melalui programpembangunan bidang agama, yang
menjamin kelangsungan dakwah Islamiyah
demi peningkatan kualitas umat, dalam
ketaatannya terhadap Agama.
Kedua-nya ulama dan umara
adalah sosos-sosok yang penting dalam
proses dakwah sebagaimana yang
disabdakan Rasululloh Saw, yang artinya :
“Dua golongan dari umatku ketika sama –
sama baik, maka semua orang akan baik.Dan apabila dua golongan itu rusak, maka
semua orang akan menjadi rusak. Dua
golongan itu adalah ulama dan umara.
(H.R.Ibnu Abdi Barr)
Berdasarkan hal tersebut di atas,
maka kedudukan dan peranan antara
ulama dan umara menjadi penting dalam
masyarakat. Keduanya harus terjalin
kerjamasama yang baik dalam proses
dakwah Islamiyyah, sesuai dengan perandan fungsinya masing-masing, untuk
menumbuhkan kesadaran masyarakat
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 3/12
3
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran
agama Islam dalam segala asfek
kehidupannya, sekaligus mengantarkan
umat kearah kesejateraan dan kebahagian,
lahir dan batin, baik secara individual
maupun sosial dengan terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmurberdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh
Swt.
Dalam proses dakwah Islamiyah,
selain pentingnya peran ulama dan umara
(pemerintah), maka sarana dakwah juga
sangatlah menentukan dalam proses dan
tujuan dakwah. Mesjid sebagai sarana dan
pusat pelaksanaan ibadah umat Islam,
begitu penting dalam pelaksanaan nilai-
nilai ajaran Islam, mulai dari penanamandan peningkatan keimanan kepada Alloh
Swt.Pelaksanaan ibadah khususnya shalat
lima waktu, bimbingan tentang nilai-nilai
ajaran Islam, pengembangan potensi dan
pembinaan akhlak, hingga menyelesaikan
masasalah-masalah sosial di masyarakat.
Uraian-uraian di atas, terdapat
hal yang menarik untuk diteliti yaitu proses
dakwah yang dilakukan oleh ulama dan
umara yang pada dasarnya merupakanproses komunikasi terutama pola
komunikasi yang sedang dibangun oleh
ulama dan umara dalam rangka pembinaan
umat tentang nilai-nilai ajaran Islam, agar
umat atau masyarakat mampu memahami,
mengimani, dan mengamalkan ajaran Islam
dalam bentuk ibadah ritual maupun sosial,
dengan mengptimalkan peran dan fungsi
sarana ibadah, yakni mesjid yang dikenal
dengan istilah baitulloh (rumah Alloh).sebagai pusat ibadah, proses pendididikan
ilmu agama, pembinaan akhlak,
pengembangan potensi masyarakat, serta
mampu menyelesaikan masalah-masalah
sosial kemasyarakatan.
Komunikasi adalah seluruh proses
yang diperlukan untuk mencapai pikiran-
pikiran yang dimaksudkan oleh orang lain
(communication is the whole process used
in reaching other minds),
dan menurutlongman dictionary of contemporary
english memberikan depinisi tentang
komunikasi sebagai upaya untuk membuat
pendapat, mengatakan perasaan,
menyampaikan informasi dan sebagainya,
agar diketahui dan difahami oleh orang
lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
proses komunikasi adalah berlangsungnya
penyampaian ide, impormasi, opini,kepercayaan, perasaan dan sebagainya
oleh komunikator terhadap komunikan.
Dengan demikian, maka dakwah
sangat identik dengan komunikasi,
walaupun tentu ada sisi perbedaan antara
ke-duanya terutama dalam sisi pesan yang
disampaikan dan tujuan yang ingin dicapai.
Pesan dakwah bersumber dari kitab suci
sebagai pedoman bagi umat bergama dan
tujuannya sangat jelas agar umat ataumasyarakat memehami dan mengamalkan
ajaran agama (Islam) sebagai wujud
ketaatan beragama. Sementara pesan
komunikasi bisa bersumber dari mana saja
dan tujuannya tentu agar pesan tersebut
bisa dipahami dan diikuti sesuai dengan
keinginan komunikator.
Dalam konteks inilah, disusun
sebuah karya tulis ilmiah berupa tesis
dengan mengambil lokasi penelitian dikecamatan Bungursari kota Tasikmalaya,
mengungkap tentang pola komunikasi
yang dibangun oleh ulama dan umara
terhadap masyarakat, agar tumbuh
kesadaran untuk memakmurkan mesjid
sebagai pusat ibadah (Shalat), dan
melaksanakan berbagai kegiatan yang
menunjang terhadap pemahaman agama
secara luas, mengamalkannya, serta
mampu aktif memecahkan segala masalahsosial yang timbul di masyarakat.
Rumusan masalah
Kurangnya komunikasi antara
ulama dan umaro (pemerintah) dalam
memakmurkan mesjid, sehingga
dibutuhkan bentuk atau model hubungan
antara ulama dan umara dalam bentuk
kerjasama , mengenai proses pengiriman
atau penerimaan pesan dengan cara yangtepat sesuai dengan target yang
diharapkan ke-duanya, adanya proses
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 4/12
4
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
komunikasi dua arah yang menghasilkan
persefsi yang sama, ide (gagasan) yang
saling mengisi, konsultasi, diskusi, dan
koordinasi, dalam perencanaan dan
pelaksanaan program takmir mesjid seperti
dakwah, penataran. Kurangnya komunikasi
antara ulama dan umaro tentunyaberimbas pada kurangnya kesadaran
beragama masyarakat, Kesadaran
beragama melibatkan seluruh fungsi jiwa
dan raga manusia, maka kesadaran
beragamapun mencakup aspek-aspek
afektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek
afektif dan konatif terlihat di dalam
pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan
dan kerinduan kepada Tuhan. Aspek
kognitif terlihat pada keimanan dankepercayaan sedangkan aspek motorik
terlihat pada perbuatan dan gerakan
tingkah laku keagamaan, sedangkan
kegiatan takmir mesjid meliputi asfek
Pendirian dan pemeliharaan sarana
prasarana mesjid, mengisi dengan
pelaksanaan ibadah (Shalat) dan kegiatan
kegiatan keagaman lainnya baik ritual
maupun sosial. Hal ini terlihat kurang
kesadarannya dalam masyarakat. Sosialkultur yang berbeda, mengakibatkan
kesadaran beragama kurang.
Rumusan Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui tentang pola komunikasi
ulama dan umara dalam kegiatan takmir
mesjid, pola komunikasi ulama dan umara
menumbuhkan kesadaran beragama
masyarakat dalam kegiatan takmir mesjid,dan kesadaran beragama masyarakat
terhadap kegiatan takmir mesjid di
kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini, adalah metode deskriptif
analitis, yaitu suatu metoda penelitian
yang melukiskan secara sistematis, fakta
atau peristiwa tertentu secara faktual dancermat. Dan juga metode penomenologi,
yang mengungkapkan informasi yang
diterima menjadi satu kesatuan penafsiran.
Penellitian inipun tertuju pada pemecahan
masalah yang ada pada masa sekarang
sehingga dapat dirumuskan pola – pola
pengembangan di masa yang akan datang.
Alasan menggunakan metode deskriptif ini
yaitu untuk memberikan gambaran secaraempirik pada masa sekarang tentang data-
data yang diteliti, kemudian dari data yang
diperoleh di susun secara sistematis dan
dianalisi secara logis.
PEMBAHASAN
Pola komunikasi didepinisikan
sebagai bentuk atau model hubungan dua
orang atau lebih dalam proses pengiriman
atau penerimaan pesan dengan cara yangtepat sesuai dengan target yang
diharapkan. Dengan demikian, maka yang
dimaksud dengan pola komunikasi ulama
dan umara dalam kontek memakmurkan
mesjid adalah bentuk atau model
komunikasi yang dibangun oleh ulama dan
umara dengan kerangka kerjasama dalam
bentuk konsep yang menghasilkan rencana
program dan pelaksaanya khusus
mengenai pembinaan pengurus DKM untukmemakmurkan mesjid di wilayah
kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya.
Memakmurkan mesjid dalam persfektif
Islam adalah aktifitas ibadah yang
dimuliakan Alloh yang menjamin
keselamatan umatnya untuk kehidupan
dunia maupun Akhirat. Mesjid merupakan
sentral pelaksanaan ibadah bagi umat
Islam baik mahdloh maupun goer mahdloh,
ibadah ritual maupun sosial. Dengan katalain mesjid bukan hanya sekedar sarana
untuk ibadah sholat semata melainkan juga
sebagai sarana pembinaan umat serta
memecahkan segala persolan sosial yang
terjadi di masyarakat.
Untuk itu, memakmurkan mesjid
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
dapat mengisi mesjid dengan kegiatan –
kegiatan beribadah dan memelihara sarana
prasarana yang dapat menimbulkankenyamanan dalam beribadah.Tatkala
memakmurkan mesjid berarti meliputi
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 5/12
5
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
kegiatan yang berkaitan dengan sarana
prasarana fisik bangunan mesjid dan
kegiatan yang berkaitan dengan
menumbuhkansuburkan pemahaman dan
keyakinan terhadap Alloh SWT.
penanaman dan pemahaman akidah,
pembinaan akhlak, pendidikan ilmu agamaIslam, ilmu pengetahuan, dan hal-hal
kemasyarakatan. Berangkat dari uraian di
atas, pola komunikasi ulama dan umara
dalam kegiatan takmir mesjid di kecamatan
Bungursari kota Tasikmalaya, melalui
proses observasi, sumber data dan renstra
dari kantor kecamatan Bungursari,
program Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan
Dewan Mesjid Indonesia (DMI) kecamatan
Bungursari, Dokumentasi, serta hasilwawancara dengan pihak muspika
kecamatan dan beberapa Ulama yang
dianggap cukup mewakili dari sekian
banyak ulama di Bungursari yang di
fokuskan pada pengurus Majlis Ulama
Indonesia (MUI) dan pengurus Dewan
Mesjid Indonesia (DMI) kecamatan
Bungursari yang juga secara personal dapat
mewakili berbagai daerah masing-masing
yang tersebar di 7 kelurahan, kecamatanBungursari kota Tasikmalaya.
Hasil wawancara dengan beberapa
pejabat (Muspika) kecamatan dan para
Ulama yang menjadi pengurus MUI dan
DMI kecamatan dapat uraikan sebagai
berikut : menurut “K.H, Aban Bunyamin
selaku ketua Majlis Ulama Indonesia
kecamatan Bungursari dan sekaligus tokoh
masyarakat di kelurahan Bungursari, pada
tanggal 12 mei 2014, bertempat di kantorMUI kecamatan mengungkapkan, “ Bahwa
komunikasi antara ulama dan Umara dalam
upaya memakmurkan mesjid di wilayah
kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya
berjalan baik, komunukasi tersebut
terwujud atas inisiatif dari kedua belah
pihak, baik Ulama maupun umara dengan
indikator terwujud adanya silaturahmi,
konsultasi, saling memberi informasi, dan
koordinasi, dalam proses perencanaanprogram dan tata kerja takmir mesjid, serta
pelaksaan program pembinaan para
pengurus DKM se-kecamatan Bungursari “.
Pernyataan tersebut, senada
dengan pendapat Sekretaris Majlis Ulama
Indonesia (MUI) bapak Agus Muslim S.Pd.I.
(juga unsur tokoh kelurahan Cibunigeulis)
dan juga dengan Camat Bungursari bapakNandang Iskandar Z. Sos. Pada tanggal 13
Mei yang bertempat di kantor kecamatan
Bungursari, mengungkapkan “bahwa
Adanya kerjasama yang baik antara ulama
dan umara di kecamatan Bungursari melaui
komunikasi secara aktif dari ke dua belah
pihak, dalam perencaaan program bersama
baik dengan kegiatan memakmurkan
mesjid maupun program keagamaan yang
lainnya, Musyawarah dilakukan secaraberkala baik formal maupun nonformal,
yaitu musyawarah dalam perencanaan
program kerja dan musyawarah rutin
sebulan sekali sekaligus evaluasi melalui
pengajian rutin yang di selenggarakan oleh
Majlis Ulama Indonesia (MUI) atau Dewan
Mesjid Indonesia (DMI) kecamatan
Bungursari yang juga dihadiri oleh
beberapa Muspika kecamatan Bungursari,
tentang pembinaan umat kepada parapengurus DKM, termasuk upaya
menumbuh suburkan kegiatan takmir
mesjid “.
Lebih lanjut Camat Bungursari yang
juga diperkuat oleh Ust. Dede Heres
pengurus MUI) kecamatan Bungursari (juga
tokoh Kelurahan Bantarsari) dan K.H. Ade
Turmudi Penasehat MUI kecamatan
Bungursari (juga tokoh Kelurahan
Sukalaksana) pada tanggal 14/15 mei 2014,mengutarakan, “bahwa baik ulama
maupun umara di kecamatan Bungursari
memiliki komitment yang kuat dalam
upaya memakmurkan mesjid, di berbagai
daearah, di 7 kelurahan. Perencanaan dan
pelaksanan program serta koordinasi
dalam pembinaan Pengurus DKM dalam
program memakmurkan mesjid dilakukan
secara berkala, dalam bentuk formal
maupun infomal.ke-dua belah pihak yakniulama dan umara (pengurus MUI dan DMI
Kecamatan), sebagai bentuk
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 6/12
6
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
tanggungjawab bersama, senantiasa
berkomunikasi dalam upaya meningkatkan
peran pengurus DKM di wilayah kecamatan
Bungursari yang mayoritas beragama Islam
(sekitar 96,4 %), untuk mengelola mesjid
secara profesional sebagai tempat Ibadah
sholat, bimbingan Akhlak, pendidikan danpembinan agama Islam, dan masalah
kemasyarakatan walaupun dalam
kenyataannya di lapangan hasilnya belum
menunjukan target secara maksimal. “.
Adapun Pelaksanan program MUI
maupun DMI dalam upaya
meningkatkatkan profesionalisme
pengurus DKM dari masing-masing
kelurahan menurut ketua Dewan Mesjid
Indonesia (DMI) kecamatan Bungursaribapak K.H. Endang Munawar BA. adalah
“dilakukannya pembinaan, penyuluhan,
penataran dan semacamnya kepada
pengurus DKM, yang diselenggarakann
langsung oleh MUI dan DMI Kecamatan
maupun yang diselenggarakan oleh MUI,
DMI atau pemerintahan kota Tasikmalaya.
Pembinaan atau penyuluhan yang
dilakukan oleh MUI maupun DMI
kecamatan, memang sangat jauh dariharapan, dimana seyognya program terbut
dilakukan secara berkala 3 kali dalam
setahun, namun karena anggaran yang
tidak tersedia proram tersebut hanya
dapat dilakukan 1 kali saja. Sedangkan
pembinaan atau penyeluhan yang di
selenggarakan oleh MUI/DMI kota, yang
diikuti pula oleh DMI/MUI kecamatan,
hanya berlangsung 2 kali dalam setahun.”
Pernyataan Ketua DMI di atas,diungkapkan pula oleh sekretaris DMI
kecamatan bapak Yuni Anwari SpdI., bapak
K. A. Hapid pengurus MUI kecamatan
komisi pendidikan (juga Ketua DMI
kelurahan Cibunigeulis), dan pihak
Muspika kecamatan Teten Kurniawan SE,
selaku Subag keuangan, (tanggal 16 Mei
2014) “ bahwa Perancaan program dalam
memakmurkan mesjid telah disusun
namun dalam pelaksanaannya tidak dapatdilaksanakan secara optimal karena tidak
adanya anggaran yang tersedia.
Kemudian Pada tanggal 18 Mei
2014, Drs Dedi Tarhedin selaku Sekmat
Bungursari dan Ust.Endang Beni Sebagai
Pengurus DMI bagian Pengembangan
Mesjid mengungkapkan, “ Di samping
tidak adanya adanya anggaran yang cukup,
tentu diperlukan adanya pengetahuanyang memadai tentang organisasi,
management dan kepemimpinan termasuk
tentang administrasi, agar organisasi MUI
dan DMI berjalan dengan baik, yang hal ini
diperlukan adanya pembinaan ataupun
penyuluhan secara berkala “.
“Adapun prioritas program yang
sedang dijalani oleh para ulama dan
Muspika kecamatan Bungursari sekarang
Menurut K.H. Saeful Alim sebagai MUIkecamatan komisi Ukhuwah Islamiyyah ,
juga sebagai ketua MUI Kelurahan /tokoh
Kelurahan Cibunigeulis, K.H. Amay
pengurus MUI kecamatan, juga tokoh
kelurahan Sukarindik adalah
menyelesaikan mesjid besar kecamatan
Bungursari yang baru mencapai 80 %.
Termasuk menata Pengurus DKM dan
program-programnya dalam rangka
memakmurkan mesjid besar yangsementara ini dipimpin langsung oleh
ketua MUI kecamatan Bungursari K.H.
Aban Bunyamin“.
“Walaupun belum selesai 100 %,
mesjid besar sudah dapat difungsikan
dengan pelaksanaan sholat dan pengajian
rutin Bulanan bagi jamaah maupun sarana
pengajian dan bahsul masail yang diikuti
para Ulama atau Ustad baik oleh MUI
maupun DMI kecamatan Bungursari,” Tutur K.H. Didi Royani selaku pengurus
MUI komisi Dakwah dan dan Ade Ruswan
Dinar SIP. Selaku Subag umum kecamatan
Bungursari..
Ade Ruswan Dinar SIP.
Menambahkan “ Sebagai kecamatan yang
baru terbentuk, tentu membangun mesjid
besar bukanlah pekerjaan yang mudah,
namun berkat kerjasama semua pihak
khususnya ulama dan umara kecamatanBungursari yang selalu berkomunikasi dan
bertkonsultasi, dalam waktu yang cepat,
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 7/12
7
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
mesjid besar tersebut dapat dibangun
melalui swadaya masyarakat dan bantuan
dari pemerintah kota Tasikmalaya,
sehingga mesjid besar dapat difungsikan
Bentuk kerjasama ulama dan umara
tersebut sebagai hasil dari proses
komenikasi yang efektif terhadap upayamemakmurkan mesjid di wilayah
kecamatan Bungursari, “ menurut K.H Oos
Penasehat MUI kecamatan dan beberapa
ulama yang lainnya, ust, Zarot Pasirangin
Boboko, Ust.Atib Sukajaya, Ust. Ade
Sukarindika serta Camat dan bebarapa
Muspika kecamatan Bungursari
mengutarakan bahwa sangat menyadari
banyaknya kekurangan dan hambatan
dalam usaha memakmurkan mesjid,seperti dalam mendirikan atau merehab
mesjid yang ada diwilayah bungursari,
pemerintah kecamatan melalui kelurahan
hanya bisa sekedar memberikan
rekomendasi melalui proposal yang
ditujukan ke Pemerintah kota Tasikmalaya,
atau ke pemerintah Jawa Barat maupun ke
tingkat Pusat. Begitu pula dalam hal
pembinaan atau penataran terhadap
pengurus-pengurus DKM di wilayahBungursari tidak dapat dilakukan secara
optimal, karena tidak adanya dana yang
tersedia
Berangkat dari uraian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pola
komunikasi antara ulama dan umara dalam
Kegiatan Takmir mesjid (memakmurkan
mesjid) di kecamatan Bungursari sudah
berjalan dengan baik, Komunikasi antar ke-
duanya berjalan efektif dalam polakerjasama yang baik sebagai bentuk
tanggungjawab, seperti adanya
silaturahmi, konsultasi, koordinasi dan
saling memberi masukan dalam hal
perencanaan program Memakmurkan
mesjid dan Pelaksanan program, seperti
dibentuknya kepengurusan DKM di
seluruh kelurahan, pelaksanaan pembinaan
dan penataran bagi Dewan Kemakmuran
Mesjid dari tiap-tiap kelurahan, sertamembantu dan melayani dalam bentuk
arahan dan rekomendasi untuk
memabantu pendanaan mendirikan atau
merahab mesjid dari masing-masing mesjid
di 7 kelurahan yang berada di kecamatan
Bungursari.
Dari hasil penelitian menunjukan,
walaupun Pola komunikasi ulama dan
umara telah terbagun dalam kegiatantakmir mesjid di kecamatan Bungursari
sebagaimana yang telah diuraikan di atas,
namun kenyataannya didapati banyak
kekurangan dan kelemahan, baik dari
Ulama, dari pengurus MUI, DMI maupun
Pemerintah (Kecamatan). Kekurangan
tersebut adalah tidak meratanya
pengetahuan tentang organisasi dan
kepemimpinan dari pihak para ulama MUI
dan DMI khususnya dan sebagian diantaraumara, sehingga perencaan program tidak
dapat terlaksana secara maksimal, seperti
penataran tidak dilakukan secara berkala,
tidak adanya pelatihan organisasi dan
kepemimpinan secara berkala pula.
Tidak optimalnya program di atas,
terjadi pula karena banyaknya hambatan,
diantaranya tidak adanya anggaran khusus
yang tersedia dan kurang optimalnya
kinerja organisasi MUI dan DMI secaraprofesional.
Pola komunikasi ulama dan umara
menumbuhkan kesadaran beragama
masyarakat dalam konteks memakmurkan
mesjid adalah upaya komunikasi para
ulama dan umara untuk menyadarkan
masyarakat agar mampu medirikan dan
memelihara mesjid berikut sarana
prasarananya, serta mampu menghiasi
mesjid dengan ibadah sholat dan kegiatankegiatan keagamaan lainnya melalui proses
dakwah Islamiyyah, pendidikan agama,
pembinaan akhlak maupun kegiatan
kemasyarakatan yang bernilai ibadah.
Disinilah pentingnya dakwah Islamiyyah
yang merupakan kewajiban semua muslim
baik laki-laki maupun perempuan lebih-
lebih para ulama dan umara sesuai dengan
kapsitasnya masing-masing dalam
berbagai bentuk dakwah terhadap umatatau masyarakat, agar mampu memahami
dan mengamalkan ajaran islam khususnya
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 8/12
8
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
dalam kegiatan takmir mesjid. tentang
realitas pola komunikasi ulama dan umara
dalam menumbuhkan kesadaran beragama
masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid
di kecamatan Bungursari kota Tasikmlaya,
melalui data otentik yang ada di kantor
kecamatan dan program Majlis UlamaIndonesia (MUI) dan Dewan Kemakmuran
Mesjid (DMI) kecamatan. Dari hasil
penelitian menunjukan adanya kerjasama
yang sinergi antara ulama dan umara
dalam rangka menumbuhkan kesadaran
beragama masyarakat melalui kegiatan
takmir mesjid di kecamatan Bungursari
kota Tasikmlaya.
Sinergitas ulama dan umara dalam
rangka menumbuhkan kesadaranberagama masyarakat melalui kegiatan
takmir mesjid di kecamatan Bungursari
kota Tasikmlaya menurur K.H. Aban
Bunyamin (ketua MUI kecamatan
Bungursari, Camat Bungursari Nandang
Iskandar Z.S. Sos. Dan K. Aslim SH
(Penasehat MUI kecamatan Bungursari)
dapat terlihat dari rutinitas pelaksanaan
dakwah di mesjid besar kecamatan
Bungursari dan juga pelaksanaan dakwahdi seluruh mesjid yang ada di 7 kelurahan,
termasuk di dalamnya penyuluhan,
pendidikan, pengarahan dan lain-lain, baik
yang dilaksanakan organisasi dalam hal ini
MUI dan DMI kecamatan / MUI dan DMI
kelurahan, maupun personal para kyai
setempat “.
Dakwah Islamiyah telah berjalan
dengan baik di berbagai daerah secara
rutin baik harian, mingguan, bulanan danperingatan hari-hari besar Islam, baik oleh
pihak DKM daerah bersangkutan, oleh
MUI dan DMI kecamatan atau oleh pihak
kecamatan, dengan melibatkan jamaah
dari seluruh elemen ; anak-anak, remaja,
pemuda, ibu-ibu dan bapak-bapak.
Program atau kegiatan tersebut telah
mampu mendorong tumbuhnya kesadaran
masyarakat dalam beragama khususnya
dalam kegiatan Takmir mesjid, yangdiprakarsai oleh para kyai daerah atau
kampung bersangkutan pada khususnya
maupun oleh MUI atau DMI kelurahan
maupun kecamatan dalam beberapa
kesempatan, dan sebaliknya tidak
diketemukan satu daerah pun di wilayah
kecamatan Bungursari yang tidak
melaksanakan kegiatan dakwah atau
pendidikan “.
Kesadaran beragama masyarakat
Bungursari dalam memakmurkan mesjid,
dapat dilihat dari kegiatan ibadah sholat
dan ibadah lainnya ; pelaksanaan sholat
berjamaah (lima waktu), khusus magrib
dan isya, Pengajian rutin harian anak-anak,
pengajian rutin mingguan dan bulanan bagi
bapak-bapak atau ibu-ibu, pengajian dalam
memperingati hari-hari beasar Islam,
adanya aktifitas remaja mesjid yangdisponsori oleh para pemuda dan pelajar di
beberapa daerah, perputakaan mesjid juga
nampak di beberapa daerah, dan
partisipasi dalam musyawarah keagaamaan
maupun sosial yang diselenggarakan oleh
pengurus DKM.
Dari uraian di atas menunjukan
adanya kerjasama yang baik antara para
ulama secara personal dan ulama secara
organisasi dalam menyampaikandakwahnya, dengan metode yang tepat,
baik dakwak, pendidikan, penyuluhan,
pembinaan, baik secara formal maupun
non-pormal, yang didukung pula oleh
peran umara.
Menurut Ust. Asep Mubarok S,Ag.
Disamping sebagai Pengurus DMI dan MUI,
juga beliau sebagai juru dakwah
mengatakan “bahwa pelaksanaan dakwah
sebagai pembinaan umat agar dapatmengimplementasikan agama dalam
kehidupan sehari-hari, dilakukan secara
personal DKM masing-masing daerah, dan
juga program kecamatan Muspika, MUI
dan DMI dengan kunjungan ke berbagai
DKM di 7 kelurahan melaui pengajian,
maupun penyuluhan, dengan materi
umum bidang keagaamaan dan bidang
khusus takmir mesjid “.
Lebih lanjut Ust. Asep MubarokS.Ag. dan juga di perkuat oleh pernyataan
Ust. Dede Heres Selaku Pengurus MUI
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 9/12
9
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
kecamatan, “ bahwa Program pengajian
dari MUI maupun DMI kecamatan
bersama-sama dengan muspika kecamatan
memang sudah berjalan, namun belum
terlaksana sesuai rencana program dengan
baik, yang seharus dilakukan secara berkala
baik pengajian maupun penyuluhan namunkenyataannya hanya dapat dilakukan
beberapa kali saja. Kalaupun slalu dihadiri
pihak muspika kecamatan, Pengurus MUI
dan DMI kecamatan, itu hanya karena
inisiatif para kyai daerah. Untuk itulah kami
berupaya untuk meningkatkan kerjasama
dengan umara dengan cara lebih aktif
berkomunikani, koordinasi dan evaluasi
program yang sedang dan akan
dilaksanakan agar hasilnya lebih optimal “. Di kecamatan Bungursari, Ulama
dan umara telah menempatkan dirinya
sebagai pemimimpin umat atau
masyarakat. Ke-duanya telah terjalin
kerjasama dalam proses dakwah,
pembinaan dan penyuluhan baik dilakukan
oleh MUI dan DMI kecamatan, MUI dan
DMI kelurahan dan para pengurus DKM di
berbagai daerah. Disamping itu Para ulama
dan umara berupaya berada di tengah-tengah masyarakat untuk mendengar
aspirasi dan berupaya menyelesaikan
segala persoalan sosial yang muncul
walaupun tidak menunjukan hasil yang
optimal. Di samping itu pula Para ulama
dan umara berupaya menjadi contoh yang
baik di masyarakat walaupun tentu tidak
lepas dari berbagi kekurangan dan
kelemahan.
Dengan demikian, maka dapatdisimpulkan tentang pola komunikasi
ulama dan umara dalam menumbuhkan
kesadaran beragama masyarakat melalui
kegiatan takmir mesjid di kecamatan
Bungursari adalah sebagai berikut :
1. Pengajian rutin program bulanan MUI
dan DMI yang bekerjasama dengan
Muspika kecamatan.
2. Pengajian dalam memperingati hari-hari
besar Islam3. Bahtsul-Masail tentang keagamaan 1
bulan satu kali
4. Pengajian Kitab kuning kuning yang
dipimpin oleh MUI kecamatan yang
melibat masyarakat di 7 kelurahan
5. Program Kunjungan pengajian ke
beberapa DKM di 7 kelurahan
6. Program Kunjungan pengajian ke
beberapa DKM di 7 kelurahan dalamperingatan hari-hari besar Islam
Terjun ke lapangan dalam mengatasi
masalah-masal sosial-kemasyarakatan.
Sosial kultur kesadaran beragama
masyarakat dalam kegiatan takmir mesjid
di kecamatan Bungursari kota Tasikmlaya
adalah gambaran umum realitas
masayarakat Bungursari dalam kegitan
takmir mesjid asfek Pendirian dan
pemeliharaan sarana prasarana mesjid,mengisi dengan pelaksanaan ibadah
(Shalat) dan kegiatan kegiatan keagaman
lainnya biak ritual maupun sosial.
Realitas kesadaran masyarakat
dalam kegiatan takmir mesjid di kecamatan
Bungursari, dapat di uraikan setelah
melakukakan penelitian melalui proses
pengumpulan data, dokumntasi, hasil
observasi serta wawancara dengan para
ulama dan umara pada tanggal 5 mei S.d10 Juli 2014.
Wawancara bersama Ketua MUI
K.H. Aban Bunyamin, Ketua DMI K.H.
Endang Munawar BA, (pada tanggal 15 Mei
2014), Camat Bungursari Nanang Iskandar
Zurkarnaen dan Agus Suherman Sei Kesra
Kecamatan Bungursari, mengatakan (pada
tanggal 16 Mei 2014): “Kesadaran
beragama masyarakat Bungursari dalam
memakmurkan mesjid cukup baik jikadibandingkan dengan masyarakat kota ;
saling bahu membahu alias gotong royong
dalam membangun mesjid, merehab dan
memelihara mesjid berikut sarana
prasarananya, ikut berpartisipasi secara
aktif dalam setiap ivent keagamaan,
khususnya pelaksaan ibadah solat,
pengajian harian anak-anak , pengajian
bulanan, pengajian mingguan bapak-bapak,
ibu-ibu dan pemuda, pengajian dalammemperingati hari-hari besar Islam serta
mengikuti rapat yang dimotori oleh para
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 10/12
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
ulama dan RT/RW dalam musyawarah yang
berkaitan dengan kemasyarakatan pada
umumnya dan memakmurkan mesjid pada
khususnya, serta mengikuti pembinaan,
penataran, penyuluhan dan semacamnya
baik yang diselenggarakan oleh kelurahan
maupun oleh kecamatan khususnya dalamhal memakmurkan mesjid.
Pernyataan tersebut didukung oleh
pernyataan Cecep Taupik Hidayat S.Sos
(Sie. Pemerintahan Kecamatan Bungursari),
Asep Bagus Maulana (Wakil sekretaris DMI
kecamatan), K, ade Turmudi (Penasehat
MUI kecamatan), dan Agus Muslim SpdI.
(pada tanggal 18/19 Mei 2014)“ bahwa
secara mayorits partisipasi masyarakat
dalam mengikuti pengajian cukup tinggi,baik yang dilaksanakan di tiap-tiap daerah
maupun oleh pihak pemerintah kecamatan
atau keluruhan, juga yang dilaksanakan
oleh MUI maupun DMI kecamatan.
Sebaliknya tidak diketemukan satu daerah
pun tanpa kegiatan pengajian harian ,
mingguan atau bulanan baik yang diikuti
oleh ibu-ibu dan bapak-bapak mingguan,
bulanan maupun peringatan hari-hari
besar Islam, dan Pengajian harian anak-anak. Sementara pengajian pemuda secara
umum di laksanakan 2 Minggu sekali di
tiap-tiap daerah “.
Lebih lanjut, K. Amay dan K.H.
Encep masing-masing pengurus MUI di
kediamaannya mengatakan, “ Kesadaran
masyarakat dapat dilihat dari adanya
Mesjis-mesjid di berbagai daerah dengan
berbagai kegiatan pengajian dan
pendidikan baik harian, mingguan,bulanan, maupun peringatan hari besar
Islam, juga telah dibangunnya Mesjid besar
kecamatan yang tidak lepas dari partisipasi
masyarakat melalui gotong royong baik
berupa materi, pikaran,maupun tenaga
yang telah diberikan“.
Dengan demikian Dari hasil
wawancaranya tersebut, dihubungkan
dengan data yang ada, dokumentasi dan
hasil observasi, maka dapat diuaraikantentang gambaran kesadaran beragama
masyarakat Bungursari dalam konteks
memakmurkan mesjid, yaitu :
1. Kesadaran beragama Masyarakat dalam
konteks memakmurkan mesjid di
kecamatan Bungursari Tergolong cukup
tinggi yang di tandai dengan jumlah
mesjid yang cukup banyak yaitusebanyak 72 buah dan Mushala atau
langgar sebanyak 140 buah.
2. Kesadaran beragama Masyarakat dalam
konteks memakmurkan mesjid di
kecamatan Bungursari Tergolong cukup
tinggi yang di tandai dengan
kekompokan mereka dalam
menyelesaikan mesjid besar kecamatan
yang tidak lepas dari pengorbanan moril
maupun materil.3. Kesadaran beragama Masyarakat dalam
konteks memakmurkan mesjid di
kecamatan Bungursari Tergolong cukup
tinggi dengan adanya aktifitas
keagamaan di tiap daerah baik pengajian
harian anak-anan, pengajian bulanan,
pengajian mingguan bapak-bapak, ibu-
ibu dan pemuda, pengajian dalam
memperingati hari-hari besar Islam.
4.
Kesadaran beragama Masyarakat dalammemakmurkan mesjid di kecamatan
Bungursari Tergolong cukup tinggi yang
ditandai dengan partisipasi mereka
dalam hal gotong royong pembangunan
atau rehab mesjid baik di daerahnya
maupun di daerah yang lain.
5. Kesadaran beragama Masyarakat dalam
konteks memakmurkan mesjid di
kecamatan Bungursari Tergolong cukup
tinggi yang ditandai dengan mengikutipengajian ke luar daerahnya, baik
bulanan, migguan atau memperingati
hari-hari besar Islam.
6. Kesadaran beragama Masyarakat dalam
memakmurkan mesjid di kecamatan
Bungursari Tergolong cukup tinggi yang
ditandai dengan partisipasi mereka
dalam mengikuti pengajian, pelatihan,
pembinaan atau yang lainnya, baik yang
diselenggarakan oleh kelurahan maupunoleh pihak kecamatan.
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 11/12
Nahdlatuna Jurnal Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
Kesadaran masyarakat Bungursari
dalam hal memakmurkan mesjid
sebagaimana yang diuraikan di atas,
dikarenakan dorongan beberapa faktor
yang diantaranya faktor kesadaran dirinya
tentang keyakinan dan pemahaman
mereka tentang agama Islam serta faktorlingkungan agamis khususnya peran
kerjasama ulama umara melalui proses
dakwah Islamiyyah dalam berbagai
bentuknya.
KESIMPULAN
Pola komunikasi antara ulama dan
umara dalam memakmurkan mesjid
adalah bentuk atau model hubungan
antara ulama dan umara dalam bentukkerjasama , mengenai proses pengiriman
atau penerimaan pesan dengan cara yang
tepat sesuai dengan target yang
diharapkan ke-duanya, dalam upaya
membangun dan memelihara sarana-
prasarana mesjid dan melaksanakan
berbagai kegiatan keagamaan dan kegiatan
sosial yang menunjang terhadap
keyakinan, pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam. Pola komuninikasi antaraulama umara dalam kegiatan takmir mesjid
di kecamatan Bungursari kota Tasikmlaya
dapat terlihat dari adanya proses
komunikasi dua arah yang menghasilkan
persefsi yang sama, ide (gagasan) yang
saling mengisi, konsultasi, diskusi, dan
koordinasi, dalam perencanaan dan
pelaksanaan program takmir mesjid seperti
dakwah, penataran, penyuluhan, pelatihan
dan semacamnya terhadap para pengurusDKM di 7 kelurahan. Walaupun dalam
kenyataannya, pelaksananaan program
yang telah direncanakan oleh pengusrus
MUI dan DMI kecamatan belum mencapai
target sesuai dengan harapan karena tidak
adanya anggaran yang tidak tersedia.
Sehingga pelatihan maupun pembinaan
tidak dapat dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan termasuk juga dalam
hal tidak meratanya pengetahuan tentangmanagemen organisasi dan kepemimpinan.
Pola komunikasi antara ulama dan
umara dalam menumbuhkan kesadaran
beragama masyarakat melaui kegiatan
takmir mesjid di kecamatan Bungursari
kota Tasikmalaya merupakan upaya
kerjasama anatar ke-duanya dalam
pelaksanaan dakwah, pembinaan ,penyuluhan maupun pendidikan ke
khalayak masyarakat agar tumbuh
kesadaran masyarakat dalam menjalankan
perintah agama khususnya dalam kegiatan
takmir mesjd. Seperti dakwah atau
penyuluhan ke tiap-tiap DKM yang
melibatkan masyarakat di Wilayah
kecamatan Bungursari baik program
kecamatan maupun menghadiri undangan
daerah, maupun melalui pendidikan danpenataran yang melibatkan bukan hanya
para pengurus DKM tetapi juga tokoh dan
masyarakat luas, baik yang dilaksanakan
oleh DKM setempat, pihak pemerintah
kecamatan maupun kelurahan, pihak MUI
maupun DMI kecamatan dan pihak MUI
maupun DMI kelurahan.
Kesadaran beragama masyarakat
dalam konteks memakmurkan mesjid
meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku
keagamaan, yang terorganisasi dalam
sistem mental dari kepribadian. Karena
agama melibatkan seluruh fungsi jiwa dan
raga manusia, maka kesadaran
beragamapun mencakup aspek-aspek
afektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek
afektif dan konatif terlihat di dalam
pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan
dan kerinduan kepada Tuhan. Aspekkognitif terlihat pada keimanan dan
kepercayaan sedangkan aspek motorik
terlihat pada perbuatan dan gerakan
tingkah laku keagamaan. Sedangkan
kegiatan takmir mesjid meliputi asfek
Pendirian dan pemeliharaan sarana
prasarana mesjid, mengisi dengan
pelaksanaan ibadah (Shalat) dan kegiatan
kegiatan keagaman lainnya biak ritual
maupun sosial.Kesadaran beragama beragama
masyarakat di kecamatan Bungursari kota
7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah
http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 12/12
2
Nahdlatuna J l Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015
Tasikmlaya adalah keikutsertaan
masyarakat secara aktif dalam kegiatan
takmir mesjid, mulai dari membangun dan
memelihara sarana-prasara mesid, hingga
keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan
keagamaan, seperti pengajian harian anak-
anak, pendidikan Diniyyah, pengajian
mingguan atau bulanan bapak-bapak/ibu-
bu dan pemuda, Pengajian peringatan hari-
hari besar Islam, serta kegiatan sosial
lainnya seperti bakti sosial dan lain-lain
yang tersebar di 7 kelurahan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz (1995) : Psikologi Agama, Sinar Baru Argensido, Bandung
Abdul Kadir Munsyi (1981) : Metode Diskusi Dalam Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya
Adi Satrio (2005) : Kamus Ilmiah Populer, CV. Rineka Pustaka Hidayah, Jakarta
Dalyono (1997) : Psikologi Agama, PT. Rineke Cipta, Jakarta
Departemen Agama (1997) : Al-Quran dan Terjemahnya, PT. Bumi Restu, Jakarta
Depag (1983) : Al-Quran dan Terjemahnya, PPKS, Jakarta
Endang Saepudin Anshari (1983) : Wawasan Islam, Salman ITB, Bandung
Hasan Langgulung (1986): Manusia dan Pendidikan, Pustaka al-Husna, Jakarta
Harus Nasution (1979) : Islam Ditinjau dari Berbagai Asfeknya, UI Press, JakartaHusin Al-Hibsyi (1977) : Kamus Al-Kautsar (Arab-Indonesia), Assegaf, Surabaya