p 1 12 anies nursobah

12
 Nahdlatuna  Jurnal   Volume 1 Nomor 1    1 Juni 2015  POLA KOMUNIKASI ULAMA DAN UMARA DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN BERAGAMA MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN TAKMIR MESJID DI KECAMATAN BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA Oleh : ANIS NURSOBAH, S.Ag, M.Kom.I ([email protected]) ABSTRAK Kedudukan dan peranan antara ulama dan umara menjadi penting dalam masyarakat. Keduanya harus terjalin kerjamasama yang baik dalam proses dakwah Islamiyyah, sesuai dengan p eran dan fungsinya masing-masing, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam segala asfek kehidup annya, sekaligus mengantarkan umat ke arah kesejatera an dan kebahagian, lahir dan batin, baik secara individual maupun sosial dengan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh Swt. Kerjasama yang baik antara ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya. Pertama  , Pola komunikasi ulama dan umara dalam kegiatan takmir mesjid adalah Terjalinnya komunikasi secara efektif; silaturahmi, konsultasi, musyawarah, rencana program, koordinasi, strukturisasi, pembinaan DKM, dan evaluasi program. Kedua  , Pola komunikasi ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid; kegiatan dakwah, penyuluhan, pembinaan dan semacamnya. Ketiga, Kesadaran beragama masyarakat terhadap kegiatan takmir mesjid adalah partisipasi aktif masyarakat dalam membangun, memelihara sarana-prasarana mesjid dan mengikuti kegiatan dakwah termasuk kegiatan sosial, penyuluhan, dan lain-lain. Agar pola komunikasi ulama dan umara dalam menumbuhkan ke sadaran beragama masya rakat melalui keg iatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya lebih optimal, maka disarankan adanya penelitian lebih lanjut, sehinggga permasalahan akan lebih jelas dan ditemukan adanya solusi dari berbagai kekurangan dan hambatan yang ada. Kata kunci : Pola Komunikasi, Kesadaran Beragama, Kegiatan Takmir Masjid  PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam konteks Islam, naluri beragamamerupakan kebutuhan manusia, yang dikenal dengan istilah fitrah yakni potensi keagamaan atau ketuhanan, yakni adanya kecenderungan kuat untuk beragama sebagai p edoman dan tuntunan hidupnya. Hal ini didasarkan pada Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam, yaitu termaktub dalam surat Ar-Rum ayat 30 yang artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Alloh, tetaplah atas fitrah manusia sesuai dengan fitrahnya itu .... Dengan demikian, maka jika potensi manusia itu diarahkan dan dikembangkan melalui aktifitas dakwah Islamiyyah, maka potensi itu akan muncul dan dapat diarahkan terhadap agama Islam, dari mulai memahami, meyakini hingga mengamalkannya dalam kehidupan individu maupun sosial.  Dakwah adalah aktifitas para da’ i dalam mengajak, membimbing, membina dan mengarahkan manusia terhadap ajaran Islam, agar dapat dipahami, diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari- hari, baik dalam konteks akidah, ibadah maupun muamalah.  

Upload: nahdlatuna-jurnal

Post on 07-Jan-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kedudukan dan peranan antara ulama dan umara menjadi penting dalam masyarakat. Keduanya harus terjalin kerjamasama yang baik dalam proses dakwah Islamiyyah, sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam segala asfek kehidupannya, sekaligus mengantarkan umat ke arah kesejateraan dan kebahagian, lahir dan batin, baik secara individual maupun sosial dengan terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh Swt. Kerjasama yang baik antara ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya. Pertama, Pola komunikasi ulama dan umara dalam kegiatan takmir mesjid adalah Terjalinnya komunikasi secara efektif; silaturahmi, konsultasi, musyawarah, rencana program, koordinasi, strukturisasi, pembinaan DKM, dan evaluasi program. Kedua, Pola komunikasi ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid; kegiatan dakwah, penyuluhan, pembinaan dan semacamnya. Ketiga, Kesadaran beragama masyarakat terhadap kegiatan takmir mesjid adalah partisipasi aktif masyarakat dalam membangun, memelihara sarana-prasarana mesjid dan mengikuti kegiatan dakwah termasuk kegiatan sosial, penyuluhan, dan lain-lain. Agar pola komunikasi ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya lebih optimal, maka disarankan adanya penelitian lebih lanjut, sehinggga permasalahan akan lebih jelas dan ditemukan adanya solusi dari berbagai kekurangan dan hambatan yang ada.

TRANSCRIPT

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 1/12

 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

POLA KOMUNIKASI ULAMA DAN UMARA DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN

BERAGAMA MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN TAKMIR MESJID

DI KECAMATAN BUNGURSARI KOTA TASIKMALAYA

Oleh : ANIS NURSOBAH, S.Ag, M.Kom.I

([email protected]

ABSTRAK

Kedudukan dan peranan antara ulama dan umara menjadi penting dalam

masyarakat. Keduanya harus terjalin kerjamasama yang baik dalam proses dakwah

Islamiyyah, sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing, untuk menumbuhkan

kesadaran masyarakat terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran agama Islam dalam segala

asfek kehidupannya, sekaligus mengantarkan umat ke arah kesejateraan dan kebahagian,

lahir dan batin, baik secara individual maupun sosial dengan terwujudnya masyarakat yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh Swt. Kerjasama yang baik

antara ulama dan umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melaluikegiatan takmir mesjid di kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya. Pertama , Pola

komunikasi ulama dan umara dalam kegiatan takmir mesjid adalah Terjalinnya komunikasi

secara efektif; silaturahmi, konsultasi, musyawarah, rencana program, koordinasi,

strukturisasi, pembinaan DKM, dan evaluasi program. Kedua , Pola komunikasi ulama dan

umara dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir

mesjid; kegiatan dakwah, penyuluhan, pembinaan dan semacamnya. Ketiga, Kesadaran

beragama masyarakat terhadap kegiatan takmir mesjid adalah partisipasi aktif masyarakat

dalam membangun, memelihara sarana-prasarana mesjid dan mengikuti kegiatan dakwah

termasuk kegiatan sosial, penyuluhan, dan lain-lain. Agar pola komunikasi ulama dan umara

dalam menumbuhkan kesadaran beragama masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid dikecamatan Bungursari kota Tasikmalaya lebih optimal, maka disarankan adanya penelitian

lebih lanjut, sehinggga permasalahan akan lebih jelas dan ditemukan adanya solusi dari

berbagai kekurangan dan hambatan yang ada.

Kata kunci : Pola Komunikasi, Kesadaran Beragama, Kegiatan Takmir Masjid  

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Dalam konteks Islam, naluri

beragamamerupakan kebutuhan manusia,yang dikenal dengan istilah fitrah yakni

potensi keagamaan atau ketuhanan, yakni

adanya kecenderungan kuat untuk

beragama sebagai pedoman dan tuntunan

hidupnya. Hal ini didasarkan pada Al-Quran

sebagai sumber utama ajaran Islam, yaitu

termaktub dalam surat Ar-Rum ayat 30

yang artinya : “Maka hadapkanlah

wajahmu dengan lurus kepada agama

Alloh, tetaplah atas fitrah manusia sesuaidengan fitrahnya itu ....” 

Dengan demikian, maka jika

potensi manusia itu diarahkan dan

dikembangkan melalui aktifitas dakwah

Islamiyyah, maka potensi itu akan munculdan dapat diarahkan terhadap agama

Islam, dari mulai memahami, meyakini

hingga mengamalkannya dalam kehidupan

individu maupun sosial. 

Dakwah adalah aktifitas para da’i

dalam mengajak, membimbing, membina

dan mengarahkan manusia terhadap

ajaran Islam, agar dapat dipahami, diyakini

dan diamalkan dalam kehidupan sehari-

hari, baik dalam konteks akidah, ibadahmaupun muamalah. 

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 2/12

 2 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

Pengertian dakwah meliputi segala

tindakan untuk meluruskan pikiran dan

tindak-tanduk manusia menurut ajaran

Islam. Ungkapan ini senada dengan

ungkapan Abdul Hamid bin Badis,

berkaitan dengan dakwah Islamiyah

“bahwa semua pembelajaran ilmu,

penjelasan argumen Islam dan

menyebarluaskan nilai  –  nilai kebaikan,

majelis  –  majelis ta’lim dan tadzkir, amr

ma’ruf nahy munkar ucapan dan amal

sebagai teladan serta mengutus da’i ke

berbagai kalangan. semuanya merupakan

hakikat dari substansi dakwah. Dalam

aspek hukum (Islam), berdakwah adalah

kewajiban setiap muslim dan muslimat

yang mukalaf sesuai dengan kadarkemampuannya, Sehingga dakwah dapat

dilakukan oleh siapa saja, laki-laki maupun

perempuan, dimana dan kapan saja dan

dengan cara (Metode) yang beraneka

ragam, agar terus menyeru atau mengajak

sesama agar istiqomah menjalankan nilai-

nilai ajaran Islam dalam segala asfek

kehidupan, baik menyangkut ibadah ritual

maupun ibadah sosial, serta dilaksanakan

secara kaffah.Perlu dicatat, bahwa secara

tekstual ajaran Islam mencakup segala

asfek kehidupan, yaitu aspek akidah,

ibadah ritual dan asfek ibadah sosial, yang

termaktub dalam Al-Quran dan Hadist

sebagai way of life  (pedoman hidup) bagi

manusia, menuju kehidupan yang baik,

harmonis dan dinamis, bahagia dan

sejahtera lahir dan batin, di dunia maupun

di akhirat. 

Untuk itulah dalam rangka

mewujukan keberlangsungan dakwah

secara efektif dan tepat sasaran,

diperlukan orang-orang muslim/muslimat

yang ahli di bidang agama, mampu dan

cerdas dalam berdakwah, serta menjadi

panutan umat.

Dalam kaitan ini ulama yang di

kenal sebagai ahli agama, memiliki peranan

penting dalam proses pelaksaan dakwahdengan berbagai bentuknya, metode, dan

media dakwah yang sesuai dengan kondisi

dan situasi sebagai objek dakwahnya.

Begitu pula umara (pemerintah), Yang

memiliki kedudukan yang sangat stragis di

masyarakat. 

Ulama pada hakikatnya adalah

penerus dakwah para nabi dan nabi besar

Muhammad Saw.yang menyeru kepadatauhid dan menegakan amar-ma’rup dan

nahyi munkar di bawah panji-panji agama

Alloh yakni agama Islam.Rosul bersabda :

yang artinya : “ ulama adalah pewaris para

nabi.”.

Di sisi lain, disamping ulama

sebagai juru dakwah, juga mereka adalah

pemimpin umat yang harus mampu

membimbing dan membina umat serta

menjadi suri tauladan bagi mereka dalammengamalkan nilai-nilai ajaran Islam di

segala asfek kehidupan, bahkan harus

mampu mengatasi segala persoalam yang

dihadapi umat baik secara individu

maupun sosial. 

Apalagi dengan umara

(pemerintah) yang memiki kedudukan yang

strategis, harus senantiasa memiliki

komitment kuat terhadap agama (Islam)

dalam hal kebijakan, melalui programpembangunan bidang agama, yang

menjamin kelangsungan dakwah Islamiyah

demi peningkatan kualitas umat, dalam

ketaatannya terhadap Agama.

Kedua-nya ulama dan umara

adalah sosos-sosok yang penting dalam

proses dakwah sebagaimana yang

disabdakan Rasululloh Saw, yang artinya :

“Dua golongan dari umatku ketika sama – 

sama baik, maka semua orang akan baik.Dan apabila dua golongan itu rusak, maka

semua orang akan menjadi rusak. Dua

golongan itu adalah ulama dan umara.

(H.R.Ibnu Abdi Barr)

Berdasarkan hal tersebut di atas,

maka kedudukan dan peranan antara

ulama dan umara menjadi penting dalam

masyarakat. Keduanya harus terjalin

kerjamasama yang baik dalam proses

dakwah Islamiyyah, sesuai dengan perandan fungsinya masing-masing, untuk

menumbuhkan kesadaran masyarakat

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 3/12

 3 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

terhadap pelaksanakan nilai-nilai ajaran

agama Islam dalam segala asfek

kehidupannya, sekaligus mengantarkan

umat kearah kesejateraan dan kebahagian,

lahir dan batin, baik secara individual

maupun sosial dengan terwujudnya

masyarakat yang adil dan makmurberdasarkan Pancasila di bawah ridlo Alloh

Swt.

Dalam proses dakwah Islamiyah,

selain pentingnya peran ulama dan umara

(pemerintah), maka sarana dakwah juga

sangatlah menentukan dalam proses dan

tujuan dakwah. Mesjid sebagai sarana dan

pusat pelaksanaan ibadah umat Islam,

begitu penting dalam pelaksanaan nilai-

nilai ajaran Islam, mulai dari penanamandan peningkatan keimanan kepada Alloh

Swt.Pelaksanaan ibadah khususnya shalat

lima waktu, bimbingan tentang nilai-nilai

ajaran Islam, pengembangan potensi dan

pembinaan akhlak, hingga menyelesaikan

masasalah-masalah sosial di masyarakat.

Uraian-uraian di atas, terdapat

hal yang menarik untuk diteliti yaitu proses

dakwah yang dilakukan oleh ulama dan

umara yang pada dasarnya merupakanproses komunikasi terutama pola

komunikasi yang sedang dibangun oleh

ulama dan umara dalam rangka pembinaan

umat tentang nilai-nilai ajaran Islam, agar

umat atau masyarakat mampu memahami,

mengimani, dan mengamalkan ajaran Islam

dalam bentuk ibadah ritual maupun sosial,

dengan mengptimalkan peran dan fungsi

sarana ibadah, yakni mesjid yang dikenal

dengan istilah baitulloh (rumah Alloh).sebagai pusat ibadah, proses pendididikan

ilmu agama, pembinaan akhlak,

pengembangan potensi masyarakat, serta

mampu menyelesaikan masalah-masalah

sosial kemasyarakatan.

Komunikasi adalah seluruh proses

yang diperlukan untuk mencapai pikiran-

pikiran yang dimaksudkan oleh orang lain

(communication is the whole process used

in reaching other minds),

 

dan menurutlongman dictionary of contemporary

english memberikan depinisi tentang

komunikasi sebagai upaya untuk membuat

pendapat, mengatakan perasaan,

menyampaikan informasi dan sebagainya,

agar diketahui dan difahami oleh orang

lain. Sedangkan yang dimaksud dengan

proses komunikasi adalah berlangsungnya

penyampaian ide, impormasi, opini,kepercayaan, perasaan dan sebagainya

oleh komunikator terhadap komunikan.

Dengan demikian, maka dakwah

sangat identik dengan komunikasi,

walaupun tentu ada sisi perbedaan antara

ke-duanya terutama dalam sisi pesan yang

disampaikan dan tujuan yang ingin dicapai.

Pesan dakwah bersumber dari kitab suci

sebagai pedoman bagi umat bergama dan

tujuannya sangat jelas agar umat ataumasyarakat memehami dan mengamalkan

ajaran agama (Islam) sebagai wujud

ketaatan beragama. Sementara pesan

komunikasi bisa bersumber dari mana saja

dan tujuannya tentu agar pesan tersebut

bisa dipahami dan diikuti sesuai dengan

keinginan komunikator.

Dalam konteks inilah, disusun

sebuah karya tulis ilmiah berupa tesis

dengan mengambil lokasi penelitian dikecamatan Bungursari kota Tasikmalaya,

mengungkap tentang pola komunikasi

yang dibangun oleh ulama dan umara

terhadap masyarakat, agar tumbuh

kesadaran untuk memakmurkan mesjid

sebagai pusat ibadah (Shalat), dan

melaksanakan berbagai kegiatan yang

menunjang terhadap pemahaman agama

secara luas, mengamalkannya, serta

mampu aktif memecahkan segala masalahsosial yang timbul di masyarakat.

Rumusan masalah

Kurangnya komunikasi antara

ulama dan umaro (pemerintah) dalam

memakmurkan mesjid, sehingga

dibutuhkan bentuk atau model hubungan

antara ulama dan umara dalam bentuk

kerjasama , mengenai proses pengiriman

atau penerimaan pesan dengan cara yangtepat sesuai dengan target yang

diharapkan ke-duanya, adanya proses

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 4/12

 4 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

komunikasi dua arah yang menghasilkan

persefsi yang sama, ide (gagasan) yang

saling mengisi, konsultasi, diskusi, dan

koordinasi, dalam perencanaan dan

pelaksanaan program takmir mesjid seperti

dakwah, penataran. Kurangnya komunikasi

antara ulama dan umaro tentunyaberimbas pada kurangnya kesadaran

beragama masyarakat, Kesadaran

beragama melibatkan seluruh fungsi jiwa

dan raga manusia, maka kesadaran

beragamapun mencakup aspek-aspek

afektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek

afektif dan konatif terlihat di dalam

pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan

dan kerinduan kepada Tuhan. Aspek

kognitif terlihat pada keimanan dankepercayaan sedangkan aspek motorik

terlihat pada perbuatan dan gerakan

tingkah laku keagamaan, sedangkan

kegiatan takmir mesjid meliputi asfek

Pendirian dan pemeliharaan sarana

prasarana mesjid, mengisi dengan

pelaksanaan ibadah (Shalat) dan kegiatan

kegiatan keagaman lainnya baik ritual

maupun sosial. Hal ini terlihat kurang

kesadarannya dalam masyarakat. Sosialkultur yang berbeda, mengakibatkan

kesadaran beragama kurang.

Rumusan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui tentang pola komunikasi

ulama dan umara dalam kegiatan takmir

mesjid, pola komunikasi ulama dan umara

menumbuhkan kesadaran beragama

masyarakat dalam kegiatan takmir mesjid,dan kesadaran beragama masyarakat

terhadap kegiatan takmir mesjid di

kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini, adalah metode deskriptif

analitis, yaitu suatu metoda penelitian

yang melukiskan secara sistematis, fakta

atau peristiwa tertentu secara faktual dancermat. Dan juga metode penomenologi,

yang mengungkapkan informasi yang

diterima menjadi satu kesatuan penafsiran. 

Penellitian inipun tertuju pada pemecahan

masalah yang ada pada masa sekarang

sehingga dapat dirumuskan pola  –  pola

pengembangan di masa yang akan datang.

Alasan menggunakan metode deskriptif ini

yaitu untuk memberikan gambaran secaraempirik pada masa sekarang tentang data-

data yang diteliti, kemudian dari data yang

diperoleh di susun secara sistematis dan

dianalisi secara logis.

PEMBAHASAN

Pola komunikasi didepinisikan

sebagai bentuk atau model hubungan dua

orang atau lebih dalam proses pengiriman

atau penerimaan pesan dengan cara yangtepat sesuai dengan target yang

diharapkan. Dengan demikian, maka yang

dimaksud dengan pola komunikasi ulama

dan umara dalam kontek memakmurkan

mesjid adalah bentuk atau model

komunikasi yang dibangun oleh ulama dan

umara dengan kerangka kerjasama dalam

bentuk konsep yang menghasilkan rencana

program dan pelaksaanya khusus

mengenai pembinaan pengurus DKM untukmemakmurkan mesjid di wilayah

kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya.

Memakmurkan mesjid dalam persfektif

Islam adalah aktifitas ibadah yang

dimuliakan Alloh yang menjamin

keselamatan umatnya untuk kehidupan

dunia maupun Akhirat. Mesjid merupakan

sentral pelaksanaan ibadah bagi umat

Islam baik mahdloh maupun goer mahdloh,

ibadah ritual maupun sosial. Dengan katalain mesjid bukan hanya sekedar sarana

untuk ibadah sholat semata melainkan juga

sebagai sarana pembinaan umat serta

memecahkan segala persolan sosial yang

terjadi di masyarakat.

Untuk itu, memakmurkan mesjid

dimaknai sebagai suatu kegiatan yang

dapat mengisi mesjid dengan kegiatan  – 

kegiatan beribadah dan memelihara sarana

prasarana yang dapat menimbulkankenyamanan dalam beribadah.Tatkala

memakmurkan mesjid berarti meliputi

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 5/12

 5 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

kegiatan yang berkaitan dengan sarana

prasarana fisik bangunan mesjid dan

kegiatan yang berkaitan dengan

menumbuhkansuburkan pemahaman dan

keyakinan terhadap Alloh SWT.

penanaman dan pemahaman akidah,

pembinaan akhlak, pendidikan ilmu agamaIslam, ilmu pengetahuan, dan hal-hal

kemasyarakatan. Berangkat dari uraian di

atas, pola komunikasi ulama dan umara

dalam kegiatan takmir mesjid di kecamatan

Bungursari kota Tasikmalaya, melalui

proses observasi, sumber data dan renstra

dari kantor kecamatan Bungursari,

program Majlis Ulama Indonesia (MUI) dan

Dewan Mesjid Indonesia (DMI) kecamatan

Bungursari, Dokumentasi, serta hasilwawancara dengan pihak muspika

kecamatan dan beberapa Ulama yang

dianggap cukup mewakili dari sekian

banyak ulama di Bungursari yang di

fokuskan pada pengurus Majlis Ulama

Indonesia (MUI) dan pengurus Dewan

Mesjid Indonesia (DMI) kecamatan

Bungursari yang juga secara personal dapat

mewakili berbagai daerah masing-masing

yang tersebar di 7 kelurahan, kecamatanBungursari kota Tasikmalaya.

Hasil wawancara dengan beberapa

pejabat (Muspika) kecamatan dan para

Ulama yang menjadi pengurus MUI dan

DMI kecamatan dapat uraikan sebagai

berikut : menurut “K.H, Aban Bunyamin

selaku ketua Majlis Ulama Indonesia

kecamatan Bungursari dan sekaligus tokoh

masyarakat di kelurahan Bungursari, pada

tanggal 12 mei 2014, bertempat di kantorMUI kecamatan mengungkapkan, “ Bahwa

komunikasi antara ulama dan Umara dalam

upaya memakmurkan mesjid di wilayah

kecamatan Bungursari kota Tasikmalaya

berjalan baik, komunukasi tersebut

terwujud atas inisiatif dari kedua belah

pihak, baik Ulama maupun umara dengan

indikator terwujud adanya silaturahmi,

konsultasi, saling memberi informasi, dan

koordinasi, dalam proses perencanaanprogram dan tata kerja takmir mesjid, serta

pelaksaan program pembinaan para

pengurus DKM se-kecamatan Bungursari “. 

Pernyataan tersebut, senada

dengan pendapat Sekretaris Majlis Ulama

Indonesia (MUI) bapak Agus Muslim S.Pd.I.

(juga unsur tokoh kelurahan Cibunigeulis)

dan juga dengan Camat Bungursari bapakNandang Iskandar Z. Sos. Pada tanggal 13

Mei yang bertempat di kantor kecamatan

Bungursari, mengungkapkan “bahwa

Adanya kerjasama yang baik antara ulama

dan umara di kecamatan Bungursari melaui

komunikasi secara aktif dari ke dua belah

pihak, dalam perencaaan program bersama

baik dengan kegiatan memakmurkan

mesjid maupun program keagamaan yang

lainnya, Musyawarah dilakukan secaraberkala baik formal maupun nonformal,

yaitu musyawarah dalam perencanaan

program kerja dan musyawarah rutin

sebulan sekali sekaligus evaluasi melalui

pengajian rutin yang di selenggarakan oleh

Majlis Ulama Indonesia (MUI) atau Dewan

Mesjid Indonesia (DMI) kecamatan

Bungursari yang juga dihadiri oleh

beberapa Muspika kecamatan Bungursari,

tentang pembinaan umat kepada parapengurus DKM, termasuk upaya

menumbuh suburkan kegiatan takmir

mesjid “. 

Lebih lanjut Camat Bungursari yang

 juga diperkuat oleh Ust. Dede Heres

pengurus MUI) kecamatan Bungursari (juga

tokoh Kelurahan Bantarsari) dan K.H. Ade

Turmudi Penasehat MUI kecamatan

Bungursari (juga tokoh Kelurahan

Sukalaksana) pada tanggal 14/15 mei 2014,mengutarakan, “bahwa baik ulama

maupun umara di kecamatan Bungursari

memiliki komitment yang kuat dalam

upaya memakmurkan mesjid, di berbagai

daearah, di 7 kelurahan. Perencanaan dan

pelaksanan program serta koordinasi

dalam pembinaan Pengurus DKM dalam

program memakmurkan mesjid dilakukan

secara berkala, dalam bentuk formal

maupun infomal.ke-dua belah pihak yakniulama dan umara (pengurus MUI dan DMI

Kecamatan), sebagai bentuk

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 6/12

 6 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

tanggungjawab bersama, senantiasa

berkomunikasi dalam upaya meningkatkan

peran pengurus DKM di wilayah kecamatan

Bungursari yang mayoritas beragama Islam

(sekitar 96,4 %), untuk mengelola mesjid

secara profesional sebagai tempat Ibadah

sholat, bimbingan Akhlak, pendidikan danpembinan agama Islam, dan masalah

kemasyarakatan walaupun dalam

kenyataannya di lapangan hasilnya belum

menunjukan target secara maksimal. “. 

Adapun Pelaksanan program MUI

maupun DMI dalam upaya

meningkatkatkan profesionalisme

pengurus DKM dari masing-masing

kelurahan menurut ketua Dewan Mesjid

Indonesia (DMI) kecamatan Bungursaribapak K.H. Endang Munawar BA. adalah

“dilakukannya pembinaan, penyuluhan,

penataran dan semacamnya kepada

pengurus DKM, yang diselenggarakann

langsung oleh MUI dan DMI Kecamatan

maupun yang diselenggarakan oleh MUI,

DMI atau pemerintahan kota Tasikmalaya.

Pembinaan atau penyuluhan yang

dilakukan oleh MUI maupun DMI

kecamatan, memang sangat jauh dariharapan, dimana seyognya program terbut

dilakukan secara berkala 3 kali dalam

setahun, namun karena anggaran yang

tidak tersedia proram tersebut hanya

dapat dilakukan 1 kali saja. Sedangkan

pembinaan atau penyeluhan yang di

selenggarakan oleh MUI/DMI kota, yang

diikuti pula oleh DMI/MUI kecamatan,

hanya berlangsung 2 kali dalam setahun.” 

Pernyataan Ketua DMI di atas,diungkapkan pula oleh sekretaris DMI

kecamatan bapak Yuni Anwari SpdI., bapak

K. A. Hapid pengurus MUI kecamatan

komisi pendidikan (juga Ketua DMI

kelurahan Cibunigeulis), dan pihak

Muspika kecamatan Teten Kurniawan SE,

selaku Subag keuangan, (tanggal 16 Mei

2014) “ bahwa Perancaan program dalam

memakmurkan mesjid telah disusun

namun dalam pelaksanaannya tidak dapatdilaksanakan secara optimal karena tidak

adanya anggaran yang tersedia.

Kemudian Pada tanggal 18 Mei

2014, Drs Dedi Tarhedin selaku Sekmat

Bungursari dan Ust.Endang Beni Sebagai

Pengurus DMI bagian Pengembangan

Mesjid mengungkapkan, “ Di samping

tidak adanya adanya anggaran yang cukup,

tentu diperlukan adanya pengetahuanyang memadai tentang organisasi,

management dan kepemimpinan termasuk

tentang administrasi, agar organisasi MUI

dan DMI berjalan dengan baik, yang hal ini

diperlukan adanya pembinaan ataupun

penyuluhan secara berkala “.

“Adapun prioritas program yang

sedang dijalani oleh para ulama dan

Muspika kecamatan Bungursari sekarang

Menurut K.H. Saeful Alim sebagai MUIkecamatan komisi Ukhuwah Islamiyyah ,

 juga sebagai ketua MUI Kelurahan /tokoh

Kelurahan Cibunigeulis, K.H. Amay

pengurus MUI kecamatan, juga tokoh

kelurahan Sukarindik adalah

menyelesaikan mesjid besar kecamatan

Bungursari yang baru mencapai 80 %.

Termasuk menata Pengurus DKM dan

program-programnya dalam rangka

memakmurkan mesjid besar yangsementara ini dipimpin langsung oleh

ketua MUI kecamatan Bungursari K.H.

Aban Bunyamin“. 

“Walaupun belum selesai 100 %,

mesjid besar sudah dapat difungsikan

dengan pelaksanaan sholat dan pengajian

rutin Bulanan bagi jamaah maupun sarana

pengajian dan bahsul masail yang diikuti

para Ulama atau Ustad baik oleh MUI

maupun DMI kecamatan Bungursari,” Tutur K.H. Didi Royani selaku pengurus

MUI komisi Dakwah dan dan Ade Ruswan

Dinar SIP. Selaku Subag umum kecamatan

Bungursari..

Ade Ruswan Dinar SIP.

Menambahkan “ Sebagai kecamatan yang

baru terbentuk, tentu membangun mesjid

besar bukanlah pekerjaan yang mudah,

namun berkat kerjasama semua pihak

khususnya ulama dan umara kecamatanBungursari yang selalu berkomunikasi dan

bertkonsultasi, dalam waktu yang cepat,

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 7/12

 7 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

mesjid besar tersebut dapat dibangun

melalui swadaya masyarakat dan bantuan

dari pemerintah kota Tasikmalaya,

sehingga mesjid besar dapat difungsikan

Bentuk kerjasama ulama dan umara

tersebut sebagai hasil dari proses

komenikasi yang efektif terhadap upayamemakmurkan mesjid di wilayah

kecamatan Bungursari, “ menurut K.H Oos

Penasehat MUI kecamatan dan beberapa

ulama yang lainnya, ust, Zarot Pasirangin

Boboko, Ust.Atib Sukajaya, Ust. Ade

Sukarindika serta Camat dan bebarapa

Muspika kecamatan Bungursari

mengutarakan bahwa sangat menyadari

banyaknya kekurangan dan hambatan

dalam usaha memakmurkan mesjid,seperti dalam mendirikan atau merehab

mesjid yang ada diwilayah bungursari,

pemerintah kecamatan melalui kelurahan

hanya bisa sekedar memberikan

rekomendasi melalui proposal yang

ditujukan ke Pemerintah kota Tasikmalaya,

atau ke pemerintah Jawa Barat maupun ke

tingkat Pusat. Begitu pula dalam hal

pembinaan atau penataran terhadap

pengurus-pengurus DKM di wilayahBungursari tidak dapat dilakukan secara

optimal, karena tidak adanya dana yang

tersedia

Berangkat dari uraian di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa pola

komunikasi antara ulama dan umara dalam

Kegiatan Takmir mesjid (memakmurkan

mesjid) di kecamatan Bungursari sudah

berjalan dengan baik, Komunikasi antar ke-

duanya berjalan efektif dalam polakerjasama yang baik sebagai bentuk

tanggungjawab, seperti adanya

silaturahmi, konsultasi, koordinasi dan

saling memberi masukan dalam hal

perencanaan program Memakmurkan

mesjid dan Pelaksanan program, seperti

dibentuknya kepengurusan DKM di

seluruh kelurahan, pelaksanaan pembinaan

dan penataran bagi Dewan Kemakmuran

Mesjid dari tiap-tiap kelurahan, sertamembantu dan melayani dalam bentuk

arahan dan rekomendasi untuk

memabantu pendanaan mendirikan atau

merahab mesjid dari masing-masing mesjid

di 7 kelurahan yang berada di kecamatan

Bungursari.

Dari hasil penelitian menunjukan,

walaupun Pola komunikasi ulama dan

umara telah terbagun dalam kegiatantakmir mesjid di kecamatan Bungursari

sebagaimana yang telah diuraikan di atas,

namun kenyataannya didapati banyak

kekurangan dan kelemahan, baik dari

Ulama, dari pengurus MUI, DMI maupun

Pemerintah (Kecamatan). Kekurangan

tersebut adalah tidak meratanya

pengetahuan tentang organisasi dan

kepemimpinan dari pihak para ulama MUI

dan DMI khususnya dan sebagian diantaraumara, sehingga perencaan program tidak

dapat terlaksana secara maksimal, seperti

penataran tidak dilakukan secara berkala,

tidak adanya pelatihan organisasi dan

kepemimpinan secara berkala pula.

Tidak optimalnya program di atas,

terjadi pula karena banyaknya hambatan,

diantaranya tidak adanya anggaran khusus

yang tersedia dan kurang optimalnya

kinerja organisasi MUI dan DMI secaraprofesional.

Pola komunikasi ulama dan umara

menumbuhkan kesadaran beragama

masyarakat dalam konteks memakmurkan

mesjid adalah upaya komunikasi para

ulama dan umara untuk menyadarkan

masyarakat agar mampu medirikan dan

memelihara mesjid berikut sarana

prasarananya, serta mampu menghiasi

mesjid dengan ibadah sholat dan kegiatankegiatan keagamaan lainnya melalui proses

dakwah Islamiyyah, pendidikan agama,

pembinaan akhlak maupun kegiatan

kemasyarakatan yang bernilai ibadah.

Disinilah pentingnya dakwah Islamiyyah

yang merupakan kewajiban semua muslim

baik laki-laki maupun perempuan lebih-

lebih para ulama dan umara sesuai dengan

kapsitasnya masing-masing dalam

berbagai bentuk dakwah terhadap umatatau masyarakat, agar mampu memahami

dan mengamalkan ajaran islam khususnya

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 8/12

 8 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

dalam kegiatan takmir mesjid. tentang

realitas pola komunikasi ulama dan umara

dalam menumbuhkan kesadaran beragama

masyarakat melalui kegiatan takmir mesjid

di kecamatan Bungursari kota Tasikmlaya,

melalui data otentik yang ada di kantor

kecamatan dan program Majlis UlamaIndonesia (MUI) dan Dewan Kemakmuran

Mesjid (DMI) kecamatan. Dari hasil

penelitian menunjukan adanya kerjasama

yang sinergi antara ulama dan umara

dalam rangka menumbuhkan kesadaran

beragama masyarakat melalui kegiatan

takmir mesjid di kecamatan Bungursari

kota Tasikmlaya.

Sinergitas ulama dan umara dalam

rangka menumbuhkan kesadaranberagama masyarakat melalui kegiatan

takmir mesjid di kecamatan Bungursari

kota Tasikmlaya menurur K.H. Aban

Bunyamin (ketua MUI kecamatan

Bungursari, Camat Bungursari Nandang

Iskandar Z.S. Sos. Dan K. Aslim SH

(Penasehat MUI kecamatan Bungursari)

dapat terlihat dari rutinitas pelaksanaan

dakwah di mesjid besar kecamatan

Bungursari dan juga pelaksanaan dakwahdi seluruh mesjid yang ada di 7 kelurahan,

termasuk di dalamnya penyuluhan,

pendidikan, pengarahan dan lain-lain, baik

yang dilaksanakan organisasi dalam hal ini

MUI dan DMI kecamatan / MUI dan DMI

kelurahan, maupun personal para kyai

setempat “. 

Dakwah Islamiyah telah berjalan

dengan baik di berbagai daerah secara

rutin baik harian, mingguan, bulanan danperingatan hari-hari besar Islam, baik oleh

pihak DKM daerah bersangkutan, oleh

MUI dan DMI kecamatan atau oleh pihak

kecamatan, dengan melibatkan jamaah

dari seluruh elemen ; anak-anak, remaja,

pemuda, ibu-ibu dan bapak-bapak.

Program atau kegiatan tersebut telah

mampu mendorong tumbuhnya kesadaran

masyarakat dalam beragama khususnya

dalam kegiatan Takmir mesjid, yangdiprakarsai oleh para kyai daerah atau

kampung bersangkutan pada khususnya

maupun oleh MUI atau DMI kelurahan

maupun kecamatan dalam beberapa

kesempatan, dan sebaliknya tidak

diketemukan satu daerah pun di wilayah

kecamatan Bungursari yang tidak

melaksanakan kegiatan dakwah atau

pendidikan “.

Kesadaran beragama masyarakat

Bungursari dalam memakmurkan mesjid,

dapat dilihat dari kegiatan ibadah sholat

dan ibadah lainnya ; pelaksanaan sholat

berjamaah (lima waktu), khusus magrib

dan isya, Pengajian rutin harian anak-anak,

pengajian rutin mingguan dan bulanan bagi

bapak-bapak atau ibu-ibu, pengajian dalam

memperingati hari-hari beasar Islam,

adanya aktifitas remaja mesjid yangdisponsori oleh para pemuda dan pelajar di

beberapa daerah, perputakaan mesjid juga

nampak di beberapa daerah, dan

partisipasi dalam musyawarah keagaamaan

maupun sosial yang diselenggarakan oleh

pengurus DKM.

Dari uraian di atas menunjukan

adanya kerjasama yang baik antara para

ulama secara personal dan ulama secara

organisasi dalam menyampaikandakwahnya, dengan metode yang tepat,

baik dakwak, pendidikan, penyuluhan,

pembinaan, baik secara formal maupun

non-pormal, yang didukung pula oleh

peran umara.

Menurut Ust. Asep Mubarok S,Ag.

Disamping sebagai Pengurus DMI dan MUI,

 juga beliau sebagai juru dakwah

mengatakan “bahwa pelaksanaan dakwah

sebagai pembinaan umat agar dapatmengimplementasikan agama dalam

kehidupan sehari-hari, dilakukan secara

personal DKM masing-masing daerah, dan

 juga program kecamatan Muspika, MUI

dan DMI dengan kunjungan ke berbagai

DKM di 7 kelurahan melaui pengajian,

maupun penyuluhan, dengan materi

umum bidang keagaamaan dan bidang

khusus takmir mesjid “. 

Lebih lanjut Ust. Asep MubarokS.Ag. dan juga di perkuat oleh pernyataan

Ust. Dede Heres Selaku Pengurus MUI

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 9/12

 9 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

kecamatan, “ bahwa Program pengajian

dari MUI maupun DMI kecamatan

bersama-sama dengan muspika kecamatan

memang sudah berjalan, namun belum

terlaksana sesuai rencana program dengan

baik, yang seharus dilakukan secara berkala

baik pengajian maupun penyuluhan namunkenyataannya hanya dapat dilakukan

beberapa kali saja. Kalaupun slalu dihadiri

pihak muspika kecamatan, Pengurus MUI

dan DMI kecamatan, itu hanya karena

inisiatif para kyai daerah. Untuk itulah kami

berupaya untuk meningkatkan kerjasama

dengan umara dengan cara lebih aktif

berkomunikani, koordinasi dan evaluasi

program yang sedang dan akan

dilaksanakan agar hasilnya lebih optimal “. Di kecamatan Bungursari, Ulama

dan umara telah menempatkan dirinya

sebagai pemimimpin umat atau

masyarakat. Ke-duanya telah terjalin

kerjasama dalam proses dakwah,

pembinaan dan penyuluhan baik dilakukan

oleh MUI dan DMI kecamatan, MUI dan

DMI kelurahan dan para pengurus DKM di

berbagai daerah. Disamping itu Para ulama

dan umara berupaya berada di tengah-tengah masyarakat untuk mendengar

aspirasi dan berupaya menyelesaikan

segala persoalan sosial yang muncul

walaupun tidak menunjukan hasil yang

optimal. Di samping itu pula Para ulama

dan umara berupaya menjadi contoh yang

baik di masyarakat walaupun tentu tidak

lepas dari berbagi kekurangan dan

kelemahan.

Dengan demikian, maka dapatdisimpulkan tentang pola komunikasi

ulama dan umara dalam menumbuhkan

kesadaran beragama masyarakat melalui

kegiatan takmir mesjid di kecamatan

Bungursari adalah sebagai berikut :

1.  Pengajian rutin program bulanan MUI

dan DMI yang bekerjasama dengan

Muspika kecamatan.

2.  Pengajian dalam memperingati hari-hari

besar Islam3.  Bahtsul-Masail tentang keagamaan 1

bulan satu kali

4.  Pengajian Kitab kuning kuning yang

dipimpin oleh MUI kecamatan yang

melibat masyarakat di 7 kelurahan

5.  Program Kunjungan pengajian ke

beberapa DKM di 7 kelurahan

6.  Program Kunjungan pengajian ke

beberapa DKM di 7 kelurahan dalamperingatan hari-hari besar Islam

Terjun ke lapangan dalam mengatasi

masalah-masal sosial-kemasyarakatan.

Sosial kultur kesadaran beragama

masyarakat dalam kegiatan takmir mesjid

di kecamatan Bungursari kota Tasikmlaya

adalah gambaran umum realitas

masayarakat Bungursari dalam kegitan

takmir mesjid asfek Pendirian dan

pemeliharaan sarana prasarana mesjid,mengisi dengan pelaksanaan ibadah

(Shalat) dan kegiatan kegiatan keagaman

lainnya biak ritual maupun sosial.

Realitas kesadaran masyarakat

dalam kegiatan takmir mesjid di kecamatan

Bungursari, dapat di uraikan setelah

melakukakan penelitian melalui proses

pengumpulan data, dokumntasi, hasil

observasi serta wawancara dengan para

ulama dan umara pada tanggal 5 mei S.d10 Juli 2014.

Wawancara bersama Ketua MUI

K.H. Aban Bunyamin, Ketua DMI K.H.

Endang Munawar BA, (pada tanggal 15 Mei

2014), Camat Bungursari Nanang Iskandar

Zurkarnaen dan Agus Suherman Sei Kesra

Kecamatan Bungursari, mengatakan (pada

tanggal 16 Mei 2014): “Kesadaran

beragama masyarakat Bungursari dalam

memakmurkan mesjid cukup baik jikadibandingkan dengan masyarakat kota ;

saling bahu membahu alias gotong royong

dalam membangun mesjid, merehab dan

memelihara mesjid berikut sarana

prasarananya, ikut berpartisipasi secara

aktif dalam setiap ivent keagamaan,

khususnya pelaksaan ibadah solat,

pengajian harian anak-anak , pengajian

bulanan, pengajian mingguan bapak-bapak,

ibu-ibu dan pemuda, pengajian dalammemperingati hari-hari besar Islam serta

mengikuti rapat yang dimotori oleh para

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 10/12

 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

ulama dan RT/RW dalam musyawarah yang

berkaitan dengan kemasyarakatan pada

umumnya dan memakmurkan mesjid pada

khususnya, serta mengikuti pembinaan,

penataran, penyuluhan dan semacamnya

baik yang diselenggarakan oleh kelurahan

maupun oleh kecamatan khususnya dalamhal memakmurkan mesjid.

Pernyataan tersebut didukung oleh

pernyataan Cecep Taupik Hidayat S.Sos

(Sie. Pemerintahan Kecamatan Bungursari),

Asep Bagus Maulana (Wakil sekretaris DMI

kecamatan), K, ade Turmudi (Penasehat

MUI kecamatan), dan Agus Muslim SpdI.

(pada tanggal 18/19 Mei 2014)“ bahwa

secara mayorits partisipasi masyarakat

dalam mengikuti pengajian cukup tinggi,baik yang dilaksanakan di tiap-tiap daerah

maupun oleh pihak pemerintah kecamatan

atau keluruhan, juga yang dilaksanakan

oleh MUI maupun DMI kecamatan.

Sebaliknya tidak diketemukan satu daerah

pun tanpa kegiatan pengajian harian ,

mingguan atau bulanan baik yang diikuti

oleh ibu-ibu dan bapak-bapak mingguan,

bulanan maupun peringatan hari-hari

besar Islam, dan Pengajian harian anak-anak. Sementara pengajian pemuda secara

umum di laksanakan 2 Minggu sekali di

tiap-tiap daerah “. 

Lebih lanjut, K. Amay dan K.H.

Encep masing-masing pengurus MUI di

kediamaannya mengatakan, “ Kesadaran

masyarakat dapat dilihat dari adanya

Mesjis-mesjid di berbagai daerah dengan

berbagai kegiatan pengajian dan

pendidikan baik harian, mingguan,bulanan, maupun peringatan hari besar

Islam, juga telah dibangunnya Mesjid besar

kecamatan yang tidak lepas dari partisipasi

masyarakat melalui gotong royong baik

berupa materi, pikaran,maupun tenaga

yang telah diberikan“. 

Dengan demikian Dari hasil

wawancaranya tersebut, dihubungkan

dengan data yang ada, dokumentasi dan

hasil observasi, maka dapat diuaraikantentang gambaran kesadaran beragama

masyarakat Bungursari dalam konteks

memakmurkan mesjid, yaitu :

1. Kesadaran beragama Masyarakat dalam

konteks memakmurkan mesjid di

kecamatan Bungursari Tergolong cukup

tinggi yang di tandai dengan jumlah

mesjid yang cukup banyak yaitusebanyak 72 buah dan Mushala atau

langgar sebanyak 140 buah.

2. Kesadaran beragama Masyarakat dalam

konteks memakmurkan mesjid di

kecamatan Bungursari Tergolong cukup

tinggi yang di tandai dengan

kekompokan mereka dalam

menyelesaikan mesjid besar kecamatan

yang tidak lepas dari pengorbanan moril

maupun materil.3. Kesadaran beragama Masyarakat dalam

konteks memakmurkan mesjid di

kecamatan Bungursari Tergolong cukup

tinggi dengan adanya aktifitas

keagamaan di tiap daerah baik pengajian

harian anak-anan, pengajian bulanan,

pengajian mingguan bapak-bapak, ibu-

ibu dan pemuda, pengajian dalam

memperingati hari-hari besar Islam.

4. 

Kesadaran beragama Masyarakat dalammemakmurkan mesjid di kecamatan

Bungursari Tergolong cukup tinggi yang

ditandai dengan partisipasi mereka

dalam hal gotong royong pembangunan

atau rehab mesjid baik di daerahnya

maupun di daerah yang lain.

5. Kesadaran beragama Masyarakat dalam

konteks memakmurkan mesjid di

kecamatan Bungursari Tergolong cukup

tinggi yang ditandai dengan mengikutipengajian ke luar daerahnya, baik

bulanan, migguan atau memperingati

hari-hari besar Islam.

6. Kesadaran beragama Masyarakat dalam

memakmurkan mesjid di kecamatan

Bungursari Tergolong cukup tinggi yang

ditandai dengan partisipasi mereka

dalam mengikuti pengajian, pelatihan,

pembinaan atau yang lainnya, baik yang

diselenggarakan oleh kelurahan maupunoleh pihak kecamatan.

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 11/12

 

Nahdlatuna  Jurnal    Volume 1 Nomor 1 –  1 Juni 2015  

Kesadaran masyarakat Bungursari

dalam hal memakmurkan mesjid

sebagaimana yang diuraikan di atas,

dikarenakan dorongan beberapa faktor

yang diantaranya faktor kesadaran dirinya

tentang keyakinan dan pemahaman

mereka tentang agama Islam serta faktorlingkungan agamis khususnya peran

kerjasama ulama umara melalui proses

dakwah Islamiyyah dalam berbagai

bentuknya.

KESIMPULAN

Pola komunikasi antara ulama dan

umara dalam memakmurkan mesjid

adalah bentuk atau model hubungan

antara ulama dan umara dalam bentukkerjasama , mengenai proses pengiriman

atau penerimaan pesan dengan cara yang

tepat sesuai dengan target yang

diharapkan ke-duanya, dalam upaya

membangun dan memelihara sarana-

prasarana mesjid dan melaksanakan

berbagai kegiatan keagamaan dan kegiatan

sosial yang menunjang terhadap

keyakinan, pemahaman dan pengamalan

ajaran Islam. Pola komuninikasi antaraulama umara dalam kegiatan takmir mesjid

di kecamatan Bungursari kota Tasikmlaya

dapat terlihat dari adanya proses

komunikasi dua arah yang menghasilkan

persefsi yang sama, ide (gagasan) yang

saling mengisi, konsultasi, diskusi, dan

koordinasi, dalam perencanaan dan

pelaksanaan program takmir mesjid seperti

dakwah, penataran, penyuluhan, pelatihan

dan semacamnya terhadap para pengurusDKM di 7 kelurahan. Walaupun dalam

kenyataannya, pelaksananaan program

yang telah direncanakan oleh pengusrus

MUI dan DMI kecamatan belum mencapai

target sesuai dengan harapan karena tidak

adanya anggaran yang tidak tersedia.

Sehingga pelatihan maupun pembinaan

tidak dapat dilakukan secara berkala dan

berkesinambungan termasuk juga dalam

hal tidak meratanya pengetahuan tentangmanagemen organisasi dan kepemimpinan.

Pola komunikasi antara ulama dan

umara dalam menumbuhkan kesadaran

beragama masyarakat melaui kegiatan

takmir mesjid di kecamatan Bungursari

kota Tasikmalaya merupakan upaya

kerjasama anatar ke-duanya dalam

pelaksanaan dakwah, pembinaan ,penyuluhan maupun pendidikan ke

khalayak masyarakat agar tumbuh

kesadaran masyarakat dalam menjalankan

perintah agama khususnya dalam kegiatan

takmir mesjd. Seperti dakwah atau

penyuluhan ke tiap-tiap DKM yang

melibatkan masyarakat di Wilayah

kecamatan Bungursari baik program

kecamatan maupun menghadiri undangan

daerah, maupun melalui pendidikan danpenataran yang melibatkan bukan hanya

para pengurus DKM tetapi juga tokoh dan

masyarakat luas, baik yang dilaksanakan

oleh DKM setempat, pihak pemerintah

kecamatan maupun kelurahan, pihak MUI

maupun DMI kecamatan dan pihak MUI

maupun DMI kelurahan.

Kesadaran beragama masyarakat

dalam konteks memakmurkan mesjid

meliputi rasa keagamaan, pengalaman ke-Tuhanan, keimanan, sikap dan tingkah laku

keagamaan, yang terorganisasi dalam

sistem mental dari kepribadian. Karena

agama melibatkan seluruh fungsi jiwa dan

raga manusia, maka kesadaran

beragamapun mencakup aspek-aspek

afektif, konatif, kognitif dan motorik. Aspek

afektif dan konatif terlihat di dalam

pengalaman ke-Tuhanan, rasa keagamaan

dan kerinduan kepada Tuhan. Aspekkognitif terlihat pada keimanan dan

kepercayaan sedangkan aspek motorik

terlihat pada perbuatan dan gerakan

tingkah laku keagamaan. Sedangkan

kegiatan takmir mesjid meliputi asfek

Pendirian dan pemeliharaan sarana

prasarana mesjid, mengisi dengan

pelaksanaan ibadah (Shalat) dan kegiatan

kegiatan keagaman lainnya biak ritual

maupun sosial.Kesadaran beragama beragama

masyarakat di kecamatan Bungursari kota

7/17/2019 p 1 12 Anies Nursobah

http://slidepdf.com/reader/full/p-1-12-anies-nursobah 12/12

 2 

Nahdlatuna J l Volume 1 Nomor 1 – 1 Juni 2015

Tasikmlaya adalah keikutsertaan

masyarakat secara aktif dalam kegiatan

takmir mesjid, mulai dari membangun dan

memelihara sarana-prasara mesid, hingga

keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan

keagamaan, seperti pengajian harian anak-

anak, pendidikan Diniyyah, pengajian

mingguan atau bulanan bapak-bapak/ibu-

bu dan pemuda, Pengajian peringatan hari-

hari besar Islam, serta kegiatan sosial

lainnya seperti bakti sosial dan lain-lain

yang tersebar di 7 kelurahan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz (1995) : Psikologi Agama, Sinar Baru Argensido, Bandung

Abdul Kadir Munsyi (1981) : Metode Diskusi Dalam Dakwah, Al-Ikhlas, Surabaya

Adi Satrio (2005) : Kamus Ilmiah Populer, CV. Rineka Pustaka Hidayah, Jakarta

Dalyono (1997) : Psikologi Agama, PT. Rineke Cipta, Jakarta

Departemen Agama (1997) : Al-Quran dan Terjemahnya, PT. Bumi Restu, Jakarta

Depag (1983) : Al-Quran dan Terjemahnya, PPKS, Jakarta

Endang Saepudin Anshari (1983) : Wawasan Islam, Salman ITB, Bandung

Hasan Langgulung (1986): Manusia dan Pendidikan, Pustaka al-Husna, Jakarta

Harus Nasution (1979) : Islam Ditinjau dari Berbagai Asfeknya, UI Press, JakartaHusin Al-Hibsyi (1977) : Kamus Al-Kautsar (Arab-Indonesia), Assegaf, Surabaya