osteogenik sarcoma_dr. pherena amalia, sp.rad
DESCRIPTION
Referat dr.Pherena Amalia, Sp.RadTRANSCRIPT
REFARAT
OSTEOGENIK SARKOMA
Dosen Pembimbing
dr. Pherena Amalia, Sp.Rad
Disusun Oleh
Nurcahyo Tri Utomo
1061050012
KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI
PERIODE 2 Maret 2015 – 4 April 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA 2015
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas karunia dan rahmat yang diberikan,
sehingga penulisan referat yang berjudul “Osteogenik Sarkoma” dalam rangka memenuhi tugas
kepaniteraan klinik Radiologi sebagai syarat kelulusan dapat terselesaikan tanpa hambatan dan
rintangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari
bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua dan keluarga atas bantuan dan
pengertiannya selama penulisan karya tulis ini serta yang terhormat:
1. dr. Pherena Amalia ,Sp. Rad sebagai pembimbing
2. Staff dan pengajar kepaniteraan klinik Radiologi
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam pengembangan
informasi ilmiah baik bagi penulis, mahasiswa, institusi dan masyarakat.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
2
I. PENDAHULUAN
Neoplasma adalah pertumbuhan sel baru, abnormal dan progresif dimana sel tersebut
tidak pernah menjadi dewasa. Penggunaan istilah tumor sebagai pengganti neoplasma
sebenarnya kurang tepat karena tumor hanya berarti benjolan. Insiden neoplasma tulang lebih
jarang bila dibandingkan dengan neoplasma jaringan lunak. Neoplasma dapat dikatakan
ganas apabula memiliki kemampuan untuk menyebar ke tempat atau organ lain. Neoplasma
tulang primer merupakan neoplasma yang berasal dari sel yang membentuk jaringan tulang
sendiri, dikatakan sekunder apabila merupakan anak sebar dari organ lain.(2)
1. Kelainan tulang reaktif
- Osteogenik : Osteoma osteoid, Osteoblastoma benigna
- Kolagenik : Defek kortikal subperiosteal
2. Hamartoma
- Osteogenik : Osteoma, Osteokondroma
- Kondrogenik : Endokondroma
- Kolagenik : Angioma, Kista tulang aneurisma.
3. Neoplasma tulang sejati
a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma
- Osteoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak :- Kondroblastoma
Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
3
- Osteokondroma
c. . Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
d. . Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Myeloma sel plasma, Tumor Ewing, Sarkoma sel reticulum, Penyakit Hodkin
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun jumlah
penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 penderita kanker
di antara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa terdapat
sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan
jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per
tahun. Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy
Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor
tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang
jinak (28%).
II. DEFINISI OSTEOGENIK SARKOMA
Osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas yang berasal dari sel primitif
(poorly differentiated cells) di daerah metafise tulang panjang. Disebut osteogenik oleh
karena perkembangannya berasal dari seri osteoblastik sel mesenkim primitif. Osteogenik
sarkoma merupakan neoplasma primer dari tulang yang paling sering ditemukan di luar
myeloma multipel. (1)
III. EPIDEMIOLOGI OSTEOGENIK SARKOMA
Dari seluruh tumor tulang primer; 65.8% bersifat jinak dan 32,4% bersifat ganas.
Tumor ganas tulang menenmpati urutan kesebelas dari seluruh tumor ganas yang ada dan
hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ. Perbandingan insidens tumor tulang pada pria
dan wanita adalah sama.(3)
Tumor jinak primer tulang yang paling sering ditemukan adalah osteoma (39,3%),
osteokondroma (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya oleh tumor tulang jinak yang lain.
4
Osteogenik sarcoma (48,8%) merupaka tumor ganas primer tulang yang paling sering
ditemukan, diikuti giant cell tumor (1,75%), kondrosarkoma (10%) dan sisanya adalah tumor
ganas yang lain. (3)
Tumor Frequency %
Telangiectatic 3.5-11
Parosteal 3-4
Periosteal 1-2
Gnathic 6-9
Small cell 1
Intraosseous, low grade <1
Surface, high grade <1
Secondary 5-7
IV. ETIOLOGI OSTEOGENIK SARKOMA
Penyebab osteogenik sarkoma masih belum jelas diketahui. Adanya hubungan
kekeluargaan menjadi suatu predisposisi, begitu pula adanya hereditery retinoblastoma
dan sindrom Li-Fraumeni (Mutasi gen p53). Dikatakan beberapa virus dapat
menimbulkan osteogenik sarkoma pada hewan percobaan. Pertumbuhan tulang yang
cepat : pertumbuhan tulang yang cepat terlihat sebagai predisposisi osteogenik sarkoma,
seperti yang terlihat bahwa insidennya meningkat pada saat pertumbuhan remaja.(7)
Radiasi ion dikatakan menjadi 3% penyebab langsung osteogenik sarkoma, begitu pula
alkylating agent yang digunakan pada kemoterapi. (7)
Predisposisi genetik: displasia tulang, termasuk penyakit paget, fibrous
dysplasia, enchondromatosis, dan hereditary multiple
exostoses and retinoblastoma (germ-line form). Kombinasi dari mutasi RB gene
(germline retinoblastoma) dan terapi radiasi berhubungan dengan resiko tinggi untuk
osteogenik sarkoma. (7)
V. PATOFISIOLOGI OSTEOGENIK SARKOMA
Proses perjalanan penyakit pada osteogenik sarkoma belum dapat diketahui dengan
jelas dan pasti, dari beberapa penelitian mengungkapkan adanya pembelahan sel-sel tumor
disebabkan karena tubuh kehilangan gen suppressor tumor, sehingga sel-sel tulang dapat
membelah tanpa terkendali.
5
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Adanya tumor tulang
Jaringan lunak di invasi oleh tumor
Reaksi tulang normal
Osteolitik (destruksi tulang)
Osteoblastik (pembentukan tulang)
Destruksi tulang local
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi
Pertumbuhan tulang yang abortif
VI. GEJALA KLINIS OSTEOGENIK SARKOMA(4)
1. Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena.
Penderita biasanya datang karena nyeri atau adanya benjolan. Pada hal keluhan
biasanya sudah ada 3 bulan sebelumnya dan sering kali dihubungkan dengan trauma.
Nyeri semakin bertambah, dirasakan bahkan saat istirahat atau pada malam hari dan
tidak berhubungan dengan aktivitas.Terdapat benjolan pada daerah dekat sendi yang
sering kali sangat besar, nyeri tekan dan tampak pelebaran pembuluh darah pada kulit di
permukaannya. Tidak jarang menimbulkan efusi pada sendi yang berdekatan. Sering
juga ditemukan adanya patah tulang patologis.
2. Fraktur patologik.
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbata.
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran
vena
6
5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise.
VII. LOKASI OSTEOGENIK SARKOMA(5)
Osteogenik sarkoma konvensional muncul paling sering pada metafisis tulang
panjang, terutama pada distal femur (52%), proximal tibia (20%) dimana pertumbuhan tulang
tinggi. Tempat lainnya yang juga sering adalah pada metafisis humerus proximal (9%).
Penyakit ini biasanya menyebar dari metafisis ke diafisis atau epifisis.Kebanyakan dari
osteogenik sarkoma varian juga menunjukkan predileksi yang sama, terkecuali lesi gnathic
pada mandibula dan maksila, lesi intrakortikal, lesi periosteal dan osteogenik sarkoma
sekunder karena penyakit paget yang biasanya muncul pada pelvis dan femur proximal.
Gambar 1.
Pasien
dengan
osteogenik sarkoma di femur distal
VIII. ANATOMI
7
Gambar 2. Anatomi Tulang
IX. VARIASI OSTEOGENIK SARKOMA (4)
a. Telangiectasis Osteogenik Sarkoma
Telangiectasis osteogenik sarkoma pada plain radiografi kelihatan gambaran
lesi yang radiolusen dengan sedikit kalsifikasi atau pembentukan tulang.Selain itu
terdapat gambaran geographic bony destruction dengan zona transisi yang
meluas .Dengan gambaran seperti ini sering dikelirukan dengan lesi benigna pada
tulang seperti aneurysmal bone cyst. Terjadi pada umur yang sama dengan klasik
osteogenik sarkoma. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang sangat tinggi dan
sangat agresif. Diagnosis dengan biopsi sangat sulit oleh karena tumor sedikit jaringan
yang padat, dan sangat vaskuler. Pengobatannya sama dengan osteogenik sarkoma
klasik, dan sangat resposif terhadap adjuvant chemotherapy.
8
Gambar 3. Telangiectasis Osteogenik Sarkoma dengan
gambaran geographic bony destruction dengan zona transisi yang meluas
b. Parosteal Osteogenik Sarkoma
Parosteal osteogenik sarkoma yang tipikal ditandai dengan lesi pada permukaan
tulang, dengan terjadinya diferensiasi derajat rendah dari fibroblas dan membentuk
woven bone atau lamellar bone. Selain itu massa tulang yang homogen dapat menonjol
dari permukaan periosteal , karakteristik utama yaitu munculnya garis radiolusen yang
memisahkan antara massa pada tulang dengan tumor tulang dari korteks. Biasanya
terjadi pada umur lebih tua dari osteogenik sarkoma klasik, yaitu pada umur 20 sampai
40 tahun. Bagian posterior dari distal femur merupakan daerah predileksi yang paling
sering, selain bisa juga mengenai tulang-tulang panjang lainnya. Tumor dimulai dari
daerah korteks tulang dengan dasar yang lebar, yang makin lama lesi ini bisa invasi
kedalam korteks dan masuk ke endosteal.
Pengobatannya adalah dengan cara operasi, melakukan eksisi dari tumor dan
survival ratenya bisa mencapai 80 - 90%
9
Sumber Gambar : http://radiopaedia.org/images/156442
7
Gambar 4. Parosteal Osteogenik Sarkoma dengan gambaran “cauliflower-like” dengan kalsifikasi pada bagian yang
dekat dengan tulang
c. Periosteal Osteogenik Sarkoma
Periosteal osteogenik sarkoma merupakan osteogenik sarkoma derajat sedang
(moderate-grade) yang merupakan lesi pada permukaan tulang bersifat kondroblastik,
dan sering terdapat pada daerah proksimal tibia.Sebagai tambahan terdapat penebalan
daerah kortikal tulang (Segitiga Codman pada panah hitam) yang terkikis oleh massa
jaringan lunak yang luas dengan keterlibatan korteks yang ada sebelumnya. Sering juga
terdapat pada diafise tulang panjang seperti pada femur dan bahkan bisa pada tulang
pipih seperti mandibula. Terjadi pada umur yang sama dengan pada klasik osteogenik
sarkoma. Derajat metastasenya lebih rendah dari osteogenik sarkoma klasik yaitu 20%-
35% terutama ke paru-paru.
10
Sumber Gambar :http://www.ajronline.org/doi/pdf/10.2214/ajr.111.3.579
Pengobatannya adalah dilakukan operasi marginal-wide eksisi (wide-margin
surgical resection), dengan didahului preoperatif kemoterapi dan dilanjutkan sampai
post-operasi.
Gambar 5. Periosteal Osteogenik Sarkoma dengan
gambaran massa yang dasar permukaannya berbasis diafisis tulang yang luas dan terdapat reaksi periosteal tegak
lurus memanjang ke dalam jaringan massa (Sunburst Appearance)
d. Osteogenik Sarkoma Sekunder
Osteogenik sarkoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang mengalami
mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua, misalnya bisa berasal dari
paget’s disease, osteoblastoma, fibous dysplasia, benign giant cell tumor. Contoh
klasik dari osteogenik sarkoma sekuder adalah yang berasal dari paget’s disease yang
disebut pagetic osteogenik sarcoma. Di Eropa merupakan 3% dari seluruh osteogenik
sarkoma dan terjadi pada umur tua. Lokasi yang tersering adalah di humerus, kemudian
di daerah pelvis dan femur. Perjalanan penyakit sampai mengalami degenerasi ganas
11
Sumber Gambar :http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/
radiol.2331030326
memakan waktu cukup lama berkisar 15-25 tahun dengan mengeluh nyeri pada daerah
inflamasi dari paget’s disease. Selanjutnya rasa nyeri bertambah dan disusul oleh
terjadinya destruksi tulang. Prognosis dari pagetic osteogenik sarkoma sangat jelek
dengan five years survival rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang tua,
maka pengobatan dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan karena toleransinya
rendah.
Gambar 6. Osteogenik Sarkoma pada Paget’s
Disease terlihat gambaran sklerotik yang dicirikan terdapat reaksi periosteal tegak lurus memanjang ke dalam
jaringan massa (Sunburst Appearance)
e. Multisentrik Osteogenik Sarkoma (4)
Disebut juga Multifocal Osteogenik Sakcoma. Variasi ini sangat jarang yaitu
terdapatnya lesi tumor yang secara bersamaan pada lebih dari satu tempat. Hal ini
sangat sulit membedakan apakah sarkoma memang terjadi bersamaan pada lebih dari
satu tempat atau lesi tersebut merupakan suatu metastase.
12
Sumber Gambar :http://radiopaedia.org/images/575428
Ada dua tipe yaitu: tipe Synchronous dimana terdapatnya lesi secara bersamaan
pada lebih dari satu tulang. Tipe ini sering terdapat pada anak-anak dan remaja dengan
tingkat keganasannya sangat tinggi. Tipe lainnya adalah tipe Metachronous yang
terdapat pada orang dewasa, yaitu terdapat tumor pada tulang lain setelah beberapa
waktu atau setelah pengobatan tumor pertama. Pada tipe ini tingkat keganasannya lebih
rendah.
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan peningkatan alkaline phosphatase
dan lactic dehydrogenase, yang mana ini dihubungkan dengan kepastian diagnosis dan
prognosis dari osteogenik sarkoma tersebut.
Gambar 7. Multisentrik Osteogenik Sarkoma, gambaran Anteroposterior dan lateral pada tibia kanan yang menunjukkan ciri khas osteogenik sarkoma dengan beberapa focus sklerotik di atas
metafisis tibialis dan tulang tarsal.
X. KLASIFIKASI OSTEOGENIK SARKOMA(4)
Stadium konvensional yang biasa digunakan untuk tumor keras lainnya tidak tepat
untuk digunakan pada tumor skeletal, karena tumor ini sangat jarang untuk bermetastase ke
kelenjar limfa. Pada tahun 1980 Enneking memperkenalkan sistem stadium berdasarkan
derajat, penyebaran ekstrakompartemen, dan ada tidaknya metastase. Sistem ini dapat
digunakan pada semua tumor muskuloskeletal (tumor tulang dan jaringan lunak). Komponen
13
Sumber Data :https://ispub.com/IJRA/11/2/7850
utama dari sistem stadium berdasarkan derajat histologi (derajat tinggi atau rendah), lokasi
anatomi dari tumor (intrakompartemen dan ekstrakompartemen), dan adanya metastase.
Untuk menjadi intra kompartemen, osteogenik sarkoma harus berada di antara
periosteum. Lesi tersebut mempunyai derajat IIA pada sistem Enneking. Jika osteogenik
sarkoma telah menyebar keluar dari periosteum maka derajatnya menjadi IIB. Untuk
kepentingan secara praktis maka pasien digolongkan menjadi dua yaitu pasien tanpa
metastase (localized osteogenik sarkoma) dan pasien dengan metastse (metastatic osteogenik
sarkoma).
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG OSTEOGENIK SARKOMA1. Laboratorium
Kebanyakan pemeriksaan laboratorium yang digunakan berhubungan dengan
penggunaan kemoterapi. Sangat penting untuk mengetahui fungsi organ sebelum
pemberian kemoterapi dan untuk memonitor fungsi organ setelah kemoterapi.
Pemeriksaan darah untuk kepentingan prognosa adalah lactic dehydrogenase (LDH)
dan alkaline phosphatase (ALP). Pasien dengan peningkatan nilai ALP pada saat
diagnosis mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai metastase pada paru.
Pada pasien tanpa metastase, yang mempunyai peningkatan nilai LDH kurang dapat
menyembuh bila dibandingkan dengan pasien yang mempunyai nilai LDH normal.
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk:
14
o LDH
o ALP (kepentingan prognostik)
o Hitung darah lengkap
o Hitung trombosit
o Tes fungsi hati: Aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT),
bilirubin, dan albumin.
o Elektrolit : Sodium, potassium, chloride, bicarbonate, calcium, magnesium,
phosphorus.
o Tes fungsi ginjal: blood urea nitrogen (BUN), creatinine
o Urinalisis
2. Radiografi (1)
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi. Ketika dicurigai adanya osteogenik sarkoma, MRI digunakan untuk
menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak
sekitarnya. CT kurang sensitif bila dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari
tumor namun dapat digunakan untuk menentukan metastase pada paru-paru. Isotopic
bone scanning secara umum digunakan untuk mendeteksi metastase pada tulang atau
tumor synchronous, tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan.
Radiologi : Didapat 3 macam gambar radiologi yaitu:
1. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.
2. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor tulang.
3. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan tumor tulang.
a. X-ray
Gambaran radiologis didapat adanya gambaran osteolitik dan osteoblatik, pada
MRI ditemukan garis destruksi. Pada MRI ditemukan garis akibat proses destruksi dan
ekstensi jaringan lunak sel-sel tumor. Foto polos merupakan hal yang esensial dalam
evaluasi pertama dari lesi tulang karena hasilnya dapat memprediksi diagnosis dan
penentuan pemeriksaan lebih jauh yang tepat. Gambaran foto polos dapat bervariasi,
tetapi kebanyakan menunjukkan campuran antara area litik dan sklerotik. Sangat jarang
15
hanya berupa lesi litik atau sklerotik. Lesi terlihat agresif, dapat berupa moth eaten
dengan tepi tidak jelas atau kadangkala terdapat lubang kortikal multipel yang kecil.
Setelah kemoterapi, tulang disekelilingnya dapat membentuk tepi dengan batas jelas di
sekitar tumor. Penyebaran pada jaringan lunak sering terlihat sebagai massa jaringan
lunak. Dekat dengan persendian, penyebaran ini biasanya sulit dibedakan dengan efusi.
Area seperti awan karena sclerosis dikarenakan produksi osteoid yang maligna dan
kalsifikasi dapat terlihat pada massa. seringkali terdapat ketika tumor telah menembus
kortek. Berbagai spektrum perubahan dapat muncul, termasuk Codman
triangles dan multilaminated, spiculated, dan reaksi sunburst, yang semuanya
mengindikasikan proses yang agresif.(4)
Pertumbuhan neoplasma yang cepat mengakibatkan terangkatnya periosteum dan
tulang reaktif terbentuk antara periosteum yang terangkat dengan tulang dan pada X-
Ray terlihat sebagai segitiga Codman. Kombinasi antara tulang reaktif dan tulang
neoplastik yang dibentuk sepanjang pembuluh darah berjalan radier dari kortek tulang
ke arah masa tumor membentuk gambaran Sunbrust.(1)
Gambar 8. Foto polos dari osteogenik sarkoma dengan
gambaran Codman triangle (arrow) dan difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
16
Gambar 9. Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow)
dan masa jaringan lunak yang luas (black arrow).
Gambar 10. Sunburst appearance pada osteogenik sarkoma di
femur distal
b. CT Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos membingungkan,
terutama pada area dengan anatomi yang kompleks (contohnya pada perubahan di
mandibula dan maksila pada osteogenik sarkoma gnathic dan pada pelvis yang
17
berhubungan dengan osteogenik sarkoma sekunder). Gambaran cross-sectional
memberikan gambaran yang lebih jelas dari destruksi tulang dan penyebaran pada
jaringan lunak sekitarnya daripada foto polos. CT dapat memperlihatkan matriks
mineralisasi dalam jumlah kecil yang tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT
terutama sangat membantu ketika perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk
diinterpretasikan. CT jarang digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang, namun
merupakan modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru.CT
sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteogenik sarkoma varian. Pada osteogenik
sarkoma telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika digunakan bersama
kontras dapat membedakan dengan lesi pada aneurysmal bone cyst dimana setelah
kontras diberikan maka akan terlihat peningkatan gambaran nodular disekitar ruang
kistik.(5)
Gambar 11. CT-Scan axial pada femur kiri menunjukkan gambaran campuran sklerotik dan litik dengan terlihatnya
“sun ray apperance”
c. MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari tumor
karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan jaringan lunak. MRI
merupakan teknik pencitraan yang paling akurat untuk menentuan stadium dari
osteogenik sarkoma dan membantu dalam menentukan manajemen pembedahan yang
18
tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor, penilaian hubungan antara tumor dan
kompartemen pada tempat asalnya merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan
jaringan lunak yang tertutupi fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran
tumor intraoseus dan ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit
intraoseus adalah jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis,
dan adanya skip metastase. Penilaian dari penyebaran tumor ekstraoseus melibatkan
penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan tumor dengan struktur neurovascular
dan sendi sekitarnya. Hal ini penting untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang
melebihi dari kompartemen yang terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika
jaringan tumor terlihat menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago. (1,5)
Gambar 12. Gambaran MRI menunjukkan kortikal destruksi dan adanya massa jaringan lunak.
d. Nuclear Medicine
Osteogenik sarkoma secara umum menunjukkan peningkatan ambilan dari
radioisotop pada bone scan yang menggunakan technetium-99m methylene
diphosphonate (MDP). Bone scan sangat berguna untuk mengeksklusikan penyakit
multifokal. skip lesion dan metastase paru-paru dapat juga dideteksi, namun skip lesion
paling konsisten jika menggunakan MRI. Karena osteogenik sarkoma menunjukkan
peningkatan ambilan dari radioisotop maka bone scan bersifat sensitif namun tidak
spesifik. (1,5)
19
Gambar 13. Menunjukkan
gambaran tumor dengan menggunakan nuklir
e. Patologi anatomi
Kriteria untuk diagnosis adalah didapatnya stroma sarkoma dengan pembentukan
osteoid neoplastik dari tulang disertai gambaran anaplasia yang menyolok. Sel-sel ganas
menembus rongga antara kumpulan osteoid.
Gambaran patologis ditemukannya stroma sarcoma dan anaplasia.
Gambar 14. Gambar Patologi : Gambaran histologinya bervariasi.
20
Sumber gambar :http://emedicine.medscape.com/article/393927-
overview#a23
XII. DIAGNOSIS BANDING OSTEOGENIK SARKOMA
Beberapa kelainan yang menimbulkan bentukan massa pada tulang sering sulit
dibedakan dengan osteogenik sarkoma, baik secara klinis maupun dengan pemeriksaan
pencitraan. Adapun kelainan-kelainan tersebut adalah:
1. Ewing’s sarcoma
2. Osteomyelitis
3. Osteoblastoma
4. Giant cell tumor
5. Aneurysmal bone cyst
6. Fibrous dysplasia
XIII. PROGNOSIS OSTEOGENIK SARKOMA
Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah
penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan
sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena
terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.
Pada permulaannya prognosis Osteogenik Sarkoma adalah buruk 5 years Survival
Rate-nya hanya berkisar antara 10-20%. Belakangan ini dengan terapi adjuvan berupa
sitostatik yang agresif dan intensif yang diberikan prabedah dan pasca bedah maka Survival
Rate menjadi lebih baik dapat mencapai 60-70%. Berkat terapi adjuvan juga terapi amputasi
belakangan ini sudah berkurang, sekarang pada pusat-pusat pengobatan kanker yang lengkap,
maka terapi non amputasi atau Limb Salvage lebih sering dilakukan.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Salter, Robert B. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal system. 3rd ed.;
1999.p.400-3. Lippincott Williams & Wilkins : Philadeiphia.
2. Reksoprodjo, S. Kumpulan kuliah ilmu bedah. 2008. Edisi 2. Hal.522-533. Binarupa Aksara :
Tangerang.
3. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. 2012. Edisi 3. Hal. 276. Yarsif Watampone :
Jakarta.
4. Gebhardt, Mark C, Hornicek, Francis J. Osteosarcoma. Orthopaedic knowledge update
musculoskeletal tumors. American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2002.p.175-82. 1st
ed. McGraw-Hill: New York
5. Skinner, Harry B. Current diagnosis & treatment in orthopaedics. Lange Medical Book. 3rd
ed. 2003.p.312-8. McGraw-Hill : NewYork
6. Bechler JR, Robertson WW, Meadows AT, Womer RB. Osteosarcoma as a second malignant
neoplasmin children. J Bone Joint Surg Am1992. 74:1079-83.
7. Charles TM. Osteosarcoma. Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1256857-
overview#showall . Diakses pada 29 Maret 2015
22