osteo art ritis

19
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan. 1 Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, serta pembesaran sendi oleh hambatan gerak. 2 Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoartritis sering dijumpai pada lansia yang berumur diatas 65 tahun. OA lutut merupakan jenis penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta

Upload: eva

Post on 19-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

OA

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan.1 Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, serta pembesaran sendi oleh hambatan gerak.2Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoartritis sering dijumpai pada lansia yang berumur diatas 65 tahun. OA lutut merupakan jenis penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta kecacatan pada usia lanjut dibandingkan dengan penyakit lain. OA lutut lebih banyak pada wanita setelah usia 50 tahun.3,4 Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.4Pasien OA biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus-menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien.4 Pada penderita OA lutut datang dengan keluhan nyeri hilang timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok.5 Jika proses ini terjadi secara berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat sehingga penderita akan mengalami gangguan aktivitas sehari-hari.6Berikut ini akan dibahas tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik pada penderita osteoartritis genu dekstra.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Osteoartritis (OA) berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari arthron yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi atau peradangan.1 Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hialin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, serta pembesaran sendi oleh hambatan gerak.2 Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA yaitu lutut, panggul, vertebra dan pergelangan kaki.6

Gambar 1. OsteoatritisB. Epidemiologi

Osteoartritis sering dijumpai pada lansia yang berumur diatas 65 tahun. OA lutut lebih banyak pada wanita setelah usia 50 tahun.3,4 Prevalensi OA meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan biasanya lebih sering mengenai wanita dibandingkan dengan laki-laki. Banyak negara di Asia memiliki angka penuaan yang tinggi. Diperkirakan bahwa presentase penduduk di Asia yang berusia65 tahun ke atas memiliki angka lebih dari dua kali lipat dalamdua dekade mendatang, dari 6,8% pada tahun 2008 menjadi 16,2% di2040 untuk menderita OA.8 Prevalensi OA lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.4

C. Etiologi

Etiologi pasti dari osteoartritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh:5,9 Umur: Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun). Jenis Kelamin: Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita, dimana osteoartritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, sedangkan osteoartritis sekunder lebih banyak pada laki-laki. Ras: Lebih sering pada orang Asia khususnya China, Eropa, dan Amerika. Faktor keturunan Faktor metabolik/endokrin: Pada penderita obesitas, hipertensi, hiperurisemia dan diabetes mellitus lebih rentan. Trauma dan faktor okupasi

D. PatogenesisBerdasarkan patogenesisnya osteoartritis (OA) dibedakan menjadi dua, yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang penyebabnya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder. Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui. Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera.5Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, stress mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadinya inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri. Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Terjadi peningkatan degradasi kolagen yang mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi yang berakumulasi di sendi, menghambat fungsi serta mengawali respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi.5Penyebab rasa sakit pada OA juga dapat berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra-artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis.5

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik yang biasanya dikeluhkan oleh pasien yang menderita osteoartritis antara lain:51. Nyeri sendi: keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain.2. Hambatan gerakan sendi: gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.3. Kaku pagi: pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur.4. Krepitasi: rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. 5. Pembesaran sendi (deformitas): pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar.6. Perubahan gaya berjalan: hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang dan merupakan gejala yang menyusahkan pasien.

F. Diagnosis

Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.10 Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah berat sejalan dengan bertambanya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur. Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita osteoartritis.9Tes-tes provokasi yang dapat dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara lain: 1. McMurray TestTes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus medial dan lateral. Pada tes ini penderita berbaring terlentang dengan satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi dan endorotasi kemudian secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi klek atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian lateral yang mungkin terobek.11

Gambar 2.Pemeriksaan McMurray

2. Anterior Drawer TestTes ini dilakukan untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum krusiatum anterior. Penderita berbaring terlentang dengan salah satu lutut difleksikan. Pemeriksa duduk di tepi meja periksa, bersandar pada kaki penderita untuk menstabilkannya. Pemeriksa meletakkan kedua tangannya di bagian proksimal tungkai bawah dengan ibu jari pada kedua sisi tulang tibia anterior distal dan jari-jari lainnya melingkar di belakang tungkai bawah. Pemeriksa mencoba untuk menarik tibia ke depan. Bila ditemukan tulang tibia yang menggeser ke depan lebih dari 5 mm, maka dianggap anterior drawer test positif.11

Gambar 3.Anterior Drawer Test3. Posterior Drawer Test Tes ini dilakukan untuk mendeteksi ruptur atau instabilitas ligamentum krusiatum posterior. Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test. Pada tes ini pemeriksa meletakkan tangan pada bagian proksimal tungkai bawah dan ibu jari berada dibagian distal tulang patela kemudian didorong kearah belakang. Tes ini positif jika ditemukan tulang tibia bergeser ke belakang.11

Gambar 4.Posterior Drawer Test

4. Appley Compresion Test Tes ini dilakukan untuk menentukan cedera ligamental atau meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap dengan tungkai bawah difleksikan 90. Kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Tes ini positif apabila pasien merasakan nyeri pada bagian lutut.11

5. Appley Distraction Test Tes ini dilakukan untuk menentukan cedera meniskus atau ligamental pada persendian lutut. Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar (eksorotasi) dan kedalam (endorotasi). Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tes ini positif.8

(a) (b)Gambar 5. (a) Appley Comppresion Test; (b) Appley Distraction Test

6. Test for lateral stabilityTes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral lateral. Penderita dalam posisi berbaring telentang dengan lutut ekstensi penuh. Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan pada lutut bagian posterior medial saat memaksakan bagian distal tungkai bawah ke medial. Buatlah daya varus pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral lateral. Manuver dilakukan pada 0 dan fleksi lutut 30. Tes positif jika nyeri dan atau peningkatan celah pada garis sendi lateral.11

Gambar 6. Test for lateral stability

7. Test for Medial StabilityTes ini untuk menilai instabilitas ligamen kolateral medial. Penderita tidur telentang dengan lutut ekstensi penuh. Pegang tungkai bawah dengan satu tangan diletakkan pada lutut bagian posterior lateral dan memaksakan bagian distal tungkai bawah ke lateral. Buatlah daya valgus pada lutut dan tekanan pada ligamentum kolateral medial. Manuver dilakukan pada 0 dan fleksi lutut 30. Tes bernilai positif jika nyeri dan atau peningkatan pemisahan pada garis sendi medial.11

Gambar 7. Test for Medial Stability

Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence:12Derajat 0:Radiologi normal. Derajat 1: Penyempitan celah sendi meragukan. Derajat 2 : Osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas. Derajat 3: Osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang. Derajat 4 : Osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:2,13

Klinis dan LaboratoriumKlinis dan radiologi Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari 9 berikut : - umur > 50 tahun - stiffness < 30 menit - krepitasi - nyeri pada tulang - pelebaran tulang - tidak hangat pada perabaan - LED < 40mm/jam - Rheumatoid factor 50 tahun - stiffness < 30 menit - krepitasi - nyeri pada tulang - pelebaran tulang -tidak hangat pada perabaan

Tabel 1. Kriteria diagnosis OA

G. Penatalaksanaan OsteoartritisTatalaksana pada penderita osteoartritis berupa terapi farmakologis dan non farmakologis yaitu:5,141. Terapi non farmakologis Edukasi dan penerangan Terapi fisik dan rehabilitasi Penurunan berat badan2. Terapi farmakologis OAINS OAINS topikal Chondroprotective Steroid intra-artikuler3. Terapi bedah Malaligment, deformitas lutut Valgus-Varus Osteotomi Artroplasti sendi total

H. Rehabilitasi Medik pada Osteoartritis Tujuan rehabilitasi medik secara umum:15,161. Mengurangi nyeri dan spasme2. Memperbaiki lingkup gerak sendi3. Meningkatkan kekuatan otot4. Memperbaiki fungsi5. Meningkatkan kualitas hidup

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:15,16,171. Fisioterapia. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yangdikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupacryotherapy, kompres es dan masase es.b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot, tulang, dan sendi (Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD), Diatermi gelombang suara ultra (USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave diathermi) danUSD (ultra sound diathermi).c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui peningkatan ambang rangsang nyeri. d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehingga sendi lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh. Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.

2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali kegiatan atau perkerjaan normalnya.3. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi, mencegah dan mengoreksi kecacatan, menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.4. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan dan memecahkan masalah sosial yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat.