endo met ritis
TRANSCRIPT
ENDOMETRITIS
A. PENGERTIAN- Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).- Endometritis adalah infeksi
pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998).- Endometritis
adalah suatu infeksi yag terjad
i di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam
setelah melahirkan.B. ETIOLOGIEndometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio
sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban
yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang
tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 1994).Menurut Varney, H. (2001), hal-hal
yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:- Waktu persalinan lama, terutama
disertai pecahnya ketuban.- Pecahnya ketuban berlangsung lama.- Adanya pemeriksaan
vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.- Teknik aseptik tidak dipatuhi.-
Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).- Trauma jaringan yang
luas/luka terbuka.- Kelahiran secara bedah.- Retensi fragmen plasenta/membran amnion.C.
KLASIFIKASIMenurut Wiknjosastro (2002),- Endometritis akutaTerutama terjadi pada masa
post partum / post abortum.Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai
pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.Pada endometritis akuta,
endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat
hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-
perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas
dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.Pada
abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui
pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan
ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh
gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras,
keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.Sebab
lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus,
seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device)
ke dalam uterus, dan sebagainya.Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam
uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan
di sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa
patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan
pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan
endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak
menjalar.Gejalanya :§ Demam§ Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-
kadang keluar flour yang purulent.§ Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.§
Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.Terapi :§
Uterotonika.§ Istirahat, letak fowler.§ Antibiotika.§ Endometritis senilis perlu dikuret untuk
menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.- Endometritis kronikaEndometritis
kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya
pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional
darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-
sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga
ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.Gejala-gejala klinis endometritis
kronika adalah leukorea dan menorargia.Pengobatan tergantung dari
penyebabnya.Endometritis kronis ditemukan:a. Pada tuberkulosis.b. Jika tertinggal sisa-sisa
abortus atau partus.c. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.d. Pada polip uterus
dengan infeksi.e. Pada tumor ganas uterus.f. Pada salpingo – oofaritis dan selulitis
pelvik.Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital. Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang
meradang menahun.Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus
terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium.Pada partus
dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari
jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip
plasenta.Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya
benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.Gejalanya :§ Flour albus
yang keluar dari ostium.§ Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.Terapi : § Perlu
dilakukan kuretase.D. GAMBARAN KLINISGambaran klinis dari endometritis tergantung
pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.
Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan
ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah
rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan
lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang
sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam
beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah
normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan
infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau.Gambaran
klinik dari endometritis:Nyeri abdomen bagian bawah.Mengeluarkan keputihan
(leukorea).Kadang terjadi pendarahan.Dapat terjadi penyebaran.- Miometritis (pada otot
rahim).- Parametritis (sekitar rahim).- Salpingitis (saluran otot).- Ooforitis (indung telur).-
Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.(Manuaba, I. B. G., 1998)Menurut Varney, H
(2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:- Takikardi 100-140 bpm.- Suhu 30 – 40
derajat celcius.- Menggigil.- Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.- Peningkatan
nyeri setelah melahirkan.- Sub involusi.- Distensi abdomen.- Lokea sedikit dan tidak
berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen.- Awitan 3-5 hari pasca
partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.- Jumlah sel darah putih meningkat.E.
PATOFISIOLOGIKuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio
plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan
kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua
bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah
yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi
yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran.PATHWAY
KEPERAWATANBakteri/kuman(melalui luka bekas insersio plasenta)Masuk ke
endometrium Nyeri Gangguan psikologis Radang endometrium IbuJaringan desidua +
bekuan darah Resiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua Nekrosis Tidak nafsu
makan Getah berbau Keputihan Intake kurang Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh ( Wiknjosastro, H. 2002 )F. KOMPLIKASI- Wound infection- Peritonitis- Adnexal
infection.- Parametrial phlegmon- Abses pelvis- Septic pelvic thrombophlebitis.G.
PENATALAKSANAAN- Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok
sasaran terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk
untuk terapi antibiotik.- Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk
dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi
makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan
nutrisi yang memadai.- Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post
abortus atau post partum.- Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang
banyak manfaatnya.- Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan
jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat
penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan
hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila
klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik
klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN ENDOMETRITISPENGKAJIANAktifitas/istirahat- Malaise, letargi.-
Kelelahan/keletihan yang terus menerus.Sirkulasi- Takikardi.Eliminasi- Diare mungkin ada.-
Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.Integritas ego- Ansietas
Source: PIK Remaja Pakar Bangsa
Suka · Komentari
Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi
pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi
akibat infeksi.[1][2] Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu endometritis post
partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan), endometritis sinsitial (peradangan
dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak),
serta endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba
fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis. [1].
Anatomi organ reproduksi betina
Gambar skematis plasenta
Daftar isi
1 Penyebab
2 Patogenesis
3 Gejala Klinis
4 Diagnosis
5 Terapi
6 Referensi
[sunting]Penyebab
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter
foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan
oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia
coli danFusobacterium necrophorum [2]. Organisme penyebab biasanya
mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui
sirkulasi darah [3].
Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum,
distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang tertunda [3]. Selain itu, endometritis biasa
terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah
melahirkan [4]. Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi
plasenta yang mengakibatkan involusi uteruspada periode sesudah melahirkan menurun.
Endometritis juga sering berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persisten (CLP) [2].
[sunting]Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat
banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden
masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah
mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi
endometritis [5]. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau
penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti
bakteri non spesifik (E. coli,Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun
bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas foetus)[3].
[sunting]Gejala Klinis
Gejala klinis endometritis yaitu lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan
yang berlebihan, dan rahim membesar [6]. Penderita dapat nampak sehat, walaupun dengan
lendirvagina yang kekuningan dan dalam rahimnya tertimbun cairan [3]. Pengaruh
endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan
sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena
terjadi perubahan saluran reproduksi [6].
[sunting]Diagnosis
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis dapat
didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi.
Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting,
siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal
dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang
leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada
palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi
tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi) [3].
[sunting]Terapi
Terapi endometritis, pada hewan, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik sistemik,
irigasi rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim, dan
injeksi prostaglandinuntuk menginduksi estrus [2][3]. Pengobatan yang direkomendasikan
untuk endometritis yang agak berat adalah memperbaiki vaskularisasi dengan
mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan seperti lugol dengan konsentrasi yang
rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3 hari. Antibiotik diberikan secara
intra uterin dan intra muskular. Leleran dapat dikeluarkan dengan menyuntikkan
preparat estrogen. Untuk endometritis ringan cukup diberikan antibiotika intra uterina[3].
[sunting]Referensi
1. ^ a b Endometritis
2. ^ a b c d Ball PJH, Peters AR. 2004. Reproduction in Cattle 3rd Edition. Oxford:
Blackwell Publishing
3. ^ a b c d e f g Noakes DE, Parkinson TJ, England GCW. 2001. Arthur’s Veterinary
Reproduction and Obstetrics 8th Edition. Pennsylvania: Harcourt Publishers Limited
4. ̂ Disease of Beef Cattle Associated with Post-calving and Breeding
5. ̂ Aiello et al. 2000. The Merck Veterinary Manual. Edisi ke-8. USA : Whitehouse
station.
6. ^ a b Ratnawati D, Pratiwi WC, Affandhy L. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan
Gangguan Reproduksi Pada Sapi Potong. Pasuruan: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini, banyak jenis penyakit yang menyerang
manusia, khususnya pada wanita selama daur kehidupannya mulai dari pada bayi,
balita,anak-anak,remaja,WUS,klimakterium serta menopause. Khususnya pada wanita
usia subur banyak sekali berbagai jenis penyakit serta gangguan-gangguan pada organ
reproduksi salah satunya adalah Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflamatory
Diseases (PID). Pelvic Inflamatory Diseases merupakan suatu kumpulan radang pada
saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang
endometrium, tuba fallopi, ovarium maupun miometrium secara kontinuitatum
maupun secara hematogen ataupun sebagai akibat hubungan seksual.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan endometritis?
2. Apa saja penyebab terjadinya endometritis?
3. Apa saja tanda-tanda endometritis?
4. Apa saja macam-macam endometritis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian endometritis.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya endometritis.
3. Untuk mengetahui tanda-tanda endometritis.
4. Untuk mengetahui macam-macam endometritis.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan
oleh infeksi bakteri pada jaringan ( Ben-zion Tuber, 1994 ).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam
dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus, ).
Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke
miometrium dan jaringan parametrial.Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan
nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common
nonobstetric pendahulunya dalam populasi.
Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak
normal, seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran
kembar, keahiran yang sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang
dipergunakan untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
B. Penyebab Endometritis
Endometritis paling sering ditemukan setelah seksio sesarea, terutama bila
sebelumnya pasien menderita korioamnionitis, partus lama atau pecah ketuban yang
lama. Penyebab-penyebab lainnya endometritis adalah jaringan plasenta yang tertahan
setelah abortus atau melahirkan. Infeksi endometrium dapat terjadi sebagai kelanjutan
infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut.
Endometritis bisa juga disebabkan oleh golongan streptococcus, staphylococcus,
adakalanya basil tuberculosis dan gonococcus.
Endometritis adalah penyakit yang melibatkan polymicrobial, rata-rata, 2-3
organisme. Dalam banyak kasus, hal itu timbul dari infeksi menaik dari organisme
yang ditemukan di vagina normal flora asli. Biasanya terisolasi organisme termasuk
Ureaplasma urealyticum, Peptostreptococcus, Gardnerella vaginalis, Bacteroides bivius,
dan kelompok B Streptococcus. Chlamydia telah dikaitkan dengan onset terlambat
endometritis postpartum. Enterococcus diidentifikasi dalam sampai dengan 25% dari
perempuan yang telah menerima profilaksis cephalosporin. Rute pengiriman adalah
faktor yang paling penting dalam pengembangan endometritis postpartum. Penelitian
yang lebih baru mendukung administrasi sebelum operasi profilaksis antibiotik, yang
dikaitkan dengan 53% penurunan endometritis tanpa gangguan pada neonatus yang
dicurigai atau terbukti sepsis atau NICU admission.1
Mayor faktor risiko termasuk kelahiran sesar, berkepanjangan pecah ketuban, tenaga
kerja yang panjang dengan beberapa pemeriksaan vagina, ekstrem pasien usia, dan
status sosial ekonomi rendah. Minor faktor termasuk ibu anemia, janin pemantauan
internal yang berkepanjangan, lama operasi, dan anestesi umum. Bacterial vaginosis
telah dikaitkan dengan endometritis setelah kelahiran sesar dan dengan PID setelah
trimester pertama elektif aborsi.
C. Tanda-tanda Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :
1. Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada
keparahan infeksi.
2. Takikardia
3. Menggigil dengan infeksi berat
4. Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
5. Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
6. Subinvolusi
7. Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
8. Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
9. Perdarahan pervaginam
10. Shock sepsis maupun hemoragik
11. Abdomen distensi atau pembengkakan.
12. Abnormal pendarahan vagina
13. Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
14. Terjadi ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)
D. Macam-Macam Endometritis
Ada dua macam endometritis antara lain :
a. Endometritis Akut
Pada Endometritis akut endometrium mengalami edema dan hiperemi. Endometritis
ini biasanya terjadi sesudah melahirkan atau abortus ( terutama abortus kriminalis ),
yang dapat meluas sampai ke miometrium, dan berakhir sampai sepsis puerperalis.
Abortus yang dilakukan tanpa alasan yang layak dengan cara memasukkan berbagai
macam alat yang jauh dari standar steril, maka akan membawa kuman masuk ke
dalam cavum uteri. Endometritis akut ditandai oleh kehadiran microabscesses
atau neutrofil dalam endometrium kelenjar. Endometritis akut dicirikan dengan
adanya infeksi. Agen penyebab yang paling utama adalah staphylococcus aureus dan
strepthococcuss. Gejala klinis umumnya adalah demam tinggi dan lochea berbau,
lochea lama berdarah kemungkinan menjadi metrorhagia, jika terjadi radang tidak
menjalar ke parametrium atau perimetrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah
agar infeksi tidak menjalar. Adapun pengobatannya adalah :
a) Uterotonik
b) Istirahat, dengan posisi fowler
c) Antibiotika
b. Endometritis Kronik
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang masih
menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang
pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi sesudah
menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai ke bagian endometrium
lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel plasma pada stroma. Penyebab
yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien
yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki riwayat kanker
leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa noda
darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid
seperti menorhagia dan metrorhagia.
E. Faktor-Faktor Predisposisi
Meliputi seksio sesarea, ketuban pecah, partus lama dan kelahiran, anemia,
perdarahan, jaringan plasenta yang tertahan, operasi berkepanjangan, pemakaian
AKDR dan penyakit sistemik yang menurunkan resistensi terhadap infeksi. Wanita
dengan status nutrisi yang buruk, misalnya lebih rentan terhadap infeksi bakteri.
F. Penatalaksanaan Endometritis
1. Antibiotika dan drainase yang memadai
Merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dan organisme yang terlihat pada
pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa
sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotic.
2. Carian intravena dan elektrolit
Merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi dan terapi pemeliharaan untuk pasien-
pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien
diberikan diet peroral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
3. Penggantian darah
Dapat diindikasikan untuk anemia berat post abortus atau postpartum.
4. Tirah baring dan analgesia
Merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5. Tindakan bedah
Endometritis postpartum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau
obstruksi servik. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang
tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan dan hati-hati.
ENDOMETRITIS
Endometriosis adalah satu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih berfungsi
terdapat di luar kavum uteri. Jaringan ini yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma,
terdapat di miometrium ataupun di luar uterus. (Wiknjosastro, 1999: 314).
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan yang hanya ada di dalam rahim, dapat
ditemukan dibagian lain dalam tubuh. (Irwan, 2008: 02).
Klasifikasi Endometriosis
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut:
Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim disebut
Adenomiosis.
Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut ”true
endometriosis”
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.
Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding belakang uterus, di
bagian luar tuba dan di ovarium.
Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di pelvio peritonium dan
di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.
Tanda dan gejala
Nyeri perut bagian bawah dan di daerah panggul progresif.
Disminorea (nyeri hebat di perut bagian bawah saat haid yang menganggu aktifitas).
Dispareunea (nyeri ketika melakukan hubungan seksual), disebabkan karena adanya
endometriosis di kavum douglas.
Nyeri ketika buang air besar atau kecil (disuria), khususnya pada saat menstruasi. Disebabkan
karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
Poli dan hipermenorea (siklus lebih pendek dari normal < 21 hari, darah lebih banyak atau
lama dari normal lebih dari 7 hari).
Infertilitas (kemandulan), apabila mobilitas tuba terganggu karena fibriosis dan karena
perlekatan jaringan disekitarnya.
Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spoting sebelum menstruasi).
Haid yang banyak (menorragia)
ENDOMETRITIS
A. PENGERTIAN
- Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994).
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G.,
1998).- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan
komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
B. ETIOLOGI
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya
adariwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya
dariendometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan
melahirkan.(Taber, B. 1994).Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan
infeksi pada wanita adalah:- Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.-
Pecahnya ketuban berlangsung lama.- Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan
disertai pecahnya ketuban.- Teknik aseptik tidak dipatuhi.- Manipulasi intrauterus
(pengangkatan plasenta secara manual).- Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.- Kelahiran
secara bedah.- Retensi fragmen plasenta/membran amnion
C. KLASIFIKASI
Menurut Wiknjosastro (2002),-
a. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum.Pada endometritis post partum
regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehinggaendometritis post partum pada
umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortumterutama terjadi pada abortus
provokatus.Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada
pemeriksaanmikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf
yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah
infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis
akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkanendometritis akut. Infeksi gonorea akan
dibahas secara khusus.Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium,
ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam
hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi,
kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri
pada perabaan.Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di
luar partus atauabortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan
IUD (intra uterinedevice) ke dalam uterus, dan sebagainya.Tergantung dari virulensi kuman
yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium,
atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-
kuman yang tidak seberapa patogen padaumumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisanfungsional dari endometrium pada waktu haid.
Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar
infeksi tidak menjalar.Gejalanya :
-Demam
-Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar flour yang purulent
-Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
-Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri
Terapi :
-Uterotonika.
-Istirahat, letak fowler.
-Antibiotika.
-Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat
diberiestrogen.-
b. Endometritis kronika
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak
dalammasuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan
lapisanfungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik
ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya
karena sel itu jugaditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium.Gejala-gejala klinis
endometritis kronika adalah leukorea dan menorargia.Pengobatan tergantung dari
penyebabnya.Endometritis kronis ditemukan:
1. Pada tuberkulosis.
2. Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
3. Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri
4. Pada polip uterus dengan infeksi.
5. Pada tumor ganas uterus.
Pada salpingo ± oofaritis dan selulitis pelvik.Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir
setengah kasus-kasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada
tengah-tengah endometrium yang meradangmenahun.Pada abortus inkomplitus dengan sisa-
sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vilikorealis di tengah-tengah radang
menahun endometrium.Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus,
terdapat peradangan danorganisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.Endometritis kronika yang lain umumnya
akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asingatau polip/tumor dengan infeksi di
dalam kavum uteri.
Gejalanya :
-Flour albus yang keluar dari ostium.
-Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.Terapi :
-Perlu dilakukan kuretase.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya
tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea tertahan oleh
darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat
menyebabkankenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada
endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang
tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai
hari ke 3 suhumeningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi
menurun, dandalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada
endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak
boleh menimbulkananggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang
disertai oleh lokheayang sedikit dan tidak berbau.Gambaran klinik dari endometritis:
-nyeri abdomen bagian bawah.
-Mengeluarkan keputihan (leukorea).
-Kadang terjadi pendarahan.
Dapat terjadi penyebaran.
- Miometritis (pada otot rahim).
- Parametritis (sekitar rahim).
- Salpingitis (saluran otot).
- Ooforitis (indung telur).
- Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.(Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
- Takikardi 100-140 bpm.
- Suhu 30 ± 40 derajat celcius.
- Menggigil.-
- Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
- Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
- Sub involusi.
- Distensi abdomen.
-Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen.
- Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
- Jumlah sel darah putih meningkat.
E. PATOFISIOLOGI
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan
waktusingkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang
tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama
dengan bekuandarah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang
dan daerah sehatterdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat
batas endometriumdapat dilampaui dan terjadilah penjalaran
F. KOMPLIKASI
- Wound infection- Peritonitis- Adnexal infection.- Parametrial phlegmon- Abses pelvis- Septic
pelvic thrombophlebitis.
G. PENATALAKSANAAN
- Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasiklinis
daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri
yangdiisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.-
Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambahterapi
pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat
mulut.Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang
memadai.- Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau
post partum.- Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak
manfaatnya.- Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan
plasenta yangtertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting.
Jaringan plasentayang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dansalpingo ± oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah
meluas melampauiendometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok,
hemolisis, gagalginjal)
Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUP Bandung. (1981). Obstetric Patologi.Bandung: Elstar
Offset.
Barlzad, A. (1993). Endokrinologi Ginekologi.Jakarta: KSERI. Media Aesculapius.
Doengoes, Marilynn. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien.Jakarta: EGC.
Duenhoelter, J.H. (1989). Ginekologi greenhill (edisi 10)Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran (Jilid 1).Jakarta: Media Aesculapius.
Simmons, Gema T. (2005). Endometritis. Available
at: http://www .emedicine.com/med/topic 676.htm. September 15th, 2005.
Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.Jakarta: EGC.
Varney, H. (2002). Buku Saku Bidan.Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wiknjosastro, H. (1991). ILMU KEBIDANAN. Edisi III.Jakarta : Gramedia.
Endometriosis sebagai Penyebab InfertilitasBAB IPENDAHULUANA. Latar
BelakangInfertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia
kedokteran.Namun sampaisaat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan
infertil untuk memperoleh anak.Dimasyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai
ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak
atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai
kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah
ketidakmampuanmutlak untuk memiliki keturunan.Menurut catatan WHO, diketahui
penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktorTuba fallopii (saluran telur)
36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidakdiketahui sekitar
26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkanoleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.Beberapa wanita
terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang merupakan salahsatu
penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa sebenarnya
endometriosistersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi
yang pasti belumdiketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup
tinggi. Misalnya, pada wanita yangdilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan
endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanitadengan infertilitas yang belum
diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%;sedangkan pada wanita
dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%.Diperkirakan prevalensi
endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipunendometriosis dikatakan
penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pulaendometriosis pada usia remaja
dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baikpada usia remaja, maupun
pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.Endometriosis selama kurang
lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yangmeningkat. Angka kejadian
antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan
pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yangberasal dari
golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwaendometriosis
lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yangtidak
mempunyai banyak anak. Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus
tanpadiselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya
endometriosis.Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali
Badziad, 1992, adalahsebesar antara 20-60 %. Pada infertilitas primer angka kejadian
endometriosis yang terjadi sebesar25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka
kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angkakejadian endometriosis yang dilaporkan oleh
Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usiaproduktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita
infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosisditemukan kurang lebih 30% pada wanita
infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosispada seluruh laparatomi dari
berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase
kasus endometriosis pada wanita mendasari studykasus ini untuk mengkaji lebih
dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas.
o nyeri pada saat buang air besaro darah pada feceso diare, konstipasi dan koliko nyeri
sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecilPencegahan dan Pengobatan Endometriosis
• Pencegahan Endomet
riosisMeigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik
untukendometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada
waktu dan sesudahkehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang
endometriosis. Oleh sebab ituhendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan
sesudah perkawinan hendaknya diusahakansupaya mendapat anak-anak yang diinginkan
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikianitu tidak hanya merupakan profilaksis
yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindariterjaidnya infertilitas sesudah
endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudahendometriosis timbul.
Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokanpada waktu
haid, karena dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan kerongga
panggul.
• Pengobatan Endometriosis
Pengobatan yang diberikan tergantung pada gejala, rencana mempunyai anak, usia dan
luasnyadaerah yang terkena. Pengelolaan endometriosis dengan obat-obatan
tidak menyembuhkan,endeometriosis akan kambuh setelah pengobatan dihentikan. Pada
wanita dengan endometriosisringan sampai berat, terutama dengan kasus infertilitas, maka
diperlukan pembedahan untukmembuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis dan
mengembalikan fungsi reproduksi.1) Pengobatan HormonalTabel. Pengobatan hormonal
pada endometriosisNo Cara terapi Efek Efek samping1 Gn RH agonis ooforektomi Asiklik
estrogen rendah Keluhan vasomotor atrofi ciri seks sekunderasteoporosis2 Danazol
metiltestosteron Asiklik estrogen rendah Peningkatan berat badan, break thoughbleeding,
akne, kulit berminyak, perubahan suara hirsutisme,3 Medroksipogesteron asetat gastrinon
noretisteron Asiklik estrogen rendah bleeding Peningkatanberat badan, break, throuh
bleeding, depresi, kloating4 Kontrasepsi oral nonsiklik Asiklik estrogen mual, progestogen
tinggi, progestogen tinggi Mual,breakhrough bleedingSumber : Winkjosastro,1999:
321Macam pengobatan hormonal untuk terapi endometriosis1. Androgen, yaitu preparat yang
dipakai adalah metiltestoteran sublingual dengan dosis 5-10 mgperhari. Biasanya diberikan
10 mg per hari pada bulan pertama dilanjutkan dengan 5 mg perhariselama 2-3 bulan
berikutnya. Kekurangan adalah: a) Timbulnya efek samping maskulinisasi terutamapada
dosis melebihi 300 mg perbulan/ pada terapi jangka panjang. b) Masih mungkin terjadi
ovulasi,terutama pada dosis 5 mg per hari. c) Bila terjadi kehamilan akan menimbulkan cacat
bawaan pada janin. Keuntungan adalah: a) Digunakan untuk mengurangi nyeri/ dispaneuri. b)
Meningkatkanlibido.2. Estrogen-progesteron, terapi standar yang dianjurkan adalah 0,03 mg
etinil estradiol, kekuranganadalah terjadi mual, muntah dan perdarahan. Keuntungan adalah
dilaporkan bahwa dengan terap
ini 30 %, penderita menyatakan keluhannya bekurang dan 18 % secara obyektif
mengalamikesembuhan.3. Progestogen, dosis yang dipakai adalah medroksiprogesteron
asetat 30-50 per hari ataunoretiston asetat 30 mg per hari kekurangan adalah menghambatan
ovulasi, sedangkankeuntungannya adalah terjadinya kehamilan lagi setelah terapi yaitu rata-
rata sebesar 26 %.4. Danazol, dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan atau sedang
adalah 400 mg/ hari.Sedangkan untuk yang berat diberikan sampai dengan 800 mg perhari.
Kekurangan adalah terjadiacne, kulit berminyak, perubahan suara, pertambahan berat
badan dan edema. Sedangkankeuntungannya dapat mengurangi ukuran endometrioma dan
menghilangkan rasa nyeri2) Pembedahan1. Pembedahan konservatif dilakukan pada
pasien dengan intentilitas dan sudah tua, yaitu denganmerusak seluruh endometriosis dan
memperbaiki keadaan pelvis dengan cara neuroktomi presakral.2. Pembedahan definitif
dilakukan pada pasien yang tidak ingin hamil atau beberapa gejala. Jenispemebdahannya
yaitu histerektomi total, salpingi, ooforektomi bilateral, dan eksisi tempatendometriosis.Perlu
diingat terlebih dulu harus ditentukan apakah fungsi ovarium dipertahankan atau
tidak. Fungsiovarium dipertahankan pada endometriosis dini, tidak adanya gejala dan pasien
usia muda yangmasih punya anak. Fungsi ovarium dihentikan bila endometriosis sudah
menyerang pelvis secara luaskhususnya pada wanita usia lanjut.3) Pembedahan
RadikalPembedahan dilakukan dengan mengangkat rahim dan ovarium di samping
membersihkan jaringanendometriosisnya. Hal ini hanya dilakukan pada wanita dengan
endometriosis hebat yang tidakmengalami perbaikan dengan pengobatan lain dan tidak lagi
mengharapkan kehamilan. Setelahdilakukan pembedahan diberikan terapi pengganti
estrogen, karena pengangkatan rahim danovarium menimbulkan akibat yang sama dengan
menopause. Terapi pengganti ini diberikan 4-6bulan setelah pembedahan agar semua jaringan
endometriosis yang tersisa sudah habis dan tidakterbentuk kembali di bawah pengaruh
estrogen.BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan1. Endometriosis adalah suatu keadaan dimana
jaringan yang hanya ada dalam rahim, dapatditemukan di bagian lain dalam tubuh. Keadaan
ini menimbulkan rasa nyeri, terutama pada saat haiddan dapat menyebabkan infertilitas
(mandul).2. Faktor-faktor Endometriosis
• Menstruasi retrograd, di mana sebagian aliran darah menstruasi dari rahim keluar ke rongga perut
melalui tuba
• Gangguan sistem kekebalan yang memungkinkan sel
-sel endometrium melekat dan berkembang
• Kelainan genetis• Jaringan endometrium menyebar melalui sistem kelenjar getah bening dan aliran
darah• Faktor lingkungan, misalnya paparan terhadap dioxin
3. Gejala-gejala Endometriosis
1. Nyeri, hebatnya nyeri ditentukan oleh lokasi endometriosiso nyeri pada saat menstruasio
nyeri selama dan sesudah hubungan intimo nyeri ovulasinyeri pada pemeriksaan dalam oleh
dokter2. Perdarahano perdarahan banyak dan lama pada saat menstruasio spotting sebelum
menstruasio menstruasi yang tidak teraturo darah menstruasi yang berwarna gelap yang
keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi3. Keluhan buang air besar dan kecilo
nyeri pada saat buang air besaro darah pada feceso diare, konstipasi dan koliko nyeri
sebelum, pada saat dan sesudah buang air kecil4. Pencegahan dan Pengobatan Endometriosis
• Pencegahan
kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis.
• Pengobatan
Ada 3 cara pengobatan Endometriosis yaitu :1. Pengobatan Hormonal2. Pembedahan3.
Pembedahan Radikal
DAFTAR PUSTAKADiyoyen.2009. Endometriosis dan Adenomiosis.
http://www.majalahfarmacia.comJayanti, Y. 2009. Karya Tulis Ilmiah. Asuhan Kebidanan
Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. Tdengan Endometriosis di RSUD Dr Moewardi
Surakarta.Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
Untuk PendidikanBidan. Jakarta: EGC ______. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin
Obstetri Genikologi dan KB. Jakarta