osseous choristoma periodonsium-etika
DESCRIPTION
perioTRANSCRIPT
Osseous choristoma periodonsium
Abstrak
Osseus choristoma adalah lesi jinak dan jarang kavitas rongga mulut yang terjadi
biasanya pada lidah. Lesi ini tampak sebagai masa tumor struktur tulang normal
dengan sel mature pada posisi ektopik. Beberapa lesi menggambarkan malformasi
perkembangan, sedangkan yang lain merupakan lesi reaktif, setelah iritasi kronis atau
trauma. Ini merupakan kasus osseous choristoma periodonsium pada aspek lingual
mandibula posterior yang pertama kali dilaporkan.
PENDAHULUAN
Lesi osseous/tulang dan kartilago jaringan lunak intraoral adalah tidak umum. Kroll
dkk melaporkan 24 kasus lesi tulang jaringan lunak intraoral. Mereka lebih menyukai
istilah, choristoma, untuk lesi tersebut, karena mereka menggambarkan tumor seperti
pertumbuhan jaringan yang normal secara histology pada lokasi abnormal.
Berdasarkan beberapa peneliti, choristoma berarti pertumbuhan seperti tumor yang
berkembang dari kelompok sel primordial yang terletak pada tempat yang jauh dari
jaringan atau organ asal. Istilah osteoma didefinisikan sebagai neoplasma tulang yang
jinak, semakin membesar yang berasal dari jaringan osteogenik, dan sangat
berhubungan dengan bagian struktur skeletal. Tapi, sebagian besar peneliti
menyatakan bahwa sifat biologis lesi tidak sesuai dengan kriteria neoplasma, dan
tidak terdapat hubungan erat dengan tulang rangka. Osseous choristoma (OC)
merupakan tumor yang jarang, terdiri dari tulang lamellar normal dan terjadi pada
tempat dimana tulang pada umumnya tidak ditemukan. Choristoma terjadi sebagian
besar sering pada lidah dan kurang umum ditemukan pada tempat lain seperti mukosa
bukal dan mukosa alveolar. Kejadian lesi tersebut pada periodonsium adalah sangat
jarang. Kita melaporkan kasus osseous choristoma dimana terjadi pada aspek lingual
regio premolar kedua dan molar pertama kiri.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki usia 46 tahun melapor ke Postgraduate Clinis, Departemen
Periodonsia, Jaipur Dental College and Hospital, Rajasthan, India, untuk evaluasi
pertumbuhan abnormal pada rahang bawah (Gambar 1). Sebaliknya dia dalam
kesehatan yang baik, dan riwayat medis dan keluarganya tidak mendukung. Pasien
melaporkan bahwa terdapat pertumbuhan pada lingual yang berhubungan dengan gigi
premolar kedua dan molar pertama selama 4 tahun. Pada awalnya tumbuh kecil, tapi
meningkat ukurannya dalam empat bulan terakhir. Lesi asimtomatik, tapi, lesi mulai
mengganggu pengunyahan.
Pemeriksaan visual menunjukkan sedikit peningkatan masa pada aspek lingual
premolar kedua kiri dan molar pertama rahang bawah. Dan juga, pasien memiliki
torus mandibula bilateral dalam hubungannya dengan premolar kedua. Mukosa
dibawahnya tampak normal dan margin berbatas jelas. Palpasi menunjukkan masa
keras, tidak sakit, berbatas jelas, tidak bergerak, dan padat, diamater sekitar 10 mm.
Kehilangan perlekatan klinis 12 mm tercatat antara gigi premolar kedua dan molar
pertama kiri. Radiograf oklusal mandibula dan panoramik menujukkan masa berbatas
jelas, bulat radiopak pada aspek lingual sisi kiri rahang bawah.
Diagnosa banding mencakup peripheral ossifying fibroma dan fibrous hyperplasia.
Pengambilan masa dilakukan dengan diseksi tajam dan tumpul dibawah anastesi
lokal. Masa eksisi sekitar 10 mm diameternya. Spesimen difiksasi pada 10% formalin
dan dikirim untuk pemeriksaan histopatologi. Pasien diberikan resep amoksisilin oral
500 mg (tiga kali sehari) selama tujuh hari. Tidak terdapat komplikasi postoperatif
dan pemeriksaan klinis dan radiografis, tiga bulan post operasi, menunjukkan area
penyembuhan normal dan tidak ada kekambuhan masa.
Spesimen patologi terdiri dari 1x0,8x0,8 cm, masa putih coklat dengan permukaan
halus (Gambar 2). Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan masa berbatas jelas terdiri
dari tulang lamellar dengan kanal Haversian dikelilingi oleh jaringan ikat fibrous
padat. Epitel dibawahnya adalah epitel squamous berlapis ortho-keratin (Gambar 3
dan 4). Satu tahun follow-up menujukkan tidak adanya kekambuhan (Gambar 5).
PEMBAHASAN
Choristoma (jaringan heterotopik) didefinisikan sebagai proliferasi jaringan normal
secara histology atau tipe nodul jaringa lunak yang tidak normal ditemukan pada
tempat anatomis proliferasi. Beberapa tipe jaringan yang berbeda dapat terjadi pada
mulut sebagai choristoma. Hal tersebut mencakup tulang, kartilago, mukosa lambung,
jaringan glial, dan masa seperti tumor kelenjar keringat. Tapi, chirostoma yang paling
sering ditemukan di kavitas rongga mulut adalah pada tulang. Lesi tersebut juga
disebut sebagai osteoma jaringan lunak, tapi osseous choristoma merupakan istilah
yang lebih akurat, karena lesi bukan merupakan neoplasma nyata.
Rentang usia untuk kasus intraoral choristoma yang dilaporkan adalah antara 8 dan
37 tahun; tapi, mayoritas didianosa pada wanita antara usia 20 dan 40 tahun. Sebagian
besar intraoral choristoma berkembang pada area foramen caecum, tapi lesi
dilaporkan pada permukaan anterior dan ventrolateral lidah; pada mukosa bukal dan
alveolus lingual mandibula. Secara klinis, ini berkembang sebagai nodular keras atau
lesi bertangkai antara 0,5 dan 2,0 cm ukurannya. Sebagian besar pasien tidak
menyadari lesi tersebut, tapi gejala rasa sakit, disfagia, sumbatan, tersedak, dan
nausea/mual telah dilaporkan.
Karena intraoral choristoma adalah jarang, sebagian besar lesi tersebut salah
didiagnosa sebagai tumor jaringan lunak lain. Diagnosa banding untuk intraoral
choristoma tergantung pada lokasi lesi. Bila lesi terletak dekat foramen caecum,
nodula tiroid lingual harus dipertimbangkan. Tonsil lingual hiperplastik dan
neoplasma kelenjar saliva harus juga disertakan dalam diagnosa banding. Bila lesi
terletak pada aspek anterior dan lateral lidah, fibroma, tumor sel granular, dan neural
tumor harus dipertimbangkan. Lesi pada permukaan ventral lidah dapat menyerupai
neoplasma kelenjar saliva, fenomena retensi mucus, lipoma, tumor neural. OC lidah
sebagian besar asimtomatik, walaupun beberapa pasien dapat menunjukkan gejala
rasa sakit, disfagia, sensasi benda asing, iritasi tenggorokan, mendengkur, nausea, dan
gangguan pada saat menggerakkan lidah.
Bila lesi terletak pada alveolar ridge, peripheral giant cell granuloma atau fibrous
hyperplasia harus disertakan. Pada diagnosa banding, bila lesi bertangkai dan
memiliki permukaan verrukal, secara klinis dapat menyerupai papilloma.
Walaupun terdapat berbagai teori mengenai etiologi OC, asalnya yang benar masih
tidak diketahui dan baik berasal dari perkembangan atau trauma telah dilaporkan.
Osifikasi sisa lengkung brankial, osifikasi kalsifikasi jaringan limfatik, dan sisa
kelenjar tiroid semua menujukkan kemungkinan etiologi. Pada laporan kasus disini,
trauma dianggap sebagai faktor etiologi yang memungkinkan.
Secara histology, intraoral choristoma terdiri dari masa berbatas jelas tulang lamellar
hidup dengan sistem kanal Haversian yang berkembang baik, masa kartilago aktif
yang berkembang baik, atau gabungan tulang dan kartilago yang dikelilingi oleh
jaringan ikat fibrous padat. Adakalanya, hematopoeietik atua sumsum lemak
dilaporkan pada lesi tulang. Aktivitas osteoblastik atau osteoklastik jarang terdapat.
Masa intraoral unilateral dapat diakibatkan oleh jumlah kondisi patologis berbagai
sumbernya. Pada diagnosa banding kasus ini, peripheral ossifying fibroma, osifikasi
heterotopik, dan torus dipertimbangkan.
Peripheral ossifying fibroma (POF) dapat muncul dari sel mesenkim ligament
periodontal dimana dapat menghasilkan hiperplasi. Sel pluripoten perubahan ligament
periodontal atau perubahan metalplastik pada osteoblas, sementoblas, dan fibroblast,
POF pasti berhubungan dengan jaringan gingiva dan diagnosa tidak dapat digunakan
untuk lesi pada tempat jaringan rongga mulut lain. Sheperd melaporkan hal ini
sebagai alveolar exostosis pada tahun 1844. Ini tidak sakit, mudah berdarah, masa
berlobul pada gingiva, atau mukosa alveolar dengan lapisan besar ulserasi. Lesi awal
tidak teratur dan merah, tapi lesi lama memiliki permukaan merah muda salmon halus
dan tidak dapat dibedakan dari fibroma iritasi. POF berukuran 1-2 cm dan dapat
membesar hingga 4 cm. pertumbuhan awal cepat, dan kadang-kadang, banyak lesi
dapat terjadi. Secara mikroskopis, proliferasi submukosa primitive, sel mesenkimal
oval merupakan tanda POF. Pulau-pulau dan trabekula berombak tulang lamella
dengan lingkaran osteoblastik dikelilingi oleh sel inflamasi kronis dapat terlihat. POF
secara eksklusif ditemukan pada permukaan tulang alveolar. Tidak ada kartilago atau
sumsum tulang yang dihasilkan oleh POF. Sedangkan OC menunjukkan proliferasi
mukosa tulang matur normal atau kartilago didalam stroma fibrovaskular dengan
pseudoenkapsulasi. Tulang lamellar dengan sumsum lemak dapat terjadi.
Osifikasi heterotopik menujukkan fibroblast dan tulang reaktif dengan lingkaran
osteoblastik dan biasanya terdapat pada otot. Kemungkinan banyak torus juga
terdapat. Tapi torus muncul dari tulang dimana tidak terlihat pada kasus kita.
Intraoral choristoma dirawat dengan cara eksisi bedah. Pada sebagian besar kasus
dengan follow-up, kekambuhan tidak dilaporkan. Dan hal yang sama, pada kasus
yang dibahas ini, tidak terdapat kekambuhan setelah satu tahun follow-up (Gambar
5).
Lesi yang dilaporkan disini adalah tipe osseous choristoma yang jarang dan
merupakan kasus OC yang pertama kali dilaporkan yang berasal dari periodonsium.
Jumlah kasus yang dilaporkan tidak cukup, untuk menjelaskan secara lengkap OC.
Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai OC, laporan kasus baru
harus mencakup temuan klinis, radiografis, dan histology dan laporan follow-up.