osis.man2kotamalang.sch.idosis.man2kotamalang.sch.id/.../uploads/2020/11/xi-ppkn.docx · web...

37
RANGKUMAN PPKN SEMESTER GANJIL by @a.sensiorekta BAB I “Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila” A. KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA 1. Makna Hak Asasi Manusia Hak asasi manusia atau HAM adalah hak dasar manusia menurut kodratnya yang mencakup tiga hal yaitu hidup, kebebasan, dan kebahagiaan. UU RI nomor 39 tahun 1999 HAM memiliki arti yakni, “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.” Jan Materson mengartikan HAM sebagai hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak itu manusia tidak bisa hidup sebagai manusia. HAM sebagai hak alamiah yang melekat pada diri manusia dari dalam kandungan dan sampai ia mati. HAM sebagai alat untuk menjaga harkat dan martabat manusia. Ciri-ciri HAM ada 4, yaitu: Hakiki: HAM sudah ada sejak kita dalam kandungan. Universal : HAM berlaku untuk semua, tanpa memandang apapun. Tidak dapat dicabut : HAM tidak dapat dicabut atau diberikan ke orang lain. Tidak dapat dibagi: semua orang berhak mendapatkan semua haknya dengan rata. 2. Makna Kewajiban Asasi Manusia

Upload: others

Post on 20-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RANGKUMAN PPKN SEMESTER GANJIL

by @a.sensiorekta

BAB I

“Harmonisasi Hak dan Kewajiban Asasi Manusia dalam Perspektif Pancasila”

A. KONSEP HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA

1. Makna Hak Asasi Manusia

· Hak asasi manusia atau HAM adalah hak dasar manusia menurut kodratnya yang mencakup tiga hal yaitu hidup, kebebasan, dan kebahagiaan.

· UU RI nomor 39 tahun 1999 HAM memiliki arti yakni, “Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”

· Jan Materson mengartikan HAM sebagai hak-hak yang melekat pada diri manusia dan tanpa hak itu manusia tidak bisa hidup sebagai manusia.

· HAM sebagai hak alamiah yang melekat pada diri manusia dari dalam kandungan dan sampai ia mati.

· HAM sebagai alat untuk menjaga harkat dan martabat manusia.

· Ciri-ciri HAM ada 4, yaitu:

· Hakiki: HAM sudah ada sejak kita dalam kandungan.

· Universal: HAM berlaku untuk semua, tanpa memandang apapun.

· Tidak dapat dicabut: HAM tidak dapat dicabut atau diberikan ke orang lain.

· Tidak dapat dibagi: semua orang berhak mendapatkan semua haknya dengan rata.

2. Makna Kewajiban Asasi Manusia

· Kewajiban secara sederhana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

· Pasal 1 ayat (2) UU RI Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa, kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM.

· Relasi anatar HAM dan KAM ialah adanya hubungan kausalitas dimana apabila kita telah menyelesaikan kewajiban kita maka akan mendapat hak kita. [kerja -> upah]

· Banyaknya kesenjangan antara HAM dan KAM terjadi karena ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban, sehingga tercipta sebuah kesenjangan dalam kehidupan.

B. SUBSTANSI HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA

@Rici

Kata substansi di KBBI berarti: watak yang sebenarnya dari sesuatu; isi; pokok; inti;. Sehingga substansi HAM dalam pancasila maksudnya HAM sebagai hak asasi manusia sejalan dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Salah satu karakteristik hak dan kewajiban asasi manusia adalah bersifat universal.

Tapi, karakteristik penegakan HAM berbeda antara berbagai negara. Ideologi, kebudayaan, dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara akan memengaruhi pola penegakan hak asasi manusia di suatu negara.

Di Indonesia, dalam proses penegakan HAM berdasar pada ideologi negara yaitu Pancasila, yang selalu mengedepankan keseimbangan antara hak dan kewajiban. Pancasila merupakan ideologi yang mengedepankan nilai-nilai kemanusian. Pancasila sangat menghormati hak dan kewajiban asasi setiap warga negara maupun bukan warga negara Indonesia.

Pancasila menjamin itu semua? Pancasila menjamin hak dan kewajiban asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Nilai-nilai itu adalah: nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis.

1. Nilai Dasar Pancasila serta Hak dan Kewajiban asasi didalamnya

Nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila Pancasila. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal, sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan melekat pada kelangsungan hidup negara. Hubungan antara hak dan kewajiban asasi manusia dengan nilai dasar Pancasila:

Sila 1 Menjamin hak kemerdekaan untuk memeluk agama, melaksanakan ibadah dan kewajiban untuk menghormati perbedaan agama.

Sila 2 Menempatkan hak setiap warga negara pada kedudukan yang sama dalam hukum serta memiliki kewajiban dan hak-hak yang sama untuk mendapat jaminan dan perlindungan hukum.

Sila 3 Mengamanatkan adanya unsur pemersatu di antara warga negara dengan semangat gotong royong, saling membantu, dan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

Sila 4 Dicerminkan dalam kehidupan pemerintahan, bernegara, dan bermasyarakat yang demokratis. Menghargai hak setiap warga negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.

Sila 5 Mengakui hak milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat.

2. Nilai Instrumental Pancasila serta Hak dan Kewajiban Asasi di dalamnya

Nilai instrumental yakni: penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila. Nilai instrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar ( instrumental merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila).

Wujud nilai instrumental umumnya berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari UUD RI Tahun 1945 sampai dengan perda. Hak dan kewajiban asasi manusia juga dijamin dan diatur oleh nilai-nilai instrumental Pancasila. Adapun, peraturan perundang-undangan yang menjamin hak asasi manusia di antaranya sebagai berikut.

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terutama Pasal 28 A – 28 J.

b. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia. Di dalam Tap MPR tersebut terdapat Piagam HAM Indonesia.

c. Ketentuan dalam undang-undang organik, yaitu:

· Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1998 tentang Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia.

· Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

d. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu)

· Nomor 1 Tahun 1999 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.

e. Ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.

· Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat.

f. Ketentuan dalam Keputusan Presiden (Kepres).

· Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.

· Keputusan Presiden Nomor 83 Tahun 1998 tentang Pengesahan Konvensi Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan untuk Berorganisasi.

3. Nilai Praksis Sila-Sila Pancasila serta Hak dan Kewajiban asasi didalamnya

Nilai praksis yakni: realisasi nilai-nilai instrumental suatu pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai praksis Pancasila selalu berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.

Hak asasi manusia dalam nilai praksis Pancasila dapat terwujud apabila nilai-nilai dasar dan instrumental Pancasila itu sendiri dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh warga negara. Sikap yang menunjukkan pelaksanaan nilai praksis setiap sila pancasila di antaranya adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

· Saling hormat dan bekerja sama antar umat beragama sehingga terbina kerukunan hidup

· Saling menghormati kebebasan beribadah sesuai agama/ kepercayaannya

· Tidak memaksakan agama dan kepercayaan pada orang lain

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

· Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antara sesama manusia

· Saling mencintai sesama manusia

· Tenggang rasa kepada orang lain

· Tidak semena-mena kepada orang lain

· Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan

· Berani membela kebenaran dan keadilan

· Hormat-menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain

3. Persatuan Indonesia

· Mnempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan

· Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

· Cinta tanah air dan bangsa

· Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia

· Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan

· Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat

· Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

· Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama

· Menerima dan melaksanakan setiap keputusan musyawarah

· Mempertanggungjawabkan setiap keputusan musyawarah secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

· Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

· Menghormati hak-hak orang lain

· Menjauhi tindak pemerasan kepada orang lain

· Menjauhi sifat boros dan gaya hidup mewah

· Rela bekerja keras

· Menghargai hasil karya orang lain

C. KASUS PELANGGARAN HAM DI INDONESIA

1) Peristiwa Tanjung Priok (1984)

Peristiwa yang terjadi pada 12 September 1984 dipicu oleh masalah SARA. Dalam peristiwa ini diduga terjadi pembunuhan, penangkapan secara sewenang-wenang, penyiksaan dan penghilangan orang secara paksa.

2) Peristiwa Aceh (1990-1998)

Peristiwa ini terjadi ketika Daerah Operasi Militer (DOM) diberlakukan di Aceh. Tragedi pelanggaran HAM terjadi diduga karena dipicu oleh unsur politis tertentu yang menginginkan Aceh menjadi negara merdeka. Banyak tindakan kekerasan dirasakan oleh rakyat Aceh, mulai dari pembunuhan hingga penculikan dan penyiksaan.

3) Kasus Terbunuhnya Marsinah (1993)

Marsinah merupakan seorang buruh pabrik PT CPS yang aktif dalam unjuk rasa untuk memperjuangkan nasib para buruh. Dikabarkan hilang setelah unjuk rasa dan ditemukan meninggal dunia dengan luka bekas penganiayaan. Kasus ini menjadi kasus pelanggaran HAM yang banyak disorot hingga kini.

4) Kasus Terbunuhnya Wartawan Udin (1996)

Fuad Muhammad Syafrudin atau Udin adalah seorang wartawan harian Bernas yang cukup kritis. Beliau meninggal stetelah diserang oleh dua orang laki-laki yang tidak dikenal. Penyerangan diduga karena penyelidikan dan tulisan Udin mengenai kasus korupsi dan manipulasi.

5) Tragedi Trisakti dan Semanggi 1998

Tragedi Trisakti berawal pada tahun 1998. Ekonomi Indonesia mulai goyah dikarenakan krisis moneter pada waktu itu. Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi untuk menuntut kestabilan, demonstrasi paling besar dilaksanakan di Jakarta. Demonstrasi juga menuntut pengunduran diri presiden Soeharto. Pada 12 Mei 1998 demonstrasi terjadi dan mengakibatkan 4 mahasiswa Universitas Trisakti meninggal dunia tertembus peluru tajam.

Pada 11-13 November 1998, terulang kembali aksi yang berujung pada tragedi Semanggi I. aksi ini merupakan tuntutan mahasiswa untuk menolak Sidang Istimewa MPR. Peristiwa ini menewaskan belasan orang baik dari masyarakat sipil maupun mahasiswa.

Satu tahun berselang, tragedi semanggi II terjadi pada 23 September 1999, aksi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menolak UU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB). Tragedi ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dari pihak Mahasiswa.

6) Peristiwa Kekerasan Timor Timur Pasca Referendum 1999

Timor Timur berintergrasi dengan Indonesia pada 17 Juli 1976. Perubahan politik serta desakan Internasional untuk segera menentukan nasib Sendiri memunculkan dua opsi bagi Timor Timur, yakni otonomi khusus atau lepas dari Indonesia. Pada 30 Agustus 1999 referendum diadakan dengan hasil mayoritas menyatakan untuk melepaskan diri dari NKRI. Pasca referendum, keadaan memanas dan terjadi banyak pelanggaran HAM seperti pembunuhan dan perusakan. Tercatat banyak warga sipil menjadi korban peristiwa ini.

7) Kasus Pembunuhan Munir (2004)

Munir dibunuh dalam penerbangan ke Amsterdam pada 7 September 2004. Ia tewas dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol, Amsterdam pukul 08.10 waktu setempat. Hasil otopsi kepolisian Belanda dan Indonesia menemukan Munir tewas karena racun arsenik. Hingga kini, kasus ini masih menjadi perdebatan besar dan disertai tuntutan keadilan oleh rakyat Indonesia terhadap pemerintah. Pembunuhan terjadi diduga akibat Munir memiliki dokumen mengenai banyak kasus HAM besar di Indonesia.

D. UPAYA PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA (HAM)

Bangsa Indonesia dalam proses penegakan HAM mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penegakan HAM di Indonesia tidak berorientasi pada pemahaman HAM liberal dan sekuler yang tidak selaras dengan makna sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Berkaitan dengan hal tersebut, Idrus Affandi dan Karim Suryadi menegaskan bahwa bangsa Indonesia dalam proses penegakan HAM sangat mempertimbangkan dua hal di bawah ini:

a. Kedudukan negara Indonesia sebagai negara yang berdaulat.

b. Pemerintah harus tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan hukum internasional tentang HAM yang disesuaikan ke sistem hukum nasional.

· Upaya yang dilakukan:

1) Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui Keppres Nomor 50 Tahun 1993. Keberadaan Komnas HAM diatur dalam UU RI Nomor 39 Tahun 1999 pasal 75 sampai pasal 99. Komnas HAM merupakan lembaga negara mandiri yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Beranggotakan 35 orang yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan ditetapkan oleh presiden. Masa jabatannya 5 tahun dan dapat diangkat lagi untuk satu kali masa jabatan. Wewenangnya:

· Melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah.

· Menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi.

· Menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada pemerintah dan DPR untuk ditindaklanjuti.

· Memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di pengadilan.

· Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan pengaduan kepada Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan, baik secara tertulis maupun lisan dan identitas pengadu yang benar.

2) Pembentukan Instrumen HAM

Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan penegakan hak asasi manusia. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga penegak hak asasi manusia. Antara lain:

a. Pada amandemen kedua UUD 1945 ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh, yaitu bab XA berisi mengenai hak asasi manusia, melengkapi pasal-pasal sebelumnya tentang masalah HAM.

b. Dalam Sidang Istimewa MPR 1998 dikeluarkan Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia, yaitu TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.

c. Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.

d. Diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang diikuti dengan dikeluarkannya Perpu Nomor 1 Tahun 1999 tentang pengadilan HAM yang kemudian ditetapkan menjadi sebuah undang-undang, yaitu Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

e. Ditetapkannya peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak yaitu:

· Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

· Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

· Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.

f. Meratifikasi instrument internasinal selama tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Contohnya:

· Konvensi Tentang Hak Politik Kaum Perempuan (Convention of Political Rights of Women). Telah diratifikasi dengan UU RI No. 68 Tahun 1958.

· Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elmination of Discrimination againts Women). Telah diratifikasi dengan UU RI No. 7 Tahun 1984.

· Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child). Telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990.

3) Pembentukan Pengadilan HAM

Dibentuk berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat yang diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia, baik perseorangan maupun masyarakat. Pengadilan HAM menjadi dasar bagi penegakan, kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.

BAB II

“Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila”

A. HAKIKAT DEMOKRASI

1. Makna Demokrasi

Menurut KBBI, demokrasi merupakan istilah politik yang berarti pemerintahan rakyat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam sebuah negara demokrasi kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh rakyat atau wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas.

Dalam pandangan Abraham Lincoln, demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dengan demikian, demokrasi adalah landasan dalam menata sistem pemerintahan negara yang terus berproses ke arah yang lebih baik. Menurut Moh. Mahfud MD pemerintahan berada ditangan rakyat mengandung makna 3 hal, yaitu:

a) Pemerintahan dari rakyat (government of the poeple)

b) Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)

c) Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)

Jadi, bila ketiga hal diatas dapat dijalankan dan ditegakkan dengan baik dalam tata pemerintahan, maka akan tercapailah suatu masyarakat yang demokratis, yang aman, tentran dan damai sesuai cita-cita rakyat bersama.

2. Klasifikasi Demokrasi

I. Berdasarkan Titik Berat Perhatiannya

· Demokrasi Formal

Demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan dalam bidang politik, tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Bentuk demokrasi ini dianut oleh negara-negara liberal.

· Demokrasi Material

Demokrasi yang dititik beratkan pada upaya menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan persamaan dalam bidang politik kurang diperhatikan bahkan kadang-kadang dihilangkan. Bentuk demokrasi ini dianut oleh negara-negara komunis.

· Demokrasi Gabungan

Demokrasi yang mengambil kebaikan serta membuang keburukan dari bentuk demokrasi formal dan material. Bentuk demokrasi ini dianut oleh negara-negara nonblok.

II. Berdasarkan Ideologi

· Demokrasi Konstitusional

Didasarkan pada kebebasan atau individualisme. Ciri khas pemerintahan demokrasi konstitusional adalah kekuasaan pemerintahannya terbatas dan tidak diperkenankan banyak melakukan campur tangan dan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Kekuasaan pemerintah dibatasi oleh konstitusi.

· Demokrasi Rakyat

Didasarkan pada paham marxisme-komunisme. Demokrasi rakyat mencita-citakan kehidupan yang tidak mengenal kelas sosial. Menurut Mr. Kranenburg demokrasi rakyat lebih mendewakan pemimpin. Sementara pandangan Miriam Budiardjo, komunisme tidak hanya merupakan sistem politik, tetapi juga mencerminkan gaya hidup yang berdasarkan nilai-nilai tertentu.

III. Berdasarkan Proses Penyaluran Kehendak Rakyat

· Demokrasi Langsung

Paham demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara atau undang-undang secara langsung.

· Demokrasi Tidak Langsung

Paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan. Penerapan demokrasi seperti ini berkaitan dengan kenyataan suatu negara yang jumlah penduduknya semakin banyak, wilayahnya semakin luas, dan permasalahan yang dihadapinya semakin rumit dan kompleks. Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan umum .

B. DINAMIKA PENERAPAN DEMOKRASI PANCASILA

· Makna Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila artinya demorasi yang berlandaskan Pancasila. Tergambar dalam sila keempat pada Pancasila yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan merupakan bentuk demokrasi di negara kita.

· Prinsip Demokrasi pancasila

Ahmad Sanusi mengutarakan 10 pilar demokrasi konstitusional Indonesia menurut Pancasila dan UUD RI 1945.

a. Demokrasi yang Berketuhanan Yang Maha Esa, berarti kalau pemerintah menjalankan pemerintahan harus taat dengan nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.

b. Demokrasi dengan kecerdasan. Dalam pelaksanaan demokrasi harus memiliki kecerdasan rohani, kecerdasan akal, kecerdasan rasional, dan kecerdasan emosional.

c. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat, artinya rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.

d. Demokrasi dengan rule of law atau jaminan terciptanya keadilan. Hal ini memiliki 4 makna penting, dengan mengembangkan:

· Legal truth (kebenaran hukum), bukan demokrasi ugal-ugalan atau demokrasi manipulatif.

· Legal justice (keadilan hukum), bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan pura-pura.

· Legal security (kepastian hukum), bukan demokrasi yang membiarkan kesemrawutan atau anarki.

· Legal interest (kepentingan hukum), seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang menciptakan perpecahan, permusuhan, dan kerusakan.

e. Demokrasi adanya sistem pemisahan kekuasaan. Pemisahan kekuasaan berdasarkan Lembaga negara yang terpisah namun tetap terbagi dalam beberapa urusan yang saling berkaitan.

f. Demokrasi dengan hak asasi manusia. Negara membebaskan masyarakat untuk memleluk suatu agama atau kepercayaan dan meningkatkan taraf hidupnya supaya bisa hidup lebih baik.

g. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka. Pengadilan yang merdeka bebas dari pengaruh apapun, semua pihak bisa mencari dan menemukan hukum seadil-adilnya

h. Demokrasi dengan otonomi daerah, artinya kepala daerah boleh membangun dan memajukan daerahnya asalkan tidak bertentangan dengan UUD NRI 1945

i. Demokrasi dengan kemakmuran. Pemerintah harus memastikan kalau semua rakyat hidup dengan Makmur, dan memastikan tidak ada rakyatnya yang hidup tidak sejahtera.

j. Demokrasi yang berkeadilan sosial. Keadilan sosial adalah bentuk demokrasi yang harus didapatkan oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali.

· Karakter Demokrasi Pancasila

1. Kerakyatan

Memberi seluas-luasnya kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam pemerintahan

2. Permusyawaratan

Memancarkan keinginan untuk mewujudkan negara persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan atau golongan

3. Hikmat kebijaksanaan

Keinginan bangsa Indonesia bahwa demorasi diterapkan dengan didasari nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan.

· Nilai moral Demokrasi Pancasila

· Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia

· Adanya keseimbangan hak dan kewajiban

· Kebebasan untuk bertingkah laku

· Mewujudkan rasa keadilan sosial

· Pengambilan keputusan dengan musyawarah dan mufakat

· Mengutamakan persatuan nasional

· Menjunjung tinggi, cita-cita dan tujuan nasional

· Konstitusi tentang Demokrasi

1. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS), pasal 1

2. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)

3. UUD NRI 1945 sebelum mengalami perubahan

4. Tahun 1999 negara mengubah UUD NRI 1945 pasal 1 ayat (2)

· Indikator sistem pemerintahan demokrasi

Untuk melihat apakah suatu sistem pemerintahan adalah sistem yang demokratis atau tidak, dapat dilihat dari indikator-indikator yang dirumuskan oleh Affan Gaffar:

a. Akuntabilitas. Dalam demokrasi, setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah ditempuhnya.

b. Rotasi kekuasaan. Dalam demokrasi, peluang akan terjadinya rotasi kekuasaan harus ada dan dilakukan secara teratur dan damai.

c. Rekrutmen politik yang terbuka. Setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi suatu jabatan politik yang dipilih rakyat, mempunyai peluang yang sama.

d. Pemilihan umum. Pemilu merupakan sarana untuk melaksanakan rotasi kekuasaan dan rekrutmen politik. Semua orang berhak memilih dan dipilih dalam pemilihan umum.

e. Pemenuhan hak-hak dasar. Setiap warga negara dapat menikmati hak-hak dasar mereka secara bebas, seperti hak menyatakan pendapat.

· Perkembangan Demokrasi di Indonesia

· PERIODE 1945-1949 (DEMOKRASI PERJUANGAN)

· Pada periode ini fokus untuk mempertahankan kemerdekaan

· Adanya pemberian hak-hak politik secara menyeluruh

· Adanya pembatasan kekuasaan Presiden oleh KNIP yang berperan sebagai parlemen pada masa itu

· Munculnya partai-partai politik sebagai akibat dari adanya Maklumat Wakil Presiden yang menyerukan pendirian partai-partai politik.

· PERIODE 1949-1959 (DEMOKRASI PARLEMENTER/LIBERAL)

· Ditandai oleh 2x pergantian konstitusi, yakni:

1) UUD 1945 berubah menjadi Konstitusi RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950). Bentuk negara menjadi Serikat dengan sistem pemerintahan quasi parlementer.

2) Konstitusi RIS berubah menjadi UUDS 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959). Kembali menjadi NKRI dengan sistem pemerintahan parlementer

· Perwujudan penerapan demokrasi parlementer terbagi menjadi 6 wujud/elemen:

1) Parlemen memegang peran paling tinggi dalam politik, ditandai dengan sering munculnya mosi tidak percaya Parlemen kepada pemerintah

2) Pertanggungjawaban pemegang jabatan dan politisi pada umumnya sangat tinggi. Ditandai dengan kuatnya Parlemen dan Media Massa sebagai alat control sosial

3) Kehidupan kepartaian dapat berkembang secara maksimal. Ditandai dengan tidak ikut campurnya pemerintah terkait dengan rekrutmen partai politik.

4) Dilaksanakannya pemilu secara demokratis yang ditandai dengan diselenggarakannya pemilu pertama pada 1955.

5) Masyarakat menikmati hak-hak dasarnya secara utuh seperti hak untuk berserikat dan berkumpul, hak kebebasan pers, dan hak kebebasan berpendapat

6) Setiap daerah mendapat otonomi yang cukup

· PERIODE 1959-1965 (DEMOKRASI TERPIMPIN PADA MASA ORDE BARU)

· Latar belakang Demokrasi Liberal berakhir

· Adanya penolakan thd Konsepsi Presiden dan pembentukan Dewan Nasional yang dianggap sbg pelanggaran berat terhadap konstitusi

· Kegagalan Dewan Konstituante untuk membuat Undang-Undang dasar baru

· Kuatnya politik aliran

· Basis/pondasi sosial dan ekonomi yang masih sgt lemah

· Karena latar belakang tsb, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yg berisi ttg pembubaran Dewan Konstituante dan UUD 1945 kembali menjadi konstitusi RI.

· Menjadi Demokrasi Terpimpin (dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permus)

· Karakteristik Demokrasi Terpimpin

· Mengaburnya sistem kepartaian

· Dengan terbentuknya DPR-GR, Lembaga legislatif menjadi lemah

· Hak dasar manusia menjadi sangat lemah

· Kebebasan pers berkurang

· Terjadi sentralisasi kekuasaan

· PERIODE 1965-1998 (DEMOKRASI PANCASILA)

· Pada maret 1968, MPRS melantik Soeharto sebagai Presiden RI yang menandai lahirnya Orde Baru dan mulai diterapkannya Demokrasi Pancasila.

· Karakteristik Demokrasi Pancasila pada masa Orde Baru:

· Rotasi kekuasaan eksekutif jarang terjadi

· Rekrutmen politik bersifat tertutup

· Adanya pemilihan umum yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali

· Pelaksanaan hak dasar warga negara dibatasi

· PERIODE 1998-SEKARANG (DEMOKRASI PANCASILA PADA MASA REFORMASI)

· Latar belakang jatuhnya Pemerintahan Orde Baru

· Adanya krisis moneter yang kemudian menyebabkan krisis politik

· Munculnya krisis multidimensi, Rakyat sudah kehilangan kepercayaan kpd pemerintah

· Tekanan politik muncul dr luar negeri (dr Amerika Serikat), dan dr dalam negeri (Gerakan massa yang dimotori oleh Mahasiswa yg menuntut Soeharto mundur dari jabatannya sbg Presiden)

· Gedung DPR/MPR dikuasai oleh 15.000 mahasiswa

· Tokoh politik bergabung dg Gerakan massa

· Soeharto menawarkan untuk merombak kabinet (reshuffle) dan membentuk dewan reformasi

· Para Menteri mengundurkan diri

· Soeharto akhirnya menyatakan berhenti sbg presiden RI pada 21 Mei 1998 dan digantikan oleh BJ Habibie.

· Karakteristik Demokrasi Pancasila pada masa Reformasi:

· Pemilu dilaksanakan jauh lebih demokratis

· Adanya rotasi kekuasaan mulai dari pemeritahan pusat sampai pada tingkat desa

· Pengisian jabatan politik dilakukan dengan pola rekrutmen politik terbuka

· Hak dasar rakyat lebih terjamin.

C. PENTINGNYA KEHIDUPAN YANG DEMOKRATIS DI INDONESIA

1. Pentingnya Kehidupan yang Demokratis

Sebuah negara disebut sebagai negara demokratis apabila dalam pemerintahan tersebut, rakyat memiliki;

a. Persamaan kedudukan di muka hukum

Rakyat memiliki kedudukan yang sama di depan hukum. Hukum harus dijalankan secara adil dan benar, tidak boleh pandang bulu. Sehingga siapa saja yang bersalah harus dihukum sesuai ketentuan yang berlaku.

b. Partisipasi dalam pembuatan keputusan

Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi, serta pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi yang merupakan arah dan pedoman melaksanakan hidup bernegara. Kebijakan yang dikeluarkan harus dapat mewakili berbagai keinginan masyarakat yang beragam.

c. Distribusi pendapatan yang adil

Semua warga negara berhak memperoleh pendapatan yang layak. Pemerintah wajib memberikan bantuan kepada fakir miskin / berpendapatan rendah. Pemerintah juga membuka lapangan kerja agar masyarakat dapat memperoleh penghasilan.

d. Kebebasan yang bertanggung jawab

4 kebebasan penting dalam sebuah negara demokratis:

1) kebebasan beragama

2) kebebasan pers

3) kebebasan mengeluarkan pendapat

4) kebebasan berkumpul.

4 kebebasan ini adalah HAM yang harus dijamin keberadaannya oleh negara. Pelaksanaannya mesti bertanggung jawab, artinya kebebasan tersebut tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

2. Perilaku yang Mendukung Tegaknya Nilai-Nilai Demokrasi

a. Membiasakan diri untuk berbuat sesuai dengan aturan hukum yang berlaku;

b. Membiasakan diri untuk bertindak demokratis dalam segala hal;

c. Membiasakan diri untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah;

d. Membiasakan diri untuk mengadakan perubahan secara damai, tidak dengan kekerasan;

e. Membiasakan diri untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis;

f. Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam musyawarah;

g. Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah kepada tuhan yang maha esa, masyarakat, bangsa, dan negara bahkan diri sendiri;

h. Menuntut hak setelah melaksanakan kewajiban;

i. Menggunakan kebebasan dengan rasa tanggung jawab;

j. Menghormati hak orang lain dalam menyampaikan pendapat;

k. Membiasakan diri memberikan kritik yang bersifat membangun.

BAB III

“Sistem Hukum dan Peradilan Di Indonesia”

A. SISTEM HUKUM DI INDONESIA

Kheista Rain Fauzia | 03 – XI MIPA 7

1) Makna & Karakteristik Hukum

· Secara etimologi

· Sesuai dengan hakikat manusia

· Zoon Politicon (Aristoteles)

“Hewan yang bermasyarakat”

→ manusia sebagai makhluk sosial

· Homo Homini Lupus (Thomas Hobbes)

“manusia adalah serigalanya manusia” → manusia sering me-nikam sesama manusia lainnya

· Homo Homini Socius & Homo Economicus (Thomas Hobbes)

“manusia adalah teman bagi sesama manusia-nya” & “manusia yang mengejar kekayaan untuk kepentingannya sendiri”

Mengapa ada Hukum?

· Kata jamak Bahasa Arab “al khas”, artinya hukum. Berkaitan dengan sesuatu yang dapat dipaksakan.

· Bahasa Jerman “recht” yang berarti bimbingan, tuntutan, atau pemerintahan.

· Kata “ius” dan “lex” berarti hukum, berasal dari bahasa latin “lubere” (mengatur /memerintah).

· Menurut para ahli

· Peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin keadilan ―Hugo de Groot.

· Rangkaian peraturan yang mengikat baik rakyat maupun penguasa ―Aristoteles.

· Keseluruhan syarat menuruti peraturan tentang kemerdekaan ―Immanuel Kant.

· Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa ―J. C. T. Simorangkir.

· Kumpulan peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi ―S. M. Amin.

· Jadi, hukum adalah seperangkat aturan yang berisi perintah, larangan, dan kebolehan yang dibuat oleh lembaga berwenang, bersifat mengikat dan memaksa, apabila ada yang melanggar akan dikenakan sanksi yang tegas.

· Sederhananya, hukum merupakan aturan, tata tertib, dan kaidah hidup.

· Menurut pendapat Van Apeldorn, “Definisi tentang hukum sangat sulit untuk dibuat karena tidak mungkin untuk mengadakannya sesuai kenyataan”.

· Terdapat beberapa unsur di dalam hukum:

a) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

b) Peraturan itu dibuat dan ditetapkan oleh badan-badan atau lembaga resmi yang berwenang.

c) Peraturan itu bersifat memaksa.

d) Sanksi yang tegas terhadap pelanggar peraturan tersebut.

· Karakteristik dari hukum adalah adanya perintah dan larangan; perintah atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh semua orang.

· Suatu ketentuan hukum mempunyai tugas:

1. Menjamin kepastian hukum bagi setiap orang di dalam masyarakat.

2. Menjamin ketertiban, ketenteraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran, kebahagian, dan kebenaran.

3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan “main hakim sendiri” dalam pergaulan masyarakat.

2) Penggolongan Hukum

a. Berdasarkan sumbernya

· Hukum undang-undang: hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

→ KUHP

· Hukum kebiasaan: hukum yang terletak dalam aturan-aturan kebiasaan.

→ Bersikap dengan sopan dan santun

· Hukum traktat: hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu perjanjian antarnegara (traktat).

→ ID-MY, ID-Freeport

· Hukum yurisprudensi: hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

→ Perceraian tidak menghapus utang piutang, jual beli dengan paksaan

b. Berdasarkan tempat berlakunya

· Hukum nasional: hukum yang berlaku dalam wilayah suatu negara tertentu.

→ UU No. 12 Tahun 2006, UU No. 20 Tahun 2003

· Hukum internasional: hukum yang mengatur hubungan hukum antarnegara dalam dunia internasional.

→ DUHAM

· Hukum asing: hukum yang berlaku dalam wilayah negara lain.

· Hukum gereja: kumpulan-kumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja untuk para anggotanya.

c. Berdasarkan bentuknya

· Hukum tertulis

a) Hukum tertulis yang dikodifikasikan: hukum yang disusun secara lengkap, sistematis, teratur, dan dibukukan sehingga tidak perlu lagi peraturan pelaksanaan.

→ KUHP, KUHPer, KUH Dagang

b) Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan: hukum yang meskipun tertulis, tetapi tidak disusun secara sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah sehingga sering masih memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapan.

→ UU, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden

· Hukum tidak tertulis: hukum yang hidup, diyakini, dan dipatuhi oleh warga masyarakat serta tidak dibentuk menurut prosedur formal.

d. Berdasarkan waktu berlakunya

· Ius Constitutum (hukum positif): hukum yang berlaku sekarang.

→ UUD NRI Tahun 1945, UU RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

· Ius Constituendum (hukum negatif): hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang.

→ RUU Cipta Kerja

e. Berdasarkan cara mempertahankannya

· Hukum material: hukum yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat yang berlaku umum tentang hal-hal yang dilarang dan dibolehkan untuk dilakukan.

→ hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang

· Hukum formal: hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan dan melaksanakan hukum material.

→ KUHAP, KUHAPer.

f. Berdasarkan sifatnya

· Hukum yang memaksa: hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.

→ melakukan pembunuhan maka sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan

· Hukum yang mengatur: hukum yang baru berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang dimungkinkan oleh hukum.

→ ketentuan dalam pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-undang), baru mungkin bisa dilaksanakan jika tidak ada surat wasiat (testamen).

g. Berdasarkan wujudnya

· Hukum objektif: hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau lebih yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.

· Hukum subjektif: hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku terhadap seorang atau lebih, sering juga disebut hak.

h. Berdasarkan isinya

· Hukum publik: hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan individu (warga negara), menyangkut kepentingan umum (publik).

· Hukum Pidana: mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan, memuat larangan dan sanksi.

· Hukum Tata Negara: mengatur hubungan antara negara dengan bagian-bagiannya.

· Hukum Tata Usaha Negara (administratif): mengatur tugas kewajiban pejabat negara.

· Hukum Internasional: mengatur hubungan antar negara.

→ hukum perjanjian internasional, hukum perang internasional

· Hukum privat (sipil): hukum yang mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lain, termasuk negara sebagai pribadi.

· Hukum Perdata: hukum yang mengatur hubungan antarindividu secara umum.

→ hukum keluarga, hukum kekayaan, hukum waris, hukum perjanjian, hukum perkawinan

· Hukum Perniagaan (dagang): hukum yang mengatur hubungan antar-individu dalam perdagangan.

→ hukum tentang jual beli, hutang piutang, pendirian perusahaan dagang

3) Tujuan Hukum

Tujuan ditetapkannya hukum adalah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, mencegah tindakan yang sewenang-wenang, melindungi hak asasi manusia, serta menciptakan suasana yang tertib, tenteram aman, dan damai.

· Hukum semata-mata untuk mencapai keadilan (Aristoteles).

· Hukum bertujuan untuk mencapai kebermanfaatan (Jeremy Bentham).

· Hukum mengatur pergaulan hidup manusia secara damai (Van Apeldorn).

4) Tata Hukum Indonesia

· Tata hukum merupakan hukum positif atau hukum yang berlaku di suatu negara pada saat sekarang.

· Tata hukum bertujuan untuk mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan tertib hukum bagi masyarakat suatu negara sehingga dapat dicapai ketertiban di negara tersebut.

· Tata hukum Indonesia merupakan keseluruhan peraturan hukum yang diciptakan oleh negara dan berlaku bagi seluruh masyarakat Indonesia yang berpedoman pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia. Oleh karena itu, tata hukum Indonesia baru ada ketika negara Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal tersebut dapat dilihat dalam pernyataan berikut.

a) Proklamasi Kemerdekaan: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”.

b) Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945: “Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu, disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan...”

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 hanya memuat ketentuan dasar dan merupakan rangka dari tata hukum Indonesia. Oleh karena itu, sampai sekarang masih terdapat ketentuan hukum yang merupakan produk hukum kolonial, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

B. SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

Di Indonesia, perwujudan kekuasaan kehakiman ini diatur sepenuhnya dalam Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Peradilan menunjuk pada proses mengadili perkara sesuai dengan kategori perkara yang diselesaikan. Adapun, pengadilan menunjuk pada tempat untuk mengadili perkara atau tempat untuk melaksanakan proses peradilan guna menegakkan hukum.

Pengadilan secara umum mempunyai tugas untuk mengadili perkara menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang. Pengadilan wajib memeriksa dan mengadili setiap perkara peradilan yang masuk.

1) Dasar hukum

a. Pancasila terutama sila kelima, yaitu “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”

b. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IX Pasal 24 Ayat (2) dan (3).

c. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

d. Undang-Undang RI Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer.

e. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

2) Klasifikasi

a. Lembaga peradilan di bawah Mahkamah Agung

· Peradilan Umum, yang meliputi:

· Pengadilan Negeri di ibu kota kabupaten/kota.

· Pengadilan Tinggi di ibu kota provinsi.

· Peradilan Agama yang terdiri atas:

· Pengadilan Agama di ibu kota kabupaten/kota.

· Pengadilan Tinggi Agama di ibu kota provinsi.

· Peradilan Militer, terdiri atas:

· Pengadilan Militer.

· Pengadilan Militer Tinggi.

· Pengadilan Militer Utama.

· Pengadilan Militer Pertempuran.

· Peradilan Tata Usaha Negara yang terdiri atas:

· Pengadilan Tata Usaha Negara di ibu kota kabupaten/kota.

· Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara di ibu kota provinsi.

b. Mahkamah Konstitusi

· Kompetensi relatif, berkaitan dengan tugas dan wewenangnya untuk mengadili suatu perkara. Misalnya, penyelesaian perkara perceraian bagi penduduk yang beragama Islam maka yang berwenang untuk menyelesaikannya adalah peradilan agama.

· Kompetensi absolut, berkaitan dengan wilayah hukum atau wilayah tugas suatu badan peradilan. Misalnya, pengadilan negeri wilayah hukumnya hanya meliputi satu kabupaten/kota dan hanya berwenang menyidangkan perkara hukum yang terjadi di sana.

3) Tingkatan lembaga peradilan

· Pengadilan Tingkat Pertama (Pengadilan Negeri)

Dibentuk berdasarkan keputusan presiden. Pengadilan tingkat pertama mempunyai kekuasaan hukum yang meliputi satu wilayah kabupaten/kota. Fungsinya:

· Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, atau penghentian tuntutan.

· Ganti kerugian atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan pada tingkat penyidikan atau tuntutan.

· Pengadilan Tingkat Kedua

Disebut juga pengadilan tinggi yang dibentuk dengan undang-undang. Daerah hukum pengadilan tinggi pada dasarnya meliputi satu provinsi. Fungsi:

· Menjadi pimpinan bagi pengadilan-pengadilan negeri di dalam daerah hukumnya.

· Melakukan pengawasan terhadap jalannya peradilan di dalam daerah hukumnya dan menjaga supaya peradilan itu diselesaikan dengan saksama dan wajar.

· Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di daerah hukumnya.

· Untuk kepentingan negara dan keadilan, pengadilan tinggi dapat memberi peringatan, teguran, dan petunjuk yang dipandang perlu kepada pengadilan negeri dalam daerah hukumnya.

4) Wewenang

· Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.

· Berwenang untuk memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara dan surat-surat untuk diteliti dan memberi penilaian tentang kecakapan dan kerajinan hakim.

· Kasasi yang menjadi wewenang Mahkamah Agung adalah membatalkan atau menyatakan tidak sah putusan hakim pengadilan tinggi karena putusan itu salah atau tidak sesuai dengan undang-undang. Hal tersebut dapat terjadi karena alasan berikut.

a. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya perbuatan yang bersangkutan.

b. Melampaui batas wewenang.

c. Salah menerapkan atau karena melanggar ketentuan hukum yang berlaku.

5) Peran Lembaga peradilan

· Lingkungan peradilan umum

Pengadilan negeri berperan dalam proses pemeriksaan, memutuskan, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata di tingkat pertama. Pengadilan tinggi berperan dalam menyelesaikan perkara pidana dan perdata pada tingkat kedua atau banding Mahkamah Agung berperan dalam proses pembinaan lembaga peradilan yang berada di bawahnya

· Lingkungan peradilan agama

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari’ah.

· Lingkunga peradilan tata usaha negara

Peradilan tata usaha negara berperan dalam proses penyelesaian sengketa tata usaha negara

· Lingkungan peradilan militer

Peradilan militer berperan dalam menyelenggarakan proses peradilan dalam lapangan hukum pidana khususnya bagi pihak TNI, yang dapat disamakan dengan TNI, berdasarkan persetujuan harus diadili oleh peradilan militer

5) Mahkamah Konstitusi

· Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

· Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

· Memutus pembubaran partai politik.

· Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden diduga:

· Telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, dan tindak pidana berat lainnya,

· Perbuatan tercela, dan/atau

· Tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden sebagaimana dimaksud dalam undang-undang dasar negara repbulik Indonesia Tahun 1945.

C. MENAMPILKAN SIKAP SESUAI HUKUM

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kita harus mematuhi semua aturan atau hukum yang berlaku. Kepatuhan hukum mengandung arti bahwa seseorang memiliki kesadaran:

· Memahami dan menggunakan peraturan perundangan yang berlaku.

· Mempertahankan tertib hukum yang ada

· Menegakkan kepastian hukum.

Adapun ciri-ciri seseorang yang berperilaku sesuai dengan hukum adalah:

· Disenangi oleh masyarakat pada umumnya.

· Tidak menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.

· Tidak menyinggung perasaan orang lain.

· Menciptakan keselarasan.

· Mencerminkan sikap sadar hukum.

· Mencerminkan kepatuhan terhadap hukum.

Contoh Prilaku Sesuai Dengan Hukum

1. Dalam kehidupan di lingkungan keluarga, di antaranya:

· Mematuhi perintah orang tua

· Menyayangi keluarga

· Menghormati keluarga

· Tidak melakukan kekerasan

· Tidak mengeksploitasi anak

1. Dalam kehidupan di lingkungan sekolah, di antaranya:

· Tidak mencontek ketika sedang ulangan

· Tidak membully dan rasis

· Mematuhi peraturan sekolah

· Menjaga nama baik sekolah

· Menghormati guru

1. Dalam kehidupan di lingkungan masyarakat, di antaranya:

· Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti

· Mengikuti poskamling

· Menjaga nama baik lingkungan

· Kerjabakti membersihkan lingkungan

· Mematuhi peraturan yang berlaku dalam masyarakat

1. Dalam kehidupan di lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:

· Membayar pajak

· Tidak memakai narkoba

· Mengutarakan aspirasi dengan baik

· Tidak menghina negara sendiri

· Mematuhi peraturan negara

Prilaku Bertentangan Dengan Hukum

Perilaku yang bertentangan dengan hukum timbul sebagai akibat dari rendahnya kesadaran hukum. Ketidakpatuhan terhadap hukum dapat disebabkan oleh:

1. Pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap sebagai kebiasaan bahkan kebutuhan.

1. Hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kehidupan.

Contoh Prilaku Bertentangan Dengan Hukum

1. Dalam lingkungan keluarga, di antaranya:

· Mengabaikan perintah orang tua

· Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

· Terlalu mengekang anak

· Berbohong pada anggota keluarga

· Kekerasan antar anggota keluarga

1. Dalam lingkungan sekolah, di antaranya

· Mencontek ketika ulangan

· Melanggar aturan sekolah

· Mengkonsumsi obat terlarang

· Tawuran

· Tidak menghormati sesama/rasis

1. Dalam lingkungan masyarakat, di antaranya:

· Mengkonsumsi obat-obat terlarang

· Mencuri dan merampok

· Melakukan kegiatan asusila

· Tawuran antar golongan

· Tidak adanya toleransi

1. Dalam lingkungan bangsa dan negara, di antaranya:

· Tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas

· Menyeludupkan barang-barang terlarang

· Tidak membayar pajak

· Merusak fasilitas umum

· Berdemo dengan anarkis

Sanksi

Tujuannya sama yaitu untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat. Contohnya:

Dalam tabel di atas disebutkan bahwa sanksi norma hukum adalah tegas dan nyata. Hal tersebut mengandung pengertian sebagai berikut:

0. Tegas berarti adanya aturan yang telah dibuat secara material. Misalnya, dalam hukum pidana mengenai sanksi diatur dalam pasal 10 KUHP. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa sanksi pidana berbentuk hukuman yang mencakup:

1. Hukuman pokok, yang terdiri:

· Hukuman mati.

· Hukuman penjara, terdiri dari hukuman seumur hidup dan hukuman sementara waktu (mak. 20 tahun dan min. 1 tahun).

1. Hukuman tambahan, yang terdiri:

· Pencabutan hak-hak tertentu

· Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu

· Pengumuman keputusan hakim

0. Nyata berarti adanya aturan yang secara material telah ditetapkan kadar hukuman berdasarkan perbuatan yang dilanggarnya.

Macam-Macam Sanksi

· Sanksi hukum yang diberikan oleh negara, melalui lembaga-lembaga peradilan

· Sanksi sosial, misalnya menyebarkan desas-desus, cemoohan, dikucilkan dari pergaulan, bahkan diusir dari lingkungan masyarakat setempat.

· Sanksi psikologis dirasakan dalam batin diri sendiri. Jika seseorang melakukan pelanggaran terhadap peraturan, tentu saja di dalam batinnya ia akan merasa bersalah. Selama hidupnya ia akan dibayang-bayangi oleh kesalahannya itu. Hal ini akan sangat membebani jiwa dan pikiran.

“semangat ujiannya”